Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

KELOMPOK 1

Loudewik Christianto Pusung


NIM : 10313311

Invanti Hermanus Lintang Glendy Manengal Frinsklee Sinaulan


NIM : 10311218 NIM : 10312106 NIM : 10313274

Edi Supriono Tatundu John Lois Makansing Ezra Rumengan


NIM : 10311972 NIM : 10310452 NIM : 10312280

Ovanty Novita Labaiga Bernad Jean Kalengkongan Angelina Turang


NIM : 10311196 NIM : 10312535 NIM : 10310684

Meyling F. Nayoan Lizna Loura Kekung Vivin Agow


NIM : 10312253 NIM : 10310144 NIM : 10312654

Santi Tampunu Julinda Tucunan


NIM : 10312108 NIM : 10310709

1 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat
dan kemurahan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Tak lupa pula ucapan terima kasih, kami haturkan kepada semua pihak yang
telah meluangkan waktu untuk membantu dalam menyelesaikan tugas Makalah ini, serta
kepada dosen pembimbing kami yakni Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.
Makalah Pendidikan Agama Kristen ini membahas tentang "Moralitas".
Makalah yang kami buat ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen Pendidikan Agama Kristen, serta memberikan berbagai pemahaman mengenai
Moralitas khususnya bagi kita mahasiswa dalam bidang pergaulan. Dengan dibuatnya
makalah ini diharapkan kepada teman-teman mahasiswa agar sama-sama dapat mengerti
mengenai Moralitas.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan atau kesalahan, kami
sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca yang sifatnya
membangun demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.

KELOMPOK 1

2 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

DAFTAR ISI

Nama Anggota Kelompok ............................................................................... 1


Kata Pengantar ................................................................................................ 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang ......................................................................................... 4
Bab II Perumusan Masalah
Rumusan Masalah .................................................................................... 5
Bab III Pembahasan
A. Pengertian Moral Secara Umum ......................................................... 6
B. Pengertian Moral Dalam Kekristenan ................................................. 7
C. Moralitas Kemahasiswaan ................................................................. 8
D. Perkembangan Moral Remaja ............................................................ 9
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan ........................................................................................ 10
B. Saran .................................................................................................. 10
Daftar Pustaka................................................................................................. 11

3 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Globalisasi telah menimbulkan pengaruh yang sangat luas dalam dimensi
masyarakat. Malcolm Waters mengatakan bahwa ada tiga dimensi proses globalisasi yaitu
globalisasi ekonomi, politik, dan budaya. Globalisasi yang merupakan universalisasi
nilai-nilai menyebabkan kearifan lokal menjadi luntur.
Hal ini menyangkut dengan moral bangsa yang akan terpengaruh dengan moral
luar, tentunya akan lebih kuat mempengaruhi karena dalam globalisasi negara-negara
majulah yang akan menguasai. Mahasiswa adalah sosok warga negara yang memiliki
tanggung jawab penuh, akan dibawa ke mana negeri ini untuk berlari. Apakah menuju
kebangkitan yang saat ini begitu santer digalakkan atau justru menuju keterpurukan.
Analisis dari kebangkitan dan keterpurukan di masa depan, berkaitan erat dengan kondisi
agent of change saat ini. Agent of change yang dimaksud adalah para mahasiswa.
Moralitas mahasiswa merupakan unsur penting dalam proses, sejauh mana
mahasiswa berperan pada pembangunan untuk menyambut kebangkitan. Moralitas dalam
kajian ini tidak hanya berkaitan dengan salah satu nilai religi saja, melainkan secara
umum.

4 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

BAB II
PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah Moralitas dapat


dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa sebenarnya moral itu?
2. Apa yang menyebabkan kemerosotan moral?
3. Bagaimanakah kondisi kemerosotan moral mahasiswa di Indonesia saat ini?
4. Bagaimana cara memperbaiki dan menjaga moral mahasiswa?

5 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral Secara Umum


Kata Moral berasal dari kata latin mos yang berarti kebiasaan. Moral berasal
dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral
dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang
diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati
oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral
adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia.
apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang
itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari
budaya dan Agama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan,
kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan dan sikap batin dan
bukan hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar, entah itu aturan hukum negara,
agama atau adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang
adalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban
karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia.
Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari
sebagai kewajiban mutlak.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah,
tepat atau tidak tepat.
b. Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar,
baik, adil dan pantas.
c. Memiliki:
Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah.
Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan
kaidah-kaidah perilaku nilai benar dan salah.
d. Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.

6 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

B. Pengertian Moral Dalam Kekristenan


Dalam Kristen, moralitas diartikan sebagai suatu upaya filosofi untuk tetap dapat
memelihara keberlangsungan hidup kemanusiaan itu sendiri atau lebih mudahnya upaya
untuk manusia membenarkan diri tanpa Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat manusia
yang mempesonakan itu.
Dimulai dari kejatuhan Adam dan Hawa, dimana manusia memiliki inisiatif atas
keberdosaannya
Kejadian 3 : 7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
Kejadian 3 : 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang
berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan
isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
Manusia menyembunyikan diri dari hadapan Allah
Kejadian 3 : 9 Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman
kepadanya: "Di manakah engkau?"
Manusia bersembunyi dalam keberdosaannya dan berargumen denga Tuhan Allah karena
takut akan kebenaran tuha Allah dan selalu permisif atau selalu beralasanexuse.
Kejadian 3 : 10 Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam
taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Manusia merasa tidak bersalah, merasa semua ini salah Tuhan Allah.
Kejadian 3 : 12 Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku,
dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan."
Manusia yang egosentris
Kejadian 4 : 9 Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?"
Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
Manusia yang cenderung menurunkan standar Allah.
Kejadian 4 : 13 Kata Kain kepada TUHAN: "Hukumanku itu lebih besar dari pada
yang dapat kutanggung.
Manusia angkuh terhadap kasih karunia Allah.
Kejadian 4 : 24 sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh
puluh tujuh kali lipat."
Kejadian 11 : 2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah
datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.
Kejadian 11 : 3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat
batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu
dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
Manusia yang cenderung memikirkan kebaikannya tanpa melibatkan Tuhan Allah,
melawan perintah Tuhan Allah
Kejadian 11 : 4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan
sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya
kita jangan terserak ke seluruh bumi."

7 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

C. Moralitas Kemahasiswaan
Mahasiswa adalah sosok warga negara yang memiliki tanggung jawab penuh,
akan dibawa ke mana negeri ini untuk berlari. Apakah menuju kebangkitan yang saat ini
begitu santer digalakkan atau justru menuju keterpurukan. Analisis dari kebangkitan dan
keterpurukan di masa depan, berkaitan erat dengan kondisi agent of change saat ini.
Agent of change yang dimak-sud adalah para mahasiswa.
Moralitas mahasiswa merupakan unsur penting dalam proses, sejauh mana
mahasiswa berperan pada pembangunan untuk menyambut kebangkitan. Moralitas dalam
kajian ini tidak hanya berkaitan dengan salah satu nilai religi saja, melainkan secara
umum.Untuk itu, dalam mengaplikasikan nilai-nilai moral muncul pertanyaan, apa
sebenarnya moral itu, apa yang menyebabkan kemerosotan moral, bagaimanakah kondisi
kemerosotan moral mahasiswa di Indonesia saat ini, dan bagaimana cara memperbaiki
dan menjaga moral mahasiswa.
Pendidikan moral dan pengembangan diri di perguruan tinggi sangat penting bagi
para mahasiswa, tetapi tidak bisa memperbaiki moralitas mahasiswa secara langung.
Yang bisa diupayakan adalah membuat mahasiswa berpikir secara rasional dan menjadi
kritis terhadap nilai-nilai moral yang diyakininya. Sebagai contoh, sejak kecil kita di-
larang oleh orang tua untuk tidak mencuri. Setiap kali ditanya kenapa tidak boleh
mencuri, kita akan menjawab karena dilarang oleh orang tua. Setelah kita beranjak
dewasa, jawaban kita terhadap pertanyaan yang sama mengapa kita tidak boleh mencuri,
tentu akan berbeda. Sebagai orang yang dewasa, selayaknya kita harus menjawab, kita
tidak boleh mencuri karena itu mengambil hak milik orang lain. Kita harus menghormati
hak milik orang lain.
Pendidikan moral di kampus berpengaruh besar bagi perkembangan moral
mahasiswa, meskipun tidak dapat mengubah atau memperbaiki secara langsung, tetapi
paling tidak dapat menjadikan mahasiswa lebih kritis terhadap segala macam lembaga-
lembaga normatif. Selain itu, dengan pendidikan moral diharapkan mahasiswa
mempunyai pegangan yang teguh, tentang nilai-nilai moral utamanya dalam menampaki
kehidupan semakin kompleks dewasa ini.
Upaya membangun bangsayang besar tak cukup dengan menggunakan kepintaran, tetapi
moral dan etika. Perguruan tinggi seharusnya ikut memainkan peran, dalam
pengembangan moral dan etika bagi lulusannya. Tak mudah bicara moral dan etika saat
ini, jika semua orang berbicara tentang makelar kasus (markus) pajak berinisial GT.
Masalah ini mencuat, karena kejahatan itu dilakukan oleh searang sarjana yang pintar.
Sulitnya, pelanggar etika dan moral tidak bisa dihukum penjara, tetapi hanya
mendapat "hukuman" dari masyarakat berupa rasa malu. Oleh karena itu, dalam suatu
bangsa yang besar, harusnya para alumni, sebagai komunitas yang dinilai tinggi karena
berpendidikan, tetap menjaga etika yang tercermin dalam sikap sehari-hari.Setiap insan
perguruan tinggi harus mampu mengedepankan aspek etika dan moralitas.
Secara moralitas, mahasiswa harus mampu bersikap dan bertindak lebih baik dari
yang lainnya, karena mereka mempunyai latar belakang sebagai kaum intelektual.
Mahasiswa harus berani mengatakan yang benar itu adalah benar dengan penuh
kejujuran, keberanian, dan rendah hati. Mahasiswa juga dituntut untuk peka terhadap
lingkungan sekitarnya dan terbuka kepada siapa saja. Hal itu semata-mata karena mereka
adalah kader-kader calon pemimpin bangsa di masa akan datang, yang memegang kendali
negara pada masa depan. Dan, ingat, moralitas semacam itu harus terus muncul, dikala
mahasiswa sudah lulus dan terjun ke masyarakat.

8 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

D. PERKEMBANGAN MORAL REMAJA


Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu
berproduksi. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum
dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi
perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya
sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Kami telah
meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1) Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang
konkret.
2) Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang
salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3) Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani
menganalisis kode sosial dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani
mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian
moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget
disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat
memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil
banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas
pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja. Tahap ini merupakan tahap
menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama
individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan
anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu
menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk
menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini,
moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan
yang bersifat pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1) Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2) Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai
kode prilaku.
3) Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya
untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan
tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan
moral sesorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung
jawab dari perbuatan-perbuatannya.

9 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa moral berasal dari
Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata
manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu
tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral merupakan kondisi
pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan
buruk.

B. Saran
Dalam hal-hal di atas yang telah kami terapkan tentang moralitas, tiap-tiap orang
harus dapat melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban karena hormat terhadap
hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain,
moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari sebagai kewajiban
mutlak. Setiap manusia mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan setiap
moral dan moralitas masing-masing orang harus dapat di buktikan ditiap-tiap kehidupan
setiap manusia, agar manusia juga dapat memiliki pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku
manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik.

10 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA


PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
Pembimbing : Pdt. S.A.L. Tombeg, S.Th, M.Teol.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab

Abdul Djamali. 2007. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta; Rajawali Press.

Abdulkadir Muhammad. 1997. Etika Profesi Hukum. Bandung; Citra Aditya Bakti.

Bertens K. 1994. Etika. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.

C. S. T. Kansil. 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta;
Balai Pustaka.

Friedman. 1994. Teori dan Filsafat Hukum.Susunan I. Terjemahan Muhammad


Arifin. Jakarta; Raja Grafindo Persada.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2008. Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Supriadi. 2006. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia. Jakarta;
Sinar Grafika.

Cahyadi, Ani, 2006, Psikologi Perkembangan, Ciputat : Press Group

Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya

Fatimah Enung, 2006. Psikologi Perkembangan, Bandung : Pustaka Setia

Hamalik Oemar, 1995. Psikologi Remaja (dimensi-dimensi perkembangan),


Bandung: Maju Mundur

Hartati Netty, 2004. Islam dan Psikologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Hurlock, Elizabeth B. 1980, Psikoilogi Perkembangan, New York: McGraw-Hill,


Inc.

Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Sekolah Pasca


Sarjana UPI

Panuju, Panut, 1999, Psikologi Remaja, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya

Santrock, John W., 1996, Adolescence (Perkembangan Remaja), The University of


at Dallas: Times Mirror higher Education

Santrock, John W, 1983, Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup),


University of Texas at Dallas: Brown and Bench-mark

Yusuf, Syamsu, 2007, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung:


Rosda Karya

11 Kelompok 1 | KELAS A SEMESETER 1 TEKNIK INFORMATIKA FATEK UNIMA

Anda mungkin juga menyukai