OLEH :
NAMA
STAMBUK
: A1C412043
KELOMPOK
: VI (ENAM)
ASISTEN PEMBIMBING
: KAHARUDDIN
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan analisis volumetri (titirasi asam basa) dengan tujuan
untuk menentukan kadar asam asetat dalam sampel dengan menggunakan natrium
hidroksida, dan untuk menentukan kadar bikarbonat dalam sampel dengan
menggunakan asam pekat yaitu HCl. Titrasi merupakan suatu metoda untuk
menentukan kadarsuatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat
di dalam proses titrasi. Sebelum menentukan kadar suatu larutan terlebih dahulu
dilakukan standarisasi terhadap larutan yang telah diketahui konsentrasinya.
Dalam hal ini larutan NaOH dan HCl menggunakan indikator PP dan MO. Untuk
menentukan kadar asam asetat dalam suatu sampel maka dilakukan proses titrasi
dengan menggukan indikator PP dengan penitrasi adalah NaOH. Setelah
mengetahui volume titran yang digunakan maka dapat diketahui kadar asam
asetat. Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 0,24 gr dalam 100 mL sampel
atau 0,24 % (b/v). Selanjutnya untuk menentukan kadar bikarbonat dan karbonat
dalam suatu sampel juga dilakukan proses titrasi, tapi pada penentuan kadar
bikarbonat proses titrasi dilakukan 2 kali. Titrasi pertama menggunakan indikator
PP, sedangkan titrasi yang kedua menggunakan indikator MO. Setelah mengetahui
volume titran yang digunakan, maka dapat diketahui kadar bikarbonat dalam
sampel, yaitu 1,9 mL HCl 0,1 N atau sekitar 0,1596%, sedangkan kadar karbonat
yaitu 5,04%.
Kata kunci : titrasi asam basa, kadar asam asetat, kadar bikarbonat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara garis besar analisis dikelompokkan menjadi analisis
secara fisik,kimia, fisikokimia, mikrobiologis, organoleptik. Analisis
berasal dari bahasa latin yaitu analisys yang berarti melepaskan. Secara
umum analisis dapat diartikan usaha pemisahan satu kesatuan materi
bahan menjadi komponen-komponen penyusunnya sehingga dapat
diketahui lebih lanjut. Analisis juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisa yang
menyangkut identifikasi zat, yaitu unsur atau senyawa apa yang ada di
dalam suatu contoh. Sedangkan analisis kuantitatif adalah analisa mngenai
penentuan berapa zat tertentu dalam suatu contoh. Zat yang ditentukan
sering disebut sebagai zat yang diinginkan atau analit (dapat terdiridari
sebagian kecil atau besar dari contoh yang dianalisa). Analisis Volumetri
merupakan bagian dari analisis secara kuantitatif. Volumetri adalah analisa
yang didasarkan pada pengukuran volume dalam pelaksanaan analisanya.
Analisis volumetri juga disebut titrimetri karena proses analisanya berupa
titrasi dimana larutan standar (pereaksi) sebagi titran yang ditempatkan
dalam buret yang digunakan untuk menitrasi larutan yang akan ditentukan
jumlah analitnya. Titran adalah larutan standar yang telah diketahui dengan
tepat konsentrasinya. Analisis titrimetri didasarkan pada reaksi kimia antar
komponen analit dengan titiran.
BAB II
TEORI PENDUKUNG
Analisa volumetri merupakan salah satu metode analisa kwantitatif,
yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada
dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya
indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat.
larutan yang diuji bersifat basa maka digunakan larutan uji ( larutan standar )
asam, dalam hal ini asam klorida, begitu pula sebaliknya (Sujono, 2010).
Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk tergantung dari sifat
kation dan pH dari larutan, sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu.
Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan indikator logam, yaitu
indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan
kompleks antara indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan
kompleks atau larutan titer dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai
warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat,
hitam eriokrom-T dan jingga xilenol. Untuk logam yang dengan cepat dapat
membentuk senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan secara langsung,
sedang yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
Seng merupakan salah satu logam yang membentuk senyawa komplek dimana
penetapan kadar seng menurut Farmakope Indonesia edisi III ditetapkan secara
kompleksometri menggunakan dapar amonia amonium klorida (pH dapar 9-10),
ditambah indikator EBT dan di titrasi dengan Na2 EDTA (Yusrin, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Buret
2 buah
- Gelas kimia 250 mL, 700 mL @1 buah
- Pipet gondok 50 mL
1 buah
B. PROSEDUR KERJA
1. Titrasi asam asetat dengan natrium hidroksida
asam
asetet
pekat 0,83 mL
0,1 gr
natrium
bikarbonat
Dimasukan
kedalam
labu100
takar
Dilarutkan
dalam
aquades
mL100 mL
Diencerkan dengan aquades sampai tenda tera
Ditambahkan indikator PP sebanyak 36 tetes
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. DATA PENGAMATAN
Standarisasi Larutan NaOH dengan Kalium Biftalat
No
1
2
perlakuan
0,5 gr kalium biftalat ditambahkan
aquades
ditambahkan indikator PP sebanyak 2
tetes
volume titran
hasil
larutan kalium
biftalat
larutan tetap
bening
berwarna merah
muda
23 mL
perlakuan
hasil
volume titran
1 mL
perlakuan
larutan Na2SO3 ditambahkan 2 tetes
indikator Mo
hasil
larutan berwarna
orange
larutan berwarna
merah muda
12,1 mL
perlakuan
hasil
larutan natrium
bikarbonat
larutan berwarna
bening
larutan berwarna
bening
0,3 mL
5
6
B. PERHITUNGAN
Standarisasi Larutan Biftalat
V1 x N1 = V2 x N2
Kalium biftalat 500 mg, Mr = 204,2
Volume NaOH 0,1 N, Mr = 23
500
=23 x N 2
204,2
2,44=23 x N 2
N 2=0,106
Titrasi Asam Asetat dengan Natrium Hidroksida
berwarna jingga
berwarna jingga
merah muda
2,2 mL
V NaOH = 1 mL
Dalam 10 mL sampel asam terdapat :
100
x 1 x 0,1 x 60=B
25
24=B
dalam 100 mL asam cuka=
kadar asam cuka=
100
x 24=240
10
100 240
x
mg
10 1000
2,4 gramdalam 100 mL
v
b
2,4
Standarisasi Larutan HCl 0,1 N dengan Na2CO3
Volume HCl yang digunakan
= 12,1 mL (P)
Berat Na2CO3
= 100 mg (Q)
Mek HCl
= Mek Na2CO3
12,1 x 0,1
= Mek Na2CO3
1,21
= Mek Na2CO3
Berat zat (mg) Na2CO3
= Mek Na2CO3 x BE Na2CO3
Mek Na2CO3 = mg Na2CO3 / BE Na2CO3
100
1
x 106
2
N HCl=
mg Na2 CO 3
x 53
P
N HCl=
100
x 53
12,1
0,155 N
1,9 x 0,1 x 84
100
0,1596
Karbonat dalam sampel = (2x) mL HCl 0,1 N
= (2 x 0,3) mL HCl 0,1 N
= 0,6 mL HCl 0,1 N
karbonat=
( 2 x ) mL x N HCl x BE NaH CO 3
berat sampel
( 2 x 0,3 ) x 0,1 x 84
100
5,04
C. REAKSI-REAKSI
CH3COOH + NaOH PP
CH3COONa + H2O
MO
Na2CO3 + HCl
NaHCO3 + NaCl
PP
NaHCO3
NaCl + H2O + CO2
MO
NaHCO3
NaCl + H2O + CO2
D. PEMBAHASAN
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadarsuatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya. Sedangkan pada
percobaan kali ini hanya akan dibahas tentang titrasi asam basa. Zat yang
merupakan
reaksi
asam
basa
(netralisasi).
Larutan
yang
konsentrasi dari asam asetat sehingga dalam menitrasi larutan tersebut kita
harus memperhatikan baik-baik perubahan warna dan volume titrat yang
digunakan. Setelah volume titrat diketahui maka kadar asam asetat dapat
dihitung. Dari hasil perhitungan, kadar asam asetat yang didapatkan adalah
2,4% atau sekitar 2,4 g dalam 100 mL sampel. Reaksi antara CH 3COOH
dengan NaOH akan menghasilkan CH3COONa + H2O. Hal ini ditunjukkan
dalam reaksi berikut :
CH3COOH + NaOH PP
CH3COONa + H2O
Pada reaksi tersebut yang yang menjadi reaktan adalah
CH3COOH dan NaOH sedangkan produknya adalah CH 3COONa dan H2O.
Kita telah mengetahui sifat dari reaktan tersebut, dimana asam asetat adalah
asam lemah dan natrium hidroksida adalah basa kuat sehingga apabila
direaksikan sifat asam dan sifat basa dari larutan tersebut akan hilang dan
membentuk zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda
dengan sifat zat asalnya karena hasil reaksinya dan air yang memiliki sifat
netral yang artinya jumlah ion H+ sama dengan jumlah ion OH- maka reaksi
itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan.
Pada standarisasi larutan NaOH dengan
kalium
biftalat
untuk
memperoleh
larutan
standar
yang
diketahui
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Penentuan kadar asam asetat dapat diketahui dengan cara menintrasi
asam asetat tersebut dengan natrium hidroksida dengan menggunakan
indikator PP. Kadar asam asetat yang didapatkan adalah 2,4 % (b/v) atau
sekitar 2,4 g dalam 10 mL sampel.
2. Penentuan kadar bikarbonat dan karbonat juga dapat diketahui dengan
menitrasi larutan bikarbonat dengan asam kuat yaitu HCl sebanyak 2
kali. Titrasi pertama menggunakan indikator PP, sedangkan titrasi yang
ke dua menggunakan indikator MO. Kadar bikarbonat yang didapatkan
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari.
2008.
Analisa
Volumetrik.
http://ahyari.com/my-kampuz/mykuliah/kimia-farmasi-analisis/analisa-volumetri/ [diakses pada tanggal
26 November 2013].