TAHUN 2015/201
A. Pernyataan
Konsep dan Prinsip dari Teori belajar : Behavioris, kognitif, konstruktivis.
B. Pertanyaan
1. Makna belajar menurut para Ahli dari aliran-aliran tersebut, kemudian
analisis perbedaan fokus dan indikator dari definisi tersebut.
Jawab :
Tabel perbedaan fokus dan indikator
KOGNITIF
a) Konsep teori belajar kognitif
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996:
53) bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif dan berbekas” Teori kognitif berasal dari teori kognitif dan teori
psikologi. Aspek kognitif mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh
pemahaman mengenai dirinya dan lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan
dengan lingkungan secara sadar. Sedangkan aspek psikologis membahas masalah
hubungan atau interaksi antara orang dan lingkungan psikologisnya secara
bersamaan. Psikologi kognitif menekankan pada penting proses internal atau
proses-proses mental.
b) Prinsip teori belajar kognitif
Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan
berpikir, perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran
Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan
kognitif pada akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan
perilaku siswa yang tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil
tes, disamping itu juga harus memperhatikan faktor manusia dan
lingkungan psikologisnya.
Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berpikir setiap orang tidak
sama dan tidak tetap dari waktu ke waktu.
KONSTRUKTIVIS
A. Behavioristik
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran,
karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah,
sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan
akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang
diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang
harus dipahami oleh murid.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
yaitu karena memandang pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap dan
tidak berubah pengetahuan disusun dengan rapi sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan
pengetahuan (transfer of knowladge) kepada orang yang belajar. Fungsi
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada
melalui proses berfikir yang dapat dianalisis dan dipilih, sehingga makna
yang dihasilkan dari proses berfikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
B. Kognitif
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas
belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi persepsual, dan prosese intelektual. Kegiatan pembelajaran
yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan
tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan
dalam pendekatan behavioristic. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agara belajar lebih
bermakana bagi siswa.
C. Konstruktivis
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pengajaran yang menekankan
peran aktif pembelajar dalam membangun pemahaman dan membuat
makna terhadap informasi (Woolfolk, 2003),; para pembelajar konsrtruksi
ilmu pengetahuan saat mereka berusaha untuk memberikan makna
terhadap lingkungan mereka (McCown, driscoll & Roop, 1995);dan
pembelajaran yang terjadi ketika para pembelajar secara aktif terlibat di
dalam situasi yang secara kolaboratif meliputi merumuskan masalah,
menjelaskan penomena, mengemukakan isu-isu yang kompleks, atau
memecahkan masalah (Gagnon & Colley, 2001).
Dengan demikian, Donald mengemukana bahwa “Constructivism is a
way of teaching and learning that intends to maximize student
understanding”. Maksudnya, kontruktivisme adalah suatu cara dalam
pengajaran dan pembelajaran yang tujuannya adalah untuk
memaksimalkan pemahaman siswa.
Maksudnya adalah :
a) pembelajaran aktif (ketika siswa secara langsung terlibat dalam
menemukan sesuatu untuk mereka sendiri) adalah cocok untuk
pembelajaran yang pasif (ketika siswa adalah penerima informasi
yang dipresentasikan oleh guru);
b) pembelajar seharusnya terlibat dalam aktivitas yang diciptakan dan
nyata, yaitu tugas-tugas yang mereka hadapi seharusnya konkret jika
tida abstrak, nyata bukan simbolik;
c) aktivitas belajar seharusnya menarik dan menantang;
d) pembelajar seharusnya mengaitkan informasi baru dengan informasi
yang telah miliki melalui bridging.
e) pembelajar seharusnya merefleksikan atau memikirkan apa yang
dipelajari;
f) pembelajaran terjadi paling baik dalam komunitas pembelajar (leaners
community) yaitu kelompok atau situasi social;
g) jika bukan memperentasikan informasi kepada pembelajar, guru
memfasilitasi penyatuannya;
h) guru harus memberikan pembelajar bantuan atau scaffolding yang
mungkin dibutuhkan oleh mereka untuk maju.
1) Analysis (analisa)
2) Design (disain / perancangan)
3) Development (pengembangan)
4) Implementation (implementasi/eksekusi)
5) Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
I. Pendahuluan
Dalam rangka mengimplementasikan pogram pembelajaran yang sudah dituangkan di
dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa
yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas
pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
Nama sekolah
Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Alokasi Waktu
Catatan:
A.Standar Kompetensi
H. Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang
dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk
matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik
penilaian.
(RPP)
Sekolah : sd/smp/sma/pt...........................
Mata Pelajaran : ...................................
Kelas/Semester : ...................................
Alokasi Waktu : ..... x 40 menit (… pertemuan)
A. Standar Kompetensi
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan Pembelajaran:
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Dst
D. Materi Pembelajaran
E. Model/Metode Pembelajaran
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Pertemuan 2
dst
G. Sumber Belajar
H. Penilaian
Indikator Penilaian
Pencapaian Bentuk Instrumen
Kompetensi Teknik
Instrumen
Indikator Penilaian
Pencapaian Bentuk Instrumen
Kompetensi Teknik
Instrumen
2. Bandingkan konsep dan kegiatan dalam tahap desain dan develop pada sistem
pembelajaran.
TAHAP DESAIN
Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan dibagi dalam dua kegiatan yaitu:
1. Expert Appraisal
2. Developmental Testing
1. Expert Appraisal
Merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan
produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran
yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran
yang telah disusun.
2. Developmental Testing
Merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang
sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari
sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah
produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.
Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap
pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku
ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik
yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian
digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah
memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar
tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-
soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan.
Dalam konteks pengembangan model pembelajaran,
kegiatan pengembangan (develop) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
Validasi model oleh ahli/pakar. Hal-hal yang divalidasi meliputi panduan
penggunaan model dan perangkat model pembelajaran. Tim ahli yang dilibatkan dalam
proses validasi terdiri dari: pakar teknologi pembelajaran, pakar bidang studi pada mata
pelajaran yang sama, pakar evaluasi hasil belajar.
1. Revisi model berdasarkan masukan dari para pakar pada saat validasi
2. Uji coba terbatas dalam pembelajaran di kelas, sesuai situasi nyata yang akan dihadapi.
3. Revisi model berdasarkan hasil uji coba.
2) Tahap Pelaksanaan
SOAL 3
1. Identifikasi model CTL dari faktor konsep teori belajar, prinsip dan prosedur.
Jawab :
(Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja
dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
CTL dilandasi dari prinsip dan prosedur pembelajarannya
Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (Imam Mujahid, 2005:3). Metode CTL memiliki
kelebihan dan juga kekurangan. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih memahami
apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-
hari. Sedangkan kekurangannya, untuk menjalankan metode ini dibutuhkan kejelian
serta membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaannya.
1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian
dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman.
2. Hitung jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu cara yang
pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta yang berbeda.
3. Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Learning. Setiap kelompok ada seorang
wakil dari masing-masing kelompok dalam kelas.
4. Kemudian bentuk kelompok peserta didik Jigsaw Learning dengan jumlah sama.
Berikut ini disajikan diagram tahapan pembelajaran model Jigsaw:
1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh
guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya
berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan
informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang
kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada
siutuasi-situasi proses belajar yang baru.
4) Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar
yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya 9tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :
1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari
guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan
mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu
yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi
informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar.
Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas
kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti
menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini
sulit terlaksana dengan baik.
DAFTAR REFERENSI
Mulyasa, Enco, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan Kemandirian guru dan
kepala sekolah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009
Sanjaya, Wina (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Prenada Media Group
Slavin, Robert E. (2005). Cooperative Learning (cara efektif dan menyenangkan pacu
prestasi seluruh peserta didik). Bandung: Nusa Media.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Cooperative Learning-teknik Jigsaw. Diakses dari internet dengan
alamat : http://akhmadsudrajat.wordpress.com.
Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.