Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

LANDASAN SOSIAL-BUDAYA, PERKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI


DALAM PERKEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Kurikulum menentukan


pelaksanaan dan hasil pendidikan. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik formal maupun informal dalam masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan
dalam lingkungan masyarakat. Dengan pendidikan, kita tak mengharapkan muncul manusia-
manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu,
mengerti, dan mampu membangun masyarakat.

A. Pendidikan dan Masyarakat

Ada tiga sifat penting pendidikan. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan
pertimbanganan nilai. Hal itu disebabkan karena pendidikan diarahkan pada pengembangan
pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan
masyarakat. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan
bukan hanya pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam
masyarakat.Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan
masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.

Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan. Proses pembudayaan tidak dapat


berlangsung secara sendirian, melainkan harus dalam interaksi dengan orang lain, interaksi
dengan lingkungan. Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dari tempat masyarakat itu
berada. Kehidupan masyarakat juga dipengaruhi oleh tingkat kemajuan yang telah dicapai.

B. Perkembangan Masyarakat

Salah satu ciri dari masyarakat adalah selalu berkembang. Karena adanya pengaruh dari
perkembangan teknologi, telekomunikasi dan elektronika. Dalam kondisi masyarakat
demikian, perubahan-perubahan terjadi dengan cepat. Mobilitas yang tinggi mempercepat
pertemuan antarsuku dan antarbangsa, mebuka daerah yang terelosasi meningkatkan
pemerataan pembangunan.
1. Perubahan Pola Pekerjaan

Karena pengaruh perkembangan teknologi maka terjadi perubahan yang cukup derastis dalam
pola pekerjaan. Dalam pola kehidupan masyarakat industry, sifat-sifat yang dimiliki
masyarakatnya jauh berbeda. Hal itu diakibatkan adanya keragaman tugas dan pekerjaan.
Dengan demikian, strategi, taktik, kebijakan baru yang melahirkan produk dan layanan baru
selalu muncul.

2. Perubahan Peran Wanita

Dewasa ini jumlah wanita yang berpendidikan relative seimbang dengan pria, sebagai akibat
emensipasi yang membuka kesempatan kepada kaum wanita untuk memperoleh pendidikan.

Di samping jumlah kebaikan dari para wanita yang bekerja, sejumlah maslah juga
muncul.Pertama, berkenan dengan kehidupan social pribadi wanita. Kedua, berkenan dengan
kehidupan keluarga. Wanita betapapun tinggi tingkat pendidikan dan jabatan yang
dipegangnya, tidak bias dilepaskan dari kodratnya sebagai wanita, sebagai istri dan
ibu.Ketiga, berkenan dengan situasi pekerjaan. Pekerjaan atau karier bukan tempat
beristirahat, tapi tempat berkarya, berkreasi, berprestasi, dan berkompetensi.

3. Perubahan Kehidupan Keluarga

Perkembangan kehidupan keluarga sejalan dengan perkembangan masyarakat. Dalam


keluarga, anak juga mempunyai masalah sendiri. Anak-anak yang belum sekolah tinggal di
rumah bersama pembantu. Kesempatan anak remaja di rumah lebih sedikit, umumnya berada
di luar rumah untuk mengerjakan tugas sekolah atau bergaul dengan teman.

Hubungan hamonis antara suami dengan istri, komikasi pedagogis antara orang tua dengan
anak akan terbatas bahkan bias jadi hilang. Dalam hal ini berbagai masalah keluarga akan
timbul.

C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Mulai akhir abad ke-13 ada kemunduran dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Negara-
negara Islam. Sejak awal abad ke-14 sampai dengan akhir abad ke-19 terdapat perkembangan
ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan murni yang begitu pesat. Pada abad ke-20
perkembangan yang sangat pesat terjadi pada ilmu pengetahuan terapan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan terus berlangsung, apakah menghasilkan suatu teori/hukum


baru atau menggunakan teori/hukum yang ada.
D. Perkembangan Teknologi

Penemuan teknologi pertama yang cukup penting adalah teknologi api. Dengan teknologi ini
manusia mendapatkan penerangan pada malam hari, bias menghangatkan badan, dan
mengolah berbagai bahan makanan. Teknologi penting lain yang ditemukan selanjutnya
adalah teknologi pertanian. Dengan teknologi ini, manusia membudidayakan bermacam-
macam tanaman dan binatang yang sebelumnya tumbuh liar di alam bebas.

Perkembangan teknologi lain yang sangat penting dan banyak membawa perkembangan pada
teknologi lain adalah teknologi industry. Awalnya teknologi ini berkembang secara individual
dalam lingkungan kecil dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Perkembangan
yang begitu cepat pada beberapa decade terakhir adalah perkembangan teknologi
transportasi, teknologi kominikasi, dan teknologi informatika. Perkembangan teknologi yang
sangan berpengaruh pada perkembangan kurikulum terbagi menjadi dua bagian yaitu:

1. TransformasiTeknologi
2. Perkembangan Teknologi di Indonesia

E. Pengaruh Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Pengaruh perkembngan ilmu dan teknologi cukup luas, meliputi semua aspek kehidupan,
politik, ekonomi, social, budaya, keagamaan, etika, dan estetika, bahkan keamanan dan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa bidang ilmu dan teknologi yang mempunyai pengaruh
sangat besar, baik secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kehidupan masyarakat.

Pendidikan juga mendapat pengaruh yang cukup besar dari ilmu dan teknologi. Pendidikan
sangat erat hubungan dengan kehidupan social, karena pendidikan merupakan salah satu
aspek social. Pendidikan tidak terbatas dengan pendidikan formal melainkan juga pendidikan
nonformal.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perubahan


perkembangan pada dunia pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuian dan teknologi
secara langsung, maupun tidak langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh
langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi atau
materi/bahan ajar yang akan disampaikan dalam pendidikan.

BAB V
A. Kurikulum kurikulum akademik.
Kurikulum ini berfokus pada isi pendidikan. Belajar sedang berusaha menguasai
pengetahuan sebanyak mungkin. Orang yang sukses dalam belajar adalah orang yang
menguasai keseluruhan atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh
guru. Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya sangat
bersifat intelektual, nama-nama matapelajaran yang menjadi isi kurikulum hamp i r sama
dengan nama disiplin ilmu, seperti bahasa dan sastra, geografi, matematika, ilmu kealaman,
sejarah dsb. [1]
Setidaknya ada tiga pendekatan dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran
akademik:
a. Melanjutkan untuk menutup struktur pengetahuan.
b. Studi integratif.
c. Pendekatannya diterapkan pada sekolah dasar.
a. Kurikulum ini memiliki mata pelajaran akademis.
Kurikulum subjek akademik memiliki beberapa fitur berkaitan dengan tujuan,
metode, isi organisasi dan evaluasi. Tujuan dari kurikulum subjek akademik adalah untuk
memberikan pengetahuan yang solid dan untuk melatih siswa menggunakan gagasan dan
proses penelitian. Metode yang banyak digunakan dalam kurikulum mata pelajaran akademik
adalah expository dan inquiry.Sedangkan pola organisasi isi (subject matter) dari kurikulum
mata pelajaran akademik adalah:
1. Kurikulum terkait
2. Kurikulum terpadu atau terkonsentrasi
3. Kurikulum terpadu
4. Pemecahan masalah kurikulum
Tentang kegiatan evaluasi kurikulum subjek akademik menggunakan berbagai bentuk
evaluasi yang disesuaikan dengan maksud dan sifat subjek.
b. Disiplin pilihan
Masal a h besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis
adalah bagaimana memilih mata pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Ada
beberapa saran untuk masalah ini:
1. Latih penguasaan komprehensif dengan menekankan bagaimana menguji
kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
2. Prioritaskan kebutuhan masyarakat (social utility).
3. Menekankan pengetahuan dasar.
c. Adaptasi subjek dengan perkembangan anak.
Pengembang kurikulum subjek akademik, lebih memilih pengaturan logis dan
sistematis primitif daripada menyelaraskan urutan materi dengan kemampuan berpikir
anak. Mereka umumnya tidak memperhatikan bagaimana siswa lebih memperhatikan isi
konten yang mereka ajarkan. Proses belajar siswa sama pentingnya dengan penguasaan
konsep, prinsip dan generalisasi.

Untuk mengatasi kelemahan di atas dalam perkembangan selanjutnya, ada beberapa


perbaikan, pertama untuk mengimbangi penekanannya pada proses berpikir, baik upaya
menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan lokal, tiga pemanfaatan
fasilitas dan sumber daya yang ada di masyarakat.

B. Kurikulum humanistik.
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan
humanistik. Kurikulum ini didasarkan pada konsep pendidikan personal, yaitu john dewey
(progresif education) dan JJ Rousseau (pendidikan romantis). Aliran ini selanjutnya memberi
tempat bagi siswa. Mereka berangkat dari asumsi bahwa anak-anak / siswa adalah yang
terdepan dan terdepan dalam pendidikan. Ini adalah subjek menjadi pusat kegiatan
pendidikan. [2]
Pendidikan humanistik menekankan peran siswa. Pendidikan adalah usaha untuk
menciptakan situasi yang permisif, santai, dan akrab. Oleh karena itu, tujuan yang diharapkan
adalah sebagai berikut:
1. Dengarkan secara komprehensif realitas peserta didik.
2. Menghormati siswa,
3. Lihat secara alami, asli, tidak produktif.
a. Karakteristik kurikulum humanistik.
Kurikulum manusia memiliki beberapa karakteristik berkaitan dengan tujuan, metode,
isi organisasi dan evaluasi. Menurut kurikulum humanis secara fungsional memberikan
pengalaman atau pengetahuan yang berharga untuk membantu memperlancar pengembangan
pribadi siswa. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses pengembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap sehat
terhadap diri sendiri, orang lain dan pembelajaran.
Kurikulum humanistic menuntut hubu n gan emosional yang baik antara guru dengan
murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih
memprioritaskan proses daripada hasil.
b. Kelemahan kurikulum humanistik.
1. Keterlibatan emosional tidak selalu berdampak positif terhadap
perkembangan individu peserta didik.
2. Meskipun kurikulum ini menekankan pembelajar individual, sebenarnya,
dalam setiap program ada keseragaman peserta didik.
3. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan.
4. Dalam kurikulum ini, prinsip psikologis yang ada kurang terkoneksi.

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model kurikulum lainnya. Kurikulum
ini lebih berfokus pada masalah yang dihadapi masyarakat. Kurikulum ini didasarkan pada
aliran pendidikan interaksional, menurut mereka, pendidikan tidak berjalan sendiri, tapi
merupakan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerjasama atau interaksi tidak hanya
antara siswa dan guru, tapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungan mereka, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini,
siswa berusaha untuk memecahkan masalah yang ia hadapi di masyarakat terhadap
pembentukan masyarakat. lebih baik
Pandangan tentang rekonstruksi sosial dalam kurikulum dimulai sekitar tahun
1920an. Harold Rug mulai melihat dan menyadari teman-temannya bahwa selama ini ada
kesenjangan antara kurikulum dan masyarakat. Dia ingin siswa dengan pengetahuan dan
konsep baru dapat mengidentifikasi dan memecahkan masalah sosial.
Theodore Brameld, pada awal 1950-an, menyampaikan gagasannya tentang
rekonstruksi sosial. Dalam masyarakat demokratis, semua warga negara harus berpartisipasi
dalam pengembangan dana reformasi masyarakat. Untuk melakukannya, sekolah memiliki
posisi yang penting. Sekolah tidak hanya membantu individu mengembangkan keterampilan
sosial mereka, tapi juga membantu mereka untuk berpartisipasi paling baik dalam aktivitas
sosial.
Desain kurikulum rekonstruksi sosial
Fitur dari desain kurikulum ini adalah,
a. Asumsi
b. Permasalahan sosial yang mendesak
c. Pola organisasi

Komponen kurikulum rekonstruksi masyarakat


a. Tujuan dan isi kurikulum
b. Metode
c. Evaluasi

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum ini meliputi:


1. Survei kritis terhadap sebuah masyarakat
2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dan ekonomi nasional atau
internasional
3. Pelajari pengaruh historis dan kecenderungan situasi ekonomi lokal
4. Ujilah hubungan praktik politik dengan ekonomi
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik
6. Batasan kebutuhan masyarakat pada umumnya

D. Kurikulum teknologi
Di bidang pendidikan, teknologi dikenal dalam bentuk pembelajaran komputer, sistem
pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran. Banyak orang tidak menyadari bahwa
teknologi sangat membantu dalam menganalisis masalah kurikulum, dalam hal pembuatan,
implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional. [3]
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas metode dan
program material untuk mencapai manfaat dan kesuksesan.Teknologi mempengaruhi
kurikulum dengan dua cara yaitu aplikasi dan teori.

Pada tahun 1960an, BF Skimmer menganjurkan efisiensi belajar, yang merupakan


metode pengajaran yang memberi peserta didik lebih banyak pelajaran. Latihan ini adalah
fase pembelajaran melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal tersebut, teknologi
mengembangkan peraturan untuk membangun kurikulum dalam bentuk latihan program. [4]
Fitur dari kurikulum teknologi
a. Tujuan. Tujuannya diarahkan pada kompetensi yang diformulasikan dalam bentuk
perilaku.
b. Metode. Metode yang kegiatan belajar sering dilihat sebagai reaksi terhadap
stimulan yang diberikan dan jika responnya diharapkan, responnya diperkuat.
c. Organisasi bahan ajar. Materi atau isi kurikulum sering diambil dari disiplin,
namun telah digabungkan sehingga bisa mendukung penguasaan suatu kompetensi.
d. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan setiap saat, di akhir pelajaran, satu unit atau
satu semester.

Teknologi memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan


memberikan kontribusi pada efektivitas yang tidak efektif, tahapan perataan, dan pemantauan
perkembangan peserta didik. Oleh karena itu, sangat masuk akal bahwa saat ini kurikulum
yang lebih efektif semakin selaras dengan perkembangan teknologi. Walaupun biaya yang
dikeluarkan dalam pengembangan kurikulum teknologi ini cukup memadai. besar, tapi
sebanding dengan nilai yang didapat dan belajar bagi siswa saat model ini diterapkan.
Salah satu kelemahan dari kurikulum teknologi ini adalah kurangnya perhatian pada
aplikasi dan dinamika inovasi. Model teknologi ini hanya menekankan pengembangan
produktivitas saja, sedangkan perhatian terhadap perubahan lingkungan yang lebih luas,
seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan perspektif masyarakat kurang.

BAB II
ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

A. Komponen-Komponen Kurikulum
Kurikulum dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia ataupun binatang,
yang memiliki susunan anatomi tertentu. Unsur atau komponen-komponen dari anatomi
tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian
dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu
sama lain.Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian inimeliputi
dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan,kebutuhan, kondisi, dan
perkembangan masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu
isi sesuai dengan tujuan, prosessesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
Telah dikemukakan bahwa, dalam kurikulum atau pengajaran, tujuan memegang
peranan penting, akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-
komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama
perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-
pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah negara. Kita
mengenal beberapa kategori tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum dan khusus, jangka
panjang,menengah, dan jangka pendek. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah
1975/1976 dikenal kategori tujuan sebagai berikut. Tujuan pendidikan nasional merupakan
tujuan jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan
institusional,merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan. Tujuan
kurikuler,adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi. Tujuan instruksional
yang merupakan target yang harus dicapai oleh sesuatu mata pelajaran. Yang terakhir ini,
masih dirinci lagi menjadi tujuan instruksional umum dan khusus atau disebut juga objektif,
yang merupakan tujuan pokok bahasan. Tujuan pendidikan nasional yang berjangka panjang
merupakan suatu tujuan pendidikan umum,sedangkan tujuan isntruksional yang berjangka
waktu cukup pendek merupakan tujuan yang bersifat khusus. Tujuan-tujuan khusus
dijabarkan dari sasaran-sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya abstrak dan
luas, menjadi sasaran-sasaran khusus yang lebih konkret, sempit, dan terbatas.Dalam kegiatan
belajar-mengajar di-dalam kelas, tujuan-tujuan khusus lebih diutamakan, karena lebih jelas
dan mudah pencapaiannya. Dalam mempersiapkan pelajaran, guru menjabarkan tujuan
mengajarnya dalam bentuk tujuan-tujuan khusus atau objectives yang yang bersifat
operasional. Tujuan demikian akan menggambarkan what will the student he able to do as a
result of the teaching that he was unable to do before (Rowntree, 1974: 5)
Mengajar dalam kelas lebih menekankan tujuan khusus, sebab hal itu akan dapat
memberikan gambaran yang lebih konkret, dan menekankan pada perilaku siswa, sedang
perumusan tujuan umum lebih bersifat abstrak, pencapaiannya memerlukan waktu yang lebih
lama dan lebih sukar diukur.

Tujuan-tujuan mengajar dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku


yang menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori tujuan, yaitu
intellectual skills, cognitive strategies, verbal information, motor skills and attitudes (1974,
hlm. 23-24). Bloom mengemukakan tiga kategori tujuan mengajar sesuai dengan domain-
domain perilaku individu, yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif
berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir. Domain
afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-
nilai.Domain psikomotor menyangkut penguasaan dan pengembangan keterampilan-
keterampilan motorik. Tujuan-tujuan khusus mengajar juga memiliki tingkat kesukaran
yang berbeda-beda. Bloom, (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan dari yang
paling rendah, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,dan evaluasi.
Untuk domain afektif Krathwohl dan kawan-kawan (1974) membaginya atas lima tingkatan
yang juga berjenjang, yaitu: menerima,merespons, menilai, mengorganisasi nilai, dan
karakterisasi nilai-nilai. Untuk domain psikomotor Anita Harrow (1971) membaginya atas
enam jenjang, yaitu:gerakan refleks, gerakan-gerakan dasar, kecakapan mengamati,
kecakapan jasmaniah, gerakan-gerakan keterampilan dan komunikasi
yang berkesinambungan.
Perumusan tujuan mengajar yang berbentuk tujuan khusus (objective),memberikan beberapa
keuntungan:
a) Tujuan khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatanmengajar-
belajar kepada siswa. Berdasarkan penelitian Mager dan Clark (1963) siswa yang mengetahui
tujuan-tujuan khusus suatu pokok bahasan,diberikan referensi dan sumber yang memadai,
dapat belajar sendiri dalamwaktu setengah dari waktu belajar dalam kelas biasa.
b) Tujuan khusus membantu memudahkan guru-guru memilih danmenyusun bahan ajar.
c) Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan mediamengajar.
Dengan tujuan khusus guru lebih mudah menentukan bentuk tes, lebih mudahmerumuskan
butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria pen-capaiannya.Di samping keuntungan-
keuntungan di atas pengembangan tujuan-tujuan mengajar yang bersifat khusus menghadapi
beberapa kesukaran, yaitu:
Sukar menyusun tujuan-tujuan khusus untuk domain afektif,
Sukar menyusun tujuan-tujuan khusus pada tingkat tinggi.
Bahan ajar Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya, lingkungan
orang-orang, alat-alat dan ide-ide. Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan
tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan
pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam
suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan
ajaran, strategi mengajar, media dansumber belajar, serta evaluasi hasil mengajar. Karena
perumusan tujuan khususstrategi, dan evaluasi hasil mengajar dibahas secara tersendiri, maka
dalam bagianini yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar.

B. Desain Kurikulum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen
kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari duadimensi, yaitu dimensi
horisontal dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi
kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya.
Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat
kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang ssmudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit,
atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan. Berdasarkan pada apa yang
menjadi fokus pengajaran, sekurang-kurangnya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu:
Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahanajar.
Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa.
Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada masalah-masalah yang
dihadapi dalam masyarakat. Walaupun bertolak dari hal yang sama, dalam suatu pola desain
terdapat beberapa variasi desain kurikulum. Dalam subject centered design dikenal ada:
the subject design
the disciplines design dan
the broad fields design.
Pada problems centered design dikenal pula the areas of living design dan the core design.

Subject centered design


Subject centred design curriculum merupakan bentuk desain yang paling populer, paling tua
dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada isi
atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, dan
mata-mata pelajaran tersebut diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisahnya itu
maka kurikulum ini disebut juga separated subject curriculum.Subject centered desain
berkembang dari konsep pendidikan klasik yang menekankan pengetahuan, nilai-nilai dan
warisan budaya masa lalu, dan berupaya untuk mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Karena mengutamakan isi atau bahan ajar atau subject matter tersebut, maka desain
kurikulum ini disebut juga subject academic curriculum. Model design curriculum ini
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.

Beberapa kelebihan dari model desain kurikulum ini adalah:


1) mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan,
2) para pengajarnyatidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang
akan diajarkan sering dipandang sudah dapat menyampaikannya.
Beberapa kritik yang juga merupakan kekurangan model desain ini, adalah:
1) karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah, hal itu bertentangan dengan
kenyataan, sebabdalam kenyataan pengetahuan itu merupakan satu kesatuan,
2) karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta didik sangat pasif,
3) pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu, dengan
demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis.
Atas dasar tersebut, para pengkritik menyarankan perbaikan ke arah yang lebih terintegrasi,
praktis, dan bermakna serta memberikan peran yang lebih a ktif kepada siswa.a.

The Disciplines Design


Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih
menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang sama tetapi
antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada kriteria yang tegas
tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan antara matematika, psikologi
dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya disebut subject. Pada disciplines design
kriteria tersebut telah tegas, yang membedakan apakah suatu pengetahuan itu ilmu atau
subject dan bukan adalah batang tubuh keilmuannya. Batang tubuh keilmuan menentukan
apakah suatu bahan pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu mereka
menggunakan istilah disiplin.Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin
ilmu.Menurut pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, batu pertama
dari hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini berpegang
teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti: fisika, biologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalarn tingkat penguasaan, disciplines design tidak seperti
subject design yang menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi tetapi pada
pemahaman (understanding). Para peserta didik didorong untuk memahami logika atau
struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting,
juga didorong untuk memahami cara mencaridan menemukannya (modes of inquiry and
discovery). Hanya dengan menguasaihal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan memahami
masalah dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru. Proses belajarnya tidak lagi
menggunakan pendekatan ekspositori yang menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif,
tetapi menggunakan pendekatan inkuiri dan diskaveri. Disciplines design sudah
mengintegrasikan unsur-unsur progresifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki
organisasi yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas
intelektual pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai
serentetanfakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses
intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukkan beberapa kelebihan bentuk, desain ini masih memiliki
beberapa kelamahan. Pertama, belum dapat memberikan pengetahuan yang terintegrasi.
Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga,
belum bertolak dari minat dan kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan
kurikulum belum efisien baik untuk kegiatan belajar maupun untuk penggunaannya. Kelima,
meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara akademis dan
intelektual masih cukup sempit.

The Broad Fields Design


Baik subject design maupun disciplines design masih menunjukkan
adanya pemisahan antar-mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan pemisahan
tersebut adalah mengembangkan the broad filed design. Dalam model ini mereka menyatukan
beberapa mata pelajaran yang berdekatan atau berhubungan menjadi satu bidang studi seperti
Sejarah, Geografi, dan Ekonomi digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial, Aljabar, Ilmu
Ukur, dan Berhitung menjadi Matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad field adalah menyiapkan parasiswa yang
dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya spesialistis, dengan pemahaman yang
bersifat menyeluruh. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama, di sekolah menengah atas penggunaannya agak terbatas apalagi di
perguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulum ini. Pertama, karena dasarnya bahan yang
terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa matakuliah masih memungkinkan
penyusunan warisan-warisan budaya secara sistematis dan teratur. Kedua, karena
mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan peserta didik melihat hubungan
antara berbagai hal. Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model
kurikulum ini. Pertama kemampuan guru, untuk tingkat sekolah dasar guru mampu
menguasai bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apalagi di perguruan
tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak dapat diberikan
secara mendetil, yang diajarkan hanya permukaannya saja.Ketiga, pengintegrasian bahan ajar
terbatas sekali, tidak menggambarkan kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang
sesungguhnya bagi siswa, dengan demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat,
meskipun kadarnya lebih rendah dibandingkan dengan subject design, tetapi model ini
tetapmenekankan tujuan penguasaan bahan dan informasi. Kurang menekankan
proses pencapaian tujuan ya.lg sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai