Anda di halaman 1dari 27

BAB 9 INSTRUMEN DERIVATIF

Definisi Instrumen Derivatif

Instrumen derivative merupakan turunan dari surat berharga yang diperjualbelikan di


pasar modal atau aset lainnya (emas, mata uang, komoditas, dan lain – lain). surat berharga atau
aset tersebut menjadi dasar (underlying assets) bagi instrument derivative tersebut. Instrument
derivative disukai oleh investor dikarenakan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan imbal hasil yang diberikan oleh saham, emas, obligasi, dan lain – lain.
namun, risikoyang ditanggung oleh investor juga besar dan berisiko menimbulkan kerugian besar
bahkan kebangkrutan bagi investor apabila nilai instrument derivative yang dibeli oleh investor
tersebut lebih rendah dibandingkan perkiraan awal.

Pada bab kali ini akan dibahas mengenai berbagai bentuk instrument derivative yang
beredar di Bursa Efek di seluruh dunia. Subbab – subbab di bawah ini akan menjelaskan satu
persatu instrument derivative tersebut.

Opsi

Menurut Jogiyanto (2016: 518), opsi merupakan suatu tipe kontrak antara dua pihak yang
satu memberikan hak kepada yang lain untuk membeli atau menjual suatu aktiva pada harga
yang tertentu dalam jangka waktu tertentu. Terdapat 2 pihak yang terlibat dalam opsi, yaitu:
(Sunariyah, 2011: 252)

1. Option buyer, pihak yang memutuskan akan membayar hak pada kontrak opsi;

2. Option writer, pihak yang menjual hak opsi kepada option buyer pada kontrak opsi.

Kontrak opsi memiliki empath al utama, yaitu: (Jogiyanto, 2016:519)

1. Nama perusahaan yang sahamnya dapat dibeli.

2. Jumlah lembar saham yang dapat dibeli.

3. Harga pembelian sahamnya yang disebut dengan exercise price atau strike price.

4. Tanggal opsi kadaluwarsa, yaitu tanggal terakhir opsi dapat digunakan yang disebut
dengan expiration date.
Ada beberapa jenis kontrak opsi, jika didasarkan waktu melakukan exercise terhadap
suatu opsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Opsi Eropa (European option) adalah opsi yang hanya memperbolehkan


dilakukannya exercise pada waktu yang telah ditentukan, misalnya pada hari dimana
opsi tersebut jatuh tempo.

2. Opsi Amerika (American option) adalah opsi yang diperbolehkan melakukan exercise
sebelum waktu jatuh tempo opsi tersebut atau dilakukan pada waktu tertentu asalkan
sebelum lewat jatuh tempo opsi tersebut.

Secara tradisional, opsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: (Jogiyanto: 2016: 519 – 521)

1. Opsi Beli (Call Option)

Adalah suatu tipe kontrak yang memberikan hak kepada pembeli opsi untuk membeli
(call) dari penjual opsi sejumlah lembar saham tertentu pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu.

Contoh:

Seorang investor merasa yakin nahwa harga saham perusahaan A akan naik dalam
waktu dekat ini. Pada tanggal 5 Juli 2005, investor ini membeli opsi beli (call option)
dari perusahaan investasi X dengan harga opsi senilai Rp 500.000. Opsi ini
menunjukkan bahwa pemegang opsi beli dapat membeli saham A sebanyak 1 lot (500
lembar) dengan harga sahamnya sebesar Rp 12.000. per lembarnya (Rp 6.000.000 per
lot) selama periode 1 Juli 2005 sampai dengan 31 Desember 2005. Harga per lembar
saham A pada tanggal 5 Juli 2005 itu adalah sebesar Rp 10.000 (Rp 5.000.000 per
lot).

Informasi dari opsi ini adalah sebagai berikut:

a. Nama perusahaan yang sahamnya dapat dibeli adalah perusahaan A.

b. Jumlah lembar saham yang dapat dibeli adalah 1 lot atau 500 lembar.

c. Exercise price atau strike price adalah sebesar Rp 12.000 per lembar saham.

d. Tanggal kadaluwarsa (expiration date) adalah 31 Desember 2005.


Pada saat opsi ini dibeli, exercise price atau strike price lebih tinggi, yaitu sebesar Rp
12.000 per lembar saham, dibandingkan dengan harga saham saat itu, yaitu Rp 10.000
per lembar saham. Pada saat opsi dibeli, investor tidak akan menggunakannya untuk
membeli sahamnya, karena harga saham yang dibeli melalui opsi lebih mahal
dibandingkan jika dibeli di pasar secara langsung. Akan tetapi, mengapa investor ini
mau membeli opsinya? Alasannya adalah karena investor ini yakin bahwa sampai 31
Desember 2005 (tanggal kadaluwarsa dari opsi), harga saham dapat saja naik
melebihi nilai Rp 12.000 per lembarnya.

2. Opsi Jual (Put Option)

Adalah suatu tipe kontrak yang memberikan hak kepada pembeli opsi untuk menjual
(put) kepada penjual opsi sejumlah lembar saham tertentu pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu.

Contoh:

Kebalikan dari membeli opsi beli, investor yang akan membeli opsi jual merasa yakin
bahwa harga saham perusahaan A akan turun dalam waktu dekat ini. Kalau harga
saham turun, dengan opsi jual, dia dapat menjual sahamnya dengan harga yang lebih
tinggi sebesar exercise price-nya. Misalnya, pada tanggal 5 Juli 2007, investor ini
membeli opsi jual (put option) dari perusahaan investasi X dengan harga opsi senilai
Rp 500.000. opsi ini menunjukkan bahwa pemegang opsi jual dapat menjual saham A
sebanyak 1 lot (500 lembar) dengan harga sahamnya sebesar Rp 9.000 per lembarnya
(Rp 4.500.000 per lot) selama periode 1 Juli 2007 sampai dengan 31 Desember 2007.
Harga per lembar saham A pada tanggal 5 Juli 2007 adalah sebesar Rp 10.000 (Rp
5.000.000 per lot). Informasi dari opsi jual ini adalah sebagai berikut ini.

a. Nama peruahaan yang sahamnya dapat dijual adalah perusahaan A.

b. Jumlah lembar saham yang dapat dijual adalah 1 lot atau 500 lembar.

c. Exercise price atau strike price adalah sebesar Rp 9.000 per lembar saham.

d. Tanggal kadaluwarsa (expiration date) adalah 31 Desember 2007.


Pada saat opsi ini dibeli, exercise price atau strike price lebih rendah, yaitu sebesar
Rp 9.000 per lembar saham, dibandingkan dengan harga saham saat itu, yaitu Rp
10.000 per lembar saham. Pada saat opsi dibeli, investor tidak akan
menggunakannnya untuk menjual sahamnya, karena harga saham yang dijual melalui
opsi jual lebih murah dibandingkan jika dijual di pasar secara langsung. Pertanyaan
yang sama dengan sebelumnya yaitu mengapa investor ini mau membeli opsinya?
Alasannya adalah karena investor ini yakin bahwa sampai 31 Desember 2007
(tanggal kadaluwarsa dari opsi), harga saham dapat saja turun di bawwah nilai Rp
9.000 per lembarnya.

Berdasarkan penjelasan kontrak opsi jual dan opsi beli di atas, terdapat beberapa istilah –
istilah dasar opsi, sebagai berikut: (Jogiyanto, 2016: 522)

1. Harga saham di pasar (stock price) yang diberi notasi P.

2. Harga saham, jika menggunakan opsi yang disebut dengan exercise price atau strike
price dan diberi notasi E.

3. Harga dari opsi yang diberi notasi HO.

4. Tanggal kadaluwarsa opsi, yaitu tanggal terakhir opsi dapat digunakan yang disebut
dengan expiration date.

Selanjutnya, terdapat beberapa istilah yang berhubungan dengan nilai saham di pasar (P)
dengan exercise price (E) untuk opsi beli (call option) sebagai berikut: (Jogiyanto, 2016: 522)

1. Jika harga saham (P) lebih besar exercise price (E) dari opsi beli (call option), maka
opsi beli (call option) ini disebut dengan in the money.

2. Jika harga saham (P) sama dengan exercise price (E) dari opsi beli (call option),
maka opsi beli (call option) ini disebut dengan at the money.

3. Jika harga saham (P) lebih kecil exercise price (E) dari opsi beli (call option), maka
opsi beli (call option) ini disebut dengan out the money.

4. Jia harga saham (P) mendekati exercise price (E) dari opsi beli (call option), maka
opsi beli (call option) ini disebut dengan near the money.
Untuk kasus opsi jual (put option), hubungan antara harga saham (P) dengan exercise
price (E) berlawanan dengan hubungan di opsi beli (call option). Tabel di bawah ini menjelaskan
hubungan antara harga saham di pasar dengan exercise price dari opsi beli (call option) dengan
opsi jual (put option)

Tabel 1

Istilah – Istilah Dasar


Hubungan
Opsi beli (call option) Opsi jual (put option)
Jika P > E In the money Out the money
Jika P = E At the money At the money
Jika P < E Out the money In the money
Sumber: Jogiyanto (2016: 253)

Contoh di bawah ini akan menjelaskan secara lebih detail apa yang dijelaskan di atas,
sebagai berikut: (Jogiyanto, 2016: 253)

1. Contoh 1

Harga saham jika osi digunakan (exercise price) di suatu opsi beli adalah sebesar Rp
1.100. Tabel berikut ini menunjukkan posisi dari opsi beli ini tergantung dari harga
pasar dari saham.

Tabel 2

Jika harga pasar saham (P) Posisi opsi beli (call option)
Rp 1.250 In the money
Rp 1.200 In the money
Rp 1.100 At the money
Rp 1.000 Out the money
Rp 900 Out the money

2. Contoh 2
Harga saham jika opsi digunakan (exercise price) di suatu opsi jual adalah sebesar Rp
900. Tabel berikut ini menunjukkan posisi dari opsi jual ini tergantung dari harga dari
pasar saham.

Tabel 3

Jika harga pasar saham (P) Posisi opsi jual (put option)
Rp 1.100 Out the money
Rp 1.000 Out the money
Rp 900 At the money
Rp 800 In the money
Rp 700 In the money

Beberapa manfaat opsi bagi perusahaan (emiten): (Sunariyah, 2011: 259 – 260)

1. Mengamankan hasil investasi.

Opsi merupakan jaminan bagi penanam modal terhadap laba dari investasinya.
Mereka melakukan pengamanan dengan menetapkan harga yang akan datang sebagai
suatu agunan bagi penanam modal. Sebagai contoh, diperkirakan investor akan
membeli 20.000 sekuritas. Harga sekarang sekuritas tersebut Rp 18.000. Meskipun
investor memperkirakan bahwa, harga akan naik menjadi Rp 19.000 pada bulan yang
akan datang, investor tidak mempunyai dana saat itu. Kemudian, ia membuat kontrak
call option pada harga Rp 18.500. apabila harga sekuritas meningkat dari Rp 18.500
ke Rp 19.500 (atau bisa naik berapa saja). Investor akan melakukan haknya pada
kontrak opsi, sebab dia akan untung. Ia akan membeli sekuritas dari option writer
pada harga Rp 18.500 dan menjualnya kepada masyarakat pada harga Rp 19.500,
sehingga ia mendapat untung Rp 1.000 per sekuritas. Transaksi tersebut disebut
hedging, di mana risiko sekuritas bisa dipindahkan ke institusi atau individu lain.
individu atau institusi yang menerima risiko tersebut dibayar. Dalam kasus ini disebut
premium.

2. Mengamankan kenaikan bunga


Debitur menjaga supaya terhindar dari tingkat biaya (bunga) pinjaman yang tinggi.
Sebagai contoh, institusi yang sering meminjam dana dari pasar keuangan, di mana
diperkirakan tingkat bunga mengalami kenaikan secara rutin. Tingkat bunga sekarang
8%, tetapi pada saat mendatang bunga diperkirakan mencapai 11%. Harga sekuritas
pada saat kontrak put option dilakukan sebesar Rp 1.000. apabila tingkat bunga naik,
maka harga sekuritas akan turun, yaitu di bawah Rp 1.000, sehingga ia akan untung
apabila melakukan haknya dengan menjual sekuritas tersebut dengan harga exercise
Rp 1.000.

Adapun kebaikan dan keburukan opsi, sebagai berikut: (Kamaruddin Ahmad, 2004: 160)

1. Kebaikan

a. Leverage. Call memberikan kemungkinan kepada manajer keuangan capital


gains yang tidak terbatas dengan investasi sedikit. Kerugian yang akan dialami
sebesar yang diinvestasikan, biasanya sangat kecil persentasenya daripada
membeli saham itu sendiri.

b. Asuransi keuangan. Sebuah put dapat dilihat sebagai polis asuransi, dengan premi
yang dibayar untuk put sebagai biaya polis.

c. Ekspansi alternatif investasi. Dari sudut pandang investor, penggunaan put, call,
dan kombinasi keduanya dapat menaikkan secara material jumlah alternatif
investasi yang mungkin.

2. Keburukan

Opsi menjadi tidak berharga apabila manajer keuangan dan investor kehilangan
investasinya.

Selanjutnya, faktor – faktor yang mempengaruhi nilai opsi sebagai berikut: (Suad
Husnan, 2015: 357 - 358)
1. Harga saham atau underlying asset-nya

Misalkan opsi call atas saham bank BNI diterbitkan. Exercise price Rp 600 untuk
satu tahun yang akan datang. Apabila harga saham bank BNI makin tinggi, tentunya
anda berpendapat bahwa opsi tersebut makin menarik. Kalau saat ini, misalnya, harga
saham bank BNI telah mencapai Rp 1.000, sangat besar kemungkinan pembeli opsi
call tersebut alan melaksanakan haknya (yaitu membeli saham BNI dengan harga
hanya Rp 600). Dengan makin menariknya opsi call tersebut, (calon) pembeli opsi
call tersebut akan bersedia membayar dengan harga yang makin mahal. Dengan
demikian, ada hubungan positif antara nilai opsi call dengan nilai pasar aset.

2. Harga exercise

Semakin tinggi harga eksekusi suatu opsi call, semakin kecil kemungkinan opsi
tersebut akan dieksekusikan. Dengan demikian opsi tersebut menjadi makin tidak
menarik. Karena itu ada hubungan negatif antara harga eksekusi dengan nilai opsi
call.

3. Tingkat bunga

Kalau suatu opsi call telah in the money (artinya harga saham saat ini lebih tinggi dari
harga exercise-nya), kemungkinan pemodal akan melaksanakan haknya cukup besar.
Untuk melaksanakan haknya (kalau kita pergunakan contoh di atas, berarti membeli
saham BNI satu tahun yang akan datang dengan harga Rp 600), pemodal tidak perlu
mempunyai uang sebesar harga exercise-nya, yaitu Rp 600, saat ini. Uang Rp 600
tersebut diperlukan satu tahun yang akan datang. Jumlah uang yang diperlukan saat
ini hanyalah sebesar PV dari Rp 600 tersebut. Semakin besar tingkat bunga, semakin
kecil jumlah uang saat ini yang diperlukan untuk menjadi Rp 600 satu tahun yang
akan datang. Karena itu, semakin tinggi tingkat bunga, semakin menarik opsi call
tersebut. Dengan demikian, terdapat hubungan yang positif antara tingkat bunga dan
nilai opsi call.

4. Jangka waktu akan jatuh tempo


Semakin lama jangka waktu opsi semakin besar kemungkinan suatu saat nilai aset di
atas harga eksekusinya. Dengan demikian, penundaan jangka waktu opsi
menguntungkan pemilik opsi. Ada hubungan positif antara lama jangka waktu opsi
dengan nilai opsi, baik itu opsi call maupun opsi put.

5. Volatility harga saham atau harga aset

Semakin besar fluktuasi harga aset, semakin tinggi kemungkinan harga aset lebih
besar dibandingkan dengan harga eksekusi (semakin tinggi kemungkinan harga aset
turun di bawah ahrga eksekusi). Kalau harga turun di bawah harga eksekusi, maka
nilai opsi call tersebut sama dengan nol. Penurunan di bawah harga eksekusi, apakah
hanya sebesar Rp 50 atau Rp 5000 tidak ada bedanya, yaitu membuat nilai opsi call
sama dengan nol. Sebaliknya jalau harga naik di atas harga eksekusi, maka nilai call
sebesar selisih antara harga aset dan harga eksekusi. Karena itu, semakin berfluktuasi,
semakin menarik bagi pembeli opsi call. Ada hubungan positif antara nilai opsi call,
dengan fluktuasi harga asetnya.

Secara ringkas, apabila faktor (1), (3), (4), dan (5) meningkat, maka nilai opsi call akan
meningkat, sedangkan apabila faktor (2) meningkat, maka nilai opsi call akan menurun.

Ada dua metode perhitungan yang digunakan dalam menghitung nilai opsi, sebagai
berikut: (Suad Husnan, 2015: 359 – 362)

1. Binomial Option Pricing Model (BOPM)

Model ini disebut binomial karena dari suatu harga saham saat ini, harga saham
tersebut diharapkan dapat berubah menjadi dua harga saham pada periode berikutnya,
dengan peluang yang sama. Untuk memperjelas pengertian tersebut marilah kita
perhatikan contoh berikut ini:

Misalkan ada opsi call yang akan jatuh tempo satu tahun lagi atas saham B. Harga
exercise opsi tersebut adalah Rp 11.000. untuk menyederhanakan persoalan, misalkan
untuk tahun depan harga saham diperkirakan bisa berubah menjadi Rp 8.000 atau Rp
13.000 (karakteristik ini yang menyebabkan model ini diberi nama model binomial).
Harga saham saat ini Rp 9.000. anggaplah bahwa risk free rate of return sebesar 15%
per tahun.

Apabila harga saham B menjadi Rp 8.000, maka opsi call tersebut tidak ada
harganya. Tetapi, apabila harga saham menjadi Rp 13.000, nilai opsi menjadi Rp
2.000, kemungkinan payoffs dari persoalan tersebut adalah:

Harga saham = Rp 8.000 Harga saham = Rp 13.000


1 opsi call Rp 0 Rp 2.000

Bandingkan kalau anda meminjam sebesar Rp 6.957 (didapat dari hasil hitungan PV
= Rp 8.000/ (1+0,15). Dengan Rp 8000 merupakan harga saham, dan 15% dari
tingkat bunga) dan membeli selembar saham

Harga saham = Rp 8.000 Harga saham = Rp


13.000
1 lembar saham Rp 8.000 Rp 13.000
Pembayaran pinjaman plus
bunga -Rp 8.000 -Rp 8.000
Total Payoff 0 Rp 5.000

Perhatikan bahwa hasil dari investasi di saham dengan meminjam ini idnetik dengan
2,5x hasil kalau kita membeli opsi. Karena itu kedua investasi tersebut harus
memberikan nilai yang sama, yaitu:

Nilai 2,5 call = nilai saham – Rp 6.957 pinjaman

= Rp 9.000 – Rp 6.957

= Rp 2.043

Nilai 1 call = Rp 817

Sayangnya, pendekatan ini akan sangat kompleks dan memerlukan bantuan komputer
kalau kemungkinan (periode) perubahan harga saham cukup banyak. Karena itu,
perhitungan nanti akan banyak disederhanakan dengan model Black and Scholes
Jumlah saham yang diperlukan untuk mereplikan satu call disebut sebagai option
delta atau hedge ratio. Dalam contoh kita option delta-nya adalah ½,5 atau 0,40.
Rumus sederhana yang kita gunakan adalah:

Option delta = (2.000 – 0)/(13.000 – 8.000)

= 0,40

2. Rumus Black and Scholes

Rumus Black and Scholes pada dasarnya adalah menggunakan trick di atas.
Rumusnya adalah sebagai berikut.

𝐶 = 𝑃 𝑁ሺ𝑑1 ሻ− 𝑋 𝑒 −𝑟𝑡 𝑁(𝑑2 )

Dalam hal ini,

C = nilai opsi call

𝐼𝑛(𝑃/𝑋) + 9𝑟 + 0,5𝜎 2 ) 𝑡
𝑑1 =
𝜎ξ 𝑡

𝑑2 = 𝑑1 − σξ 𝑡

N(d) = cumulative normal probability density function

X = harga exercise dari opsi

e = 2,718 (anti log natural dari 1)

r = tingkat bunga bebas risiko

t = periode sampai dengan exercise date, dinyatakan dalam proporsi dari


satu tahun

P = harga saham

σ = deviasi standar tingkat keuntungan saham per periode (contonously


compounded)
Untuk mengeilustasikan penggunaan rus tersebut, marilah kita pergunakan contoh
yang sama dengan BOPM. Informasi yang masih perlu kita hitung adalah σ, yang
dapat dilakukan sebagai berikut.

P0 P1 Return Portofolio
Rp 9.000 Rp 8.000 -0,111 0,5
Rp 13.000 +0,444 0,5

E(R) = 0,5(-0,111) + 0,5(0,444) = 0,167

σ = [0,5(-0,111 – 0,167)2 + 0,5(0,444 – 0,167)2]1/2 = 0,2775

9.000
𝐼𝑛 ቀ11.000ቁ+ ሾ0,15 + 0,5ሺ0,2775ሻ2 ሿ1 −0,2 + 0,1885
𝑑1 = = = −0,0414
0,2775ξ 1 0,2775

𝑑2 = −0,0414 − 0,2775൫ξ 1൯= −0,3189

Perhatikan, bahwa karena opsi tersebut akan jatuh tempo 1 tahun lagi, maka t = 1.
Untuk menghitung N(d1) dan N(d2), yang merupakan cumulative normal probability
density function, perlu digunakan Tabel Area Di Bawah Distribusi Normal. Nilai d 1
sebesar -0,0414 dapat dilihat pada nilai Z sebesar 0,04 (dibulatkan). Luas area di
bawah distribusi normal dengan nilai Z = 0,04 dapat dilihat pada nilai Z baris .00 dan
kolom .04. Kita lihat nilainya adalah 0,0160. Karena tabel tersebut hanya
menunjukkan luas area separuh dari wilayah distribusi normal (yang berarti
maksimum adalah 0,5000), maka luas N(d1) dihitung sebagai berikut.

N (-0,04) = 0,5000 – 0,0160 = 0,4840

Sedabgkan untuk N(d1) adalah (-0,03189 dibulatkan menjadi -0,32)

N (-0,32) = 0,5000 – 0,1255 = 0,3745

[ Catatan: Apabila nilai d positif, misalnya +0,65, maka luas areanya adalah, N
(+0,65) = 0,5000 + 0,2422 = 0,72422. Angka 0,2422 diperoleh dari Area Di bawah
Distribusi Normal, pada saat Z = 0,65]
Dengan demikian maka,

C = 9.000(0,4840) – 11.000(2,718-(0,15) (1) (0,3745)

= 4.365 – 3.545

= Rp 811

Angka ini tidak banyak berbeda dengan angka yang diperoleh dengan BOPM.

Forward dan Future

Sebelum membahas lebih jauh mengenai forward dan future, kita terlebih dahulu
membahas mengenai tiga instrument keuangan yang dikenal di pasar keuangan, sebagai berikut:
(Sunariyah, 2011: 264 – 267)

1. Kontrak Spot

Dalam cash market atau spot market, banyak aset keuangan dan aset riil
diperdagangkan dengan ccara kontrak spot. Kontrak spot adalah perjanjian antara
pembeli dan penjual, dengan kesepakatan bahwa penjual setuju untuk menukar aktiva
atau sekuritas kepada pembeli, dan sebaliknya pihak pembeli bersedia membayar
aktiva atau sekuritas pada saat yang sama. Jadi, dalam kontrak spot aset keuangan
atau aset riil diserahkan dengan segera. Tentu saja, proses penyerahan masing –
masing aset membutuhkan waktu. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengadakan
kesepakatan tersendiri mengenai pemindahan kekayaan tersebut yang mengacu pada
kesepakatan induknya. Sifat dalam kontrak spot tersebut merupakan transaksi tukar
menukar secara simultan. Pembeli dan penjual saling sepakat untuk melakukan
transaksi perdagangan obligasi pada saat ini (waktu 0). Pembeli membayar dan
menerima aset tersebut pada saat ini (waktu 0).

2. Kontrak Forward

Sama seperti halnya dengan kontrak spot, kontrak forward adalah perjanjian antara
penjual dan pembeli pada saat ini (waktu 0), mengenai transaksi aset tertentu. Tetapi,
dalam perjanjian kontrak forward, tanggal dan harga disepakati di muka, dan
transaksinya dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Misalnya, penjual dan
pembeli membuat perjanjian bahwa setelah ttiga bulan yang akan datang obligasi
akan dijual dengan harga tertentu. Harga tersebut baru dibayar stelah tiga bulan
kemudian, baru sekuritas tersebut diserahkan kepada pembeli.

3. Kontrak Future

Kontrak future sama dengan kontrak forward, tetapi dalam kontrak futurehaganya
tidak ditentukan. Pada umumnya kontrak future dilakukan pada suatu pasar yang
terorganisir, misalnya central clearing houses di Chicago Board of Trade, USA.
Kontrak future adalah perjanjian antara pembeli dan penjual bahwa sekuritas akan
ditransaksikan antara kedua belah pihak yang bersangkutan. Dalam perjanjian
tersebut keduanya setuju untuk tukar menukar aset atau sekuritas pada tanggal
tertentu, dengan transaksi tunai. Perbedaannya dengan kontrak forward, dalam
kontrak future harga tidak ditentukan. Pada kontrak future harga yang digunakan
adalah harga pasar pada tanggal yang disepakati.

Kontrak future dapat berupa komoditas seperti bahan – bahan makanan ataupun
komoditas industri, yang disebut future komoditas (commodity future). Kontrak
future berdasar pada penyelesaian dengan instrument keuangan disebut future
keuangan (financial future).

Dalam kontrak future, pihak penjual mempunyai 3 (tiga) alternatif pilihan untuk
mengatasi kewajiban dalam kontrak future, yaitu:

a. Penjual kontrak future dapat membeli sekuritas di spot market, apabila pada
tanggal yang disepakati penjual kontrak tidak memiliki sekuritas. Sekuritas
tersebut akan diserahkan kepada pihak yang telah diberi janji. Sedangkan, pihak
yang menerima sekuritas menyerahkan sejumlah harga yang disepakati.

b. Penjual kontrak membuat janji yang sama dengan pihak lain, untuk
mengkompensasi janji yang telah disepakati dengan pembeli kontrak. Pada
umumnya, kontrak future antara pembeli dan penjual tidak berhadapan secara
langsung, tetapi ada perantara (intermediary) perdagangan secara formal. Dalam
hal penjual kontrak tidak memiliki (atau memiliki tetapi tidak bermaksud untuk
dijual) ekuritas yang telah dijanjikan, maka penjual kontrak tersebut dapat
membeli kontrak future dengan pihak lain. Sehingga, pada akhirnya yang
berhubungan adalah pembeli kontrak future pertama dengan pembeli kontrak
future kedua. Hal itu dimungkinkan, karena dalam pasar terorganisir semua pihak
yang terkait dapat diungkap secara legal. Jadi, penjual pertama tidak mempunyai
kewajiban dengan pembeli pertama. Dalam kontrak future, kemungkinan
kecurangan kecil karena ada badan yang berwenang dan mengawasi pasar
tersebut. Sebaliknya dalam pasar forward, sangat dimungkinkan adanya
kecurangan. Perjanjian tersebut sangat tergantung kepada pejujuran kedua belah
pihak, karena tidak ada badan yang berwenang untuk mengatasi pasar tersebut.

c. Alternatif ketiga, penjual kontrak harus menyerahkan sekuritas kepada pembeli


kontrak pada tanggal yang disepakati. Penjual dan pembeli membuat perjanjian
pada saat ini (waktu 0), bahwa pada akhirnya setelah tiga bulan mendatang
obligasi akan dijual dan diserahkan dengan harga sesuai dengan harga pasar
waktu itu. Jadi, harga tersebut akan dibayar setelah tiga bulan kemudian, baru
sekuritas tersebut diserahkan kepada pembeli.

Adapun perbedaan antara opsi dengan future sebagai berikut: (Sunariyah, 2011: 272 –
273)

1. Pada kontrak opsi, pembeli kontrak mempunyai hak dan tidak mempunyai keharusan
untuk melaksanakan (di-exercise-kan) hak tersebut.

2. Apabila pembeli opsi meminta haknya, maka penerbit opsi (option writer)
mempunyai keharusan untuk memberi hak tersebut kepada pembeli hak opsi.
Sedangkan, pada kontrak fuure, baik pembeli maupun penjual berkewajiban untuk
melakukan haknya.

3. Pembeli kontrak future mendapat keuntungan apabila harga kontrak future naik dan
mendapat rugi apabila harga kontrak future turun.

4. Pembeli opsi mendapat rugi sebesar call premium, dan memperoleh seluruh
keuntungan pada saat harga opsi naik.
5. Pada kontrak opsi, keuntungan option writer terbatas sebesar call premium.

Walaupun future dan forward memiliki kesamaan dalam waktu penyelesaian kewajiban
antara pihak yang terlibat, yaitu beberapa bulan setelah perjanjian kontrak disepakati. Namun,
keduanya memiliki beberapa perbedaan, sebagai berikut: (Suad Husnan, 2015: 370)

1. Nilai kontrak untuk forward bebas sesuai dengan kebutuhan pelaku. Dengan
demikian, seorang pemodal dapat membuat kontrak forward untuk pound Inggris
sebesar £ 200.000. Untuk kontrak future, apabila dalam pound Inggris adalah
merupakan kelipatan £ 62.500. Dengan demikian, tidak bebas sesuai dengan
kebutuhan, tetapi sudah distandardisir.

2. Tanggal pengiriman untuk kontrak forward tergantung pada kesepakatan antara


pemodal dan bank. Bank dapat mengirim mata uang yang dikontrakkan pada kapan
saja (asalkan hari kerja), sesuai dengan kontrak. Untuk kontrak future, tanggal
pengiriman sudah ditentukan pada tanggal – tanggal tertnetu dalam satu tahun.

3. Penyelesaian (settlement) pada kontrak forward dilakukan sesuai dengan tanggal pada
kontrak (kesepakatan antara bank dan nasabahnya). Untuk kontrak future settlement
dilakukan setiap hari lewat Exchange’s Clearing House. Keuntungan dapat diambil
setiap hari, tetapi kerugian harus ditutup setiap hari. Kegiatan ini disebut sebagai
marking to market.

Alasan orang melakukan kontrak forward dan future sama dengan alasan orang
melakukan kontrak opsi, yaitu:

1. Spekulasi dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan.

2. Hedging, yaitu melakukan lindung nilai suatu komoditas, valas, atau sekuritas dari
penurunan nilai yang tidak dikehendaki di masa depan.

Ada dua tipe hedging dalam forward dan future, sebagai berikut: (Sunariyah, 2011: 268 –
271)

1. Long Hedge
Long hedge digunakan untuk melindungi kenaikan tingkat harga atau penurunan
tingkat bunga. Untuk melindungi risiko tersebut, investor membeli kontrak future
sebelum investor membeli sekuritas. Tujuannya untuk menjamin tiingkat hasil (yield)
apabila tingkat bunga turun dan harga sekuritas naik. Untuk memperjelas hal tersebut
dicontohkan sebagai berikut:

Misalkan, investor memperkirakan akan menerima Rp 10.000 dalam waktu 3 bulan


dari sekarang, saat ini bulan Januari, sehingga uang tersebut akan diterima pada bulan
April. Harga sekuritas yang akan dibeli dengan nilai nominal Rp 10.000, tetapi nilai
pasar sekarang Rp 9.000. diumpamakan ada resesi ekonomi sehingga tingkat bunga
menurun dan harga sekuritas akan naik di atas Rp 9.000. Akibatnya, yield akan turun.
Apakah ada jalan keluar agar yield tetap konstan?

Jawabannya ada, yaitu kalau investor membeli kontrak future untuk suatu sekuritas.
Misalnya kontrak future akan dilaksanakan pada bulan Oktober, sedangkan perjanjian
kontrak dibuat pada bulan Januari. Jika tingkat bunga turun, harga sekuritas naik,
kenaikan harga sekuritas ini akan menyebabkan harga kontrak future juga naik.
Apabila bulan April harga sekuritas sudah naik ke Rp 9.500, maka bulan April
investor akan menerima uang tersebut dan dia membeli sekuritas dengan harga Rp
9.500. Kemudian perjanjian kontrak future yang dibuat pada bulan Januari dijual dan
investor mendapat untung sebesar Rp 500. Rp 500 ini menunjukkan besarnya
kompensasi kerugian yang timbul karena adanya kenaikan harga sekuritas dari Rp
9.000 ke Rp 9.500.

2. Short Hedge

Short hedge merupakan transaksi menjual kontrak future ke pasar sebelum sekuritas
dijual. Short hedge dilakukan untuk menjaga kenaikan harga dan penurunan tingkat
bunga. Agar mengerti bagaimana investor dapat menjaga fluktuasi hasil (yield)
diberikan contoh sederhana sebagai berikut. Seorang investor mempunyai sekuritas
obligasi dengan jangka 20 tahun, harga pasar Rp 9.500 dengan nilai nominal Rp
10.000. Tetapi, investor khawatir bahwa tingkat bunga akan meningkat. Sehingga
harga obligasi akan menurun. Apabila harga obligasi turun, berarti investor akan rugi.
Jalan kelaur untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menjual kontrak future untuk
mengkompensasi kerugian disebabkan karena harga kontrak future masih tinggi.
Investor menjual kontrak future dengan keuntungan Rp 500. Jika harga obligasi turun
Rp 9.000 pada bulan berikutnya, maka investor mengkompensasi kerugian sebesar Rp
500.

Investor membeli kontrak future dari pasar untuk tujuan “zero out” penjualan kontrak
yang pernah dilakukan. Yang dimaksud zero out apabila dalam kasus tersebut
investor menjual kontrak future dalam waktu satu bulan, dan kemudian membeli
kontrak future lainnya, supaya mengganti kontrak yang pernah dibeli. Misalkan,
seorang investor A melakukan perjanjian kontrak future dengan investor B, perjanjian
tersebut dilakukan dalam waktu dan tanggal tertentu. Misalnya 10 Desember 1996.
Tetapi investor A sudah menjual aset dalam kontrak kepada investor C pada tanggal
10 Agustus 1996. Padahal investor A mempunyai perjanjian kontrak future dengan
investor B. Sedangkan investor A membeli kontrak future dengan investor D. Jadi,
investor A membuat kontrak future agar investor D menyerahkan asetnya kepada
investor A. karena pasar future merupakan pasar terorganisir, maka secara langsung
(otomatis) investor B dihubungkan langsung secara otomatis dengan D. Jaid, apabila
investor B membutuhkan aset tersebut, maka investor B langsung datang kepada
investor D.

Manfaat forward dan future jika dilihat dari kepentingan investor, sebagai berikut:
(Sunariyah. 2011: 271 – 272)

1. Kontrak future bertujuan untuk melindungi fluktuasi harga. Dengan kontrak future ini
akan didapatkan adanya jaminan hasil yang konstan. Jika harga pasar sekuritas turun,
investor masih dapat memperoleh tingkat hasil tertentu sebab hasil sekuritas sudah
dijamin dan ditentukan dalam kontrak future. Dari segi lain, kenaikan harga pasar
sekuritas mengkompensasi kerugian kontrak future di pasar. Investor memperoleh
kepastian bahwa hasil Y pada setiap waktu adalah konstan, tanpa memperhatikan
perubahan harga pasar. Apabil harga sekuritas turun, maka investor memperoleh
keuntungan dari kontrak future.

2. Future dapat digunakan untuk melindungi institusi dari fluktuasi tingkat bunga
pinjaman. Seandainya bank komersial ingin meminjam uang dari bank sentral pada
tahun mendatang, akan tetapi diperkirakan tingkat bunga pada saat itu tinggi, bank
komersial dapat membuat kontrak future dengan bank sentral pada tingkat bunga
yang lebih rendah daripada yang diramalkan. Pada kontrak tersebut, bank sentral
setuju menyediakan sejumlah sekuritas tertentu untuk bank komersial pada harga dan
waktu tertentu. Penjual kontrak future, pada kasus ini adalah bank sentral dapat juga
menghindari risiko bunga dengan pertama membeli sekuritas dari pasar pada tingkat
bunga terendah dan menunggu kontrak future tersebut jatuh tempo. Kedua, membayar
kontrak future untuk kontrak yang sama dnegan tanggal jatuh tempo sesuai dengan
kontrak pertama (zero out).

Di bawah ini dijelaskan mekanisme kontrak future sebagai berikut: (Suad Hurnan, 2015:
370 – 372)

Misalkan, pada hari selasa pagi, seorang pemodal mengambil long position frank Swiss
(artinya ia memegang Swiss frank dilawankan dengan dollar AS) untuk kontrak future yang akan
jatuh tempo pada hari kamis sore. Sesuai dengan standar nilai kontrak, maka kontraknya adalah
sebesar SFr 125.000. Misalkan, kurs yang disepakati adalah SFr/$ 0,8000. Pada hari selasa sore
(pada saat perdagangan akan ditutup), kurs future misalnya meningkat menjadi $0,8050. Karena
settlement yang dilakukan setiap hari, maka pada sore hari itu akan dilakukan tiga hal. Pertama,
pemodal tersebut menerima keuntungan kas sebesar $625 (yaitu 125.000 x 0.0050). Kedua,
kontrak future dengan kurs $0.8000 (yang dilakukan pagi hari tersebut) dibatalkan. Ketiga,
pemodal tersebut akan menerima kontrak future yang baru, dengan kurs $ 0.8050. Dengan
demikian, nilai kontrak future dibuat sama dengan nol pada setiap hari perdagangan. Misalkan,
pada hari rabu sore (penutupan perdagangan), kurs turun menjadi $ 0,8020. Dengan demikian,
pemodal tersebut harus membayar kerugian sebesar $ 375 (yaitu 125.000 x 0,0030), dan ia akan
mendapat kontrak baru dengan kurs $0,8020.

Akhirnya, misalkan pada kamis sore kurs frank Swiss naik menjadi $0,8090. Dengan
demikian, pemodal tersebut akan menerima $ 875, dan membayar franck Swiss yang telah
disepakati akan dikirim pada hari kamis. Tabel di bawah ini menunjukkan kegiatan dan arus kas
setiap hari dari kontrak future tersebut.

Tabel 4
Waktu Kegiatan Arus Kas
Selasa pagi Pemodal membeli kontrak Tidak ada
future SFr yang akan jatuh
tempo dua hari lagi. Kurs $
0,8000
Selasa sore Harga future naik menjadi Pemodal menerima
0.8050. 125.000 x (0,8050 – 0,8000)
Dilakukan marking to market = $ 625
Rabu pagi Harga future jatuh menjadi $ Pemodal membayar
0,8020. 125.000 x (0,8050 – 0,8020)
Dilakukan marking to market = $ 375
Rabu sore Harga future naik menjadi $ (1) Pemodal menerima
0,8090 125.000 x (0,8090 –
(1) Dilakukan marking to 0,8020)
market = 4 875
(2) Pemodal mengambil (2) Pemodal membayar
SFr 125.000 125.000 x 0,8090
= $ 101,125

Jika pemodal tidak ingin mengambil franc Swiss pada akhir periode kontrak, maka ia
dapat menjual kontrak future-ny tersebut, sehingga terjadi apa yang disebut sebagai offsetting
trade. Dalam keadaan ini pemodal tidak perlu mengeluarkan dollar untuk membeli franc Swiss
pada akhir periode kontrak future. Pada situasi seperti inilah pemodal tersebut dikatakan
melakukan satu round trip, dan ia harus membayar biaya transaksi tertentu. Apabila biaya
transaksi tersebut sebesar $ 30, maka laba (atau rugi) dari kontrak future tersebut adalah;

(1) Laba pada hari selasa $ 625

(2) Rugi pada hari rabu ($ 375)


(3) Laba pada hari kamis $ 875

(4) Biaya transaksi ($ 30)

Laba (rugi) $ 1.095

Apabila dari perdagangan future tersebut, margin yang diperlukan adalah 4% (ekuivalen
dengan $ 4.000 pada kurs SFr/$ 0,8000), maka selama periode kontrak future tersebut (yaitu dari
selasa pagi ke kamis sore), pemodal tersebut memperoleh tingkat keuntungan sebesar: ($ 1.095/$
4.000) x 100% = 27,375%

Tentu saja, hal yang sebaliknya akan terjadi apabila kurs frank Swiss ternyata melemah
terhadap dollar. Perubahan yang sedikit saja terhadap kurs suatu mata uang dapat mengakibatkan
keuntungan yang rendah atau kerugian yang cukup besar sebagai akibat dari penggunaan margin
yang relative sangat rendah. Penggunaan margin ini tidak dikenal pada kontrak forward.
Demikian pula quotation kurs future selalu dinyatakan dalam dollar AS (quotation kurs forward
dapat dinyatakan dalam mata uang lokal).

Hubungan antara pasar future dengan pasar forward dilakukan oleh arbitrase. Misalkan,
di pasar antarbank, kurs forward untuk bulan November, mata uang pounds adalah $ 1,6125.
Pada waktu yang sama, harga future pounds yang berlaku di IMM adalah $ 1,6110 untuk
penyerahan bulan November. Apa yang dapat dilakukan oleh delar mata uang asing?

Untuk itu, dealer trersebut akan membeli kontrak future pounds sebesar $ 100.687,50
(yaitu 62.500 x 1,6110) dan menjual forward jumlah pounds yang sama, senilai $ 100.781,50
(yaitu 62.500 x 1,6125), untuk pengiriman November. Pada tanggal settlement, dealer tersebut
akan memperoleh laba arbitrase $ 94. Memang benar untuk satu kontrak future ia hanya
memperoleh laba sebesar $ 94, tetapi laba tersebut akan menjadi $ 9.400 apabila ia melakukan
seratus kontrak.

Waran
Menurut Undang – Undang, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan,
yang memberi hak kepada pedagang efek untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada
harga tertentu, dengan jangka waktu enam bulan atau lebih. Umumnya, waran menccerminkan
kebebasan untuk memilih dan membeli saham pada waktu tertentu dengan harga tertentu.
Penerbitan waran biasanya berkaitan dengan penerbitan surat berharga lainnya, namun pada
umumnya penerbitan waran berkaitan dengan penerbitan obligasi. Biasanya, perusahaan sering
memasukkan waran sebagai salah satu komponen dalam obligasi dengan persyaratan tertentu
yang ditetapkan oleh emiten penerbit obligasi bersangkutan. Waran memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli saham perusahaan tersebut dengan jumlah, harga, dan jangka
waktu yang ditetapkan dalam waran tersebut.

Waran memiliki karakteristik yang hampir sama dengan opsi call, sebagai berikut:
(Sunariyah, 2011: 277)

1. Mempunyai ketentuan yang sama mengenai sejumlah saham yang dapat dibeli per
waran.

2. Pencantuman nama perusahaan yang menerbitkan waran.dalam kontrak opsi,


perusahaan yang sahamnya dijual tidak melakukan hubungan dalam kontrak tersebut.
Setiap perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dalam kontrak opsi menyetujui
secara formal bahwa sahamnya diperdagangkan dalam kontrak opsi. Tetapi, dalam
kontrak waran perusahaan yang sahamnya dijual adalah yang menerbitkan waran itu
sendiri. Jadi, pemodal secara langsung berhubungan dengan perusahaan yang
menerbitkan waran.

3. Apabila ada perubahan kondisi perekonomian, harga saham yang diberikan kepada
pembeli hak waran, bisa diubah atau dimodifikasi.

4. Penetapan tanggal jatuh tempo, yaitu jangka waktu kapan suatu hak waran akan
hilang. Dalam hal – hal tertentu dapat saja diberikan suatu pengecualian apabila hak
yang diberikan tersebut bersifat terus menerus (kontinu). Dibandingkan dengan opsi,
waran mempunyai period jatuh tempo yang lebih panjang, yaitu antara 5 bulan
sampai 5 tahun, bahkan ada waran yang tidak memiliki periode jatuh tempo, disebut
perpetual waran.
Persamaan lain dari waran dan opsi adalah, pemegang waran dan opsi tidak memiliki hak
dividen dan hak suara, jika pemegang tersebut tidak mengubah waran dan opsi yang dimiliki
menjadi saham.

Di Indonesia, emiten yang ingin menerbitkan waran wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut: (Sunariyah, 2011: 278 – 279)

1. Waran harus diterbitkan oleh emiten yang sahamnya telah tercatat di bursa.

2. Pernyataan pendaftaran atas waran telah dinyatakan efektif.

3. Setiap waran harus memberi hak kepada pemegang waran untuk membeli minimal
satu tahun atau kelipatannya.

4. Waran yang dicatatkan memiliki masa berlaku minimal 3 tahun, sedangkan


pelaksanaan hak (exercise) minimal 6 bulan setelah waran diterbitkan.

5. Harga pelaksanaan hak (exercise) atas waran maksimal 125% dari harga saham
terakhir pada hari diputuskannya penerbitan waran oleh RUPS emiten.

6. Perjanjian penerbitan waran memuat ketentuan tentang: pertama, perlakuan untuk


waran yang tidak dilaksanakan. Kedua, perlindungan pemegang waran dari dilusi
(penurunan harga saham) akibat keputusan perusahaan.

7. Harga pelaksanaan waran tidak menyimpang dari yang ditetapkan dalam perjanjian
penerbitan waran.

8. Sertifikat waran diterbitkan atas nama.

Adapun, dampak penerbitan waran sebagai berikut: (Sunariyah, 2011: 279)

1. Dilusi. Pemegang waran diberi hak untuk membeli saham sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Saham yang akan dibeli adalah saham baru, sehingga laba per lembar
saham akan menurun. Hal tersebut akan lebih buruk apabila pemegang waran menjual
hak waran kepada pihak ketiga. Hal ini juga merupakan salah satu yang membedakan
antara hak opsi dengan waran.

2. Operasi suatu waran yang terlaksana akan menyebabkan pertambahan modal


perusahaan.
3. Apabila dilakukan split saham, maka harga saham dalam hak waran disesuaikan.

4. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, apabila suatu waran yang diterbitkan sudah
dijual harus dilaporkan dalam Laporan keuangan, jadi emiten harus mengungkapkan
(disclosure). Tujuannya agar pembaca Laporan mendapat informasi adanya
kemungkinan dilusi dalam saham. Dengan kata lain, laba harus diungkap dengan du
acara, yaitu:

a. Laba per lembar saham sebelum waran dilaksanakan.

b. Laba per lembar saham setelah waran dilaksanakan.

Di bawah ini ditampilkan ilustrasi penerbitan waran, yaitu: (Sunariyah, 2011: 277 – 278)

PT Semen Cibinong, menerbitkan obligasi dengan disertai waran pada tahun 1991.
Seluruh obligasi tersebut dijual dengan harga Rp 300 juta. Bersamaan dengan emisi obligasi
dilakukan emisi waran yang diberi hak untuk membeli satu saham untuk setiap lembar obligasi
dengan nilai nominal Rp 10 juta. Tetapi, pada tahun 1992, saham naik menjadi Rp 30 juta.
Situasi kekayaan perusahaan PT Semen Cibinong pada tahun 1990, yaitu pada saat belum
menerbitkan obligasi, sebesar Rp 900 juta. Dengan perincian kekayaan saham Rp 400 juta dan
kekayaan shareholder Rp 500 juta.

Tabel 5

1990 1991 1992


Obligasi 300 300
Saham 400 400 400
Premi 30
Laba ditahan
Kekayaan shareholder 500 500 500
Modal 900 1.200 1.230

Pada tahun 1992, pemodal melaksanakan haknya membeli saham. Pada tahun 1992 harga
saham naik menjadi Rp 30 juta. Jadi, posisi PT Semen Cibinong pada tahun 1992 memperoleh
kekayaan Rp 1.230 juta.

Konversi
Konversi bisa dibagi menjadi dua bentuk, yaitu: (Sunariyah, 2011: 280)

1. Obligasi konvertibel (convertible bonds), yaitu obligasi yang setelah jangka waktu
dan selama masa tertentu dengan perbandingan harga tertentu, dapat ditukarkan
menjadi saham biasa.

2. saham preferensi konvertibel (convertible preferred stock), yaitu saham preferensi


yang setelah jangka waktu dan selama masa tertentu dengan perbandingan harga
tertentu.

Hal yang paling umum terdapat di pasar dari kedua jenis di atas adalah obligasi
konvertibel, dan seperti waran juga digunakan untuk menarik minat investor membeli obligasi
perusahaan, dan perusahaan bisa menawarkan bunga obligasi standar kepada investor, sehingga
tidak memberatkan keuangan perusahaan. Obligasi konvertibel juga biasanya dilengkapi fitur
bisa ditarik kembali oleh perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut (callable bonds).
Perusahaan yang ingin menarik obligasi konvertiblenya harus membayar harga yang agak lebih
tinggi dibandingkan harga obligasi konvertibel tersebut di pasar modal, yang biasa disebut call
premium. Alasan perusahaan menarik kembali obligasi konvertibelnya karena perusahaan bisa
menerbitkan obligasi tanpa fitur obligasi konvertibel dengan tingkat bunga obligasi yang sama.

Obligasi konvertibel memiliki kesamaan dengan opsi call. Ilustrasi di bawah ini akan
menjelaskan mengapa obligasi konvertibel mirip dengan opsi call, sebagai berikut: (Suad
Husnan, 2015: 381 – 382)

PT RAHMA menerbitkan obligasi convertible (convertible bonds disngkat CB) dengan


tingkat bunga 12% per tahun, dan bisa dikonversikan menjadi saham biasa nanti pada tahun ke-5.
Untuk satu lembar obligasi, misalnya bisa ditukar dengan satu lembar saham biasa. Dengan kata
lain. rasio konversinya adalah satu banding satu. Saat ini harga saham PT RAHMA adalah Rp
8.000 dan CB tersebut ditawarkan dengan harga nominal Rp 10.000.

Kalau para pemodal membeli CB tersebut, maka setiap tahun, sampai dengan tahun ke-5,
mereka akan menerima bunga Rp 1.200. pada tahun ke-5, mereka mempunyai pilihan untuk
mengkonversikan CB tersebut menjadi saham biasa, atau meminta perusahaan melunasi CB
tersebut dengan uang sebesar Rp 10.000 (ingat, bahwa Rp 10.000 adalah nilai nominal CB
tersebut).
Kapan pemodal akan memilih mengkonversikan CB menjadi saham? Mereka akan
mengkonversikan CB menjadi saham kalau pada saat konversi tersebut (yaitu tahun ke-5), harga
saham lebih besar dari Rp 10.000. kalau harga saham di bawah Rp 10.000, tentunya para
pemodal akan memilih untuk dilunasi CB-nya (artinya dibayar dengan uang tunai Rp 10.000).
Perhatikan disini bahwa pemodal sebenarnya membeli obligasi dan opsi call terhadap saham
perusahaan.

Misalkan para pemodal bersedia membeli CB tersebut dengan harga Rp 10.000, dan pada
waktu konversi harga saham menjadi Rp 15.000. berapa tingkat keuntungan yang mereka
peroleh? Dari konversi CB menjadi saham, para pemodal memperoleh capital gains sebesar 50%
dalam waktu lima tahun. Ini berarti 10% per tahun. Tingkat bunga yang mereka terima adalah
12% per tahun. Berarti tingkat keuntungan keseluruhan yang mereka terima adalah 22% per
tahun. Seandainya pada tshun ke-5 harga saham di bawan Rp 10.000, maka tingkat keuntungan
yang mereka peroleh hanya 12% per tahun.

Selanjutnya, waran dan konversi memiliki beberapa perbedaan, sebagai berikut:


(Sunariyah, 2011: 281 – 282)

1. Waran biasanya diemisi secara terbatas (private placement) di kalangan tertentu.


Obligasi ataupun saham preferensi yang diemisi dengan waran pada umumnya
ditawarkan di kalangan terbatas (private placement). Sedangkan konversi umumnya
ditawarkan (diemisikan) secara luas di masyarakat umum (public placement).

2. Waran dapat dipisahkan dari sekuritas, baik dari obligasi maupun dari saham
preferensi. Apabila pemodal membeli waran, sekuritas dengan waran dapat dipisah.
Waran dapat dijual tersendiri, dan sekuritas bisa dipegang atau disimpan. Apabila
pemodal membeli sekuritas konversi, hak konversi tercantum di dalam sekuritas
tersebut. Jadi. antara sekuritas konversi dengan hak konversi melekat menjadi satu
atau tidak terpisah. Dengan demikian, hak konversi tidak bisa diperdagangkan
sendiri.

3. Dari sisi lain, perusahaan bisa menerbitkan waran tersendiri. Dengan kata lain, waran
bisa diterbitkan tanpa sekuritas. Akan tetapi, hal tersebut jarang terjadi, biasanya
dalam kasus perusahaan memberi kompensasi kepada para eksekutif perusahaan.
Misalnya, dalam masa kerja tertentu manajer diberi waran untuk membeli sejumlah
saham tertentu dengan harga tertentu.

4. Pelaksanaan hak waran berbeda dengan hak obligasi konversi. Sebagai pemegang hak
waran, untuk membeli sejumlah saham tertentu dengan harga tertentu harus
menyerahkan sejumlah uang tunai. Sedangkan, pada hak obligasi konversi hanya
menukar obligasi tersebut dengan saham biasa.

5. Dalam kasus perusahaan ingin memperbaiki struktur modal dapat memanggil obligasi
yang beredaer dan membayar lunas. Namun, perusahaan tidak dapat menarik
(memanggil) waran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Husnan, Suad. 2015. Dasar – Dasar Teori Portofolio & Analisis Sekuritas Edisi
Kelima.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2. Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar – Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.
Jakarta:Penerbit Rineka Cipta
3. Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal Edisi Keenam. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN
4. Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai