Anda di halaman 1dari 13

Larutan Penyangga

Pengertian Larutan Penyangga


Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai
pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena
penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga
dengan larutan buffer atau dapar.
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi
asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem
biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya
dapat bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata
lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut,
maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada
suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini
terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan”
yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan
kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.

Fungsi Larutan Penyangga


Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses
seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit,
sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat
berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah
tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal
bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-
bikarbonat (H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] :
[HCO3−] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan
penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan
− 2−
penyangga H2PO4 /HPO4 juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk
menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari
fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi.
Komponen Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan
buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−).
Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga
reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang
ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan
konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi
dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH).
Larutan penyangga basa
Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan
buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+).
Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang
dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2. mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam
kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah
tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan:

NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)


Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni
reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan
konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi
dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan
dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3).
Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri,
sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa
yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).

pH Larutan Penyangga
Larutan penyangga asam
Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat
kesetimbangan:
CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq)
Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan
larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch
sebagaimana persamaan berikut ini:

Masih bingung? Yuk diskusi di Forum StudioBelajar.com

Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,

Larutan penyangga basa


Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat
kesetimbangan:
NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq)
Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum
larutan penyangga,

Contoh Soal Larutan Penyangga


Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan:

a. 10 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan CH3COONa 1 M


b. 20 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 10 mL larutan KOH 0,1 M
c. 40 mL larutan NH3 0,1 M dengan 4 mL larutan NH4Cl 0,1 M
Ka CH3COOH = 1 × 10−5; Kb NH3 = 1 × 10−5
Jawab:

a. Larutan penyangga dengan CH3COOH sebagai asam lemah dan CH3COONa


sebagai garam basa konjugasi
Mau latihan soal? Yuk jawab pertanyaan di Forum StudioBelajar.com
a = mol CH3COOH = 10 mL × 0,1 mmol/mL = 1 mmol
g = mol CH3COO− = mol CH3COONa = 10 mL × 1 mmol/mL = 10 mmol

b. 10 mL larutan basa kuat KOH 0,1 M (1 mmol KOH) akan bereaksi dengan 20 mL
larutan asam lemah CH3COOH 0,1 M (2 mmol CH3COOH) menghasilkan air dan
garam basa konjugasi CH3COOK.
CH3COOH(aq) + OH−(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H2O(l)
c. Larutan penyangga dengan NH3 sebagai basa lemah dan NH4Cl sebagai garam
asam konjugasi
b = mol NH3 = 40 mL × 0,1 mmol/mL = 4 mmol
g = mol NH4+ = mol NH4Cl = 4 mL × 0,1 mmol/mL = 0,4 mmol
KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN

Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana suatu reaksi bolakbalik berlangsung terus
menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Susunan kesetimbangan tidak
berubah dari waktu ke waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya masing-
masing komponennya sama besar
. Konsep kesetimbangan perlu untuk memahami reaksi-reaksi yang berlangsung dalam
larutan yaitu yang emnyangkut ion-ion. Kesetimbangan yang sudah di ketahui adalah
kesetimbangan ionisasi asam lemah dan basa lemah. Dalam bahasan ini akan dipelajari tiga
jenis kesetimbangan ion lain yaitu larutan penyangga, hidrolisis garam, dan kesetimbangan
dalam larutan jenuh atau basa yang sedikit larut.

A. LARUTAN PENYANGGA ( LARUTAN BUFFER)


Larutan penyangga atau larutan Bueffer adalah larutan yang dapat mempertahankan
harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa atau
pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun padanya
ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan. Vontoh larutan
penyangga adalah air laut. Apabila 0,1 mL larutan HCl 1 M ditambahkan dalam 1liter air
suling, pH nya akan berubah dari 7 menjadi 4. Bila HCl yng sama banyak ditambahkan
dalam satu liter air laut, perubahan pH nya jauh lebih kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6.

1. Komponen Larutan Penyangga


Larutan penyangga mengandung campuran asam lemah dan basa konjugaasinya
atau basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam ( pH
< 7), sedangkan larutan
penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7).

a. Larutan Penyangga Asam


Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa
konjugasinya ( A- ). Larutan seperti ini dapat dibuat dengan berbagai cara misalnya :
1) Mencampurkan asam lemah ( HA) dengan garamnya ( LA, garam LA
menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA )
Beberapa contoh :
- CH3COOH + NaCH3COO ( komponen buffernya : CH3COOH dan
CH3COO- )
- H2CO3 + NaHCO3 ( komponen buffernya H2CO3 dan HCO3- )
- NaH2PO4 + Na2HPO4 (komponen buffernya H2PO4- dan HPO4 2- )
2) Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
Jumlah mol CH3COOH = 100 mL x 0,1 mmol/mL = 10 mmol
jumlah mol NaOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL = 5 mmol

Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NaCHCOO, sedangkan


CH3COOH bersisa 5 mmol, dengan rincian sebagai berikut :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) -------> NaCH3COO(aq) + H2O (l)
atau reaksi ion
CH3COOH (aq) + OH- --------> CH3COO- (aq) + H2O (l)

mula-mula : 10 mmol 5 mmol -


reaksi : -5 mmol - 5 mmol + 5 mmol
akhir : 5 mmol - 5 mmol
Campuran merupakan buffer karena mengandung CH3COOH (asam lemah )
dan CH3COO- ( basa konjugasi dari CH3COOH)

b. Larutan penyangga Basa


Laturan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasinya
H+ )

Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara yang serupa dengan pembuatan
larutan penyangga. asam.

1). Mencampur suatu basa lemah dengan garamnya.


Contoh :
Larutan NH3 + NH4Cl ( komponen buffernya : NH3 dan NH4+ )
2) Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa
lemahnya dicampurkan berlebih
. Contoh :
50 mL NH3 0,2 M ( = 10 mmol ) dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M ( = 5 mmol).
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NH4Cl (NH4+) sedangkan NH3
bersisa 5
mmol dengan rincian sebagai berikut :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4Cl (aq)
Atau dengan reaksi ion :

NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4+ (aq)

Mula-mula : 10 mmol 5 mmol


Reaksi : -5 mmol -5 mmol + 5 mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol
Jadi, campuran merupakan buffer karena mengandung NH3 ( basa lemah) dan
NH4+ (asam konjugasi NH3)

2. Cara Kerja Larutan Penyangga.


Adapun cara kerja larutan penyangga dapat dipahami dari dua contoh berikut :
a. Larutan Penyangga Asam
Contoh : Larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-

Dalam larutan kesetimbangan :

CH3COOH <========> CH3COO- + H+


Penambahan asam ( H+ ) akan menggeser kesetimbangan ke kiri, ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
Jika yang ditambahkan adalah basa, maka ion H+ dari basa akan bereaksi dengan
ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan.

b. Larutan penyangga basa.


Contoh : Larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
NH3 (aq) + H2O (l) <=====> NH4+ (aq) + OH-

Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam, maka ion dari asam akan
mengikat ion OH-. Hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.

3. Sifat Larutan Penyangga

Penambahan sedikit asam atau basa ke dalam larutan penyangga atau pengenceran
tidak mengubah pH larutan.
Untuk mengetahui sifat larutan penyangga dilakukan suatu kegiatan yang bertujuan
mempelajari pengaruh penambahan asam kuat, basa kuat dan pengenceran terhadap pH
larutan penyangga dan larutan bukan penyangga. Sebagai larutan penyangga digunakan
larutan yang mengandung 0,1 M CH3COOH dan 0,1 M NaCH3COO, sedangkan larutan
bukan penyangga digunakan NaCl 0,1 M. Sebanyak 9 gelas kimia ukuran 100 mL diisi
dengan larutan penyangga masing-masing 10 mL. Kemudian ke dalam gelas :
1. ditambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M
2. ditambahkan 5 mL larutan HCl 0,1 M
3. ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M
4. ditambahkan 11 mL larutan HCl 01 M
5. ditambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
6. ditambahkan 5 mL latutan NaOH 0,1 M
7. ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,1 M
8. ditambahkan 11 mL larutan NaOH 0,1 M
9. ditambahkan 20 mL air suling.

Setelah iru pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal ini sama
dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Secara teori, pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal ini sama
dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Secara teori, percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
pH awal : Larutan penyangga : 4,75
Larutan bukan penyangga : 7

Data pH setelah penambahan larutan HCl dan NaOH dan setelah pengenceran :
Jenis larutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Larutan penyangga 4,83 5,22 3,74 4,64 4,75 4,79 4,83 4,81 4,75

Larutan bukan penyangga 2,32 1,70 1,48 1,45 11,68 12,30 12,52 12,55 7

Perubahan pH larutan penyangga dan bukan penyangga di atas dapat digambarkan dengan
grafik sebagai berikut :
Gambar grafik perubahan pH larutan penyangga (a) dan larutan bukan penyangga (b) pada
penambahan asam dan basa kuat.

Dari keterangan di atas dapatlah disimpulkan sifat-sifat larutan penyangga sebagai berikut :

1). pH larutan penyangga praktis tidak berubah pada penambahan sedikit asam kuat atau
sedikit basa kuat atau pengenceran.
2). pH larutan penyangga berubah pada penambahan asam kuat atau basa kuat yang relatif
banyak,
yaitu apabila asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan menghabiskan komponen
larutan penyangga itu, maka pH larutan akan berubah drastis.
3). Daya penahan suatu larutan penyangga tergantung pada jumlah mol komponenya, yaitu
jumlah mol asam lemah dan basa konjugasinya, jumlah mol basa lemah dan asam
konjugasinya.

4. Fungsi Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup dan Dalam Kehidupan
Sehari-hari
Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia dan
bakteriologi juga dalam fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut
terutama dalam biokimia dan bakteriologi diperlukan rentang pH tertentu yang sempit
untuk mencapai hasil optimum. Kerja suatu enzim tumbuhnya kultur bakteri dalam proses
biokimia lainnya sangan sensitif terhadap perubahan pH.
Cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel, merupakan larutan
penyangga. Sistem penyangga utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa
konjugasi dihidrogenphosphat- monohidrogenphosphat ( H2PO4- - HPO42- ). Sistem ini
bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut :
HPO4 2- (aq) + H + (aq) --------> H2PO4 – (aq)
H2PO4 – (aq) + OH- (aq) ------> HPO4 2- (aq) + H2O (l)
adapun sistem penahan utama dalam cairan luar sel ( darah) adalah pasangan asam
basa konjugasi asam karbonat dan bikarbonat (H2CO3 – HCO3- ). Sistem ini bereaksi
dengan asam dan basa sebagai berikut :
H2CO3 (aq) + OH- (aq) ------> HCO3- (aq) + H2O (l)
HCO3 – (aq) + H+ (aq) -----> H2CO3 (aq)

Sistem Penyangga diatas membantu menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4.
Perbandingan konsentrasi HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk
menjadikan pH = 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak itu
dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang diterima darah lebih banyak yang
bersifat asam. Proses metabolisme dalam jaringan terus menerus membebaskan asam-
asam seperti asam laktat, asam fosfat dan asam sulfat. Ketika asam-asam masuk ke
pembuluh darah maka ion HCO3- akan berubah menjadi H2CO3, kemudian H2CO3 akan
terurai menjadi CO2. Pernapasan akan meningkat untuk mengeluarkan kelebihan CO2
melalui paru-paru. Apabila darah harus menerima zat yang bersifat basa maka H2CO3
akan berubah menjadi HCO3- . untuk mempertahankan perbandingan HCO3- /H2CO3
tetap 20/1 , maka sebagian CO2 yang terdapat dalam paru-paru akan larut ke dalam
darah membentuk H2CO3.

Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama
sakit, sehingga pH darah turun ke bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8 dapat menyebabkan
kerusakan permanen pada organ tubuh bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah penyakit jantung, penyakit ginjal,
diabetes millitus ( penyakit gula), diare yang terus menerus, atau makanan berkadar
protein tinggi selama jangka wakru yang lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi
karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah)
dapat terjadi sebagai akibat muntah yang hebat, hiperventilasi ( bernapas terlalu
berlebihan, kadang-kadang karena cemas atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu
penelitian yng dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest
(8848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,7 -
7,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah ( kira-
kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.

5. Menghitung pH Larutan penyangga


pH larutan penyangga tergantung pada Ka asam lemah atau Ka basa lemah serta
perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasi atau konsentrasi
basa dengan konsentrasi asam konjugasi dalam larutan tersebut.

a. Larutan Penyangga Asam


Pada larutan penyangga yng terdiri atas CH3COOH dengan NaCH3COO, asam asetat
mengion sebagian menurut reaksi kesetimbangan, sedangkan natrium asetat mengion
sempurna. Misalnya jumlah CH3COOh yang dilarutkan = a mol dan jumlah yang
mengion = x mol, maka susunan kesetimbangan dapat dirinci sebagai berikut :
CH3COOH (aq) ------> CH3COO- (aq) + H+ (aq)

mula – mula : a mol - -


reaksi : - x mol + x mol + x mol
setimbang : a - x mol x mol x mol

Misalkan jumlah mol NaCH3COO yang dilarutkan = g mol. Dalam larutan, garam ini
mengion sempurna membentuk g mol ion Na+ dan g mol ion CH3COO-
NaCH3COO (aq) ----------> CH3COO- (aq) + Na+ (aq)

mula - mula : g mol - -


reaksi : - g mol + g mol + g mol
setimbang : - g mol g mol

Tetapan ionisasi asam asetat sesuai dengan persamaan pertama :


Ka = [CH3COO-] [H+ ]
[ CH3COOH ]

Maka konsentrasi ion H+ dalam larutan akan ditentukan oleh persamaan berikut :
[ H+] = Ka x [CH3COOH]
[ CH3COO- ]
Jumlah ion CH3COO- dalam larutan = ( x + g), sedangkan jumlah CH3COOH = ( a-
x) mmol. Oleh karena dalam larutan terdapat banyak ion CH3COO- , yaitu yang
berasal dari NaCH3COO, maka kesetimbangan akan terdesak ke kiri, sehingga
jumlah mol CH3COOH dalam larutan dianggap tetap a mol (a - x) = a; jumlah
CH3COOH yang mengion diabaikan.
Dengan alasan yang sama, jumlah ion CH3COO- dalam larutan dapat dianggap = g
mol ( g + x = g; )
[ H+] = Ka x (a/V) / (g/V) ( V = volume larutan ) atau
[ H +] = Ka x a/g
pH = -log (Ka x a/g )
= -log Ka - log a/g atau

pH = pKa - log a/g dengan :

Ka = tetapan ionisasi asam lemah


a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi

contoh soal :
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan
CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M Ka CH3COOH = 1,8 x 10-
5

jawab :
Mol CH3COOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol

Mol NaCH3COO = 50 x 0,1 mmol/mL


= 5 mmol

mol asam = mol basa konjugasi, maka pH = pKa = - log 1,8 x 10-5 = 4,75
b. Larutan Penyangga dari Basa Lemah dan Asam Konjugasinya
Perhatikan larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4Cl. Dalam larutan,
NH3 mengion menurut reaksi keseimbangan sedangkan NH4Cl mengion sempurna.
NH3 (aq) + H2O (l) <=====> NH4+ (aq) + OH- (aq)

NH4Cl (aq) -----> NH4+ (aq) + Cl- ( aq)


Sama halnya dengan penurunan larutan penyangga dari basa lemah dan asam
konjugasinya
[OH-] = Kb x b/g dan pOH = pKa - log b/g

dengan
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi

Contoh soal
Ke dalam 100 mL larutan NH3 0,1 M ditambahkan 100 mL larutan (NH4)2 SO4 0,1 M.
Berapakan pH campuran itu ? Kb NH3 = 1,8 x 10-5. Apabila ke dalam campuran itu
ditambahkan lagi 20 mL larutan HCl 0,1 M, berapakah pH sekarang?
Jawab :
a) Campuran larutan NH3 dengan (NH4)2SO4 bersihat penyangga karena
mengandung basa lemah (NH3) dan asam konjugasinya (NH4+). pH larutan
tergantung pada perbandingan mol NH3 dengan ion NH4+.
Mol NH3 = 100 mL x 0,1 mmol/mL
= 10 mmol
Mol (NH4)2SO4= 100mL x 0,1 mmol/mL
= 10 mmol
Mol ion NH4+ = 2 x 10 mmol
= 20 mmol
[OH-] = Kb x b/g = 1,8 x 10-5 x 10/20 = 9 x 10-6
pOH = -log 9 x 10-6 = 6 - log 9
Maka pH = 14 - ( 6 - log9) = 8 + log 9 = 8,95

b) Penambahan HCl akan mengurangi jumlah NH3 dan menambah jumlah ion NH4+
yang terbentuk = 1 mmol. Susunan campuran sekarang dapat diperinci sebagai
berikut :
NH3 (aq) + H+ (aq) --------> NH4+ (aq)

mula-mula : 10 mmol 1 mmol 20 mmol


reaksi : -1 mmol -1 mmol +1 mmol
akhir : 9 mmol - 21 mmol
[OH-] = Kb x b/g = 1,8 x 10-5 x 9/21 = 7,7 x 10-6
pOH = - log 7,7 x 10-6 = 6 - log 7,7
pH = 14 - ( 6 - log 7,7 ) = 8 + log 7,7 = 8,89

Contoh soal
Periksalah, apakah campuran larutan berikut bersifat penyangga atau tidak?
a. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca (CH3COOH)2 0,1 M
b. 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
c. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
d. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,2 M

Jawab :
a. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca
(CH3COOH)2 0,1 M bersifat penyangga karena mengandung asam lemah
(CH3COOH ) dan basa konjugasinya yaitu ion CH3COO- yang berasal dari
Ca(CH3COOH)2.

b. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M (mengandung 10 mmol


Ca(CH3COO)2 0,1M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (mengandung 5 mmol NaOH)
bersifat penyangga karena CH3COOH akan bereaksi sebagian dengan ion OH- dari
NaOH membentuk ion CH3COO-
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l) Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol

Jadi, dalam canpuran terdapat 5 mmol CH3COOH (suatu asam lemah ) dan 5 mmol
ion CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)

c. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (mengandung 5 mmol


Ca(CH3COO)2 0,1M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (mengandung 5 mmol NaOH)
tidak bersifat penyangga karena CH3COOHtepat habis bereaksi sebagian dengan ion
OH- dari NaOH membentuk ion CH3COO-
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l)
Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 5 mmol 5 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : - - 5 mmol 5 mmol
Jadi, dalam campuran tidak terdapat CH3COOH (suatu asam lemah ) dan terdapat 5
mmol ion CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)
d. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (mengandung 5 mmol CH3COOH )
dengan 50 mL larutan NaOH 0,2 M (mengandung 10 mmol NaOH)tidak bersifat
penyangga karena canpuran tidan mengandung basa lemah CH3COOH tetapi
hanya terdapat basa kuat NaOH
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l)
Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 5 mmol 10 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol 5 mmol

Anda mungkin juga menyukai