Anda di halaman 1dari 13

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian serta pembahasannya.

Peneliti mengumpulkan data dengan cara menyebarkan kuesioner yang akan

diberikan kepada responden melalui lembaran angket. penelitian akan dibagi menjadi

data umum serta data khusus. Data umum terdiri dari gambaran lokasi penelitian,

usia, jenis kelamin, dan kelas. Sedangkan data khusus terdiri dari pola asuh orangtua

serta kematangan emosi dari responden yang didapatkan dari hasil mengisi kuesioner

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di MA Hidayatut Thalibin jalan raya Rembang Kecamatan

Pragaan Daya Kabupaten Sumenep. Ma Hidayatut Thalibin merupakan sekolah

dengan akreditasi B. Fasilitas yang tersedia di sekolah ini yaitu memiliki 10 ruang

kelas, perpustakaan, musholla, serta lapangan untuk kegiatan upacara maupun

kegiatan olahraga.

5.1.2 data umum

1. Karakteristik Responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan


NO Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
1. SD 0 0
2. SMP 0 0
3. SMA 52 100,0
4. PT 0 0

Jumlah 52 100 %
Sumber: Data primer,2023
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 52 Responden seluruhnya ber

pendidikan SMA yaitu 52 (100,0%)

2. karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di MA


hidayatut thalibin pragaan kab sumenep
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase
(f) (%)
1 Laki – laki 24 46,2
2 Perempuan 28 53,8

Jumlah 52 100
Sumber: Data primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.2 menunjuakn bahwa dari 52 responden sebagian

besar berjenis kelamin perempuan yaitu 28 (53,8%)

3. Karakteristik responden berdasarkan usia di MA.Hidayatut Thalibin

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia

No Usia Frekuensi Persentase


(f) (%)
1 15 -17 18 34,6
2 17 -21 34 65,4
Jumlah 52 100

Sumber: Data primer, 2023

Berdsarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 52 responden sebagian

besar berusia 17-21 yaitu 34(65,4%)


5.1.3 data khusus

1. Karakteristik responden berdsarkan pola asuh pada remaja (17-20 tahun)

MA hidayatut thalibin

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola asuh

No Pola asuh Frekuensi Persentase


(f) (%)
1 Permisif 1 1,9
2 Demokratis 48 92,3
3 Otoriter 3 5,8
Jumlah 52 100

Sumber: Data primer, 2023

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa hampir seluruhnya

mendapatkan pola asuh demokratis dari orangtua yaitu 48 (92,3%)

4. Karakteristik responden berdsarkan kematangan emosi remaja

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kematangan emosi

No Kematangan Frekuensi Persentase


emosi (f) (%)
1 Tinggi 49 94,2
2 Sedang 2 3,8
3 Rendah 1 1,9
Jumlah 52 100
Sumber: Data primer, 2023

Berdsarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa hampir seluruhnya memiliki

kematangan emosi remaja yaitu 49 (94,2%)


5. hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan emosi pada remaja

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungan pola asuh


orang tua dengan kematangan emosi pada remaja
No Pola asuh Kematangan emosi
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
F % F % F % N %
1 Permisif 0 0 0 0 1 1 100,0
2 Demokratis 100,0
3 Otoriter . 48 100,0 0 0 0 0 48 100,0
Jumlah 1 33,3 2 65,7 0 0 3 100,0
49 94,2 2 3,8 1 1,9 52 100,0

Uji Spearman Rank P (0.000) <0,05


Sumber: Data SPSS2023

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan dari 52 responden hampir seluruhnya

mendapatkan pola asuh demokratis yaitu 48 (92,3%). Sedangkan pada

kematangan emosi remaja hampir seluruhnya memiliki kematangan emosi

dengan kategori tinggi yaitu 49 (94,2%). Berdasarkan hasil uji statistic rank

spearman di ketahui nilai p = (0.00) < 𝛼 =(0.05) maka H 1 diterima yang artinya

ada hubungan pola asuh orang tua dengan kematangan emosi pada remaja
5.2 Pembahasan

5.2.1. Pola asuh orang tua dengan kematangan emosi remaja (17-20 tahun) MA

Hidayatut Thalibin.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir

seluruhnya responden mendapatkan pola asuh demokratis 48 (92,3%). Pola asuh

demokratis lebih mengutamakan dan mendahulukan kepentingan anak, namun orang

tua sebagai pendidik tetap melakukan kontrol atau bimbingan pada anak. bentuk pola

asuh ini mendorong remaja agar mandiri namun masih membatasi dan

mengendalikan aksi-aksi mereka, serta memberi kebebasan anak, namun kebebasan

itu tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian kepada

anak.

Pola asuh merupakan bagaimana upaya orangtua dalam proses pendewasaan

Menurut Azizah (2019), Pola asuh demokratis dilihat dari segi Orang tua dengan latar

belakang ini adalah orang-orang rasional yang selalu bertindak berdasarkan keadaan

dan gagasan. Pola asuh yang demokratis seperti ini memberi anak kebebasan untuk

memilih perilaku dan pendekatan yang tulus. Pola asuh demokratis memberi anak

kebebasan untuk mengekspresikan pendapat mereka dan bahkan memercayai

keputusan mereka sendiri.

Menurut pendapat peneliti dari hasil penelitian yan didapatkan pola asuh yang

di berikan orang tua pada remaja yaitu demokratis sebagai bentuk didikan orang tua
dalam mendisiplinkan anak dengan meningkatkan aspek yang ada pada diri anak dan

perkembangan pribadi anak. Sesuai yang di cantumkan di kuesioner dari pola asuh

demokratis orang tua memberi hak penuh pada anak dalam mengambil keputusan

namun masih tetap dalam pengawasan orang tua sehingga orang tua masih bisa

memberi nasehat pada anak jika melakukan kesalahan.dan memberikan kebebasan

pada anak sembari membimbing anak.

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 52 Responden seluruhnya ber

pendidikan SMA yaitu 52 (100,0%) Menurut Almannur(2019), pola asuh

demokratis adalah pola asuh yang menekankan pada pendidikan. Penjelasan diulangi

sampai anak menerima, menjelaskan, dan mendiskusikan aspek disiplin, dan

membantu anak memahami mengapa dia diminta untuk bertindak menurut aturan dan

konsekuensi tertentu.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjuakn bahwa dari 52 responden sebagian besar

berjenis kelamin perempuan yaitu 28 (53,8%) Hurlock (dalam Khodijah, 2018)

mengemukakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua adalah jenis

kelamin anak. Berger (dalam Ungsianik & Tri, 2017) menyatakan bahwa komunikasi

antara ibu dengan anak perempuan dapat menjadi prediktor perilaku seksual beresiko

pada ramaja putri. Berdasarkan hasil kuesioner pola asuh pada butir 7 151,%

responden menjawab jika orangtua seringkali tidak mengajak anak untuk

menceritakan pengalaman ketika bersekolah. Hal ini terjadi karena sikap orang tua

selalu mengatur membuat anaknya enggan bercerita.


5.2.2 kematangan emosi remaja (17-20 tahun) MA Hidayatut Thalibin.

Hasil penelitian pada tebel 5.5 menunjukan hasil kematangan emosi remaja (17-

20 tahun) di MA. Hidayatut Thalibin yang di dapatkan dari 52 responden yaitu, dari

49 reponden hampir seluruhnya memiliki kematangan emosi yang tinggi sebanyak

(94.2%)

(Astuti, 2012). Pada penelitianya mengatakan bahwa Seseorang yang memiliki

kematangan emosi yang sudah matang tidak cepat terpengaruh oleh rangsangan atau

stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang sudah matang selalu belajar

menerima kritik, mampu menangguhkan respon-responnya, dan memilki saluran

sosial bagi energi emosinya, misalnya bermain, melakukan hobi dan sebagainya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan kematangan emosi seseorang

adalah pola asuh orang tua.

Peneliti berpendapat untuk mencapai Kematangan emosi sangatlah penting

dicapai oleh seorang remaja dengan memulai keterbuakaan perasaan terhadap orang

lain, Kematangan emosi adalah kesadaran yang mendalam terhadap kebutuhan

kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, alam perasaannya serta pengintegrasian

sehingga mampu memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari

satu suasana hati ke suasana hati yang lain dan mampu menekan/mengontrol emosi

yang timbul secara baik walaupun pada situasi yang kurang menyenangkan.

Kematangan emosi sangat mempengaruhi pola perilaku remaja, karena kematangan

emosi menyebabkan remaja berperilaku realistis dan tidak gegabah dalam mengambil

keputusan. Matang secara emosi dapat mengontrol diri dengan baik sehingga
mempermudah dalam beradaptasi serta mampu mengekspresikan emosi sesuai

dengan situasi dan keadaan yang tepat. sehingga Kematangan emosi remaja dalam

pengambilan keputusan dan hal itu cukup dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

keluarga, orangtua dengan berbagai pola yang diterapkan dalam mendidik anaknya,

usia juga secara tidak langsung dapat mempengaruhi kematangan emosi anaknya, dan

lingkungan. Sehingga kematangan emosi remaja akan dipengaruhi oleh faktor dari

dalam diri dan luar diri remaja.

Ferieska (2016) berpendapat Pola asuh orang tua adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi kematangan emosi remaja. Karena keluarga sebagai pengasuh dan

pembimbing dalam meletakkan dasar dasar perilaku remaja karena sikap, perilaku

dan kebisan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian

semua itu secara sadar atau tidak sadar diresapinya dan kemudian menjadi kebiasaan

pula bagi anaknya.

Berdasarkan tabel 5.2 menunjuakn bahwa dari 52 responden sebagian besar

berjenis kelamin perempuan yaitu 28 (53,8%) Berkaitan dengan adanya perbedaan

hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran jenis maupun tuntutan sosial

berpengaruh terhadap adanya perbedaan karakteristik emosi diantara keduanya.

Menurut Manohara (dalam Ahmad Susanto, 2018) menyatakan bahwa perempuan

memiliki tingkat kematangan emosi yang matang.

Berdsarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 52 responden sebagian besar

berusia 17-21 yaitu 34(65,4%) sejalan dengan teori Walgito (2012). mengatakan

bahwa kematangan emosi berkaitan erat dengan usia seseorang dimana seseorang
diharapkan akan lebih matang emosinya dan individu akan lebih menguasai atau

mengendalikan emosinya, namun tidak berarti bahwa seseorang bertambah usianya

berarti dapat mengendalikan emosinya secara otomatis.

Peneliti berpendapat Kematangan emosi berkaitan erat dengan umur seseorang,

yang mana diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan dapat lebih

menguasai atau mengendalikan emosinya. Namun, ini tidak berarti bahwa bila

seseorang telah bertambah umurnya akan dengan sendirinya dapat mengendalikan

emosinya secara otomotis, begitu pula dengan remaja.

5.2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan kematangan emosi remaja

Berdasarkan Tabel 5.6 menunjukan dari 52 responden hampir seluruhnya

mendapatkan pola asuh demokratis yaitu 48 (92,3%). Sedangkan pada kematangan

emosi remaja hampir seluruhnya memiliki kematangan emosi dengan kategori

tinggi yaitu 49 (94,2%). Berdasarkan hasil uji statistic rank spearman di ketahui

nilai p = (0.00) < 𝛼 =(0.05) maka H 1 diterima yang artinya ada hubungan pola asuh

orang tua dengan kematangan emosi pada remaja (17-20 tahun) MA. hidayatut

thalibin

Kematangan emosi tidak lepas dari peranan pola asuh orangtua, karena

orangtua adalah orang pertama yang memiliki peranan dalam mengatur dan

mendidik seorang remaja untuk memperoleh kematangan emosi yang baik Intinya

remaja yang telah memilki kematangan emosi akan mampu melakukan kontrol
terhadap emosinya. Anak usia remaja, status remaja mendorong mereka menuntut

diperlakukan sebagai orang dewasa dan berupaya melepaskan diri dari ikatan

emosional dengan orang tua. Adelya, (2017)

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuni

(2018) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kematangan emosi remaja di Desa Kumbang Padang Permata Kabupaten

Banyuasin, dimana pola asuh yang paling banyak diterapkan pada remaja dalam

mengontrol kematangan emosinya adalah pola asuh demokratis. Sejalan dengan

penelitian Ferieska (2016) terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh

orang tua dengan kematangan emosi remaja. Pola asuh orangtua yang baik akan

berdampak kepada kematangan emosi remaja, hal ini dikarenakan remaja yang

diasuh dengan pola asuh yang baik akan memiliki kemampuan untuk dapat

menghindari permusuhan karena pola asuh orangtua yang selalu menjelaskan

mengenai dampak perbuatan baik dan buruk kepada dirinya, serta remaja mampu

berfikir positif mengenai diri pribadinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola

asuh orang tua dalam kematangan emosi yaitu: faktor lingkungan keluarga,

kematangan emosi dapat berkembang dengan baik dalam lingkungan keluarga yang

baik dan sehat, yaitu anggota keluarga hidup selaras satu sama lain. Hubungan yang

sangat hangat dan terbuka antara orang tua dan anak-anak akan memudahkan

komunikasi antara kedua bela pihak, sehingga kedua pihak bisa berkomunikasi

dengan baik dan orangtua dapat mengontrol kematangan emosi anak anak. Sejalan

dengan pendapat Desmita (2011) bahwa munculnya emosi seseorang sangat


tergantung atau dipengaruhi lingkungan, pengalaman, dan kebudayaan.

Perkembangan emosional individu merupakan perkembangan yang paling sulit

untuk diklasifikasikan, hal ini ditunjukkan pada gejala kehidupan seharihari bahwa

tidak jarang orang dewasa juga mengalami kesulitan untuk menyatakan

perasaannya. Artinya tidak hanya jenis pola asuh orangtua dan jenis kelamin saja

yang menjadi faktor tercapainya kematangan emosi usia remaja, tetapi masih ada

faktor lainnya seperti lingkungan teman sebaya, pengalaman, pengaruh dunia luar

dan kebudayaan. Faktor yang mempengaruhi kematangan emosi yang pertama

yaitu, rangsangan yang menimbulkan emosi, emosi akan berlangsung terus selama

stimulasinya ada dan yang menyertainya masih aktif, karena emosi mempengaruhi

tingkah laku, tingkah lakunya akan terus terpengaruh selama stimulasinya aktif,

namun demikian emosi bukan salah satunya faktor yang menentukan tingkah laku.

Kemudian faktor yang kedua yaitu, perubahan fisik dan psikologis, dapat

dipengaruhi oleh rangsangan yang menimbulkan emosi.

Penelitian lainnya yang sejalan adalah penelitian oleh Pertiwi dan Muminin

pada tahun 2020, didapatkan hasil, pola asuh yang sifatnya demokratis paling sering

dilakukan serta dianggap paling baik.14 Penelitian yang dilakukan oleh Yuni di

tahun 2018 juga didapatkan hasil bahwa mayoritas remaja mendapatkan pola asuh

demokratis (51 orang), 7 remaja lainnya mendapatkan pola asuh yang sifatnya

otoriter, serta tak ada remaja yang mendapatkan pola asuh yang sifatnya permisif.10
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang di uraikan sebelumnya, hasil penelitian

ini hasil ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pola asuh orang tua pada remaja (17-20 tahun) di MA hidayatut Thalibin di

Pragaan Daya Sumenep menunjukan bahwa hampir seluruhnya mendapatkan

pola asuh demokratis.

2. Kematangan emosi remaja remaja (17-20 tahun) di MA hidayatut Thalibin

di Pragaan Daya Sumenep menunjukan bahwa hampir seluruhnya memiliki

kematangan emosi yang tinggi.

3.Ada hubungan pada pola asuh orang tua dengan Kematangan emosi remaja

remaja (17-20 tahun) di MA hidayatut Thalibin di Pragaan Daya Sumenep.

6.2 Saran
1. Penelitian mempergunakan desain penelitian cross sectional, jadi hasil yang

didapatkan dalam penelitian sebatas menjelaskan kondisi dalam kurun waktu

tertentu

2. Bagi sekolah agar dapat memperhatikan kebutuhan siswa-siswi yang

menuntut ilmu, agar para siswa bisa lebih nyaman dan dapat menyesuaiankan

dirinya dengan lingkungan sekolah dengan baik, serta dapat meningkatkan

prestasi siswa

3. Bagi siswa agar dapat memahami, menjalankan dan mengikuti dengan baik

segala aturan yang ada disekolah agar siswa dapat menyesuaiankan diri dengan

baik dan tidak melanggar aturan yang ada.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti variabel terikat yang sama,

diharapkan untuk dapat mempertimbangkan faktor lain yang bisa dijadikan

sebagai variabel bebas yang juga dapat mempengaruhi kematangan emosi she

ingga faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan remaja dapat terungkap.

Anda mungkin juga menyukai