Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KOMUNIKASI DALAM KONTEKS SOSIAL DAN LATAR BELAKANG


BUDAYA SERTA KEYAKINAN

Ditulis untuk memenuhi persyaratan tugas kuliah KDK

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. NADILA ASHARI (211211804)

2. ENGLA (211211783)

3. HASNATUL ZIKRI (211211790)

4. APRILIONI TRI SUGIARTI (211211774)

5. ANISA USUGRA (211211773)

6. LATHIFA QURRATUL AINI (211211796)

7. ALLIN WAHYUNI (211211772)

8. SILVY DWI PUTRI (211211817)

DOSEN PENGAMPU

Ns. Ulfa Suryani, M.Kep. Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah “ Komunikasi dalam Konteks Sosial dan Latar Belakang Budaya serta
Keyakinan ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
yakni untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Komunikasi Dasar
Keperawatan.

Dalam makalah ini kami mangucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ulfa
Suryani, M.Kep. Sp.Kep.J yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
makalah ini. Selain itu,tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya,bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan, pengetahuan serta pengalaman penulis. Namun demikian,makalah
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini,


namun penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa,untuk itu penulis meminta kritik yang bersifat membangun.

Padang, 23 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

B. BATASAN MASALAH................................................................................... 1

C. TUJUAN .......................................................................................................... 1

D. MANFAAT ...................................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2

A. KOMUNIKASI SOSIAL ................................................................................. 2

B. KERAGAMAN BUDAYA .............................................................................. 5

C. KOMUNIKASI KEYAKINAN ...................................................................... 10

BAB III .................................................................................................................. 11

PENUTUP ............................................................................................................. 11

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Komunikasi berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam berbagai bidang komunikasi merupakan factor pertama dan utama
agar hubungan dengan orang lain dapat berjalan dengan lancar. Tanpa
adanya komunikasi tentu akan membuat pekerjaan atau pun aktivitas kita
terganggu. oleh sebab itu dapat kita lihat betapa besarnya peranan
komunikasi dalam kehidupan kita.

B. BATASAN MASALAH
1. Pengertian komunikasi menurut konteks sosial, budaya, dan
keyakinan.
2. Fungsi komunikasi

C. TUJUAN
1. Menjelaskan komunikasi dalam setiap konteks-konteksnya.
2. Menjelaskan fungsi dan hakekat komunikasi dari setiap kontek-
konteksnya.

D. MANFAAT
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Komunikasi dan
fungsinya dalam konteks sosial, antarkebudayaan dan keyakinan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMUNIKASI SOSIAL
1. Definisi
Dalam kehidupannya, manusia senantiasa terlibat dalam aktivitas
komunikasi. Manusia mungkin akan mati, atau setidaknya sengsara
manakala dikucilkan sama sekali sehingga ia tidak bisa melakukan
komunikasi dengan dunia sekelilingnya. Oleh sebab itu komunikasi
merupakan tindakan manusia yang lahir dengan penuh kesadaran,
bahkan secara aktif manusia sengaja melahirkannya karena ada
maksud atau tujuan tertentu.
Memang apabila manusia dibandingkan dengan mahluk hidup
lainnya seperti hewan, ia tidak akan hidup sendiri. Seekor anak ayam,
walaupun tanpa induk, mampu mencari makan sendiri. Manusia tanpa
manusia lainnya pasti akan mati. Manusia tidak dikaruniai Tuhan
dengan alat-alat fisik yang cukup untuk hidup sendiri.
Dapat dikatakan bahwa didalam kehidupan komunikasi adalah
persyaratan yang utama dalam kehidupan manusia. Tidak ada manusia
yang melepaskan hidupnya untuk berkomuikasi antar sesama. Dengan
seperti itu, komunikasi sosial sangat penting dalam kehidupan manusia
pada umumnya untuk membantunya berinteraksi dengan sesama,
karena manusia tercipta sebagai mahluk sosial.Karena sifat manusia
yang selalu berubah-ubah hingga kini belum dapat diselidiki dan
dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-unsur didalam
masyarakat secara lebih mendalam dan terorganisir.

2. Fungsi Komunikasi Sosial


Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa
dipastikan akan tersesat, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam
suatu lingkungan sosial. Komunikasi yang memungkin individu

2
membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
pantuan untuk menafsirkan, situasi apapun yang ia hadapi.
Komunikasi pula yang memungkinkannya mempelajari dan
menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi
problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi,
seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicar sebagai
manusia dan memperlakukan manusi lain secara beradap, karena cara-
cara berprilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan kluarga dan
pergaulan dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi. Implasif
adalah fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural.
Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu
mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata
uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada
gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya.
Fungsi komunikasi sosial bisa terbentuk dengan adanya
pembentukan dari dalam, yaitu:
a. Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita,
dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah
berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin
mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. kita
sadar bahwa kita adalah manusia karena orang-orang
disekeliling kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku
verban dan nonverbal mereka bahwa kita manusia. Konsep diri
kita yang paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan
orang dekat lainnya disekitar kita, termasuk kerabat.

b. Pernyataan eksistensi diri


Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis.
Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepatnya

3
eksistensi diri. Kita dapat memodifikasi frasa filosof Prancis
Rene Descartes (1596-1650) yang terkenal itu Cogito Ergo
Sum (“saya berpikir, maka saya ada”) menjadi “Saya
beerbicara, maka saya ada”. Bila kita berdiam diri, orang lain
akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak eksis. Namun
kita berbicara, kita menyatakan bahwa sebenarnya kita ada.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri sering terlihat pada
uraian penanya seminar.

c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan


memperoleh kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi
dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita
seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis
kita seperti sukses dan kebahagiaan. Komunikasi, dalam
konteks apa pun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap
lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah
jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian:
“mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi
dalam dan persepsi luar, ia adalah tempat lahir semua persepsi
luar dan model dasarnya, ia adalah tempat transisi bagi
perkembangan aktivitas internasional, bagi munculnya
kemauan dari kepasifan.

Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan


emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar
makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa
bangga, bahkan irihati, dan kebencian. Melalui komunikasi sosial, kita
dapat mengalami berbagai kualitas perasaan dan membandingkannya
antara perasaan yang satu dengan perasaan yang lainnya.Melalui
komunikasi dengan orang lain, kita dapatmemenuhi kebutuhan
emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang

4
hangat dengan orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dan
pendidikan yang wajar, manusia akan mengalami kemerosotan
emosional dan intelektual. Kebutuhan emosional dan intelektual itu kita
peroleh petama-tama dari keluarga kita, lalu dari orang-orang dekat
disekeliling kita seperti kerabat dan kawan-kawan sebaya dan barulah
dari masyarakat umumnya.

B. KERAGAMAN BUDAYA
1. Defenisi
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras,
etnik, atau sosioekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang
berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran
sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi
mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya
komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
a. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam
pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema
(penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna
tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan makna-
makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan
b. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari
persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi,
sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses
pemberian makna yang sama
c. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram
namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap
perilaku kita

5
d. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat
membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya
dengan berbagai cara.

2. Hakikat Komunikasi Antarbudaya


a. Enkulturasi
Tarian adalah salah satu bentuk enkulturasi budaya yang
ditransmisikan sejak kecil. Enkulturasi mengacu pada proses
dengan mana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya.
Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen.
Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan
lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang
kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka.

b. Akulturasi
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang
dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan
kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigrankemudian berdiam
di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan
dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-
nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah
akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu
yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

3. Fungsi Komunikasi Antarbudaya


a. Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang
ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari
seorang individu, yaitu:
 Menyatakan Identitas Sosial
 Menyatakan Integrasi Sosial

6
 Menambah Pengetahuan
 Melepaskan Diri atau Jalan Keluar

Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku


komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer,
perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya
hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling
bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin
pada perilaku yang lainnya.

b. Fungsi Sosial
1) Pengawasan
Fungsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek
komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan
yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam
setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat
untuk menginformasikan"perkembangan" tentang lingkungan.
Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang
menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang
terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam
sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
2) Menjembatani
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan
yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan
perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan
makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai
konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
3) Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan
memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat
kepada masyarakat lain.

7
4) Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi
antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan
"Hawaian" di taman kota Hawai. Hiburan tersebut termasuk
dalam kategori hiburan antarbudaya.

4. Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya


a. Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan
perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis
linguistik. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda
dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya
masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan
bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka
memandang dan berpikir tentang dunia.

b. Bahasa Sebagai Cermin Budaya


Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan
budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun
dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi),
makin sulit komunikasi dilakukan.

c. Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah
ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari
komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga
kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan
perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang
lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk
mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih
bermakna.

8
d. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar
kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi.
Ini mempunyai konsekuensi positifnya adalah, kesadaran diriini
barangkali membuat kita lebih waspada, ini mencegah kita
mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak
patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak
spontan, dan kurang percaya diri.

e. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya


Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi
awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya
ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu
menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang
lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi
antarbudaya.

f. Memaksimalkan Hasil Interaksi


Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua
komunikasi - kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga
konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989) mengisyaratkan
implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya.
Sebagai contoh,pertama, orang akan berintraksi dengan
orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.
Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin
menghindarinya.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus
melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita
memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan mengurangi
komunikasi.

9
Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kita
yang akan menghasilkan hasil positif dalam komunikasi dan mana
yang menghasilkan hasil negatif dalam komunikasi, misalnya,
pilihan topik, posisisi yang anda ambil. Anda kemudian melakukan
apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan
berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil negatif.

C. KOMUNIKASI KEYAKINAN
 Keyakinan agama dan Keyakinan Spiritual adalah bagian integral
dari keyakinan budaya seseorang dan dapat memperngaruhi
keyakinan klien mengenai penyebab penyakit, praktek
penyembuhan, dan pilihan tabib atau pemberi perawatan
kesehatan.
 Keyakian spiritual dan agama dapat menjadi sumber kekuatan dan
kenyamanan bagi klien.
 Perawat yang memiliki keyakinan yang sama dengan kliennya
cenderung lebih mudah memahami dan mengambil tindakan untuk
menangani kliennya.
 Perawat professional harus bisa memahami,mengantisipasi dan
mengambil tindakan yang tepat terhadap klien yang berbeda
keyakinan terhadap perawat tersebut.Contoh : Klien yang menolak
memakan daging dikarenakan oleh keyakinan yang dimiliki
olehagamanya. Perawat harus mengambil tindakan yang tepat
bagaimana cara membujuk pasien tersebut untuk memakan daging
tersebut, misalnya diberikan penjelasan yang kuat mengenai alasan
kenapa pasien tersebut harus makan daging.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Komunikasi sangatlah penting dalam setiap konteks kehidupan
manusia. Sebagai perawat, kita sudah semestinya mempelajari dan
memahami berbagai macam komunikasi dalam konteks-konteks yang
berbeda sehingga memudahkan kita dalam melakukan tindakan
keperawatan yang benar dan tepat terhadap pasien. Dengan telah
mengetahui peran dan fungsi komunikasi dari setiap konteks social,
budaya dan keyakinan, kita lebih tau bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dengan konteks-konteks tersebut.

11
DAFTAR PUSTAKA

16 Desember 2016 13:29, Mulyana Deddy, M.A., Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2009

16 Desember 2016 14:32, King Larry dan Gilbert Bill. Seni Berbicara Kepada

Siapa Saja, Kapan Saja, Dimana Saja. Jakarta: gramedia Pustaka Utama.
2000

16 Desember 2016 15:20, Jallaludi Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Bandung:

Remadja Karya, 1985

12

Anda mungkin juga menyukai