AKUNTANSI PERPAJAKAN
Disusun oleh :
Kelompok 6
JURUSAN AKUNTANSI
2019/2020
BAB 7
A. DEFINISI
Investasi pada entitas asosiasi atau pada entitas anak dimaksudkan untuk
meningkatkan penghasilan dengan menanamkan modal pada perusahaan lain.
Penguasaan saham perusahaan-perusahaan lain dapat dimaksudkan pula untuk menguasai
pasokan bahan baku dan distribusi. Selain itu juga, dalam investasi tersebut suatu entitas
mempunyai maksud memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional strategi atas entitas.
Jadi, dengan maksud investasi pada entitas anak maka dapat digolongan dalam
kelompok asset tidak lancar. Dalam SAK-ETAP, IAI (2009 : 58-59) mengatur perlakuan
akuntansi untuk investor yang melakukan investasi pada entitasasosiasi dan entitas anak.
Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan PT seperti
persekutuan dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan
entitas anak ataupun bagian dalam joint venture.
Pengaruh signifikan tersebut adalah kekuasan untuk berpartisipasi dalam
keputusan kebijakan keuangan dan operasional strategic atau suatu entitas, tetapi tidak
mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut.Apabila, investor memiliki secara
langsung atau tidak langsung 20% atau lebih hak suara pada perusahaan investee, maka
investor mempunyai pengaruh signifikan, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa
tidak ada pengaruh signifikan. Jika investor memiliki secara langsung atau tidak langsung
kurang dari 20% hak suara investee, maka investor tidak memiliki pengaruh signifikan
kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa investor mempunyai pengaruh signifikan.
Menurut IAI (2009:59) dalam SAK-ETAP menyatakan bahwa investasi pada
entitas anak adalah investasi pada suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas induk.
B. INVESTASI PADA ENTITAS DALAM NERACA
Investor harus mencatat investasi pada entitas anak dengan menggunakan metode
ekuitas (equity method). Dalam metode ini, investasi pada entitas anak awalnya diakui
pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi. Selanjutnya disesuaikan untuk
mencermikan bagian investor atas laba rugi dan pendapatan serta beban dari entitas anak.
Entitas anak tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan investor (sebagai entitas
induk).
Untuk tujuan perpajakan, investasi sahan sama dengan halnya dengan persediaan,
dibukukan berdasarkan harga perolehan tanpa memperhatikan persentase kepemilikan.
Jadi, dalam ketentuan perpajakan tidak memperkenalkan pengurangan nilai tersebut
sebagai biaya.
Karena punggutan pajak diperlukan sebagai pungutan final, maka untuk akuntansi
pajak, penghasilan dari penjualan saham tidak dapat dikreditkan dalam SPT tahunan dan
dikonsolidasikan dengan penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak final. Sebagai
akibat pengenaan final itu, semua pengeluaran dan biaya tidak dapat dikurangkan kepda
penghasilan baik yang berasal dari saham itu maupun yang lain.
Penghasilan atas transaksi penjualan saham dipotong langsung oleh
penyelenggaraan bursa efek pasa data transaksi jual beli saham. Pihak pemyelenggara bursa efek
yang akan membayar/menyetor pph final tersebut ke kas Negara dengan menggunakan SSP dan
melaporkannya ke KPP dengan menggunakan SPT masa PPH final pasal 4 ayat 2. Penyetoran
pajak dilakukan oleh pemotong paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi penjualan saham. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham.
Jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam saham pada entotas asosiasi
dengan menggunakan metode biaya (cost method) adalah sebagai berikut:
Sedangkan, jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam saham pada entitas anak
dengan menggunakan metode ekuitas (quity method) adalah sebagai berikut :
BAB 8
PROPERTI INVESTASI
1. AKUNTANSI
Dalam SAK-ETAP yang di atur oleh IAI (2009; 66-67), property investasi adalah
property dalam bentuk asset berwujud tanah/bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau keduannya yang dikuasi oleh oleh pemilik untuk menghasilkan sewa atau kenaikan
nilaikan nilai atau keduannya tetapi tidak untuk digunakan dalam produksi atau
penyedian barang/jasa atau untuk tujuan administrative, atau untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari.
Entitas harus mencatat suatu asset berwujud tanah dan/atau bangunan ke dalam
akun property investasin apabila asset berwujud tanah dan/atau bagunan tersebut
memenuhi definisi informasi property. Tetapi, entitas harus mengeluarkan dari akun
property investasi apabila asset berwujud tanah dan/atau banguann tersebut tidak
memenuhi definisi property investasi.
2. PERPAJAKAN
Menurut peraturan perpajakan, penyusutan asset tetap dimulai pada saat tahun
pengeluaran untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh nomor 17 tahun 1983). Sedangkan
untuk tahun 2001 (UU PPh nomor 17 tahun 2000) sampai dengan sekarang (UU PPh nomor 36
tahun 2008) penyusutan dimulai pada saat bulan pengeluaran asset tersebut, kecuali apabila asset
yang masih dalam yang masih dalam proses pengerjaan yaitu pada bulan selesainya pengerjaan
asset tersebut. Dengan persetujuan ditjen pajak, WP diperkenankan melakukan penyusutan mulai
pada bulan asset tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan atau
pada bulan asset yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Baik menurut akuntansi maupun pajak, tanah yang berstatus hak milik, hak guna banguan
(HGB), hak guna usaha (HGU), dan hak pajak untuk pertama kalinya tidak disusutkan, kecuali
nilainya kurang dalam pemakaian.
Apabila WP baik pribadi maupun badan (PKP atau non-PKP) membangun sebuah
bangunan yang dilakukan sendiri dengan luas bangunan 300 m atau lebih dan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan akan menimbulkan dapak perpajakan yaitu dikenakan PPN
membangun sendiri sesuai dengan pasal 16C UU PPN nomor 42 tahun 2009 sebesar 10% 40%
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan tetapi tidak termasuk harga perolehan
tanah.
Saat terutah PPN tersebut pada saat setiap bulan sejak saat dimulainya kegiatan
membangun sendiri secara fisik, misalnya pada saat pengalian pondasi, pemasagan tiang
pancang, ataupun kegiatan fisik lainnya. WP wajib melakukan penyetoran setiap tanggal 15
bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran atau berakhirnya masa pajak. Apabila WP
adalah PKP, maka yang bersangkutan wajib melaporkan dengan menggunakan SPT maka PPN
masa pajak yang sama dengan bulan pengeluaran, tetapi apabila WP dalah non- PKP maka yang
bersangkutan wajib menggunakan SSP lembar ke 3 paling lambat akhir bulannya setelah
berakhir masa pajak. PPN pasal 16C yang dibayar atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran.