Anda di halaman 1dari 23

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di

[tutup]
Instagram, dan

Facebook,

Telegram

Anggaran Sektor Publik


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Menurut National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental


Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran (budget) sebagai berikut:
. Rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber
pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting. Bagaimanapun juga jelas
mengungkapkan apa yang akan dilakukan dimasa mendatang. Pemikiran strategis disetiap
organisasi adalah proses dimana manajemen berfikir tentang pengintegrasian aktivitas
organisasional ke arah tujuan yang beroerientasi kesasaran masa mendatang. Semakin bergejolak
lingkungan pasar, teknologi atau ekonomi eksternal, manajemen akan didorong untuk menyusun
stategi. Pemikiran strategis manajemen, direalisasi dalam berbagai perencanaan, dan proses
integrasi keseluruhan ini didukung prosedur penganggaran organisasi.
Daftar isi
[sembunyikan]

1Fungsi Anggaran Sektor Publik

2Karakteristik Anggaran Sektor Publik

3Prinsip Anggaran Sektor Publik

4Jenis Anggaran
o

4.1Anggaran Operasional

4.2Anggaran Modal/Investasi

5Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

6Tujuan Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

7Pustaka

8Lihat pula

9Pranala luar

Fungsi Anggaran Sektor Publik[sunting | sunting sumber]


Anggaran berfungsi sebagai berikut:

Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

Anggaran merupakan cetak biru akivitas yang akan dilaksanakan di


masa mendatang.

Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan


berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan
bawahan.

Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.

Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan


efisien dalam pencapaian visi organisasi.

Anggaran merupakan instrumen politik.

Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.(CLICKTRA)

Karakteristik Anggaran Sektor Publik[sunting | sunting sumber]


Anggaran mempunyai karakteristik:

Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain


keuangan.

Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau


beberapa tahun.

Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk


mencapai sasaran yang ditetapkan.

Usulan angggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak yang


berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.

Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi


tertentu.

Prinsip Anggaran Sektor Publik[sunting | sunting sumber]


Prinsip-prinsip di dalam anggaran sektor publik meliputi:

Otorisasi oleh legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat
membelanjakan anggaran tersebut.

Komprehensif.

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Oleh karena itu,
adanya dana non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

Keutuhan anggaran.

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.

Nondiscretionary Appropriation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien dan
efektif.

Periodik.

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi tahunan.

Akurat.

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat
dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.

Jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak membingungkan.

Diketahui publik.

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

Jenis Anggaran[sunting | sunting sumber]


Anggaran Operasional[sunting | sunting sumber]
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan
pemerintah. Pengeluaran pemerintah yang dapat dikategorikan dalam anggaran operasional adalah
"belanja rutin". Belanja rutin adalah pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran
dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi penmerintah. Disebut "rutin" karena sifat
pengeluaran tersebut berulang-ulang ada setiap tahun. Secara umum, pengeluaran yang masuk
kategori anggaran operasional antara lain belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan
pemeliharaan.

Anggaran Modal/Investasi[sunting | sunting sumber]


Anggaran modal menunjukan rencana jangka panjang dan pembelnjaan atas aktiva tetap seperti
gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pengeluaran modal yang besar biasanya
dilakukan dengan menggunakan pinjaman. Belanja investasi / modal adalah pengeluaran yang
manfaatnya cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan
pemeliharaan. Anggaran berfungsi sebagai alat politis yang digunakan untuk memutuskan prioritas
dan kebutuhan keuangan pada sektor tersebut.

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik[sunting | sunting sumber]


prinsip pokok dalam siklus anggaran

Tahap persiapan anggaran.

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan
yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui
taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan secara lebih

akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran pendapatan
diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran

Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat.
Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan
kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahanbantahan dari pihak legislatif.

Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.

Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen.

Tahap pelaporan dan evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah
didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.

Tujuan Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik[sunting | sunting


sumber]

Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan


koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan


barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.

Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah


kepada DPR atau MPR dan masyarakat.

Pustaka[sunting | sunting sumber]

Bastian Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE UGM,


Yogyakarta, 2001.

Ihyaul Ulum. Akuntansi Sektor Publik, UMM PRESS, Yogyakarta,


2004.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. ANDI Yogyakarta, Yogyakarta,


2002.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Akuntansi

Akuntansi Sektor Publik

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

(Inggris)(Indonesia)Program Bank Dunia di Indonesia Mengenai Isu

Anggaran Sektor Publik


Kategori:

Akuntansi

Menu navigasi

Belum masuk log

Pembicaraan

Kontribusi

Buat akun baru

Masuk log

Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu

Pencarian
Lanjut

Halaman Utama

Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman baru

Halaman sembarang
Komunitas

Warung Kopi

Portal komunitas

Bantuan
Wikipedia

Tentang Wikipedia

Pancapilar

Kebijakan

Menyumbang

Hubungi kami

Bak pasir

Halaman
Pembicaraan

Bagikan

Facebook

Twitter

Google+
Cetak/ekspor

Buat buku

Unduh versi PDF

Versi cetak
Perkakas

Pranala balik

Perubahan terkait

Halaman istimewa

Pranala permanen

Informasi halaman

Item di Wikidata

Kutip halaman ini

Pranala menurut ID
Bahasa
Tambah interwiki

Halaman ini terakhir diubah pada 26 Oktober 2014, pukul 05.40.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan


tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan

Pengembang

Cookie statement

Tampilan seluler

Jenis-jenis anggaran sektorp public

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multi-fungsi
yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada
komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan
dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan
dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan
dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah sistem, perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan.
Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika perkembangan
manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada dasarnya
terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor publik.

Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua
pendekatan tersebut adalah:

1. Anggaran tradisional atau anggaran konvensional


2. Pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public Management.

ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di negara berkembang
dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang
didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan anggaran yang besifat lineitem.
Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c) cenderung
sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (f) menggunakan prinsip anggaran bruto. Struktur
anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang
dikeluarkan untuk setiap kegiatan, dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan
informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi
tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah
tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.
Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan pertanggungjawaban
yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan pertimbangan
dalam penyusunan anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for
money ini, seringkali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya
kemudian dipaksakan pada aktivitas-aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program, atau
kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah
tidak relevan dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang
disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas dasar
sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk
menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran,
walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode
sekarang. Karena sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak memungkinkan untuk
dilakukan penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan adalah
semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan dana yang diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem
anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan hal tersebut, anggaran
tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran, seperti misalnya pendapatan dari
pemerintah atasan, pendapatan dari pajak, atau pengeluaran untuk gaji, pengeluaran untuk belanja
barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang
dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional


Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki beberapa kelemahan,
antara lain:

1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara
menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran tradisional
tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan sumberdaya, atau
memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan,
bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit
dicapai. Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik, overlapping, kesenjangan, dan
persaingan antar departemen.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu pendek,
terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik yang tidak
diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan
lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau
budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian
untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi
anggaran.
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.
ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM
Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis
dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model
manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan
sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah
terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma baru yang muncul
dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan New Public Management.
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management tersebut menimbulkan
beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi,
pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah model pemerintahan yang
diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan

konsep reinventing government. Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut
adalah:

1. Pemerintahan katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik.
Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara
langsung dengan proses produksinya (producing). Produksi pelayanan publik oleh pemerintah
harus dijadikan sebagai pengecualian, dan bukan keharusan, pemerintah hanya memproduksi
pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak non-pemerintah.
2. Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada melayani. Pemerintah
sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga mereka mampu menjadi
masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community).
3. Pemerintah yang kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan
kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada pemerintah
tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh kompleksitas
masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah yang dihadapi, semakin besar pula dana
yang dialokasikan.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi.
7. Pemerintahan wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati. Pemerintah tradisonal yang
birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik.
9. Pemerintah desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan mekanisme
pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan
pemaksaan). Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam
mengalokasi sumberdaya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif yaitu
menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan
kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai dengan prosedur tersebut).
Pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar yaitu tidak memerintahkan dan
mengawasi tetapi mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak
melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public Management
telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan
anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran
sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Based Budgeting

(ZBB), dan Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS).


Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki karakteristik umum
sebagai berikut:
1. komprehensif/komparatif
2. terintegrasi dan lintas departemen
3. proses pengambilan keputusan yang rasional
4. berjangka panjang
5. spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
8. adanya pengawasan kinerja.
ANGGARAN KINERJA
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam anggaran
tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik. Anggaran dengan
pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja
output. Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan
serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Untuk
mengimplementasikan hal-hal tersebut anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran
analitis.
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karena itu, anggaran digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money
dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan anggaran tradisional yang
menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan, pemerintah akan menyalahgunakan
kedudukan mereka dan cenderung boros (overspending). Menurut pendekatan anggaran kinerja,
dominasi pemerintah akan dapat diawasi dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness,
audit keuangan dan audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Dengan kata lain, pemerintah
dipaksa bertindak berdasarkan cost minded dan harus efisien. Selain didorong untuk menggunakan dana
secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Oleh
karena itu, agar dapat mencapai tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan tolok ukur
sebagai standar kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan
program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.
Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan program
dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan
tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta
penentuan indikator kinerja yang digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang
telah ditetapkan.
ZERO BASED BUDGETING (ZBB)
Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada sistem anggara
tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep Zero Based Budgeting dapat
menghilangkan incrementalism dan line-item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base).
Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan besarnya anggaran tahun ini untuk
menetapkan anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat inflasi atau jumlah
penduduk. ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun
penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses anggaran
dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dibutuhkan dan tidak
mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran atau mungkin juga muncul
item baru.
Proses Implementasi ZBB

Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu:


1. Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center).
Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit pembuat keputusan (decision unit) yang salah satu
fungsinya adalah untuk menyiapkan anggaran. Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang
berbasis pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian anggaran. Suatu unit
keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan level yang lebih kecil. Sebagai contoh, pemerintah
daerah merupakan suatu unit keputusan besar yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi dinas-dinas;
dinas-dinas dipecah lagi menjadi subdinas-subdinas; subdinas dipecah lagi menjadi subprogram, dan
sebagainya. Dengan demikian, suatu pemerintah daerah bisa memiliki ribuan unit keputusan.
Setelah dilakukan identifikasi unit-unit keputusan secara tepat, tahap berikutnya adalah menyiapkan
dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Dokumen tersebut disebut paket-paket keputusan (decision packages).
2. Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari aktivitas organisasi atau
fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Paket keputusan dibuat oleh manajer pusat
pertanggungjawaban dan harus menunjukkan secara detail estimasi biaya dan pendapatan yang
dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Secara teoritis, paket-paket
keputusan dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai alternatif kegiatan untuk melaksanakan fungsi
unit keputusan dan untuk menentukan perbedaan level usaha pada tiap-tiap alternatif. Terdapat dua
jenis paket keputusan, yaitu:

Paket keputusan mutually-exclusive. Paket keputusan yang bersifat mutually-exclusive adalah


paket-paket keputusan yang memiliki fungsi yang sama. Apabila dipilih salah satu paket
kegiatan atau program, maka konsekuensinya adalah menolak semua alternatif yang lain.

Paket keputusan incremental. Paket keputusan incremental merefleksikan tingkat usaha yang
berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base
package yang menunjukkan tingkat minimal suatu kegiatan, dan paket lain yang tingkat
aktivitasnya lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap kenaikan level aktivitas dan juga
akan berpengaruh terhadap biaya. Setiap paket memiliki biaya dan manfaat yang dapat
ditabulasikan dengan jelas.

3. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan


Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap berikutnya adalah meranking semua paket berdasarkan
manfaatnya terhadap organisasi. Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber
daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa di antaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.
Keunggulan ZBB

1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih
efisien.
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer

5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran


6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorong organisasi untuk
selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat pengeluaran.
Kelemahan ZBB

1. Prosesnya memakan waktu lama (time consuming), terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yang melelahkan dan
membosankan, sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang
mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf memiliki kemampuan untuk
mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam perankingan muncul pertimbangan subyektif
atau mungkin terdapat tekanan politik sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk dalam
anggaran.
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)


PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang berorientasi pada output
dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.
Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisidivisi, namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah
dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber
daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas
jumlahnya. Dalam keadaaan tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif keputusan yang
memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan. PPBS
memberikan rerangka untuk membuat pilihan tersebut.
Proses Implementasi PPBS
Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi:

1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-masing


program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui program-program. Kuncinya adalah bahwa program-program yang disusun harus terkait dengan
tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi. Pemerintah harus dapat mengidentifikasi
struktur program dan melakukan analisis program. Struktur program merupakan rerangka untuk
mengidentifikasi keterkaitan antara sumber daya yang dimiliki dengan aktivitas yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi, struktur program merupakan semacam kerangka bangunan dari
desain sistem PPBS. Analisis program terkait dengan kegiatan menganalisis biaya dan manfaat dari
masing-masing program sehingga dapat dilakukan pilihan. Untuk mendukung hal tersebut PPBS
membutuhkan sistem informasi yang canggih agar dapat memonitor kemajuan dalam pencapaian tujuan
organisasi. Sistem pelaporan anggaran PPBS harus mampu melaporkan hasil (manfaat) program bukan
sekedar jumlah pengeluaran yang telah dilakukan.
Karakteristik PPBS:

1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan


2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang karena PPBS
berorientasi pada masa depan
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
4. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, yang meliputi: (a)
identifikasi tujuan, (b) identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan,
(c) estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program, dan (d) estimasi manfaat (hasil)
yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program.
Kelebihan PPBS

1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke manajemen


menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-consciousness/cost
awareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja sama
antardepartemen
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaian tujuan
organisasi

6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber daya secara
optimal
Kelemahan PPBS

1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan teknologi yang
canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik terkadang
kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statististik hanya tepat untuk mengukur
beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat progam atau
kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi biaya.
Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen bukan program.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS

1. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan


aktivitas.
2. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output.
3. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan
ekonomi.
4. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
5. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama ketika terdapat
pertentangan kepentingan (conflict of interest).
6. Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program secara cepat dan tepat.
7. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah (resistence to
change).
8. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan politik.
Politik berusaha membuat pelaksanaan lebih technocratic yang hal tersebut bisa
mempengaruhi proses anggaran.
9. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.

MODEL-MODEL ANGGARAN PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DAN


PERKEMBANGANNYA1 Oleh: Syarifuddin,SE.,M.Soc.Sc.,Ak
I. PENDAHULUAN Anggaran merupakan satu instrumen penting dalam manajemen
karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun
organisasi sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari
aktivitas penting yang dilakukan secara rutin. Bahkan, dalam akuntansi
pemerintahan dibuat pencatatan anggaran, mengingat anggaran adalah merupakan
bagian penting dalam aktivitas pemerintahan. Perencanaan dalam menyiapkan
anggaran sangatlah penting. Anggaran mengungkapkan apa yang akan dilakukan di
masa mendatang. Pemikiran strategis setiap organisasi adalah proses dimana
manajemen berpikir tentang pengintegrasian aktivitas organisasional kearah tujuan
yang berorientasi ke sasaran masa mendatang. Semakin bergejolak lingkungan
pasar, teknologi atau ekonomi ekstemal, manajemen akan di dorong untuk
menyusun strategi. Pemikiran strategis manajemen direalisasi dalam berbagai
dokumen perencanaan, dan proses integrasi keseluruhan ini didukung proses
penganggaran organisasi. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi
kerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran financial, sedangkan penganggaran merupakan proses atau metoda untuk
mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik
merupakan tahapan yang cukup rumit dan mengandung nuansa politik yang tinggi.
Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Hal
tersebut berbeda dengan penganggaran pada sektor swasta yang relatif kecil
nuansa politisnya. Pada sektor swasta, penganggaran merupakan rahasia
perusahaan yang tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran
harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan programprogram yang di biayai dengan uang publik.
Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana
untuk setiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran
organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan
strategi telah selesai dilakukan. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil
perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat. Tahap
penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak
berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah
disusun.
1 Dipresentasikan pada seminar
bulanan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar,
Agustus 2003
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Penganggaran sektor publik harus di awasi mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi

oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses
perencanaan dan pengendalian anggaran.
II. PENGERTIAN ANGGARAN DAN PENGANGGARAN 2.1 Pengertian Anggaran Kata
"anggaran" merupakan terjemahan dari kata "budget" dalam bahasa Inggris. Akan
tetapi, kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Perancis baougette yang
berarti a small bag (sebuah tas kecil). Dalam sejarah Inggris, istilah ini pertama kali
digunakan di tahun 1733 ketika Menteri Keuangan membawa tas kulit yang berisi
proposal keuangan pemerintah yang akan disampaikan kepada parlemen. Ketika
itu, Menteri Keuangan tersebut mengatakan "open the budget" (Edwards, et.el,
1959). Pengertian anggaran terus berkembang. Pengertiannya bermacammacam
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. The National Committee On
Governmental Accounting United States of America bahwa A budget is a plan of
financial operations embodying estimates of proposed expenditure for a given
period of time and the proposed means of financing them. Anggaran adalah
rencana kegiatan keuangan yang berisi perkiraan belanja yang diusulkan untuk
membiayai belanja tersebut. b. Sementara Wildavsky (1975) mendefinisikan
anggaran sebagai catatan masa lalu, rencana masa depan, mekanisme
pengalokasian sumber daya, metode untuk pertumbuhan, alat penyaluran
pendapatan, mekanisme untuk negosiasi, harapan aspirasi strategi organisasi, satu
bentuk kekuatan kontrol dan alat atau jaringan komunikasi. Namun menurut
Wildavsky (1975) "a budget cannot act as a compass" (anggaran bukanlah kompas
karena tidak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti masa depan dan
selanjutnya perlu dicari informasi lain yang menggambarkan kenyataan dari alokasi
sumber daya). Secara umum anggaran adalah rencana kegiatan yang
direpresentasekan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam
satuan moneter. Dalam bentuk paling sederhana anggaran publik merupakan suatu
dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang
meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan aktivitas.
2.2 Penganggaran Penganggaran (budgeting) adalah aktivitas mengalokasikan
sumber daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan belanja negara yang
cenderung tanpa batas. Wildavsky mengatakan "budgeting is translating financial
resources into human purpose" (penganggaran adalah penjabaran sumber daya
keuangan untuk berbagai tujuan manusia). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam penganggaran : 1. Kondisi perekonomian (economic wealth)
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Ekonomi yang tidak stabil seperti laju inflasi yang tidak terkendali, suku bunga yang
tinggi dan nilai tukar mata uang yang bergejolak tidak menentu. 2. Struktur politik
seperti sistem politik, tingkat korupsi, penggantian struktur pemerintahan, karakter
pemerintah dan kabinet, serta jumlah kekuatan dan kelompok penekan. 3.

Ketidakseimbangan antara belanja dan pendapatan yang sangat besar merupakan


faktor penentu dalam penganggaran.
III.PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK Anggaran sektor publik dibuat untuk
membantu menentukan tingkat kebutuhan masyarakat, seperti listrik, air bersih,
kualitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya agar terjamin secara layak. Tingkat
kesejahteraan masyarakat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh
pemerintah melalui anggaran yang mereka buat. Anggaran sektor publik menjadi
penting karena : a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan
pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan
kualitas hidup masyarakat b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan
keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber
daya yang ada terbatas. c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa
pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran
merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga
yang ada.
IV.PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK Sistem anggaran sektor publik
dalam perkembangannya telah menjadi instrumen kebijakan multi fungsi yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Hal tersebut terutama
tercermin pada komposisi besarya anggaran yang secara langsung merefleksikan
arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan. Sebagai sebuah sistem,
perencanaan anggaran sektor publik telah mengalami banyak perkembangan.
Sistem perencanaan anggaran publik berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan manajemen sektor publik dan perkembangan tuntutan
yang muncul di masyarakat. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama
yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah : a)
Anggaran Tradisional atau Anggaran Konvesional; dan b) pendekatan baru yang
sering dikenal dengan pendekatan New Public Management.
4.1 Anggaran Tradisional Dua ciri utama dalam pendekatan ini adalah ; a) cara
penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan b)
struktur dan susunan anggaran yang bersifat line item. Ciri lain yang melekat pada
pendekatan ini adalah; cenderung sentralistis; bersifat spesifikasi; tahunan dan
menggunakan prinsip anggaran bruto.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Incrementalism Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada
pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat
incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah dalam
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Masalah utama dalam

anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money. konsep ekonomi, efisiensi dan efektivitas seringkali tidak dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional. Anggaran tradisional yang
bersifat incrementalism cenderung menerima konsep harga pokok pelayanan
historis tanpa memperhatikan berbagai pertanyaan. Akibat digunakannya harga
pokok pelayanan historis adalah suatu item, program, atau kegiatan akan muncul
lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah
tidak dibutuhkan.
Line Item Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line item
yang didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pengeluaran. Metode
line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yang telah ada struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara
riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang.
Karena sifatnya yang demikian, penggunaan anggaran tradisional tidak
memungkinkan untuk dilakukan penilaian kinerja secara akurat. Penyusunan
anggaran secara line-item dilandasi alasan adanya orientasi sistem anggaran yang
dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Kelemahan Anggaran Tradisional: 1.
Hubungan yang tidak memadai antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang. 2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah
besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya. 3. Lebih
berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumber daya, atau memonitor kinerja. 4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku
membuat tujuan nasional secara keseluruhan sulit dicapai. 5. Proses anggaran
terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi. 6. Anggaran
tradisional bersifat tahunan. 7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan
informasi yang tidak memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. 8.
Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai. 9. Aliran. informasi (sistem informasi
finansial) yang tidak memadai yang menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin,
mengidentifikasi masalah dan tindakan.
4.2 Anggaran Publik Dengan Pendekatan NPM (New Public Management) Sejak
pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang
cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang berkesan kaku, birokratis dan
hierarkis menjadi model manajemen. sektor publik yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sektor
publik tersebut adalah pendekatan New Public Management. Model New Public
Management mulai dikenal than 1980-an dan kembali popular tahun 1990-an yang
mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya muncul konsep "managerialism"

(Pollit, 1993); market-based public administration (Lan, Zhiyong, and Rosenbloom,


1992); post-bureaucratic paradigm (Barzelay, 1992); dan enterpreneuria
government (Osborne and Gabler, 1992). New Public Management berfokus pada
manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja bukan berorientasi pada
kebijakan. Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah
model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gabler (1992). Perspektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gabler adalah : 1. Pemerintahan Katalis : fokus
pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan publik. Pemerintah harus
menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak harus terlibat secara langsung
dengan proses produksinya. Sebaiknya pemerintah memfokuskan diri pada
pemberian arahan, sedangkan produksi pelayanan publik diserahkan pada pihak
swasta dan/atau sektor ke tiga (lembaga swadaya masyarakat dan nonprofit
lainnya). 2. Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada
melayani. Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat
sehingga mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri
(selfhelp community) 3. Pemerintah yang kompetitif : menyuntikkan semangat
kompetisi dalam pemberian pelayanan publik. Kompetisi adalah satu-satunya cara
untuk menghemat biaya sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan
kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa
harus memperbesar biaya. 4. Pemerintah digerakkan oleh visi : mengubah
organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh
misi. 5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan. Pada
pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan
oleh komplesitas masalah yang dihadapi. Pemerintah wirausaha berusaha merubah
bentuk penghargaan dan insentif itu, yaitu membiayai hasil
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
dan bukan masukan. Pemerintah daerah wirausaha akan mengembangkan suatu
standar kinerja yang mengukur seberapa baik suatu unit kerja mampu memecahkan
permasalahan yang menjadi tanggunglawabnya. 6. Pemerintah berorientasi pada
pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Pemerintah
berorientasi pelanggan akan mengidentifikasi pelanggan sesungguhnya,
menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda (dual accountability) kepada
legislatif dan masyarakat. 7. Pemerintah wirausaha : mampu menciptakan
pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan. Pemerintah daerah wirausaha dapat
mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misalnya : BPS dan Bappeda, yang
dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian,
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada pengusaha dan masyarakat,
penyertaan modal, dll. 8. Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada
mengobati. Pemerintah tradisional yang birokratis memusatkan diri pada produksi
pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik. Pemerintah wirausaha tidak
reaktif tapi proaktif la tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah, tetapi juga

berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. 9. Pemerintah desentralisasi :


dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja. Pada pemerintah desentralisasi
pengambilan keputusan bergeser ketangan masyarakat, asosiasi-asosiasi,
pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat. 10. Pemerintah berorientasi pada
(mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan mekanisme pasar (sistem
insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan
pemaksaan). Pemerintah wirausaha tidak memeintahkan dan mengawasi tetapi
mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang tidak melakukan
kegiatan-kegiatan yang merugikan masyarakat.
V. PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN Reformasi sektor publik telah mendorong
usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam
perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan tersebut,
muncul beberapa tehnik penganggaran sektor publik, misalnya adalah tehnik
anggaran kinerja (Performance Budgeting), Zero Based Budgeting (ZBB), dan
Planning, Programming System (PPBS). Pendekatan baru dalam sistem anggaran
publik tersebut cenderung memiliki karakteristik umum sebagai berikut: 1.
Komprehensif/komparatif 2. Terintegrasi dan lintas departemen 3. Proses
pengambilan keputusan yang rasional 4. Berjangka panjang 5. Spesifikasi tujuan
dan perangkingan prioritas 6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity
cost)
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
7. Berorientasi input, output dan outcome, bukan sekedar input 8. Adanya
pengawasan kinerja
Beberapa jenis model anggaran telah dikembangkan sebagai berikut: Line-Item
Budgeting Model ini merupakan bentuk anggaran yang lama sehingga dikenal
dengan traditional budgeting. Jenis pendapatan disusun seperti pendapatan pajak,
non pajak, hibah dan seterusnya. Sementara belanja disusun berdasarkan jenis
belanja seperti pegawai, barang, pemeliharaan, perjalanan dinas, pembayaran
bunga dan belanja perimbangan keuangan pusat dan daerah, transfer lain serta
belanja pembangunan (capital outlay). Line-item budgeting memiliki kelemahan
karena tidak bisa mengetahui jumlah yang dialokasikan kepada tiap unit sebagai
responsibility centres. Selain model itu, model ini tidak bisa mengukur tingkat
aktivitas yang telah direncanakan dan diprioritaskan.
Incremental Budgeting Jones and Pendlebury (1996) menyatakan tiga alasan
mengapa metode ini banyak digunakan. Pertama, banyak kegiatan untuk mencapai
tujuan pemerintah telah digunakan tahun lalu yang perlu dilanjutkan di tahun ini.
Kedua, metode ini mudah dilakukan dan menghindari konflik antar unit pemerintah.
Ketiga, metode ini sangat konservatif dengan adanya perubahan yang relatif kecil
atau dengan batas tertentu berdasarkan pertimbangan yang memadai. Sementara,

cara yang seperti inimenurut Wildavsky (1975) digunakan oleh negara kaya dan
dalam situasi ekonomi dan politik yang relatif stabil. Kelebihan metode ini adalah
mudah dan cepat karena hanya mendasarkan pada incremetal dan anggaran tahun
sebelumnya. Akan tetapi, kelemahannya, adalah memungkinkan adanya
pendapatan dan belanja yang sudah tidak sesuai dengan kenyataan.
Revenue Budgeting Penganggaran dengan metode, ini dilakukan dengan dasar
kemampuan suatu negara untuk memperoleh pendapatan. Selanjutnya, disusun
belanja sesuai dengan kemampuan tersebut. Apabila disusun anggaran belanja
sesuai dengan kemampuan memperoleh pendapatan negara, anggaran tersebut
berimbang (balance budget). Selain itu, apabila melebihi pendapatan negara,
anggaran belanja itu disebut anggaran pengeluaran (spending budget). Wildavsky
(1975) menyatakan bahwa metode ini akan relatif digunakan oleh suatu negara
yang sangat terbatas pendapatannya, tetapi situasi ekonomi dan politik relatif
stabil.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
Repetitive Budgeting Metode penganggaran dengan mengulang anggaran dari
tahuntahun sebelumnnya karena adanya kondisi yang tidak stabil dibidang ekonomi
dan politik. Pertimbangan menggunakan metode ini karena tidak memungkinkannya
menyusun dengan metode lain karena situasi dan kondisi yang tidak stabil.
Wildavsky (1975) memberikan contoh penggunaan metode ini oleh pemerintah
Republik Perancis ke-3 dan ke-4. Di Indonesia metode ini di akomodasi dalam UUD
1945 dengan catatan apabila DPR RI tidak menyetujui rancangan anggaran yang
disampaikan oleh pemerintah.
Supplemental Budgeting Metode ini digunakan dengan cara membuat anggaran
yang membuka, kesempatan untuk melakukan revisi secara luas. Cara ini dilakukan
apabila kondisi negara, tidak ada kesulitan pendapatan negara, tetapi memiliki
kendala administrasi. Kelebihan metode ini adalah menyesuaikan anggaran dengan
kondisi nyata (real) yang sedang berlangsung. Akan tetapi, kelemahan metode ini
ketidakjelasan dalam anggaran yang sering berubah. Selama itu juga ketidakjelasan
arah prioritas dari belanja negara.
Performance Budgeting Dengan metode ini anggaran disusun berdasarkan pada,
kinerja yang dapat diukur dari berbagai kegiatan. Akan tetapi, metode ini juga
menggunakan klasifikasi berdasarkan objek seperti line-item budgeting. Faktor
penentu di dalam metode, ini adalah efisiensi dari berbagai kegiatan yang ada
dengan menetapkan standar biaya (cost standard). Kelebihan metode ini adalah
bahwa kegiatan didasarkan pada efisiensi dengan adanya standar biaya
berdasarkan kegiatan masa lalu. Kelemahannya adalah sulitnya mengukur
performance setiap aktivitas pemerintahan, disamping kesiapan aparat negara
dalam melaksanakan metode dengan baik.

Planning Programming Budgeting System Model PPBS dikembangkan untuk


memungkinkan para pengambil keputusan (decision makers) mengambil keputusan
berdasarkan perhitungan atau pendekatan ilmiah dari model-model manajemen
yang ada. Didalam model ini digunakan cost and benefit analysis. Mengapa hal ini
dilakukan? adanya keterbatasan pendapatan dan banyaknya atau besarnya belanja
merupakan pertimbangan dilakukannya analysis cost and benefits. Untuk itu,
pilihan yang menghasilkan benefits yang besar akan diambil lebih dahulu. Dengan
kata lain akan dilakukan penyusunan daftar prioritas berdasarkan program yang
memiliki benefit yang terbesar. Bagaimana penyusunan anggaran dengan
menggunakan metode ini? Pertama, perumusan tujuan organisasi dan unit-unit
dibawahnya. Tanpa adanya perumusan tujuan yang jelas dari organisasi atau unit,
program tidak dapat
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
dikembangkan. Kedua, menyusun program berdasarkan tujuan-tujuan yang sama
dari setiap unit. Ketiga, program yang telah tersusun dirinci lagi menjadi aktivitasaktivitas (program elements). Keempat, setiap elemen dibuat analysis biaya dan
manfaat (cost and analysis). Kelima, menghitung biaya dan manfaat dalam level
program. Kelemahan dari metode ini adalah memerlukan waktu yang lama dan
secara tehnis sulit dipraktekkan oleh aparat penyususn anggaran. Hal ini
disebabkan oleh mengukur manfaat dengan nilai uang tidak mudah.
Zero Based Budgeting Sesuai dengan namanya, anggaran disusun dari NOL
meskipun pada tahun sebelumnya telah dilakukan proses penganggaran. Anggaran
tidak bergantung pada tahun sebelumnya sehingga hal ini merupakan lawan dari
cara incremental budgeting yang seringkali ditemukan adanya program yang sudah
tidak efektif, tetapi anggarannya justru meningkat. Padahal, di dalam praktek
dimungkinkan adanya incremental atas decision package yang digunakan dalam
penyusunan metode ini. Decision Package merupakan suatu syarat
mengembangkan model ini. Decision Package adalah suatu dokumen yang
menggambarkan informasi terkait dengan efek dari berbagai alternatif kegiatan.
Prosesnya adalah pertama, pengidentifikasian unit keputusan (decision units).
Kedua, pengembangan paket keputusan. Paket keputusan ini adalah program yang
direncanakan. Ketiga, membuat peringkat decision package. Peringkat ini dibuat
dari program yang membutuhkan dana yang rendah sampai dengan yang
membutuhkan dana yang besar. Keuntungan dari metode ini adalah menghapus
ketidak-efektifan satu program, memungkinkan program barn, pada setiap aktivitas
ada tujuan yang jelas dan melibatkan seluruh level. Akan tetapi, kerugiannya
adalah terlalu. optimis bahwa perhitungannya mudah, tidak mudah
mengkonsolidasi unit, dan ranking tidaklah mudah dan sering menjadi tidak sesuai
dengan tujuannya.

This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1
DAFTAR PUSTAKA
Baswir, Revrison, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, Jakarta, BPFE, 1997.
Gade Moh., Akuntansi Pemerintahan, Jakarta, Lembaga Penerbitan FEUI, 1993.
Gozali Imam dan Arifin Sabeni, Pokok-Pokok Akuntansi Pemerintahan, Yogyakarta,
BPFE, 2001.
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Jakarta, Andi, 2002.
Robert J. Freeman and Craig D. Shoulders, Governmental and Non Profit Accounting:
Theory and Practice, Sixth Edition, Prentice Hall Inc., 1999.
Rowan Jones and Maurice Pendlebury, Public Sector Accouinting, Third Edition,
Pitman Publishing, 1992.
This page was created using BCL ALLPDF Converter trial software. To purchase, go
to http://store.bcltechnologies.com/productcart/pc/instPrd.asp?idproduct=1

Anda mungkin juga menyukai