I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa (Praktikan) memhami identifikasi zat dalam suatu sampel
serta mampu menetapkan kadarnya menggunakan prinsip reaksi asam-basa.
II. PRINSIP PRAKTIKUM
Penentuan kadar natrium bikarbonat dengan menggunakan metode asidimetri
berdasarkan reaksi netralisasi di mana sampel yang bersifat basa dititrasi
dengan larutan baku HCL 0,1 N dengan penambahan indikator metil merah
dan titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah ke bening.
Penentuan kadar asam salisilat dengan menggunakan metode alkalimetri
berdasarkan reaksi netralisasi di mana sampel yang bersifat asam dititrasi
dengan larutan baku dan NaOH 0,1 N dengan penambahan indikator
fenolftalein dan ditandai dengan perubahan warna bening ke merah muda.
V. CARA KERJA
Persiapan alat :
1. siapakan buret,bilas buret dengan aquadest ,pasang buret pada penyangga buret
dengan kokoh
2. Masukkan NaoH 0,1 N ke dalam buret menggunakan corong
Pembakuan NaoH 0,1 N:
1. Timbang kalium biftalat dengan seksama sebanyak 150 mg
2. Larutkan dalam aquadest sebanyak 20ml
3. Tambahkan indikator pp sebanyak 3-4 tetes
4. Titrasi dengan NaoH 0,1 N sampai titik akhir titrasi berwarna merah muda
Pengujian Sampel:
1. Masukkan sampel ke dalam erlenmeyer
2. Larutkan sampel dengan etanol 96% sebanyak 15 ml
3. Tambahkan aquadest sebanyak 20 ml
4. Larutkan larutan
5. Pipet 10 ml larutan dan masukkan ke dalam erlenmeyer lain
6. Tambahkan indikator PP 3-4 tetes ke erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan tadi
7. Titrasi dengan menggunakan NaoH 0,1 N sampai larutan berubah menjadi
merah muda (lakukan pengulangan titrasi hingga 2x)
VII. PEMBAHASAN
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran.
Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya.
Titran ditambahkan titrat tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen
( artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi) yang biasanya
ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa
atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang
dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik
akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati
titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik
ekuivalen.
Asidimetri dan alkalimetri adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan jumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Contoh sesuatu yang
dianalisis dirujuk sebagai (tak diketahui). Proses analisis yang melibatkan
pengukuran yang seksama volume-volume suatu asam dan basa yang saling
menetralkan.
Pada praktikum kali ini kami melakukan titrasi asam basa dimana terdapat
dua metode , yaitu metode asidimetri dan metode alkalimetri.Untuk metode
asidimetri mula-mula ditimbang kalium biftalat sebanyak 150 mg. Kemudian
dilarutkan dengan 20 ml aquadest.Lalu ditambah 3-4 tetes indikator PP dan
dititrasi dengan NaOH 0,1 N.Setelah itu amati perubahan warnanya hingga tetap
dan dicatat berapa volume titrasinya dihitung kadar dan persentase kadarnya.
Sedangkan pada metode alkalimetri digunakan 250 mg asam salisilat sebagai
sampelnya.Mula-mula masukkan sampel ke dalam erlenmeyer lalu larutkan
sampel dengan etanol 96% sebanyak 15ml,Lalu tambahkan aquadest sebanyak 20
ml larutkan larutan,Selanjutnya pipet 10 ml larutan dan masukkan ke dalam
erlenmeyer lain , Kemudian tambahkan indikator PP sebanyak 3-4 tetes ke dalam
erlenmeyer yang berisi 10 ml larutan tadi , Lalu titrasi menggunakan NaoH 0,1 N
sampai larutan menjadi merah muda volume titrannya kemudian dihitung kadar
dan persentasenya (lakukan pengulangan titrasi ini hingga 2x).
Adapun hasil dari percobaan yang telah diperoleh adalah persen kadar rata-
rata untuk percobaan asidimetri NaOH ialah 10,00%. Hal ini tidak sesuai dengan
literature yang menyatakan bahwa % kadar NaOH kurang dari 99% dan lebih dari
101,00%. Dalam metode asidimetri natrium bikarbonat merupakan dititrasi
dengan asam untuk menetralkan garamnya. Karena natrium bikarbonat merupakan
garam yang bersifat basa sehingga dalam penetapan kadarnya ditentukan secara
asidimetri. Penggunaan indikator metal merah yang merupakan garam natrium
dimana dalam larutan baku banyak terionisasi dan dalam lingkungan alkalin
ionnya memberikan warna bening sehingga apabila bereaksi dengan HCL sebagai
titran akan mengalami perubahan warna dari bening menjadi jingga.
Sedangkan pada asam salisilat di gunakan untuk menetralkan asamnya karena
sifatnya yang asam maka digunakan metode alkalimetri. Penambahan etanol
netral pada alkalimetri di gunakan sebagai pelarut untuk asam salisilat yang tidak
larut dalam aquadest. Dan dalam penentuan kadar asam salisilat digunakan
indikator PP karena titik akhir akan terbentuk garam yang netral dari asam
lemah dan basa kuat. Dimana garam berupa asam salisilat Dalam air akan
terhidrolisissehingga larutan akan lebih banyak mengandung OH- dan pada pH 7,
maka indikator yang digunakan adalah yang mempunyai interval pH 8 –9,5. Titik
akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna yang ditandai dengan
adanya perubahan warna dari bening ke merah muda.
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret dan
jumlah yang di pakai diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah di titrasi. Larutan
asam yang di titrasi di masukkan ke dalam erlenmeyer dengan mengukur volume
terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik equivalen,
dipakai indikator yang warna nya di sekitar titik equivalen. Titik ekuivalen terjadi
pada saat terjadi perubahan indikator. Pada titrasi yang diamati adalah titik akhir
bukan titik equivalen.
Adapun alasan menggunaan alat yaitu, untuk buret sebagai media
penampung titran (larutan baku) dan mengetahui volume titrasi, bola hisap
digunakan untuk menyedot sampel atau pereaksi kedalam suatu pipet volume
secara saksama, pipet etes untuk meneteskan / menambahkan larutan indicator
dengan volume yang sedikit dan tidak seksama. Erlenmeyer sebagai wadah
larutan titer, neraca analitik untuk menimbang berat sampel yang di tentukan,
statif dan klem sebagai penegak berdirinya buret.
Penggunaan NaOH pada metode alkalimetri karena merupakan metode
titrimetri dan volumetri yang didasarkan pada pengukuran seksama jumlah
volume basa (NaOH) begitupun sebaliknya asidimetri merupakan metode
titrimetri berdasarkan pengukuran seksama jumlah volume asam (HCL) sebagai
larutan baku. NaOHndan HCLjuga merupakan basa kuat dan asam kuat.
Dan adapun hubungan antara titrasi asam basa dalam dunia farmasi yaitu sebagian
sediaan obat dapat bersifat asam atau basa sehingaa metode ini sangat penting
sehingga dapat disesuaikan dengan metabolisme obat di dalam tubuh, dan untuk
menentukan konsentrasi atau kadar dari suatu sedian obat yang akan di buat.
VIII. KESIMPULAN
Sampel yang digunakan pada titrasi ini ialah asam salisilat
Sampel penetapan kadar asam (alkalimetri) menggunakan indikator PP
Sampel penetapan kadar basa (asidimetri) menggunakan metil red
Larutan standar primer yang digunakan ialah kalium biftalat
Kadar NaOh pada metode asidimetri yaitu 10,00%, hal ini tidak sesuai
dengan literature yang menyatakan % kadar dari NaOH kurang dari 99,0%
dan lebih dari 101,0%.
Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan yang disertai
perubahan warna indikator.
Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara
melihat perubahan warna indikator
Indikator PP perlu ditambahkan kedalam larutan karena supaya mengetahui
perubahan warna yang terjadi pada titik ekivalen
hubungan antara titrasi asam basa dalam dunia farmasi yaitu sebagian sediaan
obat dapat bersifat asam atau basa sehingaa metode ini sangat penting
sehingga dapat disesuaikan dengan metabolisme obat di dalam tubuh, dan
untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari suatu sedian obat yang akan di
buat.
Ika, Dani, 2009, Alat otomarisasi pengukur kadar vitamin C dengan metode
titrasi asam basa, Jurnal Neutrino, Vol. 1, (diakses tanggal 24 november
2013).
Sunarya, Yayan. Mudah Dan Aktif Belajar Kimia. Bandung ; Invers. 2007