Anda di halaman 1dari 6

Metode Pembelajaran Berbasis

Kecerdasan Ganda (Multiple


Intelligences) Sebagai Upaya Pemecahan
Masalah Belajar
Wahyu Pamungkas
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
wahyupamungkasyahoo@gmail.com

Abstrak: Masyarakat masih menganggap bahwa nilai inteligensi individu selalu diukur melalui
kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematis dengan mengesampingkan bahwa
terdapat kemajemukan inteligensi yang dimiliki manusia yang dibawanya sejak lahir. Disinilah
metode pembelajaran memegang peranan penting. Dalam prosesnya, pembelajaran sudah
seharusnya memiliki pola dan unsur pengelolaan tata bahasa, logika, penyelesaian masalah
hingga hubungan sosial melalui interaksi dan diskusi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
pemilihan metode pembelajaran berbasis kecerdasan ganda sangat tepat menjadi faktor
penentu keberhasilan proses belajar siswa.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran, Kecerdasan Ganda, Siswa

Pendahuluan

Sebuah pembelajaran yang baik merupakan kegiatan belajar yang dilakukan


dengan memilih strategi yang tepat dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan pembelajaran mesti bersifat behavioralistik dan measurable yang artinya
bahwa tujuan pencapaian pembelajaran dapat memenuhi kebutuhan sikap serta
perilaku peserta didik yang dapat diamati dan diukur hingga memudahkan dalam
mengartikan ketercapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan strategi pembelajaran
yang baik merupakan strategi yang memungkinan terciptanya situasi belajar yang
dialami oleh peserta didik sehingga dapat memberikan pengalaman belajar bagi
peserta didik secara langsung. Pada era globalisasi saat ini, peran teknologi
informasi dan komunikasi mulai merambah ranah pendidikan dan pembelajaran
yang menuntut terjadinya perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, terlebih
dalam aspek pengetahuan, seni dan budaya. Oleh karena itu, menjadi sangat
penting jika pembelajaran di dalamnya berisi pengembangan dan penerapan teori
konstruktif dalam belajar yang memungkinkan bagi peserta didik guna membangun
pola pikir dan menemukan pengetahuan berdasar pengalamannya sendiri. Selain
itu, ada beberapa hal yang juga perlu menjadi perhatian para guru terkait upaya
mewujudkan keberhasilan sebuah proses pembelajaran, yakni adanya perbedaan
gaya belajar masing-masing individu peserta didik meski dikelompokkan dalam
satu kelas. Jika guru tidak memahami kondisi dan perbedaan individu yang
terdapat dalam diri masing-masing siswa, maka tujuan pembelajaran akan jauh dari
kata tercapai.

Kecerdasan ganda adalah istilah yang digunakan Howard Gardner untuk


menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu memiliki banyak kecerdasan, tidak
hanya sebatas IQ seperti yang dikenal selama ini. Menurut Gardner, setidaknya
ada sepuluh kecerdasan yang dimiliki oleh manusia (Budiningsih, Asri. 2004) yaitu
kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, kecerdasan ruang/visual
(spasial), kecerdasan kinestetik tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musikal/ritmik,
kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis,
kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial. Kesepuluh kecerdasan tersebut
ada pada setiap individu dan perlu dikembangkan secara maksimal sehingga siswa
yang dalam beberapa kecerdasan kurang menonjol dapat dibantu serta dibimbing
untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasannya dalam hal ini pendidikan
melalui metode pembelajarannya merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk
mengembangkannya. Namun dalam proses pendidikan saat ini, sangat
disayangkan banyak ditemukan anak-anak yang aslinya memiliki bakat-bakat
ataupun potensi malah kurang mendapatkan perhatian juga dukungan di
lingkungan sekolah maupun di rumah. Bahkan mirisnya, mereka sering mendapat
cemooh maupun juga julukan “tidak mampu belajar”, “bodoh”, “gangguan kurang
perhatian”, “kurang mampu menerima pelajaran atau telmi”. Ketika kemampuan
belajar dan berfikir mereka yang unik tidak dapat diterima oleh ruang kelas yang
dominan kemampuannya memang mengarah untuk berpikir dalam bentuk kata-
kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna
yang kompleks. Ataupun dalam kemampuan menghitung, mengukur, dan
mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi
matematis. Inteligensi atau kecerdasan sering diartikan sebagai kemampuan
memahami sesuatu dan kemampuan berpendapat, semakin cerdas seseorang
maka semakin cepat pula ia memahami suatu permasalahan dan semakin cepat
juga dalam mengambil langkah penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
Dalam hal ini kecerdasan juga dipahami sebagai kemampuan intelektual yang lebih
menekankan hanya pada logika untuk memecahkan masalah.

Kecerdasan seseorang biasanya diukur melalui tes intelligence quotient (IQ).


Oleh sebab itu, kecerdasan bisa dinilai dari sisi kemampuan seseorang dalam
menjawab soal-soal tes standar di lingkungan ruang kelas. Anggapan berlebihan
pada kemampuan IQ untuk menentukan keberhasilan seseorang masih saja
mendominasi pembelajaran dan juga pendidikan di sekolah maupun di madrasah.
Salah satunya tampak dari metode yang digunakan para guru ketika
menyampaikan pelajaran. Guru seringkali mengajar dengan pendekatan yang
rasional dengan logika matematika yang lebih sesuai dengan kecerdasan
matematis-logis dan menjelaskan semua pelajaran dengan model ceramah dan
cerita yang lebih sesuai dengan kecerdasan linguistik. Metode pembelajaran
seperti diatas hanya menguntungkan bagi siswasiswa yang memiliki kecerdasan
matematis-logis dan linguistik saja, sementara siswa yang tidak memiliki
kecerdasan-kecerdasan tersebut cenderung merasa bosan, tidak mengerti,
terasing, dan merasa tidak pernah diperhatikan serta diajar di sekolah oleh
gurunya.

Hasil Kajian

Rangkaian pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan suatu upaya


konkrit dalam memaksimalkan kecerdasan ganda yang dimiliki setiap siswa dalam hal
pencapaian kompetensi tertentu dengan berbagai cara mengkombinasikan beberapa
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Adapun didalam praktek pembelajaran
berbasis multiple intelligences ini adalah memacu kecerdasan yang terlihat unggul pada
diri siswa dengan cara semaksimal dan seoptimal mungkin, tentunya dengan berupaya
tetap mempertahankan kecerdasan lainnya sesuai standar minimal yang sudah
ditentukan oleh lembaga. Sistem pembelajaran berbasis multiple intelligences juga
bertujuan untuk mengupayakan serta mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang
dimiliki setiap individu (siswa) dalam hal pencapaian kompetensi tertentu sesuai
standart kurikulum yang telah di tentukan. Setelah kita mengetahui bahwa terdapat
lebih dari satu jenis kecerdasan, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan
potensi dirinya dengan berupaya mengetahui macam-macam model kecerdasan yang
bisa memberikan peluang emas untuk dikelola serta dikembangkannya. Menurut
Gardner Kecerdasan tersebut diantaranya;

a. Kecerdasan verbal/bahasa
Kecerdasan ini bertanggungjawab terhadap semua hal tentang bahasa. Puisi,
humor, tata bahasa, berpikir simbolik adalah ekspresi dari kecerdasan ini. Adapun
cara mengembangkan kecerdasan linguistik bagi peserta didik, maupun guru dengan
melakukan kegiatan pembelajaran diantaranya permainan kata-kata, diskusi
kelompok, sandiwara/pertunjukan, tim debat, curah gagasan, telling story, teka teki
silang dan menulis jurnal.
b. Kecerdasan logika/matematika
Kecerdasan ini sering disebut berpikir ilmiah, termasuk berpikir deduktif dan
induktif. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengembangkan kecerdasan matematika-logis diantaranya adalah menggunakan
sistem tanya jawab, pemecahan problem/masalah, mengkonstruksi model-model dari
berbagai konsep kunci, eksperimen, dan menghadirkan permainan yang
menggunakan strategi dan logika.
c. Kecerdasan visual/ruang
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan indera pandang dan berimajinasi,
misalnya seni rupa, navigasi, kemampuan pandang ruang, arsitektur, dll. Model
kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan
dimensi ruang ini adalah dengan cara membangun lingkungan belajar, presentasi
bergambar, permainan kartu, memperbanyak visual baik secara konvensional
maupun dengan teknologi.
d. Kecerdasan tubuh/gerak tubuh (kinestetik)
Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan dalam mengendalikan tubuh untuk
menyatakan perasaan. Menari, permainan olahraga, pantomim, mengetik merupakan
salah satu bentuk ekspresi dari kecerdasan ini. Pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilakukan pada kecerdasan kinestetik yaitu dengan mendayagunakan fisik
secara keseluruhan dalam proses pembelajaran dan disertai juga dilakukannya
pelatihan melalui gerakan-gerakan, menggunakan permainan peran dan juga secara
simulasi
e. Kecerdasan musical/ritmik
Kecerdasan ini melibatkan kemampuan manusia untuk mengenali dan
menggunakan ritme dan anada, serta kepekaan terhadap bunyi- bunyi di sekitarnya.
Untuk mengembangkan kecerdasan musical guru dapat melakukan pembelajaran di
antaranya: mengemas materi pelajaran dalam format berirama yang dapat
dinyanyikan, menghafal perkalian dengan menyanyikan dalam irama lagu tertentu
dan guru juga bisa mengubah lirik lagu untuk mengajarkan konsep melalui salam
berirama, deklamasi, menyanti bersama, tepuk bernada dan bila mungkin, orchestra
kaleng bekas dan latihan membedakan bunyi dan suara disekitar.
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan ini berhubungan dengan kemampuan bekerja sama dan berkomunikasi
baik verbal maupun non-verbal dengan orang lain. Pengembangan kecerdasan
interpersonal dalam kegiatan belajar dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan
belajar secara kelompok, beri waktu luang untuk siswa dapat berinteraksi antar
sesamanya. Metodologi yang dapat dilakukan adalah dengan problem solving
melalui interaksi dengan orang lain seperti memberikan tugas yang harus
diselesaikan secara berpasangan maupun kelompok serta bermain bersama namun
tetap dalam pengawasan pendidik.
g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan ini mengendalikan pemahaman terhadap aspek internal diri seperti,
perasaan, proses berpikir, refleksi diri, intuisi, dan spiritual. Kecerdasan intrapribadi
dirangsang melalui tugas, kepercayaan dan pengakuan dengan cara memberi tugas
yang harus dikerjakan sendiri, dipercaya untuk berkreasi dan mencari solusi dan
didorong untuk mandiri. Dorongan tumbuhnya kecerdasan intrapribadi harus disertai
dengan sifat positif para pengajar dalam menilai setiap individu. Pujian yang tulus,
sikap tidak mencela, dukungan yang positif, menghragai pilihan, serta kemauan
mendengarkan cerita dan pendapat merupakan stimulasi kecerdasan intrapribadi.
h. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis merupakan keahlian diri manusia dalam mengenali dan
mengelompokan spesies flora dan fauna terhadap lingkungan sekitar. Orang yang
memiliki kecerdasan ini memiliki sesuatu kepekaan pada fenomena/gejala alam.
Untuk mengembangkan dan memanfaatkan kecerdasan naturalis ini, guru dapat
melakukan pembelajaran dengan menggunakan media lingkungan sekitar, belajar di
alam terbuka, mempelajari suatu materi pembelajaran dengan mengamati fenomena
alam atau mempelajari kejadian alam.
i. Kecerdasan spiritual
Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini
berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya. Kecerdasan
ini dapat dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan agama, kontempelasi
kepercayaan, dan refleksi teologis.
j. Kecerdasan eksistensial
Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu menyadari dan
mengahayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan apa tujuan hidupnya.
Melalui kontempelasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat berkembang.

Multiple Intelligences mempunyai metode discovering ability, artinya proses


menemukan kemampuan seseorang. Metode ini meyakini bahwa setiap orang pasti
memiliki kecenderungan jenis kecerdasan tertentu. Kecenderungan tersebut harus
ditemukan melalui pencarian kecerdasan. Konsep multiple intelligences yang
menitikberatkan pada ranah keunikan selalu menemukan keunikan setiap anak. Lebih
jauh, konsep ini percaya bahwa tidak ada anak yang bodoh, sebab setiap anak pasti
minimal memiliki satu kelebihan. Apabila kelebihan tersebut dapat dideteksi dari awal
otomatis kelebihan itu adalah potensi kepandaian sang anak. Atas dasar itu,
seyogyanya sekolah menerima siswa barunya dalam kondisi apapun. Dari metode
diatas dapat dikatan bahwa merupakan tugas sekolah dalam meneliti kondisi siswa
dalam hal psikologis dengan proses mengetahui kecenderungan beberapa model
kecerdasan siswa melalui kecerdasan riset yang dinamakan Multiple Intelligences
Research (MIR).

Teori multiple intelligences membuka kemungkinan bagi setiap anak untuk


belajar dan mencapai tugas perkembangan. Multiple intelligences menghindarkan anak
dari kegagalan tugas perkembangan, seperti rasa rendah diri dan tidak bahagia, rasa
ketidaksetujuan dan penolakan sosial, yang akan menyulitkan penguasaan tugas
perkembangan baru. Tugas perkembangan akan terganggu jika anak tidak memperoleh
kesempatan untuk belajar apa yang diharapkan oleh kelompok sekolah, tidak
memperoleh bimbingan dalam belajar, dan tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Sebaliknya anak akan terdukung oleh lingkungan yang memberikan kesempatan anak
untuk belajar, bimbingan belajar dari orang tua dan pendidik, serta motivasi yang kuat
untuk belajar. Hal ini berarti, multiple intelligences memberi kesempatan pada anak
untuk mendapatkan dukungan untuk pencapaian tugas perkembangan.

SIMPULAN

Kecerdasan merupakan salah satu perbedaan karakteristik serta didik. Dengan


mengetahui kecerdasan yang dominan yang dimiliki oleh peserta didik, maka guru
dapat memanfaatkan kecerdasan tersebut untuk memaksimalkan hasil belajar. Guru
dapat menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kecerdasan yang
dimiliki oleh peserta didik. Sistem pembelajaran berbasis kecerdasan ganda bertujuan
untuk mengupayakan serta mengoptimalkan kecerdasan ganda yang dimiliki setiap
individu (siswa) dalam hal pencapaian kompetensi tertentu sesuai standart kurikulum
yang telah di tentukan. Gardner berpendapat bahwasannya tidak ada anak bodoh
ataupun pintar. Yang ada, hanyalah anak yang menonjol dalam salah satu atau juga
dari beberapa jenis kecerdasan. Dengan demikian, pelaksanaan dalam melakukan
penilaian dan penstimulasian kecerdasan anak, orang tua serta guru harus dilakukan
secara jeli dan cermat, dengan cara merancang sebuah metode khusus yang sesuai
dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadian, Mooussa. 2017. Language Learning Startegis, Multiple Intelligences and


Self-Effiacy Exploring the Links. The Journal of Asia TEFL Vol 14 No 4

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Laamena, Christina M. 2013. Pembelajaran Dengan Multiple Intelligences (Kecerdasan


Ganda) Untuk menumbuhkan Nilai Karakter. Prosiding FMIPA Universitas Pattimura

Rusmana, Indra Martha, dkk. 2017. Pengembangan Metode Pembelajaran Berbasis


Kecerdasan Ganda Terhadap Motivasi dan Sikap Peserta Didik. JPPM Vol 10 No.1

Raharjo, Andreas Teguh. 2010. Hubungan Antara Multiple Intelligence dengan Prestasi
belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 10 Malang. Jurnal Psikologi Vol 5 No. 2

Sulaiman, Tajularipin, dkk. 2010. Teaching Strategies Based on Multiple Intelligences


Theory among Science and Mathemarics Secondary School Teacher. Elsevier Vol 8 No
512-518

Anda mungkin juga menyukai