Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK


PERCOBAAN
ANALISIS VOLUMETRI (TITRASI ASAM-BASA)

OLEH:
NAMA : NOVA PERMATA INTAN
STAMBUK : A1C412043
KELOMPOK : VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING : KAHARUDDIN

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan analisis volumetri (titirasi asam basa) dengan tujuan
untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan natrium
hidroksida, dan untuk menentukan kadar bikarbonat dalam sampel dengan
menggunakan asam pekat yaitu HCl. Titrasi merupakan suatu metoda untuk
menentukan kadarsuatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi. Sebelum menentukan kadar suatu larutan terlebih dahulu
dilakukan standarisasi terhadap larutan yang telah diketahui konsentrasinya. Dalam
hal ini larutan NaOH dan HCl menggunakan indikator PP dan MO. Untuk
menentukan kadar asam asetat dalam suatu sampel maka dilakukan proses titrasi
dengan menggukan indikator PP dengan penitrasi adalah NaOH. Setelah
mengetahui volume titran yang digunakan maka dapat diketahui kadar asam asetat.
Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 0,24 gr dalam 100 mL sampel atau 0,24
% (b/v). Selanjutnya untuk menentukan kadar bikarbonat dan karbonat dalam suatu
sampel juga dilakukan proses titrasi, tapi pada penentuan kadar bikarbonat proses
titrasi dilakukan 2 kali. Titrasi pertama menggunakan indikator PP, sedangkan
titrasi yang kedua menggunakan indikator MO. Setelah mengetahui volume titran
yang digunakan, maka dapat diketahui kadar bikarbonat dalam sampel, yaitu 1,9
mL HCl 0,1 N atau sekitar 0,1596%, sedangkan kadar karbonat yaitu 5,04%.
Kata kunci : titrasi asam basa, kadar asam asetat, kadar bikarbonat.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara garis besar analisis dikelompokkan menjadi analisis

secara fisik,kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis

berasal dari bahasa latin yaitu analisys yang berarti melepaskan. Secara

umum analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu kesatuan materi bahan

menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat diketahui

lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang menyangkut

identifikasi zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di dalam suatu contoh.

Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisa mngenai penentuan berapa zat

tertentu dalam suatu contoh. Zat yang ditentukan sering disebut sebagai zat

yang diinginkan atau analit (dapat terdiridari sebagian kecil atau besar dari

contoh yang dianalisa). Analisis Volumetri merupakan bagian dari analisis

secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa yang didasarkan pada

pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya. Analisis volumetri juga

disebut titrimetri karena proses analisanya berupa titrasi dimana larutan

standar (pereaksi) sebagi titran yang ditempatkan dalam buret yang

digunakan untuk menitrasi larutan yang akan ditentukan jumlah analitnya.

Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan tepat


konsentrasinya. Analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia antar

komponen analit dengan titiran.

Dengan melakuakn titrasi asam basa (titrimetri) maka dapat

diketahui kadar suatu senyawa dalam suatu sampel. Oleh karena itu dilakukan

percobaan ini untuk mengetahui kadar asam asetat, karbonat maupun

bikarbonat dalam suatu sampel dengan menggunakan metode titrasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menentukan kadar sampel asam asetat dalam sampel?

2. Bagaimana cara menentukan kadar bikarbonat dalam sampel?

C. TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menetukan kadar asam asetat dalam sampel.

2. Untuk menentukan kadar bikarbonat dari suatu sampel.

D. PRINSIP PERCOBAAN

Prinsip percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan

titran NaOH 0,1 N (asam lemah dengan basa kuat).

2. Menentukan kadar bikarbonat dalam sampel dengan menggunakan

titrasi HCl 0,1 N (asam kuat).


BAB II
TEORI PENDUKUNG

Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif, yang

sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam

larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator

yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Indikator

asam-basa ialah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.

Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat,

larutan pada titik ekivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya ataupun

basanya merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis

dan pada titik ekivalen larutan akan mempunyai pH > 7 (bereaksi basa) atau pH <

7 (bereaksi asam). Harga pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi dari

asam atau basa lemah tersebut dan dari konsentrasi larutan yang diperoleh. Titik

akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa (Underwood,

1983). Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak

di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih

jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut. Haryadi (1986) menyebutkan

bila suatu indikator digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi, maka:

1. Indikator harus berubah warna tepat pada saat titrant menjadi ekivalen

dengan titrat.

2. Perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada

keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan (Harjanti, 2008)


Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara

atau metode yang menggunakan larutan yang disebut titran yang dilepaskan dari

perangkat gelas yang disebut buret . Bila larutan yang diuji bersifat basa maka titran

harus bersifat asam dan sebaliknya (Ika, 2009).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun

titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam

ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan

titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara

stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik

ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian

kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut.

Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita

bisa menghitung kadar titrant (Ahyari, 2008).

Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar)

ditambahkan sedikit demi sedikit ( secara eksternal ), biasanya dari dalam buret,

dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Penambahan larutan standar

ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia dengan larutan yang

diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan,

digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator

yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji

dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji

dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada

titik kesetaraan ( ekuivalensi ). Titik dalam titrasi asam-basa pada saat indikator
berubah warna disebut titik akhir. Tentu saja diinginkan agar titik akhir ini sedekat

mungkin ke titik kesetaraan. Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan

kedua titik itu (atau mengkoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu

aspek penting dari analisis titrasi asam-basa. Umumnya larutan uji adalah larutan

standar elektrolit kuat, seperti natrium hidroksida dan asam klorida. Jadi apabila

larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji ( larutan standar ) asam,

dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Sujono, 2010).

Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk tergantung dari sifat

kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk

menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu indikator

yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks

antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau

larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang

berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan

dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam

eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk

senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung, sedang yang

lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali. Seng merupakan

salah satu logam yang membentuk senyawa komplek dimana penetapan kadar seng

menurut Farmakope Indonesia edisi III ditetapkan secara kompleksometri

menggunakan dapar amonia amonium klorida (pH dapar ± 9-10), ditambah

indikator EBT dan di titrasi dengan Na2 EDTA (Yusrin, 2010).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

- Buret 2 buah

- Gelas kimia 250 mL, 700 mL @1 buah

- Pipet gondok 50 mL 1 buah

- Gelas ukur 100 mL 1 buah

- Erlenmeyer 250 mL 1 buah

- Botol semprot 1 buah

- Statif dan klem

 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

- Asam asetat

- HCl 0,1 M

- Indikator methyl orange (MO)

- NaOH 0,1 M

- Indikator PP

- Natrium karbonat

- Bikarbonat
B. PROSEDUR KERJA

1. Titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida

asam asetet pekat 0,83 mL

Dimasukan kedalam labu takar 100 mL

Diencerkan dengan aquades sampai


tenda tera

Larutan asam asetat 0,01 N

Ditambahkan 3 tetes indikator PP

Dititrasi dengan NaOH sampai


terbentk warna merah muda

Diamati perubahan yang terjadi

Dicatat volume titran yang digunakan

Dilakukan triplo

Dihitung kadar asetat dalam sampel

Larutan berwarna merah muda


2. Penentuan kadar bikarbonat dalam sampel

0,1 gr natrium bikarbonat

Dilarutkan dalam aquades 100 mL

Ditambahkan indikator PP sebanyak


36 tetes

Dititrasi dengan HCl 0,1 N (hingga


larutan tak berwarna

Dicatat volume titran yang digunakan

Ditambahkan indikator MO
sebanyak 2 tetes

Dititrasi lai dengan HCl 0,1 N

Dicatat volume titran yang digunakan

Dihitung persentase (kadar)


bikarbonat

- Volume HCl yang digunakan


- Kadar bikarbonat
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. DATA PENGAMATAN

 Standarisasi Larutan NaOH dengan Kalium Biftalat

No perlakuan hasil
0,5 gr kalium biftalat ditambahkan larutan kalium
1
aquades biftalat
ditambahkan indikator PP sebanyak 2 larutan tetap
2
tetes bening
berwarna merah
3 dititrasi dengan larutan NaOH
muda
4 volume titran 23 mL

 Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida

No perlakuan hasil
larutan asam asetat diambahkan
1 larutan kalium biftalat
dengan 3 tetes indikatr PP
2 dititrasi dengan larutan NaOH larutan tetap bening

3 volume titran 1 mL

 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3

No perlakuan hasil
larutan Na2SO3 ditambahkan 2 tetes larutan berwarna
1
indikator Mo orange
larutan berwarna
2 dititrasi dengan larutan HCl
merah muda
3 volume titran yang digunakan 12,1 mL
 Penentuan Kadar Bikarbonat dalam Campuran

no perlakuan hasil
0,1 gr natrium bikarbonat dilarutkan larutan natrium
1
dengan 100 mL aquades bikarbonat
larutan berwarna
2 ditambahkan indikator PP 36 tetes
bening
larutan berwarna
3 dititrasi dengan HCl 0,1 N
bening
4 volume titran yang digunakan 0,3 mL
ditambahkan indikator Mo sebanyak 2
5 berwarna jingga
tetes
berwarna jingga
6 dititrasi dengan HCl 0,1 N
merah muda
7 volume titran yang digunakan 2,2 mL

B. PERHITUNGAN

 Standarisasi Larutan Biftalat

V1 x N1 = V2 x N2

Kalium biftalat 500 mg, Mr = 204,2

Volume NaOH 0,1 N, Mr = 23

500
= 23 x N2
204,2

2,44 = 23 x N2

N2 = 0,106

 Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida

V NaOH = 1 mL

Dalam 10 mL sampel asam terdapat :

100
x 1 x 0,1 x 60 = B
25

24 = B
100
dalam 100 mL asam cuka = x 24 = 240
10

100 240
kadar asam cuka = x mg
10 1000

= 2,4 gram dalam 100 mL

= 2,4 % (b⁄v)

 Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3

Volume HCl yang digunakan = 12,1 mL (P)

Berat Na2CO3 = 100 mg (Q)

Mek HCl = Mek Na2CO3

12,1 x 0,1 = Mek Na2CO3

1,21 = Mek Na2CO3

Berat zat (mg) Na2CO3 = Mek Na2CO3 x BE Na2CO3

Mek Na2CO3 = mg Na2CO3 / BE Na2CO3

100
=
1
2 x 106
mg Na2 CO3
N HCl = x 53
P
100
N HCl = x 53
12,1

= 0,155 N

 Penentuan Kadar Karbonat dan Bikarbonat


PP
NaHCO3 NaCl + H2O + CO2 0,3 mL HCl 0,1 N (x)
MO
NaHCO3 NaCl + H2O + CO2 2,2 mL HCl 0,1 N (y)

Bikarbonat dalam sampel = (y – x) mL HCl 0,1 N


= (2,2 – 0,3) mL HCl 0,1 N

= 1,9 mL HCl 0,1 N

(y − x)mL x N. HCl x BE NaHCO3


% bikarbonat =
berat sampel

1,9 x 0,1 x 84
=
100

= 0,1596 %

Karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,1 N

= (2 x 0,3) mL HCl 0,1 N

= 0,6 mL HCl 0,1 N

(2x) mL x NHCl x BE NaHCO3


% karbonat =
berat sampel

(2 x 0,3)x 0,1 x 84
=
100

= 5,04 %

C. REAKSI-REAKSI
PP
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
MO
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
PP
NaHCO3 NaCl + H2O + CO2
MO
NaHCO3 NaCl + H2O + CO2

D. PEMBAHASAN

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadarsuatu zat

dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi


biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses

titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai

titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi

oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan

reaksi kompleks dan lain sebagainya. Sedangkan pada percobaan kali ini

hanya akan dibahas tentang titrasi asam basa. Zat yang akan ditentukan

kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam

Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut

sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun

titrant biasanya berupa larutan.Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi

alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan

dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah

teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan

pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan

kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui

dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui

perhitungan berdasarkan persamaan reaksi. Titrasi asam basa merupakan

teknik untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang

terjadi merupakan reaksi asam basa (netralisasi). Larutan yang kosentrasinya

sudah diketahui disebut larutan baku. Titik ekuivalen adalah titik ketika asam

dan basa tepat habis bereaksi dengan disertai perubahan warna indikatornya.

Titik akhir titrasi adalah saat terjadinya perubahan warna indikator.


Pada percobaan kali ini kita akan menentukan kadar atau

konsentarsi asam asetat melalui proses titrasi yaitu dengan menitrasi asam

asetat yang telah ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes dengan natrium

hidroksida. Larutan asam asetat yang telah ditambahkan indikator PP

berwarna bening, sehingga apabila larutan tersebut berubah warna menjadi

merah muda maka titrasi harus dihentikan. Volume titiran (NaOH) yang

digunakan adalah 1 mL. Volume titran ini akan mempengaruhi hasil

konsentrasi dari asam asetat sehingga dalam menitrasi larutan tersebut kita

harus memperhatikan baik-baik perubahan warna dan volume titrat yang

digunakan. Setelah volume titrat diketahui maka kadar asam asetat dapat

dihitung. Dari hasil perhitungan, kadar asam asetat yang didapatkan adalah

2,4% atau sekitar 2,4 g dalam 100 mL sampel. Reaksi antara CH3COOH

dengan NaOH akan menghasilkan CH3COONa + H2O. Hal ini ditunjukkan

dalam reaksi berikut :


PP
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Pada reaksi tersebut yang yang menjadi reaktan adalah CH3COOH

dan NaOH sedangkan produknya adalah CH3COONa dan H2O. Kita telah

mengetahui sifat dari reaktan tersebut, dimana asam asetat adalah asam lemah

dan natrium hidroksida adalah basa kuat sehingga apabila direaksikan sifat

asam dan sifat basa dari larutan tersebut akan hilang dan membentuk zat baru

yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya

karena hasil reaksinya dan air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah
ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi itu disebut dengan reaksi

netralisasi atau penetralan.

Pada standarisasi larutan NaOH dengan kalium biftalat

menggunakan indikator PP. Larutan kalium biftalat yang ditambahkan 2 tetes

indikator PP brewarna bening. Stelah ditiitrasi dengan NaOH sebanyak 23

mL larutan tersebut berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna

pada larutan tersebut disebabkan oleh resonansi isomer elektorn. Berbagai

indikator mempunyai tetapan ionisasi yang berbeda, sehingga menunjukkan

warna pada range pH yang berbeda. Indikator PP adalah indikator yang dibuat

dengan kondensasi anhidrida fthalein dengan fenol.

Pada percobaan selanjutnya yaitu menentukan kadar atau

konsentrasi bikarbonat dalam sampel. Dengan terlebih dahulu dilakukan

standarisasi untuk memperoleh larutan standar yang diketahui

konsentrasinya. Larutan standar yang digunakan yaitu HCl 0,1 N (asam kuat)

yang distandarisasi dengan Na2CO3 dengan menggunakan indikator MO.

Setalah dititrasi, diperoleh volume titran yang digunakan (HCl) adalah 12,1

mL. Dengan persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:


MO
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl 12,1 mL HCl 0,1 N

Setelah melakukan standarisasi maka akan ditentukan kadar bikarbonat

dalam sampel. Padatan bikarbonat yang telah dilarutkan dengan aquades 100

mL, ditetesi dengan indikator PP sampai larutan bikarbonat tersebut berubah

warna (36 tetes). Kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan

tersebut tak berwarna. Volume titiran yang digunakan yaitu 0,3 mL.
Selanjutkan larutan tadi ditambahkan lagi dengan indikator MO sebanyak 2

tetes. Larutan berwarna jingga. Kemudian dititrasi dengan HCl hingga

berubah warna menjadi jingga ke merahjambuan. Volume titran yang

digunakan adalah 2,2 mL. Dengan menitrasi larutan bikarbonat sebanyak 2

kali, kita bisa menentukan kadar bikarbonat dalam sampel. Kadar bikarbonat

dalam sampek yang didapatkan adalah 1,9 mL HCl 0,1 N atau dalam persen

bikarbonat yaitu 0,1596%. Dan kadar karbonat yang didapatkan yaitu 5,04%

dalam sampel.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penentuan kadar asam asetat dapat diketahui dengan cara menintrasi asam

asetat tersebut dengan natrium hidroksida dengan menggunakan indikator

PP. Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 2,4 % (b/v) atau sekitar 2,4

g dalam 10 mL sampel.

2. Penentuan kadar bikarbonat dan karbonat juga dapat diketahui dengan

menitrasi larutan bikarbonat dengan asam kuat yaitu HCl sebanyak 2 kali.

Titrasi pertama menggunakan indikator PP, sedangkan titrasi yang ke dua

menggunakan indikator MO. Kadar bikarbonat yang didapatkan adalah

1,9 mL atau sekitar 0,1596% dalam sampel, sedangkan kadar karbonat

adalah 5,04% dalam sampel.

B. SARAN

Saran yang dapat diajukan pada praktikum kali ini adalah

sebaiknya dalam percobaan analisis volumetri percobaan yang dilakukan

harus sesuai dengan penuntun agar mendapatkan hasil yang akurat.


DAFTAR PUSTAKA

Ahyari. 2008. Analisa Volumetrik. http://ahyari.com/my-kampuz/my-kuliah/kimia-


farmasi-analisis/analisa-volumetri/ [diakses pada tanggal 26 November
2013].
Harjanti, Ratna Sri. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit (Curcuma domestica
val.) dan Pemakaian sebagai Indikator Analisis Volumetri. Jurnal
Rekayasa Proses, Vol.2, No.2, 2008. Politeknik LPP : Yogyakarta.
Hal.49-50 [diakses pada tanggal 25 November 2013].
Ika, Dani. 2009. Alat Otomatisasi Pengukur Kadar Vitamin C dengan Metode
Titrasi Asam Basa. Jurnal Neotrino, Vol.1, No.2. April 2009. Hal.4
[diakses pada tanggal 25 November 2013].
Sujono. 2010. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam
Basa Berbasis Komputer. Universitas Budi Luhur : Surabaya. Hal.32-33
[diakses pada tanggal 25 November 2013].
Yusrin. Endang Triwahyuni M. 2010. Penggunaan Metode Kompleksimetri pada
Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan
Vitamin C. Hal.3 [diakses pada tanggal 25 November 2013].

Anda mungkin juga menyukai