Anda di halaman 1dari 23

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM

TAHUN 2015/201

NAMA : ARDI CAHYADIREJA


BIDANG : PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

A. Pernyataan
Konsep dan Prinsip dari Teori belajar : Behavioris, kognitif, konstruktivis.

B. Pertanyaan
1. Makna belajar menurut para Ahli dari aliran-aliran tersebut, kemudian
analisis perbedaan fokus dan indikator dari definisi tersebut.
Jawab :
Tabel perbedaan fokus dan indikator

Aspek Behavioristik Kognitif Konstruktivis


TOKOH Pavlov (1849-1936), Jean Piaget, Lev Schuman (1996),
Watson (1878-1958), Vygotski Merril (1991),
Thorndike (1874- Smorsganbord
1949), Skinner (1997), Gagne,
(1904-1990) Bloom, Clark.
Dasar Pemikiran Perubahan tingkah Proses berpikir Pengetahuan
laku dibalik tingkah laku dibangun secara aktif
Konsep Dalam teori ini Menurut teori Teori ini
seseorang dianggap kognitif belajar menekankan pada
telah belajar sesuatu adalah perubahan pembangunan
apabila ia mampu persepsi dan pengetahuan dalam
menunjukkan pemahaman yang pikiran siswa sendiri.
perubahan tingkah tidak selalu Menurut teori ini
laku. Dengan kata berbentuk tingkah belajar adalah
lain, belajar laku yang dapat membangun
merupakan bentuk diamati dan dapat pengetahuan sedikit
perubahan yang diikut. Asumsi teori demi sedikit, yang
dialami siswa dalam ini adalah bahwa kemudian hasilnya
hal kemampuannya setiap orang telah diperluas melalui
untuk bertingkah memiliki konteks yang
laku dengan cara pengetahuan dan terbatas dan tidak
yang baru sebagai pengalaman yang sekoyong-koyong.
hasil interaksi antara telah tertata dalam
stimulus dan respon. bentuk struktur
kognitif yang
dimilikinya. Proses
belajar akan berjalan
dengan baik jika
materi pelajaran atau
informasi baru
beradaptasi dengan
struktur kognitif
yang telah dimiliki
seseorang.
Kekuatan Siswa difokuskan Penerapan teori Siswa diajak untuk
pada tujuan yang kognitif bertujuan memahami dan
jelas sehingga dapat untuk melatih siswa menafsirkan
menanggapi secara agar mampu kenyataan dan
otomatis. mengerjakan tugas pengalaman yang
dengan cara yang berbeda, supaya
sama dan konsisten. mereka lebih mampu
menyelesaikan
masalah dalam
kehidupan nyata.

2. Identifikasi konsep, prinsip dan prosedur dari masing-masing aliran


Jawab :
BEHAVIORISTIK

a) Konsep Teori Belajar behavioristik

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,


diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan
terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif
terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori
belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan
dinilai secara konkret.
Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara
stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori belajar
behavioristik sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku
yang dapat dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atas respons yang
muncul terhadap stimulus yang bervariasi.
b) Prinsip teori belajar behavioristik
 Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai
perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
 Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik
adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
 Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
 Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini
dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang
lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme
juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan
faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior
tetap terjadi.
 Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang
terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu
psikologi.
 Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi
behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan
yang lebih belakangan.

c) Prosedur teori belajar behavioristik


 Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
 Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk
mengidentifikasi pengetahuan awal siswa
 Menentukan materi pembelajaran
 Memecah materi pembelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi
pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik dsb
 Menyajikan materi pembelajaran
 Memberikan stimulus, dapat berupa, pertanyaan baik lisan maupu
tertulis, tes atau kuis, latihan atau tugas-tugas
 Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa
 Memberikan penguatan atau reinforcement (mungkin penguatan positif
ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman
 Memberikan stimulus baru
 Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
 Evaluasi belajar

KOGNITIF
a) Konsep teori belajar kognitif
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996:
53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif dan berbekas” Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori
psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh
pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan
dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah
hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara
bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau
proses-proses mental.
b) Prinsip teori belajar kognitif
 Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan
berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran
 Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan
kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan
perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil
tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan
lingkungan psikologisnya.
 Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak
sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.

c) Prosedur Teori Belajar Kognitif


pembelajaran kognitif menurut Bruner :
1) Menentukan tujuan pembelajaran.
2) Melakukan identifikasi karakteristtik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
3) Memilih materi pelajaran.
4) Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh ke generalisasi).
5) Mengembangakan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6) Mengatur topik-topik pelajaran dari sederhana ke kompleks, dari konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke simbolik.
7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

KONSTRUKTIVIS

a) Konsep dasar teori belajar konstruktivis


Pandangan konstruktivis mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha
memberi makna oleh siswa terhadap pengalamannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju kepada pembentukan struktur kognitifnya. Proses belajar
sebagai usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui proes
asimilasi dan akomdasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang
menuju kepada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konsytruktivistik
yang mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, kegaiata pembelajaran yang dilakukannya
akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara
optimal.
Konstruktivisme merupakan teori belajar dari piaget. Konstruktivisme juga
bagian dari teori kognitif (Muchith, 2008:71). Teori konstruktivisme dikembangkan
oleh Piaget pada pertengahan abad 20 (Sanjaya,2009:123). Konstruktivisme adalah
sebuah gerakan besar yang memiliki posisi filosofis sebesar strategi pendidikan.
Konstruktivisme sangat berpengaruh di bidang pendidikan, dan memunculkan
metode dan strategi mengajar baru (Muijs dan Reynolds, 2008:95).
b) Prinsip teori belajar konstruktivis
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
4) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
pertanyaan.
7) Mencari dan menilai pendapat siswa.
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

c) Prosedur teori belajar konstruktivis


1. Orientasi, merupakan fase untuk memberikan kesempatan kepada peserta
didik, memerhatikan dan mengembangkan motivasi terhadap topik materi
pembelajaran;
2. Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang
dimilikinya dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka.
3. Restruksi ide, dalam hal ini peserta didik melakukan klarifikasi ide dengan cara
mengontraskan ide-idenya dengan ide orang lain.
4. Aplikasi ide, dalam fase ini, idea tau pengetahuan yang telah dibentuk peserta
didik perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi yang dihadapi;
5. Reviu, dalam fase ini memungkinkan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari-hari, merevisi gagasannya
dengan menambah suatu keterangan atau dengan cara mengubahnya menjadi
lebih lengkap
3. Pemanfaatan Aliran – Aliran Teori Belajar Tersebut Dalam Penyelenggaran
Pembelajaran.
Jawab :

A. Behavioristik
 Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan
akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang
harus dipahami oleh murid.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
yaitu karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan
tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada
melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna
yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

B. Kognitif
 Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan
dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih
bermakana bagi siswa.
C. Konstruktivis
 Konstruktivisme didefinisikan sebagai pengajaran yang menekankan
peran aktif pembelajar dalam membangun pemahaman dan membuat
makna terhadap informasi (Woolfolk, 2003),; para pembelajar konsrtruksi
ilmu pengetahuan saat mereka berusaha untuk memberikan makna
terhadap lingkungan mereka (McCown, driscoll & Roop, 1995);dan
pembelajaran yang terjadi ketika para pembelajar secara aktif terlibat di
dalam situasi yang secara kolaboratif meliputi merumuskan masalah,
menjelaskan penomena, mengemukakan isu-isu yang kompleks, atau
memecahkan masalah (Gagnon & Colley, 2001).
Dengan demikian, Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a
way of teaching and learning that intends to maximize student
understanding”. Maksudnya, kontruktivisme adalah suatu cara dalam
pengajaran dan pembelajaran yang tujuannya adalah untuk
memaksimalkan pemahaman siswa.
Maksudnya adalah :
a) pembelajaran aktif (ketika siswa secara langsung terlibat dalam
menemukan sesuatu untuk mereka sendiri) adalah cocok untuk
pembelajaran yang pasif (ketika siswa adalah penerima informasi
yang dipresentasikan oleh guru);
b) pembelajar seharusnya terlibat dalam aktivitas yang diciptakan dan
nyata, yaitu tugas-tugas yang mereka hadapi seharusnya konkret jika
tida abstrak, nyata bukan simbolik;
c) aktivitas belajar seharusnya menarik dan menantang;
d) pembelajar seharusnya mengaitkan informasi baru dengan informasi
yang telah miliki melalui bridging.
e) pembelajar seharusnya merefleksikan atau memikirkan apa yang
dipelajari;
f) pembelajaran terjadi paling baik dalam komunitas pembelajar (leaners
community) yaitu kelompok atau situasi social;
g) jika bukan memperentasikan informasi kepada pembelajar, guru
memfasilitasi penyatuannya;
h) guru harus memberikan pembelajar bantuan atau scaffolding yang
mungkin dibutuhkan oleh mereka untuk maju.

1. Langkah – Langkah Yang Di Tetapkan Dalam Disain Pembelajaan


Jawab :
1. Terdapat beberapa pengertian mengenai desain pembelajaran, Herbert Simon dalam
Wina Sanjaya (2013:65) “mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia”.
Dengan demikian suatu desain muncul karena kebutuhan masnusia untuk memecahkan
suatu persoalan. Melalui suatu desain kita bisa melakukan langkah-langkah yang
sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang di hadapi.
Kita ketahui bahwa ada satu model desain pembelajaran/pelatihan yang lebih generik
sifatnya yaitu model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluaation). ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun
perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung
kinerja pelatihan itu sendiri. Sehingga dapat membantu instruktur pelatihan dalam
pengelolaan pelatihan dan pembelajaran. Model ini menggunakan 5 tahap atau langkah
pengembangan yakni :

1) Analysis (analisa)
2) Design (disain / perancangan)
3) Development (pengembangan)
4) Implementation (implementasi/eksekusi)
5) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)

Langkah 1: ANALISIS (ANALYSIS)


Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh
peserta belajar , yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profile
calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas
yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: DESAIN (DESIGN)
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blue-print). Ibarat bangunan,
maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada
terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama merumuskan
tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes , dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran
yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada
banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang
paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain,
semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya,
dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas
dan rinci.
Langkah 3: PENGEMBANGAN (DEVELOPMENT)
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi
kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan modul
cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan
lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus
disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji
coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari
salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena
hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang sedang kita
kembangkan.
Langkah 4: IMPLEMENTASI (IMPLEMENTATION)
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang
sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diinstal atau
diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan.
Misal, jika memerlukan software tertentu maka software tersebut harus sudah diinstal.
Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan atau seting tertentu tersebut
juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: EVALUASI (EVALUATION)
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi
bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat
tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi
formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang
kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita
kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lain-lain.
Ilustrasi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

I. Pendahuluan
Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di
dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa
yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas
pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.

Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi yang


memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-nya. Di dalam RPP
secara rinci harus dimuat Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan
Penilaian

II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Mencantumkan identitas

 Nama sekolah
 Mata Pelajaran
 Kelas/Semester
 Alokasi Waktu
Catatan:

 RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.


 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus yang
disusun oleh satuan pendidikan
 Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar yang
bersangkutan, yang dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan.
Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat
diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada
karakteristik kompetensi dasarnya

A.Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang


menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan
dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar kompetensi diambil dari Standar Isi
(Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Sebelum menuliskan Standar
Kompetensi, penyusun terlebih dahulu mengkaji Standar Isi mata pelajaran dengan
memperhatikan hal-hal berikut :

a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau SK dan KD


b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki
peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi Dasar
dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi. Sebelum menentukan atau memilih
Kompetensi Dasar, penyusun terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
a. Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan
Kompetensi Dasar
b. Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
c. Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran
C.Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila
rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan
dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas
sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
D. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok
yang ada dalam silabus.
E. Metode Pembelajaran/Model Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan
dan/atau strategi yang dipilih.
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar dalam kegiatan pembelajaran harus
dicantumkan langkah-langkah kegiatan dalam setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan :
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik
untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara
sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.
G. Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang
dikembangkan oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih
operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam
RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.

H. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.

III. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : sd/smp/sma/pt...........................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (… pertemuan)

A. Standar Kompetensi
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran:
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Dst
D. Materi Pembelajaran
E. Model/Metode Pembelajaran
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
dst
G. Sumber Belajar
H. Penilaian

Indikator Penilaian
Pencapaian Bentuk Instrumen
Kompetensi Teknik
Instrumen
Indikator Penilaian
Pencapaian Bentuk Instrumen
Kompetensi Teknik
Instrumen

2. Bandingkan konsep dan kegiatan dalam tahap desain dan develop pada sistem
pembelajaran.
TAHAP DESAIN

Tahap design dibagi dalam empat kegiatan, yaitu:


1. Constructing Criterion-Referenced Test
2. Media Selection
3. Format Selection
4. Initial Design

Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain:


1) Constructing Criterion-Referenced Test : Menyusun tes kriteria, sebagai
tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan
sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan
2) Media Selection : Memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik peserta didik.
3) Format Selection : Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan
dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan
media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh
melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut.
4) Initial Design : Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-
langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran
berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat Dalam tahap
perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan
produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk
membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis
kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran,
tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan
perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan
penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.
Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka
rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi
rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari
bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman
sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki
sesuai dengan saran validator.

Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan dibagi dalam dua kegiatan yaitu:
1. Expert Appraisal
2. Developmental Testing

1. Expert Appraisal
Merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan
produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran
yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran
yang telah disusun.
2. Developmental Testing
Merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang
sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari
sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah
produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku
ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik
yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian
digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah
memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar
tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-
soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran,
kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan
penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam
proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata
pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar.
1. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi
2. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi.
3. Revisi model berdasarkan hasil uji coba.

Adapun ilustrasi Pengembangan Sistem Pembelajaran ialah sebagai berikut:


“ Ilustrasi tentang tingkat perkembangan kemampuan berpidato dua kelompok warga
belajar keturunan asing. Kelompok pertama diberi pelajaran dengan menggunakan
metode elektrik dan metode terjemahan dengan dibantu media video kaset dapat
berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 100 entri sedangkan kelompok kedua dengan
menggunakan metose elektrik, dan metode terjemahan tanpa dibantu media video kaset
dapat berpidato dengan frekuensi kata rata-rata 500 entri. Nantinya akan diperoleh
kesimpulan bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bagi orang asing dengan
menggunakan metode elektrik, dan metode terjemahan dengan dibantu media video
kaset lebih baik daripada dengan menggunakan metode elektrik, dan metode
terjemahan dengan tanpa dibantu video kaset. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi
terhadap dasar pengembangan sistem pembelajaran ”
a. Adapun Ilustrasi Desain Sistem Pembelajaran ialah sebagai berikut :
Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua, yaitu ilustrasi yang
dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan oleh kamera atau
fotografi. Menurut Wirya (1999:32) ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu secara
lebih cepat dan lebih efektif daripada tekas.

3. Identifikasi Langkah- Langkah Dalam Implementasi Pembelajaran, Dari Awal


Sampai Akhir Kegiatan Pembelajaran
Jawab :
"Tahap persiapan atau perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian atau evaluasi".

1) Tahap Persiapan atau Perencanaan


Persiapan atau perencanaan adalah tahap awal yang harus dilalui oleh guru
dalam pembelajaran. Pada tahap ini guru mempersiapkan segala sesuatu agar
pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila penyampaian bahan
pembelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia. Sedangkan yang dimaksud
dengan pembelajaran yang efisien adalah semua bahan pelajaran dapat
dipahami siswa.
Agar proses pembelajaran yang dilakukan efektif dan efisien, dan anak didik
aktif mengikuti pelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Tujuan pembelajaran yang diberikan.
 Ruang lingkup dan urutan bahan yang dimiliki.
 Sarana dan fasilitas yang dimiliki.
 Jumlah siswa yang akan mengikuti pelajaran.
 Waktu jam palajaran yang tersedia.
 Sumber bahan pelajaran yang bisa digunakan.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, aktivitas belajar mengajar berpedoman pada


persiapan pengajaran yang dibuat. Pemberian bahan pelajaran disesuaikan dengan
urutan yang telah diprogram secara sistematis dalam tahap persiapan.

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran meliputi yaitu: kegiatan awal,


kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Kegiatan awal merupakan kegiatan awal tatap
muka antara guru dan siswa. Dalam kegiatan ini guru memberi petunjuk,
pengarahan dan appersepsi, atau dapat juga dengan menyampaikan tujuan yang
akan dicapai dan memberikan beberapa pertanyaan (pretest). Dalam kegiatan inti,
guru menjelaskan materi dengan menggunakan pendekatan, metode dan teknik
yang seudah ditentukan. Sedangkan dalam kegiatan akhir dapat berupa umpan balik
dan penilaian.

Dalam pelaksanaan program pembelajaran, guru lebih dahulu harus


mengadakan pretest untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran,
kemudian pada akhir pelajaran, guru mengadakan postest sebagai akhir dari seluruh
proses interaksi belajar mengajar.

Dalam penyampaian bahan pelajaran, guru menggunakan metode dan


fasilitas yang sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Penggunaan fasilitas untuk mengurangi verbalisme dan membantu siswa
memahami pelajaran yang diberikan agar siswa mendapat penjelasan yang tepat dan
benar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Kesalahan penggunaan metode dan fasilitas menyebabkan tujuan pembelajaran
sukar dicapai.

3. Tahap Penilaian (Evaluasi)


Pada bagian ini proses belajar mengajar dievaluasi untuk mengetahui
sejauhmana penguasaan bahan pelajaran oleh siswa dan untuk mengetahui efektifitas
dan efesiensi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Menurut Nana Sudjana, inti penilaian adalah “proses memberikan atau
menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kreativitas tertentu”.
Sedangkan fungsi dari evaluasi itu sendiri adalah:
1) Penilaian berfungsi selektif.
2) Penilaian berfungsi diagnostik.
3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan.
4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.
Untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai bahan yang diajarkan perlu
diadakan postest sebagai akhir dari proses mengajar. Bentuk dan jenis test yang
digunakan bisa bermacam-macam, namun tetap berpedoman pada tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.

Bentuk-bentuk evaluasi terhadap siswa dapat berupa:

1) Evaluasi bahwa siswa telah menyelesaikan seperangkat program yang diberikan.


2) Ujian tertulis.
3) Ujian lisan.
4) Ujian memilih alternatif dari berbagai kemungkinan (multiple choice test).
5) Ujian memilih laternatif dari dua kemungkinan benar atau salah (true false test)
6) Ujian penampilan (performance test).

SOAL 3

1. Identifikasi model CTL dari faktor konsep teori belajar, prinsip dan prosedur.
Jawab :
(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
CTL dilandasi dari prinsip dan prosedur pembelajarannya
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3). Metode CTL memiliki
kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih memahami
apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-
hari. Sedangkan kekurangannya, untuk menjalankan metode ini dibutuhkan kejelian
serta membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya.

2. Terdapat beberapa strategi yang bisa digunakan dalam mengimplementasikan


model kooperatif, salah satunya adalah strategi pembelajaran jigsaw.
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel
(Slavin, 2005:246). Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi model
Collaborative Learning yaitu proses belajar kelompok dimana setiap anggota
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan
keterampilan yang dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan
pemahaman seluruh anggota.
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya (Sudrajat, 2008:1).
Model pembelajaran Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan
jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
orang lain (Zaini, 2008:56).
Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw
Pada pembelajaran model Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen.
Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan
diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi
fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua
peserta didik selesai membaca, siswa dari tim berbeda yang mempunyai fokus topik
sama bertemu dalam kelompok ahli untuk menentukan topik mereka. Para ahli tersebut
kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu
timnya mengenai topik mereka.
Selanjutnya para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan
skor kuis akan menjadi skor tim. Skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada
timnya didasarkan pada sistem skor perkembangan individual dan para siswa yang
timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim
lainnya. Dengan demikian para siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan
baik dan untuk bekerja keras dalam kelompok ahli mereka supaya dapat membantu
timnya melakukan tugas dengan baik.
Tahapan-tahapan penerapan pembelajaran model Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian
dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman.
2. Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang
pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda.
3. Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok ada seorang
wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.
4. Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama.
Berikut ini disajikan diagram tahapan pembelajaran model Jigsaw:

Diagram 1 . Urutan Pertama Penjelasan Semua Kelompok

Diagram di atas menggambarkan guru membagi kelompok ke dalam tiga kelompok


yang berbeda dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa (ditandai
dengan warna yang berbeda-beda).
Diagram 2 . Urutan Kedua Kelompok Belajar

Untuk diagram kedua menggambarkan masing-masing kelompok mendiskusikan


materi yang berbeda.

Diagram 3 Urutan Ketiga Kelompok Belajar Kolaboratif

Diagram di atas adalah pembentukan kelompok baru yang anggota


kelompoknya terdiri atas anggota utusan dari masing-masing kelompok sebelumnya
(diagram kedua).

3. Metode Penemuan (Discovery-Inquiry)


Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa
dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Istilah asing yang sering
digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atauinquiry yang
berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah discovery dan inquiry para ahli terbagi
ke dalam dua pendapat, yaitu :
 Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan
digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus.
 Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama
denganinquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry.
Moh. Amin (Sudirman N, 1992 ) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus
meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat
mengembangkan proses-prosesdiscovery. Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan
lebih banyak lagi. Dengan kata lain,inquiry adalah suatu perluasan proses-
proses discovery yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada
proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi
tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen,
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan,
mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan


oleh Sudirman N, dkk (1992) sebagai berikut :

Kelebihan metode penemuan/discovery-inquiry :

1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh
guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya
berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan
informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang
kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada
siutuasi-situasi proses belajar yang baru.
4) Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya 9tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :

1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan
mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu
yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas
kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti
menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini
sulit terlaksana dengan baik.
DAFTAR REFERENSI

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, Enco, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan Kemandirian guru dan
kepala sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009

Uno, Hamzah. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara

PROSEDUR PEMBELAJARAN oleh Dr. Toto Ruhimat, M.Pd, Bandung : UPI

Sanjaya, Wina (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu
prestasi seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Cooperative Learning-teknik Jigsaw. Diakses dari internet dengan
alamat : http://akhmadsudrajat.wordpress.com.

Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Anda mungkin juga menyukai