Anda di halaman 1dari 10

RESUME

AKUNTANSI PERPAJAKAN

Dosen Pengampu : Drs. Hamun S. Masin, Ak., M.Si

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Mey Siska Rani (BCA 117 048)


2. Mila Minarti Manyku (BCA 117 038)
3. Nadia Harahap (BCA 117 001)
4. Yusnita Anggreni (BCA 117 037)

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTASEKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2019/2020
BAB 7

INVESTASI PADA ENTITAS ASOSIASI DAN ANAK

A. DEFINISI
Investasi pada entitas asosiasi atau pada entitas anak dimaksudkan untuk
meningkatkan penghasilan dengan menanamkan modal pada perusahaan lain.
Penguasaan saham perusahaan-perusahaan lain dapat dimaksudkan pula untuk menguasai
pasokan bahan baku dan distribusi. Selain itu juga, dalam investasi tersebut suatu entitas
mempunyai maksud memiliki kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional strategi atas entitas.
Jadi, dengan maksud investasi pada entitas anak maka dapat digolongan dalam
kelompok asset tidak lancar. Dalam SAK-ETAP, IAI (2009 : 58-59) mengatur perlakuan
akuntansi untuk investor yang melakukan investasi pada entitasasosiasi dan entitas anak.
Entitas asosiasi adalah suatu entitas, termasuk entitas bukan PT seperti
persekutuan dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan
entitas anak ataupun bagian dalam joint venture.
Pengaruh signifikan tersebut adalah kekuasan untuk berpartisipasi dalam
keputusan kebijakan keuangan dan operasional strategic atau suatu entitas, tetapi tidak
mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut.Apabila, investor memiliki secara
langsung atau tidak langsung 20% atau lebih hak suara pada perusahaan investee, maka
investor mempunyai pengaruh signifikan, kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa
tidak ada pengaruh signifikan. Jika investor memiliki secara langsung atau tidak langsung
kurang dari 20% hak suara investee, maka investor tidak memiliki pengaruh signifikan
kecuali dapat ditunjukkan secara jelas bahwa investor mempunyai pengaruh signifikan.
Menurut IAI (2009:59) dalam SAK-ETAP menyatakan bahwa investasi pada
entitas anak adalah investasi pada suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas induk.
B. INVESTASI PADA ENTITAS DALAM NERACA

Investor harus mengukur investasi pada entitas asosiasi dengan menggunakan


metode biaya (cost method). Dalam metode biaya, investasi diukur pada biaya perolehan
dikurangi akumulasi kerugian penurunan nilai. Biaya perolehan investasi tersebut
meliputi (a) harga pembelian (b) biaya broker (c) pajak dan (d) biaya lain lain
sehubungan dengan perolehan.

Investor harus mencatat investasi pada entitas anak dengan menggunakan metode
ekuitas (equity method). Dalam metode ini, investasi pada entitas anak awalnya diakui
pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi. Selanjutnya disesuaikan untuk
mencermikan bagian investor atas laba rugi dan pendapatan serta beban dari entitas anak.
Entitas anak tidak dikonsolidasikan dalam laporan keuangan investor (sebagai entitas
induk).

Untuk tujuan perpajakan, investasi sahan sama dengan halnya dengan persediaan,
dibukukan berdasarkan harga perolehan tanpa memperhatikan persentase kepemilikan.
Jadi, dalam ketentuan perpajakan tidak memperkenalkan pengurangan nilai tersebut
sebagai biaya.

C. INVESTASI PADA ENTITAS DALAM LAPORAN LABA RUGI


Penghasilan dari investasi dalam saham dapat berupa deviden (tunai, saham atau
harta), saham bonus (dari revaluasi asset atau kapitalisasi agio), dari hak membeli emisi
saham perusahaan (stock warrants, preemptive rights, rights issues), dan keuntungan
kerena pelepasan saham (capital gain).
Penerimaan deviden saham merupakan penghasilan lain-lain. Hasil ini dicatat
dalam perhitungan laba rugi dengan jumlah neto. Deviden yang diperoleh / diterima
adalah objek pajak yang dikenakan PPh karena deviden sebagai penghasilan dari
investasi saham. Deviden yang diterima/ diperoleh dipungut PPh oleh si pemberi
penghasilan. Pembayaran pajak yang di pungut itu dapat dikreditkan pada akhir tahun
pajak berdasarkan UU PPh No.36 Tahun 2008 pasal 17 ayat 2 C dan PP 19 Tahun 2009.
Deviden yang dikenakan pajak adalah deviden yang diterima oleh WP orang
pribadi dalam negeri. Atas penghasilan deviden tersebut dikenakan pajak yang bersifat
final dengan tarif 10% dari penghasilan bruto. Menurut UU PPh No.36 Tahun 2008 pasal
4 ayat 3, deviden yang dikecualikan dari objek PPh 23 adalah deviden yang diterima oleh
PT sebagai WP dalam negeri, koperasi, BUMN/D dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat : Deviden
yang diberikan berasal dari cadangan saldo laba dan PT, BUMN/D kepemilikan saham
paling rendah 25% dari jumlah modal saham.
Menurut PP 138 Tahun 2000, saham bonus yang diterima oleh pemegang saham,
yang berasal dari konversi agio saham, tidak termasuk dalam pengertian deviden sebagai
mana diatur dalam penjelasan pasal 4 ayat 1 huruf G undang-undang PPh No 36 tahun
2008, karena merupakan bagian keuntungan yang diterima oleh pemegang saham.
Dengan demikian, penerima saham bonus yang berasal dari konversi agio saham tidak
termasuk sebagai objek pemotongan PPh 23.
Sedangkan saham bonus yang berasal dari retained earning adalah merupakan
bagian keuntungan sehingga termasuk pengertian dividen sebagaimana dimaksud dalam
penjelasan pasal 4 ayat 1 huruf g dan pasal 23 ayat 1 huruf a angka 1 UU PPh nomor 36
tahun 2008. Penghasilan berupa saham bonus tersebut harus dilaporkan dalam SPT
tahunan PPh, dengan ketentuan bahwa pengakuan penghasilan atas saham bonus yang
berasal dari konversi agio adalah pada saat dijual karena belum dimasukkan sebagai
penghasilan pada saat diterima/diperoleh.Untuk mempertahankan proporsi pemilikan
saham persero(pemegang saham),pada umumnya apabila perusahaan akan menerbitkan
saham baru kepada persero lama diberikan hak membeli terlebih dahulu (pre-emptive
rights).
Kelaziman dalam akuntansi untuk menghasilkan harga perolehan saham kepada
right tersebut.penjualan right diatas harga alokai merupakan keuntungan. Sementara
itu,kalau hak dimanfaatkan untuk membeli saham baru (dengan harga yang lebih rendah
dari harga pasar) maka harga perolehan (alokasi) right ditambah pada pembelian dan
diakui sebagai harga perolehan saham baru.
Apabila right tidak dimanfaatkan,alokasi biaya umumnya dianggap sebagai
kerugian.Dalam ketentuan perpajakan ,alokasi tersebut tidak dilakukan sehingga hasil
penjualan right merupakan phkp seluruhnya.Laba/rugi dari penjualan investasi pada
entitas asosiasi dan pada entitas anak,bias any dilaporkan dalam perhitingan laba
rugi.Penghasilan yang diterima dari kegiatan usaha.Beberapa dengan deviden
,keuntungan pengalih saham dikenakan pajak .
Keuntungan itu secara umum dimengerti sebagai kelebihan harga jual diatas harga
perolehan yang dianggap sebagai penghasilan (penjelasan pasal 4 ayat (1) bagian di UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008).Apabila penjualan saham dilakukan dengan bursa Efek
,sama hanya dengan investasi dalam sekuritas saham yang bersifat lancar,penghasilan
dari penjualan itu dikenakan PPh.Sementara itu,kalau penjualan dilakukan tidak melalui
bursa efek ,maka keuntungan dari penjualan tersebut harus diakui sebagai penghasilan
diluar usaha yang harus digabungkan dengan penghasilan lain untuk dilaporkan dalam
SPT Tahunan PPh Badan..Kedua tempat atau cara penjualan memberikan perlakuan
yang berbeda terhadap biaya penjualan .
Sementara penjualan bursa efek tidak memperkenankan pengurangan biaya
penjualan terhadap penghasilan bruto kena pajak,penjualan diluar bursa memperbolehkan
pengurangan dimaksud dengan cara mengakui biaya diluar usaha paa laporan SPT
tahunan PPh Badan.

Dalam PP 14 tahun 1997 jo. KMK-282/KMK.04/1997 jo. SE-06/PJ.4/1997 JO.


SE-15/PJ.42/1997 jo. Bsarnya pph yang dipungut dari transaksi penjualan saham dibursa
efek ditentukan atas penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham (bukan saham pendiri) di bursa efek dipunggut pph yang
bersifat final sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham.

Karena punggutan pajak diperlukan sebagai pungutan final, maka untuk akuntansi
pajak, penghasilan dari penjualan saham tidak dapat dikreditkan dalam SPT tahunan dan
dikonsolidasikan dengan penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak final. Sebagai
akibat pengenaan final itu, semua pengeluaran dan biaya tidak dapat dikurangkan kepda
penghasilan baik yang berasal dari saham itu maupun yang lain.
Penghasilan atas transaksi penjualan saham dipotong langsung oleh
penyelenggaraan bursa efek pasa data transaksi jual beli saham. Pihak pemyelenggara bursa efek
yang akan membayar/menyetor pph final tersebut ke kas Negara dengan menggunakan SSP dan
melaporkannya ke KPP dengan menggunakan SPT masa PPH final pasal 4 ayat 2. Penyetoran
pajak dilakukan oleh pemotong paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan
terjadinya transaksi penjualan saham. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya setelah bulan terjadinya transaksi penjualan saham.

Jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam saham pada entotas asosiasi
dengan menggunakan metode biaya (cost method) adalah sebagai berikut:

Transaksi Metode biaya (cost method)


Pembelian saham Investasi pada entitas PT….. xxx -
Kas/bank - Xxx
Pengakuan laba/rugi Tidak ada jurnal
Pembagian deviden Kas/bank Xxx -
PPH 23 dibayar di muka Xxx -
Pendapatan deviden - Xxx
Penjualan saham Kas/bank Xxx -
PPH pasal 4 ayat (2) Xxx -
Rugi/laba penjualan investasi saham Xxx -
Investasi pada entitas asosiasi PT - xxx

Sedangkan, jurnal akuntansi perpajakan untuk transaksi investasi dalam saham pada entitas anak
dengan menggunakan metode ekuitas (quity method) adalah sebagai berikut :

Transaksi Metode ekuitas (equity method)


Apabila kepimilikan saham < 25%
Pembelian saham Investasi pada entitas anak PT…… Xxx -
Kas/bank - xxx
Pengakuan laba Investasi pada entitas anak PT…. Xxx -
Pendapatan investasi - xxx
Pengakuan rugi Pendapatan investasi
Investasi pada entitas anak PT….
Pembagian deviden Kas/bank
PPH 23 bayar dimuka
Investasi pada entitas anak PT…
Penjualan saham Kas/bank
PPH 23 pasal 4 ayat (2)
Rugi/laba penjualan investasi saham
Investasi pada entitas anak PT….

Transaksi Metode ekuitas (equity method


Apabila kepemilikan saham >= 25%
Pembelian saham Sama dengan di atas
Pengakuan laba/rugi Sama dengan di atas
Pembagian deviden Kas/bank
Investasi pada entitas anak PT….
Penjualan saham Sama dengan di atas

BAB 8

PROPERTI INVESTASI

1. AKUNTANSI
Dalam SAK-ETAP yang di atur oleh IAI (2009; 66-67), property investasi adalah
property dalam bentuk asset berwujud tanah/bangunan atau bagian dari suatu bangunan
atau keduannya yang dikuasi oleh oleh pemilik untuk menghasilkan sewa atau kenaikan
nilaikan nilai atau keduannya tetapi tidak untuk digunakan dalam produksi atau
penyedian barang/jasa atau untuk tujuan administrative, atau untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari.

Property informasi yang diperoleh dengan pembelian dicatat sejumlah harga


pembelian ditambah dengan setiap pengeluaran biaya-biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung seperti biaya legal dan broker, biaya pajak pengalihan dan biaya
transaksi lainnya, seluruh property informasi investasi untuk bangunan harus diukur pada
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai, seperti
dalam bab 9 aset tetap.

Entitas harus mencatat suatu asset berwujud tanah dan/atau bangunan ke dalam
akun property investasin apabila asset berwujud tanah dan/atau bagunan tersebut
memenuhi definisi informasi property. Tetapi, entitas harus mengeluarkan dari akun
property investasi apabila asset berwujud tanah dan/atau banguann tersebut tidak
memenuhi definisi property investasi.

2. PERPAJAKAN

Sedangkan menurut perpajakan, sesuai dengan pasal 11 UU PPh nomor 36 tahun


2008, asset tetap adalah harta berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharan
penghasilan yang merupakan objek pajak serta mempuyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

Berdasarkan UU PPh nomor 36 tahun 2008, pengeluaran untuk memperoleh harta


berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun harus dibebankan sebagai
pengeluaran untuk mendapatkan, ,enagih, dan memelihara penghasilan dengan mengalokasikan
pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Metode
penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan fiscal adalah metode garis lurus (straight line
method) untuk kelompok banguan dengan masa mangfaat 20 tahun atau 10 tahun sesuai dengan
pasal 11 ayat 96) UU PPh nomor 36 tahun 2008, dan yang dimaksud banguan tidak permanen
adalah bangunan yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan tidak tahan lama atau bangunan
yang dapat dipindah-pindahkan sehinggal masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Penggunaan metode penyusutan harus dilakukan secara taat asas.

Menurut peraturan perpajakan, penyusutan asset tetap dimulai pada saat tahun
pengeluaran untuk tahun 2000 dan sebelumnya (UU PPh nomor 17 tahun 1983). Sedangkan
untuk tahun 2001 (UU PPh nomor 17 tahun 2000) sampai dengan sekarang (UU PPh nomor 36
tahun 2008) penyusutan dimulai pada saat bulan pengeluaran asset tersebut, kecuali apabila asset
yang masih dalam yang masih dalam proses pengerjaan yaitu pada bulan selesainya pengerjaan
asset tersebut. Dengan persetujuan ditjen pajak, WP diperkenankan melakukan penyusutan mulai
pada bulan asset tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan atau
pada bulan asset yang bersangkutan mulai menghasilkan.

Baik menurut akuntansi maupun pajak, tanah yang berstatus hak milik, hak guna banguan
(HGB), hak guna usaha (HGU), dan hak pajak untuk pertama kalinya tidak disusutkan, kecuali
nilainya kurang dalam pemakaian.

Apabila WP baik pribadi maupun badan (PKP atau non-PKP) membangun sebuah
bangunan yang dilakukan sendiri dengan luas bangunan 300 m atau lebih dan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan akan menimbulkan dapak perpajakan yaitu dikenakan PPN
membangun sendiri sesuai dengan pasal 16C UU PPN nomor 42 tahun 2009 sebesar 10% 40%
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan tetapi tidak termasuk harga perolehan
tanah.

Saat terutah PPN tersebut pada saat setiap bulan sejak saat dimulainya kegiatan
membangun sendiri secara fisik, misalnya pada saat pengalian pondasi, pemasagan tiang
pancang, ataupun kegiatan fisik lainnya. WP wajib melakukan penyetoran setiap tanggal 15
bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pengeluaran atau berakhirnya masa pajak. Apabila WP
adalah PKP, maka yang bersangkutan wajib melaporkan dengan menggunakan SPT maka PPN
masa pajak yang sama dengan bulan pengeluaran, tetapi apabila WP dalah non- PKP maka yang
bersangkutan wajib menggunakan SSP lembar ke 3 paling lambat akhir bulannya setelah
berakhir masa pajak. PPN pasal 16C yang dibayar atas kegiatan membangun sendiri tidak dapat
dikreditkan dengan pajak keluaran.

Anda mungkin juga menyukai