Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PTK MATEMATIKA KELAS 5

PENGGUNAAN ALAT PERAGA BILANGAN PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN


PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI BISMO DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Ilmiah
ini.
Penulisan Karya Ilmiah ini penulis susun sebagai tugas dalam rangka seleksi kepala
sekolah tingkat Kecamatan Blado . Penulisan Karya Ilmiah ini sangat berguna bagi penulis
sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik ranah kognitif, afektif maupun
psikomotor .
Keberhasilan penulisan Karya Ilmiah ini atas bantuan dan dorongan berbagai pihak
sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ari Pratomo, S.Pd. selaku Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Blado yang telah memberi izin
kepada penulis untuk mengikuti Program S1 PGSD UT .
2. Priyana, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri Bismo yang telah memberi izin kepada penulis untuk
mengadakan praktik mengajar .
3. Teman-teman sejawat yang telah membantu mengumpulkan data dalam penulisan laporan ini .
Mohon kritik dan saran bagi siapa saja yang membacanya .

Batang, 10 Februari 2011

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Identifikasi masalah
Berdasar hasil tes formatif mata pelajaran Matematika pokok bahasan penjumlahan
bilangan pecahan yang dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Bismo, hanya 5 siswa dari 17 siswa
yang dapat menguasai materi pembelajaran sebesar 75% ke atas atau yang mendapat nilai 75 ke
atas. Sedangkan 12 siswa nilainya kurang dari 75 sehingga belum tuntas dalam belajar serta rata-
rata nilainya 59,58. Sedang target yang ingin dicapai 75% siswa menguasai materi.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui beberapa kekurangan siswa dalam
pembelajaran, yaitu :
1. Siswa kurang memperhatikan pelajaran.
2. Siswa belum menguasai konsep tentang bilangan.
3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan.
5. Siswa mengerjakan soal dengan tergesa-gesa.

B. Analisis Masalah
Perilaku siswa tersebut di atas kurang mendukung keberhasilan dalam proses
pembelajaran, sehingga hasil belajar yang diperoleh juga masih rendah dalam pokok bahasan
penjumlahan bilangan pecahan. Dari kurang berhasilnya siswa tersebut, diketahui bahwa proses
pembelajaran yang dilakukan penulis belum efektif. Untuk mengetahui secara rinci sebab-sebab
kekurangberhasilan siswa tersebut, penulis melakukan refleksi diri.
Berdasarkan hasil reflektif tersebut diketahui bahwa faktor penyebab siswa kurang
menguasai materi yang diajarkan adalah :
1. Guru membahas materi terlalu cepat.
2. Bahasa guru sulit dipahami siswa.
3. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
4. Guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik.
5. Guru kurang memberikan contoh dan latihan soal-soal.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut : Apakah penggunaan alat peraga bilangan pecahan dapat
meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Negeri Bismo dalam Pembelajaran Matematika
Pokok Bahasan Penjumlahan bilangan pecahan sehingga dapat meningkatkan prestasi dengan
baik ?.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran matematika yang efektif akan dapat membantu siswa mencapai tujuan yang
diharapkan. Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk memahami dengan baik hakekat dan
tujuan pembelajaran, terutama pembelajaran maematika, terampil memanfaatkan media
pembelajaran, serta menerapkan berbagai metode pembelajaran, terutama metode ceramah,
demonstrasi, dan tanya jawab.

A. Pembelajaran Matematika yang Efektif


Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun
melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis
dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima sehingga keterkaitan antar konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Kurikulum KBK 2004 : 13).
Jerome S.Bruner (dikutip Gatot Muhsetyo,dkk,2008) menekankan bahwa setiap individu
pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam pikirannya dapat
dinyatakan sebagai proses belajar. Bruner membagi menjadi tiga tahapan yaitu: tahap enaktif,
ikonik dan simbolik.
Penerapan ketiga tahapan tersebut dalam kegiatan pembelajaran matematika adalah
sebagai berikut :
a. Tahap pertama dimulai dengan menggunakan benda/model konkrit di sekitar anak seperti dalam
penjumlahan dengan membawa pensil, lidi, sedotan, buku dan lain-lain.
b. Tahap ikonik dengan menggunaka model semi konkrit (model gambar) seperti gambar buku,
pensil, kelereng dan sebagainya. Atau menggunakan model semi abstrak (model diagram) yang
menggunakan tanda-tanda tertentu misalnya menggunakan turus (tally), bundaran dan lain
sebagainya.
c. Tahap simbolik menggunakan simbol secara abstrak dan mereka akan dapat mengerti arti tiga, arti
empat tanpa bantuan apa-apa. Tahap terakhir merupakan wujud dari pembelajaran matematika
sebagai bahasa simbol yang padat arti dan bersifat abstrak.

B. Pemanfaatan Media Pembelajaran yang Efektif


Kata media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah perantara atau
pengantar.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif maka guru perlu menggunakan media yang sesuai
dengan materi pelajaran, mudah mendapatkannya juga mudah menggunakannya. Selain itu
dengan media penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses belajar menjadi
lebih jelas dan menarik, pembelajaran menjadi efektif yaitu akan terjadinya komunikasi dua arah
secara aktif antara guru dan siswa.(Ardiani Mustikasari,2009)

C. Demonstrasi yang Efektif


Metode demonstrasi sangat baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses bekerjanya
sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk
sesuatu, membandingkan suatu cara/ benda dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran
sesuatu.
Oleh karena itu agar pembelajaran efektif pelaksanaan demonstrasi juga harus
dilaksanakan secara efektif, yaitu guru harus mempersiapkan segala alat demonstrasi dengan
lengkap, memperhitungkan ketersediaan waktu, dan hendaknya menjangkau seluruh siswa untuk
bisa melaksanakan demonstrasi.

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di Kelas V SDN Bismo, Kecamatan Blado,
Kabupaten Batang. Siswa Kelas V ini berjumlah 17 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan
9 siswa perempuan yang berumur antara 10-12 tahun. Sebagian besar orang tua siswa adalah
petani dengan penghasilan yang pas-pasan dan dengan fasilitas kehidupan yang sangat
sederhana. Kondisi ini menyebabkan perhatian orang tua terhadap pendidikan anak-anaknya
kurang dan motivasi belajar siswa rendah. Peneliti adalah guru Kelas V SD Negeri Bismo dan
pengamat adalah Bape Kardiman rekan guru SDN Bismo

B. Rencana Tindakan.
1. Waktu Penelitian.
Penelitian dilaksanakan dalam bulan Januari sampai Februari 2011
2. Deskripsi Persiklus.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3. Kegiatan persiklus.
Siklus Pertemuan SD/Kelas Hari/tanggal Waktu
1 SD Bismo Kelas V Selasa 11 Januari 2011 08.05-09.45
I
2 SD Bismo Kelas V Selasa 18 Januari 2011 08.05-09.45
1 SD Bismo Kelas V Selasa 25 Januari 2011 08.05-09.45
II
2 SD Bismo Kelas V Selasa 1 Februari 2011 08.05-09.45

3. Prosedur Penelitian.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.1. Siklus I
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok
Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan indikator :
1. Menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa yang berpenyebut sama
2. Menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan biasa
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I peneliti menggunakan alat peraga pecahan untuk
memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada siswa. Penelitian tindakan
kelas pada siklus I ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I antara lain:
1. Siswa mengerjakan soal-soal preetest.
2. Guru menyiapkan alat peraga pecahan
3. Guru dan siswa bertanya jawab tentang bilangan pecahan.
4. Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan dua bilangan pecahan biasa memakai alat
peraga.
5. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok
6. Guru membagi LKS, serta menyuruh mengerjakan secara kelompok.
7. Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dengan dipandu oleh guru.
8. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 18 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II ini antara lain :
1. Guru menjelaskan cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dan sebaliknya
2. Guru menjelaskan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan pecahan
biasa.
3. Guru memberikan tugas kepada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan
pecahan campuran dengan pecahan biasa yang berpenyebut sama menggunakan alat peraga
bilangan pecahan.
4. Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan biasa.
5. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
6. Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
7. Guru melakukan refleksi diri .
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan oleh pengamat dengan mengamati kegiatan pembelajaran
menggunakan lembar observasi.
d. Refleksi
Dilakukan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan proses dan hasil yang
diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Melakukan analisis terhadap temuan-temuan yang
berupa hambatan, kekurangan, dan kelemahan yang dijumpai selama pelaksanaan siklus I
sebagai masukan untuk siklus II.

3.2.. Siklus II
a. Perencanaan.
Pada tahap ini penulis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi pokok
Penjumlahan Bilangan Pecahan dengan Indikator sebagai berikut :
1. Menjumlahkkan bilangan pecahan biasa dengan pecahan campuran.
2. Menjumlahkan pecahan campurandengan bilangan pecahan campuran.
b. Pelaksanaan.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II peneliti menggunakan pendekatan
pembelajaran kontekstual dengan variasi beberapa metode pembelajaran dan menggunakan alat
peraga bilangan pecahan untuk memperjelas materi pembelajaran dan mengatasi kebosanan pada
siswa. Penelitian tindakan kelas pada siklus II ini akan dilaksakan dalam 2 x pertemuan sebagai
berikut:
I. Pertemuan I (dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 25 Januari 2011).
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan I Siklus II antara lain:
1. Guru mendemonstrasikan penjumlahan bilangan pecahan menggunakan alat peraga
bilangan pecahan.
2. Tanya jawab tentang penjumlahan bilangan pecahan biasa dengan bilangan pecahan
campuran.
3. Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok.
4. Guru membagikan lembar kegiatan diskusi dan menjelaskan kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa.
5. Siswa melakukan diskusi kelompok guru mengamati.
6. Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
7. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
II. Pertemuan II (dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 1 Februari 2011)
Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan II siklus 2 ini adalah sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan alat peraga.
2. Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan pecahan campuran dengan
bilangan pecahan campuran memakai alat peraga.
3. Guru menugaskan pada siswa secara bergiliran untuk menjumlahkan bilangan pecahan
campuran dengan bilangan pecahan campuran.
4. Tanya jawab tentang penjumlahan pecahan campuran denganpecahan campuran
5. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
6. Siswa mengerjakan soal-soal posttest.
7. dialog dengan teman sejawat (pengamat)
c. Pengamatan.
Selama proses pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan
pengamat(kolaborator) melakukan pengamatan terhadap peneliti dan siswa saat melaksanakan
pembelajaran, situasi proses pembelajaran, dan hasil belajar.
d. Refleksi.
Kegiatan refleksi ini peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan
perasaannya saat mengikuti pembelajaran. Peneliti juga memberi kesempatan kepada guru
kolaborator (pengamat) untuk memberi masukan tentang kekurangan yang terjadi saat proses
pembelajaran.

C. Tehnik Pengumpulan dan Analisis Data.


1. Tehnik Pengumpulan Data.
Tehnik pengumpulan data yang dilakukan ada cara yaitu; test unjuk kerja, observasi, dan
wawancara.
a. Test unjuk kerja.
Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan,
kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang (KBBI, 2001 : 1186).
Yang dimaksud test unjuk kerja dalam penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara
tertulis maupun praktik. Test unjuk kerja dilakukan untuk mengatahui kemampuan setelah siswa
mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus.
b. Observasi.
Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa saat
mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa juga guru terutama
persiapan dan kemampuan guru dalam membelajarkan bahannya.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan oleh peneliti kepada siswa untuk meneliti bagaimana minat dan
pengalaman siswa saat mengikuti pembelajaran. Wawancara juga dilakukan dengan pengamat
(kolaborator) untuk dimintai pendapat atau informasi tentang proses pembelajaran dan minat
siswa selama mengikuti pembelajaran.

2. Alat Pengumpulan Data


Alat atau instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri atas beberapa
instrumen yaitu :
1. Butir soal tes unjuk kerja.
Berupa test kemampuan awal tentang materi penjumlahan bilangan pecahan. Soal test di akhir
setiap siklus untuk mengetahui kemampuan penguasaan bahan tersebut setelah diberi tindakan
2. Lembar observasi
Berupa lembar refleksi siswa dan lembar pengamatan pengamat yang digunakan untuk
mengamati proses kegiatan pembelajaran.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara dengan siswa dan
pengamat mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Validasi Data.
Validasi data yang berupa proses pembelajaran dilakukan melalui observasi dan
wawancara kepada siswa dan pengamat (kolaborator) dengan menggunakan berbagai instrumen.
Dengan demikian validasi proses pembelajaran diperoleh melalui triangulasi sumber dan
triangulasi metode.
4. Analisis Data.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah analisis data hasil belajar. Hasil belajar
dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil kemampuan awal
dengan nilai kemampuan setelah mengetahui test pada siklus 1 maupun siklus 2. Analisis data
hasil observasi dan wawancara.
Hasil observasi dan wawancara dianalisis dengan deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi dan refleksi terhadap pembelajaran,untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa secara
klasikal
5. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 75% dari jumlah siswa
telah lulus KKM materi Perkembangan wilayah Indonesia yaitu 75 dengan nilai rata-rata kelas
75.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penulis telah melakukan perbaikan pembelajaran sebanyak dua siklus. Selanjutnya


disampaikan hasil perbaikan pada masing-masing siklus. Penyampaian hasil penelitian pada
masing-masing siklus akan mencakup penilaian penampilan perbaikan pembelajaran dan hasil
belajar siswa. Dikembangkan dari konsep pengukuran asesmen (Zainul & Mulyana,dikutip
Sunaryo, 2007) penilaian penampilan perbaikan pembelajaran menggunakan alat ukur rating
scale dan pengukuran prestasi belajar siswa dengan tes formatif.

A. Deskripsi Per Siklus


Pada setiap siklus disajikan data hasil observasi aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran yang dilakukan, hasil belajar siswa sesuai dengan hasil tes formatif, deskripsi
pelaksanaan tiap-tiap aktivitas, dan deskripsi hasil belajar siswa.
1. Siklus I
Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan
cukup baik, dengan nilai rata-rata 3,6 (dalam skala 1-5) dan prestasi belajar siswa cukup, dengan
nilai 79,28(dalam skala 1-100).
a. Hasil Pengolahan Data
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di kelas V SDN Bismo
Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus I dengan rata-rata 79,28 dengan prosentase
ketuntasan 82 %
2. Siklus II
Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran matematika di Kelas V SDN Bismo
Kecamatan Blado Kabupaten Batang siklus II dengan rata-rata 85,00 dan prosentase ketuntasan
97 %

B. Pembahasan Hasil Penelitian Per Siklus


Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif siswa yang
ditemukan dalam penelitian di Kelas V SD Negeri Bismo, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi belajar siswa juga meningkat.
Pelaksanaan perbaiakan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai 3,6 (skala 1-5)
pada siklus I dan meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,3 (skala 1-5) pada siklus II. Prestasi
belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) sebelum perbaikan pembelajaran, menjadi
cukup (nilai 79,28) pada perbaikan siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa Kelas V SD Negeri Bismo terjadi karena dalam
perbaikan pembelajaran secara konsekuaen penulis melaksanakan aktivitas-aktivitas perbaikan
yang telah dipilih dengan tepat.. Ketepatan pemilihan aktivitas-aktivitas perbaikan
pembelajaran tampak dalam kesesuaian antara pelaksanaan masing-masing aktivitas dengan teori
yang melandasinya. Ketepatan masing-masing aktivitas dapat dijelaskan seperti berikut ini :
1) Pemanfaatan Alat Peraga/ Media Pembelajaran
Media/alat peraga sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru
sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media
pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral dalam pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.
2) Keterlibatan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
Dalam penyajian materi pelajaran dapat dilakukan melalui peragaan, yaitu kegiatan
memperagakan cara kerja, perilaku tertentu dan sejenisnya. Karena dengan demonstrasi /
peragaan pembelajaran akan lebih jelas dan konkret sehingga menghindari verbalisme
(pemahaman kata-kata), siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari, proses pembelajaran
lebih menarik dan siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dan
kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
3) Pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
Latihan atau penugasan adalah penyampaian pelajaran melalui pengulangan (repetisi)
sampai bahan/materi itu dikuasai siswa. Metode ini sangat efektif untuk melatih ketrampilan dan
untuk menyampaikan pengertian (Udin S. Winataputra, 2008). Selain itu metode ini juga untuk
melatih kemandirian siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
4) Pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Dalam proses pembelajaran guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan pada siswa
agar semua siswa terlibat aktif. Kegiatan mengaktifkan siswa ternyata dapat memotivasi berpikir
memecahkan masalah bersama. Terdapat hubungan antara tingkat motivasi siswa dan hasil
belajar, baik hasil belajar pada suatu waktu tertentu maupun terhadap hasil belajar selanjutnya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian yang di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga
bilangan pecahan dalam perbaikan pembelajaran matematika kompetensi penjumlahan bilangan
pecahan campuran yang berpenyebut sama di Kelas V SD Negeri Bismo Kecamatan Blado,
Kabupaten Batang dapat meningkatkan prestasi siswa dengan baik. Secara rinci :
1. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan berjalan cukup baik, dengan nilai 3,4 (dalam skala
1-5) pada siklus I, meningkat menjadi baik, dengan nilai 4,4 (skala 1-5) pada siklus II.
2. Prestasi belajar siswa meningkat dari kurang (nilai 58,57) pada pra perbaikan, menjadi cukup
(nilai 79,28) pada siklus I dan baik (nilai 85,00) pada siklus II.
3. Prestasi belajar siswa meningkat melalui aktivitas-aktivitas: (1) pemanfaatan alat peraga/media
pembelajaran, (2) penggunaan alat peraga dalam pembelajaran, (3) keterlibatan siswa dalam
demonstrasi/dalam menggunakan alat peraga, (4) pengaktifan siswa dalam latihan menggunakan
alat peraga, dan (5) pemberian bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga.

B. Saran
Bertolak dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyampaikan saran kepada
rekan-rekan guru. Dalam pembelajaran Matematika, supaya siswa mencapai prestasi belajar yang
baik, guru hendaknya :
1. Memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran
2. Menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
3. Melibatkan siswa dalam demonstrasi/ dalam menggunakan alat peraga
4. Mengaktifkan siswa dalam latihan menggunakan alat peraga
5. Memberikan bimbingan pada siswa dalam menggunakan alat peraga
Selain itu, penulis menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk mempelajari dan
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelasnya sendiri, karena terbukti PTK dapat
memecahkan masalah yang kita hadapi dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Adapun pemahaman PTK ini bagi rekan-rekan guru dapat diperoleh melalui
pertemuan KKG dengan mendengarkan sharing dari rekan-rekan guru yang telah paham dan
telah melaksanakannya.

Anda mungkin juga menyukai