ekonomi seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, lama pendidikan, jenis
5.1.1 Umur
Kelompok umur menggambarkan komposisi penduduk dengan jumlah
penduduk produktif (15 - 64 tahun) dan jumlah yang tidak produktif dibawah 15
tahun dan 65 tahun keatas. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin
Tabel 5.1
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan
Kelompok Umur di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Kelompok Umur Jumlah (jiwa) Persentase
30-34 7 7,53
35-39 10 10,75
40-44 12 12,90
45-49 16 17,20
50-54 23 24,73
55-59 12 12,90
60-64 9 9,68
64+ 4 4,30
Jumlah 93 100,00
Rata-rata(tahun) 48
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
1
Berdasarkan tabel 5.1, menunjukkan bahwa jumlah dan persentase kepala
rumah tangga miskin berdasarkan kelompok umur kepala rumah tangga miskin di
kepala rumah tangga miskin tertinggi yaitu berada pada kelompok umur 50-54
tahun sebanyak 23 jiwa atau 24,73% dan jumlah terendah yaitu sama dengan atau
diatas 64 tahun sebanyak 4 jiwa atau 4,30%. Rata-rata umur responden kepala
rumah tangga yang dalam usia produktif biasanya lebih giat dalam bekerja serta
miskin yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jumlah dan persentase
kepala rumah tangga miskin berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5.2
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jenis
Kelamin di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase
Laki – Laki 84 90,32
Perempuan 9 9,68
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa kepala rumah tangga miskin yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 84 jiwa atau 90,32%, sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 9 jiwa atau 9,68%. Hal ini berarti bahwa mayoritas
2
5.1.3 Status Perkawinan
Status perkawinan disini untuk mengetahui status perkawinan kepala
rumah tangga miskin diantaranya kawin, cerai hidup dan cerai mati. Jumlah dan
Tabel 5.3
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Status
Perkawinan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Status Perkawinan Jumlah (jiwa) Persentase
Kawin 79 84,95
Cerai Hidup 8 8,60
Cerai Mati 6 6,45
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
kepala rumah tangga miskin didominasi oleh yang berstatus kawin sebanyak 79
jiwa atau 84,95% dan yang paling sedikit adalah cerai mati sebesar 6 jiwa atau
6,45%.
konsumsi rumah tangga, seorang kepala keluarga yang berpendidikan tinggi akan
pengeluaran konsumsi akan lebih besar dan pemenuhan kebutuhan kesehatan dan
gizi keluarga juga akan lebih baik dibandingkan kepala keluarga yang
3
berpendidikan rendah. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin
Tabel 5.4
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Kecamatan Dendang, Tahun 2019
Jumlah
Tingkat Pendidikan Persentase
(Jiwa)
Tidak Tamat SD 34 36,56
≥ Tamat SD:
SD/Sederajat 53 56,99
SMP/Sederajat 6 6,45
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
Berdasarkan tabel 5.4, dapat di ketahui bahwa kepala rumah tangga miskin
yaitu 6 jiwa atau 6,45%, dan yang paling banyak lulusan SD/Sederajat yaitu 53
tangga yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jenis pekerjaan disini
yaitu pekerjaan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai tani dan non tani.
Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan jenis pekerjaan di
4
Tabel 5.5
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jenis
Pekerjaan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa) Persentase
Tani (Buruh tani) 65 69,89
Non Tani
- Buruh Bangunan 12 12,9
- Buruh Angkut 10 10,75
- Buruh Pabrik 6 6,45
Total 93 100.00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa rata-rata jenis pekerjaan kepala
rumah tangga miskin adalah tani. Dari 93 kepala rumah tangga miskin ada 65 jiwa
atau 69,89% kepala rumah tangga miskin yang bekerja sebagai petani. Responden
yang bekerja dibidang non pertanian, mereka hanya bekerja sebagai buruh seperti
buruh bangunan dan buruh angkut dengan penghasilan yang dibawah rata-rata.
ditangung atau dibiayai oleh Kepala rumah tangga. Semakin banyak anggota
rumah tangga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan rumah tangga yang
harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit tanggungan kepala rumah
tangga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi rumah tangga.
Sehingga dalam rumah tangga yang jumlah tanggungannya banyak, akan diikuti
oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Jumlah dan persentase responden
5
Tabel 5.6
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Jumlah
Tanggungan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jumlah
Tanggungan Jumlah (jiwa) Persentase
(jiwa)
3 12 12,90
4 33 35,48
5 31 33,34
6 17 18,28
Total 93 100,00
Rata-rata 5
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
keluarga yang paling tinggi yaitu 4 jiwa sebanyak 33 jiwa atau 35,48% kepala
rumah tangga miskin dan jumlah tanggungan kepala keluarga yang paling rendah
yaitu 3 jiwa sebanyak 12 atau 12,90% kepala rumah tangga miskin. Rata-rata
yang ditanggung oleh kepala rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang. Hal
ini berarti masih diatas yang dicanangkan oleh pemerintah bahwa masyarakat
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan berupa uang atau barang dari
pemerintah daeah kepada individu, keluarga, kelompk dan atau masyarakat yang
sifatnya tidak terus menerus dan bersifat selektif, terutama diarakan untuk
6
konsumsi. Jumlah dan persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan status
Tabel 5.7
Jumlah dan Persentase Kepala Rumah Tangga Miskin Berdasarkan Status
Bantuan Sosial di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Status Bantuan Sosial Jumlah (Jiwa) Persentase
Menerima 67 72,04
Tidak Menerima 26 27,96
Total 93 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
Berdasarkan tabel 5.7, diketahui bahwa kepala rumah tangga miskin yang
sedangkan yang berstatus tidak menerima bantuan sosial sebanyak 26 jiwa atau
27,96%. Hal ini berarti bahwa mayoritas responden penelitian adalah rata-rata
telah menerima bantuan sosial. Namun masih ada sebagian yang belum menerima
bantuan sosial. Hal ini dikarenakan tidak meratanya bantuan sosial yang dibagikan
kepala rumah tangga dalam satu bulan. Pendapatan kepala rumah tangga sangat
adanya tuntutan untuk menuntuh kualitas hidup yang lebih baik. Jumlah dan
persentase kepala rumah tangga miskin berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada
7
Tabel 5.8
Jumlah dan persentase Kepala Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan
Perkapita Perbulan di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Jumlah
Pendapatan Persentase
(jiwa)
Rp. 150.000 – Rp. 201.428 23 23,73
Rp. 201.429 – Rp. 252.857 41 44,09
Rp 252.858 – Rp. 304.286 26 31,18
> Rp. 304.286 3 3,23
Total 93 100
Rata-rata Rp. 241.443
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
kepala rumah tangga miskin. Selanjutnya kepala rumah tangga miskin yang
memiliki pendapatan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 201.429 – Rp. 252.857
perbulan sebanyak 41 jiwa atau 44,09% kepala rumah tangga miskin dan kepala
rumah tangga miskin yang memiliki pendapatan perkapita terendah yaitu lebih
dari Rp. 304.286 sebanyak 3 jiwa atau 3,23% kepala rumah tangga miskin.
jasa yang akan dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, yang dipenuhi dari
baik pengeluaran untuk konsumsi pangan maupun untuk konsumsi non pangan,
Tabel 5.9
8
Rata-Rata Konsumsi Perkapita Pangan dan Konsumsi Perkapita Non
Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang Tahun 2019
Pengeluaran Rata-rata Persentase
Pangan Rp. 178.691 69,04
Non Pangan Rp. 80.157 30,97
Total Rp. 258.848 100,00
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
rumah tangga miskin adalah sebesar Rp. 258.848 atau sekitar 69,04% dengan rata-
rata pengeluaran perkapita terbesar adalah untuk konsumsi beras yakni sebesar Rp
umbi-umbian, yakni sebesar Rp. 2.287 dan buah-buahan yaitu sebesar Rp. 2.627
per orang per bulan. Untuk konsumsi buah-buahan sebagian anggota keluarga
atau 30,97% dengan rata-rata konsumsi perkapita non pangan terbesar adalah
pada pengeluaran untuk biaya perumahan dan fasilitas rumah tangga yakni
hanya sekali dalam setahun, sehingga pengeluaran nya dibagi 12 bulan untuk
dimana terdapat biaya untuk kesehatan dan pendidikan. Untuk biaya kesehatan di
9
disini ditanggung pemerintah akan tetapi biasanya masyarakat membeli minyak
urut atau balsem yang membantu mengatasi masuk angin dan nyeri di badan.
5.1.10 Konsumsi
Konsumsi yang dimaksud disini adalah seluruh jumlah pengeluaran
konsumsi makanan dan non makanan rumah tangga miskin dalam sebulan di
tangga miskin dalam penelitian di Kecamatan Dendang ini, dapat dilihat pada
10
Tabel 5.10
Jumla Persentas Jumla Persentas Jumla
Konsumsi Pangan Konsumsi Non Pangan Konsumsi Persentase
h (RT) e h (RT) e h (RT)
Rp. 113.750 – Rp.
6 6,45 Rp. 38.750 – Rp. 51.178 1 1,08 Rp. 152.500 – Rp. 190.356 2 2,15
139.178
Rp. 139.179 – Rp.
24 25,81 Rp. 51.179 – Rp. 63.607 11 11,83 Rp. 190.357 – Rp. 228.213 14 15,05
164.607
Rp. 164.608 – Rp.
31 33,34 Rp. 63.608 – Rp. 76.036 30 32,26 Rp. 228.214 – Rp. 266.070 41 44,09
190.036
Rp. 190.037 – Rp.
24 25,81 Rp. 76.037 – Rp. 88.465 26 27,96 Rp. 266.071 – Rp. 303.907 28 30,11
215.465
> Rp. 215.465 8 8,60 > Rp. 88.465 25 26,88 > Rp. 303.907 8 8,60
Total 93 100,00 Total 93 100,00 Total 93 100,00
Rata-rata Rp. 178.691 Rata-rata Rp. 80.157 Rata-rata Rp. 258.848
Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin Menurut Tingkat Konsumsi Perkapita Perbulan di Kecamatan Dendang Tahun
2019
Sumber: Diolah dari data primer (2019)
11
Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa rumah tangga miskin yang
memiliki tingkat konsumsi pangan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 164.608 – Rp.
190.036 perbulan sebanyak 31 atau 33,34% rumah tangga miskin dan rumah tangga
miskin yang memiliki tingkat konsumsi pangan perkapita terendah yaitu antara Rp.
113.750 – Rp. 139.178 sebanyak 6 atau 6,45% rumah tangga miskin. Adapun rata-
rata konsumsi pangan perkapita rumah tangga miskin selama sebulan yaitu Rp.
178.691 perorang perbulan. Sedangkan untuk rumah tangga miskin yang memiliki
tingkat konsumsi non pangan perkapita tertinggi yaitu antara Rp. 63.608 – Rp. 76.036
sebanyak 30 atau 32,26% rumah tangga miskin dan rumah tangga miskin yang
memiliki tingkat konsumsi non pangan perkapita terendah yaitu antara Rp. 38.750 –
Rp. 51.178 sebanyak 1 atau 1,08% . Adapun rata-rata konsumsi non pangan perkapita
rumah tangga miskin selama sebulan yaitu Rp. 80.157 per orang.
Tingkat konsumsi perkapita rumah tangga miskin tertinggi yaitu antara Rp.
228.214 – Rp. 266.070 sebanyak 41 atau 44,09% rumah tangga miskin yang memiliki
tingkat konsumsi perkapita terendah yaitu antara Rp. 152.500 – Rp. 190.356
sebanyak 2 atau 2,15% . Adapun rata-rata konsumsi perkapita rumah tangga miskin
selama sebulan yaitu Rp. Rp. 258.848 per orang. Dilihat dari jumlah konsumsi
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebesar Rp. 361.574 per orang perbulan.
12
5.2 Faktor–Faktor Yang Memepengaruhi Konsumsi Rumah Tangga Miskin di
Kecamatan Dendang
Sesuai dengan tujuan kedua penelitian ini, yakni untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga miskin yaitu, pendapatan kepala
rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah
tangga, jenis pekerjaan dan status bantuan sosial di Kecamatan Dendang digunakan
13
1. Nilai Konstanta
ruamah tangga (X1), jumlah tanggungan kepala rumah tangga (X2), pendidikan
kepala krumah tangga (D1), jenis pekerjaan kepala rumah tangga (D2) dan status
bantuan sosial (D3) diasumsikan tetap atau konstan, maka konsumsi rumah
Dendang dan besar probabilita 0,0000 signifikan pada α = 5%. Hal ini
maka akan terjadi kenaikan konsumsi sebesar Rp. 0,897684 dengan asumsi
miskin di Kecamatan Dendang dan besar probabilita 0.9795 tidak signifikan pada
tanggungan kepala rumah tangga maka akan terjadi kenaikan konsumsi sebesar
Rp. 47 dengan asumsi variabel lainnya tetap atau konstan (ceteris paribus).
14
4. Pendidikan Kepala Rumah Tangga (D1)
Dendang dan besar probabilita yaitu 0.6711 tidak siginifikan pada α = 5%.
Artinya kepala rumah tangga tamatan SD keatas memiliki konsumsi sebesar Rp.
1.339, lebih besar dibandingkan kepala rumah tangga yang tidak sekolah.
sebesar 8114,896 memberikan arti bahwa jenis pekerjaan kepala rumah tangga
Dendang dan besar probabilita yaitu 0.0268 siginifikan pada α = 5%. Artinya
kepala rumah tangga yang bekerja sebagai tani memiliki konsumsi sebesar Rp.
8.114, lebih besar dibandingkan kepala rumah tangga yang bekerja sebagai non
tani.
15
5.3 Pengujian Hipotesis
5.3.1 Uji F
Uji F-Statistik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah secara
terikat yaitu dengan cara melihat signifikan α = 5%. Apabila tingkat signifikan lebih
bebas tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat, begitu juga
sebaliknya jika tingkat signifikan lebih besar dari α = 5% maka H 0 diterima Ha ditolak
signifikan terhadap variabel terikat. Hasil regresi linear berganda untuk menguji
statistik F maka dapat dilihat pada hasil pengolahan data berikut ini :
sebesar 96.80879 dengan probabilitas sebesar (0.000000) atau lebih kecil dari α =
0,05 (0.000000 < 0,05) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya secara simultan atau
tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah
16
tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan status bantuan sosial terhadap
5.3.2 Uji t
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah
koefisien regresi signifikan atau tidak. Pengujian koefisien resresi parsial (Uji-t)
dilakukan dengan melihat α = 5%, maka H0 ditolak dan Ha diterima artinya secara
parsial variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Begitu juga
sebaliknya, apabila tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka H0 diterima dan
Ha ditolak artinya secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat. Hasil regresi linear berganda untuk menguji statistic t maka dapat
kepala rumah tangga) sebesar 0,0000 atau lebih kecil dari nilai α = 0,05 (0,0000 <
0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
17
variabel pendapatan kepala rumah tangga secara individu memiliki pengaruh
nilai t hitung sebesar 0.426135 dengan probabilita sebesar 0.9795 atau lebih kecil dari
nilai α = 0,05 (0.9795 > 0,05) , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil tersebut
individu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin
di Kecamatan Dendang.
nilai t hitung sebesar 0.337729 dengan probabilita sebesar 0.6711 atau lebih besar
dari nilai α = 0,05 (0.6711 > 0,05) , maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dummy pendidikan kepala rumah tangga
secara individu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap konsumsi rumah tangga
bahwa nilai t hitung sebesar 2.252417 dengan probabilita variabel jenis pekerjaan
sebesar 0.0268 atau lebih besar dari nilai α = 0,05 (0.0268 < 0,05) , maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel dummy jenis
Variabel D3 (Dummy status bantuan sosial) dapat dilihat bahwa nilai t hitung
sebesar -2.765141 dengan probabilita sebesar 0.0069 atau lebih besar dari nilai α =
18
0,05 (0.0069 < 0,05) , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa variabel dummy status bantuan sosial secara individu memiliki
tanggungan kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan
kepala rumah tangga dan status bantuan sosial) terhadap variabel terikat (konsumsi
disebabkan oleh pendapatan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah
tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan
status bantuan sosial. Sedangkan sisanya sebesar 15,89% disebabkan oleh variabel
linear yang sempurna antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model
regresi. Jika kooefiseien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih kecil dari
10, berarti model tersebut mampu menjelaskan dengan baik prilaku variabel
19
Hasil Variance Inflation Factor (VIF)
kepala rumah tangga) dan D3 (Dummy status bantuan sosial) terhadap konsumsi
rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang kurang dari 10 maka dapat dinyatakan
tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan
tangga) mempunyai varians yang sama. Jika terjadi heterokedastisitas maka penaksir
OLS tetap tak bias atau konsisten, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam
20
Hasil Regresi Heterokedastisitas
chi-square lebih besar dari nilai α yang dipilih yaitu 0.1096 > 0,05 dan tidak
variabel pendapatan kepala rumah tangga, jumlah tanggungan kepala rumah tangga ,
jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan status bantuan sosial terhadap konsumsi
melalui uji hanya akan valid jika residualnya yang didapatkan melalui distribusi yang
normal. Ada beberapa metode untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi secara
normal atau tidak, salah satunya yaitu melalui histogram dan uji yang dikembangkan
dilihat pada nilai probabilitanya. Jika nilai probabilita > α 5% (0,05) maka residual
21
12
Series: Residuals
Sample 1 93
10 Observations 93
8 Mean -3.97e-11
Median 118.1177
Maximum 38023.39
6 Minimum -39173.94
Std. Dev. 13944.30
Skewness 0.211923
4
Kurtosis 3.079805
2 Jarque-Bera 0.720804
Probability 0.697396
0
-40000 -30000 -20000 -10000 0 10000 20000 30000 40000
0,697396 lebih besar dari nilai probabilitas α (0,05) dalam pendekatan Jarque-Berra
test, maka model ini lolos dari ketidaknormalan atau data berdistribusi normal.
5.6 Analisis
5.6.1 Analisis Pengaruh Pendapatan Kepala Rumah Tangga Terhadap
Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang
Dari penelitian ini diketahui bahwa pendapatan kepala rumah tangga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin yang
berarti sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel pendapatan kepala rumah tangga
Dendang. Dengan demikian semakin tinggi pendapatan kepala rumah tangga maka
akan semakin tinggi pula tingkat konsumsi rumah tangga tersebut. Begitupun
sebaliknya, jika pendapatan kepala rumah tangga rendah maka tingkat konsumsinya
22
Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Achmad
(2016) juga menunjukan hasil yang sama, dalam penelitiannya menyatakan bahwa
rumah tangga miskin. Hal ini terjadi karena pendapatan merupakan salah satu faktor
konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi makin
konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Hal tersebut sesuai
dengan teori konsumsi menurut Ernest Engel yang menyatakan bahwa tingkat
makanan semakin meningkat. Sejalan juga dengan teori Keynes yang menyatakan
bahwa jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat.
Hal ini sesuai dengan keadaan rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang
yang satu dengan rumah tangga yang lain, serta pendapatan yang di peroleh tidak
tetap pada setiap periodenya, dimana bisa lebih rendah ataupun lebih tinggi. Hal ini di
karenakan pekerjaan mereka yang rata-rata adalah buruh dan petani dimana lahan
tani yang dimiliki tidaklah luas. Dengan pendapatan yang rendah tersebut maka
pendapatan yang mereka peroleh sebagian besar hanya cukup digunakan untuk
23
5.6.2 Analisis Pengaruh Jumlah Tanggungan Kepala Rumah Tangga Terhadap
Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang
Dari penelitian ini diketahui bahwa jumlah tanggungan kepala rumah tangga
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin
yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis awal. Sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Masykur dkk (2015), yang mengatakan bahwa
jumlah tanggungan kepala rumah tangga berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap rumah tangga miskin. Apabila di dalam keluarga yang menjadi tanggungan
keluarga sudah berpenghasilan sendiri maka jumlah anggota keluarga yang banyak
tidak akan mempengaruhi konsumsi yang harus di penuhi oleh kepala rumah tangga
setiap responden ini juga tidak mempengaruhi pola konsumsi rumah tangga miskin di
kebutuhan dasar, mengingat penghasilan rendah yang dimiliki responden maka hanya
sebatas kebutuhan dasarlah yang dapat terpenuhi dan belum mencapai pemenuhan
24
5.6.3 Analisis Pengaruh Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Konsumsi
Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Dendang
namun tidak signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin, yang berarti tidak
sesuai dengan hipotesis awal bahwa variabel dummy pendidikan berpengaruh secara
Pada penelitian ini menimbulkan indikasi bahwa diduga salah satu penyebab
hipotesis ditolak dikarenakan minat kepala rumah tangga miskin Kecamatan Dendang
untuk bersekolah masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari 93 sampel sebanyak
kepala rumah tangga miskin mengenyam pendidikan hingga tamat SD, 6,45% kepala
mengenyam pendidikan hingga tamat SMA. Oleh karena itu pendapatan dan
pengeluaran konsumsi rumah tangga miskin antara ≥ tamatSD dengan yang tidak
sekolah tidah jauh beda. Maka hasil analisis menunjukkan bahwa pendidikan tidak
Dendang.
seseorang atau rumah tangga. Hal ini sejalan dengan teori lingkaran setan kemiskinan
bahwa pada umumnya masyarakat miskin memilki pendapatan yang rendah, dengan
pendapatan yang rendah akan berdampak pada rendahnya daya beli terhadap
25
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Yustika (2014) yang
signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin. yang berarti sesuai dengan
hipotesis awal bahwa variabel jenis pekerjaan berpengaruh positif dan signifikan
Dendang pekerjaan bukan petanipun hanya bekerja pada sector informal, seperti
buruh bangunan dan nelayan. Dimana pendapatan yang dieproleh lebih kecil karena
pekerjaan diluar sector pertanian tidak musiman, berbeda dengan bekerja sebagai
petani. Penelitian sejalan dengan yang dilakukan oleh Heni (2014) yang menyatakan
Dari penelitian ini diketahui bahwa status bantuan sosial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap konsumsi rumah tangga miskin. yang berarti sesuai dengan
hipotesis awal bahwa variabel status bantuan sosial berpengaruh signifikan terhadap
konsumsi rumah tangga miskin di Kecamatan Dendang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang di lakukan oleh Josephine Ruth (2012) yang menyatakan adanya
26
pengaruh yang signifikan antara bantuan sosial dalam raskin terhadap konsumsi
rumah tangga miskin. Bantuan sosial mecakup program Indonesia Pintar (PIP),
27