Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Jenggrik merupakan salah satu dari 10 desa yang ada di


kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen. Mayoritas warga yang tinggal di
wilayah Desa Jenggrik adalah asli orang Jawa dan beragama Islam.
Meskipun mereka tinggal di pedesaan akan tetapi mereka hidup dengan
rukun, ramah tamah dan saling membantu satu sama lain.
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah Desa Jenggrik dengan
batasan sebagai berikut : Sebelah barat berbatasan dengan Desa Celep,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Mojodoyong, sebelah utara
berbatasan dengan Desa Mojokerto dan Wonokerso, dan sebelah selatan
berbatasan dengan Desa Karangpelem. Data dalam penelitian ini diambil
dari bulan Mei sampai dengan Juni 2021.
B. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tahun 2021 (N=50)
Variabel Mean SD Minimal- 95% CI
Maksimal
Umur 25,39 6,34 18 – 43 28,42– 33,46
Sumber : Data Primer, 2021.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas rata-rata umur responden adalah
30,94 tahun (95% CI : 28,42 – 33,46), dengan standar deviasi 6,34 tahun.
Umur termuda 18 tahun dan umur tertua 43 tahun. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata – rata umur
responden adalah diantara 18 sampai 43 tahun.

2. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan resonden
pada Tahun 2021 (N:50)

40
41

NO Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase(%)


1 Buruh 6 12,00%
2 Petani 32 64,00%
3 Wiraswasta 10 20,00%
4 PNS/TNI/POLRI 2 4,00%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa mayoritas pekerjaan


responden adalah petani (64,00%) dan hanya sedikit pekerjaan
PNS/TNI/POLRI (4,00%)
3. Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada
orang tua balita di Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung,Sragen
Tahun 2021 (N: 50)

NO Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase(%)


1 Laki-laki 12 24,00
2 Perempuan 38 76,00 %
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa mayoritas responden


berjenis kelamin perempuan sejumlah 72 orang (75%).
42

3. Karakteristik responden berdasarkan Agama


Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama
Tahun 2021 (N: 50)
NO Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persentase(%)
1 Islam 48 96%
2 Kristen 1 2%
3 Katolik 1 2%
4 Hindu dll 0 0,00%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa mayoritas responden
beragama Islam sejumlah 48 orang (96%) dan sedikit beragama
Kristen sebanyak 1 orang (2,00%) dan Katolik 1 orang (2,00%)
4. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan

Tabel 4 .5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan pada Keluarga
balita di Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung kabupaten Sragen
Tahun 2021 (N: 50)

NO Pendidikan Frekuensi (f) Persentase(%)


1 SD 12 24,00%
2 SMP 24 48,00%
3 SMA 8 16,00%
4 Perguruan Tinggi 4 8,00%
Jumlah 50 100%
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa responden yang berpendidikan


SMP hampir separuh dari seluruh responen sejumlah 24 orang (48,00%) dan hanya
8,00 % (4 orang) yang berpendidikan Tinggi.
C. Analisa Univariat
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Keluarga dengan Kejadian Diare pada Anak di Desa
Jenggrik,Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
43

1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) keluarga di Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen
Tahun 2021 (N: 50)
NO Perilaku Hidup bersih dan Frekuensi (f) Persentase(%)
Sehat (PHBS keluarga
1 Baik 16 32,00
2 Sedang 34 68,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa sebagian besar


(68,00%) responden berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
sedang sejumlah 34 keluarga.
2. Diare

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare pada Anak di
Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung, Sragen
Tahun 2021 (N:50)

NO Diare Frekuensi (f) Persentase(%)


1 Pernah 29 58,00
2 Tidak Pernah 21 42,00
Jumlah 50 100,00
Sumber : Data Primer 2021

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa sebagian besar (58,00%)


responden pernah mengalami penyakit Diare sejumlah 29.

D. Analisa Bivariat
1. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga dengan
kejadian Diare pada Anak

Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis


Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Keluarga dengan kejadian
44

Diare pada Anak di desa Jenggrik kecamatan Kedawung.


Untuk mengetahui hipotesis diatas, maka diperlukan uji hipotesis melalui
bantuan program komputerisasi. Setelah dilakukan uji hipotesis terdapat data
sebagai berikut :

Tabel 4.8
Tabulasi silang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga
dengan kejadian Diare pada Anak di Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung Kabupaten
Sragen
Tahun 2021 (N:50)

PHBS DIARE ANAK TOTAL


KELUARGA PERNAH TIDAK PERNAH F %
F % F %
BAIK 8 16,00 13 26,00 16 32,00
SEDANG 21 42,00 8 16,00 34 68,00
TOTAL 29 58,00 21 42,00 50 100
Uji Statistik rank spearman ρ :0,001 ɑ: 0,005
Sumber : Data Primer 2021
Berdasarkan tabel 4.8 Menunjukan bahwa dari 50 responden perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga sebagian besar berperilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) sedang (68,00%).
Dari hasil Uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p < ɑ),
maka data H 0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dengan kejadian Diare pada Anak di
Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung, Kabupaten sragen Sragen .
BAB V
PEMBAHASAN

A. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Keluarga

Berdasarkan tabel 4.6 berkaitan dengan identifikasi Perilaku


Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Keluarga Di Desa Jenggrik
Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen. Menunjukan bahwa
sebagian besar (68,00%) responden berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) yang sedang sejumlah 34 keluarga. Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat yang tidak maksimal dapat disebabkan oleh
pengetahuan responden yang masih rendah. Disini kita bisa melihat
dari data hasil kuesioner yang didapat bahwa nilai hasil kuesioner “
mencuci tangan dengan air bersih, dan menggunakan air bersih”
didapat nilai angka yang sangat rendah yaitu: 1,1 dan 3,4. Dimana
didapat responden banyak yang mengisi kuesioner dengan TIDAK.
Peneliti berpendapat bahwa mencuci tangan dengan
menggunakan air bersih dapat mencegah masuknya kuman di sela-
sela tangan kita, dimana kuman sangat menyukai tempat-tempat yang
kotor, oleh karena itu tatanann PHBS sangat menganjurkan dalam hal
mencuci tangan, karena kita dalam kegiatan sehari-hari tidak lepas
dengan menggunakan tangan seperti makan, minum dll. Dari tangan
kuman bisa masuk kedalam tubuh kita misal melewati dari makanan
yang diambil dari tangan kotor kita, kuman bisa masuk kedalam tubuh
kita sehingga kita bisa mengalami suatu penyakit seperti penyakit
pencernaan dan pernafasan dll. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
penelitian yang dilakukan Wahyu Pungki Riyanto (2016) tentang
Hubungan penerapan PHBS keluarga dengan kejadian diare di pada
balita di desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun,dengan
hasil analisis statistik menyimpulkan terdapat hubungan penerapan
PHBS mencuci tangan dengan keadian diare pada balita di desa
Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
Dr. Handrawan Nadesul, 2016 tangan adalah media utama
bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya
kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi dari
suatu penyakit, hingga tak jarang berujung dengan kematian.
Kusnoputranto, 2017 mengatakan bahwa kebersihan

45
perorangan (hygiene) adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap lingkungan manusia.

46
46

Sanitasi lingkungan adalah usaha pengendalian dari semua faktor


lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi
perkembangan fisik, kesehatan dan gaya tahan hidup manusia. Mencuci tangan
adalah kegiatan kebersihan bagi telapak, punggung tangan dan jari agar bersih
dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan
kesehatan manusia serta membuat tangan menjadi harum. Mencuci tangan
merupakan kebiasaan yang sederhana yang membutuhkan pelatihan yang
minim dan tidak membutuhkan peralatan khusus, selain itu, mencuci tangan
merupakan cara terbaik untuk menghindari sakit. Kebiasaan sederhana ini hanya
menggunakan sabun dan air.
Peneliti berpendapat bahwa menggunakan air bersih itu disamping
baik untuk kesehatan dan juga untuk keperluan tubuh untuk sehari harinya
misalnya untuk mandi , kebutuhan minum sehari hari . Air bersih sangat
dipercaya bahwa air itu bebas dari kuman dan bakteri. Sehingga yang kita pakai
dalam kegiatan sehari-hari itu semua bisa bebas dari kuman, misal
menggunakan air bersih untuk mencuci piring bekas makanan yang kita makan,
mencuci tangan sebelum makan, memegang bayi, setelah menceboki bayi dll.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Thairah (2014)
tentang hubungan perilaku hidup bersi dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare
pada anak di SD Integral Al-Bayan Pondok Pesantren Hidayatulah Makasar,
dengan hasil analisis statistik menyimpulkan ada hubungan antara perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada anak di SD Integral Al-
Bayan Pondok Pesantren Hidayatulah Makasar
Air merupakan kebutuhan dasar yang digunakan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat
dapur dan lain-lain, agar kita tidak terkena suatu penyakit atau terhindar dari
sakit.Air juga merupakan zat yang sangat esensial yang diperlkukan oleh mahluk
hidup, Roestam Sjarief, 2014.

B. Diare pada Anak

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar (58,00%)


responden pernah mengalami penyakit Diare sejumlah 29 keluarga.
Menurut hasil kuesioner Diare pada pertanyaan nomer 4 “Apakah
anggota keluarga selalu mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah
47

makan/BAB?” didapatkan hampir separuh responden menjawab TIDAK.


Hal ini dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
banyaknya responden yang pernah mengalami penyakit Diare adalah masih
banyak anggota keluarga yang tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah makan/BAB.
Menurut peneliti sebagian besar responden yang pernah mengalami
penyakit Diare itu dipengaruhi oleh kebiasaan mencuci tangan pakai sabun yang
kurang, seperti yang kita ketahui mencuci tangan dengan air yang mengalir
hanya dapat menghilangkan kuman 25% dari tangan, sedangkan mencuci
tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun akan dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman hingga 50% dari tangan.
Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir merupakan salah satu
upaya pencegahan penyakit karena tangan sering menjadi agen yang
membawa kuman dan menyebabkan pathogen berpindah dari satu orang ke
orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun tidak dan yang terkontaminasi
saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit
pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari (Mufidah, 2012:
14)
Setiap anak memiliki cara yang berbeda dalam melakukan kebiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan perilaku mencuci tangan.
Dalam penelitian yang dilakukan Jeinrompa menyatakan bahwa kebiasaan cuci
tangan tidak timbul begitu saja, tetapi harus dibiasakan sejak kecil. Anak- anak
selalu menjadi pihak yang paling rentan terhadap penyakit sebagai akibat
perilaku yang tidak sehat dan sanitasi yang buruk. Padahal anak-anak
merupakan aset bangsa yang paling berperan untuk generasi yang akan datang
(ulfa, 2012: 7).
Pengetahuan anak juga sangat berpengaruh terhadap kebiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Permana, 2011 menyatakan bahwa pengetahuan keluarga juga
merupakan salah satu pendorong seorang anak merubah perilaku hidup bersih
dan sehat, sehingga semakin baik tingkat pengetahuan anak tentang perilaku
teknik mencuci tangn yang benar maka semakin baik juga dipraktekan mencuci
tangan yang benar pada diri sendiri, sehingga mencegah terjadinya diare
( Fazlin, 2013: 11). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh maria ulfa
yang dituangkan dalam buku panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
48

Se-dunia yang bekerjasama Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa


perilaku mencuci tangan pakai sabun terbukti secara ilmiah efektif dapat
mencegah penyebaran penyakit-penyakit seperti diare meskipun prakteknya
masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun perilaku
CTPS merupakan cara yang efektik untuk upaya kesehatan preventif. Dalam
jangka pendek, upaya preventif melalui CTPS di pandang paling strategis untuk
mengurangi kerugian dampak sanitasi buruk, sementara solusi jangka menengah
dan jangka panjang terus dilakukan
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa dari 50 responden perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga, sebagian besar berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) sedang, yang pernah mengalami Diare sejumlah 29
orang (58,00%).
Menurut hasil kuesioner perilaku hidup bersih dan sehat pada pertanyaan
Nomor 4 dan “Apakah anggota keluarga selalu mencuci tangan pakai sabun
sebelum dan sesudah makan/BAB?” didapatkan hampir sebagian responden
menjawab jarang terutama pada anak-anaknya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya responden yang pernah
mengalami penyakit Diare adalah masih banyak anggota keluarga yang tidak
mencuci tangan pakai sabun (CTPS).
Menurut peneliti perilaku hidup bersih dan sehat ini sangat berpengaruh
akan terjadinya penyakit Diare terutamanya terhadap Anak, karena indikator
Nomer 4 di perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangga
terdapat “Anggota keluarga selalu mencuci tangan pakai sabun sebelum dan
sesudah makan/BAB”. Itu artinya jika masih terdapat anggota keluarga yang
tidak CTPS maka tidak heran jika anggota keluarga pernah mengalami penyakit
Diare terutama pada anak-anak yang sistem kekebalannya belum lengkap.
Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga
menyebabkan mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama pada Anak. Anak
sangat rentan terserang berbagai penyakit seperti Diare karena daya tahan
tubuh menurun Sumarno Et All, 2018.
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan bahwa hampir separuh dari responden
berpendidikan SMP sejumlah 24 orang (48%). Berdasarkan data yang diperoleh,
terdapat 24 responden yang hanya berpendidikan SMP, semakin rendahnya
tingkat Pendidikan seseorang dalam memperoleh informasi. Maka akan
mempengaruhi daya serap seseorang terhadap informasi yang diterima karena
49

semakin rendah pendidikan seseorang maka wawasan hidupnya juga kurang,


Responden yang berpendidikan SMP belum memiliki wawasan yang lebih.
Peneliti berpendapat semakin rendahnya pendidikan sesorang maka
semakin sedikit wawasan yang di dapat, sedikit pula pengalaman dan
pemahaman yang di perolehnya, karena pendidikan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sehari-hari dimana kita dengan ilmu dan pengalaman yang kita dapat,
kita dapat mengantisipasi hidup kita misal dalam hal kesehatan.
Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti
didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau
perubahan ke arah yang lebih dewasa lebih baik, dan lebih matang pada diri
individu, kelompok, dan masyarakat (Kodriati, 2014). Dalam hal ini kemampuan
kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor– faktor yang berhubungan dengan Diare dalam menjaga
perilaku hidup bersih dan sehat (Rahayu, 2013).
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa lebih separuh responden
pekerjaannya adalah petani sejumlah 32 orang (64,00%)
Berdasarkan data didapat bahwa responden terbanyak dan hampir
separuh dari seluruh responden mayoritas pekerjaannya sebagai petani/buruh
tani.
Menurut peneliti semakin baiknya penghasilan seseorang maka akan
semakin baik pula seseorang akan menjaga kesehatannya, sehingga angka
status kesehatan seseorang bisa lebih baik karena lebih menjaga pola gaya
hidup lebih berkwalitas dan maksimal.
Penghasilan memang berkontribusi dalam status kesehatan seseorang ,
dikarenakan pada status sosial ekonomi keluarga semakin baik maka semakin
baik pula status kesehatannya (Depkes RI 2013). Karena dalam menjaga
kesehatan seseorang juga membutuhkan biaya, seperti pada kasus diare pada
Anak, salah satunya faktor yang mempengaruhi Anak terserang penyakit Diare
yaitu status gizi ( kurangnya asupan vit A) Depkes RI, 2012, bahwa status gizi
anak menggambarkan kesehatan anak, anak yang mempunyai status gizi yang
baik maka mempunyai ketahanan tubuh yang baik pula untuk mencegah diare,
bahkan sebaliknya.
Berdasarkan jenis kelamin pada tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian
besar responden jenis kelamin perempuan sejumlah 38 orang (76%).
Berdasarkan data yang didapat menunjukan bahwa sebagian besar responden
50

berjenis kelamin perempuan, bahwa kebanyakan pengakuan diri perempuan


cenderung lebih memperhatikan dalam hal perilaku hidup bersih dan sehat, dan
Keluarga dipercaya lebih dekat kepada Anak . Hal inilah perempuan lebih
cenderung bisa berperan aktif dalam perilaku hidup bersih dan sehat dalam
tatanan rumah tangga.
Peneliti berpendapat bahwa kebanyakan setiap orang berperilaku hidup
bersih dan sehat itu perempuan, karena perempuan lebih cendrung menjaga dari
pada laki-laki. Peneliti berpendapat bahwa orang yang paling dekat dengan buah
hati adalah ibu di bandingkan seorang ayah.
Secara teori jenis kelamin terkait dengan peran yang akan
dibawakan ,perempuan cenderung merasa percaya diri karena sejak awal masa
kanak – kanak sudah disadarkan bahwa peran perempuan dianggap lemah dari
pada laki – laki (Hurlocks, 2010). Perilaku hidup bersih dan sehat meliputi
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif,
menimbang bayi dan Anak, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
dirumah, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari,
tidak merokok didalam rumah (WHO, 2013).
C. Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dengan
kejadian diare pada Anak.
Berdasarkan tabel 4.8 Menunjukan bahwa dari 50 responden perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) keluarga sebagian ber perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) sedang, yang pernah mengalami penyakit Diare sejumlah 29 orang
(58,00%) dan yang tidak pernah mengalami Diare sejumlah 21 orang (42,00%).
Hasil Uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p < a),
maka data H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dengan kejadian Diare pada Anak Di
Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.
Peneliti berpendapat bahwa penyakit infeksi bisa di pengaruhi oleh
perilaku hidup bersih dan sehat, karena semakin baik pola hidup seseorang
maka akan semakin baik pula kualitas kesehatan seseorang, dan tidak gampang
terserang oleh penyakit.
Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah
ampuh untuk menangkal penyakit. Pengetahuan tentang PHBS diperlukan bagi
51

keluarga dalam upaya untuk mengajak dan mendorong kemandirian keluarga


untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (Nadesul, 2008 dalam Yuliana, 2019).
Perilaku hidup bersih dan sehat yang rendah pada keluarga menyebabkan
mudahnya agen infeksi pada keluarga terutama pada Anak. Anak sangat rentan
terhadap berbagai penyakit seperti diare karena daya tahan tubuh menurun
(Sumarmo Et All, 2018).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Wahyu Pungky Riyanto


Putro (2017) Hubungan Penerapan PHBS Keluarga dengan Kejadian Diare pada
Balita di Desa Bader Kecamatan Dalopo Kabupaten Madiun. Hasil analisa
penelitian yang digunakan adalah Multiple Logistic Regression dengan taraf
signifikan 0,05. Hasil analisa menunjukkan p cuci tangan=0,000 dengan r=0,555,
p menggunakan air bersih=0,021 dengan r=0,021, p memberikan ASI=0,058
dengan r=0,212, p menggunakan jamban=0,051 dengan r=0,221, p menimbang
balita=0,243 dengan r=-0,095. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan penerapan PHBS (mencuci tangan, menggunakan air bersih,
memberikan ASI, menggunakan jamban dan menimbang balita) dengan kejadian
diare di Desa Bader Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Penerapan PHBS
mencuci tangan diharapkan, untuk kader posyandu mengadakan penyuluhan
kesehatan tentang cuci tangan di mulai dari usia dini untuk menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat. Kata kunci : PHBS, diare, keluarga
Penelitian ini juga sejalan dengan Yuzlianti Rivalni Lase, Hubungan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kesehatan lingkungan di SDN
No.065013 Medan Selayang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) di SDN No.065013 tergolong baik (60,5%) dan
kesehatan lingkungan tergolong baik sebanyak (72,3%). Hasil uji statistik
Spearman Rank (Rho) diperoleh p (value) = 0,000 yang dimana (p = 0,05)
sehingga ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kesehatan lingkungan di SDN No.065013 Medan Selayang .
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan judul “Hubungan
Perilaku Hidup Bersih (PHBS) Keluarga dengan Kejadian Diare pada Anak di Desa
Jenggrik Kecamatan Kedawung” maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedawung
Sebagian besar adalah sedang.
2. Kejadian Diare pada Anak di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedawung
sebagian besar adalah tinggi.
3. Ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga
dengan kejadian Diare pada Anak di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedawung
B. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Kedawung II Kabupaten Sragen
Memberikan informasi mengenai hubungan penerapan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) keluarga dengan kejadian diare pada anak di Desa
Jenggrik Kecamatan Kedawung dan merencanakan program di masa yang akan
datang supaya penanganan penyakit diare bisa lebih komprehensif
2. Bagi Institusi Kesehatan (Universitas Muhammadiyah Kudus)
Sebagai bahan masukan dan evaluasi keilmuan, serta dapat digunakan
sebagai masukan informasi dalam rangka pengembangan proses belajar
mengajar
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat,
khususnya mengenai hubungan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) keluarga dengan kejadian diare pada anak dan serta menambah
pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan.
4. Bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya tentang ilmu
keperawatan komunitas khususnya mengenai hubungan penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dengan kejadian diare pada anak.

52
53

C. Saran
1. Bagi Perawat
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat
memberikan edukasi pelayanan keperawatan khususnya pada perilaku hidup
bersih dan sehat dan penyakit Diare.
2. Bagi Perangkat Desa
Hasil penelitian ini Diharapkan Desa Jenggrik,Kecamatan Kedawung
dapat mengembangkan program perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk meneliti variabel
lain seperti Hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare
pada Anak. Serta untuk menambah literatur penelitian yang akan datang
tentang Diare pada Anak.

Anda mungkin juga menyukai