Anda di halaman 1dari 23

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian tentang pengaruh Keluarga

Dengan perilaku Bullying Pada siswa dan siswi kelas VIII di SMP Negeri

5 Samarinda tahun ajaran 2019/2020, pengumpulan datanya

menggunakan instrument berupa kuesioner yang dilakukan pada bulan

maret. Dalam bab ini juga membahas tentang gambaran umum lokasi

penelitian serta hasil analisa data yang terdiri dari hasil univariat dan

bivariat.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 5 Samarinda Terletak di Kota Samarinda dengan

alamat Jl. Ir.H.Juanda No.18, Air Putih, Kec, SamarindaUlu, Kota

samarinda Prov. Kalimantan Timur, yang didirikan 1979, telah

2
beroperasi selama 41 tahun dengan luas lahan 6943 m Dan sudah

akreditas A dari tahun 2017.

Adapun visi dan misi, falsafah, motto, dan budaya SMP Negeri 5

Samarinda sebagai berikut :

Visi : Menciptakan lulusan yang berprestasi dalam Bidang Akademik

dan Non Akademik yang  berwawasan Iman dan Taqwa serta

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Misi :  

1.Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan yang cerdas,

trampil, beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


52

2.Mewujudkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir.

3.Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler yang dibutuhkan siswa.

4.Mewujudkan fasilitas sekolah yang lengkap dan mutakhir.

5.Mewujudkan Pendidikan dan tenaga kependidik yang mampu

berkomitmen tinggi.

6.Menciptakan sekolah bersih, sehat, aman dan nyaman.

B. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian diperoleh dari data penyebaran

kuesioner pada kelas VIII di SMP Negeri 5 Samarinda. Kuesioner

terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama yang berfungsi untuk

mengetahui tingkat pengaruh keluarga pada siswa, dan bagian

kedua berfungsi untuk mengetahui tingkat perilaku bullying pada

siswa. Data akan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui

deskripsi data dari variabel tersebut.

1. Karakteristik responden

a. Berdasarkan usia

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Sumber : Data Primer 2020


No Usia Frekuensi Persentase
13 79 43,6%
tahun
14 95 52,5%
tahun
15 7 3,9%
tahun
Jumla 181 100%
h
53

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 181 responden

sebagian besar berumur 14 tahun sebanyak 95 orang dengan

persentase 52,5%, 13 tahun sebanyak 79 siswa dengan

persentase 43,6%, dan 15 tahun sebanyak 7 siswa dengan

persentase 3,9%.

b. Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

kelamin

Sumber : Data Primer 2020


No Usia Frekuensi Persentase
Laki- 79 43,6%
laki
Perem 102 56,4%
puan
Jumla 181 100%
h

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 181 responden

sebagaian besar berjenis perempuan dengan jumlah 102 siswi dengan

persentase 56,4% dan berjenis kelamin laki-laki berjumlah 79 responden

dengan persentase 43,6%.

2. Hasil Univariat

Data univariat ini terdiri atas kuesioner konformitas keluarga

dan perilaku bullying. Setiap variabel independen dan variabel

dependen pada penelitian ini dianalisis dengan distribusi frekuensi

untuk memberikan gambaran persentase terhadap total skor

jawaban masing-masing responden.


54

a) Konformitas Keluarga

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kategorisasi Konformitas

Keluarga

No. Kriteria Frekuensi Presentase Kategori


1. X ≤ 42 6 3,3 % Rendah
2. 43 < X ≤ 83 68 37.6 % Sedang
5. X > 84 107 59,1, % Tinggi
Total 181 100 %
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan data dari tabel 4.3, maka dapat dijelaskan

bahwa batasan skor kategorisasi konformitas keluarga tinggi

berada pada skor > 84, sedangkan batasan skor kategorisasi

konformitas keluarga sedang berada pada skor 43 sampai 83,

kategorisasi konformitas keluarga rendah berada pada skor ≤

42.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 181

sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Samarinda terdapat

107 orang siswa dengan persentase 59,1% memiliki kategori

konformitas keluarga tinggi, sedangkan 68 orang siswa

dengan persentase 37,6% memiliki kategori konformitas

keluarga sedang, dan 6 orang siswa dengan persentase 3,3%

memiliki kategori konformitas keluraga rendah. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa SMP


55

Negeri 5 Samarinda memiliki pengaruh Keluarga kategori

tinggi dengan persentase 59,1%.

b) Perilaku Bullying

Distribusi frekuensi perilaku bullying responden dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Bullying

No. Kriteria Frekuensi Presentase Kategori


1. X > 97,50 2 1,1 % Sangat
Tinggi
2. 82,50 < X ≤ 97,50 1 0,6 % Tinggi
3. 67,50 < X ≤ 82,50 33 17,7 % Sedang
4. 52,50 < X ≤ 67,50 90 49,7 % Rendah
5. X ≤ 52,50 56 30,9 % Sangat
Rendah
Total 181 100 %
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan data dari tabel 4.4, maka dapat

dijelaskan bahwa batasan skor kategorisasi perilaku bullying

sangat tinggi berada pada skor ≥ 97,50, sedangkan batasan

skor kategorisasi perilaku bullying tinggi berada pada skor

82,50 sampai 97,50, selain itu batasan skor kategorisasi

perilaku bullying sedang berada pada skor 67,50 sampai

82,50, batasan skor kategorisasi perilaku bullying rendah

berada pada skor 52,50 sampai 67,50, dan kategorisasi

perilaku bullying sangat rendah berada pada skor ≤ 52,50.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari

181 sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Samarinda

terdapat 90 orang siswa dengan persentase paling tinggi


56

yaitu 49,7% memiliki kategori perilaku bullying sangat tinggi,

56 orang siswa dengan persentase 30,9% memiliki kategori

perilaku bullying sangat rendah, 33 orang siswa dengan

persentase 17,7% memiliki kategori perilaku bullying

sedang, 2 siswa dengan persentase 1,1% memiliki kategori

perilaku bullying sangat tinggi, dan 1 siswa dengan

persentase 0,6% memiliki kategori perilaku bullying tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas

siswa SMP Negeri 5 Samarinda memiliki perilaku bullying

kategori rendah dengan persentase 49,7%.

C. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Konformitas Keluarga

Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Distribusi

frekuensi konformitas keluarga berdasarkan usia dan jenis

kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Konformitas keluarga


Berdasarkan Usia.

Usia Keluarga Total


tinggi sedang rendah
13 Tahun 49 27 3 79
(27,07%) (14,92%) (1,66%) 43.65%
14 Tahun 57 35 3 95
(31,49%) (19,34%) (1,66%) 52.49%

15 Tahun 1 6 0 7
(0,55%) (3,31%) (0%) 3.87%
Total 107 68 6 181
57

Sumber : Data Primer 2020

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Konformitas keluarga


Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis kelamin Konformitas Keluarga Total


tinggi sedang rendah
Laki-laki 40 39 0 79
(22,10%) (21,55%) (0%) 43.65%
Perempuan 67 29 6 102
(37,02%) (16,02%) (3,31%) 56.35%
Total 107 68 6 181

Sumber : Data Primer 2020


berdasarkan tabel 4.5 dan 4.6 dapat dilihat bahwa

mayoritas perempuan dengan jumlah 102 orang dan laki-laki

terdapat 79 orang, dimana mayoritas berada pada usia 14

tahun sebanyak 95 orang siswa, pada usia 13 ada sebanyak

79 orang siswa dan usia 15 tahun terdapat 7 siswa.

d. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi Perilaku Bullying

Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi perilaku bullying berdasarkan usia dan


58

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi perilaku bullying Berdasarkan


Usia

Usia Perilaku Bullying Total


Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah
13 1 0 15 48 15 79
Tahun (0,55%) (0%) (8,29%) (26,52%) (8,29% (43,65%)
)
14 1 1 16 61 18 95
Tahun (0,55%) (0,55%) (8,84%) (33,70%) (9,94% (52.49%)
)
15 0 0 2 5 0 7
Tahun (0%) (0%) (1,10%) (2,76%) (0%) (3.87%)
Total 2 1 33 114 31 181

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi perilaku bullying Berdasarkan


Jenis Kelamin

Jenis Perilaku Bullying Total


kelamin
Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat
Tinggi Rendah
Laki-laki 1 1 16 50 11 79
(0,55%) (0,55%) (8,84%) (27,64%) (6,08%) (43.65%
)
Perempu 1 0 17 64 20 102
an (0,55%) (0%) (9,39%) (35,36%) (11,05%) (56.35%
)
Total 2 1 33 114 31 181

Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 dapat dilihat bahwa

perilaku bullying memiliki perilaku bullying kategori rendah,

dimana mayoritas berada pada usia 14 tahun sebanyak 61

orang siswa dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 64

orang siswa.
59

1. Hasil Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel bebas yaitu faktor keluarga terhadap variabel terikat

yaitu perilaku bullying. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan dan berkorelasi yang

dibuat dalam bentuk distribusi untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel dalam penelitian ini variabel

bebas/independen faktor teman sebaya dan variabel

terikat/dependent perilaku bullying dengan menggunakan

metode korelasi Rank Spearman.

Tabel 4.9 Hasil Korelasi Rank Spearman

Correlations

keluarga bullying

Spearman's rho keluarga Correlation Coefficient 1.000 -.230**

Sig. (2-tailed) . .002

N 181 181

bullying Correlation Coefficient -.230** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 181 181

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


60

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan tabel 4.9, diketahui nilai signifikansi atau Sig.

(2 talled) sebesar 0.002, dimana jika nilai ˂0,05 berarti terdapat

hubungan. Maka artinya terdapat hubungan yang signifikan

(berarti) antara variabel keluarga dengan perilaku bullying. Dari

tabel diatas juga diperoleh angka koefisien korelasi sebesar

-0,230. Artinya tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara

variabel keluarga dengan perilaku bullying adalah sebesar

-0,230 atau lemah. Angka koefisien korelasi pada hasil diatas

bernilai negatif yaitu -0,230, sehingga hubungan kedua variabel

tersebut bersifat tidak searah (jenis hubungan tidak searah),

dengan demikian dapat diartikan bahwa semakin tinggi

pengaruh keluarga maka semakin rendah perilaku bullying.

C. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor

keluarga dengan perilaku bullying pada remaja di SMPNegeri 5


61

Samarinda. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif

korelasi. Data di peroleh melalui penyebaran kuesioner pada

responden sebanyak 181 siswa.

1. Karakteristik Responden

a. Usia

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

pada siswa dan siswi di SMP Negeri 5 Samarinda,

menunjukkan usia 14 tahun sebanyak 95 orang (52,5 %),

usia 13 tahun sebanyak 79 orang (43,6 %), dan usia 15

tahun sebanyak 7 orang (3,9 %).Pada distribusi frekuensi

pengaruh faktor kepercayaan diri menunjukkan bahwa

responden yang pernah atau yang sedang menerima

perilaku bullying sebagian besar berusia 14 tahun sebanyak

45 responden pada kategori sangat rendah. Sedangkan

pada distribusi frekuensi perilaku bullying menunjukkan

mayoritas usia berada pada usia 14 tahun sebanyak 60

responden pada kategori rendah. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Rahmawati Nur Fauzi (2017) dengan judul

“Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying

Pada Remaja Di SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman

Yogyakarta” dimana pada penelitian tersebut mayoritas

responden yang memiliki perilaku bullying berusia 14-15

tahun. Menurut Edwards (2006, dalam Rahmawati Nur Fauzi


62

2017) bahwa fenomena perilaku bullying merupakan bagian

dari kenakalan pada remaja dan diketahui paling sering

terjadi pada masa-masa remaja, dikarenakan pada masa ini

remaja memiliki egosentrisme yang tinggi.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan

pada siswa dan siswi di SMP Negeri 5 Samarinda,

menunjukkan jumlah siswa laki-laki sebanyak 80 orang (44,2

%) dan siswa perempuan sebanyak 101 orang (55,8%).

Pada distribusi frekuensi pengaruh faktor kepercayaan diri

menunjukkan bahwa responden yang pernah atau yang

sedang menerima perilaku bullying sebagian besar terjadi

pada siswi perempuan yaitu sebanyak 51 orang pada

kategori sangat rendah. Sedangkan pada distribusi frekuensi

perilaku bullying menunjukkan sebagian besar terjadi pada

siswi perempuan yaitu sebanyak 65 orang pada kategori

rendah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati

Nur Fauzi (2017) dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP

Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta” dimana

pada penelitian tersebut mayoritas responden yang memiliki

bullying berjenis kelamin perempuan. Anak laki-laki dan

perempuan mempunyai kecendrungan yang berbeda dalam


63

bantuk perilaku bullying. Anak perempuan cenderung

menggertak secara fisik dan lebih sering terlibat dalam

agresi relasional. Bentuk bullying diantaranya dengan

sengaja menjauhi dan mengeluarkan korban dari

pertemanan. Fitnah, menyebarkan rumir dan berbuat curang

merupakan bentuk bullying relasional (Fortinash & Worret,

2012).

2. Faktor Keluarga

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan pada 181 responden siswa kelas VIII SMP Negeri

5 Samarinda terdapat 107 responden siswa dengan persentase

59,1% memiliki kategori konformitas keluarga tinggi, sedangkan

68 responden siswa dengan persentase 37,6% memiliki

kategori konformitas keluarga sedang, dan 6 responden siswa

dengan persentase 3,3% memiliki kategori konformitas

keluraga rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

mayoritas siswa SMP Negeri 5 Samarinda memiliki pengaruh

Keluarga kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian

Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari (2011) yang berjudul

“Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self Regulated

Learning Pada Siswa Kelas VIII” dimana pada penelitian

tersebut Mayoritas responden memiliki dukungan keluarga

tinggi dengan responden berjumlah 62 responden dan


64

didapatkan hasil yang memiliki dukungan keluarga tinggi

sebanyak 29 (46,77%), Cohen (dalam Rahmawati, 2011),

menyebutkan bahwa hubungan dekat seperti anggota keluarga

dan teman-teman dekat lebih memugkinkan untuk memberikan

dukungan. Hal ini dikarenakan adanya tanggung jawab untuk

mendukung, perhatian yang lebih besar dan adanya harapan

timbal balik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

keintiman hubungan merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap adanya dukungan keluarga inti. Keluarga

yang berfungsi memiliki kompetensi yang baik pada

pengasuhan remaja (Angley, Divney, Magriples, & Kershaw,

2014). Anggota keluarga terutama orang tua mampu

memberikan perlakuan pada anak sesuai dengan usia dan

tahap perkembangannya.

siswa yang mendapatkan dukungan sosial keluarga yang

tinggi maka akan banyak mendapatkan dukungan emosional,

penghargaan, instrumental, dan informatif dari keluarga.

Apabila dukungan emosional tinggi, individu akan mendapatkan

motivasi yang tinggi dari anggota keluarga. Apabila

penghargaan untuk individu tersebut besar, maka akan

mendapatkan pujian. Apabila individu memperoleh instrument,

akan mendapatkan fasilitas yang memadai dari keluarga.

Apabila individu memperoleh informatif yang banyak, akan


65

memperoleh nasihat sehingga individu tersebut menjadi lebih

percaya diri dan mengetahui yang lebih baik tentang apa yang

baik maupun hal yang salah.

3. Perilaku Bullying

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan pada 181 responden siswa kelas VIII SMP Negeri

5 Samarinda terdapat 90 responden siswa dengan persentase

paling tinggi yaitu 49,7% memiliki kategori perilaku bullying

sangat tinggi, 56 responden siswa dengan persentase 30,9%

memiliki kategori perilaku bullying sangat rendah, 33 responden

siswa dengan persentase 17,7% memiliki kategori perilaku

bullying sedang, 2 responden dengan persentase 1,1% memiliki

kategori perilaku bullying sangat tinggi, dan 1 responden

dengan persentase 0,6% memiliki kategori perilaku bullying

tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas

siswa SMP Negeri 5 Samarinda memiliki perilaku bullying

kategori rendah. Hal ini sesuai dengan penelitian Yohana,

Paskha (2015) yang berjudul “Gambaran Dukungan Keluarga

Pada Remaja Pelaku Bullying” dimana pada penelitian tersebut

Mayoritas responden memiliki perilaku bullying rendah dengan

responden berjumlah 120 responden dan didapatkan hasil

yang memiliki perilaku bullying rendah sebanyak 44 (36,66%),

dan penelitian Magrifah (2013) yang menunjukan 35 (47,94%)


66

responden memiliki perilaku bullying rendah dari 73 total

responden yang ada, Penelitian ini juga menunjukan perbedaan

dengan penelitian Pratiwi (2016) yang menunjukan bahwa

perilaku bullying dalam kategori tinggi. Ada beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi perbedaan hasil tersebut, hal ini

terkait dengan faktor lingkungan sekolah yaitu sekolah

memberikan perhatian lebih terhadap kasus bullying yang

terjadi di sekolah. Guru sangat peduli dan tanggap terhadap

permasalahan yang terjadi antara para siswanya.Bullying

adalah penyalahgunaan kekuasaan dari seseorang terhadap

orang lain melalui perilaku agresif yang berulang. Bagi pelaku

bullying, kekuasaan dapat timbul dari kekuatan fisik, dan

kematangan, status tertinggi dalam kelompok, mengetahui

kelemahan anak lain, atau mengerahkan dukungan dari anak

lain (Fortinash & Worret, 2012).

4. Hubungan Komformitas keluarga dengan perilaku Bullying

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan

di atas, dapat disimpulkan bahwa Ho (Tidak ada hubungan

antara faktor keluarga dengan perilaku bullying pada remaja di

SMP Negeri 5 Samarinda) ditolak dan Ha (Ada hubungan


67

antara faktor keluarga dengan perilaku bullying pada remaja di

SMP Negeri 5 Samarinda) diterima. Dengan didapati hubungan

signifikan yang lemah dan tidak searah antara pengaruh

keluarga dengan perilaku bullying, pengaruh keluarga dengan

perilaku bullying dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 (p<

0,05), serta memiliki koefisien korelasi sebesar -0,230 atau

lemah dan bernilai negatif. Hal ini dapat dimaknai bahwa

semakin tinggi pengaruh keluarga maka semakin rendah

perilaku bullying, begitupun sebaliknya semakin rendah

pengaruh keluarga maka semakin tinggi perilaku bullying.

Siswa yang memiliki dukungan dari keluarga yang tinggi

terutama dari orang tua cenderung lebih sedikit terlibat dalam

perilaku bullying, baik sebagai pelaku maupun sebagai korban.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Anita Sari (2013) yang

berjudul “ Deskripsi Tentang Bullying pada Remaja di SMP

Setiabudhi semarang berdasarkan Dukungan Keluarga”,

dimana menunjukan anak yang mendapatkan dukungan

keluarga memiliki tingkat kecenderungan bullying lebih

rendahdibandingakan dengan anak yang tidak mendapatkan

dukungan orang tua. Anak yang mendapatkan dukungan

keluarga merupakan anak yang dibina dan tumbuh kembang

dengan kasih sayang. Dimana dalam keluarga yang kurang

harmonis dan jarang terjadi pertengkaran antara kedua orang


68

tua serta kepada anak-anaknya, akan menjadikan anak

terbiasa dengan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang

tuanya kepada teman-temanny. Hal ini seperti yang

diungkapkan oleh Novianti (2008 dalam Anita Sari. 2013).

rumah tangga yang di penuhi kekerasan atau bullying yang

dilakukan antara orang tua atau pada anak-anaknya jelas

berdampak pada anak.anak ketika beranjak remaja, mereka

belajar bullying adalah bagian dari dirinya sehingga hal yang

awajar bagi dirinya melakukan bullying juga. Hal ini dipertrgas

oleh pendapat Furhman (2009 dalam Anita Sari. 2013).

Orang tua menjadi salah satu prediktor anak terlibat

dalam tindakan bullying (Kokkinos, 2013). Hasil penelitian ini

juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gao,

Yu, & Ng,(2013) yang menyatakan bahwa fungsionalitas

keluarga memiliki hubungan dengan perilaku menyimpang.

Kurangnya keharmonisan anggota keluarga dan perhatian dari

orang tua menjadi prediktor perilaku bullying, begitu juga

sebaliknya. Keluarga yang berfungsi adalah keluarga yang

mampu untuk memberikan kontrol sosial (Gao et al., 2013).

yang juga didukung teoriyang menyebutkan bahwa perilaku

bullying dipengaruhi oleh faktor personal yang salah satunya

yaitu pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua berpengaruh

dalam membentuk kepribadian dan perilaku seorang anak


69

(Anderson and Groves, 2013). Jenis pola asuh yang di pakai

orang tua kepada anaknya dipengaruhi beberapa faktor, salah

satunya faktor pendidikan orang tua (Hurlock, 2011). yang

dimana semakin tinggi pendidikan orang tua akan cenderung

menerapkan pola asuh yang demokratis kepada anaknya.

Anak remaja yang terlibat perilaku bullying dan

kurang mampu untuk mengatasi masalah tersebut dengan

mandiri akan mudah meras putus asa dan memilih

mengguanakan cara lain yang lebih singkat dalam

memecahkan masalah tersebut, yang pada akhir membuat

emosi anak tersebut labil, tidak peka dengan orang lain, dan

memiliki perasaan rendah diri sehingga anak akan

membutuhkan pengakuan atas dirinya. Yang juga dapat

mempengaruhi perilaku anak ialah lingkungan sekitar yang

dapat mempengaruhi keseharian anak tersebut misalnya

seperti sekolah yang tidak relavan maupun kondisi kelas yang

monoton sehingga anak akan lebih senang melakukan kegiatan

di luar sekolah yang dapat memciu tindakan bullying . Dan

faktor lingkuangan seperti rumah yang sempit kumuh dan

anggota lingkungan sekitar yang berperilaku buruk (preman,dan

penggunan Narkoba dan rokok). yang dapat membuat anak

merasa bahwa hal-hal tersebut biasa.

D. Keterbatasan Penelitian
70

Penelitian ini tidak luput dari hambatan dan keterbasan.

Hambatan yang dialami peneliti saat proses penelitian yang

mungkin mempengaruhi hasil penelitian.

Terdapat beberapa siswa yang kurang memahami beberapa

pernyataan dalam instrumen penelitian dan tidak mau bertanya,

sehingga mencontek teman disebelahnya dan mengisi

sembarangan, sehingga bisa mempengaruhi hasil penelitian.

Beberapa mahasiswa sulit memahami fungsi setiap rumus

atau fungsi penggunaan aplikasi spss, sehingga beberapa

mengetahui cara menjalankan spss tersebut namun tidak

mengetahui fungsi tersebut.


71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil kategorisasi konformitas keluarga pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 5 Samarinda terdapat 107 siswa dengan

persentase paling tinggi yaitu 59,1% memiliki kategori pengaruh

keluarga tinggi, 68 siswa dengan persentase 37,6% memiliki

kategori pengaruh keluarga sedang, dan 6 siswa dengan

persentase 3,3% memiliki kategori pengaruh keluarga rendah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa

SMP Negeri 5 Samarinda memiliki pengaruh keluarga kategori

tinggi dengan persentase 59,1%.

2. Berdasarkan hasil kategorisasi perilaku bullying menunjukan

bahwa tingkat perilaku bullying pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 5 Samarinda terdapat 90 orang siswa dengan

persentase paling tinggi yaitu 49,7% memiliki kategori perilaku

bullying rendah, 56 orang siswa dengan persentase 30,9%

memiliki kategori perilaku bullying sangat rendah, 33 orang

siswa dengan persentase 17,7% memiliki kategori perilaku

bullying sedang, 2 siswa dengan persentase 1,1% memiliki

kategori perilaku bullying sangat tinggi, dan 1 siswa dengan

persentase 0,6% memiliki kategori perilaku bullying tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswa


72

SMP Negeri 5 Samarinda memiliki perilaku bullying kategori

rendah dengan persentase 49,7%

3. Terdapat hubungan pengaruh keluarga dengan perilaku bullying

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 (p< 0,05). sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ho (Tidak ada hubungan antara faktor

keluarga dengan perilaku bullying pada remaja di SMP Negeri 5

Samarinda) ditolak dan Ha (Ada hubungan antara faktor

keluarga dengan perilaku bullying pada remaja di SMP Negeri 5

Samarinda) diterima. Didapati juga angka koefisien korelasi

sebesar -0,230 antara variabel keluarga dengan perilaku

bullying yang diartikan tingkat kekuatan korelasi (hubungan)

antara variabel tersebut Lemah dengan niali -0,230. angka

kofisien korelasi bernilai negatif sehingga hubungan kedua

variabel tersebut bersifat tidak searah, yang dapat diartikan

semakin tinggi pengaruh keluarga maka semakin rendah

perilaku bullying.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga tinggi

sehingga diharapkan bila memiliki masalah pada

keseharian disekolah untuk mendiskusikan terhadap

keluarga, agar keluarga dapat memberikan saran yang

baik.
73

2. Bagi Orang Tua

Orang tua diharapkan dapat memperhatikan keseharian

anak jika memiliki perubahan atau masalah lebih baik

didiskusikan terlebih dahulu kepada anak dan tidak langsung

mengambil keputusan secara sepihak.

3. Bagi Sekolah

Disarankan agar lebih memperhatikan hubungan

antara murid dalam kelas agar tidak terjadinya konflik

antara siswa yang dapat mempengaruhi proses

pembelajaran.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti selanjutnya dapat menambah variabel lain

seperti dukungan teman sebaya untuk memperoleh data

yang komprehensif mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi remaja dalam melakukan bullying.

Anda mungkin juga menyukai