Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

NAMA : RINELDIS LODAN

NIM : 061190033

KELAS : IV A

PRODI : AKUNTANSI

Sejarah Perkembangan Akuntansi Manajemen di Indonesia

A. Sejarah Akuntansi

Pada dasarnya akuntansi itu sama yaitu sarana bagi manajemen untuk mengkomunikasikan posisi
keaungan, kinerja dan perubahan posisi keaungan kepada pihak yang berkepentingan. Akuntansi
menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal besar, baik domestik maupun internasional.
Awalnya, akuntansi dimulai dengan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) di Italia
pada abad ke 14 dan 15.

Perkembangan Akuntansi

 Tahun 1775 : pada tahun ini mulai diperkenalkan pembukuan baik yang single entry maupun
double entry.
 Tahun 1800 : masyarakat menjadikan neraca sebagai laporan yang utama digunakan dalam
perusahaan.
 Tahun 1825 : mulai dikenalkan pemeriksaaan keuangan (financial auditing).
 Tahun 1850 : laporan laba/rugi menggantikan posisi neraca sebagai laporan yang dianggap
lebih penting.
 Tahun 1900 : di USA mulai diperkenalkan sertifikasi profesi yang dilakukan melalui ujian yang
dilaksanakan secara nasional.
 Tahun 1925 : Mulai diperkenalkan teknik-teknik analisis biaya, akuntansi untuk perpajakan,
akuntansi pemerintahan, serta pengawasan dana pemerintah. Sistem akuntansi yang manual
beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalkannya“punch card record”.
 Tahun 1950 s/d 1975 : Pada periode ini akunansi sudah menggunakan computer untuk
pengolahan data. Lalu, sudah dilakukan Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP). Hingga
Perencanaan manajemen serta management auditing mulai diperkenalkan.
 Tahun 1975 : Total system review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal.
Dan Social accounting manjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi perusahaan yang
mempengaruhi lingkungan masyarakat.
B. Perkembangan Akuntansi di Indonesia

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi bukii yang jelas terdapat pada
pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747. Selanjutnya akuntansi di Indonesia
berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya
para pengusaha swasta Belanda yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau
sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia
dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang
berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan
berpasangan (double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa penjajahan-
memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus 1997

Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-Government
Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995). Akuntan publik yang pertama
adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia pada tahun 1918. Pendirian kantor ini
diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian
Jawatan Akuntan Pajak-Belasting Accountant Dienst (Soemarso 1995).

Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja sebagai akuntan publik. Orang Indonesa
pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku
pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso 1995).

Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-1945, dengan mundurnya
Belanda dari Indonesia. Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu
Prof. Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era
setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh sistem
akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang
orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli (Diga
dan Yunus 1997).

Seiring dengan perusahaan manufaktur di Amerika mulai berkonsentrasi dalam pengembangan


teknologi produksi yang berkapasitas besar di sekitar tahun 1880. Para manajer pada perusahaan metal
telah mengembangkan prosedur untuk menghitung relevant product cost yang disebut scientific
management. Prosedur ini digunakan untuk menganalisis produktivitas dan laba suatu produk. Akan
tetapi seiring berkembangnya pemikiran akuntansi maka setelah tahun 1914 prosedur tersebut mulai
hilang dari praktik akuntansi perusahaan.

Setelah perubahan peraturan akuntansi keuangan pada masa setelah perang dunia pertama yang
mempunyai dampak berkurangnya informasi akuntansi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja
bawahan dalam perusahaan besar (lost relevance). Sampai tahun 1920an, semua manajer percaya pada
informasi yang berhubungan dengan proses produksi utama, transaksi dan even yang menghasilkan
jumlah nominal pada laporan keuangan. Setelah tahun 1925, informasi yang digunakan oleh manajer
menjadi lebih sederhana dan banyak perusahaan manufaktur di Amerika telah mengembangkan
prosedur akuntansi manajemen seperti yang dikenal sekarang.

Akademisi akuntansi berusaha untuk mengembalikan relevansi antara informasi kos akunting dengan
informasi akuntansi keuangan selama beberapa kurun waktu beberapa tahun. Usaha tersebut
menggunakan model perusahaan manufaktur sederhana, sejenis dengan perusahaan tekstil abad 19,
dan dalam rangka mengatasi masalah produksi, akademisi menyusun ulang informasi pelaporan kos
persediaan. Meskipun demikian, model tersebut terlalu sederhana untuk menjelaskan masalah nyata
yang dihadapi oleh manajer akan tetapi hal tersebut dimahfumkan dalam rangka mempermudah
bagaimana informasi kos yang berasal dari laporan keuangan dapat dibuat relevan dengan pengambilan
keputusan (kos manajemen).

C. Perkembangan Akuntansi Manajemen di Indonesia

Manajemen mengalami masa perkembangan yang pesat dengan perannya sebagai pendamping
akuntansi keuangan pada sekitar tahun 1980. Johnson dan Kaplan menuliskannya dengan indah dalam
“Relevance Lost: The Rise and Fall of Management Accounting”. Buku yang cukup layak baca untuk
memahami tentang akuntansi manajemen.

Pada tahun 1990-an banyak ditemukan bahwa praktek-praktek akuntansi manajemen tradisional sudah
tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial. Kalkulasi biaya produk yang lebih akurat lebih
berguna, dan yang menjelaskan secara rinci penggunaan masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan
manajer meningkatkan kualitas, produktifitas, dan mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap
kelemahan akuntansi biaya manajemen tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan
sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini.

Trend yang menyebabkan perubahan akuntansi manajemen adalah:

1. Kemajuan teknologi informasi.

2. Implementasi metode just-in time manufacturing.

3. Meningkatnya tuntutan kwalitas dan kwantitas

4. Meningkatnya diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya daur hidup produk.

5. Diperkenalkannya computer-integrated manufacturing.

Perkembangan teknologi informasi menyebabkan dunia menjadi tanpa batas, batas-batas antar negara
menjadi semakin tidak jelas dengan semakin meluasnya perdagangan bebas di seluruh dunia dan
persaingan bersifat global dan tajam. Sifat persaingan ini menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan-
perusahaan yang memasuki tingkat persaingan dunia yang ketat. Pemaksimalan laba memaksa
manajemen mencari berbagai strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan,
berkembang dan menjadi pemenang dalam persaingan. Hanya perusahaan-perusahaan yang
manajemennya berhasil menjadikan perusahaannya memiliki keunggulan pada tingkat dunialah yang
mampu bertahan, berkembang dan menjadi juara pada situasi persaingan global yang semakin ketat.

Akuntansi manajemen berintikan akuntansi biaya yang dikembangkan di USA mulai akhir abad ke 19 dan
permulaan abad 20. Pada tahap awal perkembangannya (sampai dengan tahun 1914), akuntansi
manajemen berorientasi pada penentuan cost produk dengan penelusuran profitabilitas produk secara
individual dan penggunaan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan strategik bagi pemimpin
perusahaan dan pemakai intern lainnya.

Mulai tahun 1925, dengan dikembangkannya pasar modal di USA, hampir semua usaha akuntansi
manajemen untuk menghasilkan informasi bagi pemakai intern kemudian dihentikan dan digantikan
dengan penentuan cost sediaan (inventory costing).

Perubahan orientasi akuntansi manajemen dari penyediaan informasi bagi pemakai intern (untuk
kepentingan pengambilan keputusan strategik) ke penyediaan informasi keuangan bagi pihak luar
perusahaan berlangsung terus sampai awal tahun 90-an. Pelaporan keuangan kepada pihak luar menjadi
pendorong utama dalam perancangan sistem akuntansi biaya sejak pasar modal dikembangkkan di USA.

Dalam tahun 1950-an dan 1960-an, telah dilakukan beberapa usaha untuk memperbaiki manfaat sistem
akuntansi biaya konvensional untuk kepentingan manajemen. Usaha untuk memperbaiki akuntansi
biaya pada saat itu, pada hakikatnya hanya terpusat pada bagaimana membuat informasi akuntansi
keuangan lebih bermanfaat bagi pemakai luar, dan tidak ditujukan untuk menghasilkan informasi
akuntansi yang khusus diperuntukan bagi kepentingan manajemen.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, praktik-praktik akuntansi manajemen tradisional yang sudah tidak
mampu lagi melayani kebutuhan manajerial, banyak ditemukan. Beberapa pihak menyatakan sistem
akuntansi manajemen yang ada sudah usang dan tidak berguna karena perkembangan lingkungan
ekonomi yang berkembang pesat, sehingga dibutuhkan pengembangan praktik-praktik informasi
akuntansi manajemen yang inovatif dan relevan.

Trend Yang Menyebabkan Perubahan Akuntansi Manajemen

Berikut Ini Merupakan Trend Yang Menyebabkan Perubahan Akuntansi Manajemen.

1). Kemajuan Teknologi Informasi

Dengan teknologi informasi pada tingkat perkembangannya sekarang, manajemen mampu


memproduksi produk yang tidak terbayangkan sebelumnya, dan dengan mudah dapat memperoleh
informasi yang diperlukan untuk menjalankan bisnis mereka. Dilain pihak, akuntan manajemen mampu
melakukan rekayasa informasi yang sebelumnya tidak mungkin dilaksanakan dengan cara manual.

2). Implementasi Just-in time (JIT) Manufacturing

Melalui implementasi filosofi ini, perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan,tanpa
memanfaatkan tersedianya sediaan dan tanpa menanggung biaya sediaan. Setiap operasi hanya
memproduksi untuk memenuhi permintaan dari operasi berikutnya. Oleh karena itu, JIT merupakan
usaha untuk mengurangi waktu penyimpanan, serta mempunyai dampak signifikan terhadap tingkat
sediaan, tata letak pabrik dan penyediaan jasa pendukung.

3).Meningkatnya Tuntutan Mutu

JIT manufacturing menuntut ketepatan waktu produksi dan penyerahan produk akhir kepada customer
maupun produk antara dari satu tahap produksi ke tahap produksi berikutnya. Untuk menghasilkan
produk sesuai dengan spesifikasi mutu yang dijanjikan kepada customer dibutuhkan pengendalian
menyeluruh atau Total Quality Control (TQC).

TQC merupakan konsep pengendalian yang meletakan tanggung jawab pengendalian dipundak setiap
karyawan yang terlibat dalam proses pembuatan produk, sejak desain sampai proses produksi, sampai
produk mencapai pembeli.

4). Meningkatnya Diversifikasi dan Kompleksitas Produk

Banyak perusahaan yang memproduksi berbagai macam kelompok produk yang masing-masing produk
mengkonsumsi sumber daya dengan tingkat yang sangat berbeda satu sama lain, sehingga pembebanan
biaya overhead pabrik tidak mencerminkan keterserapan produk tersebut. Pemanfaatan komputer
untuk memudahkan desain dan pengetesan hasil desain produk menyebabkan inovasi produk sangat
pesat, sehingga daur hidup produk (product life cycle) menjadi semakin pendek.

5). Diperkenalkannya Computer-Integrated Manufacturing (CIM)

Dengan digunakannya CIM dalam pabrik, perusahaan mampu memproduksi produk berdasarkan order,
bukan atas dasar prakiraan. CIM mampu memperpendek lead time dan mengurangi sediaan secara
besar-besaran. CIM juga mengurangi secara signifikan penggunaan sumber daya manusia dalam proses
pengolahan produk.

Lingkungan ekonomi telah mensyaratkan pengembangan praktik-praktik akuntansi manajemen yang


inovatif dan relevan. Konsekuensinya, sistem akuntansi manajemen berdasarkan aktivitas (Activity-
Based Management) banyak dikembangkan dan diimplementasikan oleh organisasi dengan fokus yang
telah diperluas agar memungkinkan melayani kebutuhan pelanggan dan mengelola rantai nilai
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai