Anda di halaman 1dari 17

1.

A. Bagaimaan harga pH larutan Buffer setelah pengenceran, penambahan sedikit asam


atau basa?
B. Jelaskan mengapa larutan Buffer (CH3COOH + CH3COONa) dapat menahan harga pH setelah
ditambahkan 1 tetes NaOH 0.1 M?

1.

A. Jika 10 mL larutan CH3COOH 0.1 M + HCl 0.1 M dicampur dengan 10 mL larutan


CH3COONa 0.1 M, berapakah secara teoritis harga pH? Diketahui Ka CH3COOH = 1.8 x 10-5
Jawaban

1.

A. Harga pH larutan Buffer setelah pengenceran, penambahan sedikit asam atau basa
adalah tetap.
B. Jika dilihat pada persamaan reaksi sebagai berikut
CH3COOH + H+ CH3COO +H2O
Pada reaksi tersebut, sebenarnya larutan buffer dibuat dari asam lemah dengan garamnya yang
berasal dari asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari Basa kuat. Larutan
buffer dapat mempertahankan pH karena dalam larutan larutan natrium asetat dapat berdisosiasi
dengan sempurna. Tetapi, disosiasi asam asetat dapat diabaikan
CH3COOH CH3COO + H+
Karena adanya ion ion asetat dalam jumlah banyak yang berasal dari disosiasi natrium asetat
akan bergeser kesetimbangannya ke ruas kiri ke dalam pembentukan asam asetat yang tidak
berdisosiasi. Larutan demikian akan memiliki pH tertentu dan juga baik sekali dalam
mempertahankan pH jika ditambahkan asam atau basa dalam jumlah banyak. Jika ion hidrogen
(asam kuat) ditambahkan akan membentuk asam asetat yang tidak berdisosiasi.
CH3COO + H+ CH3COOH
Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, tetapi bahwa jumlah ion asetat akan
berkurang sedangkan jumlah asam asetat yang tidak berdisosiasi bertambah. Disisi lain, apabila
ditambahkan ion hidroksil (OH), ion hidroksil akan bereaksi dengan asam asetat.
CH3COOH + OH CH3COO + H2O
Dengan demikian, konsentrasi ion hidrogen (dan hidroksil) tidak akan berubah, tetapi jumlah
asam asetat akan berkurang sedangkan jumlah ion asetat akan bertambah. Maka, dari prinsip
inilah dikatakan bahwa larutan penyangga dapat menunjukkan ketahan terhadap asam maupun
basa.

TINJAUAN PUSTAKA
Larutan buffer adalah larutan yang pHnya relatif tetap (tidak berubah) pada penambahan
sedikit asam, Basa , atau pengenceran. Ditinjau dari komposisi zat penyusunnya terdapat dua
sistem larutan yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
1. Larutan penyangga asam
Larutan penyagga asam dapat dibuat secara langsung dari asam lemah denagn garam yang
mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut, misalnya larutan CH 3COOH
dicampur dengan larutan CH3COOHNa. Larutan penyangga tersebut mengandung CH3COOH
(asam lemah) dan CH3COO (basa konjugasi).
2. Larutan penyangga basa
Larutan penyangga basa dibuat secara langsung dengan mencampurkan basa lemah dengan
garam yang mengandung asam konjugasi dari basa tersebut, misalnya larutan NH 4OH dengan
larutan NH4Cl. Larutan penyangga tersebut mengandung NH4OH (basa lemah) dan NH4+ (asam
konjugasi). (Sulistyorini,2006)
Kita ambil contoh pasangan antara asam lemah CH3COOH dengan garamnya
CH3COONa.
Reaksi antara asam lemah dengan Basa kuat
CH3COONa CH3COO- + Na+ (Garam)
CH3COOH CH3COO- + H+ (Asam lemah)
Dalam larutan terdapat CH3COOH merupakan asam dan CH3COO- basa konyugasi.
Kehadiran senyawa dan ion ini yang dapat menetralisir adanya asam dan basa dalam larutan. Jika
larutan ini ditambahkan asam, terjadi reaksi netralisasi,
H+ + CH3COO - CH3COOH
Kehadiran basa dinetralisir oleh CH3COOH
OH- + CH3COOH CH3COO- + H2O
Untuk larutan buffer dengan komposisi lain adalah campuran antara garam dengan basa
lemahnya, seperti campuran NH4Cl dengan NH4OH.
Reaksi antara basa lemah dengan Asam kuat
NH4Cl NH4+ + ClNH4OH NH4+ + OHDalam larutan garam terdapat pasangan basa dan asam konyugasi dari NH4OH dan NH4+,
adanya molekul dan ion ini menyebabkan larutan mampu mempertahankan pH larutan.
Tambahan H+ dapat dinetralisir oleh NH4OH sesuai dengan reaksi :
NH4OH + H+ NH4+ + H2O
Demikian pula adanya tambahan basa OH- dinetralisir oleh ion amonium dengan reaksi :
NH4+ + OH- NH4OH
Larutan buffer yang terdiri dari garam dan asam lemahnya atau basa lemahnya memiliki
harga pH yang berbeda dari garamnya ataupun dari asam lemahnya, karena kedua larutan
terionisasi. (Zulfikar, 2010)
Larutan buffer dapat bersifat :
Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7.
Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garammya
acapkali garam natrium.
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada
kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam,
maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama. Anda dapat mengubah pH
larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih asam
yang berbeda dan salah satu garamnya.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan penyangga yang
bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya. Seringkali yang digunakan sebagai
contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium klorida. Jika keduanya dalam
keadaan perbandingan molar yang sebanding, larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu
bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.
Konsep dari cara kerja larutan buffer
Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dengan garamnya yang berasal dari
basa kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat. Seperti pada larutan
Natrium Asetat yang merupakan larutan yang dapat berdisosiasi secara sempurna. Namun, pada
larutan asam asetat tidak terdisosiasi secara sempurna
CH3COOH CH3COO- + H+
Karena adanya ion ion asetat dalam jumlah banyak (yang berasal dari disosiasi natrium
asetat), akan menggerser kesetimbangan kea rah pembentukan asam asetat yang tidak terdisosiasi
(yaitu, kea rah ruas kiri persamaan di atas). Larutan ini akan memiliki pH yang tertentu dan pH
ini akan bertahan baik sekali, bahkan jika ditambahkan asam atau basa. Jika ion hidrogen (yaitu,
suatu asam kuat) ditambahkan, ini akan bergabung dengan ion asetat dalam larutan untuk
membentuk asam asetat yang tidak terdisosiasi :
CH3COO- + H+ CH3COOH
Karena konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, apa yang terjadi hanyalah bahwa jumlah ion
asetat berkurang, sementara jumlah asam asetat yang tidak terdisosiasi bertambah. (Anonim,
2013)

Manfaat Larutan Penyangga


Larutan penyangga sangat penting dalam kehidupan; misalnya dalam analisis kimia,
biokimia, bakteriologi, zat warna, fotografi, dan industri kulit. Dalam bidang biokimia, kultur
jaringan dan bakteri mengalami proses yang sangat sensitif terhadap perubahan pH. Darah dalam
tubuh manusia mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45, dan apabila pH darah manusia di atas
7,8 akan menyebabkan organ tubuh manusia dapat rusak, sehingga harus dijaga kisaran pHnya
dengan larutan penyangga. (Fauzan, 2011)
Sifat Larutan Penyangga
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini
seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat.
Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai sifat berbeda dengan komponenkomponen pembentuknya. (Rizki, 2012)
Cara kerja Larutan Penyangga
Pada point sebelumnya telah disebutkan bahwa larutan penyangga mengandung
komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehingga dapat mengikatbaik ion
H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau basa kuat tidak mengubah
pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja larutan penyangga:
1. Larutan penyangga asam
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan
CH3COO- yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:

Pada penambahan asam


Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq) + H+(aq) CH3COOH(aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion
H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan
asam CH3COOH membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq) CH3COO-(aq) + H2O(l)
2. Larutan penyangga basa
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa
(NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion
NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq)
Pada penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen
asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l)
(Rizki, 2012)
Menghitung pH Larutan Penyangga/Buffer
1. Larutan penyangga asam
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu l arutan
dengan rumus berikut:
[H+] = Ka x a/g
atau pH = p Ka log a/g
dengan:
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
2. Larutan penyangga basa
Dapat digunakan tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:
[OH-] = Kb x b/g
atau pH = p Kb log b/g
dengan,
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

b = jumlah mol basa lemah


g = jumlah mol asam konjugasi (Rizki, 2012)

6.1 Kesimpulan
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini
adalah:
pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat ataupun
basa kuat.
Larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah
dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.
Pada praktikum Larutan Penyangga ini yang merupakan larutan penyaangga adalah:
NH4OH + NH4Cl
HCH3COO + NaCH3COO
6.2 Saran
Dalam menentukan pH larutan buffer ini, sebaiknya praktikan berhati-hati dalam
mengukur volume sebuah larutan. Dan larutan tidak boleh tercampur dengan larutan yang lain,
karena dapat mempengaruhi nilai pH.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2013. Larutan
Penyangga,
Larutan
dengan
Dua
Sisi
Kepribadian.http://belajarkimia.com/larutan-penyangga-larutan-dengan-dua-sisi-kepribadian/.
Diakses pada 27 november 2013 pukul 20.16
Fauzan. 2011. Manfaat Larutan Penyangga. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/6larutan-penyangga/manfaat-larutan-penyangga/. Diakses pada 27 november 2013 pukul 19.26
Rizki. 2012. Larutan Penyangga. http://rizki2812.wordpress.com/2012/02/05/larutan-penyangga-2/.
Diakses pada 27 november 2013 pukul 19.24
Sulystyorini, Heni. 2006. Pokok bahasan larutan penyangga : semarang. Universitas semarang
Zulfikar. 2010. Larutan Penyangga atau Buffer. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiakesehatan/larutan/larutan-penyangga-atau-buffer/. Diakses pada 27 november 2013 pukul 18.09
http://arrofathtekperunib.blogspot.co.id/2014/10/laporan-praktikum-kimiabuffer.html

B.
1.

Dasar Teori
Larutan Penyangga (Buffer)
Menurut Adom (2009: 5, dalam Rizki Hasmi online) larutan penyangga (buffer) adalah
larutan yang dapat menjaga (mempertahankan) pHnya dari penambahan asam, basa, maupun
pengenceran oleh air. pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan sejumlah
asam, basa, maupun air.Larutan buffer mampu menetralkan penambahan asam maupun basa dari
luar. Secara umum, larutan penyangga digambarkan sebagai campuran yang terdiri dari Asam

lemah (HA) dan basa konjugasinya (ion A-), campuran ini menghasilkan larutan bersifat asam.
Basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+), campuran ini menghasilkan larutan bersifat basa.
Sunardi (2006: 34) larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan
larutan penyangga basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH <7
), sedangkan larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutan
penyangga asam mengandung suatu asam lemah dan basa konjugasi sedangkan ;larutan
penyangga basa mengandung suatu basa lemah dan asaam konujugasi. Berikut adalah larutan
penyangga asam dan basa yang dipaparkan oleh Adom (2009: 5).
a.
Larutan penyangga asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya.
Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana
asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Penambahan asam (H+) akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+yang
ditambahkan akan bereaksi dengan ion HCO3- membentuk molekul H2CO3.
HCO3- (aq) + H+(aq) H2CO3 (aq)
Jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka ion OH - dari basa itu akan bereaksi dengan
ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga
konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan basa menyebabkan berkurangnya
komponen asam (H2CO3), bukan ion H+. Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam
H2CO3 membentuk ion HCO3- dan air.
H2CO3 (aq) + OH-(aq) HCO3- (aq) + H2O(l)
b. Larutan penyangga basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini
dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara
lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat dimana basa
lemahnya dicampurkan berlebih. Contoh: NH4OH dengan NH4Cl.
Adapun cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3 dan
NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
Pada penambahan asam
Jika ditambahkan suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-. Hal tersebut
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan. Disamping itu penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa
(NH3), bukannya ion OH-. Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH 3 membentuk ion
NH4+.
NH3 (aq) + H+(aq) NH4+ (aq)
Pada penambahan basa, jika yang ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan
bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq) + OH-(aq) NH3 (aq) + H2O(l) (Farx, 2011 : 2).

2.

a.

b.

c.

d.

Hidrolisia
Hidrolisis adalah reaksi peruraian suatu garam dalam air. Reaksi hidrolisis terjadi antara
ion-ion garam (dalam air) dengan air sehingga ion (+) dan ion (-) dari garam bereaksi dengan air
membentuk asam dan basa asalnya. Pencampuran larutan asam dengan larutan basa akan
menghasilkan garam dan air. Namun demikian, garam dapat bersifat asam, basa maupun netral.
Sifat garam bergantung pada jenis komponen asam dan basanya. Garam dapat terbentuk dari
asam kuat dengan basa kuat, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, atau
asam lemah dengan basa lemah. Jadi, sifat asam basa suatu garam dapat ditentukan dari kekuatan
asam dan basa penyusunnya. Sifat keasaman atau kebasaan garam ini disebabkan oleh sebagian
garam yang larut bereaksi dengan air. Proses larutnya sebagian garam bereaksi dengan air ini
disebut hidrolisis yang berarti peruraian (Anonimous, 2014).
Berikut menurut Ralph H. Pettruck beberapa jenis garam berdasarkan komponen asam
basa pembentuknya:
Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion garam
berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan
ini sama dengan 7.
Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian
(parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation asam yang mengalami hidrolisis. Larutan
garam ini bersifat asam, pH <7.
NH 4 Cl (aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq) + H 2 O (l)
NH 4 + (aq) + H 2 O (l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq)
Reaksi hidrolisis dari amonium (NH 4+) merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini
menghasilkan ion oksonium (H 3O+) yang bersifat asam (pH<7).
Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat mengalami hidrolisis parsial
dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini
bersifat basa (pH > 7).
Contohnya Natrium asetat (CH 3 COONa) terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa
kuat NaOH. CH 3 COOH akan terionisasi sebagian membentuk CH 3 COO - dan Na + . Anion
CH 3 COO - berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal dari
basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) + H 2 O (l)
CH 3 COO - (aq) + H 2 O (l) CH 3 COOH (aq) + OH - (aq)
Reaksi hidrolisis asetat (CH3COO-) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini
menghasilkan ion OH - yang bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis: A - + H 2 O
HA + OH Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam yang terhidrolisis total
(sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini

dapat bersifat asam, basa, maupun netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation
terhadap anion dalam reaksi dengan air.
Sebagai contoh suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan terbentuk
garam NH4CN. HCN terionisasi sebagian dalam air membentuk H + dan CN - sedangkan
NH 3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan OH-. Anion basa CN - dan kation
asam NH 4 +dapat terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) + H 2 O NH 3(aq) + H 3 O (aq) +
CN - (aq) + H 2 O (e) HCN (aq) + OH - (aq)
F.

Pembahasan
Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat menjaga (mempertahankan) pHnya
dari penambahan asam, basa, maupun pengenceran oleh air. Sedangkan hidrolisis adalah reaksi
peruraian suatu garam dalam air. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan larutan
yang terjadi berdasarkan pengukuran PH, dengan tiga proses, yaitu proses buffer, hidrolisa dan
proses asam atau basa kuat yang terionisasi. Dan setelah itu menghitung pH teoritik dari ke tiga
proses tersebut.
Pada percobaan pertama dilakukan menggunakan pengenceran CH3COOH 1 M dan NaOH 1
M, setelah keduanya dicampurkan didapat warna kuning menggunakan indikator universal. Di
mana pH adalah 4. Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Dengan
reaksinya: CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O. Jika yang ditambahkan adalah suatu
basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H + membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat
dipertahankan. Pencampuran ini menunjukan proses buffer karena sisa akhirnya adalah 0, dan
bersifat asam.
Pada percobaan kedua, 1 ml CH3COOH diencerkan hingga 10 ml dengan aquades. Begitupun
dengan NaOH. Pada percobaan kedua ini dilakukan tiga percobaan dengan masing-masing
pencampuran yang berbeda. Setelah keduanya diencerkan. Percobaan pertama dicampurkan 2 ml
CH3COOH ditambah 2 ml NaOH yang menghasilkan warna hijau dengan pH 7. Karena volume
yang sama antara asam kuat dan basa kuat bereaksi membentuk garam dan air. Kation dan anion
garam berasal dari elektrolit kuat yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH
larutan ini sama dengan 7.
Untuk pencampuan kedua yaitu 5 ml CH 3COOH dengan 2 ml NaOH, dihasilkan warna
kuning dengan pH nya adalah 6. Bila pada percobaan pertamma bersifat netral, maka untuk ini
adalah bersifat asam. Karena menunjukan pHnya 6. Hal tersebut dipengaruhi oleh volume di
mana CH3COOH lebih banyak dibandingkan dengan NaOH. Juga menunjukan proses hidrolisa
karena terdapat sisa akhir dari CH3COOH. Sementara untuk percobaan ketiga, pH yang didapat
dalah 12 dengan dihasilkan warna biru. Hal tersebut dikarenakan volume NaOH lebih banyak
dari pada CH3COOH. Anion CH3COO- berasal dari asam lemah yang dapat terhidrolisis,
sedangkan kation Na+ berasal dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis. Reaksi hidrolisis
asetat (CH3COO-) merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH - yang
bersifat basa (pH > 7).
Referensi:

Aninimous, 2013. Hasil Laporan Praktikum Kimia. [online]. Tersedia:


http://jatimmurah.wordpress.com/2013/03/07/hasil-laporan-praktikum-kimia/ diakses pada 23
April 14
Hasmi, Rizki. 2014. laporan praktikum kimia dasar 2 larutan buffer [online].
Tersedia:
http://embukcity.blogspot.com/2014/01/laporan-praktikum-kimia-dasar-2larutan.html diakses pada 23 April 14
Pettruci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Tetapan Modern
.Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga
Sunardi, 2006. Bank Soal Kimia Umum. Bandung: M2S
http://ari-irawan4.blogspot.co.id/2014/05/buffer-dan-hidrolisa.html

Percobaan pertama, yaitu menentukan skala pH. Berdasarkan teori, HClmerupakan


asam kuat karena larutan tersebut terionisasi secara sempurna dengan = 1.
Sedangkan CH3COOH dan asam borat (H3BO3) merupakan asam lemah karena
ionisasi yang terjadi tidak sempurna dengan derajat ionisasi 0 < < 1.
NaHCO3merupakan basa lemah karena ionisasi yang terjadi tidak sempurna dengan
derajat ionisasi 0 < < 1. Sedangkan Na 2CO3 merupakan basa kuat karena larutan
tersebut terionisasi secara sempurna dengan = 1. Untuk NaCl yang merupakan
elektrolit kuat harga mendekati 1. NaCl merupakan garam asam kuat dan basa
kuat dan tidak terhidrolisis dalam air, sehingga larutan NaCl bersifat netral pH = 7.

http://cindymaulanaputerahidayat.blogspot.co.id/p/blog-page.html

PEMBAHASAN

Larutan penyangga atau buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai pH apabila
larutan tersebut ditambahkan sejumlah asam atau basa maupun diencerkan dengan
menambahkan sejumlah volume air. Larutan buffer memiliki dua sifat, yaitu larutan penyangga
bersifat asam dan larutan penyangga yang bersifat basa. Larutan penyangga bersifat adalah
sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7, larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat
dari asam lemah dan garam-garamnya. Sedangkan larutan penyangga yang bersifat basa
memiliki pH di atas 7. Larutan penyangga yang bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah
dan garamnya. Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan ammonia dan
larutan ammonium klorida (Asri, 2008: 97).

Dalam percobaan ini digunakan alat dan bahan diantaranya yaitu: gelas ukur yang digunakan
untuk mengukur sampel, gelas kimia digunakan untuk menyimpan sampel, kertas pH meter
digunakan untuk mengukur pH larutan yang ingin diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil
sampel. Tabung reaksi sebagai wadah untuk mereaksikan dua zat atau lebih.
Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah CH3COOH karena sifatnya
asam lemah dan mudah diamati pH-nya. Serta CH3COONa yang merupakan garam CH3COOH
untuk menunjang agar pH semakin jelas terlihat.
Dalam percobaan ini dilakukan proses kerja untuk mendapatkan hasil yang baik yaitu, disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan. Diukur 3 ml CH3COOh di gelas ukur lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang telah disiapkan. Diukur 15 ml CH3COONa di gelas ukur lalu
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 3 ml CH3COOH tadi, setelah dicampur,
diaduk hingga homogeny lalu diukur pH mula-mula, lalu campurkan dibagi atas tiga bagian yang
yang sama dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda dan ditambahkan 1 ml NaOH, 1 ml
HCl, dan 1 ml aquadest ke dalam tabung reaksi masing-masing yang berbeda. Diukur pH
masing-masing lalu dicatat dalam table pengamatan. Diulangi percobaan dengan sampel yang
sama tetapi volumenya berbeda yaitu 9 ml untuk CH3COOH dan 9 ml untuk CH3COONa.
Alasan perlakuan pada percobaan ini contohnya pada penambahan 1 ml HCl yaitu untuk
mengetahui tingkatan keasaman suatu larutan penyangga dan dilihat pula keseimbangan basa dan
asamnya. 1 ml NaOH ditambahkan untuk mengetahui tingkatan basa dalam larutan penyangga
dan keseimbangan basa dan asamnya, sedangkan penambahan 1 ml aquadest digunakan untuk
mengetahui tingkatan keseimbangan larutan buffer yang telah dibuat.
Adapun hasil yang diperoleh dalam campuran CH3COOH dan CH3COONa pH awal adalah 6,
setelah ditambahkan HCl 0,1 M didapatkan pH sebesar 7, jika ditambahkan NaOH 0,1 M sebesar
5, jika ditambahkan aquadest pH sebesar 5. Untuk CH3COOH 3 ml ditambahkan CH3COONa 3
ml diperoleh pH mula-mula 4, jika ditambahkan HCl ph menjadi 5, jika ditambahkan NaOH
diperoleh pH 4 dan jika ditambahkan aquadest tetap 4.

Setelah diperoleh hasil, jika dibandingkan denga literature diperoleh bahwa hasil pengukuran
dengan literatur tidak sama. pH pada literatur adalah 5 untuk semua penambahan zat. Seharusnya
jika ditambahkan 1 ml HCl, 1 ml NaOH dan 1 Ml aquadest juga harus mendapatkan hasil 5
dikarenakan sifat dari larutan buffer tersebut yang dapat mempertahankan konsentrasinya.
Faktor kesalahn yang terjadi pada percobaan kali ini adalah pada pengukuran sampel yang
digunakan yang seharusnya stabil ternyata banyak mengalami perubahan, karena alat yang
diambil untuk sampel tercampur sehingga terjadi kontaminasi antara sampel yang satu dengan
sampel yang lainnya. Serta dalam pengukuran dalam gelas ukur kurang teliti sehingga
konsentrasi yang diperoleh tidak akurat. Dan juga kejelian melihat warna yang dihasilkan oleh
kertas indicator serta seharusnya menggunakan pH meter untuk mengukur pH agar diperoleh
data yang akurat.
Hubungan percobaan ini dengan farmasi yaitu dalam pembuatan sedian farmasi yang
menggunakan reasksi kimia ataupun pada pembuatan sediaan tetes mata, injeksi dan lain-lain.
Larutan buffer sangat berperan penting dalam hal menjaga kenaikan ataupun perubahan pH agar
sediaan yang dibuat tidak rusak.
https://muhammadnurnisba.wordpress.com/2014/04/29/larutan-buffer/
III.

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Larutan Buffer


Buffer merupakan suatu sistem dalam larutan yang terdiri dari asam dan basa konjugasi yang
pH-nya dipertahankan tidak berubah walaupun dengan penambahan ion-ion OH atau H+.
Biasanya larutan buffer terdiri atas campuran asam Bronsted lemah dan basa konjugasinya,
misalnya campuran asam asetat dengan natrium asetat atau campuran ammonium hidroksida
dengan ammonium klorida (Girindra,1993).
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan
nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari buffer ini seperti pH buffer hanya
berubah sedikit pada penambahan sedikit asam atau basa. Buffer yang bersifat asam memiliki pH
kurang dari 7 sedangkan buffer basa memiliki pH lebih dari 7. Buffer yang bersifat asam
biasanya terbuat dari asam lemah dan basa konjugatnya. Sedangkan buffer yang bersifat basa
biasanya terbuat dari basa lemah dan asam konjugatnya (Anonim A,2011).
Larutan buffer dapat bersifat :
Larutan penyangga yang bersifat asam

Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7. Larutan
penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan garammya acapkali
garam natrium (Anonim B,2011).
Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan. Pada
kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding antara asam dan garam,
maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi yang sama (Anonim B,2011).
Anda dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap garam, atau
dengan memilih asam yang berbeda dan salah satu garamnya (Anonim B,2011)
Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan penyangga yang bersifat
basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya (Anonim B,2011)
Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan amonium
klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan molar yang sebanding, larutan akan
memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu bukanlah suatu masalah selama konsentrasi yang anda pilih
keduanya sama (Anonim B,2011).
Dalam laboratorium, para peneliti biokimia mengikuti reaksi in vitro dengan kondisi pH yang
hanya berubah sekecil mungkin, sehingga diperlukan larutan buffer yang efisien dan sesuai.
Asam yang sering dipakai yakni asam lemah seperti asam fosfat, asam asetat, asam glutarat, dan
asam tartrat, sedangkan basa yang sering digunakan yakni piridin, dan tris (hidroksimetil) amino
matan (girindra,1993).
Bagaimana cara kerja buffer? Sebagai contoh bila larutan NaOH ditambahkan kedalam
Dalam reaksi ini dapat dilihat bahwa ion OH bereaksi dengan proton hasil disosiasi CH3COOH
dan membentuk H2O. Dengan penambahan larutan basa lagi, disosiasi terus berlanjut sehingga
konsentrasi ion H+ dan pH tetap konstan. Kalau proton yang ditambah misalnya darilarutan HCl
maka proton ini segera berkombinasi dengan CH3COO yang ada dalam buffer (seagai kaliun
asetat) sehingga menekan terjadinya disosiasi asam asetat. Dengan demikian, perubahan pH
dapat ditekan sekecil mungkin (Girindra,1993).
Kalau ditinjau aspek kuantitatifnya, ada 2 faktor yang menentukan efektivitas atau kapasitas
suatu larutan buffer, yakni molaritas dan perbandingan konsentrasi basa konjugasi dengan asam
lemahnya.Faktor pertama berkaitan dengan kapasitas buffer yang berbanding lurus dengan
konsentrasi komponen-komponen buffer. Konsentrasi suatu buffer ialah jumlah konsentrasi
asam lemah dan basa konjugsinya. Jadi 0.1 M buffer asetat dapat terdiri dari 0.05 mol asam
asetat dan s0.05 mol natrium asetat per liter air. Tetapi bisa juga terdiri dari 0.065 mol asam
asetat dan 0.035 mol natrium asetat dalam 1 liter air (Girindra,1993).
Faktor kedua yang menentukan efektivitas buffer ialah perbandingan konsentrasi basa konjugasi
dan asam lemahnya.
Jadi sebelum kita menentukan buffer apa yang bisa dipakai dalam penelitian, terlebih dahulu
harus diperhatikan pH yang diinginkan. Misalnya pH 5, maka paling baik bila memakai asam
lemah yang mempunyai pKa 5 atau kalau tidak ada, pakailah asam yang mempunyai pKa paling
dekat dengan angka itu. Disamping itu, jenis asam yang dipakai harus sesuai dengan seluruh
system, sebab akibat tingginya konsentrasi garam sering menghalangi kerja enzim atau system
fisiologis (Girindra,1993).
Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dengan garamnya yang berasal dari basa
kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal dari asam kuat. Seperti pada larutan

Natrium Asetat yang merupakan larutan yang dapat berdisosiasi secara sempurna. Namun, pada
larutan asam asetat tidak terdisosiasi secara sempurna (Anonim A,2011)
CH3COOH CH3COO + H+
Karena adanya ion ion asetat dalam jumlah banyak (yang berasal dari disosiasi natrium asetat),
akan menggerser kesetimbangan kea rah pembentukan asam asetat yang tidak terdisosiasi (yaitu,
kea rah ruas kiri persamaan di atas). Larutan ini akan memiliki pH yang tertentu dan pH ini akan
bertahan baik sekali, bahkan jika ditambahkan asam atau basa. Jika ion hidrogen (yaitu, suatu
asam kuat) ditambahkan, ini akan bergabung dengan ion asetat dalam larutan untuk membentuk
asam asetat yang tidak terdisosiasi :
CH3COO + H+ CH3COOH
Karena konsentrasi ion hidrogen tidak berubah, apa yang terjadi hanyalah bahwa jumlah ion
asetat berkurang, sementara jumlah asam asetat yang tidak terdisosiasi bertambah (Anonim B,
2011).
Daftar pKa beberapa buffer yang sering digunakan dalam biokimia
Senyawa
pKa1
pKa2
pKa3
pKa4
Asam asetat
4.7

Amonium klorida
9.3

Asam karbonat
6.4
10.3

Asam sitrat
3.1
4.7
5.4
Dietanolamin
8.9

Etanolamin
9.5

Asam fumarat
3.0
4.5

Glisin
2.3
9.6

Glisiglisin
3.1
8.1

Histidin
1.8
6.0
9.2

Asam maleat
2.0
6.3

Asam fosfat
2.1
7.2
12.3
Asam pirofosfat
0.9
2.0
6.7
9.4
Trietanolamin
7.8

Tris (hidroksimetil) amino


8.0

metan
8.0

Veronal (natrium
2.0
2.7
6.2
10.3
dietilbarbiturate)
Versene (asam
etilendiaminotetraasetat)
(Girindra,1993)
Larutan buffer paling efektif adalah larutan yang mengandung asam (HA) dan basa konjugate
(A) dalam konsentrasi sama. Secara umum, efektif pH berada diantara pKa 1 unit pH (Tim
Penyusun,2011).
Banyaknya senyawaan yang dibutuhkan untuk pembuatn larutan buffer dengan suatu pH dan
kekuatan ion tertentu dapat dihitung berdasarka pada persamaan Handerson-Hasselbalch (Tim
Penyusun, 2011)
pH = pKa + log10
Sifat-sifat persamaan Henderson Hasselbalch:
1.
Apabila asam lemah dan basa konjugatnya (garam) mempunyai konsentrasi sama, pKa
asam lemah sama dengan pH larutan. Kondisi ini terjadi bila separuh dari jumlah asam lemah

mula-mula-mula telah dinetralkan oleh basa kuat . Pada keadaan seperti ini konsentrasi asam
yang tersisa sama dengan konsentrasi garam yang dihasilkan, artinya 50% asam mula-mula telah
ternetralisasi. Pada keadaan ini [asam]=[garam] dan log10 [garam]/[asam](atau sama dengan
log10 1) sama dengan nol.
2.
Bila konsentrasi asam 10 kali konsentrasi garam maka:
log10 1/10 = -1,00 dan pH = pKa 1
Dengan kata lain, pH lebih kecil 1 unit daripada pKa jika [asam] 10 kali [garam], sebaliknya bila
[garam] 10 kali [asam] maka:
log10 10/1 = 1,00 dan pH = pKa + 1
1.
Tidak memungkinkan perhitungan diluar daerah pH = pKa
2.
Dalam daerah pH = pKa pasangan asam-basa konjugat mempunyai kapasitas penyangga
yang paling besar, yang menjadi maksimum pada harga konsentrasi ion hidrogen = pKa.
Kapasitas buffer mengukur besarnya perubahan pH larutan bila asam atau basa ditambahkan.
Semakin kecil perubahan pH maka semakin besar kapasitas buffer. Kapasitas buffer diukur
sebagai moles H+ atau OH- yang diperlukan guna merubah 1 L buffer 1 mol/L, sebesar 1 unit
pH. Kapasitas buffer pada pH konstan sebanding dengan konsentrasi buffer (Montgomery et
al,1993).

3.2 pH Meter
Pengukuran suatu larutan pada dasarnya adalah pengukuran perbedaan potensial dari dua
elektroda yang dimasukkan kedalam larutan. Perbedaan potensial ini senantiasa dipengaruhi oleh
temperature, sehingga pH juga dipengaruhi temperature.(Tim penyusun,2011)
Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektrokimia yang terjadi
antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif.
Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau
diistilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu
elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur
tegangan. Skema elektroda pH meter akan mengukur potensial listrik antara Merkuri Klorid
(HgCl) pada elektroda pembanding dan potassium chloride (KCl) yang merupakan larutan di
dalam gelas elektroda serta petensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara
sampel yang tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang equivalent yang lainnya
untuk menetapkan nilai pH (Anonim C,2011)
Elektroda pembanding calomel terdiri dari tabung gelas yang berisi potassium kloride (KCl)
yang merupakan elektrolit yang berinteraksi dengan HgCl diujung larutan KCl. Tabung gelas ini
mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya digunakan keramik berpori atau bahan
sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak mudah terkontaminasi oleh logam dan unsure natrium.
Elektroda gelas terdiri dari tabung kaca yang kokoh dan tersambung dengan gelembung kaca
yang tipis. Di dalamnnya terdapat larutan KCl yang buffer ph 7. Elektroda perak yang ujungnya
merupakan perak kloride (AgCl2) dihubungkan ke dalam larutan tersebut. Untuk meminimalisir

pengaruh elektrik yang tidak diinginkan, alat tersebut dilindungi oleh suatu lapisan kertas
pelindung yang biasanya terdapat di bagian dalam elektroda gelas (Anonim C,2011).
Pada kebanyakan pH meter modern sudah dilengkapi dengan thermistor temperature, yakni suatu
alat untuk mengkoreksi pengaruh temperature.Antara elektroda pembanding dengan elektroda
gelas sudah disusun dalam satu kesatuan (Anonim C,2011)
pH meter harus dirawat secara berkala untuk menjaga umur pakai dari alat tersebut.
Pemeliharaannya meliputi :
Penggantian batere dilakukan jika pada layer muncul tulisan low battery
Pembersihan elektroda bisa dilakukan berkala setiap minimal 1 minggu sekali.
Pembersihannya menggunakan larutan HCl 0.1 N (encer) dengan cara direndam selama 30 menit
kemudian dibersihkan dengan air DI.
Ketika tidak dipakai, elektroda utama bagian gelembung gelasnya harus selalu berada pada
keadaan lembab. Oleh karena itu, penyimpanan elektroda disarankan selalu direndam dengan
menggunakan air DA. Penyimpanan pada posisi kering akan menyebabkan membran gelas yang
terdapat pada gelembung elektroda akan mudah rusak dan pembacaannya tidak akurat.
Ketika disimpan, pH meter tidak boleh berada pada suhu ruangan yang panas karena akan
menyebabkan sensor suhu pada alat cepat rusak (Anonim C,2011).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,A.Larutan buffer.(http://akbar300994.wordpress.com/2010/04/06/laporan-larutanbuffer/).Manado,12 Oktober 2011


Anonim, B.Larutan penyangga (buffer).(http://andykimia03.wordpress.com/2009/11/30/larutanpenyangga-buffer/).Manado,12 Oktober 2011
Anonim, C.Larutan penyangga.( http://belajarkimia.com/2008/05/larutan-penyangga-larutan-dengandua-sisi-kepribadian/).Manado,13 Oktober 2011
Girindra, A.1993.Biokimia 1.Gramedia.Jakarta
Keenan,et al.1998.Ilmu Kimia untuk universitas.Erlangga.Jakarta
Montgomery, et al.1993.Biokimia.UGM.Jogjakarta
Tim penyusun.2011.Penuntun praktikum biokimia.FMIPA Unsrat.Manado

https://vheenvhien.wordpress.com/chemistry-zone/

Anda mungkin juga menyukai