Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“KASUS KEPERILAKUAN ASPEK PERENCANAAN LABA DAN


PENGANGGARAN”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan
yang diampu oleh:
Puji Lestari, SE. MSi. Ak

Disusun Oleh: Kelompok 6

Riska Rahmawati C1C017002


Tita Anjarningsih C1C017012
Ulfah Neliana C1C017016
Dika Nur Rachmawati C1C017075
Nurmuliani C1C017124

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................... 1

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 2
A. Latar Belakang ......................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Kronologis Kasus ..................................................................... 3
a. Manipulasi Laba PT Garuda Indonesia ........................ 3
b. Penggelapan Anggaran Proyek Hambalang ................. 6
B. Penyebab Permasalahan ........................................................... 10
C. Dampak Permasalahan ............................................................. 11
D. Hubungan Permasalahan dengan Aspek Keperilakuan ............ 12
E. Penyeleseian Permasalahan ...................................................... 14
BAB III. PENUTUP .................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak kecurangan di Indonesia sudah mencapai tingkat yang
memprihatinkan. Bahkan dalam dasawarsa terakhir Pemerintah juga telah
membentuk dan memberdayakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
untuk melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia. Namun sayangnya
hasil yang di dapat masih belum sesuai dengan harapan. Terjadinya
kecurangan tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu pengauditan
dapat memberikan efek yang merugikan bagi proses pelaporan keuangan.
Beberapa waktu lalu ini kita dihadapkan pada berita mengenai
kasus penggelapan anggaran proyek Hambalang dan manipulasi laba pada
PT Garuda Indonesia. Kasus ini sampai sekarang masih menjadi misteri
yang belum terpecahkan. Hal ini terjadi karena sistem yang digunakan
panitia tidak bersifat transparan atau adanya koalisi antara pihak panitia
dan tersangka. Adanya koalisi ini semakin meyakinkan bahwa dalam
masalah ini sistem hukum dan peraturan di Indonesia tidak ditaati dengan
sungguh-sungguh.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana kronologi Kasus Manipulasi Laba pada PT Garuda
Indonesia dan Kasus Penggelapan Anggaran proyek Hambalang?
b. Apa Penyebab Permasalahan Kasus tersebut?
c. Bagaimana Dampak dari Permasalahan Kasus tersebut?
d. Apa Hubungan Permasalahan tersebut dengan Aspek Keperilakuan?
e. Bagaimana Penyelesaian Permasalahan Kasus tersebut?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kronologis kasus
Kasus Manipulasi Laba pada PT Garuda Indonesia
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil
membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari
2017 yang merugi US$216,58 juta menuai polemik. Dua komisaris Garuda
Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk
mendatangani laporan keuangan 2018. Keduanya menolak pencatatan
transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam
penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos
pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata
hingga akhir 2018.
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT
Trans Airways selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan
kepemilikan sebesar 25,61 persen. Hingga saat ini, polemik laporan
keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir. Berikut ini kronologi
terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:

1 April 2019
Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada
Bursa Efek Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan
kode saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu,
berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar US$216,58
juta.

24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST)
di Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan
keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda
Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT

4
Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan
dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan
dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak
dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.

Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar


US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca
keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak
dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih
merugi US$244,96 juta.

Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu


menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda
Indonesia berubah dari yang sebelumnya rugi menjadi untung.

Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda


Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum
menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata
belum masuk ke kantong perusahaan.

25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai
kabar penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham
perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada
penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4).

Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari
sebelumnya Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan

5
pelemahan hingga penutupan perdagangan hari ini, Selasa (30/4) ke posisi
Rp466 per saham atau turun persen.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen


Garuda Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak
komisaris dengan manajemen terhadap laporan keuangan tahun buku
2018.

Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor


akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan
selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan
pada Selasa (30/4).

26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal
memanggil manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen,
DPR akan membahas kasus tersebut dalam rapat internal.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan


perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan
dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan
terkait pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan
laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR
kembali bekerja pada 6 Mei 2019.

Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama
Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan
keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris

Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah

6
merusak kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan
pelanggan setia maskapai tersebut.

Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah


akan melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono
menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu
pemegang saham dengan manajemen saat ini.

30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor
akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan
selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada
pukul 08.30-09.30 WIB.
Sayangnya, pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas
bursa menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut.
Sementara Menteri Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait
laporan keuangan BUMN tersebut.

Kasus Anggaran Akuntansi Pemerintahan Proyek Hambalang


Pada tanggal 21 April 2011 sekitar pukul 19.00 WIB terjadi
keriuhan di lantai tiga kantor Kemenpora, di kawasan Senayan, Jakarta
Pusat. Malam itu tim penyidik KPK menangkap tangan Sesmenpora Wafid
Muharram sedang menerima suap dari PT Duta Graha Indah (PT DGI)
rekanan Kemenpora sebesar Rp 3,2 miliar. Bersama Wafid juga ditangkap
Direktur Pemasaran PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan
Manajer Pemasaran PT DGI Muhammad El Idris. Inilah awal
terungkapnya kasus korupsi Wisma Atlet SEA Games Palembang, yang
kemudian menyeret-nyeret sejumlah kader Partai Demokrat (PD),
termasuk Angelina Sondakh yang ditetapkan menjadi tersangka. Setelah
trio Wafid-El Idris-Rosa resmi ditahan, belakangan terungkap Bendahara

7
Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazarudin juga menerima uang fee
sebesar Rp 25,87 miliar dari proyek Wisma Atlet. Menurut Rosa, fee
sebesar 13 persen dari total nilai proyek Wisma Atlet itu diterima Nazar
sebelum Wafid tertangkap. PT DGI sepakat memberikan fee sebesar 15
persen dari keseluruhan nilai proyek Wisma Atlet Palembang sebesar Rp
191 miliar. Nazar sempat membantah tuduhan ini dalam sebuah jumpa
pers yang dihadiri kader PD. Mantan rekan bisnis Anas Urbaningrum ini,
kemudian diamdiam ke luar negeri, tepat sehari sebelum ditetapkan
menjadi tersangka. Dari tempat pelariannya, Nazar yang kemudian
dinonaktifkan dari jabatannya sebagai bendahara umum PD mengumbar
tuduhan ke sejumlah kader dan bahkan petinggi mantan partainya itu. Dari
mulut Nazar, yang tertangkap di Cartagena, Kolombia pada 7 Agustus
2011 terungkap bagaimana sepak terjang jajaran PD ‘menjarah’ uang
negara melalui berbagai proyek di Kementrian Pemuda dan Olah Raga.
Nazar antara lain menuding koleganya di Senayan, Angelina dan Mirwan
Amir juga menerima aliran dana. Tak ketinggalan nama Ketua Umum PD
Anas Urbaningrum dan Menpora Andi Mallarangeng. Nama putra bungsu
Presiden SBY, Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas juga sempat disebut
namun belakangan menghilang. Angie, yang juga anggota Komisi
Olahraga DPR dituduh berperan sebagai ‘makelar’ dalam sejumlah proyek
di Kementerian Pemuda dan Olahraga, seperti persiapan SEA Games di
Palembang, Stadion Hambalang, serta proyek taman bermain olahraga di
sejumlah daerah. Di persidangan, sejumlah saksi, seperti Yulianis, Wakil
Direktur Keuangan Grup Permai (perusahaan Nazaruddin, red) juga
membenarkan adanya aliran dana ke Angie. Politisi PDIP Wayan Koster
juga menerima dana yang sama. Menurut Yulianis, uang diberikan secara
bertahap total sebanyak Rp 5 miliar, atas permintaan Rosa. Pemberian
uang berkaitan dengan pembangunan Wisma Atlet dan Stadion
Hambalang. Andi dan mantan Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo
Winoto, juga disebut kecipratan dana hingga Rp 10 miliar. Duit diduga
berkaitan dengan upaya memuluskan pengurusan sertifikat tanah untuk

8
pembangunan proyek SEA Games dan Hambalang. Mirwan, Wakil
Bendahara umum PD yang juga wakil ketua Banggar DPR, disebut
menerima aliran dana untuk dibagi-bagi ke anggota Banggar untuk
memuluskan proyek Wisma Atlet. Rp 1 miliar dari uang ini disebut
mengalir ke Anas. Bahkan Nazar menuding Anas menerima puluhan
miliar rupiah dari proyek Hambalang yang digunakan untuk
memenangkan kursi ketua umum dalam Kongres Bandung 2010.
Terkumpulnya anggaran sport center Hambalang dimulai dari
diterbitkannya Sertifikat Hak Pakai Nomor 60 tertanggal 20 Januari 2010
untuk Kementerian Pemuda dan Olahraga. Sertifikat tersebut, adalah bukti
kepemilikan Kemenpora atas tanah Hambalang, Bogor, seluas 31,2
hektare. Setelah sertifikat terbit, Kemenpora kemudian merealisasikan
anggaran sebesar Rp 253 miliar. Anggaran itu direncanakan untuk
pembangunan lanjutan Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga
Nasional (P3SON) Hambalang atau nantinya dikenal sebagai sport
center Hambalang. Tahun 2011, Kemenpora mempunyai pagu sebesar Rp
500 miliar untuk P3SON Hambalang. Dari Rp 500 miliar tersebut, Rp 400
miliar digunakan untuk melanjutkan pembangunan dan Rp 100 miliar
untuk penyediaan sarana. Selanjutnya, dari anggaran penyediaan sarana
P3SON Hambalang sebesar Rp 100 miliar itu, Kemenpora melakukan
Pelelangan Umum Pertama untuk penyediaan alat sport science senilai Rp
79,9 miliar. Lelang itu dibuka pada tanggal 7 Oktober 2011. Lelang
selanjutnya berlangsung 21 hari kemudian. Pada tanggal 28 Oktober 2011,
Kemenpora mengadakan Pelelangan Umum Kedua untuk penyediaan
bantuan mebelair senilai Rp 19,9 miliar. Pemenang dari lelang itu adalah
PT Christalenta dengan harga penawaran sebesar Rp 18,8 miliar. Apabila
keseluruhan nilai di atas disatukan, ditemukan nilai Rp 753 miliar dari
total Rp 1,2 triliun anggaran sport center Hambalang atau yang
sebelumnya disebut sebagai P3SON Hambalang.
Selasa, 1 Mei 2012, Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) telah
menyatakan bahwa penyelidikan proyek pembangunan sarana olahraga di

9
Hambalang, Bogor mengalami peningkatan. Hal tersebut diutarakan oleh
pimpinan KPK sendiri, Abraham Samad pada Selasa, 1 Mei 2012 malam.
Menurutnya, peningkatan tersebut terlihat dari banyaknya informasi
mengenai kasus itu yang masuk ke KPK yang datang dari sejumlah orang
yang pernah dimintai keterangan oleh lembaga anti korupsi tersebut
mengenai proses sertifikasi tanah Hambalang Selain itu, Abraham Samad
juga membenarkan pernyataan koleganya, Bambang Widjojanto, bahwa
KPK yakin Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum terlibat
dalam proyek Hambalang. Keyakinan ini muncul lantaran adanya
pengakuan dari Anggota Komisi II asal Fraksi Partai Demokrat, Ignatius
Mulyono.
Sementara itu, Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, pihaknya
hingga kini masih mengumpulkan alat bukti atas indikasi tindak pidana
dalam proyek yang dikerjakan oleh PT Adhi Karya Tbk dan PT Wijaya
Karya Tbk tersebut. Menurut dia, karena alat buktinya belum cukup, maka
proyek yang dijalankan dua emiten BUMN sektor konstruksi dengan kode
perdagangan masing-masing ADHI dan WIKA itu masih dalam tahap
penyelidikan. Johan mengatakan, ada dua persitiwa yang tengah diselidiki
pihaknya. Pertama, pada proses penerbitan sertifikat tanah Hambalang.
Kedua, pelaksanaan pengadaan proyek Hambalang yang dilakukan secara
multi years. Kasus Hambalang ini pertama kali diungkapkan oleh
terdakwa suap proyek pembangunan wisma atlet, M Nazaruddin. Menurut
mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu, Anas turut terlibat dalam
proyek dengan melakukan serangkaian pertemuan yang dihadiri Kepala
Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto terkait sertifikasi tanah
Hambalang. Bukan hanya itu, Nazaruddin juga menuding bahwa Menteri
Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng turut terlibat dalam proyek ini.
Dan hingga saat ini kasus penyelewengan anggaran ini masih dalam proses
di pengadilan.

10
B. Penyebab Permasalahan
Pada Kasus PT Garuda Indonesia
- PT Garuda Indonesia melakukan praktik rekayasa dengan
menggunakan trik-trik dari akuntansi guna membuat laporan laba rugi
perusahaannya terlihat lebih baik dari yang sebenarnya. Praktik ini
dilakukan secara resmi dan disetujui oleh perusahaan, sehingga
perusahaan memperoleh laba yang lebih tinggi.
- Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode saham GIAA
berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu pada tahun 2018,
berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar
US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran
pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08
juta.
- Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.
Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan
tahun buku 2018 dan terdapat dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul
Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways
menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan dalam
RUPST dan meminta untuk dibacakan dalam RUPST, tapi atas
keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat
pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun 2018.
- Adanya rangkap jabatan oleh beberapa petinggi PT Garuda Indonesia.
I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra sebagai Direktur Utama
merangkap jabatan sebagai Komisaris Utama PT Sriwijaya Air. Selain
itu, Pikri Ilham Kurniansyah sebagai Direktur Niaga Garuda Indonesia
merangkap jabatan sebagai Komisaris Sriwijaya Air. Direktur Utama
Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahtjo merangkap sebagai Komisaris
Sriwijaya.

11
Pada Kasus Hambalang
- Menpora saat itu, Adhyaksa Dault mengakui bahwa untuk membangun
pusat olahraga (hanya pembangunan sekolah olahraga) pihaknya
mengajukan anggaran sebesar Rp125 miliar yang dananya belum dapat
dicairkan dan ditandai bintang (*) pada Dokumen Anggaran.
Kemudian nilai proyek ini melejit hingga Rp2,5 triliun saat
Kemenpora dipimpin oleh Menteri Andi Mallarangeng dengan rencana
untuk membuat sport center.
- Pada Anggaran Perubahan yang terdapat pada APBN-P 2011, terdapat
pernyataan dari Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer
Pemerintah Pusat bahwa terdapat sub kegiatan yang bersifat
Multiyears.
- Adanyaupaya memuluskan pengurusan sertifikat tanah untuk
pembangunan proyek SEA Games dan Hambalang.
- Pihak-pihak terkait secara bersama-sama diduga telah melakukan
rekayasa pelelangan untuk memenangkan rekanan tertentu dalam
proses pemilihan rekanan pelaksana proyek pembangunan P3 SON
Hambalang.

- Pihak Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi


amdal maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan
Hidup) terhadap proyek pembangunan P3 SON Hambalang
sebagaimana yang diamanatkan UU Lingkungan Hidup. Persyaratan
adanya studi amdal terlebih dahulu sebelum mengajukan izin lokasi,
site plan, dan IMB kepada Pemkab Bogor tidak pernah dipenuhi oleh
Kemenpora.

C. Dampak Permasalahan
Pada Kasus PT Garuda Indonesia
- Dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan dan
menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari yang
sebelumnya rugi menjadi untung.

12
- Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda
Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan
(PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu
seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja
sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.

Pada KasusHambalang

- Lokasi Hambalang tersebut masuk zona kerentan gerakan tanah


menengah tinggi sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)
Kementerian ESDM. Sehingga saat terjadi pembangunan proyek
tersebut tepatnya akhir tahun 2011 terjadi keruntuhan/amblas
bangunan pada sub kegiatan pada DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran). Dan kini kondisi proyek tersebut mangkrak
memperihatinkan.
- Ada indikasi kerugian negara sebesar Rp463,67 miliar yang
disebabkan oleh adanya indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan
wewenang, wewenang yang mengandung unsur-unsur pidana yang
dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pembangunan P3SON
Hambalang.

D. Hubungan Permasalahan dengan aspek keperilakuan


1. Pada kasus PT Garuda Indonesia
- Keselarasan tujuan : Pada PT Garuda Indonesia permasalahan terjadi
yaitu dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) Salah
satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun
buku 2018 dan terdapat dua komisaris garuda Indonesia Chairul
Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways
menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan dalam

13
RUPST dan meminta untuk dibacakan dalam RUPST, tapi atas
keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.
- Partisipasi : Pada saat proses pengambilan keputusan ini tidak
melibatkan semua pihak yaitu dibuktikan dengan dua komisaris
Garuda Indonesia yang menyampaikan keberatan melalui surat
keberatan dalam RUPTS dan permohonan tersebut tidak dikabulkan.
- Pengkomunikasian dan kerja sama : Pada PT Garuda Indonesia
memiliki komunikasi yang buruk antar pihak dan tidak melakukan
kerja sama yang baik antara komisaris dengan pihak lain dalam
perusahaan
- Tahap pengendalian dan evaluasi kerja : PT Garuda Indonesia
melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018 kepada Bursa Efek
Indonesia. Dalam laporan keuangannya, perusahaan dengan kode
saham GIAA berhasil meraup laba bersih sebesar US$809 ribu,
berbanding terbalik dengan kondisi 2017 yang merugi sebesar
US$216,58 juta. Pada laporan keuangan ini menimbulkan kecurigaan
dari semua pihak bahwa Garuda Indonesia melakukan kecurangan.
2. Pada Kasus Hambalang
Konsekuensi disfungsional pada penganggaran Proyek Hambalang:
- Rasa tidak percaya : Seperti dijelaskan dalam penyebab kasus, pihak
Kemenpora selaku pemilik proyek tidak pernah melakukan studi amdal
maupun menyusun DELH (Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup)
terhadap proyek pembangunan P3 SON Hambalang, namun tertanggal
20 Januari 2010 sudah terbit Sertifikat Hak Pakai Nomor 60 untuk
Kementerian Pemuda dan Olahraga atas tanah Hambalang, Bogor,
seluas 31,2 hektare untuk kemudian dibangun, tentu hal ini
menimbulkan rasa tidak percaya.
Konsep keperilakuan yang relevan :
- Pada tahap penetapan tujuan: Dikutip dari berita sindonews.com tgl 18
Juli 2014, dijelaskan menpora Andi Mallarangeng mengadakan rapat
awal sebelum memulai proyek dengan menambah anggaran dari 125M

14
menjadi 2,5T dengan dalih agar dapat digunakan oleh atlet junior dan
senior berskala internasional,Serta venue untuk olahraga ekstrim.
Dalam penetapan tujuan ini, Andi Malarangeng Andi juga disebut
memberikan keluasaan kepada adiknya Andi Zulkarnaen alias Choel
Mallarangeng, untuk berhubungan dengan pejabat di Kemenpora.
Tidak hanya itu, Choel juga mendapatkan akses menggunakan ruang
kerja Andi di lantai 10 Gedung Kemenpora. Hal ini mengindikasikan
ada upaya nepotisme ditahap awal proyek.
- Partisipasi : Partisipasi dalam proses manajemen seharusnya membawa
dampak positif atas program yang direncanakan, namun pada kasus
Hambalang, para pihak yang berpartisipasi justru melakukan
kongkalikong untuk mendapatkan keuntungan pribadi atas dana
anggaran proyek. Beberapa orang yang terlibat dan terbukti melakukan
korupsi diantaranya Andi Mallarangeng, adiknya Choel Mallarangeng,
Anas Urbaningrum, dan lain-lain.

E. Penyelesaian Permasalahan
Pada Kasus PT Garuda Indonesia
Pada tanggal 28 Juni 2019 Garuda Indonesia dikenai sanksi oleh
OJK, Kemenkeu dan BEI berupa pembekuan izin untuk auditor selama 12
bulan, jajaran direksi dikenai denda Rp100.000.000,- dan terakhir dikenai
sanksi Rp250.000.000 oleh Bursa Efek Indonesia.
Melihat kasus tersebut dan penjelasan dari Ketua IAPI, sebaiknya
Akuntan lebih memperhatikan dan lebih teliti dalam melakukan pencatatan
terhadap suatu transaksi. Karena jika tidak, kesalahan pencatatan tersebut
dapat menjadi masalah dikemudian hari dan dapat menyebabkan dampak-
dampak yang cukup signifikan bagi keberlangsungan perusahaan. Dan
sebaiknya setiap akuntan memegang teguh kode etik profesi akuntansi
agar tidak terjadi kasus-kasus yang serupa.

15
Pada Kasus Hambalang
Yang mungkin bisa dilakukan pemerintah seharusnya lebih
transparan dalam mega proyek Hambalang ini, sehingga tidak akan
muncul kecurigaan dari masyarakat mengenai penggunan dana pada
proyek Hambalang ini. Diperlihatkannya rincian dana yang yang
digunakkan untuk proyek ini kepada masyarakat sangatlah
penting,sehingga ada rasa saling percaya antara masyarakat dan
pemerintah. Selain itu, untuk tindakan pencegahannya bisa dilakukan audit
forensik dan investigasi juga sistem pengendalian intern sedini mungkin
untuk mendeteksi adanya ketidakberesan dalam suatu proyek negara
sebesar ini.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan disusunnya suatu anggaran adalah agar kebutuhan jangka
pendek yang tercantum dalam anggaran dapat terpenuhi, anggaran akan
menuntun agar pencapaian tujuan jangka pendek tetap konsisten sesuai
dengan tujuan dan sasaran. Maka dari itu jangan sampai dalam sistem
penganggaran ada seseorang yang ingin merauk keuntungan karena akan
merusak hakikat dari pada anggaran itu sendiri.
Salah satu pendekatan yang bisa diambil dalam upaya
pemberantasan korupsi adalah dengan menerapkan Audit Forensik.
Audit forensik mampu menekan kasus kriminal yang berkaitan dengan
keuangan di Indonesia seperti korupsi, pencucian uang, transaksi ilegal
dan sebagainya. Terlebih kasus tersebut sering terjadi di lingkungan
pemerintahan sehingga menghambat pemerintah baik pusat maupun
daerah untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.
B. Saran
Bagi para penyelenggara negara sebagai pengelola anggaran negara
hendaknya menghindarkan diri dari praktek-praktek KKN karena KKN
secara materiil akan sangat merugikan warga masyarakat. Di samping itu
juga perlu diikuti alur-alur penganggaran yang ada di Indonesia agar sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://sjifa.wordpress.com/2013/06/05/kasus-anggaran-akuntansi-pemerintahan-
proyek-hambalang/diaksespada 20 September 2019

https://keepcopying.blogspot.com/2014/01/makalah-kasus-hambalang.html,
diaksespada 21 September 2019

https://www.viva.co.id/arsip/363930-asal-mula-mega-proyek-hambalang, diakses
pada 21 September 2019

https://nasional.sindonews.com/read/884240/13/penyebab-anggaran-hambalang-
bengkak-1405669737, diakses pada 22 September 2019
https://m.bisnis.com/amp/read/20131110/17/185447/ini-kronologis-lengkap-
bancakan-proyek-hambalang, diakses pada 22 September 2019

18

Anda mungkin juga menyukai