Anda di halaman 1dari 12

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN

NAMA : MARIA FRANSISKA NONA

NIM : 061180121

JURNAL 1

PENULIS Suci Indah Hanifah


TAHUN 2015
JUDUL AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI
PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN PENDAPATAN
BELANJA DESA (APBDes)
LATAR BELAKANG Desa seharusnya semakin terbuka dan responsibilitas terhadap
proses pencatatan akuntansi serta manajemen keuangannya
sehingga besar harapan desa dapat mengelola keuangannya dan
melaporkannya secara transparan, akuntabel, partisipatif serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran baik dalam hal
pendapatan dan sumber-sumber pendapatan juga mengelola
pembelanjaan anggaran.
Untuk itu peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan
akuntansi dan manajemen keuangan serta hambatan dan upaya
yang dilakukan dalam mengatasihambatan pencatatan akuntansi
dan manajemen keuangan desa yang ada di Desa Kepatihan
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik.
Jurnal

TEORI Laporan Operasional (LO)


METODE Metode kualitatif menggunakan paradigma deskriptif yang
menggunakan data primer dan data sekunder sebagai sumber
datanya

1. JENIS PENELITIAN Deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan


data primer dan data sekunder sebagai sumber datanya

2. POPULASI Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik dan


Kantor Kepala Desa Kepatihan yang berlokasi di Jl. Kepatihan
I/I.

3. SAMPEL Pemerintah desa dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa


(LPMD)

4. VARIABEL Variable bebas :


PENELITIAN X : AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Variabel terikat :
Y : ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA
(APBDes)

5. ALAT ANALISIS Analisa deskriptif


DATA

HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif yang menggunakan data primer dan data
sekunder sebagai sumber datanya.Teknik pengumpulan data
berupa penelitian lapangan (field research).Hasil pengumpulan
data dianalisis dengan metode kualitatif menggunakan
paradigma deskriptif.Manajemen keuangan Desa Kepatihan
sudah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37
tahun 2007 yang menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan
transparan yang dilihat dari pelaporan pertangungjawaban
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), namun dari
sisi pencatatan akuntansi masih diperlukan adanya pembinaan
dan pelatihan lebih lanjut, karena belum sepenuhnya sesuai
dengan ketentuan. Hambatan utamanya adalah belum efektifnya
pelatihan para perangkat desa dan kompetensi sumber daya
manusia, sehingga masih memerlukan perhatian khusus dari
aparat pemerintah desa secara berkelanjutan.

KESIMPULAN a. Proses pencatatan akuntansi di Desa Kepatihan


Kecamatan MengantiKabupaten Gresik telah
dilaksanakan, tetapi belum berjalan dengan baik dan
belum sesuai UndangUndang No.6 tahun 2014 karena di
Desa Kepatihan pada proses pencatatan akuntansi, setiap
transaksi-transaksi yang dilakukan hanya di catat ke
dalam buku kas harian dan Desa Kepatihan belum
menyusun buku kas umum hal ini disebabkan
terbatasnya sumber daya manusia yang berkompeten
dalam bidang akuntansi, sehingga pencatatan akuntansi
di Desa Kepatihan belum berjalan secara maksimal.

b. Sistem pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas


pada Desa Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik belum melakukan pemisahan pencatatan antara
sistem penerimaan kas dan pengeluaran kas yang
seharusnya di catat ke dalam buku kas pembantu
perincian obyek penerimaan dan buku kas pembantu
perincian obyek pengeluaran
c. Manajemen keuangan Desa Kepatihan Kecamatan
Menganti Kabupaten Gresik sudah menunjukkan
pelaksanaan yang akuntabel dan transparan yang dilihat
dari pelaporan pertangungjawaban Anggaran
Pendapatan Belanja Desa (APBDesa), sehingga
pengelolaan keuangan di gunakan untuk meningkatkan
pelayanan dan upaya pemberdayaan masyarakat Desa
Kepatihan Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik

JURNAL 2

PENULIS Made Sinar Dewata Putra, I Kadek Ari Mahardika, Ketut


Krisnayanti, Ni Made Saniscaryani Kunti, Krisna Chiva
Jurusan
TAHUN 2017
JUDUL ANALISIS RASIONALISASI ANGGARAN DAN DAMPAK
ADANYA RASIONALISASI ANGGARAN TERHADAP
PELAKSANAAN PROGRAM KERJA PEMERINTAH
DAERAH KABUPATEN BULELENG

LATAR BELAKANG Perencanaan anggaran merupakan proses yang paling krusial


dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena berkaitan dengan
tujuan dari pemerintahan itu sendiri untuk mensejahterakan
rakyatnya. Perencanaan merupakan proses yang terintegrasi,
oleh karenanya output dari perencanaan adalah penganggaran.
Perencanaan merupakan bagian terpenting dalam kegiatan
pembangunan oleh pemerintah. Dari perencanaan itu
proses/kegiatan pembangunan berjalan sesuai dengan arah yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, tahap perencanaan menjadi
pusat perhatian bagi semua pemerintah daerah dalam kegiatan
pembangunan. Pengaturan pada aspek perencanaan diarahkan
agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin
dapat menunjukan latar belakang pengambilan keputusan dalam
penetapan arah kebijakan umum, skala proritas dan penetapan
alokasi serta distribusi sumber daya dengan melibatkan
partisipasi masyarakat. Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang
disampaikan oleh masing-masing satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) yang disusun dalam format Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan
informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi
antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan
manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat
dari suatu kegiatan yang dianggarkan
TEORI Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP
METODE Dokumentasi

1) JENIS PENELITIAN Etnografi (wawancara)


2) POPULASI Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng
3) SAMPEL Staff bagian keuangan pada kantor DPPKBPP-PA kabupaten
Buleleng

4) VARIABEL variabel bebas :


PENELITIAN X1 : ANALISIS RASIONALISASI ANGGARAN
X2 : DAMPAK ADANYA RASIONALISASI
ANGGARAN
Variabel Terikat :
Y: PELAKSANAAN PROGRAM KERJA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULELENG

5) ALAT ANALISIS Analisis naratif


DATA

HASIL PENELITIAN Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan


desentralisasi di Kabupaten Buleleng terdiri dari :
1. Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang
diperoleh dari pungutanpungutan daerah berupa :
 Pajak daerah.
 Retribusi daerah.
 Hasil pengolahan kekayaan daerah.
 Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik
daerah.
 Lain-lain PAD.
2. Dana perimbangan. adalah dana yang dialokasikan dari
APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pemerintah pusat
untuk belanja daerah, yang meliputi :
 Dana bagi hasil yaitu dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari
pengelolaan sumber daya alam didaerah oleh
pemerintah pusat.
 Dana alokasi umum yaitu dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan
tujuan sebagai wujud dari pemerataan kemampuan
keuangan antara daerah.
 Dana alokasi khusus.yaitu dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional. −
Pinjaman daerah.
 Penerimaan lain-lain yang sah, berupa:
Penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga.
Keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing.

KESIMPULAN
Rasionalisasi anggaran secara umum diatur dalam peraturan
pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan
daerah. Dengan menerapkan konsep otonomi daerah, semua
program yang berhubungan dengan daerah telah diserahkan
secara penuh oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Maka kemudian menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
bersama anggota legislatif menguatkannya dalam bentuk perda.
Rasionalisasi anggaran yang terjadi disetiap SKPD di
Kabupaten Buleleng tidak hanya berimplikasi pada penundaan
atau pembatalan program atau kegiatan yang ada pada SKPD
tersebut, namun juga berimplikasi pada pengurangan anggaran
operasional perkantorannya. Sehingga beberapa kegiatan dan
program kerja dari instansi atau kantor dan dinas tersebut harus
ditunda pelaksanaanya.

JURNAL 3

PENULIS Ika Rahmadani ,Syarifah Hanifa Soraya


TAHUN 2016
JUDUL HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS SUMBER DAYA
MANUSIA, PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KESIAPAN INSTANSI PEMERINTAH DALAM
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
LATAR BELAKANG Perubahan perlakuan akuntansi pemerintah menuju basis
akrual akan membawa dampak walau sekecil apapun.
Perubahan inipun mendapat pernyataan pro-kontra mengenai
siap atau tidaknya pemerintah dalam mengimplementasikannya.
Hal ini muncul karena keterkaitan dengan sumber daya manusia
yang nantinya akan berkecimpung langsung dalam perubahan
ini. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintahan harus
melakukan berbagai persiapan untuk menghadapainya. Banyak
persiapan yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah, baik
yang berupa peraturan ataupun kebijakan maupun sistem serta
sumber daya manusia sebagai salah satu yang menjadi kunci
utama terlaksananya akuntansi berbasis akrual.
Oleh karena pentingnya keberhasilan penerapan akuntansi
berbasis akrual, maka diperlukan identifkasi terhadap faktor-
faktor yang berpengaruh dalam kesiapan instansi pemerintah
dalam penerapan sistem akuntansi berbasis akrual. Untuk itu
perlu dilakukan penelitian yang menganalisis faktor-faktor
tersebut, sehingga setiap instansi pemerintah dapat melakukan
persiapan semaksimal mungkin.
TEORI Laporan Arus Kas (LAK)
METODE Sensus dimana responden adalah keseluruhan dari populasi
dalam penelitian yaitu pengelola anggaran di seluruh satuan
kerja dilingkungan Instansi Kementerian Agama Kota Banda
Aceh berjumlah 80 orang.

 JENIS PENELITIAN Etnografi (wawancara)


 POPULASI Instansi Kementerian Agama Kota Banda Aceh
 SAMPEL Perwakilan dari setiap instansi (80 orang)

 VARIABEL variabel bebas :


PENELITIAN X1 : KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA
X2 : PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI
Variabel Terikat :
Y: PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

 ALAT ANALISIS Analisis regresi


DATA

HASIL PENELITIAN a. Kapasitas sumber daya manusia dan penggunaan


teknologi informasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kesiapan instansi pemerintah dalam penerapan
sistem akuntansi berbasis akrual pada satuan kerja
kantor kementerian agama Kota Banda Aceh.
b. Kapasitan sumber daya manusia berpengaruh positif
terhadap kesiapan instansi pemerintah dalam penerapan
sistem akuntansi berbasis akrual pada satuan kerja
kantor kementerian agama Kota Banda Aceh.
c. Penggunaan teknologi informasi berpengaruh positif
terhadap kesiapan instansi pemerintah dalam penerapan
sistem akuntansi berbasis akrual pada satuan kerja
kantor kementerian agama Kota Banda Aceh.
KESIMPULAN
Hubungan antara kapasitas sumber daya manusia dan
penggunaan teknologi informasi dan kesiapan instansi
pemerintah dalam penerapan sistem akuntansi pemerintahan
berbasis akrual baik secara simultan maupun parsial Serta
penelitian ini menunjukkan bahwa kapasitas sumber daya
manusia dan penggunaan teknologi informasi secara simultan
dan parsial berpengaruh terhadap kesiapan instansi pemerintah
dalam penerapan sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual
pada satuan kerja di lingkungan Kantor Kementerian Agama
Kota Banda Aceh.

JURNAL 4

PENULIS Aditya Achmad ,Fathony Feti Prianty


TAHUN 2019
JUDUL PENGARUH ANGGARAN PENDIDIKAN DAN
PENGGUNAAN ANGGARAN DANA BOS TERHADAP
PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI
SE-KECAMATAN SOLOKAN JERUK
LATAR BELAKANG Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada pungsi
pendidikan yang dianggarkan melalui kementrian Negara atau
lembaga, alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke
daerah, dan alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran
pembiayaan, termasuk gaji pendidik tetapi tidak termasuk
anggaran pendidikan kedinasan. Anggaran pendidikan melalui
belanja pemerintahan pusat merupakan alokasi anggaran
pendidikan yang dianggarkan melalui kementerian negara atau
lembaga. Kementrian lembaga atau negara yang mendapat
alokasi anggaran pendidikan bukan hanya kementrian
pendidikan dan kebudayaan serta kementrian Agama tetapi juga
kementrian negara atau lembaga yang menyelenggarakan
fungsi pendidikan.

Namun, disanyilir anggaran pendidikan dan penggunaan


anggaran dana BOS disamping tidak memadai juga
pengalokasiannya belum efisien dan efektif. Demikian juga
belum ada kejelasan dalam pembagian tanggung jawab dan
kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintan kabupaten/kota. Sehingga terjadi tumpang tindih
dalam pendanaan sebagian komponen yang lain. Akibatnya
pendidikan mengalami kekurangan dana yang merupakan salah
satu akibat rendahnya mutu pendidikan

TEORI Laporan Realisas Anggaran (LRA)


METODE Metode penelitian dalam yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian studi kasus dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif,
karena penelitian ini menekankan pada data-data numerik
(angka).

 JENIS PENELITIAN Etnografi (wawancara)

 POPULASI SMP NEGERI SE-KECAMATAN SOLOKAN JERUK

 SAMPEL 40 responden yaitu Kepala Sekolah, Guru dan Bendahara yang


tersebar di SMP Negeri Se-kecamatan Solokan Jeruk

 VARIABEL variabel bebas :


PENELITIAN X : PENGARUH ANGGARAN PENDIDIKAN DAN
PENGGUNAAN ANGGARAN DANA BOS

Variabel Terikat :
Y: PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP
NEGERI SE-KECAMATAN SOLOKAN JERUK

 ALAT ANALISIS Analisis regresi linear berganda dengan melakukan analisis


DATA Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi serta Uji t dan Uji f.

HASIL PENELITIAN  Anggaran Pendidikan memberikan pengaruh yang


positif dan signifikan terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di SMP Negeri Se-Kecamatan Solokan
Jeruk. Dengan demikian Anggaran Pendidikan
memberikan kontribusi positif yang dapat menentukan
Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Negeri Se-
Kecamatan Solokan Jeruk, artinya semakin tepat
anggaran pendidikan maka akan semakin baik
peningkatan mutu pendidikan demikian pula sebaliknya.

 Penggunaan Dana BOS memberikan pengaruh yang


positif dan signifikan terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di SMP Negeri Se-Kecamatan Solokan
Jeruk. Dengan demikian Penggunaan Dana BOS
memberikan kotribusi positif dalam menentukan
Peningkatan Mutu Pendidikan di SMP Negeri Se-
Kecamatan Solokan Jeruk, dan pengaruhnya paling
besar daripada variabel lain dalam penelitian ini.

 Secara simultan Anggaran Pendidikan dan Penggunaan


Dana BOS berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan
Mutu Pendidikan di SMP Negeri Se-Kecamatan Solokan
Jeruk dengan total pengaruh sebesar 0,736 atau sebesar
73,6% dan sisanya yang merupakan variabel lain yang
turut mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan
tetapi tidak diteliti ditunjukkan oleh nilai epsilon (Ԑ)
sebesar 0,264 atau sebesar 26,4% (1 - R-Square).
Adapun faktor lain tersebut diantaranya adalah anggaran
berbasis kinerja, efisiensi biaya pendidikan, biaya
operasional dan non operasional sekolah, kinerja guru,
prestasi belajar siswa, motivasi guru, dan lain
sebagainya.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis deskripif bahwa secara simultan dan


parsial Anggaran Pendidikan dan Penggunaan Dana BOS
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Mutu Pendidikan.
Adapun hasil Koefisien Determinasi sebesar 73,6% dan sisanya
sebesar 26,4% merupakan variabel lain yang turut
mempengaruhi Mutu Pendidikan tetapi tidak diteliti. Adapun
secara parsial, Penggunaan Dana BOS lebih besar pengaruhnya
daripada AnggaranPendidikan.

JURNAL 5

PENULIS Helen Aprila Maniagasi,Elitha Bharanti, Ferdinandus Christian


TAHUN 2012
JUDUL FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KETERLAMBATAN PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
LATAR BELAKANG Keterlambatan penyusunan APBD telah melanda sebagian besar
wilayah di Indonesia dan hal itu telah berlangsung pada kurun
waktu yang lama bahkan hingga saat ini (Wangi dan Ritonga,
2010). Kabupaten Sarmi juga merupakan salah satu daerah yang
tergolong mengalami keterlambatan dalam menyusun APBD
khususnya APBD untuk tahun 2010-2012 APBD pada ketiga
tahun anggaran tersebut disahkan pada kurun waktu antara 1
Januari – 31 Maret. Selain banyaknya daerah yang mengalami
keterlambatan dalam penetapan APBD, adanya keterlambatan
APBD dapat memberikan dampak negatif. Dampak yang
ditimbulkan dari keterlambatan dalam penyusunan APBD
secara umum adalah terlambatnya pelaksanaan program
pemerintah daerah yang umumnya sebagian besar pendanaan
program tersebut berasal dari APBD. Program yang terlambat
dilaksanakan dapat berpengaruh pada pelayanan publik
terhadap masyarakat. Fenomena terbaru sebagai dampak
keterlambatan penyusunan APBD juga adalah diberlakukannya
sanksi yang akan diberlakukan bagi daerah yang terlambat
menyusun APBDnya. Kompas terbitan 21 November 2013
membeberkan pernyataan Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan Kementerian Keuangan Marwanto Harjowiryono
mengatakan pemerintah pusat akan memberikan sanksi kepada
pemerintah daerah yang terlambat menyusun dan menyerahkan
APBD 2013. Pernyataan ini lahir sebagai antisipasi dari dampak
yang akan ditimbulkan karena adanya keterlambatan
penyusunan APBD tersebut. APBD yang terlambat dalam
proses penyusunannya dapat pula berpengaruh terhadap
perekonomian daerah. Hal tersebut terjadi karena ketika APBD
terlambat ditetapkan melebihi 31 Desember, maka dimasa
APBD belum disahkan maka aliran dana dari sektor pemerintah
akan terhambat dan itu memberikan pengaruh pada aliran uang
atau transaksi di daerah dan pada akhirnya perekonomian
daerah turut merasakan dampak dengan adanya kelesuan
ekonomi.

TEORI Laporan Realisas Anggaran (LRA)


METODE

 JENIS PENELITIAN Deskriptif dengan pendekatan kualitatif

 POPULASI Kabupaten Sarmi

 SAMPEL Karyawan dari berbagai divisi pemerintahan

 VARIABEL variabel bebas :


PENELITIAN X : FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KETERLAMBATAN
Variabel Terikat :
Y: PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH (APBD) (Studi Pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Sarmi Tahun Anggaran

 ALAT ANALISIS Analisa deskriptif


DATA
HASIL PENELITIAN  Faktor hubungan eksekutif dan legislatif terbukti
berpengaruh positif terhadap keterlambatan penyusunan.
APBD pada Kabupaten Sarmi atau dapat dikatakan
bahwa dorongan peningkatan faktor hubungan eksekutif
dan legislatif yang semakin baik akan berpotensi
mengurangi keterlambatan penyusunan APBD pada
Kabupaten Sarmi.

 Faktor latar belakang pendidikan terbukti berpengaruh


positif terhadap keterlambatan penyusunan APBD pada
Kabupaten Sarmi atau dapat dikatakan bahwa dorongan
peningkatan factor latar belakang pendidikan yang
semakin baik akan berpotensi mengurangi keterlambatan
penyusunan APBD pada Kabupaten Sarmi.

 Faktor indiktor kinerja terbukti berpengaruh positif


terhadap keterlambatan penyusunan APBD pada
Kabupaten Sarmi atau dapat dikatakan bahwa dorongan
peningkatan faktor indicator kinerja yang semakin baik
akan berpotensi mengurangi keterlambatan penyusunan
APBD pada Kabupaten Sarmi.

KESIMPULAN  Komitmen terbukti tidak berpengaruh terhadap


keterlambatan penyusunan APBD pada Kabupaten
Sarmi atau dapat dikatakan bahwa dorongan
peningkatan komitmen yang semakin baik akan
berpotensi mengurangi keterlambatan penyusunan
APBD pada Kabupaten Sarmi.

 Faktor penyusun APBD terbukti berpengaruh positif


terhadap keterlambatan penyusunan APBD pada
Kabupaten Sarmi atau dapat dikatakan bahwa dorongan
peningkatan faktor penyusun APBD yang semakin baik
akan berpotensi mengurangi keterlambatan penyusunan
APBD pada Kabupaten Sarmi.

Anda mungkin juga menyukai