[tutup]
Instagram, dan
Facebook,
Telegram
4Jenis Anggaran
o
4.1Anggaran Operasional
4.2Anggaran Modal/Investasi
7Pustaka
8Lihat pula
9Pranala luar
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat
membelanjakan anggaran tersebut.
Komprehensif.
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu,
adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.
Keutuhan anggaran.
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.
Nondiscretionary Appropriation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan
efektif.
Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi tahunan.
Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat
dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.
Jelas.
Diketahui publik.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui
taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan secara lebih
akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan
diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran
Tahap ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.
Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan
kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahanbantahan dari pihak legislatif.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah
didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.
Akuntansi
Akuntansi
Menu navigasi
Pembicaraan
Kontribusi
Masuk log
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Pencarian
Lanjut
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Halaman
Pembicaraan
Bagikan
Google+
Cetak/ekspor
Buat buku
Versi cetak
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Pranala menurut ID
Bahasa
Tambah interwiki
Kebijakan privasi
Tentang Wikipedia
Penyangkalan
Pengembang
Cookie statement
Tampilan seluler
Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multi-fungsi
yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada
komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan
dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan
dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan
dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan.
Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan
manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya
terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik.
Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua
pendekatan tersebut adalah:
ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara berkembang
dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang
didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang besifat lineitem.
Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c) cenderung
sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (f) menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur
anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang
dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan
informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi
tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah
tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban
yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan
dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for
money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya
kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program, atau
kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah
tidak relevan dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas dasar
sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk
menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran,
walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode
sekarang. Karena sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk
dilakukan penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah
semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem
anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran
tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari
pemerintah atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang
dilakukan.
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara
menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional
tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya, atau
memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan,
bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan
persaingan antar departemen.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek,
terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak
diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan
lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau
budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian
untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi
anggaran.
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM
Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis
dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan
sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah
terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul
dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management tersebut menimbulkan
beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi,
pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model pemerintahan yang
diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan
konsep reinventing government. Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut
adalah:
1. Pemerintahan katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik.
Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara
langsung dengan proses produksinya (producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah
harus dijadikan sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah hanya memproduksi
pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.
2. Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada melayani. Pemerintah
sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga mereka mampu menjadi
masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community).
3. Pemerintah yang kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan
kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada pemerintah
tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas
masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana
yang dialokasikan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah tradisonal yang
birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik.
9. Pemerintah desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan mekanisme
pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan
pemaksaan). Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam
mengalokasi sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif yaitu
menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan
kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur tersebut).
Pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan
mengawasi tetapi mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak
melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management
telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan
anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran
sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting
Paket keputusan incremental. Paket keputusan incremental merefleksikan tingkat usaha yang
berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base
package yang menunjukkan tingkat minimal suatu kegiatan, dan paket lain yang tingkat
aktivitasnya lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap kenaikan level aktivitas dan juga
akan berpengaruh terhadap biaya. Setiap paket memiliki biaya dan manfaat yang dapat
ditabulasikan dengan jelas.
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih
efisien.
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yang melelahkan dan
membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang
mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf memiliki kemampuan untuk
mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam perankingan muncul pertimbangan subyektif
atau mungkin terdapat tekanan politik sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk dalam
anggaran.
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber daya secara
optimal
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan teknologi yang
canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik terkadang
kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statististik hanya tepat untuk mengukur
beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat progam atau
kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi biaya.
Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses
perencanaan dan pengendalian anggaran.
II. PENGERTIAN ANGGARAN DAN PENGANGGARAN 2.1 Pengertian Anggaran Kata
"anggaran" merupakan terjemahan dari kata "budget" dalam bahasa Inggris. Akan
tetapi, kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Perancis baougette yang
berarti a small bag (sebuah tas kecil). Dalam sejarah Inggris, istilah ini pertama kali
digunakan di tahun 1733 ketika Menteri Keuangan membawa tas kulit yang berisi
proposal keuangan pemerintah yang akan disampaikan kepada parlemen. Ketika
itu, Menteri Keuangan tersebut mengatakan "open the budget" (Edwards, et.el,
1959). Pengertian anggaran terus berkembang. Pengertiannya bermacammacam
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. The National Committee On
Governmental Accounting United States of America bahwa A budget is a plan of
financial operations embodying estimates of proposed expenditure for a given
period of time and the proposed means of financing them. Anggaran adalah
rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan untuk
membiayai belanja tersebut. b. Sementara Wildavsky (1975) mendefinisikan
anggaran sebagai catatan masa lalu, rencana masa depan, mekanisme
pengalokasian sumber daya, metode untuk pertumbuhan, alat penyaluran
pendapatan, mekanisme untuk negosiasi, harapan aspirasi strategi organisasi, satu
bentuk kekuatan kontrol dan alat atau jaringan komunikasi. Namun menurut
Wildavsky (1975) "a budget cannot act as a compass" (anggaran bukanlah kompas
karena tidak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti masa depan dan
selanjutnya perlu dicari informasi lain yang menggambarkan kenyataan dari alokasi
sumber daya). Secara umum anggaran adalah rencana kegiatan yang
direpresentasekan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk paling sederhana anggaran publik merupakan suatu
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang
meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas.
2.2 Penganggaran Penganggaran (budgeting) adalah aktivitas mengalokasikan
sumber daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan belanja negara yang
cenderung tanpa batas. Wildavsky mengatakan "budgeting is translating financial
resources into human purpose" (penganggaran adalah penjabaran sumber daya
keuangan untuk berbagai tujuan manusia). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penganggaran : 1. Kondisi perekonomian (economic wealth)
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Ekonomi yang tidak stabil seperti laju inflasi yang tidak terkendali, suku bunga yang
tinggi dan nilai tukar mata uang yang bergejolak tidak menentu. 2. Struktur politik
seperti sistem politik, tingkat korupsi, penggantian struktur pemerintahan, karakter
pemerintah dan kabinet, serta jumlah kekuatan dan kelompok penekan. 3.
anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money. konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Anggaran tradisional yang
bersifat incrementalism cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan
historis tanpa memperhatikan berbagai pertanyaan. Akibat digunakannya harga
pokok pelayanan historis adalah suatu item, program, atau kegiatan akan muncul
lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah
tidak dibutuhkan.
Line Item Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line item
yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode
line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yang telah ada struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara
riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang.
Karena sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak
memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja secara akurat. Penyusunan
anggaran secara line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang
dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Kelemahan Anggaran Tradisional: 1.
Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang. 2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah
besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya. 3. Lebih
berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumber daya, atau memonitor kinerja. 4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku
membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. 5. Proses anggaran
terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi. 6. Anggaran
tradisional bersifat tahunan. 7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan
informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. 8.
Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai. 9. Aliran. informasi (sistem informasi
finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin,
mengidentifikasi masalah dan tindakan.
4.2 Anggaran Publik Dengan Pendekatan NPM (New Public Management) Sejak
pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang
cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang berkesan kaku, birokratis dan
hierarkis menjadi model manajemen. sektor publik yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor
publik tersebut adalah pendekatan New Public Management. Model New Public
Management mulai dikenal than 1980-an dan kembali popular tahun 1990-an yang
mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya muncul konsep "managerialism"
cara yang seperti inimenurut Wildavsky (1975) digunakan oleh negara kaya dan
dalam situasi ekonomi dan politik yang relatif stabil. Kelebihan metode ini adalah
mudah dan cepat karena hanya mendasarkan pada incremetal dan anggaran tahun
sebelumnya. Akan tetapi, kelemahannya, adalah memungkinkan adanya
pendapatan dan belanja yang sudah tidak sesuai dengan kenyataan.
Revenue Budgeting Penganggaran dengan metode, ini dilakukan dengan dasar
kemampuan suatu negara untuk memperoleh pendapatan. Selanjutnya, disusun
belanja sesuai dengan kemampuan tersebut. Apabila disusun anggaran belanja
sesuai dengan kemampuan memperoleh pendapatan negara, anggaran tersebut
berimbang (balance budget). Selain itu, apabila melebihi pendapatan negara,
anggaran belanja itu disebut anggaran pengeluaran (spending budget). Wildavsky
(1975) menyatakan bahwa metode ini akan relatif digunakan oleh suatu negara
yang sangat terbatas pendapatannya, tetapi situasi ekonomi dan politik relatif
stabil.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Repetitive Budgeting Metode penganggaran dengan mengulang anggaran dari
tahuntahun sebelumnnya karena adanya kondisi yang tidak stabil dibidang ekonomi
dan politik. Pertimbangan menggunakan metode ini karena tidak memungkinkannya
menyusun dengan metode lain karena situasi dan kondisi yang tidak stabil.
Wildavsky (1975) memberikan contoh penggunaan metode ini oleh pemerintah
Republik Perancis ke-3 dan ke-4. Di Indonesia metode ini di akomodasi dalam UUD
1945 dengan catatan apabila DPR RI tidak menyetujui rancangan anggaran yang
disampaikan oleh pemerintah.
Supplemental Budgeting Metode ini digunakan dengan cara membuat anggaran
yang membuka, kesempatan untuk melakukan revisi secara luas. Cara ini dilakukan
apabila kondisi negara, tidak ada kesulitan pendapatan negara, tetapi memiliki
kendala administrasi. Kelebihan metode ini adalah menyesuaikan anggaran dengan
kondisi nyata (real) yang sedang berlangsung. Akan tetapi, kelemahan metode ini
ketidakjelasan dalam anggaran yang sering berubah. Selama itu juga ketidakjelasan
arah prioritas dari belanja negara.
Performance Budgeting Dengan metode ini anggaran disusun berdasarkan pada,
kinerja yang dapat diukur dari berbagai kegiatan. Akan tetapi, metode ini juga
menggunakan klasifikasi berdasarkan objek seperti line-item budgeting. Faktor
penentu di dalam metode, ini adalah efisiensi dari berbagai kegiatan yang ada
dengan menetapkan standar biaya (cost standard). Kelebihan metode ini adalah
bahwa kegiatan didasarkan pada efisiensi dengan adanya standar biaya
berdasarkan kegiatan masa lalu. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur
performance setiap aktivitas pemerintahan, disamping kesiapan aparat negara
dalam melaksanakan metode dengan baik.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrison, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Jakarta, BPFE, 1997.
Gade Moh., Akuntansi Pemerintahan, Jakarta, Lembaga Penerbitan FEUI, 1993.
Gozali Imam dan Arifin Sabeni, Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, Yogyakarta,
BPFE, 2001.
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta, Andi, 2002.
Robert J. Freeman and Craig D. Shoulders, Governmental and Non Profit Accounting:
Theory and Practice, Sixth Edition, Prentice Hall Inc., 1999.
Rowan Jones and Maurice Pendlebury, Public Sector Accouinting, Third Edition,
Pitman Publishing, 1992.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1