TINJAUAN PUSTAKA
manusia baik secara langsung atau tak langsung untuk menghabiskan atau
memenuhi hidup yaitu sandang, pangan dan papan. Konsumsi mempunyai arti
yang cukup luas tidak hanya terbatas pada pola makan dan minum. Segala
dan jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah tangga pada
barang yang tahan lama, kendaraan dan perlengkapan dan barang tidak tahan lama
seperti makanan dan pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkrit,
termasuk pendidikan.
sebagai kegiatan pembelian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan akan
13
2.1.2. Teori Konsumsi
C=a+bYd
Keterngan:
b = MPC
Yd = pendapatan disposible
14
ketika pendapatan naik karena sebagian sisa dari pendapatan
penting.
15
Mankiw (2006) menyatakan, jika pendapatan sekarang secara
3. Teori Konsumsi
Modigliani tahun 1963. Menurut teori ini, faktor penentu tingkat konsumsi
16
a. Tingkat konsumsi adalah bersifat interdependent terhadap tingkat
sebelumnya.
Dimana :
C = Konsumsi agregat
Y = Pendapatan
17
1) Pendapatan rumah tangga (household income)
konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi
tanah, dan mobil) dan finansial (misalnya deposito berjangka, saham dan
18
4) Tingkat bunga (interest rate)
baik dilihat dari sisi rumah tangga yang memiliki kelebihan uang maupun
yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya
dengan meminjam dari bank, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih
19
1) Jumlah penduduk
2) Komposisi penduduk
20
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh terhadap
erat dan saling mempengaruhi.Oleh karena itu, bisa saja terjadi dalam
untuk membeli barang dan jasa yang sebenarnya tidak sesuai dengan
kemampuannya
Rokok adalah salah satu produk olahan dari tembakau untuk dibakar,
dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau
Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin
dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Peraturan Pemerintah Nomor 109
Tahun 2012).
asap yang dapat terhisap oleh orang disekitarnya. Pendapat serupa juga
21
merokok sebagai kegiatan menghisap asap tembakau yang dibakar kemudian
kembali, yang mana hembusan asap tersebut dapat terhirup oleh orang
aktif dan perokok pasif. Perokok aktif yaitu seseorang yang merokok dan
yang secara tidak langsung menghirup asap rokok. Sementara menurut Sitepoe
rokok kurang dari 10 batang perhari, perokok sedang yaitu seseorang yang
mengkonsumsi rokok 11-23 batang perhari, dan perokok berat yaitu orang yang
konsumsi temabakau dan rokok guna untuk mengendalikan konsumsi rokok pada
Tahun 1992 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerinah ini berisi tentang kadar
kandungan nikotin dan tar yang diperbolehkan, syarat produksi dan penjualan
22
pengamanan rokok bagi kesehatan, dan penetapan kawasan bebas rokokdan
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2000 ini merupakan hasil revisi dari
rokok. Iklan rokok dapat dilakukan di media elektronik, media cetak atau
media luar ruangan denan persyaratan promosi rokok hanya dapat dilakukan
oleh setiap orang yang memproduksi rokok dan atau yang memasukkan rokok
larangan siaran iklan rokok yang menampilkan wujud rokok. Iklan di media
elektronik hanya diperbolehkan tayang pada pukul 21.30 sampai 05.00 WIB.
tembakau. Hal yang diatur dalam peraturan ini antara lain ukuran dan jenis
elektronik, serta pengujian kadar tar dan nikotin. Pada pasal 22 dinyatakan
bahwa tempat kesehatan tempat kerja, tempat ibadah, tempat proses belajar
mengajar, tepat bermain anak serta angutan umum merupakan kawasan bebas
rokok
23
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Perturan ini memuat pedoman penetapan kawasan tanpa rokok dala rangka
terpisah darii tempat aktivitas, jauh dari tempat berlalu-lalang dan memiliki
ketentuan kadar nikotin dan tar, bahaya rokok bagi kesehatan, dan juga
larangan menjual dan memberikn rokok pada ibu hamil dan anak berusia
dibawah 18 tahun.
24
Permenkes RI Nomr 28 tahun 2013 tentang Pencantuman Peringatan
peringatan kesehatan seluas 40% pada bagian dan belakang kemasan rokok.
Informasi kadar nikotin dan tar, larangan konsumsi rokok pada perempuan
hamil dan anak berusia dibawah 18 tahun, serta bahaya merokok bagi
2.1.5 Kemiskinan
merupakan syarat keharusan bagi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jadi pada
menabung adalah kelompok orang kaya, bukan dari kelompok orang miskin.
25
Konsep kemiskinan menurut BPS diukur berdasarkan ketidakmampuan
rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach). Hal
dan bukan makanan yang diukur dari tingkat pengeluaran. Terdapat dua bentuk
GNP per
dianggap telah kronis dan terjadi secara turun temurun “persisten poverty”
yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya. Mereka
26
tidak mudah diajak untuk merubah dan memperbaiki tingkat
individu.
yang diterima oleh kepala rumah tangga. Pendapatan rumah tangga ini
2020).
27
2. Usia Kepala Rumah Tangga
usia dan konsumsi rokok. Hasil studi menemukan bahwa semakin tua usia
yang dilakukan oleh John dkk. (2011) yang juga memasukkan variabel
persen di perdesaan.
kondisi kerja yang sulit dan berbahaya di laut serta kelelahan akibat
28
atau lebih. Intensitas merokok yang lebih tinggi dikarenakan tenaga
stress akan tekanan pekerjaan. Selain itu lingkungan juga memiliki peran
juga dengan akses informasi tentang bahaya dan dampak kesehatan terkait
Hasil yang berbeda dipaparkan dalam studi yang dilakukan Sugihari dkk.
yang cukup tinggi pada kategori jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
29
pendapatan, dan harga rokok terhadap konsumsi rokok. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang bersumber dari Indonesia Family
kesehatan dan sosial ekonomi dan kesehatan rumah tangga di Indonesia. Metode
pengaruh faktor sosial ekonomi, pendapatan dan harga rokok terhadap konsumsi
rokok di Indonesia, memperoleh bahwa (1) faktor sosial ekonomi yaitu jenis
rokok di Indonesia.
pendapatan per kapita, harga rokok, dan produksi rokok terhadap konsumsi rokok
per kapita di Indonesia. Data variabel konsumsi rokok per kapita adalah data
sekunder yang berasal BPS dari tahun 1986-2016. Penlitian ini menggunakan
model regresi linear berganda yang menggunakan data Sekunder dari tahun 1986-
dan signifikan terhadap konsumsi rokok per kapita. Variabel pendapatan per
kapita berpengaruh postif dan signifikan terhadap konsumsi rokok per kapita.
Variabel harga rokok tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok per kapita dan
30
variabel produksi rokok berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rokok per kapita. Variabel
pendapatan per kapita berpengaruh postif dan signifikan terhadap konsumsi rokok
per kapita. Variabel harga rokok tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok per
kapita dan variabel produksi rokok berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tarif cukai tembakau, pesan
rokok di Kota Banda Aceh. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
tanpa rokok, dan pengeluaran terhadap rokok berpengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat konsumsi rokok, hal ini menggambarkan bahwa konsumen rokok
memiliki elastisitas yang inelastis terhadap harga rokok. Sedangkan pesan bahaya
rokok bergambar dan tingkat pendapatan memiliki pengaruh yang negatif dan
31
cenderung berpendidikan tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan antarvariabel
secara model namun secara parsial hanya tarif cukai tembakau, kawasan tanpa
miskin menggunakan OLS dengan model regresi linier berganda yang diturunkan
pengeluaran konsumsi rokok pada rumah tangga miskin di Aceh tahun 2010. Di
pada rumah tangga miskin. Artinya masyarakat Aceh pada tahun 2015 semakin
lebih baik dibandingkan tahun 2010 karena sudah mulai ada pengetahuan akan
pada rumah tangga miskin pada tahun 2010 dan 2015 berbeda secara signifikan.
Hal ini terlihat dari besaran koefisien pada setiap variabel bebas yang berpengaruh
koesfisien variabel bebas pada tahun 2010 lebih besar pengaruhnya daripada
tahun 2015. Artinya sedikit saja terjadi kenaikan pada variabel bebas yang
32
berpengaruh pada tahun 2010, pengaruhnya lebih besar dibandingkan pada tahun
2015 terhadap pengeluaran konsumsi rokok pada rumah tangga miskin di Aceh.
Tangga Miskin dan Tidak Miskin di Kabupaten Aceh Besar. Peneitian ini
konsumsi rokok rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh, untuk
rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Besar, untuk
tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Besar, untuk menganalisis
rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Besar, untuk
rokok rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh Besar, dan untuk
Kabupaten Aceh Besar. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model regresi logistik dengan analisis secara statistik deskriptif kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa (1) Variabel harga rokok,
pendidikan dan usia memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
konsumsi rokok pada rumah tangga miskin dan tidak miskin di Kabupaten Aceh
Besar. (2) Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap konsumsi rokok pada rumah tangga miskin di Kabupaten
33
Aceh Besar. (3) Variabel lingkungan perokok juga memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan pada konsumsi rokok pada rumah tangga miskin dan tidak miskin
di Kabupaten Aceh Besar. (4) Seorang perokok akan berpeluang menjadi miskin
(5) Peluang seorang perokok menjadi miskin akan berkurang jika harga rokok
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi rokok rumah tangga miskin
ketika terjadi kenaikan pendapatan dan harga rokok dan untuk mengetahui belanja
meningkat. Data bersumber dari data Susenas Panel tahun 2008-2010 dan Potensi
hasil penelitian tersebut, rokok merupakan barang normal bagi rumah tangga
miskin, ketika ada kenaikan pendapatan maka konsumsi rokok akan meningkat.
Permintaan rokok pada rumah tangga miskin bersifat inelastis. Ketika terjadi
kenaikan harga rokok, maka konsumsi rokok pada rumah tangga miskin
berkurang sebesar 0,4204 persen pada tahun 2008, 0,7040 pada tahun 2009, dan
0,7799 pada tahun 2010. Ketika ada kenaikan harga rokok, maka rumah tangga
kecuali biaya kesehatan. Pada tahun 2009 komoditi yang dikorbankan adalah
34
tembakau dan sirih lainnya, makanan lainnya, biaya kesehatan serta non makanan
(Studi Kasus Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar). Penelitian ini
Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. penelitian ini penulis menggunakan metode
tersebut lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk konsumsi rokok dari pada
bahkan perilaku.
35
menganalisis pengaruh konsumsi rokok terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi
Aceh. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan beberapa olah data
se Provinsi Aceh adalah positif. Artinya ketika jumlah jumlah konsumsi rokok
tetap dan terus bertambah maka secara linear kemiskinan akan terus meningkat.
perubahan status kemiskinan. digunakan dalam penelitian adalah data hasil PKL
kedua terhadap garis kemiskinan di pulau Bangka Belitung. Hasil simulasi dengan
36
kalori, beberapa rumah tangga dapat mengubah status kemiskinannya dari rumah
tangga miskin menjadi rumah tangga tidak miskin. Sehingga edukasi tentang
Indonesia. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari konsumsi rokok yaitu perokok
berat dan perokok ringan sebagai variabel dependen dan tingkat pendidikan,
pendapatan, status pekerjaan, usia, jenis kelamin, serta status pekerjaan sebagai
digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Indonesian Family Life
Survey (IFLS 5) dengan 5600 responden terpilih. Metode analisis yang digunakan
yaitu analisis regresi logit. Hasil dari penelitian ini yaitu tingkat pendidikan,
dan jenis kelamin laki-laki meningkatkan probabilitas sebesar 13,22 persen. Status
37
Provinsi Banten tidak lepas dari banyaknya perokok dari usia muda. Karakteristik
peran dari sosial ekonomi terhadap permintaan rokok di Provinsi Banten. Data
SUSENAS Bulan Maret 2019 menjadi basis data untuk model OLS yang
rokok untuk permintaan total, jenis SKM, SKT dan SPM menunjukkan tidak
elastis. Rokok juga merupakan barang normal dengan elastisitas pendapatan yang
kurang dari 1. Variabel umur, jumlah anggota rumah tangga dan tingkat
untuk jenis kelamin yang memberikan pengaruh yang negatif. Variabel wilayah
bertujuan untuk memperoleh deskripsi beban biaya kesehatan RT miskin, pola dan
faktor yang berpengaruh pada konsumsi rokok RT miskin di Indonesia tahun 2007
rokok. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian Indonesia Family
Life Survei (IFLS) yang dilaksanakan tahun 2007 mencakup 13 propinsi, 13.995
dan rokok ramuan sendiri (29,19%). Rerata perhari 9,72 batang rokok, usia
pertama kali merokok rata-rata 18,89 tahun dan 93,20% RT miskin masih
38
merokok sampai survei dilakukan. Dibandingkan pengeluaran total RT miskin,
konsumsi rokok.
Menggunakan dataset dari SUSENAS 2018 dan memiliki pendekatan had kifayah,
penelitian ini menggunakan regresi model dua bagian dan menemukan bahwa
kenaikan harga rokok menurunkan konsumsi rokok. Rumah tangga mustahik lebih
memiliki implikasi penting bagi lembaga zakat dalam memastikan dan memantau
life survey (IFLS) 2014 dan 2007. Subyek daripenelitian adalah individu berusia
39
15 tahun atau lebih di 24 provinsi. Studi tersebut menggunakanjenis kelamin,
Indonesia. Data dari BPS menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi untuk rokok
merupakan pengeluaran kedua terbesar pada rumah tangga miskin setelah beras.
Di sisi lain, rumah tangga miskin juga mendapatkan program perlindungan sosial
dari pemerintah untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu,
bantuan perlindungan sosial yang diterima dengan perilaku merokok pada rumah
tangga miskin. Dengan metode regresi linier berganda, hasil penelitian ini
rumah tangga (KRT) pada rumah tangga miskin. Selain itu, penelitian ini
menemukan bahwa KRT pada rumah tangga miskin yang menerima tiga jenis
40
program bantuan perlindungan sosial sekaligus, yaitu Raskin, BLT, dan BSM
memiliki rata-rata rokok yang dikonsumsi per minggu dalam sebulan yang lalu
lebih besar dibandingkan dengan KRT pada rumah tangga miskin yang sama
barang/jasa. Konsumsi adalah sebuah kata dengan makna yang sederhana tetapi
memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian, karena dengan adanya
Pendapatan seseorang dapat berasal dari gaji/upah, bonus, deviden, dan lainlain.
Sebenarnya konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga dapat dipengaruhi oleh
adat sosial budaya, gaya hidup, jumlah penduduk, dan komposisi penduduk.
Namun, banyak dari teori konsumsi yang terkenal menyatakan bahwa faktor yang
Salah satunyanya teori konsumsi yang terkenal adalah teori dari Keynes. Teori
konsumsi dari Keynes tersebut didasarkan atas dasar hukum psikologis yang
kenaikan, maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan, tetapi dengan jumlah
41
yang lebih kecil. Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata akan semakin kecil
dan mineral) yang berbeda-beda. Namun ada pula makanan yang tidak memiliki
kandungan gizi sama sekali. Salah satunya adalah rokok, karena rokok
mengandung 4.000 macam zat berbahaya bagi tubuh manusia. Selain berkaitan
konsumsi rokok pada rumah tangga miskin menyebabkan kebutuhan pokok rumah
tangga sering terabaikan. Sering kali mereka terjebak antara konsumsi rokok
penelitian, selain itu ada lima variabel lainnya yang digunakan untuk mengetahui
miskin di Kecamatan Kuala Jambi, yaitu Pendapatan, usia kepala rumah jenis
pekerjaan kepala rumah tangga dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Hal
42
Teori Konsumsi
Teori Keynes
1. Pendapatan kepala
rumah tangga
2. Usia kepala rumah
tangga
3. Jenis pekerjaan
kepala rumah tangga
4.Tingkat pendidikan
kepala rumah tangga
43
2.4 Hipotesis Penelitian
tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga, dan usia kepala rumah tangga
44