DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
SRIE MULYATI NIM 1707802
SEKOLAH PASCASARJANA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Kurikulum. Penyusun mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat memberikan
pengalaman maupun pelajaran yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
inspirasi dan referensi dalam proses penyelesaian makalah ini. Semoga segala amal baik
terhadap penyusunan makalah ini mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.
Penyusun menyadari akan keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki, sehingga sudah
barang tentu dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Penyusun
A. Latar Belakang
Sumber Daya Manusia merupakan investasi yang berharga bagi sebuah peruasahaan atau
organisasi. Dalam dunia industri saat ini berada dalam suatu persaingan yang semakin ketat
dan sebuah tantangan besar pada negara kita untuk dapat bersaing secara global. Tantangan
bagi setiap perusahan adalah menyiapkan diri menghadapi globalisasi perekonomian untuk
mendapatkan keuntungan secara maksimal sekaligus mengurangi kerugian dari persaingan
global melalui sumber daya yang efektif dan efisien bagi perusahaan.
Sedangkan bagi lembaga pemerintahan juga tidak jauh berbeda, lembaga pemerintahan
saat ini sedang berbenah demi mewujudkan dan menciptakan praktik good governance.
Lembaga pemerintahan yang mengelola aset Negara diharapkan menghasilkan kinerja yang
baik serta akuntabel demi Indonesia yang adil dan makmur, yang hasilnya bisa dinikmati untuk
kesejahteraan rakyat Indonesia sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang
termaktub dalam UUD Negara tahun 1945.
Salah satu lembaga Negara yang mengurusi hajat orang banyak dan sumber daya alam
yang strategis dan vital bagi bangsa kita adalah adalah Kementrian Energi Sumber Daya Alam
dan Mineral (ESDM). Kementrian ESDM mulai berbenah diri, sejak tahun 2017 dibentuknya
lembaga diklat tersendiri yang bernama PPSDM ESDM Aparatur yang khusus menjadi
lembaga pencetak ASN (Aparatur Sipil Negara) yang kompeten dan unggul. Perlu disadari
bahwa peningkatan kualitas suatu lembaga tidak hanya tergantung pada teknologi yang
modern, modal yang cukup dan adanya bahan serta alat yang bermutu daja. Namuan, semua
faktor tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia yang baik dan bisa mengembangkan
kemampuan dan keahlian mereka serta menunjukkan peningkatan grafik produktivitas kerja.
Salah satu cara untuk mendorong dan maningkatkan produktivitas tenaga manusia yaitu
dengan pendidikan dan pelatihan. Dengan program pelatihan yang efektif dan efisien, maka
kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki karyawan
Dalam makalah ini penulis lebih lanjut memaparkan hasil kunjungan penulis ke lembaga
PPSDM Aparatur Kementrian ESDM beberapa waktu lalu, khususnya terkait dengan praktik
penyelenggaraan Diklat Aparatur dari mulai proses perencanaan hingga proses evaluasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil Lembaga PPSDM ESDM Aparatur (Sejarah, Tujuan, Fungsi, Visi-
Misi Lembaga)?
2. Bagaiamana arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan kerangka
kelembagaan PPSDM Aparatur Kementrian ESDM?
3. Bagaimana peran Lembaga PPSDM Aparatur dalam mewujudkan ASN ESDM yang
unggul?
4. Bagaimana penyusunan kurikulum diklat di Lembaga PPSDM Aparatur Kementrian
ESDM?
5. Bagaimana implementasi diklat serta proses evaluasi diklat di Lembaga PPSDM
Aparatur Kementrian ESDM?
C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui bagaimana profil Lembaga PPSDM ESDM Aparatur
(Sejarah, Tujuan, Fungsi, Visi-Misi Lembaga).
2. Untuk mengetahui bagaiamana arah kebijakan, strategi, kerangka
regulasi dan kerangka kelembagaan PPSDM Aparatur Kementrian ESDM.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran Lembaga PPSDM Aparatur dalam
mewujudkan ASN ESDM yang unggul.
4. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan kurikulum diklat di Lembaga
PPSDM Aparatur Kementrian ESDM.
5. Untuk mengetahui bagaimana implementasi diklat serta proses evaluasi diklat
di Lembaga PPSDM Aparatur Kementrian ESDM.
BAB II
A. Kondisi Umum
Kondisi umum di bawah ini menjadi dasar bagi pelaksanaan tugas dari Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (selanjutnya ditulis PPSDM
Aparatur) untuk berkiprah dalam meningkatkan kompetensi dan mendorong
kinerja sumber daya manusia di Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (selanjutnya ditulis KESDM).
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral no. 13 tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja KESDM pada pasal 854 menyatakan
bahwa Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur (PPSDM
Aparatur) merupakan satuan kerja yang berada di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral
(selanjutnya ditulis BPSDM ESDM). Perubahan Badan Diklat ESDM
menjadi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM adalah
rekayasa ulang organisasi (organizational re-engineering) yang lebih
mendasar daripada re-organisasi, karena terjadi perubahan cara dan
cakupan kerja yang signifikan. Perubahan ini didasarkan kepada
kebutuhan akan pemenuhan terhadap peningkatan kompetensi ASN di
KESDM.
Tahun 2016 menjadi masa transisi dari organisasi yang sebelumnya adalah
Pusdiklat Geologi, menjadi PPSDM Aparatur. Pada masa transisi ini
kegiatan-kegiatan yang sebelumnya telah direncanakan, diselesaikan
terlebih dahulu pada tahun 2016, sambil merancang perangkat-perangkat
yang diperlukan untuk menjalankan tugas dan fungsi dari PPSDM
Aparatur. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
• Konsolidasi, Koordinasi dan Persiapan Perolehan Akreditasi dari LAN
• Penataan Perangkat (SDM dan Sarana dan prasarana)
• Penataan NSPK Berbasis Kompetensi
• Penyiapan bahan-bahan untuk penyusunan Rencana Strategis PPSDM
Aparatur dan Roadmap Pengembangan SDM Aparatur Bidang
Kepemimpinan, Manajemen dan Administrasi
2. Struktur Organisasi
PPSDM Aparatur dipimpin oleh Kepala Pusat yang dibantu oleh 1 Bagian
dan 2 Bidang serta Kelompok Jabatan Fungsional.
a. Kepala Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 Kepala Sub Bagian,
yaitu Kepala Sub Bagian Keuangan, dan Kepala Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum.
b. Kepala Bidang Program dan Evaluasi, yang membawahi 2 Kepala Sub
Bidang, yaitu Kepala Sub Bidang Program dan Kepala Sub Bidang
Evaluasi
Gambar 1.1. Struktur Organisasi PPSDM Aparatur
4. Kekuatan Pegawai
Kekuatan pegawai di PPSDM Aparatur per TMT April 2017 berjumlah 81
orang atau 8,1% dari total 949 jumlah pegawai di BPSDM ESDM. Dari segi
kuantitas, 81 orang menjadi tantangan dalam menjalankan tugas dan
fungsi PPSDM Aparatur dengan baik; belum lagi jika melihat tingkat
kecocokan kompetensi dengan kebutuhan.
5. Area Pengelolaan
Di dalam arah kebijakan pengembangan SDM yang profesional dan
beritegritas, BPSDM ESDM telah mencanangkan bahwa area yang dikelola
oleh PPSDM Aparaturiii adalah Manajemen Bakat (Talent Management)
dengan fungsi penyusunan kebijakan teknis Pengembangan Sumber Daya
Manusia Aparatur, penyusunan program, akuntabilitas kinerja dan
evaluasi, penyiapan bahan penyusunan perencanaan pengembangan
sumber daya manusia, pengelolaan penyertaan pendidikan dan pelatihan,
magang, seminar, lokakarya, tugas belajar dan izin belajar, analisis,
standar kompetensi jabatan, serta analisis kompetensi pengembangan
sumber daya manusia di bidang kepemimpinan, manajemen, dan
administrasi.
PPSDM Aparatur juga menyelenggarakan pendidikan dan/atau pelatihan,
pengelolaan sarana prasarana dan informasi, pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas serta pelaksanaan administrasi PPSDM
Aparatur di bidang kepemimpinan, manajemen dan administrasi.
Karena PPSDM Aparatur adalah satuan kerja yang baru, baik tugas, fungsi dan
nomenklatur jabatannya, maka capaian yang dapat disampaikan terbatas
pada yang dirangkum dalam dokumen Renstra BPSDM yang sebelumnya
bernama BADIKLAT ESDM tahun 2010-2015. Sejumlah kegiatan yang
domainnya berada pada area pengembangan sumber daya manusia aparatur
menjadi data dan informasi capaian kegiatan bidang 2010-2015.
C. Potensi
Potensi yang dimiliki oleh PPSDM Aparatur berada pada dua area yaitu area
secara internal dan eksternal PPSDM Aparatur, yang merupakan peluang
untuk dimanfaatkan dengan baik.
Di bawah ini adalah daftar jenis diklat yang diperlukan khusus untuk
meningkatkan kompetensi Jabatan Fungsional Tertentu sbb:
Sekretariat Jenderal 6 6
Ditjen Minyak dan Gas Bumi
Ditjen Ketenagalistrikan
Ditjen Mineral dan Batubara 1 1
Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi 1 1
Energi
Inspektorat Jenderal
Badan Geologi 10 11 21
Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM 3 18 21
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia 4 4
ESDM
Setjen DEN
Total 13 41 54
Tabel 1.1. Potensi Pegawai untuk Tugas Belajar – S1
24
34 Direktorat Pembinaan Usaha Hulu Migas 3
35 Direktorat Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan 1
36 Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas 4
37 Direktorat Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara 5
38 Inspektorat I 1
Total 84
Tabel 1.6. Data calon peserta pelatihan Teknis Administrator
8. Bonus Demografi
Untuk menyiasati kenaikan jumlah penduduk usia produktif (15-64
tahun), yang melampaui jumlah usia non-produktif (di bawah 15 tahun
dan di atas 64 tahun), pada rentang tahun 2012-2035, atau yang disebut
dengan bonus demografi, Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang
tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Bonus demografi ini adalah terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi
akibat bergesernya struktur umur penduduk dimana terjadi penurunan
rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia
produktif/kerja kepada penduduk usia produktif/kerja. Pergeseran
struktur ini memungkinkan terciptanya bonus demografi karena
meningkatnya ketersediaan angkatan kerja, tabungan (saving), dan
sumber daya manusia berkualitas. Di Indonesiavii, rasio ketergantungan
telah menurun dan melewati batas di bawah 50 persen pada tahun 2012
dan mencapai titik terendah sebesar 46,9 persen antara tahun 2028 dan
2031. Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan situasi yang
diciptakan oleh bonus demografi baik secara nasional maupun regional.
Tingginya jumlah dan proporsi penduduk usia kerja Indonesia selain
meningkatkan angkatan kerja dalam negeri juga membuka peluang untuk
mengisi kebutuhan tenaga bagi negara-negara yang proporsi penduduk
usia kerjanya menurun seperti Singapura, Korea, Jepang dan
Australia.
Sumber data: Proyeksi penduduk Indonesia 2010-2035. Rasio ketergantungan dihitung dari jumlah
penduduk usia 0-14 tahun dan penduduk usia 65+ dibagi dengan penduduk usia produktif (15-64
tahun)
D. Permasalahan
Permasalahan-permasalahan di bawah ini perlu ditangani dengan taktis
melalui strategi yang tepat agar memperlancar pelaksanaan tugas PPSDM
Aparatur. Sebagian permasalahan berada pada domain PPSDM Aparatur,
sebagian lainnya di luar kendali PPSDM Aparatur, namun tetap memerlukan
perhatian dan penanganan yang serius dari PPSDM Aparatur.
Penanganan dari Permasalahan di bawah ini akan dilaksanakan melalui
penentuan Rencana Kegiatan dari Rencana Strategis ini pada Bab IV.
BAB II
RENSTRA PPSDM APARATUR 2016 – 2019 11
II. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN
STRATEGIS
A. Visi
B. Misi
Untuk mencapai visi di atas, maka PPSDM Aparatur telah menentukan Misi
yang menunjukkan upaya kuat untuk menggapai Visi di atas dengan
semangat tinggi dan terarah. Misi PPSDM Aparatur adalah:
‘Meningkatkan Kompetensi ASN KESDM secara optimal dan
berkelanjutan melalui pelatihan klasikal dan non-klasikal di bidang
kepemimpinan, manajemen dan administrasi demi mendorong
kinerja organisasi’
Fokus dari misi di atas adalah memanfaatkan kegiatan Diklat (Pelatihan
Klasikal dan Non-klasikal) untuk meningkatkan kualitas ASN dari segi
kompetensi di bidang kepemimpinan, manajemen dan administrasi. Di
samping itu, peningkatan tersebut bersifat berkelanjutan agar selalu dapat
mengikuti perkembangan dan kebutuhan yang terjadi di dalam metode
maupun teknik pengelolaan sumber daya manusia.
C. Slogan
‘Cepat, Akurat’
Slogan di atas memberikan arti bahwa PPSDM Aparatur memiliki ciri khas
yang mungkin membedakan dengan lembaga yang lain, yaitu ‘cepat’ dalam
merespon terhadap kebutuhan pengembangan kompetensi ASN; dan ‘akurat’
dalam menyediakan program yang diperlukan agar hasilnya dapat sesuai
dengan yang diharapkan.
E. Sasaran Strategis
Berangkat dari Tujuan pada butir D, dan memahami ruang lingkup kerja dari
PPSDM Aparatur, dapat dirumuskan 6 Sasaran Strategis yang mengacu juga
kepada rencana kerja yang telah digariskan oleh BPSDM ESDM.
di bawah ini adalah Sasaran-Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Keluaran.
Sasaran Strategis 1 - 6
1. Terwujudnya pengembangan sumber daya manusia sektor energi dan
sumber daya mineral yang berintegritas, berkomitmen terhadap
organisasi, berorientasi pada pelayanan, dan berorientasi pada kualitas.
2. Terwujudnya pengelolaan Kepegawaian yang Profesional dengan
Dukungan Tata Administrasi SDM yang baik.
3. Terwujudnya Kualitas Layanan Pelatihan yang memuaskan.
4. Terwujudnya Penataan Organisasi yang Modern.
5. Terwujudnya Peningkatan Jejaring Kerjasama dengan Institusi di dalam
maupun luar negeri dalam rangka Peningkatan Kapasitas Organisasi.
6. Terwujudnya Peningkatan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang mendukung Pelatihan .
Sasaran Strategis 1
Terwujudnya pengembangan sumber daya manusia sektor energi dan sumber
daya mineral yang jujur, profesional, melayani, inovatif, dan berarti
Capacity Building
Sasaran Strategis 6
11
3. Jumlah Layanan Manajemen SDM, Keuangan, Pengelolaan Administrasi
Umum, dan Kerumahtanggaan Internal Kepegawaian, Manajemen Keuangan
dan Kinerja dan Administrasi
Ketatausahaan
4. Jumlah Layanan Pengadaan Sarana dan Pengadaan Peralatan, Mesin dan
Prasarana Internal infrastruktur
Bab ini akan memfokuskan kepada Arah Kebijakan dari PPSDM Aparatur
berdasarkan kebijakan-kebijakan dari lembaga induk yaitu BPSDM ESDM.
Selanjutnya juga akan dibahas Strategi yang mendukung pencapaian Sasaran-
Sasaran Strategis dari Bab II. Bagian berikutnya adalah Kerangka Regulasi dan
Kerangka Kelembagaan sebagai dasar bagi arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Untuk menjelaskan alur pikir penyusunan Rencana Strategis ini, pada gambar 3.1
dijelaskan alur penyusunan yang bersifat logis dan kronologis. Sebagai titik
berangkat adalah Kondisi Umum saat ini yang menggambarkan capaian,
maupun potensi dan permasalahan. Selanjutnya dengan memahami Visi, Misi
dan Slogan PPSDM Aparatur, maka dapat disusun keadaan yang diinginkan di
masa datang yaitu Tujuan, Sasaran serta Indikator Kinerja sebagai alat ukur
pencapaian tujuan. Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja juga dilandasi oleh
Nilai-Nilai organisasi, yang dalam hal ini nilai-nilai BPSDM ESDM sebagai
organisasi induk.
Apabila Tujuan beserta Sasaran dan Indikator Kinerja telah ditentukan, maka
akan dirumuskan Strategi atau cara mencapai tujuan. Strategi senantiasa
mempertimbangkan arah kebijakan dan kerangka regulasi serta kelembagaan
agar efektif. Strategi tidak akan menjadi sesuatu yang nyata jika belum
ditentukan Target Kinerjanya. Dengan Target Kinerja, maka perangkat
teknis yang diperlukan adalah Rencana Kegiatan selama masa Renstra
PPSDM Aparatur. Rencana Kegiatan didukung oleh Rencana Pendanaan dan
juga dimonitor dan dievaluasi selama masa pelaksanaannya. Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Sektor ESDM bertujuan menciptakan SDM yang profesional dan berintegritas.
Arah
Monev
Visi – Misi - Slogan Kebijakan
Capaian
Sasaran
Kondisi Um Target Rencana
um Tujuan Strategi Kegiatan
Indikator Kinerja
Potensi Perma
sa Nilai-Nilai Kerangka
Pendanaan
lahan Regulasi &
Kelembagaan
A. Arah Kebijakan
1. Nilai-Nilai
Landasan dari Arah Kebijakan adalah Nilai-Nilai yang dipegang oleh
seluruh insan Kementerian ESDM yaitu Jujur, Profesional, Melayani,
Inovasi dan Berarti. Dalam buku Karya Nyataix yang diterbitkan secara
internal oleh Kementerian ESDM dijelaskan definisi dari Nilai-Nilai
tersebut sbb:
Jujur: berpegang teguh untuk melaksanakan kebenaran sesuai dengan
aturan, prinsip moral dan norma yang berlaku.
Profesional: Melaksanakan tugas dengan kesungguhan sesuai dengan
kompetensi, konsisten dengan SOP, tanggungjawab dan komitmen
memberikan hasil melebihi harapan.
Melayani: Memberikan pelayanan secara cepat, berkualitas, ikhlas.
Inovatif: Upaya melakukan perbaikan dan menyajikan sesuatu yang
baru/unik yang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berarti: Memberikan, mencurahkan tenaga, pikiran, tindakan terbaik
bagi organisasi.
Kelima (5) Nilai di atas menjadi fondasi bagi Karya Nyata dari
Kementerian ESDM dalam menciptakan SDM yang profesional dan
berintegritas. Fondasi berikutnya yang tidak kalah pentingnya adalah
Kaderisasi dan Pengembangan Jiwa Kepemimpinan untuk mendukung
kedaulatan energi. Jiwa kepemimpinan tersebut menjadi perhatian utama
dalam meningkatkan kompetensi soft skills dari insan di sektor ESDM.
Dikaitkan dengan peran PPSDM Aparatur, tentu pengembangan jiwa
kepemimpinan tersebut sangat penting karena tugas utama PPSDM
Aparatur adalah meningkatkan kompetensi bidang Kepemimpinan,
Manajemen dan Administrasi.
2. 5 Pilar Karya Nyata/ Pilar Kebijakan
5 Pilar ini adalah Pilar Kebijakan Pengembangan SDM dan merupakan
fondasi penting dalam keberhasilan pelaksanaan tugas PPSDM Aparatur.
Tanpa ke lima Pilar tersebut atau salah satu Pilar tersebut tidak terpasang
dengan baik, maka bangunan Karya Nyata BPSDM ESDM tidak akan
terwujud. 5 Pilar tersebut adalah sbb:
a. Pengembangan SDM – sumber daya manusia adalah aset atau human
capital, karena itu pengembangan kompetensinya mutlak sebagai
kebutuhan.
b. Pengelola Organisasi – Pengelola organisasi berarti seluruh
komponen yang berperan dalam upaya pengembangan SDM dan
Pengelola organisasi memerlukan peningkatan kualitas agar mampu
berkinerja tinggi.
c. Efektivitas Perencanaan dan Pemanfaatan Sarana Prasarana –
Perencanaan yang baik akan menjadi modal bagi pelaksanaan rencana
yang ditetapkan sebelumnya dan menghindari pelaksanaan program
secara sporadis. Slogan plan well what you do, do well what you plan
sangat tepat untuk pilar ketiga ini. Di samping itu pengadaan dengan
biaya optimal dan pemanfaatan sarana prasarana juga menjadi pilar
penting agar proses pengembangan SDM berjalan lebih efektif.
d. Pengembangan Kerjasama dan Sistem Informasi – Lembaga yang maju
biasanya lebih membuka diri dan mau bekerjasama untuk
mendapatkan lebih banyak pilihan yang baik bagi tujuan-tujuan
lembaga. Sistem informasi yang mendukung pengembangan SDM
tentu bisa menjadi tulang punggung bagi kemajuan lembaga dan
pengelolanya, juga peserta didik.
e. Pengabdian Masyarakat Mendorong Kedaulatan Energi – Pendekatan
dan kedekatan dengan masyarakat akan membantu perwujudan
kedaulatan energi melalui kegiatan-kegiatan yang dapat diikuti oleh
masyarakat secara langsung.
Strategi merupakan cara atau alat untuk mencapai tujuan dan sasaran serta
menjawab tantangan yang ada. Dengan berpijak kepada 5 Pilar Kebijakan,
maka dapat disusun strategi yang mencakup kegiatan yang sifatnya
implementatif. Dengan strategi yang tepat, maka tujuan dan sasaran strategis
akan dapat dicapai dengan upaya terstruktur.
Untuk Sasaran 1 teridentifikasi 2 strategi; Sasaran 2 teridentifikasi 2 Strategi;
Sasaran 3 teridentifikasi 1 strategi; Sasaran 4 teridentifikasi 4 strategi, Sasaran
5 teridentifikasi 1 strategi, dan pada Sasaran 5 teridentifikasi 3 strategi.
Dengan demikian dapat ditentukan 13 strategi untuk bisa mewujudkan 6
sasaran menjadi kenyataan pada akhir periode Rencana Strategis pada tahun
2019.
Agar tujuan dan Sasaran PPSDM Aparatur dapat dicapai sesuai dengan
rencana, diperlukan dukungan dari peraturan dan perundang-undangan,
khususnya yang mengait dengan BPSDM ESDM. Kerangka regulasi tersebut
berimplikasi kepada aspek kelembagaan yang mengikuti. Di bawah ini
disampaikan aspek regulasi dan kelembagaan dari PPSDM Aparatur.
1. Kerangka Regulasi
Undang-undang yang mendasari sinergi dari fungsi Pembina
Kepegawaian, Regulator Diklat (Pelatihan) dan Regulator Keteknikan
tersebut adalah UU No. 5 thn 2014 tentang ASN, UU No. 23 thn 2014
tentang Pemda dan UU no. 1 thn 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan
tersusunnya Peta Jabatan Strategis PNS dan Peta Jabatan Strategis Sektor
ESDM, BPSDM ESDM bertugas mengembangkan Standar Kompetensi
Dasar/Bidang PNS dan Standar Kompetensi Tenaga Khusus/Tenaga
Teknis. Yang harus diperhatikan dan berimplikasi terhadap tugas PPSDM
Aparatur, untuk peningkatan kompetensi para Inspektur Tambang,
adalah UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Selanjutnya BPSDM ESDM merumuskan Standar Diklat (Latih)
Kompetensi/ Standar Kurikulum/ Silabus. Untuk implementasi dari setiap
Satuan Kerja juga mengidentifikasi Analisis dan Rencana Kebutuhan
Pelatihan agar bisa mewujudkan Standar Penyelenggaraan Diklat
(Pelatihan) berbasis Kompetensi. Standar Penyelenggaraan Diklat
(Pelatihan) berbasis Kompetensi ini menjadi standar pelaksanaan dari
setiap Lembaga Diklat (Pelatihan) Pemerintah (LDP). Lembaga Sertifikasi
Personil juga berkaitan erat dengan LDP dalam mewujudkan tujuan akhir
dari Pengembangan SDM Berbasis Kompetensi Sektor ESDM yang berdaya
saing global, yang ditopang oleh proses Evaluasi dan/atau Assessment
sesuai dengan kompetensi yang diujikan.
Peraturan Pemerintah no. 11 tahun 2017 tentang Manajemen PNS, menjadi
dasar yang baru dalam penyelenggaraan pengembangan ASN KESDM.
Peraturan yang baru ini mencabut salah satu rujukan utama dari pola
Pelatihan PNS yaitu PP no. 101 tahun 2000. PP No. 11 tahun 2017 ini
meliputi semua aspek terkait pengelolaan PNS mulai dari pengadaan,
pengembangan, pengujian, perencanaan suksesi, sistem informasi, profil
PNS, basis data termasuk pola karir. Yang menjadi hal terpenting juga
adalah jenis kompetensi yang diperlukan oleh PNS yaitu Kompetensi
Teknis, Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Sosial Kulturalx.
Yang menjadi perhatian juga adalah Permen ESDM No. 11 tahun 2015
tentang Peta Jabatan dan Informasi Jabatan Fungsional Umum
menjelaskan tentang peta jabatan di seluruh unit eselon I di lingkungan
KESDM beserta penjelasannya. Peta Jabatan dan Informasi Jabatan
fungsional tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk:
a. Penyusunan formasi pegawai;
b. Pengadaan pegawai;
c. Pengangkatan jabatan;
d. Perencanaan pendidikan dan pelatihan;
e. Perencanaan karier;
f. Evaluasi Jabatan;
g. Petunjuk kerja; dan
h. Pelaksanaan Kelas Jabatan.
Namun, kegiatan-kegiatan tersebut di atas tetap harus menyesuaikan
dengan isi dan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2017
tentang Manajemen PNS.
Regulasi berikutnya adalah Permen Pan RB No. 25 tahun 2016, tentang
Nomenklatur Jabatan Pelaksana bagi PNS di Lingkungan Instansi
Pemerintah, memberikan dasar bagi KESDM dalam melaksanakan
beberapa kegiatan yaitu:
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan;
b. penentuan pangkat dan jabatan;
c. pengembangan karier;
d. pengembangan kompetensi;
e. penilaian kinerja;
f. penggajian dan tunjangan; dan
g. pemberhentian.
Di dalam tabel nomenklatur jabatan terdapat 40 butir urusan pada kolom
urusan pemerintahan, dengan rincian nama Jabatan, Kualifikasi dan
Tugas Jabatan setiap nomenklatur. Dikaitkan dengan nama jabatan
fungsional umum, di dalam peraturan ini terdapat ketentuan bahwa
semua nomenklatur jabatan fungsional umum yang sudah ada sebelum
Peraturan Menteri ini berlaku, harus dibaca dan diartikan
nomenklatur Jabatan Pelaksana.
11
Permen Pan RB No. 33 tahun 2011 tentang Analisis Jabatan menjadi
rujukan dalam melaksanakan kegiatan analisis jabatan dalam rangka
menyusun data kompetensi jabatan di KESDM.
2. Kerangka Kelembagaan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya
Mineral (BPSDM ESDM) memiliki tugas ‘menyelenggarakan
pengembangan sumber daya manusia di bidang minyak dan gas bumi,
Struktur Organisasi. Pada pasal 931 Permen ESDM No. 13 tahun 2016
ditetapkan PPSDM Aparatur sebagai pelaksana pengembangan sumber
daya manusia aparatur KESDM. Lembaga yang menginduk kepada
BPSDM ESDM ini dipimpin oleh Kepala Pusat setingkat pejabat eselon II
dan dibantu oleh 1 Bagian, 3 Bidang, dan Kelompok Jabatan Fungsional
serta Kelompok Pelaksana. Kelompok Struktural terdiri dari:
a. Kepala Pusat Pengembangan SDM Aparatur, yang membawahi 1 bagian
dan 3 bidang, yaitu
b. Kepala Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 Kepala Sub bagian,
yaitu Kepala Sub Bagian Keuangan, dan Kepala Sub Bagian
Kepegawaian dan Umum.
c. Kepala Bidang Program dan Evaluasi, yang membawahi 2 Kepala Sub
bidang, yaitu Kepala Sub Bidang Program dan Kepala Sub Bidang
Evaluasi
d. Kepala Bidang Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan dan
Pengelolaan Sarana Prasarana, yang membawahi 2 Kepala Sub bidang,
yaitu Kepala Sub Bidang Penyelenggaraan Pelatihan dan Kepala Sub
Bidang Sarana Prasarana Pengembangan Sumber Daya Manusia dan
Informasi.
e. Kepala Bidang Pengembangan Kompetensi, yang membawahi 2 Kepala
Sub bidang, yaitu Kepala Sub Bidang Perencanaan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Aparatur, dan Kepala Sub Bidang Pelaksanaan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur.
f. Kelompok Jabatan Fungsional yang merupakan para Pejabat
Fungsional tertentu yaitu yang memiliki keahlian tertentu dan
memiliki angka kredit, yaitu Widyaiswara, Pustakawan, Pranata
Komputer, dan Arsiparis.
Salah satu lembaga Negara yang mengurusi hajat orang banyak dan sumber daya alam
yang strategis dan vital bagi bangsa kita adalah adalah Kementrian Energi Sumber Daya Alam
dan Mineral (ESDM). Kementrian ESDM mulai berbenah diri, sejak tahun 2017 dibentuknya
lembaga diklat tersendiri yang bernama PPSDM ESDM Aparatur yang khusus menjadi
lembaga pencetak ASN (Aparatur Sipil Negara) yang kompeten dan unggul. Perlu disadari
bahwa peningkatan kualitas suatu lembaga tidak hanya tergantung pada teknologi yang
modern, modal yang cukup dan adanya bahan serta alat yang bermutu daja. Namuan, semua
faktor tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia yang baik dan bisa mengembangkan
kemampuan dan keahlian mereka serta menunjukkan peningkatan grafik produktivitas kerja.
Salah satu cara untuk mendorong dan maningkatkan produktivitas tenaga manusia yaitu
dengan pendidikan dan pelatihan. Dengan program pelatihan yang efektif dan efisien, maka
kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal yang dimiliki karyawan
akan turut meningkatkan kemampuan dan penguasaan akan pekerjaan yang pada akhirnya
berdampak pada produktivitas kerja yang baik. Untuk itu betapa pentingnya peran Pendidikan
dan Pelatihan dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada.
Lembaga PPSDM Aparatur ESDM sesuai dengan visinya menjadi lembaga terandal dalam
mewujudkan ASN KESDM yang jujur, professional, inovatif, melayani, dan berarti. Serta
misinya meningkatkan kompetensi ASN KESDM secara optimal dan berkelanjutan melalui
pelatihan klasikal dan non-klasikal di bidang kepempinan, manajemen dan administrasi demi
mendorong kinerja organisasi. Menjalankan fungsi dan perannya melaksanakan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Aparatur di Bidang Kepemimpinan, Manajemen dan
Administrasi. Dalam mewujudkan hal tersebut, lembaga PPSDM Aparatur menjalankan hal-
hal sebagai berikut:
Sedangkan dalam pandangan Van Dersal (dalam Halim dan Ali, 1993), pelatihan adalah
“proses mengajar, menginformasikan, atau mendidik manusia sehingga menjadi lebih baik
kualifikasinya dalam menjalankan pekerjaan dan menjadi lebih baik dalam menjalankan
jabatan dengan kesulitan dan tanggung jawab yang lebih besar”.
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang menggambarkan suatu
proses dalam mengembangkan individu, masyarakat, lembaga dan organisasi. Pendidikan
dengan pelatihan merupakan dua bagian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem
pengembangan sumberdaya manusia, yang di dalamnya terjadi proses perencanaan,
penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses pengembangannya
diupayakan agar sumberdaya manusia dapat diberdayakan secara optimal, sehingga apa yang
menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan individu, masyarakat, lembaga dan organisasi
tersebut dapat terpenuhi.
Dalam konteks yang lain manajemen pelatihan atau pengelolaan pelatihan identik dengan
manajemen proyek atau pada istilah lain sama dengan mengelola proyek. Oleh karena itu daur
managing training dapat digambarkan pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar di atas menjelaskan bahwa proses manajemen pelatihan dimulai dengan analisis,
yaitu analisis kebutuhan (need analysis) terhadap hal-hal yang akan menjadi objek pelatihan,
kemudian dilanjutkan dengan desain program pelatihan, yaitu langkah mendesain program-
program pelatihan. Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan dan penerapan, yaitu proses
pelaksanaan dan Penerapan program-program pelatihan. Kemudian diakhiri dengan evaluasi
yaitu tahap untuk memberikan penilaian dan analisa pengembangan. Pada setiap tahapan
tersebut akan ada proses umpan balik, yang bertujuan untuk mengontrol efektivitas
pelaksanaan dan proses pelatihan.
Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap
pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan
pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Menurut Daryanto (2014: 34) menjelaskan bahwa dalam perencanaan pelatihan perlu
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) training need assesment, (2) training objective,
(3) training design, (4) training implementation, dan (5) training evaluation.
Langkah-langah di atas diuraikan sebagai berikut:
Dari tiga tahap atau fase tersebut, mengandung langkah-langkah pengembangan program
pelatihan. Langkah-langkah yang umum digunakan dalam pengembangan program pelatihan,
seperti dikemukakan oleh William B. Werther (1989 : 287) yang pada prinsipnya meliputi (1)
need assessment; (2) training and development objective; (3) program content; (4) learning
principles; (5) actual program-, (6) skill knowledge ability of works; dan (7) evaluation.
Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan Simamora (1997: 360) yang menyebutkan
delapan langkah pelatihan yaitu (1). tahap penilaian kebutuhan dan sumber daya untuk
pelatihan; (2) mengidentifikasi sasaran-sasaran pelatihan; (3) menyusun kriteria; (4) pre tes
terhadap pemagang (5) memilih teknik pelatihan dan prinsip-prinsip proses belajar; (6)
melaksanakan pelatihan; (7) memantau pelatihan; dan (8) membandingkan hasil-hasil
pelatihan terhadap kriteria-kriteria yang digunakan (9) proses evaluasi.
Lembaga PPSDM Aparatur ESDM menyelenggarakan diklat bagi ASN KESDM dalam bidang
kepemimpinan, manajemen dan administrasi. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah No.
11 tahun 2017 mengenai pengembangan ASN minimal 20 jam pelajaran pertahun baik secara
konvensional dan non-konvensional. Serta sesuai dengan Peraturan Menteri No. 34 tahun
2016 yakni mengenai diklat dalam jabatan dan di luar jabatan. Bidang yang menyusun
kurikulum untuk diklat sendiri merupakan tugas Bidang Pengembangan Kompetensi Sumber
Daya Manusia Aparatur.
Dalam proses penyusunan kurikulum diklat yang dilakukan di lembaga PPSDM ESDM
tidak jauh berbeda dengan proses penyusunan kurikulum diklat pada umumnya, yakni diawali
oleh TNA (Training Need Analysis) atau analisis kebutuhan.
Proses TNA ini dilakukan dengan melakukan pemetaan kebutuhan staff melalui survey,
angket, wawancara dan sebagainya. Untuk diklat mandatory ditentukan waktu dan
programnya oleh pemerintah pusat. Sedangkan, untuk diklat popular proses TNA dilakukan
melalui survey dengan google docs di social media whatsapp untuk memudahkan proses
administrasi. Namun proses TNA ini tidak kaku, yakni disesuaikan dengan kebutuhan, situasi
dan kondisi. Bahkan yang menarik, ada pelatihan atau diklat yang tidak harus melewati proses
TNA dikarenakan bersifat urgent berkaitan dengan isu-isu strategis.
Secara garis besar, proses penyusunan kurikulum tersebut dibagi menjadi empat
komponen dan proses yang saling berkesinambungan yakni:
1. Input berupa data hasil AKD/TNA dan data gap kompetensi yang terkumpul
melalui survey dan lain-lain.
Lembaga PPSDM Aparatur ESDM melakukan inovasi dalam produk kurikulum diklat yang
dihasilkan, yakni dinamakan “kurikulum warna”, berangkat dari keluhan para peserta diklat
yang merasa jenuh dengan pembelajaran klasikal. Maka disusun kurikulum “warna” yang
komponennya terdiri dari 30% Sharing Knowledge, 30% Sharing Experince, 30% Fun dan 10%
test. Sehingga pembelajaran terjadi tidak hanya dikelas tapi di luar kelas seperti outbond,
games dan olahraga. Untuk lama diklat sendiri bervariasi tergantung pada program, namun
lazimnya antara 3-5 hari.
Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) tidak serta merta berakhir dengan berahirnya
kegiatan belajar mengajar dikelas. Beberapa persoalan bisa saja baru teridentifikasi, ada
banyak pertanyaan yang mungkin muncul pada saat berakhirnya diklat. Misalnya
bagaimana kualitas program pelatihan, apakah peserta diklat telah berhasil dalam kegiatan
diklat, apakah peserta merasa puas dengan program diklat yang baru saja selesai, apakah
peserta diklat mau mengikuti diklat lain yang diselenggarakan, atau apakah peserta dikalt
mau merekomendasikan diklat yang baru diikutinya kepada orang lain, apakah program diklat
telah sesui dengan kebutuhan peserta diklat, atau apakah dikalt telah sesuai dengan
kebutuhan dari instansi yang mengirimkan peserta diklat, atau apakah ada hal-hal yang masih
perlu atau harus ditingkatkan berkaitan dengan kualitas pelaksanaan program diklat. Dan
masih ada banyak lagi pertanyaan yang bisa muncul pada saat pelaksanaan diklat atau pada
saat setelah berakhirnya diklat. Seluruh pertanyaan di atas hanya dapat dijawab jika
penyelenggara diklat melakukan evaluasi terhadap program diklat tersebut.
Kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan diklat telah tercapai atau bagaimana
pengaruh program pelatihan terhadap perubahan KSA peserta diklat dikenal dengan istilah
evaluasi diklat.
Proses evaluasi diklat dapat dilakukan sejak awal perencanaan program diklat, pada saat
pelaksanaan diklat berlangsung, setelah selesai seluruh program diklat, atau setelah jangka
waktu tertentu sejak peserta kembali ketempat tugas masing-masing.
Proses evaluasi program diklat tidak dapat berdiri sendiri sendiri, proses evaluasi diklat
merupakan sebuah proses yang berkesinambungan mulai dari perencanaan diklat
(penyusunan kurikulum), persiapan diklat, menetapkan peserta, jadwal fasilitas, widyaiswara
serta alat bantu pembelajaran lainnya, pada saat pelaksanaan dan penyelenggaraan diklat,
sampai kepada kegiatan evaluasi diklat itu sendiri. Bahkan ada pendapat yang mengatakan
bahwa proses evaluasi diklat baru akan berhasil, jika proses diklat secara keseluruhan
berjalan dengan baik, mulai dari tahap awal sampai dengan berakhirnya proses kegiatan
belajar mengajar, dan terdapat lingkungan yang kondusif untuk mengimplementasikan hasil
kegiatan diklat dalam pekerjaan sehari-hari. Menurut Kirkpatrick (1998) mengatakan bahwa
proses evaluasi diklat adalah satu kesatuan proses mulai dari perencanaan sampai pada
pelaksanaan program diklat yang terdiri dari 10 tahapan proses yakni:
1. Menentukan kebutuhan
2. Menetapkan tujuan
Walaupun Kirkpatrick menempatkan evaluasi program diklat pada bagian akhir dari 10
tahapan proses diklat, evaluasi keberhasilan program diklat dimulai dari tahapan yang
paling awal sekali. Bahkan proses evaluasi diklat sangat ditentukan oleh keberhasilan dari
keseluruhan 9 tahapan yang terdahulu. Prinsip dari evaluasi diklat adalah melakukan
evaluasi terhadap keseluruhan proses kegiatan diklat dari awal sampai pada akhirnya.
Sebagai contoh pada tahapan 1 menentukan kebutuhan. Maka evaluasi diklat untuk
melakukan evaluasi tahapan pertama ini adalah mengevaluasi kembali apakah kebutuhan
dari peserta pelatihan sudah sesuai dengan program pelatihan yang diberikan? Apakah
kebutuhan dari manager atau instansi yang mengirimkan peserta pelatihan sudah dapat
dipenuhi dalam program pelatihan ini? Apakah kompetensi yang diajarkan dalam pelatihan
telah sesuai dengan kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
sehari-hari?
Demikian juga pada tahapan kedua menetapkan tujuan pelatihan, evaluasi diklat
termasuk evaluasi purna diklat harus mampu untuk mengevaluasi apakah penetapan
tujuan pelatihan telah sesuai? Apakah tujuan pelatihan telah memperhatikan kebutuhan
pelatihan? Apakah tujuan pelatihan telah memperhatikan aspek kompetensi yang ingin
dicapai? Apakah penetapan tujuan pelatihan telah memperhatikan komposisi dari KSA?
Demikian seterusnya sampai pada tahapan evaluasi itu sendiri. Misalnya adalah apakah
proses evaluasi selama pelaksanaan diklat telah mengukur kompetensi yang hendak
dicapai? Apakah materi pelatihan telah dievaluasi secara memadai? Bagaimana mengenai
evaluasi peserta pelatihan? Mulai dari penetapan peserta sampai pada pencapaian
pelaksanaan pelatihan?
Level 4 – Hasil: mengukur apa hasil yang diperoleh, karena peserta pelatihan
mengikuti program pelatihan, misalnya meningkatnya produktifitas dan
lainnya
Selain model empat level evaluasi dari Kirkpatrick, Jack J. Philips2 melengkapi
menjadi pengukuran level 5 yaitu melakukan evaluasi diklat dari sisi tingkat
pengembalian diklat (return on Investment/ROI) atau biasa juga dikenal dengan istilah
Return on Training Investment/ROTI) yaitu mengukur manfaat diklat dibandingkan
dengan biayanya.
Jack L. Phillips mengingatkan bahwa ada banyak hal yang dapat diukur dan ada
banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi aktifitas
sumber daya manusia termasuk didalamnya aktifitas diklat. Berikut bagan proses ROI:
Proses ROI
Dari bagan tersebut dapat dilihat tahapan perencanaan evaluasi terdiri dari
dua kegiatan pokok yaitu mengembangkan tujuan evaluasi, dan mengembangkan
rencana evaluasi. Tahapan kedua adalah pengumpulan data, yang terdiri dari dua
kegiatan pokok, yang pertama adalah pengumpulan data selama program pelatihan
berlangsung umumnya evaluasi level 1 dan level 2 dan yang kedua adalah
pengumpulan data setelah selesai program pelatihan umumnya evaluasi level 3 dan level 4.
Tahapan yang ketiga adalah melakukan analisis data yang terdiri dari 5 kegiatan pokok.
Mengisolasi pengaruh pelatihan, mengkonversi data kedalam nilai uang, dapatkan biaya
program pelatihan, hitung ROI, dan identifikasi manfaat lain (intangible benefits).
Tahapan yang keempat adalah melaporkan hasil evaluasi.
Pada proses evaluasi yang dilakuakn oleh lembaga PPSDM Aparatur ESDM sendiri, pada
tahap awal diklat dilakukan proses pre test untuk mengetahui pengetahuan awal peserta
diklat dan post test di akhir untuk tujuan komparasi hasil diklat dalam ranah kompetensi.
Selain itu, diberikan pula tugas berupa home project. Pada akhir diklat juga dilakukan proses
evaluasi berupa pemberian angket untuk tingkat kepuasan peserta diklat menyangkut aspek
sarana prasarana, widyaiswara, pelaksanaan pembelajaran, media dan aspek lainnya yang
berkaitan dengan diklat itu sendiri. Harapannya data yang diperoleh menjadi landasan dalam
peningkatan diklat yang selanjutnya. Selain itu juga dilakukan cost benefit analysis pasca
diklat.
Namun sayangnya, dalam hal evaluasi pasca diklat pihak PPSDM ESDM belum
menemukan metode dan model evaluasi yang tepat dalam mem follow up hasil kemajuan
peserta diklat, salah satunya adalah mengenai jarak dan jalur komunikasi. Harapannya ke
depan terciptanya instrument atau teknologi berupa sistem informasi manajemen yang bisa
memonitor hasil diklat peserta yang lulus dalam pelatihan apakah sudah optimal ilmu yang
didapat atau masih perlu dibantu dan bisa sebagai bahan pengambilan kebijakan ke
depannya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Salah satu lembaga Negara yang mengurusi hajat orang banyak dan sumber
daya alam yang strategis dan vital bagi bangsa kita adalah adalah Kementrian
Energi Sumber Daya Alam dan Mineral (ESDM). Kementrian ESDM mulai
berbenah diri, sejak tahun 2017 dibentuknya lembaga diklat tersendiri yang
bernama PPSDM ESDM Aparatur yang khusus menjadi lembaga pencetak ASN
(Aparatur Sipil Negara) yang kompeten dan unggul. Perlu disadari bahwa
peningkatan kualitas suatu lembaga tidak hanya tergantung pada teknologi yang
modern, modal yang cukup dan adanya bahan serta alat yang bermutu daja.
Namuan, semua faktor tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia yang
baik dan bisa mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka serta
menunjukkan peningkatan grafik produktivitas kerja.
B. SARAN