Anda di halaman 1dari 24

PERCOBAAN 8

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR – DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI ASAM BASA

Oleh:

Kelompok 1

1. Allien Kallala Ms (180331616039)*


2. Wahyu Pamungkas (180331616074)
3. Wardatul Marhamah (180331616005)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2019

1.1 Tujuan Percobaan


a. Dapat melakukan standarisasi larutan asam atau basa.
b. Dapat menentukan kadar NaOH dan Na2CO3 dalam soda
perdagangan.
c. Dapat menentukan kadar ammonium dalam suatu garam
ammonium.
d. Dapat menentukan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan.

1.2 Dasar Teori


Titrasi asam basa merupakan analisa kuantitatif yang bertujuan
untuk menentukan banyaknya suatu komponen dalam sampel yang
didasarkan pada reaksi secara stoikiometri senyawa asam dan basa.
Secara garis besar, metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif
dibagi menjadi dua macam, yaitu kimia analisis kuantitatif
instrumental (metode analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-
alat instrumen) dan analisa kimia konvensional yang dapat dilakukan
dengan menggunakan metode gravimetri dan metode volumetri
(harjadi,1986).
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
ataupun titrant. Mengukur volume larutan adalah jauh lebih cepat
dibandingkan dengan menimbang berat suatu zat dengan metode
gravimetri. Analisis volumetri juga dikenal sebagai titrimetri, yang
meliputi titrasi asam-basa (asidi-alkalimetri), pengendapan, redoks,
dan kompleksometri. Pada percobaan ini digunakan titrasi asam-basa,
di mana zat yang akan dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain
yang konsenrasinya diketahui (larutan baku) dan dialirkan dari buret
dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang tidak diketahui (analit)
kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung cepat,
reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping. Selain itu
jika reagen penitrasi yang diberikan berlebih, maka harus dapat
diketahui dengan suatu indikator (khopkar, 1990).
Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus
dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang
disebut indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum
penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi
munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan

2
warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik ekivalen. Titrasi asam
basa pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi. Titik
akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen titrasi, yaitu kondisi
pada saat larutan asam habis bereaksi dengan larutan basa. Perbedaan
antara titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen disebut kesalahan
titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh pemilihan
indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan
titrasinya kecil.

1.3 Alat dan Bahan


a. Alat:
1. Neraca analitik
2. Spatula
3. Kaca arloji
4. Gelas kimia 100 ml
5. Pipet tetes
6. Batang pengaduk
7. Corong gelas
8. Labu takar 100 ml dan 50 ml
9. Botol semprot
10.Buret
11.Erlenmeyer
12.Statif dan klem
b. Bahan:
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Padatan natrium tetraborat
3. Larutan NaOH 0,1 M
4. Campuran NaOH dan Na2CO3
5. Garam ammonium
6. Akuades
7. Indikator PP
8. Indikator MO
9. Cuka perdagangan

1.4 Langkah Kerja


1. Standarisasi Larutan Baku HCl

Larutan HCl

- Diisi buret dengan larutan HCl


- Diambil 10 ml larutan natrium tetraborat 0,1N, ditempatkan
erlenmeyer

3
- Ditambahkan 2 tetes indikator MO pada erlenmeyer
- Dititrasi dengan HCl hingga berubah warna
- Dicatat volume HCl yang diperlukan
- Diulangi sekali lagi
- Dihitung

Hasil

2. Standarisasi Larutan Baku NaOH

Larutan NaOH

- Diisi buret dengan larutan NaOH


- Diambil 10 ml larutan HCl, ditempatkan erlenmeyer
- Ditambahkan 2 tetes indikator PP pada erlenmeyer
- Dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan
- Diulangi sekali lagi
- Dihitung

Hasil

3. Penetapan Campuran NaOH dan Na2CO3 Dalam Soda Perdagangan

Campuran NaOH dan Na2CO3

- Diambil 10 ml larutan campuran NaOH dan Na2CO3


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 2 tetes indikator PP
- Dititrasi dengan HCl 0,1M hingga berubah warna
- Dicatat volume HCl yang diperlukan
- Ditambahkan 2 tetes indikator MO
- Dititrasi hingga terjadi perubahan warna
- Dicatat volume HCl yang diperlukan
- Dihitung kadar NaOH dan Na2CO3 dalam campuran
- Dihitung persen kesalahan

4
Hasil

4. Penetapan Ammonium Dalam Garam Ammonium

Larutan Garam Ammonium

- Diambil 10 ml larutan garam ammonium


- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan NaOH berlebih, dicatat volume
- Dididihkan
- Didinginkan
- Ditambahkan 2 tetes indikator MO
- Dititrasi dengan HCl
- Dicatat volume HCl yang diperlukan
- Dihitung kadar asam ammonium
- Dihitung persen kesalahan

Hasil

5. Penentuan Kadar Asam Cuka Dalam Cuka Perdagangan

Cuka Perdagangan

- Diambil 10 ml asam cuka perdagangan


- Ditempatkan dalam labu takar 50 ml
- Diencerkan dengan akuades hingga tanda batas
- Diambil 10 ml larutan hasil pengenceran
- Ditempatkan dalam erlenmeyer
- Ditambahkan indikator PP
- Dititrasi dengan NaOH
- Dicatat volume NaOH yang diperlukan
- Diulangi sekali lagi
- Dihitung kadar asam cuka
- Dihitung persen kesalahan

Hasil

5
1.5 Hasil Pengamatan
1. Standarisasi Larutan Baku HCl

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

Diisi buret dengan larutan HCl Larutan tidak berwarna

Diambil 10 ml larutan natrium


tetraborat 0,1N, ditempatkan dalam Larutan tidak berwarna
erlenmeyer

Ditambahkan ke dalam Erlenmeyer


Larutan berwarna kuning
indicator MO 3 tetes

Dititrasi dengan HCl sampai berubah


warna (dari kuning muda menjadi Larutan berwarna oren
merah muda)

Dicatat volume HCl yang diperlukan 10,9 ml, 10,8 ml, 10,7 ml

11 ml, 11 ml, 11 ml
Diulangi sekali lagi
10,6 ml, 10,6 ml, 10,7 ml

VHCl x NHCl = Vboraks x Nboraks

10,8 ml x NHCl = 10 mL x 0,1 N


Dihitung konsentrasi HCl
NHCl =

= 0,093 N

2. Standarisasi Larutan Baku NaOH

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

6
Diisi buret dengan larutan NaOH Larutan tidak berwarna

Diambil 10 ml larutan HCl,


Larutan tidak berwarna
ditempatkan dalam erlenmeyer

Ditambahkan ke dalam Erlenmeyer


Larutan tidak berwarna
indicator PP 3 tetes

Dititrasi dengan NaOH sampai


berubah warna (dari tidak berwarna Larutan berwarna merah muda
menjadi merah muda)

Dicatat volume NaOH yang


9,7 ml, 9,6 ml, 9,7 ml
diperlukan

9,5 ml, 9,5 ml, 9,5 ml


Diulangi sekali lagi
9,6 ml, 10 ml, 9,6 ml

VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH

10 mL x 0,093 N = 9,63mLxNNaOH

Dihitung konsentrasi NaOH


NNaOH =

= 0,097 N

3. Penetapan Campuran NaOH dan Na2CO3 dalam Soda Perdagangan

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


Diambil 10 ml larutan campuran
NaOH dan Na2CO3, dimasukkan ke Larutan tidak berwarna
dalam Erlenmeyer

Ditambah 2 tetes indicator pp Larutan berwarna ungu

7
Dititrasi dengan HCl 0,1 M hingga
Larutan berwarna ungu sangat muda
warna merah pp hampir hilang
Dicatat volume HCl yang diperlukan
8,9 ml, 9,4 ml, 9,15 ml
sebagai a ml
Ditambahkan 2 tetes indicator MO
dan dilanjutkan titrasi sampai terjadi
Larutan berwarna jingga
perubahan warna dari kuning menjadi
merah muda

Dicatat volume sebagai b ml 8,1 ml, 8,5 ml, 8 ml

Dihitung kadar NaOH dan Na2CO3


dalam campuran

Dihitung persen kesalahan

4. Penetapan Amonium dalam Garam Amonium

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


Diambil 10 ml larutan garam
ammonium, dimasukkan ke Larutan tidak berwarna
Erlenmeyer
Ditambahkan NaOH berlebih, dicatat Larutan tidak berwarna,
volume Volume NaOH = 11 ml

Didihkan kemudian didinginkan Larutan tidak berwarna

+ MO = larutan berwarna kuning


Ditambah indicator MO setelah
Setelah dititrasi = larutan berwarna
dingin, dititrasi dengan HCl
jingga

8
Dicatat volume HCl yang diperlukan
8,3 ml, 9 ml, 11,1 ml
pada saat terjadi perubahan warna

Dihitung kadar asam amonium

Dihitung persen kesalahan

5. Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Cuka Perdagangan

Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


Diambil 10 ml asam cuka
perdagangan, ditempatkan dalam labu Larutan tidak berwarna
takan 50 ml
Diencerkan menggunakan aquades
Larutan tidak berwarna
hingga tanda batas
Diambil 10 ml larutan hasil
pengenceran, ditempatkan di Larutan tidak berwarna
Erlenmeyer

Dirambahkan indikator pp Larutan tidak berwarna

Ditritrasi dengan NaOH sampai


Larutan berwarna ungu muda
terjadi perubahan warna
Dicatat volume NaOH yang
8,5 ml
diperlukan

Diulangi sekali lagi 8,75 ml, 8,4 ml

Dihitung kadar asam cuka

Dihitung persen kesalahan

9
1.6 Analisis Data
1. Standarisasi Larutan Baku HCl

Standarisasi larutan HCl dilakukan dengan melakukan titrasi antara


larutan HCl dengan 10 ml natrium tetraborat (Na2B4O7.10H2O) 0,1N.
Larutan natrium tetraborat digunakan untuk menstandarisasi larutan
HCl karena antara HCl dan natrium tetraborat terjadi reaksi sempurna.
HCl (asam kuat) akan bereaksi dengan natrium tetraborat (basa lemah)
membentuk garam yang bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah:

Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) → 2NaCl(aq)+4H3BO3(aq)+5H2O(l)

Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah tersebut, maka titik
akhir titrasi akan mudah teramati. Pada percobaan ini, natrium
tetraborat merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan
larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan karena:

- natrium tetraborat adalah suatu garam yang bersifat basa lemah,


sifatnya tidak mudah teroksidasi, cenderung stabil, dapat
ditemukan dalam keadaan murni, dan tidak korosif.

- HCl merupakan larutan gas Cl dalam air. Hal ini memungkinkan


kelarutannya mudah sekali berubah terhadap perubahan suhu,
perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi konsentrasi.

10
Volume HCl yang dibutuhkan
Volume
Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 6
HCl
1 2 3 1 2 3 1 2 3

10,9 10,8 10,7 10,6 10,6 10,7


11 mL 11 mL 11 mL
10 mL mL mL ml mL mL mL

Volume HCl rata-rata = 97,3/9 = 10,8 mL

Larutan HCl diletakkan pada buret, sementara larutan natrium


tetraborat diletakkan di dalam erlenmeyer. Selanjutya adalah
penambahan 1-2 tetes indikator metil orange pada larutan primer.
Indikator ini banyak digunakan dalam titrasi pada larutan yang
bersifat basa (Chang, 2007). Fungsi penambahan indikator ini adalah
untuk mengetahui saat dimana titik akhir titrasi atau perubahan karena
range pH garam (bersifat asam) yang dihasilkan mendekati range pH
dari indikator metil orange. Indikator metil orange sebagai larutan
penunjuk daerah harga pH antara 3,1-4,4 dengan perubahan warna
dari merah ke kuning (Harjadi, 1986). Pada saat penambahan
indikator metil orange pada larutan natrium tetraborat, larutan yang
semula tidak berwarna berubah menjadi berwarna kuning yang
menunjukkan bahwa larutan bersifat basa. Langkah selanjutnya adalah
menitrasi larutan natrium tetraborat dengan larutan HCl yang berada
di dalam buret hingga terjadi perubahan warna menjadi orange. Titrasi
dilakukan sebanyak 9 kali, sehingga data yang diperoleh berjumlah 9.

Setelah diketahui volume HCl yang dibutuhkan untuk proses


titrasi, dilakukan perhitungan untuk mengetahui konsentrasi HCl
dengan menggunakan rumus

VHCl x NHCl = Vboraks x Nboraks

10,8 ml x NHCl = 10 mL x 0,1 N

NHCl =

= 0,093 N

Sehingga diketahui konsentrasi/molaritas larutan HCl hasil


standarisasi adalah 0,093 N

2. Standarisasi Larutan Baku NaOH

11
Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan cara tidak langsung.
Biasanya standarisasi larutan NaOH digunakan larutan baku asam
oksalat (H2C2O4). Pada percobaan kali ini menggunakan larutan HCl
yang sebelumnya telah distandarisasi. HCl disini bertindak sebagai
titran yang konsentrasinya telah diketahui. Sedangkan NaOH
bertindak sebagai analit yang akan dicari nilai konsentrasinya. Reaksi
yang terjadi adalah

HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)

Pada larutan HCl ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes.


Indikator PP memiliki trayek pH 8,3 – 10 (tidak berwarna – merah),
sehingga larutan HCl saat ditambahkan PP tetap tidak berwarna.
Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH hingga terjadi perubahan
warna menjadi merah muda yang menunjukkan titik akhir titrasi.
Warna merah muda disebabkan oleh konsentrasi OH- berlebih yang
menyebabkan suasana larutan menjadi basa dan menaikkan nilai pH
sehingga terjadi perubahan warna tadi dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Kita tidak dapat menentukan kapan tercapainya titik
ekivalen pada titrasi asam kuat-basa kuat ini, karena titik ekivalen
berada pada pH 7 sedangkan pada kondisi tersebut larutan masih tidak
berwarna. Sehingga hanya titik akhir titrasi yang dapat diamati.
Setelah tercapai warna merah muda maka dicatat volume NaOH yang
diperlukan. Karena yang melakukan percobaan ini ada 3 kelompok
dan masing-masing kelompok melakukan 3 kali titrasi, maka didapat 9
data volume NaOH yang diperlukan seperti tabel data di bawah ini.

Volume NaOH yang dibutuhkan


HCl
Kelompok 2 Kelompok 4 Kelompok 6

1 2 3 1 2 3 1 2 3

9,7 mL 9,6 mL 9,7 ml 9,5 mL 9,5 mL 9,5 mL 9,6 mL 10 mL 9,6 mL


10 mL
Volume NaOH rata-rata = 86,7/9 = 9,63 mL

12
Setelah dihitung volume NaOH rata-rata yang diperlukan,
selanjutnya dihitung konsentrasi NaOH dengan menggunkana
konsentrasi HCl yang telah distandarisasi sebelumnya menggunakan
natrium tetraborat. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

VHCl x NHCl = VNaOH x NNaOH

10 mL x 0,093 N = 9,63 mL x NNaOH

NNaOH =

= 0,097 N

3. Penetapan Campuran NaOH dan Na2CO3 dalam Soda Perdagangan

Dalam penetapan kadar campuran Na2CO3 dan NaOH ini


digunakan HCl sebagai titran karena campuran Na2CO3 dan NaOH
bersifat basa, sedangkan HCl bersifat asam sehingga keduanya dapat
saling bereaksi. Metode ini sering disebut netralisasi karena sifat
reaksi antara asam dan basa adalah reaksi netralisasi. Campuran
NaOH dan Na2CO3 ini memiliki 2 titik ekivalen, sehingga untuk dapat
mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua indikator.
Langkah awal yang dilakukan adalah meletakkan 10 ml larutan
campuran NaOH dan Na2CO3 dalam erlenmeyer, dan larutan HCl
diletakkan di dalam buret. Selanjutya adalah penambahan indikator,
indikator merupakan syarat yang penting bagi titrasi. Pada netralisasi,
indikator yang digunakan adalah indikator pH yang bekerja dengan
perubahan warna yang tajam pada pH tertentu. Kali ini digunakan
indikator phenolptalein pada penitaran pertama dan indikator methyl
orange pada penitaran kedua. Phenolptalein (PP) yang akan berubah
warna pada kisaran pH pada suasana basa yakni 8,8 – 10 yang
ditandai perubahan larutan yang semula tidak berwarna berubah
menjadi berwarna ungu. Kemudian larutan dititrasi dengan HCl. Pada
titrasi pertama baik NaOH maupun Na2CO3 keduanya sama-sama
bereaksi dengan HCl. Namun, reaksi antara HCl dan Na2CO3 tidak
dapat teramati karena rentang pH nya tidak memenuhi indikator PP.

13
Kemudian dilanjutkan dengan penambahan metil orange yang
bertujuan untuk mengetahui kadar Na2CO3 dalam larutan. Hal ini
dikarenakan indikator metil orange dapat merubah warna pada kisaran
pH dalam suasana asam, yakni antara pH 3,4 - 4,4. Pada saat
penambahan indikator, larutan berubah warna dari yang semula
berwarna ungu muda menjadi berwarna jingga. Kemudian larutan
dititrasi dengan HCl. Penambahan HCl berlanjut menyebabkan
NaHCO3 bereaksi dengan H2CO3 yang merupakan asam hipotesis
yang tidak stabil dan akan segera terurai menjadi CO2 dan H2O

Pada percobaan diperoleh data sebagai berikut :

Volume (PP)
Volume HCl yang dibutuhkan
NaOH+Na2CO3

Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5

10 mL 8,9 mL 9,4 mL 9,15 mL

Volume NaOH rata-rata = 27,45 / 3 = 9,15 mL

Volume (MO)
Volume HCl yang dibutuhkan
NaOH+Na2CO3

Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5

10 mL 8,1 mL 8,5 mL 8 mL

Volume HCl rata-rata = 24,6 / 3 = 8,2 mL

 Perhitungan kadar NaOH dalam campuran adalah sebagai berikut :


Kelompok 1

Kelompok 3

14
Kelompok 5

Rata – rata :

 Perhitungan kadar Na2CO3 dalam campuran adalah sebagai


berikut :
Kelompok 1

Kelompok 3

Kelompok 5

Rata-rata

15
 Bila diketahui bahwa dalam campuran larutan NaOH dan Na2CO3
memiliki komposisi masing-masing adalah 1 g dan 7,225 g. Maka
dapat diketahui persen kesalahan dalam melakukan titrasi tersebut
sebagai berikut.

% Kesalahan kadar NaOH =

% kesalahan kadar Na2CO3 =

4. Penetapan Ammonium dalam Garam Ammonium

Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui kadar amonium


dalam garamnya yang dapat diketahui dengan metode titrasi asam
basa. Pertama, diambil 10 mL larutan garam NH4Cl (larutan tidak
berwarna) yang ditempatkan pada erlenmeyer. Larutan garam NH4Cl
tersebut merupakan analit (zat yang tidak diketahui konsentrasinya),
kemudian dalam larutan garam tersebut ditambahkan dengan larutan
NaOH 0,1 M (larutan tidak berwarna) berlebih (sekitar 11 mL). Hal
ini bertujuan untuk mereaksikan seluruh garam NH 4Cl sehingga
dihasilkan larutan NH4OH yang akan digunakan untuk titrasi asam
basa dalam penentuan kadar amonium, sesuai dengan persamaan
reaksi beriku

dimana larutan NH4OH merupakan reaksi kesetimbangan sehingga


dihasilkan gas bau menyengat dari NH3, sesuai persamaan reaksi
berikut.

Selanjutnya, larutan pada erlenmeyer didihkan untuk menguapkan


seluruh gas NH3 dan didinginkan. Kemudian, larutan diberi indikator
metil oranye yang bertujuan sebagai penentu titik akhir titrasi, metil
oranye memiliki trayek pH antara 3,1 – 4,4 dengan perubahan warna
dari merah ke kuning. Larutan berwarna kuning ketika ditambah
dengan indikator MO.

16
Selanjutnya, proses titrasi asam basa dengan menambahkan larutan
HCl 0,1 M sampai larutan yang semula berwarna kuning berubah
menjadi warna oranye. Warna jingga merupakan titik akhir titrasi.
Dari percobaan diperoleh berbagai data volume HCl yang diperlukan
hingga terjadi perubahan warna, yaitu 12 mL, 9 mL, 11,1 mL, 12,6
mL, 9,7 mL dan 8,3 mL. Sehingga volume rata-ratanya sebagai
berikut.

Kemudian dihitung konsentrasi dari NH4OH berdasarkan data


percobaan, sebagai berikut.

Pada percobaan ini normalitas NH4OH memiliki nilai yang sama


dengan molaritas larutannya, yaitu 0,0971 M. Sehingga kadar amonia
hasil percobaan dapat diketahui berdasarkan perhitungan dibawah ini.

Kadar amonia juga didapatkan dari hasil teoritis sebagai berikut.

Sehingga diperoleh persen kesalahannya sebagai berikut.

5. Penentuan Kadar Asam Cuka dalam Cuka Perdagangan

Cuka makan memiliki kadar 25% yang tertera pada kemasannya.


Kemudian cuka tersebut diencerkan 50 kali dan kemudian larutan
inilah yang akan dititrasi. Diambil 10 mL larutan cuka yang telah
diencerkan ditempatkan pada erlenmeyer kemudian ditambahkan

17
indikator PP sebanyak 2 tetes. Selanjutnya dititrasi dengan larutan
NaOH yang telah distandarisasi sebelumnya dan telah diketahui
konsentrasinya, sehingga NaOH disini bertindak sebagai titran dan
asam asetat (CH3COOH) bertindak sebagai analit yang akan dicari
kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CH3COOH (aq) + NaOH (aq)  CH3COONa (aq) + H2O (l)

Larutan cuka dititrasi dengan larutan NaOH tetes demi tetes hingga
terjadi perubahan warna menjadi merah muda yang menunjukkan titik
akhir titrasi. Warna merah muda disebabkan oleh konsentrasi OH- berlebih
yang menyebabkan suasana larutan menjadi basa dan menaikkan nilai pH
sehingga terjadi perubahan warna tadi dari tidak berwarna menjadi merah
muda. Kita tidak dapat menentukan kapan tercapainya titik ekivalen pada
titrasi asam kuat-basa kuat ini, karena titik ekivalen berada pada pH 7
sedangkan pada kondisi tersebut larutan masih tidak berwarna. Sehingga
hanya titik akhir titrasi yang dapat diamati. Setelah tercapai warna merah
muda maka dicatat volume NaOH yang diperlukan. Karena yang melakukan
percobaan ini ada 3 kelompok, maka didapat 3 data volume NaOH yang
diperlukan seperti tabel data di bawah ini.

Volume CH3COOH Volume NaOH yang dibutuhkan

Kelompok 1 Kelompok 3 Kelompok 5

10 mL 8,5 mL 8,75 mL 8,4 mL

Volume NaOH rata-rata = 25,65 / 3 = 8,55 mL

Setelah dihitung volume NaOH rata-rata yang diperlukan,


selanjutnya dihitung konsentrasi CH3COOH dengan menggunakan
konsentrasi NaOH yang telah distandarisasi sebelumnya
menggunakan larutan HCl. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

VNaOH x NNaOH = VCH3COOH x NCH3COOH

8,55 mL x 0,097 N = 10 mL x NCH3COOH

18
NCH3COOH =

= 0,083 N

Setelah konsentrasi CH3COOH yang telah diencerkan diketahui,


selanjutnya dihitung konsentrasi CH3COOH sebelum diencerkan.
Karena cuka diencerkan 50 kali maka berlaku rumus :

N1 = 50 x N2

= 50 x 0,083 N

= 4,15 N

N1 merupakan konsentrasi CH3COOH sebelum diencerkan,


sedangkan N2 adalah konsentrasi setelah diencerkan 50 kali. Sehingga
didapat konsentrasi CH3COOH sebelum diencerkan yaitu 4,15 N.
Selanjutnya akan dihitung kadar CH3COOH sebelum diencerkan
dengan rumus:

Kadar = %

= %

= 23,7 %

Setelah kadar dari CH3COOH diketahui, selanjutnya akan dihitung


persen kesalahan denga membandingkan kadar asam cuka yang tertera
pada kemasan yaitu 25%. Perhitungannya adalah sebagai berikut :

% kesalahan =

= 5,2 %

Terdapat selisih antara kadar melalui percobaan dan kadar yang tertera
pada kemasan sebesar 1,3 %. Sehingga persen kesalahannya adalah
5,2%

19
1.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan
bahwa konsentrasi larutan baku HCl dan NaOH adalah 0,093N dan
0,097N. Pada percobaan penetapan kadar NaOH dan Na 2CO3 dalam
soda perdagangan diperoleh kadar NaOH dan Na2CO3 berturut-turut
adalah 0,35% dan 8,08%, dengan persentase kesalahan sebesar 0,35%
dan 11,83%. Kemudian untuk penetapan ammonium dalam garam
ammonium diperoleh data kadar asam ammonium sebesar 0,226%
dengan persentase kesalahan sebesar 2,58%. Serta pada penentuan
kadar asam cuka dalam cuka perdagangan diperoleh kadar CH3COOH
adalah 23,7% dengan persentase kesalahan sebesar 5,2%

1.8 Daftar Rujukan


Chang, Raymond. 2007. Kimia Dasar : Konsep – konsep Inti Edisi Ketiga
Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harjadi, M. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian 1.
Jakarata: PT Kalman Media Pusaka.

1.9 Tugas Pendahuluan

1. Jelaskan syarat-syarat dari larutan baku primer, berikan contoh larutan


yang termasuk didalamnya!
2. Jelaskan syarat-syarat larutan baku sekunder , berikan contoh larutan
yang termasuk didalamnya!
3. Tuliskan reaksi pembakuan larutan HCl dengan larutan natrium
tetraborat!
4. Dalam percobaaan ini standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan
cara tidak langsung. Bagaimana jika dilakukan secara langsung?
Berikan contohnya dan tuliskan persamaan reaksi yang terjadi!
5. Tuliskan reaksi penetapan campuran NaOH dan Na2CO3 dalam soda
perdagangan
6. Apa yang dimaksud dengan titrasi tidak langsung?
7. Mengapa digunakan dua indikator dalam penetapan campuran NaOH
dan Na2CO3 dalam soda perdagangan? Hubungkan dengan reaksi yang
terjadi!
Jawab
1. Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi


larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri
(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi
larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui

20
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.

Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

 Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin


pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan
murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi
karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap
tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
 Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi
oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
 Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif
dan kepekaan tertentu.
 Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
 Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
 Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik
dan langsung.
2. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui


dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan
larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh:
AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer


 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

3. Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) →2NaCl(aq)+4H3BO3(aq)+5H2O(l)

21
4. Titrasi langsung adalah titrasi dimana zat yang akan kita tentukan
kadarnya secara langsung dapat dititrasi dengan larutan standar
hingga reaksi berlangsung secara sempurna.
Dalam percobaan standarisasi larutan NaOH dilakukan secara
tidak langsung. Standarisasi larutan NaOH dapat dilakukan secara
langsung dengan menggunakan larutan asam oksalat.
Caranya adalah dengan menimbang sebanyak 2,52 gram asam
oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dengan menggunakan gelas arloji
dan neraca analitik. Dipindahkan asam oksalat dari kaca arloji ke
dalam gelas beker 100 mL dan ditambahkan 25-30 mL akuades
sambil diaduk hingga larut. Kemudia larutan asam oksalat
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkan akuades
hingga tepat tanda batas sambil dikocok hingga homogen. Diisi buret
dengan asam oksalat. Kemudian menimbang 0,4 gram NaOH dengan
kaca arloji dan dimasukkan dalam gelas beker 100 mL. Ditambahkan
25-30 mL akuades dan diaduk hingga larut. Dipindahkan ke labu
ukur 100 mL dan ditambahkan akuades hingga tepat tanda batas
sambil dikocok hingga homogeny. Dimasukkan 10 mL larutan NaOH
yang akan distandarisasi kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 2-3
tetes indikator fenophtalein. Dititrasi Larutan NaOH dengan larutan
asam oksalat dari buret sampai terjadi perubahan warna. Persamaan
reaksi yang terjadi :
H2C2O4 (aq) + 2NaOH (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l)
5.

6. Titrasi langsung adalah titrasi dimana zat yang akan kita tentukan
kadarnya secara langsung dapat dititrasi dengan larutan standar
hingga reaksi berlangsung secara sempurna.
7. Karena campuran NaOH dan Na2CO3 ini memiliki 2 titik ekivalen,
sehingga untuk dapat mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua
indikator. Penambahan indikator pp yang pertama berfungsi untuk
mengetahui kadar NaOH yang tergantung dalam larutan sampel
dimana diketahui jika PP akan berubah warna dari tidak bewarna
menjadi bewarna merah muda dalam kisaran pH pada suasana basa

22
yaitu 8,8-10. Sedangkan penambahan metil orange pada indikator ke
2 berfungsi untuk mengetahui kadar Na2CO3 dalam larutan sampel
karena indikator MO akan berubah warna menjadi larutan bewarna
kuning yang mempunyai kisaran pH asam yaitu 3,4,-4,4 .

LAMPIRAN
1. Standarisasi larutan baku HCL

Sebelum titrasi, setelah Setelah titrasi


penambahan MO
2. Penetapan campuran NaOH dan Na2CO3 dalam soda perdagangan

Sebelum titrasi, setelah Setelah titrasi 1


penambahan PP

Setelah penambahan Setelah titrasi ke 2


MO 23
3. Penetapan ammonium dalam garam ammonium

Sebelum titrasi, setelah Setelah titrasi


penambahan MO
4. Penentuan kadar asam cuka dalam cuka perdagangan

Sebelum titrasi, setelah Setelah titrasi


penambahan PP

24

Anda mungkin juga menyukai