Anda di halaman 1dari 44

Pengertian Saham

Saham adalah pembukuan atau satuan nilai dalam berbagai instrumen finansial yang memiliki acuan
pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Menerbitkan saham, memungkinkan perusahaanperusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis
- saham (efek ekuitas) - dengan imbalan uang tunai. Ini merupakan metode utama untuk
meningkatkan modal bisnis selain menerbitkan obligasi.

Pengertian Obligasi
Obligasi adalah suatu istilah yang digunakan dalam Pengertian dan Perbedaan Saham dan
Obligasidunia keuangan yang merupakan suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada
pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya kelak
pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran.

Perbedaan Antara Saham dengan Obligasi


1.

Penghasilan pemilik saham disebut sebagai dividen dimana frekuen penghasilan yang
dia terima tidak ditentukan sedangkan pada pemilik obligasi, penghasilan yang diterima sudah
disebutkan pada surat obligasi dengan tingkat bunga yang sudah disesuaikan untuk jangka
waktu tertentu.

2.

Keuntungan investasi yang didapatkan oleh pemegang saham bergantung pada keuntungan
perusahaan sehingga tidak bisa ditentukan secara tetap. Bahkan dalam beberapa kasus jika
perusahaan merugi maka Anda selaku pemegang saham juga merasakan imbasnya.
Sedangkan pemegang obligasi keuntungannya sudah dapat dipastikan karena pada faktanya
tidak memiliki hubungan dengan perusahaan.

3.

Harga investasi saham tidak bisa dipastikan dan cukup sulit untuk diprediksi. Terkadang
harga saham bisa naik namun tidak jarang juga turun, bergantung pada perkembangan
perusahaan. Sedangkan harga obligasi biasanya relatif stabil dan sensitif terhadap suku bunga
dan tingkat inflasi.

4.

Bentuk kepemilikan pada saham adalah pemegang saham memiliki hak milik terhadap
perusahaan

tertentu,

sedangkan

bentuk

kepemilikan

pada

obligasi

hanya

berbentuk

pengakuan utang. Jadi, pemegang saham sudah sebagai pemilik perusahaan atau memiliki
hak pada suatu perusahaan, sedangkan pemegang obligasi bukan pemilik perusahaan
melainkan perusahaan hanya berutang.
5.

Waktu investasi saham bersifat jangka waktu tidak tertentu sedangkan obligasi sudah
memiliki jangka waktu yang ditetapkan.

6.

Pajak pemegang saham sudah dipotong terlebih dahulu jadi keuntungan yang diperoleh oleh
bersifat bersih, sedangkan pemilik obligasi, keuntungan yang akan diperoleh mengalami
pemotongan. Karena itu biasanya perhitungan potongan pajak sudah dilakukan terlebih dahulu
sebelum pembayaran utang oleh pihak perusahaan.

7.

Hak suara atau menentukan kebijakan perusahaan pada pemegang saham memiliki andil
untuk menentukannya karena merupakan pemilik perusahaan juga. Sedangkan pemegang
obligasi tidak dapat ikut serta menentukan kebijakan perusahaan karena statusnya adalah
sebagai pemberi pinjaman.

8.

Jika likuidasi atau pembubaran terjadi pada perusahaan maka pemegang saham tidak
memiliki hak prioritas untuk pembagian. Pembagian bukan prioritas perusahaan. Namun pada
pemegang obligasi punya klaim inferior untuk mendapatkan aset-aset yang dipunyai oleh
perusahaan demi pembayaran utang. Oleh karena itu, pemilik obligasi diprioritaskan ketika
perusahaan mengalami likuidasi.

Dari pengertian dan perbedaan antara saham dan obligasi diatas tentu kita bisa memilih mana
investasi yang cocok dilakukan, kita dapat mempertimbangkan mengenai jangka waktu, keuntungan
dan kemungkinan yang terjadi. Dengan demikian kita dapat menentukan jenis investasi yang terbaik
untuk keuntungan yang didapatkan serta kemungkinan resiko yang ada.
www.kuliah.info
Share on Facebook

Cara Menghitung Keuntungan Investasi ORI

Dibawah ini adalah ilustrasi perhitungan keuntungan/kerugian bila investor, sebut saja Bu Shinta membeli
ORI saat penawaran (pasar perdana) lalu menjualnya kembali (di pasar sekunder) dengan tingkat kupon
(bunga) yang berbeda.
ILUSTRASI 1: Beli saat penawaran ORI (Pasar Perdana)
Bu Shinta membeli ORI di pasar perdana sebesar Rp10.000.000,- dengan kupon 8,5%. Bila ORI tersebut
tidak dijual sampai jatuh tempo, maka keuntungan (kupon) yang diperoleh adalah:
Kupon = 8,5% x Rp10.000.000 x 1/12 =Rp70.833/bulan. Kupon tersebut dibayarkan setiap bulan sampai
dengan jatuh tempo.
Pokok pada saat jatuh tempo, pokok ORI dibayarkan kembali keada investor sebesar Rp10.000.000,ILUSTRASI 2: Jual kembali ORI dengan harga lebih tinggi.
Bu Shinta membeli ORI di pasar perdana sebesar Rp10.000.000,- dengan kupon 8,5% lalu dijual kembali
sebelum jatuh tempo, di pasar sekunder dengan harga 105%, maka hasil yang diperoleh adalah:
Kupon = 8,5% x Rp10.000.000 x 1/12 =Rp70.833 diterima setiap bulan sampai dengan bulan sebelum
penjualan kembali.
Pokok yang diterima saat dijual = Rp10.000.000 x 105% = Rp10.500.000.
Dari penjualan tersebut tercatat Capital Gain sebesar Rp500.000 (Hasil pejualan Pokok).
ILUSTRASI C: Jual kembali ORI dengan harga lebih rendah.
Bu Shinta membeli ORI di pasar perdana sebesar Rp10.000.000,- dengan kupon 8,5% kemudian dijual
kembali sebelum jatuh tempo di pasar sekunder dengan harga 95%, maka hasil yang diperoleh adalah:
Kupon = 8,5% x Rp10.000.000 x 1/12 =Rp70.833 diterima setiap bulan sampai dengan bulan sebelum
penjualan kembali.
Pokok yang diterima saat dijual = Rp10.000.000 x 95% = Rp9.500.000.
Dari penjualan tersebut tercatat Capital Loss (kerugian) sebesar Rp500.000 (Pokok Hasil pejualan).
(Perhitungan keuntungan belum memperhitungkan pajak ORI atas kupon dan capital gain sebesar 15%,
serta biaya transaksi penjualan kembali di pasar sekunder).

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat


dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk
membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi
pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut.
Obligasi memiliki beberapa macam ragam, yakni
1. Dilihat dari sisi penerbit:
a. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha
swasta.
b. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
c. Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah
untut membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan
publik (public utility).
2. Dilihat dari sistem pembayaran bunga:

a. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran


bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus
pada saat jatuh tempo.
b. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan
dibayarkan secara periodik.
d. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu ratarata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan
swasta.
3. Dilihat dari hak penukaran/opsi:
a. Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam
sejumlah saham milik penerbitnya.
b. Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
c. Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
tersebut.
d. Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga
tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
a. Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu
dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam
kelompok ini, termasuk di dalamnya adalah:
i. Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga
ii. Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
iii. Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak
perusahaan yang dimilikinya.
b. Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara
umum.
5. Dilihat dari segi nilai nominal:

a. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu


nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
b. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
6. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
a. Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
b. Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal
dua macam obligasi syariah, yaitu:
i. Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang
diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui
pendapatan emiten.
ii. Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi
diterbitkan.

Sementara, cara menghitung keuntungan Obligasi bisa dilihat


dari yield yang ditawarkan.
Pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari
investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan
diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan
obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor
harus mempertimbangkan besarnya yieldobligasi, sebagai faktor
pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.
Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield
to maturity.
1.
Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah
kupon yang diterima selama satu tahun terhadap harga obligasi
tersebut.
Current yield = bunga tahunan
harga obligasi

Contoh:

Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar


17% per tahun sedangkan harga obligasi tersebut adalah 98% untuk
nilai nominal Rp 1.000.000.000, maka:
Current Yield

= Rp 170.000.000 atau 17%


Rp 980.000.000
98%

= 17.34%
1.

Sementara itu yiled to maturity (YTM) adalah tingkat


pengembalian atau pendapatan yang akan diperoleh investor apabila
memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali
digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau
pendekatan nilai YTM, sebagai berikut:
YTM approximation =

C+ RP
n
R+P
2

x 100%

Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = redemption value
P = harga pemeblian (purchase value)

Contoh:
Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25%
memiliki kupon sebesar 16% dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh
tempo pada 12 juli 2007. Berapakah besar YTM approximationnya?
C = 16%
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 tahun
R = 94.25%
P = 100%

YTM approximation

= 16 + 100 94.25
3.853
= 100 + 94.25
2
= 18.01 %

(rhs)

Bunga Kredit: Jenis dan Cara


Perhitungannya
edited by 14 September 2015

Saat Anda hendak melakukan kredit kepada bank, hal yang biasa diperhatikan adalah plafon
yang tersedia beserta angsuran yang mesti Anda bayarkan hingga akhirnya melunasi pinjaman
tersebut. Anda memang menyadari pelunasan kredit yang Anda bayarkan tersebut sebenarnya
berasal dari akumulasi jumlah pinjaman Anda ditambah bunga yang dikenakan untuk pinjaman
tersebut. Namun untuk masalah bunga ini, tidak banyak orang yang peduli.
Sebagian besar orang menganggap bunga akan terlihat dari total pembayaran dikurangi dengan
jumlah pinjaman Anda sebenarnya. Cukup sampai di sana dan Anda tidak mengacuhkan bahwa
jenis dan cara menghitung bunga dapat memengaruhi nilai total pinjaman Anda. Tiap kredit
sebenarnya memiliki tipe bunganya sendiri, atau antara yang satu dengan yang lain tidaklah
serupa. Jadi, ada baiknya Anda mengetahui cara hitung dan jenis bunga terlebih dahulu agar
Anda bisa mengecek benar atau tidaknya penghitungan bunga yang dibebankan kepada kredit
Anda.
Dengan mengetahui mengenai cara hitung dari setiap jenis bunga, Anda dapat mulai
menganalisis seberapa banyak angsuran atau cicilan yang mesti Anda bayarkan serta seberapa
lama pinjaman tersebut dapat terlunasi. Dengan demikian, Anda dapat mengatur keuangan Anda
secara lebih baik. Pada dasarnya, tipe bunga yang diberlakukan oleh bank-bank pemberi
pinjaman ada tiga jenis. Ketiga jenis tersebut adalah bunga flat, bunga efektif, dan bunga anuitas.
Cara penghitungan bunga dari ketiga jenis ini tentu tidak sama satu sama lain. Berikut adalah
cara hitung dari ketiga jenis bunga tersebut.

1. Bunga Flat

Suku Bunga Flat via cermati.com

Cara penghitungan bunga flat bisa dianggap paling mudah dibandingkan dua jenis tipe bunga
lainnya. Anda dapat menemukan contoh dari penggunaan cara hitung bunga ini umumnya pada
kredit kepemilikan kendaraan bermotor atau kredit tanpa agunan. Dalam brosur-brosur iklan
kredit kendaraan bermotor, Anda akan menemukan kolom-kolom yang menampilkan angsuran
yang mesti dibayar tiap bulannya. Angka dalam kolom-kolom tersebut berlaku sampai akhir
pinjaman Anda berakhir atau lunas.

Jika Anda menemukan jumlah angsuran yang tetap seperti itu, bisa dipastikan cara penghitungan
jenis bunga yang dipakai adalah flat atau rata. Di tipe ini, nilai plafon pinjaman beserta bunganya
akan dihitung secara proporsional sesuai dengan jangka waktu atau tenor pinjaman.
Untuk memudahkan Anda membayangkan penerapan cara hitung bunga flat tersebut, berikut
adalah contoh kasus yang bisa Anda pelajari.
Indra mengajukan KTA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan
bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara flat. Berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
Bunga:
(Rp120.000.000 x 10%) : 12 bulan = Rp1.000.000
Angsuran per bulan:
Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Jadi, dari pinjaman tersebut setelah dihitung dengan cara hitung bunga flat, angsuran yang harus
Anda bayarkan hingga pinjaman tersebut lunas adalah Rp11.000.000 tiap bulan. Nilai angsuran
ini tidak akan berubah-ubah sebab bunga yang dikenakan adalah jenis bunga flat.

2. Bunga Efektif

Suku Bunga Efektif via cermati.com

Nama lain dari jenis bunga yang satu ini adalah sliding rate. Jenis bunga ini biasa diterapkan
pada kredit dengan jangka waktu atau tenor yang panjang. Contohnya saat Anda
mengajukankredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).
Alasan bunga efektif lebih ditujukan kepada kredit jangka panjang karena tenor yang lama
membuat pinjaman tidak terburu-buru harus terlunasi, sementara suku bunganya tidak terlalu
besar. Ya, suku bunga efektif biasa lebih rendah dibandingkan bunga flat. Inilah yang
membuatnya cocok untuk digunakan dalam kredit jangka panjang.

Bunga yang lebih kecil itu didapatkan dari cara hitung bunga efektif yang melihat sisa pinjaman
pokok dari debitur. Jika bunga flat melakukan penghitungan dengan mematok nilai pokok
pinjaman dari awal pinjaman, berbeda dengan penerapan bunga efektif. Yang dihitung saat
kreditur menggunakan jenis bunga ini adalah jumlah utang yang belum terbayarkan tiap
bulannya. Jadi kian lama, nilai bunga pinjaman Anda akan semakin rendah sebab sisa pinjaman
Anda semakin berkurang.
Dari nilai bunganya yang semakin kecil itu, angsuran yang mesti Anda pertanggungjawabkan
tiap bulannya juga semakin sedikit. Berikut adalah rumus untuk menghitung besaran bunga
efektif dari sebuah pinjaman.
Jika pada bunga flat, kreditur hanya menghitung pada awal pinjaman untuk menentukan
angsuran, pada pinjaman dengan bunga efektif penghitungan akan dilakukan setiap bulan. Ini
karena sisa pinjaman tentu akan semakin berkurang tiap bulannya sehingga perlu untuk
melakukan penghitungan ulang. Agar lebih memahami cara hitung bunga efektif, berikut adalah
contoh kasus yang menerapkan pemakaian jenis bunga yang satu ini.
Dani mengajukan kredit KPA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara efektif. Berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
Bunga bulan 1:
((Rp120.000.000 - ((1-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp 1.000.000
Maka, cicilan bulan 1 = Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Bunga bulan 2:
((Rp120.000.000 - ((2-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp916.667
Maka, cicilan bulan 2 = Rp10.000.000 + Rp916.667 = Rp10.916.667
Bunga bulan 3:
((Rp120.000.000 - ((3-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp833.333
Maka, cicilan bulan 3 = Rp10.000.000 + Rp833.333 = Rp10.833.333
Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 12:


((Rp120.000.000 - ((12-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp83.333
Maka, cicilan bulan 12 = Rp10.000.000 + Rp83.333 = Rp10.083.333
Terlihat ada pengurangan nilai total angsuran dari bulan pertama, bulan kedua, dan seterusnya.
Ini karena penerapan bunga efektif yang membuat bunga semakin kecil bergantung sisa pokok
pinjaman. Untuk bulan-bulan berikut dengan contoh kasus di atas, hasil penghitungan bunga
akan semakin kecil dan total angsuran akan semakin rendah.

Baca Juga: 5 KPR Terbaik yang Bisa Anda


Pertimbangkan

3. Bunga Anuitas

Suku Bunga Anuitas via cermati.com

Perhitungan bunga kredit yang satu ini merupakan modifikasi dari cara hitung bunga efektif.
Nilai pembayaran total angsuran bunga efektif yang tiap bulannya berbeda sering kali membuat
debitur menjadi bingung. Karena itu, pihak kreditur akhirnya membuat cara penghitungan yang
kurang lebih sama seperti penghitungan bunga efektif tiap bulan, namun angsuran pokoknya
yang berbeda.
Jika pada penerapan bunga efektif angsuran pokok didapatkan dari jumlah pinjaman dibagi
dengan tenor kredit, hal berbeda diaplikasikan di pinjaman yang menerapkan bunga anuitas.
Angsuran pokok didapatkan dari total angsuran yang telah ditetapkan dikurangi dengan hasil
penghitungan bunga anuitas. Berikut adalah contoh kasusnya.
Budi mengajukan kredit KPR sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenai bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara anuitas. berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:

= Rp10.549.906
Saat menghitung bunga anuitas, Anda perlu berkosentrasi dengan pokok pinjaman yang terpakai
pada bulan ini untuk menyisakan sisa pokok tabungan guna menghitung bunga di bulan
berikutnya. Dari sana terlihat, meskipun suku bunganya sama dengan bunga efektif, dengan cara
penghitugan bunga anuitas yang berbeda, hasilnya pun akan lain.

Bunga Tetap dan Mengambang


Ketiga jenis bunga di atas menurut cara penghitungannya masih menerapkan sistem bunga tetap
atau fixed. Ya, selain mesti memperhatikan cara penghitungannya, ada baiknya Anda juga
mengetahui bunga yang dikenakan kepada Anda nantinya termasuk jenis tetap atau mengambang
(floating).

a. Bunga Tetap
Secara sederhana adalah bunga yang diberikan kepada kreditur dalam tenor kredit tidak berubahubah. Persentase bunga tetap akan selalu sama dari awal pinjaman hingga pelunasan tagihannya.
Jadi misalnya pada pinjaman telah ditetapkan suku bunganya adalah 10 persen, angka tersebut
akan terus dipakai sampai pinjaman tersebut berakhir.
Jenis bunga tetap dapat dihitung baik dengan cara bunga fix, efektif, hingga anuitas. Penggunaan
bunga ini ada untung ruginya tersendiri. Untungnya, jika di pasar ada kenaikan suku bunga, hal
tersebut tidak akan terlalu berpengaruh kepada pinjaman Anda sebab bunganya telah ditetapkan.
Namun ruginya, jika bunga di pasaran turun, Anda pun tidak bisa menuai pengurangan
persentase bunga. Berikut kami berikan contoh kasus.
Dimas mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif. Berapakah
angsuran per bulan yang harus dibayar Dimas selama periode tersebut?
Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan
Cicilan pokok:
Rp500.000.000 : 36 = Rp13.888.889

Bunga bulan 1:
((500.000.000 ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 2:
((500.000.000 ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815

Bunga bulan 3:
((500.000.000 ((3-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp3.395.185
Maka, cicilan bulan ke 3 = 13.888.889 + 3.395.185= Rp17.824.074

Dan seterusnya, hingga...


Bunga bulan 36:
((500.000.000 ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Dapat dilihat bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan 36 adalah sama besar yaitu sebesar
10%.

Baca Juga: Pinjaman Tanpa Jaminan dengan KTA


Terbaik. Ini Cara Memilihnya!

b. Bunga Mengambang
Tidak berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada awal peminjaman, jenis bunga
mengambang sangat dipengaruhi oleh pergerakan kondisi pasar. Jika persentase bunga pasaran
sedang menurun, bunga pinjaman Anda juga akan ikut turun. Sebaliknya, apabila ada kenaikan
suku bunga, Anda akan terkena imbasnya sebab pinjaman Anda akan dibebankan bunga yang
lebih tinggi, sesuai dengan dinamika pasar.
Untuk jenis bunga yang satu ini, Anda akan sulit menghitungnya jika menggunakan
penghitungan bunga fix. Yang bisa dilakukan untuk melihat besaran angsuran dari bunga
mengambang adalah menghitungnya dengan cara bunga efektif maupun anuitas. Hanya saja yang
berbeda adalah persentase bunganya dari bulan ke bulan.
Berikut diberikan contoh dengan angka yang sama dengan yang diterapkan pada contoh
penghitungan bunga efektif. Cara penghitungannya tidak berubah, namun persentase bulan
keduanya saja yang dibedakan.
Vira mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif, dan sisanya
adalah floating rate hingga tenor pinjaman berakhir. Berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar Vira selama periode floating tersebut?
Diasumsikan bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan ke 36 adalah sama besar sebesar
10%, sementara untuk tahun ke 4 sampai ke 7 sebesar 12%, dan di tahun ke 8 hingga tenor
selesai dikenakan bunga sebesar 14%.
Tenor tahun ke-4 sampai tahun ke-7 (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)

Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 48 bulan (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)
Cicilan pokok:
500.000.000 : 48 = Rp10.416.667
Bunga bulan 37:
((500.000.000 ((1-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 37 = 10.416.667 + 4.166.667 = Rp14.583.333
Bunga bulan 38:
((500.000.000 ((2-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.079.861
Maka, cicilan bulan ke 2 = 10.416.667 + 4.079.861 = Rp14.496.528
Dan seterusnya, hingga...
Bunga bulan 84:
((500.000.000 ((48-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp86.806
Maka, cicilan bulan ke 36 = 10.416.667 + 86.806= Rp10.503.472
Tenor tahun ke-8 sampai tahun ke-10 (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)
Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)
Cicilan pokok:
500.000.000 : 36 = Rp13.888.889
Bunga bulan 85:
((500.000.000 ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 86:


((500.000.000 ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815

Dan seterusnya, hingga...


Bunga bulan 120:
((500.000.000 ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Saat mendapat pinjaman yang menerapkan bunga mengambang, Anda bisa untung jika kondisi
suku bunga di pasar tengah turun. Sebab itu berarti, bunga yang dibebankan kepada juga bisa
ikut berkurang. Namun sebaliknya, Anda juga harus menanggung pertambahan bunga jika ada
kenaikan suku bunga di pasar.
Apabila Anda masih kurang jelas mengenai penghitungan berbagai jenis bunga yang mungkin
diterapkan kepada pinjaman Anda, cobalah meminta pihak bank memberikan simulasi
pembayaran kredit dari awal hingga akhir, Dari sana Anda juga dapat mengetahui besaran
angsuran per bulan yang mesti Anda bayarkan. Selain itu Anda juga dapat melihat, berapa total
bunga yang dikenakan kepada Anda dari pokok pinjaman yang Anda ajukan.

Ajukan Bunga yang Sesuai


Dengan mengetahui berbagai cara penghitungan bunga dan jenis bunganya, Anda dapat
memprediksi perkiraan angsuran yang akan menjadi tanggung jawab Anda ketika melakukan
kredit. Dengan dapat menghitung bunga pula, Anda dapat mengajukan tawaran bunga yang
sanggup Anda bayarkan terhadap kredit yang diajukan kepada pihak bank. Ini bukan hal
terlarang sebab siapa pun bisa mengajukannya, karena penawaran bunga merupakan barang
lumrah di dunia perkreditan. Hanya saja, tidak banyak orang yang menyadarinya. Bagaimana,
sudah ada keinginan untuk belajar menghitung bunga agar bisa semakin meyakinkan Anda dalam
melakukan pinjaman yang realistis?

Baca Ju

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian saham?
2. Apa saja manfaat yang diperoleh dari kepemilikan saham?
3. Apa saja jenis-jenis saham?
4. Bagaimana karakteristik saham itu sendiri?
5. Apa saja macam-macam nilai dari suatu saham?
6. Bagaimana cara penilaian saham?
7. Bagaimana contoh aplikasi saham?
8. Bagaimana mekanisme perdagangan saham di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN
PERHITUNGAN SAHAM DAN APLIKASINYA
A. Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyerahan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT).[1]Saham
adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada
bagian kepemilikan sebuah perusahaan. Dengan menerbitkan saham, memungkinkan
perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka panjang untuk 'menjual'
kepentingan dalam bisnis-saham (efek ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Ini adalah metode
utama untuk meningkatkan modal bisnis selain menerbitkanobligasi. Saham dijual melalui pasar
primer (primary market) atau pasar sekunder(secondary market). Contoh surat saham:[2]

B.

Manfaat yang Diperoleh dari Kepemilikan Saham

1. Dividen, adalah bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham yang biasanya
dibagikan pada akhir tahun buku.
2. Capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual
saham.
3. Manfaat non-finansial, yaitu mempunyai hak suara dalam menentukan arah dan kebijakan
peerusahaan.[3]
C. Jenis-jenis Saham
Saham yang diterbitkan emiten ada 2 macam, yaitu
1. Saham biasa (common stock)
Saham biasa (common stock) merupakan surat bukti kepemilikan atau surat bukti
penyertaan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya (emiten), emiten ini berbentuk
Perseroan Terbatas (PT)
2. Saham preferen/istimewa (preferred stock)
Saham preferen/istimewa (preferred stock) merupakan surat penyertaan kepemilikan
(saham) yang mempunyai preferensi (keistimewaan) tertentu dibanding saham biasa.[4]
Perbedaan kedua saham di atas berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut.
Hak ini meliputi hak atas menerima dividen, memperoleh bagian kekayaan jika perusahaan
dilikuidasi setelah dikurangi semua kewajiban-kewajiban perusahaan.[5] Saham preferen
biasanya disebut sebagai saham campuran karena memiliki karakteristik hampir sama dengan
saham biasa. Biasanya saham biasa hanya memiliki satu jenis tapi dalam beberapa kasus terdapat
lebih dari satu, tergantung dari kebutuhan perusahaan. Saham biasa memiliki beberapa jenis,
seperti kelas A, kelas B, kelas C, dan lainnya. Masing-masing kelas dengan keuntungan dan
kerugiannya sendiri-sendiri.[6]
Perbedaan yang lain mengenai saham adalah saham atas nama (register stocks)dan saham
atas unjuk (bearer stocks). Saham atas nama (register stocks) adalah yang berhak atas nilai
saham sesuai dengan nama yang tercantum dalam saham tersebut. Sedangkan saham atas
unjuk (bearer stocks) adalah yang berhak atas nilai saham tersebut pemegang saham tersebut dan
tidak harus nama yang tertera pada saham tersebut sebagai pemegang saham.[7]
D.
1.
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.

Karakteristik Saham
Saham Biasa, memiliki karakteristik:
Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja.[8]
Kemampuan memberikan keuntungan (return of return) yang tidak terhingga, tergantung pada
perkembangan perusahaan penerbitnya.[9]
Saham Preferen/Istimewa, memiliki karakteristik sebagai berikut:
Hak utama atas aktiva perusahaan, artinya dalam hak likuidasi berhak menerima pembayaran
maksimum sebesar nilai nominal saham istimewa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.
Penghasilan tetap, artinya pemegang saham istimewa memperoleh penghasilan dalam jumlah
yang tetap.
Jangka waktu yang tidak terbatas, artinya saham istimewa yang diterbitkan mempunyai jangka
waktu yang tidak terbatas.

d. Tidak mempunyai hak suara, artinya pemegang saham istimewa tidak mempunyai suara dalam
RUPS.[10]
e. Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda.
f. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam
hal pembagian dividen.
g. dividen kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada
periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa.
h. Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham
dan organisasi penerbit terbentuk.[11]
i. Harga dari saham preferen relatif stabil.[12]
E. Macam-macam Nilai Pada Suatu Saham
1. Nilai Nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham tersebut.
2. Nilai Efektif
Nilai efektif adalah nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau saham tersebut di
perdagangkan di bursa.
3. Nilai Intrinsik
Nilai intrinsik adalah nilai saham pada saat dilikuidasi.[13]
4. Nilai buku (Book Value)
Nilai buku per lembar saham adalah nilai aktiva bersih (net assets) yang dimiliki pemilik
dengan memiliki satu lembar saham. Dilihat dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan.
5. Nilai pasar (Market Value)
Harga saham di bursa saham pada saat tertentu. Ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.[14]
F. Penilaian Saham
Nilai suatu aset seperti saham, dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu: cash flow aset,
tingkat pertumbuhan cash flow, dan resiko atau ketidakpastian dari cash flow.
1. Penilaian Pada Saham Biasa
Harga saham biasa sebagian besar ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: dividen tahunan,
pertumbuhan dividen, dan tingkat diskonto. Berikut ini adalah prosedur untuk menentukan nilai
dari saham biasa.
a. Menilai saham tanpa pertumbuhan dividen yang konstan
Misalkan D adalah dividen tahunan yang konstan, Ks adalah imbal hasil yang diharapkan,
P0 adalah harga saham biasa. Harga saham biasa pada masa yang akan datang dapat dihitung
dengan rumus:

Perlu dicatat bahwa rumus di atas ini merupakan persamaan umum yang dapat pula digunakan
untuk saham preferen. Perbedaannya hanya pada nilai imbal hasil yang diharapkan (Ks) dari
saham biasa yang bergantung pada resiko pada sebagian saham biasa. Persamaan di atas lebih
lanjut dapat disederhanakan menjadi:

Contoh masalah, saham biasa tanpa pertumbuhan dividen:


Perusahaan membayar dividen tahunan sebesar Rp. 300 per lembar saham, anggap tidak
terdapat pertumbuhan dividen di masa depan, dan imbal hasil yang diharapkan 12%. Berapa
seharusnya harga saham biasa?
Solusi:[15]
b. Menilai saham dengan pertumbuhan dividen yang konstan
Dividen suatu perusahaan dapat naik dengan tingkat yang tetap pada basis tahunan.
Misalnya, jika dividen terakhir adalah Rp. 200 dan dividen tumbuh menjadi 5% setiap tahun,
maka dividen tahun depan menjadi Rp. 210.
Rp. 200 (1 + 0,05) = Rp. 200 (1,05) = Rp. 210
Dividen pada tahun kedua menjadi Rp. 220,50
Rp. 200 (1 + 0,05) (1 + 0,05) = Rp. 200 (1,05)2 = Rp. 220,50
Harga saham biasa dengan tingkat tingkat pertumbuhan yang konstan dapat pula
ditentukan jika dividen masa depan didiskontokan pada imbal hasil (K s) yang konstan.
Rumusnya adalah:

Pada persamaan ini, D0 = (1 + g)1 adalah dividen pada tahun 1, D0 = (1 + g)2 adalah dividen
di tahun 2, begitu seterusnya. MJ. Gordon, seorang prionir pada bidang keuangan,
menyederhanakan persamaan di atas menjadi:

Dimana:

D0 = pembayaran dividen terakhir per lembar saham


D1 = dividen yg diharapkan perlembar saham pada tahun 1
Ks = required rate of return
g = pertumbuhan tingkat dividen
Persamaan ini dalam literatur keuangan disebut dengan model Gordon
Contoh masalah, saham biasa dengan pertumbuhan dividen yang konstan:
Pembayaran dividen terakhir oleh suatu perusahaan adalah Rp. 180 per lembar saham.
Perusahaan tersebut berniat untuk menaikkan dividen tahunan pada rate 6%. Dengan asumsi
imbal hasil 11%, tentukan aetimasi harga saham tersebut.
Solusi. Dengan model Gordon, perhitungannya:[16]

c. Penilaian saham dengan pertumbuhan dividen yang tidak menentu


Perusahaan umunya memiliki tingkat pertumbuhan dividen yang tidak menentu dalam
beberapa tahun awalnya dan kemudian menjadi normal dan memiliki tingkat pertumbuhan yang
konstan.

Ketika saham biasa memiliki dua atau lebih tingkat pertumbuhan dividen yang berbeda,
dividen masa depan harus dihitung secara terpisah. Dividen yang diproyeksikan ini harus
didiskontokan kembali ke masa sekarang, dan akhirnya semua present value ditambahkan secara
bersama-sama.
Contoh masalah:
Perusahaan tahun lalu membayar dividen sebanyak Rp. 400 per lembar sahamnya.
Diharapkan bahwa dividen akan bertumbuh 29% setiap tahun selama tiga tahun ke depan dan
kemudian menurun ke tingkat normal 6%. Dengan asumsi imbal hasil sebesar 12%, tentukan
estimasi harga saham biasa saat ini.
Solusi:
Tahun Pendapatan
PVIF 12%P
Resent ValuePendapatan
1
D1 = Rp. 480
0,8929
Rp. 429
2
D2 = Rp. 576
0,7972
Rp. 459
3
D3 = Rp. 691
0,7118
Rp. 492
P3 = Rp. 12.208 0,7118
Rp. 8.690
Total PV
Rp. 10.070
Pada tabel di atas, D1, D2, D3 atau dividen pada tahun 1, 2, 3 di harapkan tumbuh sebesar
29%. Harga saham pada tahun 3 (Ps) adalah:[17]

d. Penilaian saham dengan pertumbuhan dividen nol


Penilaian saham dengan pertumbuhan dividen nol, artinya tidak ada pertumbuhan dividen.
Dividen yang dibayar setiap tahunnya akan konstan pada jumlah tertentu. Nilai saham dihitung
berdasarkan nilai sekarang (present value)dari dividen yang diharapkan. Formula nilai saham
dengan pertumbuhan dividen nol adalah sebagai berikut:

Di mana:
P0 = nilai saham, atau harga pasar aktual pada saat ini
D = dividen saham biasa yang diharapkan oleh invertor per tahun
Ks = tingkat pengembalian minimum yang disyaratkan atas saham
n = umur saham pada tahun ke-n
Formula perhitungan nilai saham tersebut di atas dapat disederhanakan menjadi:

Contoh masalah:
PT AMRO akan membagikan dividen atas sahamnya sebesar Rp. 500 per lembar setiap
tahun. Dividen ini tidak mengalami pertumbuhan (pertumbuhan nol). Tingkat pengembalian
yang diharapkan sebesar 10%. Maka nilai sahamnya adalah:[18]

2. Penilaian Pada Saham Preferen

Karena sifatnya yang fleksibel, maka kemampuan untuk mengestimasi nilai saham
preferen perusahaan tertutup tergantung kepada pengalaman menganalisis dan penilaian
subjektif.[19]
Pemegang saham preferen menerima dividen tetap dari perusahaan. Saham preferen tidak
memiliki tanggal jatuh tempo. Oleh karena itu, saham preferen dapat dianggap perpetuitas. Nilai
saham preferan dapat pula ditentukan dengan mendiskontokan present value dividennya terhadap
periode waktu:

Di mana

VP = nilai pasar saham preferen


D = dividen tetap
K = tingkat diskonto
Persamaan ini dapat ditulis dengan cara yang lebih sederhana:
Nilai saham preferen diketahui jika dividen dan tingkat diskonto diketahui.
Contoh masalah, menentukan nilai saham preferen:
Perusahaan PQR mengeluarkan saham preferen yang setiap sahamnya memberikan dividen
tahunan sebesar Rp. 200, tingkat diskonto untuk saham preferen serupa di pasar adalah 10%.
Tentukan nilai saham preferen yang dikeluarkan perusahaan tersebut.
Solusi:[20]

G. Aplikasi
Masyarakat dapat membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia, pembelian
saham harus dilakukan atas kelipatan 500 lembar atau disebut juga dengan 1lot. Saham pecahan
(tidak bulat 500 lembar) bisa diperjualbelikan secara over the counter. Salah satu tujuan
masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:
1. Meningkatnya nilai kapital (capital gain).
2. Mendapatkan dividen.
Penawaran Saham Perusahaan kepada masyarakat pertama kali sebelum listing di bursa
dinamakan Initial Public Offering (IPO), sedangkan jika sudah terdaftar (listing) dan perusahaan
ingin menambah saham beredar dengan memberikan hak terlebih dahulu kepada pemegang
saham lama untuk membelinya dinamakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
dikenal juga dengan sebutan Right Issue.
Beberapa perusahaan Indonesia melakukan dual listing saham di Bursa Efek
Jakarta dan New York Stock Exchange. Saham yang diperjualbelikan di NYSE tersebut biasa
dikenal dengan American Depositary Receipt (ADR). Harga saham, bisa naik atau pun turun,
seiring dengan situasi dan kondisi yang ada. Seperti saat krisis moneter pada tanggal 15
September 1998, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga merupakan barometer saham di
Indonesia terpuruk hingga mencapai nilai 292,12 poin. Pada bulan September pula, IHSG
mencapai nilai terendah yaitu 254 poin. Hal ini menyebabkan saham-saham di dalam negeri
menjadi under value. Dalam periode 2002-2007, nilai IHSG telah pulih bahkan sudah beberapa

kali memecahkan rekor. Contohnya pada tahun 2006 dan tahun 2007 IHSG memposisikan
dirinya sebagai salah satu indeks yang memiliki kinerja terbaik dunia (peringkat 2 setelah Cina,
mencapai level 2.745,826 poin). Pada tanggal 11 Desember 2007, IHSG mencapai level
2.810,262 poin sekaligus menorehkan sejarah sebagai level indeks tertinggi sepanjang sejarah
Indonesia. Selain itu, IHSG mengalami peningkatan rata-rata tahunan sebesar 42,18% sebagai
pergerakan indeks tertinggi dibandingkan dengan peningkatan indeks di Asia.[21]
Untuk mendapatkan keuntungan dapat menggunakan prinsip beli murah, jual mahal (buy
low sell high). Jadi, dengan analisa harga saham yang tepat, harus membeli saham pada saat
harga berada pada SL (Support Level) dan menjual saham pada saat harga diperkirakan berada
pada RL (Resistance Level). Tentu saja keuntungan yang diperoleh tidaklah bertahan lama.
Makin banyak orang mengetahui adanya SL dan RL pada suatu saham dan memanfaatkannya,
pola ini akan hancur dengan sendirinya. Kunci dalam menggunakan metode saham ini adalah
kecepatan memperoleh informasi. Orang yang pertama tahu adanya SL dan RL inilah yang
punya potensi cukup besar untuk memetik keuntungan, sementara yang belakangan hanya
kebagian sisanya saja, atau malah rugi karena sebenarnya RL dan SL-nya sudah berubah lagi.
Para ahli meyakini bahwa jika SL ditembus, maka biasanya SL tersebut akan menjadi RL yang
baru. Begitu pula jika RL yang ditembus maka RL tersebut menjadi SL yang baru. Semakin
besar volume perdagangan yang terjadi akan semakin memperkuat posisi SL dan RL yang
terjadi.[22]
H. Mekanisme Perdagangan Saham Di Indonesia

Gambar. Bagan mekanisme perdagangan saham


Pertama yang perlu dilakukan adalah investor harus menjadi nasabah pada perusahaan efek
dahulu. Investor membuka rekening dengan membayarkan deposit sejumlah Rp 25 juta,
sementara yang lain mewajibkan sebesar Rp 15 juta dan seterusnya. Jumlah yang disetorkan
bervariasi. Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tapi di
Bursa Efek Indonesia pembelian minimal 500 lembar atau 1 lot, misalnya harga saham
perusahaan XYZ senilai Rp 100,00 maka dana minimal yang dibutuhkan untuk membeli satu lot

sama dengan Rp 50.000,00 (500 lembar dikali Rp 100,00). Transaksi penjualan atau pembelian
dapat dilakukan pada Hari Bursa. Mekanisme perdagangan, secara sistematis sebagai berikut:
Perdagangan saham di BEJ (transaksi bursa) dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga
pasar berikut:
1. Pasar Reguler
Pasar di mana perdagangan dilaksanakan melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan
pada Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa (T + 3).
2. Pasar Reguler Tunai
Pasar di mana perdagangan dilaksanakan melalui JATS dan penyelesaiannya dilakukan
pada Hari Bursa yang sama dengan terjadinya Transaksi Bursa (T + 0).
3. Pasar Negosiasi
Pasar di mana perdagangan dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar langsung secara
individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan (non-continuous auction market) dan
penyelesaiannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli. Selanjutnya
hasil kesepakatan tersebut diproses melalui JATS.[23]
Tempat Perdagangan
Tempat lain untuk membeli saham selain IDX/Indonesia Stock Exchange(Indonesia),
yaitu Nasdaq/Nasdaq Stock Market (Amerika Serikat), NYSE/New York Stock Exchange (New
York), SEAQ/Stock Exchange Automated Quotations (London),Euronext (merger pasar saham
antara
negara Paris, Amsterdam,
dan Brussels),TSE/Tokyo
Stock
Exchange (Tokyo), SGX/Singapore Exchange (Singapura) dan tempat lainnya (terdapat kurang
lebih 69 tempat perdagangan/bursa saham di seluruh dunia).[24]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saham adalah tanda penyerahan modal pada suatu Perseroan Terbatas (PT), yang
merupakan satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada
bagian kepemilikan sebuah perusahaan.
Saham yang diterbitkan emiten ada 2 macam, yaitu: Saham biasa (common stock),
dan Saham preferen/istimewa (preferred stock).
Harga saham biasa akan menurun jika tingkat diskonto (K s) menaik. Dan juga walaupun
dividen tahunan saham preferen adalah konstan, harga saham dapat berubah, harga saham
preferen akan meningkat jika tingkat diskonto pasar menurun.
Perdagangan saham di BEJ (transaksi bursa) dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga
pasar berikut: Pasar Reguler, Pasar Reguler Tunai, dan Pasar Negosiasi. Masyarakat dapat
membeli saham biasa di bursa efek via broker. Di Indonesia, pembelian saham harus dilakukan
atas kelipatan 500 lembar atau disebut juga dengan 1lot. Saham pecahan (tidak bulat 500 lembar)
bisa diperjualbelikan secara over the counter.
Dengan analisa harga saham yang tepat, harus membeli saham pada saat harga berada pada
SL (Support Level) dan menjual saham pada saat harga diperkirakan berada pada RL (Resistance
Level). Tentu saja keuntungan yang diperoleh tidaklah bertahan lama. Makin banyak orang
mengetahui adanya SL dan RL pada suatu saham dan memanfaatkannya, pola ini akan hancur

dengan sendirinya. Kunci dalam menggunakan metode saham ini adalah kecepatan memperoleh
informasi.
B.

Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah
khasanah bagi semua. Amiiinn..
DAFTAR PUSTAKA

Cara Menghitung Pendapatan Per Lembar Saham (Earnings Per Share/EPS)

Pendapatan per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu
periode untuk tiap lembar saham yang beredar.
Informasi mengenai pendapatan per lembar saham (EPS) dapat digunakan oleh
pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan.
Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan.
Bila dividen yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan
pendapatan per lembar saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh
persentase pembayaran (pay out percentage).
Perhitungan earnings per share ini tidak berlaku untuk perusahaan-perusahaan yang
tidak go public.
Beberapa istilah yang perlu diketahui berkaitan dengan pendapatan per share ini, yaitu :
Dilution (dilutive)
Dilutive adalah pengurangan terhadap earnings per share yang diakibatkan oleh
anggapan bahwa convertible securities sudah ditukarkan.

Atau options dan warrants yang sudah digunakan atau saham-saham lain sudah
dikeluarkan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Primary earnings pershare
Adalah jumlah pendapatan yang diperoleh oleh setiap lembar saham biasa yang
beredar, termasuk saham ekuivalen.
Saham biasa ekuivalen
Adalah surat berharga yang karena perjanjian-perjanjian yang dibuat pada saat surat
berharga itu dikeluarkan, bersifat ekuivalen terhadap saham biasa.
Stock options dan warrants, termasuk stock appreciation rights dan lain-lain program
hadiah yang variabel diklasifikasikan sebagai saham biasa ekuivalen.
Surat-surat berharga yang dapat ditukarkan yang memberikan hasil kurang dari dua per
tiga hasil rata-rata obligasi yang dikelompokkan Aa pada saat pengeluarannya juga
diklasifikasikan sebagai saham biasa ekuivalen.
Fully diluted earnings pershare
Adalah jumlah pendapatan per lembar yang menunjukkan maksimum dilution yang
akan terjadi dari pertukaran, penggunaan dan pengeluaran-pengeluaran bersyarat yang
secara individual akan mengurangi earnings dan secara keseluruhan mempunyai akibat
dilutive.
Semua pengeluaran itu dianggap terjadi pada awal periode atau jika lebih belakangan
pada saat syarat-syarat tertentu timbul.
If-converted method
Suatu metode perhitungan data earnings per share yang menganggap pertukaran
convertible securities terjadi pada awal periode yang dilaporkan atau jika lebih
belakangan pada saat pengeluaran.
Treasury Stock Method
Suatu metode yang mengakui penggunaan penerimaan uang yang diperoleh dari
penggunaan options atau warrants dalam perhitungan earnings per share.
Dianggap bahwa setiap penerimaan uang akan digunakan untuk membeli saham biasa
dengan harga pasar sekarang.
Option
Adalah hak untuk membeli saham biasa dengan harga yang sudah disetujui. Istilah ini
termasi perjanjian pembelian saham oleh karyawan perusahaan. Dalam standar ini
option dipertimbangkan sebagai surat berharga.

Warrant
Adalah surat berharga yang memberi hak pada pemiliknya untuk membeli saham biasa
dengan harga tertentu sesuai dengan perjanjian.
***
Perusahaan-perusahaan yang struktur modalnya sederhana (hanya saham biasa atau
tidak mempunyai dilutive securities yang jumlahnya besar) sebaiknya menyajikan satu
data earnings per share pada halaman muka laporan laba rugi.
Penyajian data primary earnings per share harus didasarkan pada rata-rata tertimbang
jumlah saham biasa yang beredar dalam periode itu dan saham biasa yang dianggap
beredar.
Hal itu untuk menunjukkan akibat negatif (dilutive) dari saham biasa ekuivalen dan
surat-surat berharga yang memungkinkan pemiliknya untuk memperoleh saham biasa
diklasifikasikan sebagai saham biasa ekuivalen atau surat berharga lain yang secara
potensial mempunyai efek dilutive.
Klasifikasi ini dibuat pada waktu surat-surat berharga tersebut dikeluarkan dan biasanya
tidak akan berubah lagi.
Stock options dan warrants serta ekuivalensinya dimasukkan dalam perhitungan
earnings per share dengan metode treasury stock.
Melalui metode ini, penggunaan options atau warrants dianggap pada awal periode
atau jika lebih belakangan saat pengeluaran dan penerimaan.
Saham biasa yang beredar dianggap bertambah sebesar perbedaan antara jumlah
saham yang dikeluarkan dan jmlah saham yang dibeli.
Surat-surat berharga yang dapat ditukarkan (convertible) dimasukkan dalam
perhitungan earnings per share dengan metode if-converted.
Melalui metode ini, surat berharga tersebut dianggap sudah ditukarkan dengan saham
biasa pada awal periode atau jika lebih belakangan pada tanggal pengeluaran.
Pengurangan-pengurangan dari bunga sesudah dikurangi pajak yang berasal dari
utang yang dapat ditukarkan.
Dividen dari saham prioritas yang dapat ditukarkan harus diperhitungkan dalam
menentukan jumlah pendapatan untuk saham biasa.

Perhitungan Earnings Per Share (EPS)

Perhitungan pendapatan per lembar saham (EPS) tergantung dari struktur modal
perusahaan, yaitu sederhana atau kompleks.
Berikut ini contoh perhitungan pendapatan per lembar saham untuk masing-masing
struktur modal :

Perusahaan dengan Struktur Modal yang Sederhana

Struktur modal yang sederhana adalah struktur modal yang terdiri dari saham biasa
saja atau dapat juga terdiri dari berbagai macam saham tapi secara potensial tidak
mempunyai efek dilutive.
Untuk perusahaan yang struktur modalnya sederhana, perhitungan pendapatan per
lembar saham (EPS) dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Contoh 1 :
PT MyCom Computer mempunyai modal saham biasa yang beredar dalam tahun
2015 sebanyak 1000 lembar.
Pendapatan bersih dalam tahun 2015 sebesar Rp. 1.500.000,- . Semua saham sudah
beredar sejak awal tahun 2015 dan tidak ada saham prioritas.
Pendapatan per lembar saham PT MyCom Computer untuk tahun 2015 sebesar :

Contoh 2 :
PT ILC Computer Learning mempunyai modal sebagai berikut :

Saham biasa (beredar) sebanyak 1.500 lembar. Saham prioritas, nominal Rp. 1.000 per
lembar saham, beredar sebanyak 500 lembar.
Dividen saham prioritas sebesar 10%. Pendapatan bersih tahun 2015 sebesar Rp.
2.000.000,-.
Perincian mengenai saham biasa adalah sebagai berikut :
01 Januari 2015, beredar 1.000 lembar.
01 Juli 2015, emisi baru sebanyak 500 lembar.
Untuk dapat menghitung pendapatan per lembar saham, pertama kali perlu dihitung
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar.
Perhitungannya sebagai berikut :

Perusahaan dengan Struktur Modal yang Kompleks

Struktur modal yang kompleks adalah struktur modal yang terdiri dari berbagai macam
surat berharga seperti saham biasa, saham prioritas, surat-surat berharga yang dapat

ditukarkan (convertible) seperti convertible preferred stock, convertible


bonds dan options atau warrants.
Accounting standar untuk struktur modal yang kompleks menghendaki penyajian 2 data
pendapatan per lembar saham, primary earnings per share dan fully diluted earnings
per share.
Rumus perhitungan primary earnings per share adalah sebagai berikut :

Sedangkan rumus untuk menghitung fully diluted earnings per share adalah primary
earnings per share dikurangi dengan surat berharga selain saham biasa ekuivalen yang
mempunyai akibat dilutive.
Bila dituliskan dalam sebuah formula adalah sebagai berikut :

Untuk aplikasi riel saya sarankan baca di artikel ini :


Inilah Kinerja Keuangan 2 Perusahaan Indonesia di Forbes The Global 2000 tahun
2016 : Telkom dan Gudang Garam
Inilah Kinerja Keuangan 6 Jawara Indonesia di Forbes The Global 2000 tahun
2016 : BRI, Bank Mandiri, BCA, BNI, Telkom dan Gudang Garam
Dua artikel tersebut membahas secara detail dan apik analisa kinerja keuangan 6
perusahaan hebat Indonesia, salah satunya pembahasan dari sisi nilai pendapatan per
lembar saham atau EPS (Earnings Per Share).
B

Bunga Kredit: Jenis dan Cara


Perhitungannya
edited by 14 September 2015

Saat Anda hendak melakukan kredit kepada bank, hal yang biasa diperhatikan adalah plafon
yang tersedia beserta angsuran yang mesti Anda bayarkan hingga akhirnya melunasi pinjaman
tersebut. Anda memang menyadari pelunasan kredit yang Anda bayarkan tersebut sebenarnya
berasal dari akumulasi jumlah pinjaman Anda ditambah bunga yang dikenakan untuk pinjaman
tersebut. Namun untuk masalah bunga ini, tidak banyak orang yang peduli.
Sebagian besar orang menganggap bunga akan terlihat dari total pembayaran dikurangi dengan
jumlah pinjaman Anda sebenarnya. Cukup sampai di sana dan Anda tidak mengacuhkan bahwa
jenis dan cara menghitung bunga dapat memengaruhi nilai total pinjaman Anda. Tiap kredit
sebenarnya memiliki tipe bunganya sendiri, atau antara yang satu dengan yang lain tidaklah
serupa. Jadi, ada baiknya Anda mengetahui cara hitung dan jenis bunga terlebih dahulu agar
Anda bisa mengecek benar atau tidaknya penghitungan bunga yang dibebankan kepada kredit
Anda.
Dengan mengetahui mengenai cara hitung dari setiap jenis bunga, Anda dapat mulai
menganalisis seberapa banyak angsuran atau cicilan yang mesti Anda bayarkan serta seberapa
lama pinjaman tersebut dapat terlunasi. Dengan demikian, Anda dapat mengatur keuangan Anda
secara lebih baik. Pada dasarnya, tipe bunga yang diberlakukan oleh bank-bank pemberi
pinjaman ada tiga jenis. Ketiga jenis tersebut adalah bunga flat, bunga efektif, dan bunga anuitas.
Cara penghitungan bunga dari ketiga jenis ini tentu tidak sama satu sama lain. Berikut adalah
cara hitung dari ketiga jenis bunga tersebut.

1. Bunga Flat

Suku Bunga Flat via cermati.com

Cara penghitungan bunga flat bisa dianggap paling mudah dibandingkan dua jenis tipe bunga
lainnya. Anda dapat menemukan contoh dari penggunaan cara hitung bunga ini umumnya pada
kredit kepemilikan kendaraan bermotor atau kredit tanpa agunan. Dalam brosur-brosur iklan
kredit kendaraan bermotor, Anda akan menemukan kolom-kolom yang menampilkan angsuran
yang mesti dibayar tiap bulannya. Angka dalam kolom-kolom tersebut berlaku sampai akhir
pinjaman Anda berakhir atau lunas.

Jika Anda menemukan jumlah angsuran yang tetap seperti itu, bisa dipastikan cara penghitungan
jenis bunga yang dipakai adalah flat atau rata. Di tipe ini, nilai plafon pinjaman beserta bunganya
akan dihitung secara proporsional sesuai dengan jangka waktu atau tenor pinjaman.
Untuk memudahkan Anda membayangkan penerapan cara hitung bunga flat tersebut, berikut
adalah contoh kasus yang bisa Anda pelajari.
Indra mengajukan KTA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan dikenakan
bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara flat. Berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
Bunga:
(Rp120.000.000 x 10%) : 12 bulan = Rp1.000.000
Angsuran per bulan:
Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Jadi, dari pinjaman tersebut setelah dihitung dengan cara hitung bunga flat, angsuran yang harus
Anda bayarkan hingga pinjaman tersebut lunas adalah Rp11.000.000 tiap bulan. Nilai angsuran
ini tidak akan berubah-ubah sebab bunga yang dikenakan adalah jenis bunga flat.

2. Bunga Efektif

Suku Bunga Efektif via cermati.com

Nama lain dari jenis bunga yang satu ini adalah sliding rate. Jenis bunga ini biasa diterapkan
pada kredit dengan jangka waktu atau tenor yang panjang. Contohnya saat Anda
mengajukankredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA).
Alasan bunga efektif lebih ditujukan kepada kredit jangka panjang karena tenor yang lama
membuat pinjaman tidak terburu-buru harus terlunasi, sementara suku bunganya tidak terlalu
besar. Ya, suku bunga efektif biasa lebih rendah dibandingkan bunga flat. Inilah yang
membuatnya cocok untuk digunakan dalam kredit jangka panjang.

Bunga yang lebih kecil itu didapatkan dari cara hitung bunga efektif yang melihat sisa pinjaman
pokok dari debitur. Jika bunga flat melakukan penghitungan dengan mematok nilai pokok
pinjaman dari awal pinjaman, berbeda dengan penerapan bunga efektif. Yang dihitung saat
kreditur menggunakan jenis bunga ini adalah jumlah utang yang belum terbayarkan tiap
bulannya. Jadi kian lama, nilai bunga pinjaman Anda akan semakin rendah sebab sisa pinjaman
Anda semakin berkurang.
Dari nilai bunganya yang semakin kecil itu, angsuran yang mesti Anda pertanggungjawabkan
tiap bulannya juga semakin sedikit. Berikut adalah rumus untuk menghitung besaran bunga
efektif dari sebuah pinjaman.
Jika pada bunga flat, kreditur hanya menghitung pada awal pinjaman untuk menentukan
angsuran, pada pinjaman dengan bunga efektif penghitungan akan dilakukan setiap bulan. Ini
karena sisa pinjaman tentu akan semakin berkurang tiap bulannya sehingga perlu untuk
melakukan penghitungan ulang. Agar lebih memahami cara hitung bunga efektif, berikut adalah
contoh kasus yang menerapkan pemakaian jenis bunga yang satu ini.
Dani mengajukan kredit KPA sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara efektif. Berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:
Rp120.000.000 : 12 bulan = Rp10.000.000/bulan
Bunga bulan 1:
((Rp120.000.000 - ((1-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp 1.000.000
Maka, cicilan bulan 1 = Rp10.000.000 + Rp1.000.000 = Rp11.000.000
Bunga bulan 2:
((Rp120.000.000 - ((2-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp916.667
Maka, cicilan bulan 2 = Rp10.000.000 + Rp916.667 = Rp10.916.667
Bunga bulan 3:
((Rp120.000.000 - ((3-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp833.333
Maka, cicilan bulan 3 = Rp10.000.000 + Rp833.333 = Rp10.833.333
Dan seterusnya, hingga...

Bunga bulan 12:


((Rp120.000.000 - ((12-1) x Rp10.000.000)) x 10% : 12 = Rp83.333
Maka, cicilan bulan 12 = Rp10.000.000 + Rp83.333 = Rp10.083.333
Terlihat ada pengurangan nilai total angsuran dari bulan pertama, bulan kedua, dan seterusnya.
Ini karena penerapan bunga efektif yang membuat bunga semakin kecil bergantung sisa pokok
pinjaman. Untuk bulan-bulan berikut dengan contoh kasus di atas, hasil penghitungan bunga
akan semakin kecil dan total angsuran akan semakin rendah.

Baca Juga: 5 KPR Terbaik yang Bisa Anda


Pertimbangkan

3. Bunga Anuitas

Suku Bunga Anuitas via cermati.com

Perhitungan bunga kredit yang satu ini merupakan modifikasi dari cara hitung bunga efektif.
Nilai pembayaran total angsuran bunga efektif yang tiap bulannya berbeda sering kali membuat
debitur menjadi bingung. Karena itu, pihak kreditur akhirnya membuat cara penghitungan yang
kurang lebih sama seperti penghitungan bunga efektif tiap bulan, namun angsuran pokoknya
yang berbeda.
Jika pada penerapan bunga efektif angsuran pokok didapatkan dari jumlah pinjaman dibagi
dengan tenor kredit, hal berbeda diaplikasikan di pinjaman yang menerapkan bunga anuitas.
Angsuran pokok didapatkan dari total angsuran yang telah ditetapkan dikurangi dengan hasil
penghitungan bunga anuitas. Berikut adalah contoh kasusnya.
Budi mengajukan kredit KPR sebesar Rp120 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenai bunga pinjaman sebesar 10% per tahun secara anuitas. berapakah angsuran per bulan
yang harus dibayar?
Data:
Pokok pinjaman: Rp120.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 12 bulan
Cicilan pokok:

= Rp10.549.906
Saat menghitung bunga anuitas, Anda perlu berkosentrasi dengan pokok pinjaman yang terpakai
pada bulan ini untuk menyisakan sisa pokok tabungan guna menghitung bunga di bulan
berikutnya. Dari sana terlihat, meskipun suku bunganya sama dengan bunga efektif, dengan cara
penghitugan bunga anuitas yang berbeda, hasilnya pun akan lain.

Bunga Tetap dan Mengambang


Ketiga jenis bunga di atas menurut cara penghitungannya masih menerapkan sistem bunga tetap
atau fixed. Ya, selain mesti memperhatikan cara penghitungannya, ada baiknya Anda juga
mengetahui bunga yang dikenakan kepada Anda nantinya termasuk jenis tetap atau mengambang
(floating).

a. Bunga Tetap
Secara sederhana adalah bunga yang diberikan kepada kreditur dalam tenor kredit tidak berubahubah. Persentase bunga tetap akan selalu sama dari awal pinjaman hingga pelunasan tagihannya.
Jadi misalnya pada pinjaman telah ditetapkan suku bunganya adalah 10 persen, angka tersebut
akan terus dipakai sampai pinjaman tersebut berakhir.
Jenis bunga tetap dapat dihitung baik dengan cara bunga fix, efektif, hingga anuitas. Penggunaan
bunga ini ada untung ruginya tersendiri. Untungnya, jika di pasar ada kenaikan suku bunga, hal
tersebut tidak akan terlalu berpengaruh kepada pinjaman Anda sebab bunganya telah ditetapkan.
Namun ruginya, jika bunga di pasaran turun, Anda pun tidak bisa menuai pengurangan
persentase bunga. Berikut kami berikan contoh kasus.
Dimas mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif. Berapakah
angsuran per bulan yang harus dibayar Dimas selama periode tersebut?
Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan
Cicilan pokok:
Rp500.000.000 : 36 = Rp13.888.889

Bunga bulan 1:
((500.000.000 ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 2:
((500.000.000 ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815

Bunga bulan 3:
((500.000.000 ((3-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp3.395.185
Maka, cicilan bulan ke 3 = 13.888.889 + 3.395.185= Rp17.824.074

Dan seterusnya, hingga...


Bunga bulan 36:
((500.000.000 ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Dapat dilihat bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan 36 adalah sama besar yaitu sebesar
10%.

Baca Juga: Pinjaman Tanpa Jaminan dengan KTA


Terbaik. Ini Cara Memilihnya!

b. Bunga Mengambang
Tidak berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat pada awal peminjaman, jenis bunga
mengambang sangat dipengaruhi oleh pergerakan kondisi pasar. Jika persentase bunga pasaran
sedang menurun, bunga pinjaman Anda juga akan ikut turun. Sebaliknya, apabila ada kenaikan
suku bunga, Anda akan terkena imbasnya sebab pinjaman Anda akan dibebankan bunga yang
lebih tinggi, sesuai dengan dinamika pasar.
Untuk jenis bunga yang satu ini, Anda akan sulit menghitungnya jika menggunakan
penghitungan bunga fix. Yang bisa dilakukan untuk melihat besaran angsuran dari bunga
mengambang adalah menghitungnya dengan cara bunga efektif maupun anuitas. Hanya saja yang
berbeda adalah persentase bunganya dari bulan ke bulan.
Berikut diberikan contoh dengan angka yang sama dengan yang diterapkan pada contoh
penghitungan bunga efektif. Cara penghitungannya tidak berubah, namun persentase bulan
keduanya saja yang dibedakan.
Vira mengajukan kredit KPR sebesar Rp500 juta dengan jangka waktu kredit 12 bulan, dan
dikenakan bunga pinjaman sebesar 10% secara fixed 3 tahun per tahun efektif, dan sisanya
adalah floating rate hingga tenor pinjaman berakhir. Berapakah angsuran per bulan yang harus
dibayar Vira selama periode floating tersebut?
Diasumsikan bahwa besaran bunga dari bulan 1 sampai bulan ke 36 adalah sama besar sebesar
10%, sementara untuk tahun ke 4 sampai ke 7 sebesar 12%, dan di tahun ke 8 hingga tenor
selesai dikenakan bunga sebesar 14%.
Tenor tahun ke-4 sampai tahun ke-7 (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)

Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 48 bulan (bulan ke 37 hingga bulan ke 84)
Cicilan pokok:
500.000.000 : 48 = Rp10.416.667
Bunga bulan 37:
((500.000.000 ((1-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 37 = 10.416.667 + 4.166.667 = Rp14.583.333
Bunga bulan 38:
((500.000.000 ((2-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp4.079.861
Maka, cicilan bulan ke 2 = 10.416.667 + 4.079.861 = Rp14.496.528
Dan seterusnya, hingga...
Bunga bulan 84:
((500.000.000 ((48-1) x 10.416.667)) x 10% : 12 = Rp86.806
Maka, cicilan bulan ke 36 = 10.416.667 + 86.806= Rp10.503.472
Tenor tahun ke-8 sampai tahun ke-10 (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)
Data:
Pokok pinjaman: Rp500.000.000
Bunga per tahun: 10%
Tenor pinjaman: 36 bulan (bulan ke 85 hingga bulan ke 120)
Cicilan pokok:
500.000.000 : 36 = Rp13.888.889
Bunga bulan 85:
((500.000.000 ((1-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.166.667
Maka, cicilan bulan ke 1 = 13.888.889 + 4.166.667 = Rp18.055.556

Bunga bulan 86:


((500.000.000 ((2-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp4.050.926
Maka, cicilan bulan ke 2 = 13.888.889 + 4.050.926 = Rp17.939.815

Dan seterusnya, hingga...


Bunga bulan 120:
((500.000.000 ((36-1) x 13.888.889)) x 10% : 12 = Rp115.741
Maka, cicilan bulan ke 36 = 13.888.889 + 115.741 = Rp14.004.630
Saat mendapat pinjaman yang menerapkan bunga mengambang, Anda bisa untung jika kondisi
suku bunga di pasar tengah turun. Sebab itu berarti, bunga yang dibebankan kepada juga bisa
ikut berkurang. Namun sebaliknya, Anda juga harus menanggung pertambahan bunga jika ada
kenaikan suku bunga di pasar.
Apabila Anda masih kurang jelas mengenai penghitungan berbagai jenis bunga yang mungkin
diterapkan kepada pinjaman Anda, cobalah meminta pihak bank memberikan simulasi
pembayaran kredit dari awal hingga akhir, Dari sana Anda juga dapat mengetahui besaran
angsuran per bulan yang mesti Anda bayarkan. Selain itu Anda juga dapat melihat, berapa total
bunga yang dikenakan kepada Anda dari pokok pinjaman yang Anda ajukan.

Ajukan Bunga yang Sesuai


Dengan mengetahui berbagai cara penghitungan bunga dan jenis bunganya, Anda dapat
memprediksi perkiraan angsuran yang akan menjadi tanggung jawab Anda ketika melakukan
kredit. Dengan dapat menghitung bunga pula, Anda dapat mengajukan tawaran bunga yang
sanggup Anda bayarkan terhadap kredit yang diajukan kepada pihak bank. Ini bukan hal
terlarang sebab siapa pun bisa mengajukannya, karena penawaran bunga merupakan barang
lumrah di dunia perkreditan. Hanya saja, tidak banyak orang yang menyadarinya. Bagaimana,
sudah ada keinginan untuk belajar menghitung bunga agar bisa semakin meyakinkan Anda dalam
melakukan pinjaman yang realistis?

Baca Juga: 5 Deposito Terbaik di Indonesia


Butuh dana? Punya kartu kredit

Anda mungkin juga menyukai