∆Y ∆C
Karena = 1 dan = MPC
∆Y ∆Y
∆I ∆I
Maka 1 = MPC + → 1 – MPC = ∆Y
∆Y
∆Y I
= kI =
∆I (1−MPC)
CONTOH :
Misalkan suatu negara perekonomian 2 sektor memiliki pendapatan (Y) sebesar Rp 170 T yang
dibentuk dalam konsumsi (C) sebesar Rp 150 T dan investasdi (I) sebesar Rp 20 T. jika ada
perubahan investasi ∆I sebesar Rp 10 T, berapakah pendapatan nasional yang baru (Y’) jika
diketahaui bahwa MPC untuk negara tersebut 0,6?
penyelesaian :
diketahui : Y = C+ I
170 T = 150 T + 20 T
∆I = 10 T
Ditanya Y’ = ?
Y’ = C + I + ∆Y
k1
∆Y = ∆I x - MPC
1
1
∆Y = 10 T x (1−0,6)
1
∆Y = 10 T x = 25 T
0,4
Sehingga Y’ = C + I + ∆Y
=150 T + 20 T +25 T
= 195 T
b. Multiplier Konsumsi
∆Y
= kC
∆C
1 1
= 1−MPC = kc
1−C
BAB 3
Jika suatu benda yang bergerak mengalami perubahan kecepatan dalam selang waktu t1, t2,
dan t3 maka rumus percepatan rata-rata dapat ditulis sebagai berikut:
untuk lebih memahami tentang cara konversi satuan seperti pada satuan kecepatan di atas,
silahkan baca artikel tentang cara konversi satuan dari sistem MKS ke CGS atau satuan
lainnya .
t1 =0s
t 2 = 20 s
Ditanya = a
a = (v 2 – v 1 )/ (t 2 – t 1 )
a = (10 – 0)/(20 – 0)
a = 0,5 m/s 2
jadi percepatan bus tersebut adalah 0,5 m/s 2
Contoh Soal 2
Seoarang siswa mengendarai sepeda dengan kecepatan 7,2 km/jam. Pada suatu tanjakan,
siswa tersebut mengurangi kecepatannya sebesar 0,5 m/s 2 selama 2 sekon. Berapakah
kecepatan akhir siswa tersebut?
Penyelesaian
v 1 = 7,2 km/jam
v 1 = 7,2 (1.000/3.600) m/s
v 1 = 2 m/s
a = −0,5 m/s 2 (tanda negatif menunjukkan perlambatan)
t=2s
Ditanya = v 2
Dari persamaan percepatan berikut:
a = (v 2 – v 1 )/t
Kita mendapatkan persamaan:
v 2 = v 1 + at
v 2 = 2 + (−0,5 × 2)
v 2 = 1 m/s
v 2 = 3,6 km/jam
jadi, kecepatan akhirnya adalah 3,6 km/jam.
BAB 4
Variable merupakan pembentuk fungsi yang mewakili atau mencerminkan faktor tertentu.
Ada dua variable pembentuk fungsi:
a.Variable bebas: variable yang mempengaruhi variable lain.
b.Variable tidak bebas: variable yang dipengaruhi oleh variable lain.
Konstanta adalah bilangan atau angka yang berdiri sendiri sebagai bilangan yang tidak
terkait pada suatu variable tertentu.
Contohnya pengaruh pendapatan seseorang terhadap tingkat konsumsinya.
Dalam contoh tersebut, pendapatan = variable bebas dan konsumsi = variable tidak bebas. Jika
pendapatan diberi notasi X dan konsumsi diberi notasi Y maka fungsi konsumsi menjadi berikut.
Y = f(X)
Keterangan :
Y = konsumsi
X = pendapatan
F = fungsi
Bentuk Y= f(X) menunjukan bahwa Y fungsi dari X yang berarti besar kecilnya nilai Y akan
tergantung pada nilai X. Jika fungsi konsumsi tersebut diberi notasi, maka akan tampak seperti
berikut.
Y = 25 + 0.51. X
Keterangan :
Y = konsumsi adalah variable tidak bebas
25 = konstanta
0.51 = koefesien
X = pendapatan (variable bebas)
b) S > I, kondisi ini menimbulkan hoarding yaitu suatu kondisi adanya tabungan yang tidak
digunakan/tidak produktif.
c) S < I, kondisi ini menunjukkan kebutuhan dana untuk I (Investasi) tidak dapat ditutupi dengan
dana S (Tabungan) yang ada, kekurangan dana untuk I (Investasi) dapat ditutupi dengan
penciptaan uang/pinjaman.
Konsumsi merupakan tindakan pelaku ekonomi, baik individu maupun kelompok, dalam
menggunakan komoditas berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya. . Secara
agregat, konsumsi merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada
dalam suatu perekonomian. Dengan mengetahui total pengeluaran suatu perekonomian, maka akan
dapat diketahui beberapa masalah penting yang muncul dalam perekonomian, seperti pemerataan
pendapatan, efisiensi penggunaan sumber daya dalam suatu perekonomian, masalah-masalah
lainnya. Dengan demikian, kita dapat menganalisis dan menentukan kebijakan ekonomi guna
memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara umum, pengeluaran konsumsi terbagi menjadi konsumsi pemerintah dan konsumsi
rumah tangga. Namun dalam pembahasan kali ini kita lebih menekankan ada konsumsi rumah
tangga, alasannya sebagai berikut. Konsumsi rumah tangga memiliki porsi yang lebih besar dalam
pengeluaran agregat jika dibandingkan dengan konsumsi pemerintah Konsumsi rumah tangga
bersifat endogen, dalam arti besarnya konsumsi rumah tangga berkaitan erat dengan faktor-faktor
lain yang mempengaruhinya. Keterkaitan ini akan menghasilkan teori dan model ekonomi sendiri
untuk konsumsi/perkembangan masyarakat begitu cepat menyebabkan perilaku konsumsi juga
berubah cepat sehingga pembahasan tentang konsumsi rumah tangga akan tetap relevan
MPC= ∆C/∆Yd
Keterangan
APC= C/Yd
Keterangan:
APC = konsumsi rata-rata
C = tingkat konsumsi
Yd = besarnya pendapatan disposable
Untuk lebih jelasnya lihat APC dan MPC di bawah ini :
Diketahui: Pada tahun 2008 tingkat pendapatan 1000 dan pada tahun 2009 tingkat pendapatannya
1500. Pada tahun 2008 tingkat konsumsi 700 dan pada tahun 2009 tingkat konsumsi 1000
Jawab :
C = a + bY
Mencari b terlebih dahulu :
∆𝐶
b = MPC = ∆Y
300
b = 500 = 0,6
Mencari a yaitu :
a = (APC – MPC)Y
700
a = ((1000) – 0,6)1000
a = (0,7 – 0,6)1000
a = (0,1)1000
a = 100
Jadi fungsi konsumsinya adalah C = 100 + 0,6Y
2) Investasi
Investasi merupakan pengeluaran untuk kegiatan produksi atau pada sesuatu dengan
harapan memperoleh keuntungan. Investasi terkadang disebut sebagai kegiatan penanaman
modal. Investasi pada kegiatan produksi yaitu investasi yang meliputi input produksi yang
penggunaanya dalam jangka waktu yang relatif lama dan dapat digunakan dalam proses
produksi.
Contoh investasi adalah pembelian berupa asset financial seperti obligasi, saham,
asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti mobil atau property seperti rumah
atau tanah. Lebih luasnya investasi dapat berarti pembelian barang modal untuk produksi
dalam suatu usaha misalnya pembelian mesin. Bahkan pemberian pendidikan dan pelatihan
bagi karyawan yang membuat lebih mahir dalam bekerja bisa dikatakan sebagai investasi.
Kesamaan dari semua investasi diatas adalah harapan memperoleh keuntungan di
kemudian hari. Empat hal utama alasan berinvestasi yaitu:
• Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum dapat terpenuhi
• Adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang telah dimiliki
• Adanya keinginan untuk menambah nilai aset yang sudah ada
• Adanya Inflasi
Apa saja yang dapat mempengaruhi investasi? Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
investasi, diantaranya:
- Suku bunga ketika suku bunga bank rendah atau tidak tinggi, calon investor (sebutan
bagi pelaku investasi) memprediksikan hasil investasi lebih besar dari pada jika ditabung
dan memperoleh bunga. Maksudnya adalah jika dana yang digunakan hasil pinjaman,
keuntungan investasi tidak besar, maka akan rugi, karena untuk membayar cicilan dan
bunganya (yang lebih tinggi dari hasil investasi) tidak mencukupi.
a) Kurva Investasi
Besar kecilnya permintaan investasi tergantung pada tingkat bunga yang berlaku,
semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil permintaan investasi. Jadi hubungan
antara tingkat bunga dengan tingkat investasi adalah berbanding terbalik. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan kurva permintaan investasi pada
Kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan fungsi investasi. Fungsi atau kurva investasi digambarkan sejajar
dengan sumbu datar atau horizontal, yang juga disebut sebagai investasi otonom. Artinya
besar kecilnya pembentukan modal tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan
nasional. Besar kecilnya pengeluaran investasi perusahaan ditentukan oleh faktor-faktor
berikut ini.
Y=C+I/S=I
2.4 Kasus
Contoh:
Pada suatu perekonomian negara “Z” diketahui fungsi konsumsi C = 200 miliar + 0,75 Y,
sedangkan besarnya pengeluaran investasi perusahaan (I) sebesar Rp300 miliar. Tentukan:
1. Besarnya pendapatan nasional keseimbangan,
2. Besarnya konsumsi keseimbangan,
3. Besarnya tabungan keseimbangan,
4. Gambar grafik fungsi konsumsi, tabungan, dan investasi dalam keadaan keseimbangan.
Jawab:
2. Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan
nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat
banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya
permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
Dilihat dari faktor-faktor penyebab timbulnya, inflasi dapat dibedakan ke dalam tiga
macam yaitu:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation).
Inflasi tarikan permintaan atau disebut juga inflasi sisi permintaan (demand-side
inflation) atau inflasi karena gunangan permintaan (demand-shock inflation) adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan permintaan agregat (AD) yang terlalu
besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat. Barang-barang
menjadi berkurang dikarenakan pemafaatan sumberdaya yang telah mencapai tingkat
maksimum atau karena produksi tidak dapat ditingkatkan secepatnya untuk mengimbangi
permintaan yang semakin meningkat atau bertambah.
b. Inflasi dorongan biaya (cost-push inflation).
Inflasi dorongan biaya atau juga sering disebut inflasi sisi penawaran (supply-side
inflation) atau inflasi karena guncangan penawaran (supply-shock inflation) adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi ynag pesat dibandingkan
dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply
barang dan jasa mereka ke pasar. Dengan perkataan lain, inflasi sisi penawaran adalah
inflais yang terjadi apabila harga dari satu atau lebih sumberdaya mengalami kenaikan atau
dinaikan.
Bagi produsen perkiraan akan naiknya harga barang dan jasa mendorong mereka
menunda penjualan, untuk mendapat keuntungan yang lebih besar. Penawaran barang dan
jasa berkurang. Akibatnya, kelebihan permintaan membesar dan mempercepat laju
inflasi. Tentu saja, kondisi ekonomi akan menjadi semakin memburuk.
a. Operasi Pasar terbuka (Open Market Operation), yaitu kebijakan moneter yang
dilakukan dengan cara menjual atau membeli surat berharga dipasar uang, misalnya
sertifikat Bank Indonesia (SBI), sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagi surat pengakuan utang jangka pendek dengan sistem
diskonto.
b. Politik Diskonto (Discount Policy), yaitu kebijakan yang dilakukan dengan cara
menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga kredit yang dibayar bank umum kepada
Bank Indonesia. Jika diskonto naik, biaya peminjaman dari Bank Indonesia semakin
tinggi sehingga keinginan bank umum untuk meminjam dana akan berkurang.
Kebijakan ini mempengaruhi penentuan tingkat suku bank kredit bank umum yang
diberikan kepada masyarakat.
c. Cadangan Kas Minimum, Kebijakan cadangan kas minimum berkaitan dengan
penentuan cadangan kas bank umum sesuai ketentuan yang berlaku. Kebijakan ini akan
berpengaruh terhadap jumlah uang yang beredar. Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, Bank Indonesia akan menurunkan ketentuan cadangan kas minimum bank
umum. Kebijakan ini mendorong bank umum untuk menyalurkan kredit dalam jumlah
uang besar. Sebaliknya, jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, Bank Indonesia
dapat menaikan cadangan kas minimum bank umum.
d. Kredit Selektif. Kebijakan kredit selektif berkaitan dengan upaya mengurangi jumlah
uang beredar dengan cara memperketat penyaluran kredit. Berkaitan dengan upaya ini
Bank Indonesia dapat memperketat syarat kredit, yaitu karakter, kemampuan, jaminan,
modal, dan kondisi ekonomi. adanya kebijakan ini berdamapak pada keinginan
masyarakat dan bank umum untuk meminjam uang.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diberlakukan untuk mengatur penerimaan dan
pengeluaran negara. Kebijakan ini berkaitan dengan penggunaan pajak dan pengeluaran
pemerintah dalam mencapai tujuan. Kebijakan fiskal yang diberlakukan untuk mengatasi
inflasi sebagai berikut.
Selain kebijakan moneter dan fiskal, dalam rangka mengatasi inflasi pemrintah
menetapkan kebijakan nonmoneter dan nonfiskal. Kebijakan tersebut mengatur hal-hal
sebagai berikut:
4. Kebijakan Lainnya
Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal,
pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara lain dalam mengendalikan inflasi adalah
sebagai berikut.
a. Meningkatkan Produksi & Menambah Jumlah Barang di Pasar
Untuk menambah jumlah barang, pemerintah dapat mengeluarkan perintah untuk
meningkatkan produksi. Hal itu dapat ditempuh dengan memberi premi atau subsidi
pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah
jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor.
Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.
b. Menetapkan Harga Maksimum untuk Beberapa Jenis Barang
Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat
dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis,
dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).
Harga(Rp)
No Jenis Barang
Th. 2009 Th. 2010 Th. 2011
1 Daging Ayam 16000 20000 28000
2 Telur 6000 6500 7500
3 Minyak Goreng 6000 8000 12000
Total 28000 34500 47500
Apabila dihitung dengan indeks harga agregatif sederhana (tahun dasar 2010),
Maka tingkat inflasi tahun 2011 berdasarkan tingkat keparahannya adalah
a. Nilai celah Inflasi / Deflasi apabila diketahui kapasitas produksi pertahun 210
b. Nilai celah Inflasi / Deflasi apabila diketahui kapasitas produksi pertahun 295
Penyelesaian:
a. Produksi nasional y = 210, I = 45
S=y–c
S = 210 – (0,80 (210) + 30)
S = 210 – (168 + 30)
S = 210 – 198
S = 12
S=y–c
S = 295 – (0,80 (295) + 30)
S = 295 – (236 + 30)
S = 295 – 266
S = 29
BAB 6
Berdasarkan hal tersebut siklus eknomi dapat digambarkan sebagai gelombang naik-turun
aktivitas ekonomi, yang terdiri atas empat elemen:
• Pigou (1927): Fluktuasi kegiatan ekonomi terjadi karena adanya faktor psikologis para
pelaku bisnis (harapan pesimistis atau optimistis
• Mitchell (1951): Fluktuasi kegiatan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sistem
ekonomi kapitalis-liberalis.
• Hawtrey (1928) dan Friedman (1957): Fluktuasi ekonomi disebabkan oleh sistem
moneter dan sistem kredit.
• Shcumpeter (1934): menyebut penyebab utama tidak stabilnya inovasi teknologi.
• Lucas dan Barro (1976), Fisher (1979), dan Phelps (1997): Ekspektasi masyarakat
yang rasional sebagai penyebab fluktuasi ekonomi.
• Keynes: Sistem moneter dan kredit bukan penyebab, tetapi merupakan akibat. Penyebab
utama adalah tidak stabilnya investasi.
• Siklus konjungtur kegiatan ekonomi menurut Ellis (1991) berbeda-beda, yaitu:
– Kondratif: setiap 50 tahun sekali
– Juglar: 10 tahun sekali
– Kitchin: 4 tahun sekali
– Batra (1990): 60 tahun sekali
– Mubyarto: 7 tahun sekali untuk perekonomian Indonesia (jawa: pitu-lungan).
Perekonomian mengalami gelombang naik-turun yang relatif teratur dan terjadi
secara berulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Gerakan ini disebut siklus ekonomi
(business cycle)