Anda di halaman 1dari 54

BAB V

KECERDASAN MAJEMUK
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari kecerdasan majemuk, mahasiswa mampu:
1. menjelaskan pengertian kecerdasan majemuk;
2. menjelaskan prinsip-prinsip kecerdasan majemuk;
3. menjelaskan kecerdasan majemuk dan kesulitan belajar;
4. mengembangkan

keterampilan

aplikasi

kecerdasan

majemuk

pada

pembelajaran
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Majemuk
Banyak orang yang bergerak dalam program pembelajaran bahasa asing di
sekolah berpikir kembali ke cara belajar bahasa lisan native anak-anak waktu kecil
sebelum sekolah. Tanpa bantuan buku grammer atau instruktur bahasa terlatih,
tanpa sangsi tidak naik kelas, semua anak yang normal akan memperoleh bahasa
lisan di sekitar mereka. Mengapa? Demikianpun anak yang mulai masuk sekolah
tetapi tumbuh pada lingkungan yang bebas dapat menguasai sejumlah bahasa;
mereka tahu dari bahasa lisan. Hal ini merupakan hal sangat dipikirkan pada saatsaat ini dimana ahli bahasa tidak mampu untuk mendeskripsikan grammer dari
setiap bahasa dalam cara yang benar-benar memuaskan. Orang dapat menekankan
pentingnya bahasa dalam semua kehidupan manusia, barangkali disini dalam
kaitannya dengan solusi terhadap pertanyaan mengapa semua anak berhasil
menguasai bahasa dalam beberapa tahun setelah kelahirannya.
Pada awal tahun kehidupan semua orang menguasai sejumlah kompetensi
secara mudah. Mereka begitu mahir menyanyikan lagu, mengayuh sepeda,

86

melakukan gerak tarian, dan sejumlah keterampilan lainnya. Kita dihadapkan pada
teka-teki lainnya. Anak-anak usia muda cepat menguasai sistem simbol seperti
bahasa dan bentuk seni seperti musik, anak yang sama mengembangkan teori yang
kompleks mengenai teori berpikir, namun seringkali mengalami kesulitan besar
ketika masuk ke sekolah. Bahasa percakapan dan pemahaman bukan merupakan
masalah, tetapi setelah masuk pada bahasa membaca dan menulis semuanya
merupakan tantangan; permainan angka merupakan hal yang menyenangkan, tetapi
operasi-operasi matematika hal yang sulit. Barangkali memang belajar natural,
universal, dan intuitif yang dipergunakan di rumah dan di sekitarnya pada tahuntahun pertama hidup merupakan hal yang berbeda dari belajar d sekolah.
Terkait dengan persoalan di atas, tampaknya krisis pendidikan merujuk pada
kesulitan siswa menguasai agenda sekolah. Penjelasan berikutnya tentang contohcontoh di berbagai mata pelajaran, antara lain pada fisika, matematika yang sering
mengalami miskonsepsi; sedangkan pada pelajaran IPS dan humanistik anak-anak
sering mengalami masalah dalam bentuk stereotype. Persoalan-persoalan di sekolah
seringkali muncul karena pendidik tidak faham mengenai potensi anak saat itu.
Terjadi jarak antara setiap karakter anak, misalnya secara intuitif anak memahami
sesuatu, namun sulit menguasai pelajaran di sekolah. Dimana di sekolah sering
disebut problem belajar atau hambatan belajar. Hal lainnya terjadi misalnya siswa
tidak mampu mentransfer pengetahuan mereka ke dalam seting baru dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, Gardner mencoba menjawab mengapa seringkali terjadi
persoalan-persoalan dalam pendidikan anak di sekolah. Keyakinan Gardner
terhadap kemampuan

inteligensi manusia mencoba mencari jawab mengenai

bagaimana agar kesenjangan belajar anak menjadi teratasi. Bagaimana agar anak
belajar dengan hasil diperolehnya pemahaman yang mendalam dimana mereka
mampu mengaplikasikan apa yang dipahami dalam kehidupan sehari-hari.

87

Gardner mengakui bahwa sekurang-kurangnya manusia memiliki tujuh cara


mengetahui dunia yang dilabelkan tujuh inteligensi manusia. Atas dasar analisis ini,
kita mampu mengetahui dunia melalui bahasa, analisis logika-matematika,
representasi spasial, berpikir musik, menggunakan bodi untuk memecahkan
masalah atau membuat sesuatu, memahami individu lain, dan memahami diri
sendiri. Perbedaan individu ada pada kekuatan inteligensi ini dan di sebut sebagai
profil inteligensi. Kombinasi inteligensi di atas digunakan untuk menyelesaikan
berbagai tugas, memecahkan berbagai masalah, dan maju dalam berbagai domain.
Sistem pendidikan lama hanya menekankan pada penguasaan bahasa dan
logika matematika. Walaupun telah dipelajari tentang hakekat perbedaan individu,
namun sistem pendidikan tetap berasumsi bahwa setiap orang dapat mempelajari
material yang sama dengan cara yang sama, serta diketahui hasilnya melalui cara
pengukuran yang sama. Oleh karena itu seringkali terjadi bias penilaian, sebab anak
tidak diukur atas dasar potensi dasarnya, tetapi atas dasar kemauan sekolah.
Sistem pendidikan sekarang (kontemporer) yang diharapkan adalah yang
merupakan pendidikan untuk memperoleh pemahaman. Gardner menemukan tanda
(clues) yang bisa menjembatani kesenjangan-kesenjangan (gap) di atas dengan
pendekatan pendidikan yang lebih potensial, yakni melalui magang.
Salah satu konsep psikologi yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan
saat ini adalah konsep inteligensi (kecerdasan). Konsep tersebut telah dikenal sejak
Alfred Binet (1904) mengembangkan alat untuk mendeteksi siswa sekolah dasar
yang diperkirakan akan gagal dalam belajar sehingga diperlukan perhatian
kepadanya dengan pemberian pengajaran remidi. Alat tersebut dikenal sebagai tes
intelegensi. Sejak saat itu pengetesan inteligensi dan pemahaman bahwa intelegensi
dapat diukur secara objektif meluas. Demikian pula meluaslah pengertian bahwa
inteligensi sama dengan skor tunggal IQ (intelligence quotient) sebagai hasil tes
inteligensi (Amstrong, 1994).

88

Howard Gardner (1983) tidak sependapat dengan pemahaman sempit


tentang inteligensi di atas. Ia mengemukakan bahwa tes inteligensi tersebut hanya
mengukur kemampuan yang

berkaitan dengan verbal-linguistik dan logis-

matematis sehingga tidak memadai untuk menentukan cerdas tidaknya seseorang


dengan menggunakan skor tunggal IQ. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa manusia
memiliki sejumlah kecerdasan yang dapat mewujud dalam berbagai keterampilan
dan kemampuan, yang bukan hanya berupa kemampuan verbal-linguistik dan logismatematis.
Pandangan Howard Gardner dituangkan dalam buku Frames of Mind: The
theory of multiple intelligences (1983). Dalam buku tersebut Gardner membahas
teori multiple intelligences yang mengemukakan tujuh kecerdasan dasar pada diri
manusia yang sangat bermanfaat dalam kehidupan (Gage & Berliner, 1991;
Amstrong, 1994; Brualdi, 1996). Namun demikian pada tahun 1999, Howard
Gardner mengembangkan teorinya dan menambahkan satu kecerdasan lagi yaitu
kecerdasan natural yang belum di sebutkan sebelumnya, sehingga teori kecerdasan
majemuk menjadi 8 jenis kecerdasan (Christison dan Kennedy, 1999). Ada
kemungkinan jumlah jenis kecerdasan ini terus bertambah jumlahnya karena
Howard Gardner terus mengeksplorasi kemungkinan adanya tambahan jenis
kecerdasan lain (Gardner, 1999).
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu
produk yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble,
1996). Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolah
bakat bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan
yang lebih luas pada semua segi kehidupankecerdasan majemuk/ganda.
Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner
18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis
kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial,
kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis sebagaimana tampak pada
Tabel 5.1

89

Tabel 5.1
Aspek-Aspek Kecerdasan Menurut Gardner
KECERDASAN
1. Linguistic
2. Logical Mathematical

3. Musical
4. Spatial
5. Bodily Kinesthetic
6. Interpersonal
7.Intrapersonal
8. Naturalis

KEMAMPUAN INTI
Kepekaan terhadap suara, ritme, makna
kata-kata, dan keragaman fungsi bahasa.
Kepekaan
dan
kemampuan
untuk
mengamati pola-pola logis dan numerik
(bilangan) serta kemampuan untuk berpikir
rasional/logis.
Kemampuan untuk menghasilkan dan
mengapresiasikan ritme.
Nada (warna
nada), dan bentuk-bentuk ekspresi musik.
Kemampuan mempersepsi dunia ruang
visual secara akurat dan melakukan
transformasi persepsi tersebut.
Kemampuan mengontrol gerakan tubuh dan
menangani objek secara terampil.
Kemampuan
untuk
mengamati
dan
merespon suasana hati, temperamen, dan
motivasi orang lain.
Kemampuan untuk memahami perasaan,
kekuatan dan kelemahan serta intelegensi
sendiri.
Kemampuan
menggolongkan
benda,
tumbuhan

1) Kecerdasan verbal-linguistik
Kecerdasan verbal linguistik mungkin merupakan kecerdasan yang paling
universal di antara ketujuh kecerdasan majemuk.

Kecerdasan verbal-linguistik

adalah kemampuan berfikir dalam bentuk kata-kata secara efektif baik secara lisan
maupun

tulisan

dan

menggunakan

bahasa

untuk

mengekspresikan

dan

mengapresiasikan makna. Mengungkap kalimat dengan menggunakan kata yang


tepat.

Dengan demikian ada empat komponen dalam kecerdasan ini yakni:

fonologis (kepekaan bunyi), sintaksis (struktur dan susunan kalimat), semantik


(pemahaman tentang makna), dan pragmatika (kemampuan berbahasa untuk
mencapai sasaran praktis).

90

Seseorang yang berbakat dalam bahasa mempunyai kepekaan yang tajam


terhadap bunyi atau fonologi bahasa. Mereka sering menggunakan permainan katakata, tongue twister, aliterasi, onomatope, dan tiruan bunyi-bunyian seperti bel
yang memukau.

Pemikir berciri linguistik biasanya mahir pula memanipulasi

sintaksis bahasa. Pemikir yang amat verbal pun merupakan ahli tata bahasa yang
terunggul ia terus-menerus mencari kesalahan lisan atau tulisan yang kadang terjadi
dalam kehidupannya sendiri atau dalam kehidupan orang lain. Janius linguistik juga
memperlihatkan pula kepekaan terhadap bahasa melalui semantik (pemahaman
mendalam tentang makna). Mungkin komponen kecerdasan linguistik yang paling
penting adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran praktis
(pragmatika). Para pakar berikut kecerdasan yang dimiliki Herbert W. Amstrong
(untuk menarik pengikut baru), Joan Rivers (untuk menghibur), Isaac Asimov
(untuk mengajar), Winston Churchill (untuk membangkitkan inspirasi), atau
Clarence Darrow (untuk meyakinkan).
Karakteristik:
Senang mendengarkan cerita; senang bercerita; bermain peran; permainan kata,
seperti tebak kata (teka teki); peka terhadap suara dan arti kata-kata; mampu dan
gemar baca-tulis; kaya perbendaharaan kata; dan menyelesaikan tugas verbal lebih
cepat.
Tanda-tanda kesulitan:
Sulit dalam ekspresi verbal; sulit dalam menangkap informasi verbal; sulit dalam
percakapan; tidak tanggapi pemikiran dengan lengkap (kehilangan kata-kata &
ekspresi); tidak efisien menggunakan kalimat perintah; menanggapi dengan
pertanyaan yang tidak biasa diajukan; lebih suka tugas yang tidak mengandalkan
pendengaran; tidak dapat membedakan ide pokok saat bicara; sulit membedakan
bunyi kata yang mirip; tidak dapat cerita ulang atas cerita yang baru didengar; sulit
identifikasi & menghasilkan ritme pada kata-kata; mengabaikan awalan & akhiran

91

tertentu; tidak dapat mengulang serangkaian kata atau angka yang disebut secara
verbal.
Upaya menstimulasi:
Ajak anak berbicara; bacakan cerita; main huruf dan angka; latih rangkaian cerita;
diskusi; bermain peran; perdengarkan lagu anak-anak.
Ungkapan Verbal
Bacalah setiap butir berikut, dan mulailah mendengarkan telinga pikiran Anda
berdasarkan suara percakapan yang diminta:

Seorang teman mengucapkan nama Anda

Ibu Anda membacakan buku atau surat kabar

Pidato yang dibacakan oleh presiden

Sebuah kelas di mana murid-murid sedang mengucapkan doa bersama

Suara batin Anda sendiri ketika melukiskan apa yang ingin Anda kerjakan
selama seharian

Seorang pria berumur 90 tahun mengisahkan riwayat hidupnya kepada Anda

Seorang anak berumur 5 tahun sedang menjelaskan bagaimana ia membangun


istana pasir

Salah seorang guru Anda sedang menyampaikan pelajaran di kelas

Seorang penyiar radio/televisi sedang membacakan iklan

Cara-cara untuk Mengembangkan Kecerdasan Verbal-Linguistik

Bergabunglah dengan seminar Bedah Buku

Adakan permainan Trivial Pursuit.

Lakukan permainan kata (misalnya anagram, Scrabble, TTS).

Bergabunglah dengan klub pecinta buku.

92

Hadirilah konferensi pengarang, ceramah, atau lokakarya tentang mengarang


pada perguruan tinggi setempat.

Hadirilah acara penandatanganan buku atau peristiwa lain yang menampilkan


penulis ternama.

Rekam pembicaraan Anda sendiri dengan tape recorder dan dengarkan.

Kunjungi perpustakaan dan/atau toko buku secara teratur.

Berlanggananlah sebuah koran yang bermutu tinggi (misalnya Kompas,


Republik, Jawa Post, The Jakarta Post) dan atau majalah sastra (Horison) dan
bacalah secara teratur.

Bacalah sebuah buku setiap minggu dan buatlah perpustakaan pribadi.

Bergabunglah dengan kelompok pidato (misalnya Toastmasters International)


atau persiapkan sebuah ceramah tidak resmi berdurasi sepuluh menit untuk
acara kantor atau sosial.

Belajarlah menggunakan program pengolah kata.

Dengarkan rekaman ahli pidato, penyair, pendongeng, dan pembicara lain yang
sudah terkenal (bisa didapat di perpustakaan).

Buatlah buku harian atau usahakan untuk menulis tentang apa saja yang ada
dalam pikiran Anda setiap harinya sebanyak 250 kata.

Perhatikan berbagai gaya verbal (dialek, bahasa gaul, intonasi, kosa kata, dan
sebagainya) dari berbagai orang yang Anda jumpai setiap hari.

Sediakan waktu untuk bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.

Ciptakan leluco, teka-teki, atau permainan kata.

Hadiri seminar membaca cepat.

Ajarilah seseorang yang kemampuan membacanya rendah melalui organisasi


nirlaba.

Hafalkan puisi atau kutipan prosa kegemaran Anda.

Sewa, pinjam, atau belilah kaset sastrawan besar dan dengarkan sewaktu Anda
pergi atau pulang kerja, atau dalam waktu lain.

93

Lingkari kata asing yang Anda jumpai selama Anda membaca dan carilah
artinya di dalam kamus.

Belilah thesaurus, kamus sanjak, buku asal-usul kata, dan pedoman gaya
penulisan, kemudian gunakan buku itu secara teratur ketika Anda menulis.

Kunjungi festival dongeng dan pelajari seni mendongeng.

Gunakan salah satu kata baru dalam percakapan Anda sehari-hari.

2) Kecerdasan logis-matematis
Kemampuan menggunakan angka secara efektif dan penalaran secara baik.
Kecerdasan logis-matematis mencakup: perhitungan matematis; berfikir logis;
pemecahan masalah; pertimbangan deduktif dan induktif; ketajaman akan pola-pola
dan hubungan.
Karakteristik:
Gemar bereksperimen; pandai mengkategorikan sesuatu; melakukan pengukuranpengukuran; menganalisa; kuantifikasi; menuntut bukti konkrit dan empiris;
memberikan penjelasan logis (terkait linguistik); dapat mengkonstruksikan solusi
sebelum diartikulasikan;
Tanda-tanda kesulitan:
Sulit menguasai konsep yang bersifat kuantitatif dan hubungan sebab-akibat; sulit
menangkap simbol dan konsep abstrak; kurang terampil memecahkan masalah
secara logis; sulit memahami pola-pola dan hubungan; tidak mampu mengajukan
dan menguji hipotesis; tidak tertarik pada bahan informasi angka dan grafik; kurang
tertarik pada operasi kompleks yang melibatkan angka dan komputer; tidak tertarik
pada bidang-bidang yang akrab dengan operasi angka dan pengembangan wawasan
baru.
Upaya menstimulasi:

94

Menyelesaikan puzzle sebagai cara melatih menyelesaikan masalah; mengenalkan


bentuk geometri; memperkenalkan bilangan sajak berirama dan lagu; eksplorasi;
pikiran melalui diskusi dan olah pikir; pengenalan pola; eksperimen di alam;
memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika; menggambar
dan membaca; memperkenalkan kerja perancangan; melatih membuat perancangan;
menggunakan pendekatan proyek dalam pembelajaran;
Cara-cara untuk Mengembangkan Kecerdasan Logis-Matematis

Lakukan permainan logis-matematis (Go, Clue, domino) dengan teman atau


keluarga.

Pelajari cara menggunakan sempoa.

Kerjakan teka-teki logika/pengasah otak.

Siapkan kalkulator untuk menghitung soal matematika yang Anda hadapi dalam
hidup sehari-hari.

Pelajari sebuah bahasa komputer, misalnya LOGO, BASIC, atau PASCAL.

Belilah peralatan kimia atau perangkat sains lainnya dan lakukan beberapa
percobaan.

Adakan diskusi keluarga tentang konsep matematika atau sains di dalam berita.

Ambil kursus tentang sains atau matematika dasar diperguruan tinggi setempat
atau belilah buku yang harus dipelajari secara mandiri.

Berlatihlah menghitung soal matematika sederhana luar kepala.

Bacalah bagian bisnis di surat kabar dan carilah konsep ekonomi atau keuangan
yang belum Anda kenal.

Bacalah berita tentang penemuan matematika dan/atau sains yang terkenal.

Kunjungilah museum sain, Planetarium, akuarium, atau pusat sains lainnya.

Pelajari cara menggunakan heuristika dalam memecahkan masalah.

Bentuk suatu kelompok diskusi atau lingkungan studi untuk membahas


penemuan ilmiah mutakhir serta implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Tontonlah tayangan dokumenter di televisi tentang konsep sains yang penting.

95

Lingkari konser sains atau ungkapan matematika yang belum Anda kenal dalam
bacaan yang sedang Anda geluti dan carilah penjelasannya di dalam buku atau
dari orang yang mengetahuinya.

Buatlah rekaman suara Anda yang sedang berbicara keras-keras tentang cara
memecahkan soal matematika yang sulit.

Identifikasikan prinsip ilmiah yang ada di sekitar rumah dan pemukiman Anda.

Berlanggananlah majalah ilmiah seperti Science, Omni, atau scientific


American.

Hadapi, jangan hindari, soal matematika dalam hidup sehari-hari (menghitung


tip, menghitung buku cek, menentukan suku bunga pinjaman, dan seterus-nya),
belilah teleskop, mikroskop, atau alat pembesar lain dan gunakanlah untuk
meneliti alam sekitar Anda.

Ajarkan konsep matematika atau sains kepada seseorang yang kurang


mengetahuinya.

Kunjungilah laboratorium sains atau tempat lain di mana konsep sains dan/atau
matematika digunakan.

Gunakan balok, butir kacang, atau benda konkret lain dalam mempelajari
konsep matematika yang masih baru.

Buatlah kelompok pendukung orang yang takut matematika bagi mereka yang
merasa cemas bila dipaksa berurusan dengan angka.

3) Kecerdasan visual-spasial
Kemampuan berpikir secara visual, imajinatif dan kreatif, khususnya
terhadap objek tiga dimensi.

Kecerdasan visual-spasial meliputi: kemampuan

mengenali objek dari sudut pandang yang berbeda; kemampuan membayangkan


ruang gerak & jarak secara internal pada suatu konfigurasi; kemampuan memahami
hubungan spasial antara dirinya dengan benda lain.

96

Peristiwa itu menyangkut kecerdasan dalam melihat yang disebut


kecerdasan, dengan kecerdasan spasial melihat segala sesuatu entah dalam dunia
nyata atau dalam pikirannya yang cenderung terlewatkan oleh orang lain. Ia juga
mempunyai kemampuan untuk mencetak dan membentuk gambaran ini, entah
melalui sarjana jasmaniah seperti menggambar, mematung, membangun, dan
menjadi penemu, atau melalui rotasi dan transformasi mental dari gambaran
subjektif. Bagian ini melukiskan berbagai macam kecerdasan spasial dan menjajaki
cara Anda--seperti asisten Agassiz--mampu mengembangkan kekuatan visualspasial Anda melalui kesabaran dan latihan terus menerus.
Berpikir Secara Visual
Salah satu hasil visualisasi cerdas yang paling mendalam adalah
perangsangan profesi kreatif dan dipupuknya proses pemikiran tingkat tinggi.
Menurut Rudolf Arnheim, profesor emeritus psikologi seni di Harvard University,
praktis semua pemikiran--bahkan pemikiran yang paling abstrak dan teoretis-bersifat visual.
Peta Mental
Buatlah sketsa untuk setiap keterangan berikut, Anda tidak perlu membuatnya
serapi mungkin atau ingin membuat sesuatu yang dapat dipamerkan kepada orang
lain. Yang penting buatlah detail sebanyak-banyaknya dalam lukisan Anda (jangan
melihat karya rujukan sampai Anda selesai):

Peta lingkungan tempat tinggal Anda

Denah rumah Anda

Gambar tentang konsep demokrasi

Diagram tubuh manusia bagian dalam

Peta dunia yang melukiskan semua benua

Diagram bagian dalam mesin cuci

97

Anda dapat membandingkan pemikiran visual Anda dengan melihat peta kota, peta
dunia, denah rumah, buku anatomi, buku Visual Thingking yang memuat sketsa
tentang demokrasi, dan/atau buku seperti The Way Things Work yang
menerangkan bagian dalam mesin. Bagaimana sketsa yang Anda gambar
melambangkan pengetahuan Anda tentang dunia? Apakah sketsa tersebut memberi
gambaran tentang cara kerja pikiran Anda? Mintalah teman yang lain untuk
melakukan latihan ini dan bandingkan sketsanya.
Karakteristik:
Peka dan cermat dalam mengamati suatu objek; mampu berpikir dalam gambar;
menemukan

pemecahan

masalah

tanpa

menuliskan

sesuatu;

mudah

membayangkan bentuk-bentuk geometri atau bangun tiga dimensi; mampu


memvisualisasikan sesuatu dalam grafik; pandai mengarahkan diri dalam ruang
secara tepat;
Kecenderungan lain:
Suka bermain puzzle dan maze, menggambar, bermain balok; tampak sering
melamun; mengamati lingkungan secara holistik; menyimpan informasi secara
nonsekuen; menyukai presentasi visual; suka mencari kesalahan detail yang
diabaikan orang lain; kesadaran akan jarak dan orientasi tubuh mereka.
kemampuan visual-spasial ini biasa menonjol pada anak tuna rungu
Upaya menstimulasi
Menggambar atau melukis; menyanyi, mengenal dan membayangkan suatu
konsep; membuat prakarya; mengunjungi dan mengamati berbagai tempat;
permainan dan tugas konstruktif; mengatur dan merancang, seperti tata ruang.
Cara-cara untuk Mengembangkan Kecerdasan Spasial

98

Mainkan pictionary, tic-tac-toe tiga dimensi, atau permainan berpikir visual


lainnya.

Mainkan puzzle, kubus Rubik, rumah sesat, atau teka-teki visual lainnya.

Belilah program peranti lunak untuk desain grafis dan ciptakan rancangan
lukisan dan gambar dengan komputer.

Pelajari fotografi dan gunakan kamera untuk merekam kesan visual Anda.

Belilah camcorder dan ciptakan presentasi video.

Tontonlah film dan tayangan televisi dan perhatikan penggunaan cahaya,


gerakan kamera, warna, dan unsur sinematik lainnya.

Dekorasi ulanglah interior atau taman rumah Anda.

Susunlah perpustakaan gambar dengan mengumpulkan gambar kegemaran


Anda dari majalah atau surat kabar.

Pelajari keterampilan menentukan arah sebagai pedoman melakukan olahraga


hiking di alam terbuka.

Pelajarilah ilmu ukur.

Ikutilah pelajaran melukis, mematung, menggambar, fotografi, video, desain


grafis, atau seni visual lainnya.

Pelajarilah bahasa yang berbasis ideografi seperti bahasa Mandarin.

Gunakan model tiga dimensi dari ide yang Anda miliki untuk penemuan atau
proyek lain.

Pelajari cara menggunakan dan menginterpretasikan bagan alir, bagan


keputusan, diagram, dan bentuk representasi visual lainnya.

Belilah kamus visual dan pelajari cara kerja mesin sederhana dan benda-benda
lain.

Jelajahi ruang sekitar dengan menutup kedua mata Anda dan membiarkan
seorang teman menuntun Anda melalui rumah atau halaman.

Berlatihlah mencari bentukan gambar dan lukisan pada awan, retakan dinding,
atau gejala alam lain maupun gejala buatan manusia.

99

Kembangkan simbol visual Anda untuk mencatat (gunakan anak panah,


lingkaran bintang, spiral, kode warna, gambar, atau bentuk visual lainnya).

Kunjungi seorang insinyur mesin, arsitek, seniman, atau desainer untuk melihat
bagaimana ia menggunakan kemampuan spasialnya dalam bekerja.

Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan kesenian bersama keluarga atau


teman-teman.

Pelajarilah peta negara dan kota Anda, denah rumah, dan sistem perlambangan
visual yang lain.

Buatlah struktur benda dengan logo, D-stix, hesafleksagon, balok mainan, atau
bahan mainan tiga dimensi untuk membentuk bangunan.

Pelajari ilusi optis (misalnya dalam buku teka-teki, di museum ilmu


pengetahuan, melalui permainan ilusi optik, dan sebagainya).

Sewa, pinjam, atau belilah videotape how to dalam bidang khusus yang Anda
minati.

Gunakan lukisan, foto, dan diagram dalam surat, proyek, dan presentasi.

4) Kecerdasan kinestetik
Kemampuan menggunakan badan untuk mengekspresikan gagasan dan
perasaan dan menyelesaikan problem (Amstrong, 1994; Gardner, 1993; Lazear,
1991). Kemampuan untuk menggerakkan objek dan mengembangkan keterampilan
motorik yang halus. Kecerdasan ini mencakup: keseimbangan; kelenturan;
kegesitan; ketangkasan; kontrol; keanggunan; dan ketahanan dalam gerak tubuh.
Karakteristik:
Kecenderungan bertubuh atletis; menguasai banyak keterampilan fisik; memiliki
keterampilan motorik halus dan kasar yang baik; merasakan dan mampu melakukan
bagaimana seharusnya tubuh membentuk; menggunakan tubuh untuk ekspresikan

100

ide & perasaan; terampil menghasilkan dan memindahkan sesuatu dengan tangan &
gerak kinestetik lain.
Kecenderungan lain
Senang bergerak; sulit diminta duduk diam; senang menyentuh sesuatu; koordinasi
gerak tubuh yang baik; tangkas dan cepat; senang dengan kerajinan tangan;
merespon dengan baik komunikasi nonverbal; memecahkan masalah dengan
tubuhnya.
Upaya menstimulasi:
Menari; bermain peran; senam otak; melatih gesture fisik; derama, pantomim;
latihan fisik dan berbagai bentuk olahraga.
Cara-Cara Untuk Mengembangkan Kecerdasan Kinestetik-Jasmani

Bergabunglah dengan regu olahraga yang berkaitan dengan pekerjaan atau regu
olahraga di lingkungan perumahan (sofbol, basket, sepakbola, atau olahraga
beregu lainnya).

Belajarlah berenang, main ski, golf, tenis, atau senam yang kesemuanya
merupakan olahraga perorangan.

Pelajarilah seni bela diri seperti aikido, yudo atau karate.

Berlatihlah secara teratur dan catatlah ide yang muncul selama berolahraga.

Pelajarilah suatu keterampilan seperti bertukang, menenun, mengukir, atau


merenda.

Ikuti kursus seni membentuk tanah liat atau batu.

Pelajari yoga atau sistem kesadaran atau relaksasi jasmaniah lainnya.

Mainkan video game yang membutuhkan refleks cepat.

Ikuti pelajaran menari (tarian modern, dansa, balet, atau yang lain) atau
luangkan waktu untuk melibatkan diri dalam kegiatan kreatif bebas kreasi Anda
sendiri.

101

Lakukan hobi yang mudah dilakukan di sekitar rumah anda seperti berkebun,
memasak, atau membuat maket.

Pelajari bahasa isyarat atau huruf braille.

Kenakan penutup mata dan mintalah seorang teman untuk membimbing Anda
untuk menjelajahi alam sekitar dengan kedua tangan.

Kumpulkan benda-benda yang mempunyai berbagai macam tekstur (sutra, batu


halus, kertas amplas, dan sebagainya).

Titilah batu pembatas trotoar atau gelegar untuk memperbaiki keseimbangan


Anda.

Latihlah regu basket anak-anak atau kelompok lain atau olahraga perorangan
tertentu.

Susunlah sebuah program latihan beban dan/atau program aerobik untuk Anda
sendiri di bawah pengawasan dokter atau klub kesehatan.

Mainkan charade (menebak kata yang dikomunikasikan melalui pantonim)


bersama teman atau keluarga.

Lakukan kegiatan yang menggugah kesadaran pancaindra yang membuat Anda


bersentuhan dengan persepsi dan sensasi jasmani.

Balajarlah pada seorang ahli terapi yang menguasai disiplin ilmu psikofisik
seperti teknik Rolfing, teknik Alexander, bioenergetika,atau Firldenkrais.

Pelajari cara memijat orang lain atau diri sendiri dengan menggunakan
akupresur, do-in (pijat leher), atau sistem pijat lainnya.

Kembangkan koordinasi mata dengan Anda melalui olahraga boling, melempar


cakram, melempar bola basket, atau belajar menyulam.

Pelajarilah keterampilan yang membutuhkan sentuhan halus maupun kelincahan


tangan seperti mengetik atau memainkan alat musik.

Jangan lewatkan bayangan kinestetik yang muncul dalam mimpi dan lamunan
di siang hari.

102

Ikuti pelajaran akting atau pantonim atau bergabunglah dengan kelompok


derama setempat

Pelajari suatu kegiatan praktis yang membutuhkan keluwesan jasmani seperti


upacara teh Jepang.

5) Kecerdasan musik
Kemampuan memahami dan menyusun pola titi nada, irama, dan melodi.
Tingkat sensitivitas dan kemampuan mengenali, mengikuti, dan menghasilkan
berbagai pola titi nada. Stimulasi kecerdasan ini berpengaruh besar terhadap aspek
kecerdasan lainnya, terutama logis, linguistik dan spasial (khusus dari musik
klasik).
Karakteristik:
Mudah mengenali dan mengingat nada-nada; cakap mentransformasikan kata-kata
menjadi lagu; pintar melantunkan beat lagu dengan bagus; suka menggunakan kosa
kata musikal; peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara pada sebuah
potongan komposisi musik.
Kecenderungan lain
Suka menyanyi dan memutar lagu-lagu; suka melakukan gerak berirama; suka
melakukan kegiatan diiringi musik; menggambar dengan musik; suka memanipulasi
komposisi musik; mencoba-coba membuat alat musik.
Upaya menstimulasi:
Menyanyikan atau memutarkan lagu-lagu; latihan mengenal ritme; belajar
bersenandung; melakukan gerak berirama; latihan lagu dan aksi

(operet);

mendengarkan musik bersama; menggambar dengan musik; aplikasi teknologi


musik; membuat alat musik.
Cara-Cara untuk Mengembangkan Kecerdasan Musikal Anda

103

Bernyanyilah di kamar mandi atau ketika pergi ke tempat kerja.

Mainkan permainan musikal bersama teman-teman.

Kunjungilah konser atau pertunjukan musik.

Buatlah koleksi rekaman musik favorit dan dengarkan secara teratur.

Bergabunglah dengan paduan suara sekolah/kampus atau lingkungan Anda.

Ikuti pelajaran musik formal untuk mempelajari alat musik tertentu.

Bekerjalah dengan ahli terapi musik.

Luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan gaya
musik yang tidak Anda kenal (jazz, country western, klasik, musik tradisional,
musik internasional, atau jenis musik lain).

Tentukan waktu untuk menyanyi bersama keluarga.

Belilah keyboard elektronik dan pelajari not dan melodi sederhana.

Belilah alat musik perkusi di sebuah toko mainan, dan mainkan alat itu menurut
irama musik yang sedang diputar.

Ikutilah kursus apresiasi musik atau teori musik di perguruan tinggi setempat.

Bacalah kritik musik di surat kabar dan majalah.

Jadilah relawan untuk bernyanyi di rumah jompo, rumah sakit, atau tempat
penitipan anak.

Biasakan untuk belajar, bekerja, atau makan, dengan diiringi musik, pada waktu
yang biasanya tenang.

Adakan diskusi tentang musik bersama teman-teman.

Baca artikel tentang kehidupan komponis dan pemain musik terkenal.

Dengarkan melodi atau ritme yang secara alami muncul seperti langkah kaki,
kicau burung, dan bunyi mesin cuci.

Cari kembali musik kegemaran Anda semasa kanak-kanak.

Karanglah lagu ciptaan Anda sendiri.

104

Ciptakan otobigrafi musikal Anda dengan mengumpulkan kaset yang populer


dalam berbagai tahap kehidupan Anda.

Buatlah daftar semua musik yang Anda dengar dalam perjalanan, mulai dari
Muzak di supermarket hingga musik radio dan televisi.

Belilah peralatan berteknologi tinggi (interface MIDI, peranti lunak komputer)


yang memungkinkan Anda untuk mempelajari teori musik atau memainkan
instrumen musik dengan komputer.

Lakukan semua komunikasi dangan keluarga atau teman selama satu dua jam
dengan bernyanyi.

Pelajarilah program pelatihan musik khusus, seperti sister Suzuki, kodaly, OrffSchulwerk, dan Dalcroze.

6) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain secara efektif.
Karakteristik:
Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain; pandai menjalin hubungan sosial;
mampu mengetahui dan menggunakan berbagai cara saat berinteraksi; mampu
merasakan perasaan, pikiran dan tingkah laku serta harapan orang lain; mampu
bekerjasama dengan orang lain; pandai mempengaruhi orang lain; mau menerima
dan memanfaatkan balikan orang lain.
Kecenderungan lain
Biasanya lebih menonjol dan terpilih menjadi pemimpin kelompok; menikmati
suasana kebersamaan; tertarik pada perbedaan budaya dan kegiatan sosial; gemar
humor saat berkomunikasi.
Upaya menstimulasi:

105

Mengembangkan dukungan kelompok (group supportive); menetapkan aturan


tingkah laku yang mendukung; memberikan kesempatan bertanggung jawab;
bersama-sama menyelesaikan konflik; melakukan kegiatan sosial di lingkungan
sekitar; menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya dan adat
istiadat; mengajak bermain talking stick.
Robert Bolton membagi komunikasi antarpribadi dalam 4 hal yakni:
keterampilan mendengarkan, menegaskan, menyelesaikan konflik, dan bekerja
sama untuk menyelesaikan masalah.
Cara meningkatkan kemampuan mendengarkan secara aktif adalah:

Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian

Mempertahankan sikap terbuka

Menghindari gerakan yang mengganggu

Menjalin kontak mata yang baik

Menggunakan kalimat pembuka yang cocok untuk berkomunikasi

Memberikan isyarat sederhana selama berkomunikasi untuk mendorong


seseorang menyampaikan kisahnya

Mempertahankan sikap diam yang penuh perhatian ketika orang lain


berbicara

Merumuskan kembali pokok pembicaraan orang lain

Tunjukkan empati anda kepada orang lain

Dengan ringkas menyarikan inti percakapan

Pedoman pokok menuju efektifitas antarpribadi:

Jangan mengkritik, menghakimi, atau mengeluh

Beri penghargaan yang jujur dan tulus

Tunjukkan minat yang tulus terhadap orang lain

Tersenyumlah

106

Buatlah orang lain merasa penting

Ajukan pertanyaan, jangan memberi perintah langsung

Cara-Cara Untuk Mengembangkan Kecerdasan Antarpribadi

Belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman,
kenalan, kerabat, dan orang lain, dan tetaplah menjalin hubungan dengan
mereka

Tetaplan untuk mengenal teman baru setiap harinya

Bergabunglah dengan kelompok relawan atau kelompok yang berorientasi


pemberian layanan

Luangkan waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktikkan


mendengarkan secara aktif dengan teman dekat Anda

Selenggarakan sebuah pesta undanglah sekurang-kurangnya tiga orang yang


tidak begitu Anda kenal

Hadiri sebuah sesi psikoterapi kelompok

Ambil peran kepemimpinan dalam kelompok Anda

Ikuti sebuah kursus keterampilan komunikasi antarpribadi

Buatlah kelompok pendukung sendiri

Bekerjasamalah dengan satu orang atau lebih dalam sebuah proyek


berdasarkan kesamaan minat

Adakan pertemuan keluarga secara teratur

Berkomunikasilah dengan orang lain melalui jaringan komputer via buletin


elektronik

Adakan sesi sumbang saran secara berkelompok di tempat kerja Anda

Ikuti retret pasangan suami istri

Kuasai seni perilaku sosial yang wajar dengan membaca buku tentang sopan
santun

107

Mulailah percakapan dengan orang-orang di tempat umum (supermarket,


bandara, terminal, dll.)

Mulailah menyurati orang-orang dalam sebuah jaringan kerja di seluruh


negeri bahkan luar negeri

Hadirilah reuni keluarga, sekolah atau di tempat kerja

Berkenalanlah dengan anggota masyarakat kebudayaan

Mainkan pertandingan di luar rumah yang tidak kompetitif atau kooperatif


bersama keluarga dan teman

Bergabunglah dengan kelompok yang bertujuan membantu Anda bertemu


dengan orang-orang baru

Tawarkan diri Anda untuk mengajar, membimbing orang lain melalui


organisasi sukarela

Luangkan waktu 15 menit setiap hari selama satu atau dua minggu untuk
mengamati cara orang lain berinteraksi di tempat umum

Renungkan hubungan Anda dengan orang sekitar

Pelajarilah kehidupan orang yang terkenal yang mahir bersosialisasi melalui


riwayat hidup, film, dan media lain.

7) Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakannya dalam mengarahkan kehidupan sendiri.
Karakteristik:
Memiliki kepekaan perasaan dan situasi yang tengah berlangsung; memahami diri
dan memiliki citra diri yang positif; mampu berinstrospeksi; mampu mengendalikan
diri dalam situasi konflik; mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
dalam lingkungan sosial; tahu kepada siapa harus minta bantuan saat memerlukan.

108

Ciri-ciri lain
Umumnya memiliki etika yang baik; terkadang tampak pemalu dan pendiam di
lingkungan sosial; mampu menemukan cara untuk mengekspresikan perasaan dan
pemikirannya secara tepat; mampu mengungkapkan diri dengan baik; memiliki
motivasi untuk mencapai yang diinginkan; kerap penasaran akan makna hidup,
relevansi dan tujuan sesuatu; sering membuat catatan dan gambar mengenai
perasaannya; mencari dan berusaha memahami pengalaman batinnya; memiliki
tanggung jawab kemanusiaan; kadang lebih suka bekerja sendiri (bukan berarti
antisosial); merasa bebas untuk berkreasi.
Upaya menstimulasi
Mengembangkan program 4A atau P3K dalam pembimbingan (attention/perhatian;
acceptance/penerimaan;

appreciation/penghargaan;

affection/kasih

sayang);

menciptaan citra diri yang positif; pengembangan suasana lingkungan belajar yang
mendukung; penuangan isi hati dalam buku harian; mengajak berbincang tentang
kelebihan, kelemahan, dan minat anak; mendorong anak untuk menggambar diri
menurut sudut pandangnya; mengajak membayangkan diri di masa depan;
berimajinasi akan satu tokoh dalam suatu cerita; memberi kesempatan anak ajukan
pertanyaan; membuat puisi dan lagu; menulis surat pada kawan, nenek, dll.
Cara-Cara Untuk Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal

Datangi bimbingan individu atau psikoterapi

Pelajari peta diri dalam sosiologi

Belajarlah bermeditasi

Dengarkan kaset atau video tentang motivasi

Tuliskan otobiografi Anda

Ciptakan ritual pribadi atau ritual perjalanan hidup Anda

Rekam dan tafsirlah mimpi Anda secara teratur

109

Bacalah buku self-help

Tentukan tempat yang tenang di rumah Anda untuk melakukan introspeksi

Belajarlah sesuatu yang baru, misalnya keterampilan, bahasa atau kumpulan


pengetahuan dalam bidang yang Anda minati secara otodidak

Mulailah bisnis Anda sendiri

Kembangkan hobi antau minat yang membuat Anda berbeda dari orang
banyak

Ikutilah pelajaran tentang latihan bersikap tegas atau pengembangan


kepercayaan diri

Ikuti serangkaian tes yang dirancang untuk menilai kekuatan dan kelemahan
khusus Anda dalam berbagai bidang

Tentukan sasaran jangka pendek dan panjang Anda kemudian tindaklanjuti


rencana itu

Hadirilah seminar yang dirancang untuk mengajar Anda mengenal diri


sendiri

Buatlah buku atau catatan harian untuk merekam gagasan, perasaan, saran,
dan kenangan Anda

Amatilah biografi atau otobiografi orang besar yang memiliki kepribadian


hebat

Libatkanlah Anda dalam perilaku yang meningkatkan harga diri sehari-hari

Ikuti doa di rumah ibadah secara teratur

Lakukan sesuatu yang menyenangkan diri Anda sekurangnya satu kali sehari

Caritahu mana mitos pribadi Anda dan hayatilah

Sediakan cermin untuk mengamati ekspresi Anda dalam keadaan batin atau
pikiran yang berbeda-beda

Luangkan waktu 10 menit setiap petang untuk meninjau kembali secara


mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang Anda alami hari itu

110

Luangkan waktu dengan orang yang mempunyai kepercayaan diri yang kuat
dan wajar

8) Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan
tanaman, batu-batuan,

binatang, dan artefak atau simbol-simbol budaya.

Kecerdasan naturalis berkenaan dengan kemampuan mengamati dan merasakan


bentuk-bentuk dan menghubungkan elemen-elemen yang ada di alam.
Karakteristik:
Memiliki ketertarikan yang besar pada dunia luar, sangat berminat pada lingkungan,
bumi, dan spesies; gemar mengumpulkan benda-benda alam; pandai menandai
kesamaan dan perbedaan yang ada di sekitar, mengingat dan menandai kekhasan
suatu benda, tumbuhan atau binatang; selalu ingin mengetahui detail benda dan
makhluk di sekitar.
Kecenderungan lain
Lebih menyukai bermain di luar rumah; suka menyendiri dan mengamati bendabenda atau makhluk di sekitar; suka memandangi benda-benda angkasa, dan
perubahan alam; tidak takut dengan binatang yang umumnya dipandang
menjijikkan; menikmati benda, cerita, dan tontonan tentang fenomena alam; serta
menikmati dan gemar berkemah, hiking dan sejenisnya.
Upaya menstimulasi
Menyediakan atau bahkan mengajak membuat diorama mini untuk serangga,
bebatuan dll; menyediakan atau mengunjungi tempat-tempat pemeliharaan
binatang, tanaman, dan koleksi benda-benda alam; berpetualang di hutan; koleksi
perangko gambar tumbuhan dan binatang; sediakan gambar, cerita, dan film tentang
kehidupan alam; pengamatan terhadap tumbuhan tanpa tanah; penambahan

111

pengetahuan tentang alam, seperti: pengenalan jenis, penjelasan asal mula makhluk,
mengantisipasi bahaya alam; rancangan bahan belajar mengenai kehidupan alam;
pemberian kesempatan mengeksplorasi isi alam.
Di samping kedelapan inteligensi di atas, masih terdapat dua kandidat
inteligensi yaitu inteligensi eksistensial dan inteligensi spiritual. Namun, Gardner
belum begitu yakin bahwa keduanya merupakan inteligensi, sebab masih belum
ditemukan bukti-bukti kuat bahwa keduanya memenuhi syarat-syarat sebagai
inteligensi.
Cara-cara Untuk Mengembangkan kecerdasan Naturalis, sebagaimana yang
disarankan oleh Amstrong (1999)

Kenali benda alam yang ada di halaman belakang rumah Anda (seperti :
serangga, burung, tanaman, dan sebagainya).

Mintalah anak-anak Anda (atau anak-anak tetangga) untuk menceritakan apa


yang diketahuinya tentang alam.

Selidiki situs internet yang berkaitan dengan dunia alam (gunakan mesin
pencari seperti Yahoo!, Lycos, atau Alta Vista, dan carilah kata ekologi, alam,
botani, burung, dan sebagainya).

Lihatlah daftar acara televisi minggu ini dan catatlah tayangan yang berkaitan
dengan segi alam yang ingin Anda pelajari lebih lanjut (misalnya gunung
berapi, simpanse, angin puting beliung).

Libatkanlah diri Anda dalam kehidupan politik atau sosial yang berhubungan
dengan pelestarian alam (Anda dapat menyurati anggota DPR untuk
menyelamatkan hutan di wilayah Anda, bergabunglah dengan Sierra Club atau
LSM lingkungan hidup, mulailah sebuah petisi untuk menyelamatkan pohon
bersejarah yang akan ditebang di kampung Anda).

112

Carilah suatu tempat di perkampungan Anda di mana dunia alami dijaga dan
dipelajari (misalnya di museum alam, kebun binatang taman), dan pergilah
kesana secara teratur untuk menghadiri ceramah dan mempelajari pamerannya.

Pilih jenis binatang atau tumbuh-tumbuhan tertentu (misalnya kumbang atau


bunga lili) dan pelajari dengan sebanyak mungkin segala sesuatu yang
berhubungan dengan makhluk itu melalui buku, internet, wawancara dengan
para pakar, dan dari pengamatan langsung.

Jadikan kegiatan berkebun sebagai hobi, atau kalau Anda sudah berkebun,
selidikilah sejumlah segi baru yang berhubungan dengannya (misalnya seni
membentuk pohon, membuat tanaman bonsai).

Jadilah sukarelawan yang bertugas membawa sekelompok anak menjelajahi


alam bebas sebagai sarana mempelajari segi tertentu secara lebih mendalam
(misalnya pramuka, kelompok penjelajah).

Jadilah pelanggan majalah yang bertemakan alam (misalnya National


Geographic) dan bacalah secara teratur.

Bacalah biografi atau otobiografi ahli alam terkenal (misalnya E.O. Wilson yang
menulis otobiografi berjudul Naturalists, atau Jane Goodall dengan bukunya
My Life with the Chimpanzee, atau biografi George Washington Carver
karangan Linda McMurray).

Pergilah berkemah atau lakukan perjalanan dengan membawa tas punggung,


atau luangkan sejumlah waktu dalam setiap hari untuk mengamati alam.

Buatlah daftar segala binatang (termasuk jenis burung) yang hidup di wilayah
Anda.

Buatlah buku harian seorang naturalis yang mencatat pengamatan Anda,


pertanyaan mengenai cara kerja alam, dan sumber yang Anda temukan.

Belilah teropong binokuler dan kaca pembesar, dan pergilah keluar sekali
seminggu ke wilayah alam bebas; di permukiman Anda (misalnya pekarangan
kosong, taman) untuk menjelajahi dunia alam tersebut.

113

B. Prinsip-Prinsip Memperhatikan Kecerdasan Majemuk


Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru berkaitan dengan
kecerdasan majemuk. Prinsip-prinsip tersebut menurut Amstrong (1994) sebagai
berikut:
1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan
Teori kecerdasan majemuk mengemukakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan dari kedelapan inteligensi. Kedelapan kecerdasan tersebut
berfungsi sacara bersama-sama pada setiap orang secara unik.
2.

Kebanyakan individu dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan pada


tingkat kemampuan yang memadai. Howard Gardner meyakini bahwa setiap
orang memiliki kemampuan mengembangkan semua jenis kecerdasannya pada
tingkat yang memadai jika diberikan dorongan, pengayaan, dan pembelajaran
yang layak.

3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks


Dalam kehidupan tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri, kecuali pada kasus
tertentu yang sangat langka.

Dalam berfungsinya, kecerdasan berinteraksi

antara satu kecerdasan dengan kecerdasan yang lain dalam kehidupan individu.
4. Ada berbagai macam cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori kecerdasan
Tidak ada satu standar karakteristik yang harus digunakan sebagai kriteria
untuk menentukan kecerdasan dalam satu bidang tertentu. Bisa saja seseorang
tidak bisa membaca, namun sangat cerdas dari segi kemampuan kebahasaan
karena ia mampu menceritakan suatu kisah yang menakjubkan atau karena ia
memiliki kosa kata yang sangat banyak.
C. Kecerdasan Majemuk dan Kesulitan Belajar
Di jaman global sekarang tidak mustahil kita temukan seseorang mengalami
kelemahan pada kecerdasan majemuk utamanya ditemukan di dunia persekolahan.
Kelemahan itu berhubungan dengan masalah belajar, sering ditemukan sekelompok

114

siswa yang memiliki kelemahan seperti tidak memiliki keterampilan bersandiwara,


menyanyi, menari, bercerita, bermimpi, mengungkap perasaan, dan berfikir jernih.
Nyarisnya

bilamana

individu

memiliki

kelemahan

belajar

justru

ia

menyembunyikan. Dalam banyak hal seseorang yang mengalami kesulitan belajar


di sebut sebagai tidak mampu belajar (learning disabilities). Kelompok individu ini
bukan disebabkan oleh kerusakan pada syaraf otak melainkan mengalami banyak
kesulitan dalam satu bidang akademis atau lebih.

Sering ditemukan kelompok

siswa tidak mampu membaca, menulis, berhitung, ataupun melakukan fungsi


akademis lainnya, namun mempunyai kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata.
Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan
belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai
oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatanhambatan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak disadari oleh orang yang
mengalaminya.

Hambatan-hambatan itu dapat bersifat psikologis, sosiologis

maupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajarnya. Siswa yang mengalami


kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil
belajarnya, sehingga prestasi yang dicapainya berada dibawah yang seharusnya.
Ada beberapa jenis atau macam kesulitan belajar, yaitu: learning disorder,
learning difunction, slow learner, dan underachiever.
Learning disorder adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan (Ross, 1974). Pada dasarnya
siswa yang mengalami learning disorder tidak mengalami gangguan pada potensi
dasarnya, tetapi belajarnya terganggu karena adanya respon-respon yang
bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang akan dicapai lebih rendah dari
potensi yang dimilikinya.
Learning disfunction mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya

115

abnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan-gangguan psikologis


lainnya.
Pengertian underachiever mengacu pada siswa-siswa yang memiliki potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Sedangkan slow learner adalah siswa-siswa yang lambat dalam proses
belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya bila dibandingkan dengan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Siswa-siswa yang tergolong kepada pengertian-pengertian tersebut akan
mengalami kesulitan belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan
dalam proses belajarnya.

Kesulitan belajar pada dasarnya suatu gejala yang

nampak pada berbagai jenis manifestasi tingkah laku.


Gejala kesulitan belajar akan dimanifestasikan baik secara langsung atau
tidak langsung sebagaimana telah dikemukakan diatas, tingkah laku yang
dimanifestasikannya ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu. Gejala
ini akan tampak dalam aspek-aspek motorik, konatif, kognitif, dan afektif, baik
dalam proses maupun hasil belajar yang dicapainya.
Dari antara jenis kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar. Gejala
ketidakmampuan belajar mencakup segala sesuatu dari kesulitan dalam membaca
dan menulis, sehingga berdampak terjadinya kekacauan, kecanggungan, sulit
bergaul, dan bahkan depresi. Penyebab ketidakmampuan belajar itu berbeda-beda
di antaranya: faktor keturunan, trauma sebelum kelahiran atau selama kelahiran,
dan kesulitan perkembangan selama masa kanak-kanak. Individu yang mengalami
ketidakmampuan belajar spesifik seringkali memiliki masalah belajar yang terbatas
hanya beberapa tugas atau keterampilan tertentu. Seseorang siswa mungkin dapat
membaca tetapi tidak mampu menulis. Yang lain mampu menulis dengan baik tetapi
menghadapi kesulitan berhitung. Yang lain lagi mungkin mahir dalam sebagian
besar mata pelajaran sekolah tetapi menghadapi kesulitan untuk mengenali wajah

116

kenalan (proso-pagnosia) atau kesulitan dalam mempelajari langkah dansa (dispraksia).


Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua
ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang. Teori itu mengatakan bahwa ada
ketidakmampuan belajar tertentu pada setiap kecerdasan. Karena kebudayaan
Amerika sangat berorientasi pada kecerdasan linguistik dan logis-matematis, maka
sebagian besar ketidakmampuan belajar yang menjadi pusat perhatian masyarakat
cenderung berkisar pada keterampilan nalar dan verbal: disleksia (kesulitan
membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan berhitung), dan
masalah-masalah

akademis,

kinestetik-jasmani,

dan

spasial,

bahkan

ketidakmampuan dalam kecerdasan intrapribadi.


Berikut Daftar Pemeriksaan Kesulitan Belajar
Logis-Matematis:
___ Saya mempunyai kesulitan untuk mencocokkan saldo cek saya.
___ Saya mudah bingung apabila seseorang menjelaskan sebuah konsep ilmiah.
___ Seringkali saya membuat kesalahan jika menghitung penjumlahan sederhana.
___ Saya mempunyai kesulitan di sekolah dalam menguasai mata pelajaran pascaaritmatika seperti aljabar atau trigonometri.
___ Saya kurang menyukai berita-berita halaman bisnis surat kabar karena berita
ekonomi atau keuangan membuat saya bingung.
___ Saya masih menghitung dengan jari atau menggunakan metode konkret tertentu
(lainnya: simpoa) untuk menghitung angka.
___ Biasanya saya menjadi bingung jika mengerjakan teka-teki asah otak yang
membutuhkan pemikiran logis dalm buku teka-teki.
Kesulitan logis-matematis yang lain:
Spasial:
___ Saya sulit melihat gambaran yang jelas dengan mata pikiran saya.

117

___ Kadang-kadang saya tidak mengenali wajah orang yang seharusnya akrab
dengan saya.
___ Saya menghadapi kesulitan menemukan jalan di kota atau gedung yang kurang
saya kenal.
___ Kadang-kadang saya menghadapi masalah untuk mengutarakan mana kiri atau
kanan.
___ Saya masih menggambar bentuk orang dengan bentuk batang korek api.
___ Saya merasa kesulitan dalam pelajaran ilmu ukur sewaktu menjadi murid
sekolah menengah atas.
___ Saya buta warna atau mempunyai kesulitan lain dalam membedakan gradasi
warna.
___ Saya mempunyai kesulitan meniru bentuk dan desain sederhana pada sehelai
kertas.
Kesulitan spasial yang lain:
Linguistik:
___ Seringkali saya mengalami kesulitan dalam memahami apa yang saya baca.
___ Saya menghadapi kesulitan menerjemahkan gagasan saya ke dalam kata-kata
tertulis.
___ Seringkali saya tidak mengucapkan kata-kata baru sebagaimana seharusnya.
___ Saya sering merasa kesulitan mengeluarkan kata yang pas untuk
menggambarkan sebuah benda, situasi, atau gagasan.
___ Cara membacanya seperti anak tingkat sekolah dasar karena saya kesulitan
memecahkan kode kata-kata yang tercetak.
___ Saya mempunyai kesulitan membedakan bunyi halus dalam bahasa (b
dengan p,th dengan sh, dan sebagainya).
___ Seringkali saya dikoreksi orang lain (atau takut dikoreksi) karena ungkapan
yang menyalahi tata bahasa dalam tulisan atau pembicaraan saya.
Kesulitan linguistik yang lain:

118

Musikal:
___ Saya menghadapi kesulitan menyanyikan sebuah lagu.
___ Saya menghadapi kesulitan mengikuti irama musik.
___ Saya mempunyai kesulitan mengenali bagian musik yang tampaknya akrab
bagi keluarga dan teman saya.
___ Saya merasa sulit menikmati musik.
___ Hanya sedikit lagu (atau tak ada satu pun) yang betul-betul saya ingat.
___ Saya akan menghadapi kesulitan besar menyebut nama alat musik yang sedang
dimainkan dalam sebuah lagu ( misalnya cello atau biola).
___ Saya akan menghadapi kesulitan mencocokkan suara saya dengan suara nada
piano.
Kesulitan musikal yang lain:
Kinestetik-Jasmani:
___ Jari jempol saya semua jika menyangkut melakukan sesuatu yang
membutuhkan koordinasi motor yang amat halus (misalnya jahit-menjahit,
pekerjaan tangan, dan sebagainya).
___ Saya tidak mampu melakukan koordinasi di lapangan atletik.
___ Saya mempunyai kesulitan besar mempelajari langkah tarian baru.
___ Saya enggan menyentuh benda di sekeliling saya.
___ Saya mempunyai kesulitan besar dalam mengungkapkan gagasan saya lewat
gerak tubuh (dalam tebak kata, berakting, berpantonim, dan sebagainya).
___ Saya relatif tidak menyadari tubuh saya.
___ Saya canggung bila melakukan gerakan jasmani sederhana seperti berjalan,
membereskan tempat tidur, atau mengatur meja.
Kesulitan kinestetik-jasmani yang lain:
Antarpribadi:

119

___ Saya sangat malu bila bertemu dengan orang-orang baru.


___ Saya seringkali mengalami kesalahpahaman atau bertengkar dengan orang
lain.
___ Saya sering bersikap bermusuhan atau membela diri di depan orang lain.
___ Seringkali saya mempunyai kesulitan besar untuk berempati pada orang lain.
___ Pada waktu krisis, saya hampir-hampir tidak punya dukungan sosial.
___ Pada umumnya saya menjalani hidup tanpa menyadari interaksi antarpribadi
yang berlangsung di sekitar saya.
___ Saya mempunyai masalah dalam membaca suasana hati orang lain, maksud,
motivasi, dan perangainya.
Kesulitan antarpribadi yang lain:
Intrapribadi:
___ Seringkali saya merasa rendah diri.
___ Saya mempunyai sedikit gambaran mengenai tujuan hidup saya.
___ Pada umumnya saya tidak menyadari bagaimana perasaan saya.
___ Seringkali saya takut ditinggalkan oleh orang yang akrab dengan saya.
___ Saya tidak suka meluangkan waktu sendirian.
___ Kadang-kadang saya mempunyai perasaan tidak nyata, seolah-olah saya tidak
sungguh-sungguh ada.
___ Saya mudah terganggu oleh peristiwa sederhana dalam hidup saya.
Kesulitan intrapribadi yang lain:
Tujuh Cara Untuk Mempelajari Semua Kecerdasan
Apabila anda menemui kesulitan dalam mempelajari suatu konsep,
keterampilan, atau tugas baru, cobalah menghubungkan apa yang sedang Anda
pelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang berbeda-beda. Sebagai
petunjuk umum, tentukan informasi yang harus dipelajari berikut:

Bicaralah, bacalah, atau tulislah (pendekatan linguistik)

120

Lukislah, buat sketsa atau bayangkan (pendekatan spasial)

Menarilah, buat modelnya, atau temukan kegiatan pekerjaan tangan lainnya


(pendekatan kinestetik-jasmani)

Nyanyikan, senandungkan, cari musik ilustrasi baginya, atau putar musik latar
belakang ketika anda mempelajarinya (pendekatan musikal)

Hubungan informasi itu dengan perasaan pribadi atau pengalaman batin


(pendekatan intrapribadi)

Gagaskan,

kuantifikasikan,

atau

renungkanlah

secara

kritis

(pendekatan logis-matematis)

Latihlah bersama orang atau kelompok orang (pendekatan antarpribadi).


Sebagai gambaran, andaikata Anda terus-menerus keliru mengeja satu kata

tertentu, cobalah teknik berikut: ejalah kata itu keras-keras; bayangkanlah kata itu
di mata pikiran Anda; buatlah huruf kata dari mata pikiran Anda; buatlah huruf kata
dari tanah liat; nyanyikan huruf kata secara berirama sesuai dengan gubahan musik;
ejalah kata itu dengan perasaan; renungkan kaidah ejaan yang mungkin diikuti oleh
kata itu; dan mintalah seorang teman menguji Anda dalam mengeja kata tersebut.
Mungkin Anda tidak bisa selalu menemukan tujuh cara yang berbeda untuk
mempelajari sesuatu yang baru, namun semakin banyak kecerdasan yang Anda
aktifkan, semakin banyak pula mata rantai yang akan Anda bangun secara kognitif
maupun neurologis dari sektor lemah otak menuju wilayah otak yang kuat.
Rencana Permainan Untuk Melatih Mata Rantai Terlemah Anda
Pada ujung atas sehelai kertas, tuliskan sebuah wilayah kesulitan belajar
yang merisaukan Anda yang ingin Anda atasi dengan cara nyata/realistis (gunakan
daftar periksa pada bagian depan ini untuk membantu Anda memusatkan perhatian

121

di wilayah itu). Bersikaplah tegas. Misalnya: kesulitan membaca, masalah


menggambar lukisan, ketidakmampuan untuk bergaul dengan rekan di tempat
kerja, tuli nada, rasa takut terhadap matematika, canggung bila berolahraga,
dan seterusnya.
Tuliskan sebuah riwayat singkat mengenai masalah itu: bagaimana masalah
itu muncul dalam kehidupan Anda sehari-hari, bagaimana Anda mungkin telah
membuat suatu kedok untuk menyembunyikannya dari orang lain, dan bagaimana
kedok itu telah menghalangi Anda untuk menghayati hidup Anda. Kemudian
pikirkan cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan membuat daftar sebanyak
mungkin strategi yang dapat Anda peroleh pada sehelai kertas lain.
Renungkanlah pertanyaan berikut dalam menyusun stretegi Anda:

Bagaimana saya dapat menyingkirkan masalah tersebut dengan bantuan


teknologi?

Bagaimana saya dapat menyingkirkan masalah itu menggunakan sistem


simbol alternatif?

Spesialis macam apakah yang dapat menolong saya mengatasi masalah ini?

Buku khusus, program piranti lunak, permainan, atau alat peralatan belajar
lain manakah yang dapat saya pinjam, sewa, atau beli untuk menolong saya
mengatasi masalah ini?

Sifat pribadi macam apakah (misalnya keberanian, niat teguh, ketekunan)


yang harus dikembangkan untuk menolong saya mengatasi situasi ini?

Kursus khusus, magang, kelompok pendukung, atau program pendidikan


formal/informal lain atau organisasi manakah yang dapat menolong saya?

Kegiatan manakah yang dapat saya lakukan untuk menjembatani wilayah


yang lemah dengan kecerdasan saya yang terkuat?

Bagaimana saya dapat membuat orang di sekitar saya menampung


kebutuhan belajar saya agar kebutuhan ini tidak lagi menjadi masalah besar?

Hal lain manakah yang dapat saya lakukan untuk mengatasi kesulitan ini?

122

Dari banyak gagasan yang muncul, pilih lima syarat yang tampaknya paling
bermanfaat, dan mulailah mengambil langkah untuk melaksanakannya.
Jika kesulitan Anda kebetulan menyangkut wilayah tulis-menulis, maka
pertimbangkan untuk melakukan latihan ini dengan cara lain: gunakan tape
recorder, buatlah diagram sebuah buku coret-coretan, berbicara dengan orang lain,
atau melalui satu atau lebih kecerdasan lain.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala
kesulitan belajar ialah:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang

dicapai

oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.


b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin
ada siswa yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang
dicapainya selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang
tersedia. Misalnya rata-rata siswa menyelesaikan tugas dalam waktu 45 menit,
maka siswa yang menghadapi kesulitan belajar memerlukan waktu yang lebih
lama karena dengan waktu yang tersedia ia tidak dapat menyelesaikan tugasnya.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta.
e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, misalnya membolos datang
terlambat, tidak mengerjakan tugas/PR, mengganggu di dalam dan di luar kelas,
tidak mau/enggan mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar,
mengasingkan diri, tersisihkan, dan tidak mau bekerja sama.
f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira menghadapi situasi tertentu,
misalnya menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih
atau menyesal.

123

Burton mengemukakan bahwa siswa dapat dianggap mengalami kesulitan


belajar bila menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Selanjutnya Burton mendefinisikan kegagalan belajar sebagai berikut:
a.

Siswa dikatakan gagal, bila dalam batas waktu tertentu dia tidak mencapai
ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level), misal
minimal setiap mata pelajaran telah ditetapkan guru (criterion referenced).
Siswa-siswa ini dapat digolongkan ke dalam kategori lower group.

b. Siswa dikatakan gagal, jika ia tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi
yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya, intelegensi,
bakat) dia diramalkan akan dapat mengerjakannya atau mencapai prestasi
tersebut. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under-achiever.
c. Siswa dikatakan gagal, bila yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugastugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial, sesuai dengan pola
organismiknya pada fase perkembangan tertentu seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia siswa. Siswa ini dikategorikan dalam kelompok slowlearner.
d. Siswa dikatakan gagal, jika dia tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang
diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya,
siswa ini dapat digolongkan kepada slow-learner atau belum matang (immature)
sehingga harus menjadi pengulang (repeater).
Dari keempat pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
dapat diduga mengalami kesulitan belajar bila siswa tersebut tidak berhasil
mencapai taraf kualifikasi belajar tertentu (berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan
seperti yang dinyatakan dalam SKM (Standard Ketuntasan Minimum) atau ukuran
tingkat kapasitas atau kemampuan belajarnya dalam batas-batas waktu tertentu
(seperti yang ditetapkan dalam silabus dan Satuan Acara Pembelajaran).
Patokan Gejala Kesulitan Belajar

124

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang
mengalaminya, maka diperlukan adanya kriteria sebagai batas atau patokan untuk
menetapkannya (SKM). Dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas di mana seorang
siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kemajuan belajar seseorang
dapat dilihat dari segi pengalaman belajar yang harus dicapai setiap kompetensi
dasar dan/atau materi pokok pembelajaran, kedudukannya dalam kelompok yang
memiliki potensi yang sama, tingkat pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan
potensi (kemampuannya) dan dari segi kepribadiannya. Berdasarkan hal ini kriteria
kesulitan belajar dapat ditetapkan berdasar empat hal, yaitu: (1) tujuan pendidikan,
(2) kedudukan dalam kelompok, (3) perbandingan antara potensi dengan prestasi,
dan (4) kepribadian.
a. Tujuan Pendidikan
Dalam keseluruhan program pendidikan, tujuan pendidikan merupakan
komponen yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2002), tujuan pendidikan lebih dituangkan
dalam perolehan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan aktivitas
belajar yang harus dilakukan oleh siswa dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar, dan materi pembelajaran. Adapun standar
perolehan belajar bilamana siswa menunjukkan mastery learning (ketuntasan
belajar, yang ditetapkan dalam SKM)

b. Kedudukan Dalam Kelompok


Kedudukan seseorang dalam kelompoknya akan merupakan ukuran dalam
pencapaian hasil belajar. Seorang siswa yang mendapat nilai 7 mungkin akan
dianggap "terpandai" bila siswa-siswa lainnya mendapat nilai di bawah 6.
Sebaliknya dia akan dianggap kurang bilamana siswa-siswa lainnya mendapat nilai

125

di atas 7. Dengan demikian nilai yang dicapai seseorang baru dapat memberikan arti
yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi orang lain dalam
kelompoknya. Dengan norma ini kita dapat menandai siswa yang akan diperkirakan
mendapat kesulitan belajar, yaitu mereka yang memperoleh prestasi di bawah
prestasi kelompok secara keseluruhan.
c. Perbandingan Antara Potensi dan Prestasi
Prestasi belajar yang dicapai siswa bergantung pada potensi yang
dimilikinya. Siswa yang memiliki potensi yang tinggi cenderung untuk memperoleh
prestasi belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang memiliki potensi rendah akan
cenderung mendapat prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan
antara potensi dan prestasi yang dicapai oleh siswa, guru dapat memperkirakan
sampai sejauhmana siswa dapat merealisasikan potensinya. Jika terdapat perbedaan
antara potensi dengan prestasi yang dimilikinya, berarti bahwa mereka mendapat
kesulitan belajar. Misalnya seorang siswa yang diperkirakan mempunyai potensi
untuk dapat meloncat setinggi 1,20 meter, tetapi ia hanya dapat meloncat setinggi
1,00 meter, atau seseorang siswa memiliki IQ 130 tetapi ternyata ia memperoleh
nilai rendah untuk semua matapelajaran, maka diperkirakan siswa tersebut
mengalami kesulitan belajar.
d. Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan nampak dalam keseluruhan
kepribadian siswa. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan dalam
aspek-aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan
pola-pola kepribadian tertentu sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Sebaliknya
yang mangalami kesulitan belajar akan menunjukkan pola-pola tingkah laku atau
kepribadian yang menyimpang dari yang seharunya, misalnya menunjukkan sikap
acuh tak acuh, menentang, melalaikan tugas, sering membolos, berdusta, dsb.

126

Kesulitan Belajar Sebagai Masalah Psikologis


Di atas telah terurai tentang gejala-gejala kesulitan belajar. Dari uraian
tersebut, jelas bahwa kesulitan belajar merupakan salah satu masalah dalam proses
pendidikan yang menuntut pemecahan dengan segera dan cermat. Gejala kesulitan
belajar mempunyai pengaruh yang langsung maupun tidak langsung terhadap
proses pendidikan secara keseluruhan. Adanya kesulitan belajar secara tidak
langsung merupakan kesulitan dalam proses pendidikan.
Sebagaimana diuraikan di atas, kesulitan belajar ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam proses belajar. Siswa-siswa yang mengalami kesulitan
belajar akan terhambat pross belajarnya, terutama dalam pencapaian tujuan.
Hambatan-hambatan tersebut akan memberikan dampak baik pada diri siswa sendiri
maupun lingkungan, jika tidak segera diatasi. Oleh karena itu kesulitan belajar perlu
segera dicari pemecahannya.
Karena adanya kesulitan belajar, siswa yang mengalaminya tidak berhasil
mencapai tujuan, prestasi belajarnya rendah dibandingkan dengan kelompoknya,
prestasinya di bawah yang seharusnya dicapai menurut potensinya dan
menunjukkan beberapa tingkah laku yang salah. Hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan kegagalan dalam keseluruhan proses pendidikannya. Di antaranya
adalah berakibat timbulnya putus sekolah dan tidak lulus. Hal-hal tersebut juga
mempengaruhi kondisi psikologis siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar
akan cenderung mengalami kecemasan, frustrasi, mengalami gangguan emosi,
masalah penyesuaian diri, dan gangguan-gangguan psikologis lainnya.
Dalam suatu studi tentang hubungan antara ciri-ciri kepribadian dengan
prestasi belajar ditemukan ciri-ciri yang berhubungan dengan prestasi belajar
sebagai berikut:
1.

Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri


terhadap kecemasannya.

2. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan pada diri sendiri.
3. Kurang mampu mengikuti otoritas

127

4. Kurang mampu dalam penerimaan sosial


5. Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan
6. Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial
Hasil-hasil studi yang lain menunjukkan bahwa mereka yang tergolong
underachiever ditandai dengan sikap negatif terhadap sekolah, kurang berminat
dalam membaca, menghindari persaingan, delinkwen, rendah tanggungjawab sosial
dan motivasi akademisnya, kurang mampu menggunakan uang, kurang mampu
membaca dan berhitung, menunjukkan gejala-gejala psikotis dan neurotis, tidak
mempunyai tujuan, kurang serius, merasa kurang disenangi orang lain, kurang
percaya diri dan aktivitasnya kurang berorientasi pada kehidupan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kesulitan belajar bersifat kompleks baik
dalam gejala, latar belakang maupun akibat-akibat yang ditimbulkannya. Latar
belakang kesulitan belajar bersifat psikologis, sosio kultural, dan fisiologis, baik
secara internal maupun eksternal. Gejala yang timbul tidak hanya semata-mata pada
prestasi belajar itu sendiri melainkan juga dalam aspek-aspek kepribadian dan
penyesuaian diri. Demikian pula akibat yang ditimbulkan karena kesulitan belajar
tidak hanya menimbulkan hambatan pedagogis tetapi dapat menimbulkan
hambatan-hambatan psikologis. Oleh karena itu kesulitan belajar bukan hanya
merupakan masalah pembelajaran saja, tetapi pada dasarnya merupakan masalah
psikologis. Di sebut demikian karena kesulitan belajar berakar pada aspek-aspek
psikologis terutama gangguan kepribadian dan penyesuaian diri. Sebagai masalah
psikologis, kesulitan belajar menuntut usaha pemecahan dengan pendekatan yang
bersifat psikologis pula. Bantuan yang diberikan tidak hanya bersifat pembelajaran/
instruksional pedagogis, melainkan bantuan psikologis yang bersifat teraputik.
Siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar memerlukan bantuan untuk
memahami dirinya, serta mengarahkan agar tercapai perkembangannya secara
optimal. Untuk membantu mengatasi masalah-masalah psikologis maka pendekatan
yang lebih efektif adalah melalui bimbingan dan konseling.

128

D. Aplikasi Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran


Teori

kecerdasan

majemuk

memiliki

implikasi

bagi

guru

dalam

pembelajaran. Teori tersebut mengatakan bahwa kedelapan kecerdasan tersebut


diperlukan agar individu berfungsi secara produktif dalam masyarakat. Oleh karena
itu guru hendaknya memandang bahwa semua kecerdasan sama penting dalam
kehidupan. Hal ini berbeda dari sistem pendidikan tradisional yang menempatkan
pentingnya pengembangan dan penggunaan kecerdasan linguistik dan matematis.
Dengan demikian, teori kecerdasan majemuk mempunyai implikasi bahwa guru
hendaknya menyadari dan mengajar dalam perspektif kemampuan siswa yang lebih
luas dari kegiatan pembelajaran selama ini (Brualdi, 1999).
Kecerdasan majemuk dapat diaplikasikan dengan berbagi cara dan pada
berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi kecerdasan
majemuk yang akan dikemukakan berkaitan dengan perencanaan pembelajaran,
pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian.
1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan
perancangan pembelajaran dengan memperhatikan dan menggunakan kedelapan
jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner. Untuk merancang pembelajaran
yang memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong,
1994) sebagai berikut:

a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik


Sasaran belajar atau topik yang menjadi pusat kegiatan belajar hendaknya
ditetapkan secara jelas dan spesifik.
b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan
majemukBerdasarkan topik yang telah ditetapkan kemudian guru membuat
pertanyaan-pertanyaan pengarah yang dapat memasukkan kedelapan jenis
kecerdasan untuk mengkaji topik tersebut.

129

c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan


Guru mempelajari teknik dan materi belajar yang paling layak digunakan
untuk

mengkaji

topik

dari berbagai

jenis

kecerdasan

siswa

serta

mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang mungkin layak


bagi efektivitas kegiatan pembelajaran.
d. Curah Pendapat
Guru mulai mendaftar strategi belajar-mengajar apa saja yang cocok untuk
setiap kecerdasan dalam rangka mempelajari topik yang telah ditetapkan.
Untuk meningkatkan hasil curah pendapat ini akan lebih baik bila bercurah
pendapat dengan kolega sehingga guru dapat terstimulasi pemikiran kolega
tersebut.
e. Pemilihan aktivitas yang layak
Berdasarkan hasil curah pendapat tentang strategi pembelajaran sebelumnya
kemudian diplih strategi yang paling efektif bagi pencapain tujuan
pembelajaran.
f. Penetapan rencana pembelajaran
Berdasarkan strategi pembelajaran yang dipilih di atas kemudian tetapkan
rencana pembelajaran di sekitar topik atau sasaran belajar yang telah dipilih.
g. Implementasi rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran tersebut dilaksanakan dan dimodifikasi sesuai dengan
keperluan untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama pelaksanaan
pembelajaran.
2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan bagi berbagai strategi
pembelajaran yang dapat dengan mudah diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam banyak hal, strategi tersebut adalah strategi-strategi yang
telah digunakan selama ini oleh guru-guru yang baik. Dalam beberapa hal lain, teori
kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru mengembangkan
strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan pembelajaran. Di antara

130

beberapa strategi pembelajaran pokok untuk setiap kecerdasan adalah sebagai


berikut.
Strategi pembelajaran bagi kecerdasan verbal-linguistik antara lain bercerita,
curah pendapat, perekaman, penulisan jurnal, dan penerbitan. Strategi pembelajarn
untuk kecerdasan logis matematis adalah kuantifikasi dan kalkulasi, pertanyaan
Sokrates, Heuristik, dan berpikir ilmiah. Strategi pembelajaran bagi kecerdasan
visual-spasial adalah visualisasi, isyarat warna, metapora, sketsa ide, dan symbol
grafis. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetik adalah jawaban dengan
menggunakan isyarat tubuh, teater kelas, konsep-konsep kinestetik, manipulasi
objek, dan peta tubuh. Strategi pembelajaran untuk inteligensi musik adalah irama
dan lagu, diskografis, musik supermemori, konsep-konsep musik, dan musik layak
suasana (Amstrong, 1994).
Adapun strategi pembelajaran untuk kecerdasan antarpribadi adalah berbagi
dengan sebaya, simulasi, kelompok kooperatif, dan tutorial silang usia. Strategi
pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi dalah kegiatan satu menit refleksi,
koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri.
Adapun beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi,
klasifikasi dan organisasi, komparasi, pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata
alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).

3. Pengembangan penilaian berbasis kecerdasan majemuk


Pembelajaran berbasis kecercadasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis
kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya. Cara belajar siswa
beragam bergantung pada kekuatan dan kelemahan masing-masing. Karena itu
menilai kemajuan belajar siswa dengan cara yang sama untuk setiap siswa tidak
akan mencerminkan kekuatan dan kelemahan siswa secara tepat.

131

Untuk itu diperlukan cara menilai kemajuan belajar yang cocok dengan cara
belajar setiap siswa. Karena itu teknik penilaian otentik adalah teknik yang tepat
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam konteks ini. Teknik ini lebih
menekankan pada penilaian yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam hal ini
teknik tersebut memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan performansi
belajar mereka sesuai dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan kecerdasan
yang berbeda-beda. Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara lain
portofolio, proyek mandiri, jurnal siswa, penyelesaian tugas kreatif, catatan
anekdot, observasi, dan wawancara (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).
RANGKUMAN
Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu produk
yang bermanfaat bagi kehidupan (Amstrong, 1994; McGrath & Noble, 1996).
Kebanyakan orang mengenalnya sebagai prediksi kesuksesan di sekolahbakat
bersekolah. Sementara kecerdasan sejati mencakup berbagai keterampilan yang
lebih luas pada semua segi kehidupankecerdasan majemuk/ganda. Kecerdasan
majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan Howard Gardner 18 tahun
silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada delapan jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestetik, musik,
intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis. Sementara kecerdasan sejati mencakup
berbagai keterampilan yang lebih luas pada semua segi kehidupankecerdasan
majemuk.

Kecerdasan majemuk adalah teori kecerdasan yang dikembangkan

Howard Gardner 18 tahun silam yang mengemukakan bahwa paling tidak ada
delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis-matematis,
visual-spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
Prinsip-prinsip kecerdasan mejemuk sebagaimana dikemukakan oleh
Amstrong (1994) adalah sebagai berikut:
1. Setiap individu memiliki semua jenis kecerdasan

132

Teori kecerdasan majemuk mengemukakan bahwa setiap individu memiliki


kemampuan dari kedelapan inteligensi. Kedelapan kecerdasan tersebut
berfungsi secara bersama-sama pada setiap orang secara unik.
2.

Kebanyakan individu dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan pada


tingkat kemampuan yang memadai. Howard Gardner meyakini bahwa setiap
orang memiliki kemampuan mengembangkan semua jenis kecerdasannya pada
tingkat yang memadai jika diberikan dorongan, pengayaan, dan pembelajaran
yang layak.

3. Setiap kecerdasan biasanya bekerja bersama secara kompleks


Dalam kehidupan tidak ada kecerdasan yang berdiri sendiri, kecuali pada kasus
tertentu yang sangat langka. Dalam berfungsinya, kecerdasan berinteraksi antara
satu kecerdasan dengan kecerdasan yang lain dalam kehidupan individu.
4. Ada berbagai macam cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori
kecerdasan. Tidak ada satu standar karakteristik yang harus digunakan sebagai
kriteria untuk menentukan kecerdasan dalam satu bidang tertentu. Bisa saja
seseorang tidak bisa membaca, namun sangat cerdas dari segi kemampuan
kebahasaan karena ia mampu menceritakan suatu kisah yang menakjubkan atau
karena ia memiliki kosa kata yang sangat banyak.
Kesulitan belajar sebagaimana ditunjukkan adanya gejala ketidakmampuan
belajar mencakup segala sesuatu dari kesulitan dalam membaca dan menulis,
hingga kekacauan, kecanggungan, sulit bergaul, dan bahkan depresi.

Penyebab

ketidak-mampuan belajar itu berbeda-beda di antaranya: faktor keturunan, trauma


sebelum kelahiran atau selama kelahiran, dan kesulitan perkembangan selama masa
kanak-kanak.

Individu yang mengalami ketidakmampuan belajar spesifik

seringkali memiliki masalah belajar yang terbatas hanya beberapa tugas atau
keterampilan tertentu.

Seseorang siswa mungkin dapat membaca tetapi tidak

mampu menulis. Yang lain mampu menulis dengan baik tetapi menghadapi
kesulitan berhitung. Yang lain lagi mungkin mahir dalam sebagian besar mata

133

pelajaran sekolah tetapi menghadapi kesulitan untuk mengenali wajah kenalan


(proso-pagnosia) atau kesulitan dalam mempelajari langkah dansa (dis-praksia).
Teori kecerdasan majemuk menyajikan suatu model yang memaknai semua
ketidakmampuan belajar yang dialami seseorang. Teori itu mengatakan bahwa ada
ketidakmampuan belajar tertentu pada setiap kecerdasan. Karena kebudayaan
Amerika sangat berorientasi pada kecerdasan linguistik dan logis-matematis, maka
sebagian besar ketidakmampuan belajar yang menjadi pusat perhatian masyarakat
cenderung berkisar pada keterampilan nalar dan verbal: disleksia (kesulitan
membaca), disgrafia (kesulitan menulis), diskalkulia (kesulitan berhitung), dan
masalah-masalah akademis,

kinestetik-jasmani, dan spasial, dan bahkan

ketidakmampuan dalam kecerdasan intrapribadi.


Teori

kecerdasan

majemuk

memiliki

implikasi

bagi

guru

dalam

pembelajaran. Teori tersebut mengatakan bahwa kedelapan kecerdasan tersebut


diperlukan agar individu berfungsi secara produktif dalam masyarakat. Oleh karena
itu guru hendaknya memandang bahwa semua kecerdasan sama penting dalam
kehidupan. Hal ini berbeda dari system pendidikan tradisional yang menempatkan
pentingnya pengembangan dan penggunaan kecerdasan linguistik dan matematis.
Dengan demikian, teori kecerdasan majemuk mempunyai implikasi bahwa guru
hendaknya menyadari dan mengajar dalam perspektif kemampuan siswa yang lebih
luas dari kegiatan pembelajaran selama ini (Brualdi, 1999).
Kecerdasan majemuk dapat diaplikasikan dengan berbagi cara dan pada
berbagai aspek dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa aplikasi kecerdasan
majemuk yang akan dikemukakan berkaitan dengan perencanaan pembelajaran,
pengembangan strategi pembelajaran, dan pengembangan penilaian.
1. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan
perancangan pembelajaran dengan memperhatikan dan menggunakan kedelapan
jenis kecerdasan yang dikemukakan Gardner. Untuk merancang pembelajaran yang

134

memuat kecerdasan majemuk dapat mengikuti tahap-tahap (Amstrong, 1994)


sebagai berikut:
a. Penetapan suatu sasaran belajar atau topik yang spesifik
b. Pengajuan pertanyaan-pertanyaan pokok berkaitan dengan kecerdasan majemuk
c. Pembuatan pertimbangan berbagai kemungkinan
d. Curah Pendapat
e. Pemilihan aktivitas yang layak
f. Penetapan rencana pembelajaran
g. Implementasi rencana pembelajaran
2. Pengembangan Strategi Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk
Teori kecerdasan majemuk memberikan kesempatan kepada para guru
mengembangkan strategi pembelajaran yang relatif baru dalam kegiatan
pembelajaran. Di antara beberapa strategi pembelajaran pokok untuk setiap
kecerdasan adalah sebagai berikut.
Strategi pembelajaran bagi kecerdasan verbal-linguistik antara lain bercerita,
curah pendapat, perekaman, penulisan jurnal, dan penerbitan. Strategi pembelajarn
untuk kecerdasan logis matematis adalah kuantifikasi dan kalkulasi, pertanyaan
Sokrates, Heuristik, dan berpikir ilmiah. Strategi pembelajaran bagi kecerdasan
visual-spasial adalah visualisasi, isyarat warna, metapora, sketsa ide, dan symbol
grafis. Strategi pembelajaran untuk kecerdasan kinestetik adalah jawaban dengan
menggunakan isyarat tubuh, teater kelas, konsep-konsep kinestetik, manipulasi
objek, dan peta tubuh. Strategi pembelajaran untuk inteligensi musik adalah irama
dan lagu, diskografis, musik supermemori, konsep-konsep musik, dan musik layak
suasana (Amstrong, 1994).
Adapun strategi pembelajaran untuk kecerdasan antarpribadi adalah berbagi
dengan sebaya, simulasi, kelompok kooperatif, dan tutorial silang usia. Strategi
pembelajaran untuk kecerdasan intrapribadi adalah kegiatan satu menit refleksi,
koneksi pribadi, pilihan waktu, saat-saat ekspresi emosi dan belajar mandiri..

135

Adapun beberapa strategi pembelajaran bagi kecerdasan naturalis adalah observasi,


klasifikasi dan organisasi, komparasi,.pajan tumbuhan dan binatang, dan wisata
alam (Amstrong, 1994; Hoerr, 1999).
3. Pengembangan penilaian (asesmen) berbasis kecerdasan majemuk
Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi setiap siswa mengembangkan semua jenis
kecerdasannya berdasarkan kelemahan dan kekuatannya. Cara belajar siswa
beragam bergantung pada kekuatan dan kelemahan masing-masing. Karena itu
menilai kemajuan belajar siswa dengan cara yang sama untuk setiap siswa tidak
akan mencerminkan kekuatan dan kelemahan siswa secara tepat.
Untuk itu diperlukan cara menilai kemajuan belajar yang cocok dengan cara
belajar setiap siswa. Karena itu teknik penilaian otentik adalah teknik yang tepat
untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dalam konteks ini. Teknik ini lebih
menekankan pada penilaian yang disesuaikan dengan kondisi siswa. Dalam hal ini
teknik tersebut memberikan kesempatan siswa untuk menunjukkan performansi
belajar mereka sesuai dengan cara mereka sendiri dengan menggunakan kecerdasan
yang berbeda-beda. Beberapa teknik penilaian otentik tersebut antara lain
portofolio, proyek mandiri, jurnal siswa, penyelesaian tugas kreatif, catatan
anekdot, observasi, dan wawancara (Gardner, 1993; Amstrong, 1994).
Dalam keseluruhan sistem pembelajaran mutakhir (Contextual Teachinglearning), asesmen otentik memusatkan pada tujuan, meliputi hands-on learning,
menghendaki pembuatan pola kerjasama dan kolaborasi, dan penggunaan higher
order thinking. Oleh karena itu, maka pembelajaran meminta siswa untuk
menampilkan penguasaan tuntasnya akan tujuan dan depth of understanding-nya
(Gardner, 1993, 1999), dan pada waktu yang sama akan meningkatkan pengetahuan
dan menemukan cara-cara untuk mengembangkan.

136

Asesmen otentik mendorong siswa untuk menggunakan kemampuan


akademik dalam konteks real-world untuk tujuan yang signifikan. Asesmen autentik
akan menguntungkan siswa, sebab:

siswa berkesempatan menampilkan secara penuh bagaimana pemahaman


material akademik mereka,

siswa akan menampilkan dan memperkuat kompetensi mereka, misalnya


dalam hal mengumpulkan informasi, menggunakan berbagai sumber,
menangani teknologi, dan berpikir secara sistematis,

siswa berkesempatan menghubungkan belajarnya dengan pengalaman nyata


mereka, dunianya sendiri, dan masyarakat luas.

Siswa berkesempatan mengasah higher order thinking-nya,

Siswa menerima tanggung jawab dan membuat pilihan-pilihan,

Dalam mengerjakan tugas, berkolaborasi dengan orang lain, dan

Siswa berkesempatan belajar mengevaluasi tingkat performansinya sendiri.


Salah satu bentuk asesmen yang diajarkan langsung oleh Gardner adalah

asesmen performansi. Seperti proyek dan portfolio, asesmen performansi


melaksanakan peristiwa pembelajaran dan penilaian secara simultan. Dalam tugas
performansi, siswa menampilkan kepada audience bahwa mereka telah menguasai
secara tuntas tujuan belajar khusus. Seseorang siswa yang berbakat musik dapat
menunjukkan pengetahuannya akan Romeo dan Juliet Shakespeare melalui
mengkomposisi dan menampilkan musik pengiring. Sementara sekelompok siswa
lainnya menulis dan menampilkan skrip drama Romeo dan Juliet.
Ketika siswa (siswa-siswa) menampilkan performansinya, anggota audiensi
seringkali membantu mengevaluasi tampilan siswa. Mereka dibantu oleh guru
untuk memahami dan menerapkan evaluasi tugas performansi. Performansi
menunjukkan bahwa siswa telah:

137

tuntas akan informasi, konsep, dan keterampilan khusus yang terkandung


dalam tujuan belajar;

memahami dan menemukan kriteria yang tepat bagi performance.


Misalnya, model dari kayu dari teater Elizabeth, komposisi musik, dan cat
minyak.

menampilkan minat dan bakat pribadinya,

berkomunikasi secara efektif dengan audience,

memberikan uraian secara berimbang dan/atau diskusi balikan pada tugas


performansi akhir (Gardner, 1993).

PENDALAMAN
Selesaikan tugas berikut dan laporkan hasilnya!
1. Identifikasi karakteristik kecerdasan majemuk anda!
2. Temukan jenis kecerdasan majemuk yang paling kuat pada diri anda!
3. Temukan jenis kecerdasan majemuk yang anda pandang paling lemah!
4. Cara-cara apa yang anda tempuh untuk menstimulasi pengembangan
kecerdasan yang lemah?
DAFTAR RUJUKAN
Amstrong, T. 1994. Multiple intelligences in the classroom. Alexandria, Virginia:
ASCD.
Amstrong, T, 1999. Seven Kinds of Smart: Alih bahasa T. Hermaya (2002). Jakarta:
Gramedia
Brualdi, A.C. 1996. Mutiple intelligences: Gardners theory. Washington DC: ERIC
Clearinghouse and Evaluation.
Christison, M.A. dan Kennedy, D. 1999. Multiple intelligences: Theory in adult
ESL. Washington DC: National Clearinghouse for ESL Literacy Education.
Gage, N. L. & Berliner, D. C. 1991. Educational Psychology. Boston;
Hougton Mifflin.

138

Gardner, H. 1983. Frames of mind: The theory of multiple intelligences. New York:
Basic Books.
Gardner, H. 1993. Multiple intelligences: The theory in practice. New York: Basic
Books.
Gardner, H. 1999. Intelligence reframed: Multiple intelligences for the 21th century.
New York: Basic Books.
Hidayah.N dan M. Ramli. 2002. Kecerdasan Ganda dan Implikasinya Pada
Pembelajaran. Materi Diklat Instruktur IPS dan PMP Nasional. Malang:
PPPG IPS dan PMP Malang.
Lazear, D. G. 1991. Seven knowing: Teaching for multiple intelligences. Australia:
Hawker Brownlow Education.
McGrath, H. & Noble, T. 1996. Seven ways at once. Melbourne: Addison Wesley
Longman.
https://mashariyanto.files.wordpress.com/.../ppd-051.d..

139

Anda mungkin juga menyukai