Anda di halaman 1dari 27

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Miskin

Analisis deskriptif adalah langkah pertama yang perlu dilakukan untuk

mengetahui bagaimana gambaran umum data yang telah dikumpulkan dari

responden. Distribusi responden dimaksudkan untuk melihat kondisi sosial

ekonomi seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, lama pendidikan, jenis

pekerjaan, status dalam bekerja, jumlah tanggungan rumah tangga, status

penerima bantuan sosial pemerintah, pendapatan kepala rumah tangga, dan

konsumsi rumah tangga.

5.1.1 Umur
Kelompok umur menggambarkan komposisi penduduk dengan jumlah

penduduk produktif (15 - 64 tahun) dan jumlah yang tidak produktif dibawah 15

tahun dan 65 tahun keatas. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin

berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.1
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan
Kelompok Umur di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase
30-34 7 7,53
35-39 10 10,75
40-44 12 12,90
45-49 16 17,20
50-54 23 24,73
55-59 12 12,90
60-64 9 9,68
64+ 4 4,30
Jumlah 93 100,00
Rata-rata(tahun) 48
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

1
Berdasarkan tabel 5.1, menunjukkan bahwa jumlah dan persentase kepala

rumah tangga miskin berdasarkan kelompok umur kepala rumah tangga miskin di

Kecamatan Dendang dengan jumlah responden 93, menujukkan kelompok umur

kepala rumah tangga miskin tertinggi yaitu berada pada kelompok umur 50-54

tahun sebanyak 23 jiwa atau 24,73% dan jumlah terendah yaitu sama dengan atau

diatas 64 tahun sebanyak 4 jiwa atau 4,30%. Rata-rata umur responden kepala

rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang yaitu berumur 48 tahun. Kepala

rumah tangga yang dalam usia produktif biasanya lebih giat dalam bekerja serta

memiliki fisik dan semangat yang kuat untuk bekerja.

5.1.2 Jenis Kelamin


Jenis kelamin disini untuk melihat seberapa banyak kepala rumah tangga

miskin yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah dan persentase

kepala rumah tangga miskin berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 5.2
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jenis
Kelamin di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase
Laki – Laki 84 90,32
Perempuan 9 9,68
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa kepala rumah tangga miskin yang

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 84 jiwa atau 90,32%, sedangkan yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 9 jiwa atau 9,68%. Hal ini berarti bahwa mayoritas

responden penelitian adalah kaum laki-laki.

2
5.1.3 Status Perkawinan
Status perkawinan disini untuk mengetahui status perkawinan kepala

rumah tangga miskin diantaranya kawin, cerai hidup dan cerai mati. Jumlah dan

Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin berdasarkan status perkawinan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Status
Perkawinan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Status Perkawinan Jumlah (jiwa) Persentase
Kawin 79 84,95
Cerai Hidup 8 8,60
Cerai Mati 6 6,45
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa status perkawinan dari 93

kepala rumah tangga miskin didominasi oleh yang berstatus kawin sebanyak 79

jiwa atau 84,95% dan yang paling sedikit adalah cerai mati sebesar 6 jiwa atau

6,45%.

5.1.4 Tingkat Pendidikan


Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara berfikir dan akan

menentukan seseorang dalam mengadopsi dan menerima informasi baru serta

pemahaman terhadap informasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Dalam hubungannya dengan

konsumsi rumah tangga, seorang kepala keluarga yang berpendidikan tinggi akan

menyadari pentingnya pendidikan dan kesehatan bagi seorang anak, sehingga

pengeluaran konsumsi akan lebih besar dan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan

gizi keluarga juga akan lebih baik dibandingkan kepala keluarga yang

3
berpendidikan rendah. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin

berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Kecamatan Dendang, Tahun 2019
Jumlah
Tingkat Pendidikan Persentase
(Jiwa)
Tidak Tamat SD 34 36,56
≥ Tamat SD:
SD/Sederajat 53 56,99
SMP/Sederajat 6 6,45
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.4, dapat di ketahui bahwa kepala rumah tangga miskin

di Kecamatan Dendang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Data tersebut

menginformasikan bahwa jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin

berdasarkan tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah lulusan SMP/Sederajat

yaitu 6 jiwa atau 6,45%, dan yang paling banyak lulusan SD/Sederajat yaitu 53

responden atau 56,99%.

5.1.5 Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaan adalah macam-macam mata pencaharian kepala rumah

tangga yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jenis pekerjaan disini

yaitu pekerjaan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai tani dan non tani.

Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan jenis pekerjaan di

Kecamatan Dendang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

4
Tabel 5.5
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jenis
Pekerjaan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase
Tani (Buruh tani) 65 69,89
Non Tani    
- Buruh Bangunan 12 12,9
- Buruh Angkut 10 10,75
- Buruh Pabrik 6 6,45
Total 93 100.00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa rata-rata jenis pekerjaan kepala

rumah tangga miskin adalah tani. Dari 93 kepala rumah tangga miskin ada 65 jiwa

atau 69,89% kepala rumah tangga miskin yang bekerja sebagai petani. Responden

yang bekerja di di bidang pertanian seluruhnya hanya berstatus buruh, begitupun

yang bekerja dibidang non pertanian, mereka hanya bekerja sebagai buruh seperti

buruh bangunan dan buruh angkut dengan penghasilan yang dibawah rata-rata.

5.1.6 Jumlah Tanggungan Kepala Rumah Tangga


Jumlah tanggungan kepala rumah tangga adalah banyaknya orang yang

ditangung atau dibiayai oleh Kepala rumah tangga. Semakin banyak anggota

rumah tangga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan rumah tangga yang

harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit tanggungan kepala rumah

tangga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi rumah tangga.

Sehingga dalam rumah tangga yang jumlah tanggungannya banyak, akan diikuti

oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Jumlah dan persentase responden

berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

5
Tabel 5.6
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jumlah
Tanggungan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jumlah
Tanggungan Jumlah (jiwa) Persentase
(jiwa)
3 12 12,90
4 33 35,48
5 31 33,34
6 17 18,28
Total 93 100,00
Rata-rata 5
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.6,dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan kepala

keluarga yang paling tinggi yaitu 4 jiwa sebanyak 33 jiwa atau 35,48% kepala

rumah tangga miskin dan jumlah tanggungan kepala keluarga yang paling rendah

yaitu 3 jiwa sebanyak 12 atau 12,90% kepala rumah tangga miskin. Rata-rata

jumlah tanggungan keluarga dalam 1 (satu) rumah tangga ± 5 anggota keluarga

yang ditanggung oleh kepala rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang. Hal

ini berarti masih diatas yang dicanangkan oleh pemerintah bahwa masyarakat

rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang masih memiliki jumlah tanggungan

kepala keluarga yang cukup besar.

5.1.7 Status Bantuan Sosial

Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang atau barang dari

pemerintah daeah kepada individu, keluarga, kelompk dan atau masyarakat yang

sifatnya tidak terus menerus dan bersifat selektif, terutama diarakan untuk

membantu kelompok sangat miskin dalam memenuhi kebutuhan pendidikan dan

kesehatan, selain memberikan kemampuan kepada keluarga untuk meningkatkan

6
konsumsi. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan status

bantuan sosial dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.7
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Status
Bantuan Sosial di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Status Bantuan Sosial Jumlah (Jiwa) Persentase
Menerima 67 72,04
Tidak Menerima 26 27,96
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa kepala rumah tangga miskin yang

berstatus menerima bantuan sosial yaitu sebanyak 67 jiwa atau 72,04%,

sedangkan yang berstatus tidak menerima bantuan sosial sebanyak 26 jiwa atau

27,96%. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden penelitian adalah rata-rata

telah menerima bantuan sosial. Namun masih ada sebagian yang belum menerima

bantuan sosial. Hal ini dikarenakan tidak meratanya bantuan sosial yang dibagikan

kepada rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

5.1.8 Pendapatan Kepala Rumah Tangga


Pendapatan kepala tumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh

kepala rumah tangga dalam satu bulan. Pendapatan kepala rumah tangga sangat

besar pengaruhnya dengan tingkat konsumsi, semakin tinggi tingkat pendapatan

maka semakin tinggi tingkat konsumsi rumah tangga tersebut. Dikarenakan

tingkat pendapatan yang mengakibatkan pola hidup yang konsumtif, sehingga

adanya tuntutan untuk menuntuh kualitas hidup yang lebih baik. Jumlah dan

persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

7
Tabel 5.8
Jumlah dan persentase Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan
Perkapita Perbulan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jumlah
Pendapatan Persentase
(jiwa)
Rp. 150.000 – Rp. 201.428 23 23,73
Rp. 201.429 – Rp. 252.857 41 44,09
Rp 252.858 – Rp. 304.286 26 31,18
> Rp. 304.286 3 3,23
Total 93 100
Rata-rata Rp. 241.443
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan jumlah dan persentase kepala rumah

tangga miskin berdasarkan pendapatan perkapita perbulan dengan jumlah 93

kepala rumah tangga miskin. Selanjutnya kepala rumah tangga miskin yang

memiliki pendapatan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 201.429 – Rp. 252.857

perbulan sebanyak 41 jiwa atau 44,09% kepala rumah tangga miskin dan kepala

rumah tangga miskin yang memiliki pendapatan perkapita terendah yaitu lebih

dari Rp. 304.286 sebanyak 3 jiwa atau 3,23% kepala rumah tangga miskin.

Adapun rata-rata pendapatan perkapita kepala rumah tangga miskin selama

sebulan yaitu Rp. 241.443.

5.1.9 Pola Konsumsi


Pola konsumsi adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan

jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari

pendapatannya. Pola konsumsi terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga

baik pengeluaran untuk konsumsi pangan maupun untuk konsumsi non pangan,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9

8
Rata-Rata Konsumsi Perkapita Pangan dan Konsumsi Perkapita Non
Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Pengeluaran Rata-rata Persentase
Pangan Rp. 178.691 69,04
Non Pangan Rp. 80.157 30,97
Total Rp. 258.848 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dijelaskan bahwa rata-rata konsumsi perkapita

rumah tangga miskin adalah sebesar Rp. 258.848 atau sekitar 69,04% dengan rata-

rata pengeluaran perkapita terbesar adalah untuk konsumsi beras yakni sebesar Rp

53.679, kemudian diikuti oleh komoditas rokok dan tembakau sebesar Rp

38.193, dan komoditas dengan rata-rata pengeluaran perkapita terkecil adalah

umbi-umbian, yakni sebesar Rp. 2.287 dan buah-buahan yaitu sebesar Rp. 2.627

per orang per bulan. Untuk konsumsi buah-buahan sebagian anggota keluarga

mengaku hanya membeli sesekali buah-buahan yang harganya terjangkau seperti

halnya jeruk, mangga ataupun semangka.

Pengeluaran untuk konsumsi perkapita non pangan sebesar Rp. 80.157

atau 30,97% dengan rata-rata konsumsi perkapita non pangan terbesar adalah

pada pengeluaran untuk biaya perumahan dan fasilitas rumah tangga yakni

sebesar Rp.47.513, dan pengeluaran perkapita terkecil adalah biaya keperluan

pesta dan upacara/kenduri yakni sebesar Rp.2.478. Biaya untuk pakaian,

pajak/pungutan/asuransi, keperluan pesta dan upacara/kenduri anggota keluargaya

hanya sekali dalam setahun, sehingga pengeluaran nya dibagi 12 bulan untuk

mendapatkan pengeluaran perbulannya, sedangkan untuk biaya barang dan jasa

dimana terdapat biaya untuk kesehatan dan pendidikan. Untuk biaya kesehatan di

Kecamatan Dendang terdapat puskesmas pembantu dimana biaya pengobatan

9
disini ditanggung pemerintah akan tetapi biasanya masyarakat membeli minyak

urut atau balsem yang membantu mengatasi masuk angin dan nyeri di badan.

Sedangkan untuk biaya pendidikan rumah tangga miskin juga ditanggung

pemerintah dengan memberikan bantuan yaitu bantuan PKH (Program Keluarga

Harapan) serta KIP (Kartu Indonesia Pintar).

5.1.10 Konsumsi
Konsumsi yang dimaksud disini adalah seluruh jumlah pengeluaran

konsumsi makanan dan non makanan rumah tangga miskin dalam sebulan di

Kecamatan Dendang. Untuk melihat masing-masing persentase konsumsi rumah

tangga miskin dalam penelitian di Kecamatan Dendang ini, dapat dilihat pada

tabel 5.10 berikut:

10
Tabel 5.10
Jumla Persentas Jumla Persentas Jumla
Konsumsi Pangan Konsumsi Non Pangan Konsumsi Persentase
h (RT) e h (RT) e h (RT)
Rp. 113.750 – Rp.
6 6,45 Rp. 38.750 – Rp. 51.178 1 1,08 Rp. 152.500 – Rp. 190.356 2 2,15
139.178
Rp. 139.179 – Rp.
24 25,81 Rp. 51.179 – Rp. 63.607 11 11,83 Rp. 190.357 – Rp. 228.213 14 15,05
164.607
Rp. 164.608 – Rp.
31 33,34 Rp. 63.608 – Rp. 76.036 30 32,26 Rp. 228.214 – Rp. 266.070 41 44,09
190.036
Rp. 190.037 – Rp.
24 25,81 Rp. 76.037 – Rp. 88.465 26 27,96 Rp. 266.071 – Rp. 303.907 28 30,11
215.465
> Rp. 215.465 8 8,60 > Rp. 88.465 25 26,88 > Rp. 303.907 8 8,60
Total 93 100,00 Total 93 100,00 Total 93 100,00
Rata-rata Rp. 178.691 Rata-rata Rp. 80.157 Rata-rata Rp. 258.848
Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Konsumsi Perkapita Perbulan di Kecamatan Dendang Tahun
2019
Sumber: Diolah dari data primer (2019)

11
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa rumah tangga miskin yang

memiliki tingkat konsumsi pangan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 164.608 – Rp.

190.036 perbulan sebanyak 31 atau 33,34% rumah tangga miskin dan rumah tangga

miskin yang memiliki tingkat konsumsi pangan perkapita terendah yaitu antara Rp.

113.750 – Rp. 139.178 sebanyak 6 atau 6,45% rumah tangga miskin. Adapun rata-

rata konsumsi pangan perkapita rumah tangga miskin selama sebulan yaitu Rp.

178.691 perorang perbulan. Sedangkan untuk rumah tangga miskin yang memiliki

tingkat konsumsi non pangan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 63.608 – Rp. 76.036

sebanyak 30 atau 32,26% rumah tangga miskin dan rumah tangga miskin yang

memiliki tingkat konsumsi non pangan perkapita terendah yaitu antara Rp. 38.750 –

Rp. 51.178 sebanyak 1 atau 1,08% . Adapun rata-rata konsumsi non pangan perkapita

rumah tangga miskin selama sebulan yaitu Rp. 80.157 per orang.

Tingkat konsumsi perkapita rumah tangga miskin tertinggi yaitu antara Rp.

228.214 – Rp. 266.070 sebanyak 41 atau 44,09% rumah tangga miskin yang memiliki

tingkat konsumsi perkapita terendah yaitu antara Rp. 152.500 – Rp. 190.356

sebanyak 2 atau 2,15% . Adapun rata-rata konsumsi perkapita rumah tangga miskin

selama sebulan yaitu Rp. Rp. 258.848 per orang. Dilihat dari jumlah konsumsi

perkapita atau pengeluaran perkapita responden berada dibawah garis kemiskinan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebesar Rp. 361.574 per orang perbulan.

12
5.2 Faktor–Faktor Yang Memepengaruhi Konsumsi Rumah Tangga Miskin di
Kecamatan Dendang
Sesuai dengan tujuan kedua penelitian ini, yakni untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga miskin yaitu, pendapatan kepala

rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah

tangga, jenis pekerjaan dan status bantuan sosial di Kecamatan Dendang digunakan

model analisis regresi linear berganda dengan pendekatan OLS.

Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 44350.56 14575.05 3.042911 0.0031


X1 0.897684 0.041957 21.39547 0.0000
X2 46.88547 1821.717 0.025737 0.9795
D1 1339.968 3144.467 0.426135 0.6711
D2 8114.896 3602.749 2.252417 0.0268
D3 -11147.92 4031.593 -2.765141 0.0069

R-squared 0.847647    Mean dependent var 258875.8


Adjusted R-squared 0.838892    S.D. dependent var 35724.97
S.E. of regression 14339.40    Akaike info criterion 22.04175
Sum squared resid 1.79E+10    Schwarz criterion 22.20514
Log likelihood -1018.941    Hannan-Quinn criter. 22.10772
F-statistic 96.80879    Durbin-Watson stat 1.669308
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah (2019)


Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y = 44350,56 + 0,897684X1 + 46,88547X2 + 1339,968D1 + 8114,896D2 – 11147,92D3

Persamaan regresi linear tersebut dapat diinterpretasikan sebagi berikut:

13
1. Nilai Konstanta

Konstanta sebesar 44350,56 memberikan arti bahwa jika pendapatan kepala

ruamah tangga (X1), jumlah tanggungan kepala rumah tangga (X2), pendidikan

kepala krumah tangga (D1), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (D2) dan status

bantuan sosial (D3) diasumsikan tetap atau konstan, maka konsumsi rumah

tangga m iskin (Y) akan naik sebesar Rp. 44.350.

2. Pendapatan Kepala rumah tangga (X1)

Variabel bebas pendapatan kepala rumah tangga (X1) mempunyai koefisien

sebesar 0,897684, memberikan arti bahwa pendapatan kepala rumah tangga

berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan

Dendang dan besar probabilita 0,0000 signifikan pada α = 5%. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap penambahan Rp. 1 pendapatan kepala rumah tangga

maka akan terjadi kenaikan konsumsi sebesar Rp. 0,897684 dengan asumsi

variabel lainnya tetap atau konstan (ceteris paribus).

3. Jumlah Tanggungan Kepala Rumah Tangga (X2)

Variabel bebas jumlah tanggungan kepala rumah tangga (X2) mempunyai

koefisien regresi sebesar 46,88547, memberikan arti bahwa jumlah tanggungan

kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga

miskin di Kecamatan Dendang dan besar probabilita 0.9795 tidak signifikan pada

α = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 jiwa jumlah

tanggungan kepala rumah tangga maka akan terjadi kenaikan konsumsi sebesar

Rp. 47 dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan (ceteris paribus).

14
4. Pendidikan Kepala Rumah Tangga (D1)

Variabel dummy pendidikan kepala rumah tangga mempunyai koefisien regresi

sebesar 1339,968 memberikan arti bahwa pendidikan kepala rumah tangga

berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan

Dendang dan besar probabilita yaitu 0.6711 tidak siginifikan pada α = 5%.

Artinya kepala rumah tangga tamatan SD keatas memiliki konsumsi sebesar Rp.

1.339, lebih besar dibandingkan kepala rumah tangga yang tidak sekolah.

5. Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga (D2)

Variabel dummy jenis pekerjaan kepala keluarga mempunyai koefisien regresi

sebesar 8114,896 memberikan arti bahwa jenis pekerjaan kepala rumah tangga

berpengaruh positif terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan

Dendang dan besar probabilita yaitu 0.0268 siginifikan pada α = 5%. Artinya

kepala rumah tangga yang bekerja sebagai tani memiliki konsumsi sebesar Rp.

8.114, lebih besar dibandingkan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai non

tani.

6. Status Bantuan Sosial (D5)

Variabel dummy status bantuan sosial mempunyai koefisien regresi sebesar –

11147,92 memberikan arti bahwa status bantuan sosial berpengaruh negatif

terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang dan besar

probabilita yaitu 0.0069 siginifikan pada α = 5%. Artinya rumah tangga

penerima bantuan sosial memiliki konsumsi sebesar Rp.11.147, lebih kecil

dibandingkan rumah tangga bukan penerima bantuan sosial.

15
5.3 Pengujian Hipotesis
5.3.1 Uji F
Uji F-Statistik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah secara

simultan atau bersama-sama variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat yaitu dengan cara melihat signifikan α = 5%. Apabila tingkat signifikan lebih

kecil dari α = 5% maka H 0 ditolak Ha diterima artinya secara bersama-sama variabel

bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, begitu juga

sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari α = 5% maka H 0 diterima Ha ditolak

artinya secara bersama-sama variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikat. Hasil regresi linear berganda untuk menguji

statistik F maka dapat dilihat pada hasil pengolahan data berikut ini :

Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Menguji Statistik F

R-squared 0.847647    Mean dependent var 258875.8


Adjusted R-squared 0.838892    S.D. dependent var 35724.97
S.E. of regression 14339.40    Akaike info criterion 22.04175
Sum squared resid 1.79E+10    Schwarz criterion 22.20514
Log likelihood -1018.941    Hannan-Quinn criter. 22.10772
F-statistic 96.80879    Durbin-Watson stat 1.669308
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber:Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil estimasi linear berganda dapat dilihat bahwa F hitung

sebesar 96.80879 dengan probabilitas sebesar (0.000000) atau lebih kecil dari α =

0,05 (0.000000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya secara simultan atau

bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara pendapatan kepala rumah

tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah

16
tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan status bantuan sosial terhadap

konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

5.3.2 Uji t
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

koefisien regresi signifikan atau tidak. Pengujian koefisien resresi parsial (Uji-t)

dilakukan dengan melihat α = 5%, maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya secara

parsial variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Begitu juga

sebaliknya, apabila tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka H0 diterima dan

Ha ditolak artinya secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat. Hasil regresi linear berganda untuk menguji statistic t maka dapat

dilihat pada hasil pengolahan data berikut ini :

Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda Menguji Statistik t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 44350.56 14575.05 3.042911 0.0031


X1 0.897684 0.041957 21.39547 0.0000
X2 46.88547 1821.717 0.025737 0.9795
D1 1339.968 3144.467 0.426135 0.6711
D2 8114.896 3602.749 2.252417 0.0268
D3 -11147.92 4031.593 -2.765141 0.0069
Sumber:Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil estimasi regresi berganda menjelaskan bahwa menjelaskan

bahwa nilai t hitung sebesar 21.39547 dengan probabilita variabel X1 (Pendapatan

kepala rumah tangga) sebesar 0,0000 atau lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,0000 <

0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa

17
variabel pendapatan kepala rumah tangga secara individu memiliki pengaruh

signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

Variabel X2 (Jumlah tanggungan kepala rumah tangga) dapat dilihat bahwa

nilai t hitung sebesar 0.426135 dengan probabilita sebesar 0.9795 atau lebih kecil dari

nilai α = 0,05 (0.9795 > 0,05) , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan kepala keluarga secara

individu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin

di Kecamatan Dendang.

Variabel D1 (Dummy pendidikan kepala rumah tangga) dapat dilihat bahwa

nilai t hitung sebesar 0.337729 dengan probabilita sebesar 0.6711 atau lebih besar

dari nilai α = 0,05 (0.6711 > 0,05) , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dummy pendidikan kepala rumah tangga

secara individu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga

miskin di Kecamatan Dendang.

Variabel D2 (Dummy Jenis pekerjaan kepala rumah tangga) dapat dilihat

bahwa nilai t hitung sebesar 2.252417 dengan probabilita variabel jenis pekerjaan

sebesar 0.0268 atau lebih besar dari nilai α = 0,05 (0.0268 < 0,05) , maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dummy jenis

pekerjaan secara individu memiliki pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah

tangga miskin di Kecamatan Dendang.

Variabel D3 (Dummy status bantuan sosial) dapat dilihat bahwa nilai t hitung

sebesar -2.765141 dengan probabilita sebesar 0.0069 atau lebih besar dari nilai α =

18
0,05 (0.0069 < 0,05) , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa variabel dummy status bantuan sosial secara individu memiliki

pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

5.4 Koefisien Determinasi (R2)


Pengaruh variabel bebas (pendapatan kepala rumah tangga, jumlah

tanggungan kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan

kepala rumah tangga dan status bantuan sosial) terhadap variabel terikat (konsumsi

rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang) ditunjukkan oleh besar koefisien

determinasi R2. Diperoleh angka R-squared sebesar 0.847647 atau 84,77%

menunjukkan bahwa 84,77% konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang

disebabkan oleh pendapatan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah

tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan

status bantuan sosial. Sedangkan sisanya sebesar 15,89% disebabkan oleh variabel

lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

5.5 Uji Asumsi Klasik


5.5.1 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya hubungan

linear yang sempurna antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model

regresi. Jika kooefiseien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih kecil dari

10, berarti model tersebut mampu menjelaskan dengan baik prilaku variabel

dependen. Berikut hasil Variance Inflation Factor (VIF):

19
Hasil Variance Inflation Factor (VIF)

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C  2.12E+08  96.08171  NA


X1  0.001760  47.44484  1.030466
X2  3318652.  31.52113  1.053082
D1  9887674.  2.837161  1.037242
D2  129798 04  3.787540  1.343966
D3  16253741  5.612412  1.327667

Sumber :Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil Variance Inflation Factor (VIF), nilai Centered VIF

variabel X1 (Pendapatan kepala rumah tangga), X2 (Jumlah tanggungan kepala

rumah tangga), D1 (Pendidikan kepala rumah tangga), D2 (Dummy jenis pekerjaan

kepala rumah tangga) dan D3 (Dummy status bantuan sosial) terhadap konsumsi

rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang kurang dari 10 maka dapat dinyatakan

tidak terjadi gejala multikolinearitas.

5.5.2 Uji Heterokedastisitas


Hasil regresi heterokedastisitas untuk menguji R-squared setiap variabel

independen (pendapatan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah

tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan

status bantuan sosial) yang mempengaruhi variabel dependen (konsumsi rumah

tangga) mempunyai varians yang sama. Jika terjadi heterokedastisitas maka penaksir

OLS tetap tak bias atau konsisten, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam

sampel kecil maupun besar. Berikut merupakan hasil regresi heterokedastisitas:

20
Hasil Regresi Heterokedastisitas

F-statistic 2.067207    Prob. F(5,87) 0.0772


Obs*R-squared 9.875593    Prob. Chi-Square(5) 0.0788
Scaled explained SS 8.987282    Prob. Chi-Square(5) 0.1096
Sumber :Data diolah (2019)

Berdasarkan hasil regresi heterokedastisitas menunjukkan bahwa probabilita

chi-square lebih besar dari nilai α yang dipilih yaitu 0.1096 > 0,05 dan tidak

mengalami signifikan dalam model pengujian Breusch-Pagan-Godfrey ini berarti

variabel pendapatan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga ,

jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan status bantuan sosial terhadap konsumsi

rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang tidak terdapat heterokedastisitas.

5.5.3 Uji Normalitas


Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

melalui uji hanya akan valid jika residualnya yang didapatkan melalui distribusi yang

normal. Ada beberapa metode untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi secara

normal atau tidak, salah satunya yaitu melalui histogram dan uji yang dikembangkan

oleh Jarque-Bera (JB) dalam ekonometrika.

Untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak, dapat

dilihat pada nilai probabilitanya. Jika nilai probabilita > α 5% (0,05) maka residual

tersiditribusi dengan normal.

21
12
Series: Residuals
Sample 1 93
10 Observations 93

8 Mean -3.97e-11
Median 118.1177
Maximum 38023.39
6 Minimum -39173.94
Std. Dev. 13944.30
Skewness 0.211923
4
Kurtosis 3.079805

2 Jarque-Bera 0.720804
Probability 0.697396
0
-40000 -30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000 40000

Gambar 5.2 Uji Normalitas

Berdasarkan gambar 5.1 menunjukan bahwa nilai probabilitas J-B hitung

0,697396 lebih besar dari nilai probabilitas α (0,05) dalam pendekatan Jarque-Berra

test, maka model ini lolos dari ketidaknormalan atau data berdistribusi normal.

5.6 Analisis
5.6.1 Analisis Pengaruh Pendapatan Kepala Rumah Tangga Terhadap
Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang
Dari penelitian ini diketahui bahwa pendapatan kepala rumah tangga

berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin yang

berarti sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel pendapatan kepala rumah tangga

berpengaruh positif signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan

Dendang. Dengan demikian semakin tinggi pendapatan kepala rumah tangga maka

akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi rumah tangga tersebut. Begitupun

sebaliknya, jika pendapatan kepala rumah tangga rendah maka tingkat konsumsinya

juga akan rendah.

22
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achmad

(2016) juga menunjukan hasil yang sama, dalam penelitiannya menyatakan bahwa

pendapatan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi

rumah tangga miskin. Hal ini terjadi karena pendapatan merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang, karenanya ketika tingkat

pendapatan meningkat, kemampuan seseorang untuk membeli aneka kebutuhan

konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi makin

konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Hal tersebut sesuai

dengan teori konsumsi menurut Ernest Engel yang menyatakan bahwa tingkat

kesejahteraan dikatakan membaik bila perbandingan pengeluaran untuk konsumsi

makanan cenderung semakin menurun dan sebaliknya pengeluaran untuk non

makanan semakin meningkat. Sejalan juga dengan teori Keynes yang menyatakan

bahwa jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat.

Hal ini sesuai dengan keadaan rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang

dimana masyarakatnya memiliki pendapatan yang berbeda-beda antara rumah tangga

yang satu dengan rumah tangga yang lain, serta pendapatan yang di peroleh tidak

tetap pada setiap periodenya, dimana bisa lebih rendah ataupun lebih tinggi. Hal ini di

karenakan pekerjaan mereka yang rata-rata adalah buruh dan petani dimana lahan

tani yang dimiliki tidaklah luas. Dengan pendapatan yang rendah tersebut maka

pendapatan yang mereka peroleh sebagian besar hanya cukup digunakan untuk

membeli kebutuhan pokok saja.

23
5.6.2 Analisis Pengaruh Jumlah Tanggungan Kepala Rumah Tangga Terhadap
Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang

Dari penelitian ini diketahui bahwa jumlah tanggungan kepala rumah tangga

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin

yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis awal. Sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang telah dilakukan oleh Masykur dkk (2015), yang mengatakan bahwa

jumlah tanggungan kepala rumah tangga berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap rumah tangga miskin. Apabila di dalam keluarga yang menjadi tanggungan

keluarga sudah berpenghasilan sendiri maka jumlah anggota keluarga yang banyak

tidak akan mempengaruhi konsumsi yang harus di penuhi oleh kepala rumah tangga

keluarkan. Sebaliknya jumlah anggota keluarga yang banyak akan mempengaruhi

konsumsi apabila anggota keluarga tersebut belum memiliki penghasilan sendiri.

Banyaknya jumlah anggota keluarga yang berbeda-beda yang dimiliki oleh

setiap responden ini juga tidak mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga miskin di

Kecamatan Dendang dikarenakan rumah tangga yang memiliki jumlah anggota

keluarga banyak maupun sedikit tersebut mereka sama-sama dapat memenuhi

kebutuhan dasar, mengingat penghasilan rendah yang dimiliki responden maka hanya

sebatas kebutuhan dasarlah yang dapat terpenuhi dan belum mencapai pemenuhan

kebutuhan sekunder ataupun tersier.

24
5.6.3 Analisis Pengaruh Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Konsumsi
Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang

Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel pendidikan berpengaruh positif

namun tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin, yang berarti tidak

sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel dummy pendidikan berpengaruh secara

signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

Pada penelitian ini menimbulkan indikasi bahwa diduga salah satu penyebab

hipotesis ditolak dikarenakan minat kepala rumah tangga miskin Kecamatan Dendang

untuk bersekolah masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari 93 sampel sebanyak

63.44% kepala mempunyai tingkat pendidikan ≥ tamat SD dengan rincian 54,84%

kepala rumah tangga miskin mengenyam pendidikan hingga tamat SD, 6,45% kepala

rumah tangga miskin mengenyam pendidikan hinggatamat SMP dan 2,15%

mengenyam pendidikan hingga tamat SMA. Oleh karena itu pendapatan dan

pengeluaran konsumsi rumah tangga miskin antara ≥ tamatSD dengan yang tidak

sekolah tidah jauh beda. Maka hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan tidak

berpengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan

Dendang.

Tingkat pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi tingkat kemiskinan

seseorang atau rumah tangga. Hal ini sejalan dengan teori lingkaran setan kemiskinan

bahwa pada umumnya masyarakat miskin memilki pendapatan yang rendah, dengan

pendapatan yang rendah akan berdampak pada rendahnya daya beli terhadap

pendidikan sehingga akan berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.

25
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Yustika (2014) yang

menunjukkan hasil bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap

pengeluaran rumah tangga miskin di Kabupaten Polman.

5.6.4 Analisis Pengaruh Jenis Pekerjaan Terhadap Konsumsi Rumah Tangga


Miskin di Kecamatan Dendang
Dari penelitian ini diketahui bahwa jenis pekerjaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin. yang berarti sesuai dengan

hipotesis awal bahwa variabel jenis pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang.

Pengeluaran petani lebih besar dikarenakan pada kasus di Kecamatan

Dendang pekerjaan bukan petanipun hanya bekerja pada sector informal, seperti

buruh bangunan dan nelayan. Dimana pendapatan yang dieproleh lebih kecil karena

pekerjaan diluar sector pertanian tidak musiman, berbeda dengan bekerja sebagai

petani. Penelitian sejalan dengan yang dilakukan oleh Heni (2014) yang menyatakan

bahwa jenis pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi rumah

tangga miskin di Kecamatan Srandakan Bantul.

5.6.5 Analisis Pengaruh Status Bantuan Sosial Terhadap Konsumsi Rumah


Tangga Miskin di Kecamatan Dendang

Dari penelitian ini diketahui bahwa status bantuan sosial berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin. yang berarti sesuai dengan

hipotesis awal bahwa variabel status bantuan sosial berpengaruh signifikan terhadap

konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang di lakukan oleh Josephine Ruth (2012) yang menyatakan adanya

26
pengaruh yang signifikan antara bantuan sosial dalam raskin terhadap konsumsi

rumah tangga miskin. Bantuan sosial mecakup program Indonesia Pintar (PIP),

Program Jaminan Kesehatan (JKN-KIS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan

Rastra/BPNT. Bantuan sosial dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin,

terutama dalam hal pangan, pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kualitas

pendidikan dan kesehatan akan memberikan kesempatan kepada mayarakat untuk

memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehiduoan mereka.

27

Anda mungkin juga menyukai