Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan
Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food
And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Pada Tahun 2007 2011
Agustina Cyntia
JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014, HAL 1 384
Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa
dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi.
KETUA PENYUNTING:
MF Arrozi
WAKIL KETUA PENYUNTING:
Dihin Septyanto
PENYUNTING AHLI:
Hasyim Achmad
Lia Amalia
Sugiyanto
PENYUNTING PELAKSANA:
Sri Handayani
Abdurrahman
Adrie Putra
Rina Anindita
STAFF ADMINISTRASI
Jaka Suharna
Delfian Aldeni
Evalina Silitonga
Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email : jurnal.ekonomi@esaunggul.ac.id
f.
Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan
menyebutkan.
g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika
dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan.
Contoh:
1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman:
(Galbraith,1997:23)
2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992).
3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994)
4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984)
5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b)
6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999).
h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama
penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis,
tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman.
Contoh:
Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II:
Irwin.
Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia
Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran
Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan.
Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties.
Academy of Management Review : 445-453.
Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations,
Administrative Science Quarterly, 150-163.
Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research
and Development, Contemporary Accounting Research: 568 581.
3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan.
JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014
DAFTAR ISI
Halaman
12
18
34
42
54
76
84
93
110
125
136
148
161
171
179
Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya
Keterikatan Nasabah
Stephanus Taniadi
195
211
221
234
247
259
274
284
306
317
329
343
355
363
374
Florensy Natalia
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
PT Chandra Jaya Sukses merupakan distributor tunggal di Indonesia untuk kursi recliner
merek Lazboy, yang dimana merek Lazboy tersebut berasal dari Amerika Serikat yang hampir
mayoritas penduduk Amerika Serikat sudah mengenal produk kursi recliner merek Lazboy
tersebut, sedangkan di Indonesia sendiri untuk produk tersebut masih belum cukup dikenal oleh
masyarakat di Indonesia. Hal ini berdampak pada tingkat penjualan produk tersebut di
Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan Negara asalnya, sehingga dalam
pembahasan ini peneliti membahas dari sisi keputusan pembelian konsumen dimana brand
image, kualitas produk, dan harga yang menjadi faktor keputusan pembelian.
Pembahasan hasil penelitian ini dibuat dengan mendeskripsikan jawaban responden
sehingga mampu memberikan suatu gambaran menyeluruh mengenai pengaruh brand image,
kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian dalam membeli produk kursi recliner
merek Lazboy .
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi studi lapangan dengan melakukan
survey dan studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan dari 100 responden melalui
penyebaran Kuesioner. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Sedangkan untuk analisis data penulis menggunakan analisis data
diskriminan dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel tersebut
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk kursi recliner merek Lazboy.
Berdasarkan fungsi diskriminan dapat disimpulkan bahwa ternyata ketiga variabel tersebut
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy,
dan yang paling kuat mempengaruhi adalah harga.
Kata Kunci : Brand image, kualitas produk, harga, dan keputusan pembelian
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di zaman era modern saat ini perkembangan gaya hidup masyarakat sudah berubah
sangat pesat. Kebutuhan demi kebutuhan dari masyarakat menjadi semakin banyak yang harus
dipenuhi. Di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga tingkat
kebutuhannya pun tinggi tercatat setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah sebanyak tiga
juta jiwa pertahun, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal serta perlengkapan furniture rumah
akan meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat di Indonesia, Hal inilah yang
dijadikan peluang bagi beberapa perusahaan furniture, untuk dapat menggarap seluruh pasar
furniture di Indonesia karena jumlah penduduk di Indonesia yang terus meningkat.
1
Perusahaan sangat perlu untuk mengetahui faktor pendorong bagi pelanggan untuk dapat
memutuskan membeli suatu produk, hal ini akan berdampak dengan tingkat penjualan
perusahaan yang pada akhirnya juga akan berdampak pada laba dari sebuah perusahaan.
Perusahaan dalam bidang furniture pada saat ini membutuhkan sebuah penelitian yang lebih
khusus dalam bidang pemasaran karena pada zaman modern sekarang ini pesaing-pesaing di
bidang yang sejenis cukup banyak yang bermunculan dan perubahan demi perubahan pada
perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa juga berubahubah akibat dari perubahan zaman saat ini.
Penelitian inilah yang diperlukan PT Chandra Jaya Sukses untuk dapat bersaing dengan
produk-produk luar negri yang sudah lebih lama dalam penjualan brand asing di Indonesia
sebenarnya untuk produk kursi Lazboy memiliki keunggulan seperti kualitas produk yang sudah
diakui oleh American Chriropratic Assoociation, dan harga yang standart untuk ukuran furniture
import, hal inilah yang tidak dimiliki oleh beberapa pesaing lainnya,namun tingkat penjualan
dari kursi Lazboy di Indonesia masih jauh dari target penjualan perusahaan. Berdasarkan
uraian diatas, maka judul yang dipilih adalah Pengaruh Brand image ,kualitas produk,dan
harga terhadap keputusan pembelian pada PT Chandra Jaya Sukses (produk kursi recliner
merek LA-Z-BOY).
Rumusan Masalah
Dari Identifikasi masalah diatas maka penulis melakukan penelitian dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan
harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara
partial ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan
harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara
bersama-sama?
3. Faktor mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk
kursi recliner merek Lazboy?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada produk
kursi LA-Z-BOY
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada
produk kursi LA-Z-BOY
3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi
LA-Z-BOY
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan
adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan mengenai pemasaran.
Dalam lingkungan bisnis ini yang berkembang semakin cepat,maka pemasaran memegang
peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan dalam menjalankan usaha dan
bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor vital sebagai strategi perusahaan
dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran
sendiri berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang
mempertemukan permintaan dan penawaran.
Mengenai pemasaran menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007 :26))
mengungkapkan bahwa pemasaran adalah sebuah keseluruhan system kegiatan bisnis yang
2
Kualitas Produk
Menurut Dr. Eva Zhoriva yusuf dan Dr. Lesley Williams (2007:132) mengatakan bahwa
produk adalah sekumpulan atribut dasar yang dirangkai menjadi sebuah bentuk yang dapat
dikenali, seperti perahu, kursi, atau hiburan
Menurut Philip Kotler(Philip Kotler,2009:143), pengertian kualitas adalah totalitas fitur dan
karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya utuk memuasakan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa ekspektasi pelanggan
yang memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggannya sepanjang waktu disebut perusahaan
berkualitas, tetapi kita harus membedakan antara kesesuaian dan kinerja (atau tingkat kualitas).
Berdasarkan klasifikasi Barang Konsumen , banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen
dapat diklasifikasikan sebagai berikut(Philip Kotler,2009:451) :
a Barang Convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen,
segera, dan dengan usaha yang minimum
b Barang Shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan pembelian
c Barang Khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan
identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli
yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
d Barang Unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui
namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya
Menurut Husein Umar(2005:30), pengertian kualitas adalah suatu produk baik yang berupa
barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya yaitu sebagai berikut :
1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Features, yaitu aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil
menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam
kondisi tertentu pula.
3
4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Durability, Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai
barang.
Harga
Philip Kotler(2003:430) menyatakan bahwa harga dalam arti sempit adalah sejumlah uang
yang dibayarkan atas barang atau jasa dan dalam arti luas harga adalah jumlah semua nilai yang
konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan
barang atau jasa . Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:169) Harga adalah nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang. Bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter
yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk.Bagi perusahaan, penetapan harga
merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing (Ali Hasan 2009 : 298)
1. Penentuan harga produk dan jasa memainkan peran sebagai kunci strategis dalam
perusahaan. Munculnya penentuan harga sebagai konsekuensi dari derergulasi,
kompetisi global yang ketat, pertumbuhan yang lambat dan kesempatan bagi perusahaan
untuk memperkuat posisi pasar.
2. Harga mempengaruhi kinerja finansial dan memiliki pengaruh penting terhadap presepsi
pembeli dan penetapan merek.
3. Harga dapat menjadi pengganti dari ukuran kualitas produk ketika pembeli sulit
mengevaluasi produk yang kompleks.
4. Relasi antara permintaan dan harga mempengaruhi keputusan penentuan harga
MODEL PENELITIAN
HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan
pengujiannya. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian Dari
perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka
pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut
4
1. H1 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara partial
2. H2 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama
3. H3 = Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian
METODE PENELITIAN
Variabel
Brand Image
Variabel Penelitian
Dimensi
Merek terkenal
Merek mudah diingat
Merek memiliki citra yang positif
Kualitas Produk
Daya Tahan
Keamanan
Kenyamanan
Harga
Daftar harga
Potongan Harga
Keputusan pembelian
Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Analisis Diskriminan
.843
.759
.572
F
18.290
31.102
73.219
df1
df2
1
1
1
Sig.
98
98
98
.000
.000
.000
Dengan angka Wilks lambda berkisar 0 sampai 1, jika angka mendekati 0 maka data
tiap group cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1 group cenderung
sama. Dari table diatas dapat dilihat angka Wilks lambda berkisar 0,572 sampai 0,843.
Dari kolom sig dapat dilihat bahwa variabel brand image, kualitas produk, dan harga
yang cenderung berbeda. Hal ini berarti brandimage, kualitas produk, dan harga untuk
kelompok membeli dan tidak membeli pada produk kursi recliner merek Lazboy
memiliki perbedaan secara nyata.
Dengan F-test, jika sig >0,05 berarti tidak ada perbedaan antar group, sedangkan
sebaliknya jika sig <0,05 berarti terdapat perbedaan antar group yang cukup signifikan.
Dari hasil data SPSS tersebut maka dapat disimpulkan bahwa brand image, kualitas
produk, dan harga memiliki nilai sig 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05, sehingga terdapat
perbedaan antar group.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga variabel tersebut merupakan discriminant power
atau kekuatan yang membedakan perilaku pengelompokan keputusan yaitu brand image,
kualitas produk, dan harga. Dengan demikian ketiga variabel tersebut dapat dijadikan
sebagai model untuk memprediksikan apakah keputusan pembelian konsumen tergolong
membeli dan tidak membeli .
2. Tabel dibawah ini merupakan table yang menjelaskan korelasi antara variabel independen
dengan fungsi diskriminan yang terbentuk :
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa harga merupakan variabel yang paling erat
hubungannya dengan fungsi diskriminan karena nilai korelasi yang diperoleh merupakan
nilai paling tinggi yaitu 0,984.
3. Berikut ini disajikan table fungsi diskriminan dari variabel yang telah dimasukkan dalam
persamaan diskriminan.
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1
Brandimage
Kualitasproduk
Harga
(Constant)
.341
-.083
.371
-3.948
Function
1
1.686
-.448
Dari table diatas terlihat bahwa kelompok tidak membeli mempunyai nilai Z= 1,686, sedangkan
kelompok membeli mempunyai niai Z= - 448.
Dari table tersebut diatas dapat digambarkan kurva centroid sebagai berikut :
Terlihat dari gambar dihalaman sebelum ini, distribusi anggota tidak membeli dengan kategori 0
berjumlah 21 orang, sedangkan anggota kelompok membeli dengan kategori 1 berjumlah 79
orang.
Perhitungan Zcu (angka kritis) :
Dimana :
Zcu = angka kritis, berfungsi sebagai cut of score (nilai batas)
= jumlah sampel di grup A dan grup B
angka centroid pada grup A dan grup B
Perhitungan Zcu (angka kritis) :
Count
%
Cross-validated
Count
%
Total
tidak membeli
17
21
membeli
10
69
79
tidak membeli
81.0
19.0
100.0
membeli
12.7
87.3
100.0
tidak membeli
17
21
membeli
10
69
79
81.0
19.0
100.0
12.7
87.3
100.0
tidak membeli
membeli
Sumber : Hasil Output SPSS
Pada table diatas, ditunjukkan bahwa pada bagian original terlihat bahwa mereka yang pada data
awal terdapat 21 orang yang tidak membeli, dengan model diskriminan diramalkan sebanyak 4
orang akan beralih prilakunya menjadi membeli dan 17 orang akan tetap berprilaku tidak
membeli. Sedangkan dari konsumen yang membeli sebanyak 79 orang namun diramalkan 70
orang akan tetap berprilaku membeli sedangkan sisanya hanya 9 orang diramalkan akan
berubah. Ketetepan fungsi diskriminan dapat dihitung dengan cara
17+69/100= 0,86 atau 86 %
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara partial
Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,
maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut layak masuk ke dalam model.
Dari data table Tests of Equality of Group Means pada bab sebelumnya brand image,
kualitas produk, dan harga memiliki nilai signifikan yang sama yaitu 0,00<0,05, maka
Ha diterima, sehingga ketiga variable tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan
pembelian secara partial.
Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image. kualitas produk dan harga
terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama.
Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,
maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh secara
besama-sama dengan keputusan pembelian. Dapat dilihat pada hasil output SPSS pada
Tabel 5.8 Test Result. Dimana nilai signifikan 0,024 < 0,05 maka hasil kesimpulannya
adalah terima Ha dan ini berarti variable brand image, kualitas produk, dan harga dapat
mempengaruhi keputusan pembelian secara bersama-sama.
Ha2b : Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian
Dari nilai fungsi diskriminan pada table 5.5 Canonical diskriminant function
coefficients yaitu :
Z score = -3,948+3,41(brandimage)-0,83(kualitas produk)+0,371 (harga)
maka dapat dilihat nilai yang tertinggi yaitu Harga yang mencapai 0,371 maka hal ini
berarti Ho ditolak dan terima Ha, artinya varibel harga yang memiliki pengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan variable brand image dan kualitas
produk.
Jadi kesimpulannya adalah faktor yang sangat menentukan keputusan pembelian adalah
faktor harga dimana hal ini sangat berpengaruh apabila ada potongan diskon dan promo harga
maka pelanggan tidak terlalu banyak berpikir dalam melakukan pembelian produk dan untuk
variable brand image, kualitas produk, dan harga memiliki pengaruh baik secara partial maupun
bersama-sama terhadap keputusan pembelian.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis ingin
memberikan saran-saran kepada PT Chandra Jaya Sukses sebagai distributor tunggal kursi
recliner merek Lazboy di Indonesia berupa masukkan dalam menentukan strategi-strategi
pemasaran yang tepat dalam meningkatkan penjualan, sebagai berikut:
9
1. PT Chandra Jaya sukses selaku distributor tunggal kursi recliner merek Lazboy di
Indonesia sebaiknya memperhatikan harga produk yang ditawarkan karena hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menentukkan pembelian
produk tersebut dan sebaiknya lebih sering mengadakan clearance sale dengan
memberikan potongan diskon untuk produk kursi yang sudah model lama, hal ini
dilakukan supaya konsumen yang tadinya tidak ingin membeli atau masih berpikir dulu
untuk membeli dapat berubah keputusan menjadi membeli karena adanya potongan
harga yang cukup menarik, hal ini akan meningkatkan penjualan produk secara tidak
langsung.
2. Faktor Brand image dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian
produk kursi recliner Lazboy, maka dengan ini penulis ingin memberikan saran kepada
perusahaan PT Chandra Jaya Sukses untuk tetap memperkenalkan brand produk
tersebut lebih lagi ke masyarakat Indonesia dengan memberikan kesan lebih yang
ekslusif pada produk. Hal ini dapat dengan cara mengadakan acara gathering untuk
kalangan atas dengan bertema acara gathering yang eksklusif untuk pengenalan brand
image produk kursi recliner Lazboy seperti dapat diadakan di mall-mall besar di
Indonesia, restaurant eksklusif, dan hotel-hotel berbintang, serta dalam membangun
brand image yang lebih baik lagi maka dapat juga dengan acara pameran-pameran, dari
hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk kursi recliner merek
Lazboy di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan, Marketing,Yogyakarta : Media Pressindo,2009
A.A. Anwar Prabu. M, Perilaku konsumen, Bandung: Refika Aditama, 2005
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi ketujuh, Bandung:
Alfabeta, 2007,
Eva Z.Yusuf,Lesley Williams,Manajemen Pemasaran,Jakarta : Penerbit PPM ,2007
Fred R.David,Strategic Management,New Jersey : Pearson Prentice Hall,2009
Hanna. Nessim & Richard Wozniak,Consumer Behaviour : An Applied Approach, New
Jersey: Pretice Hall, 2001
Henry, Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Penerbit YKPN,2003
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, edisi keempat, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,2005
10
kelompok
Philip Kotler & Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran jilid 1, edisi ke 12, Jakarta: PT
indeks kelompok Gramedia, 2008
Setiadi, N. J. Perilaku konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller,Manajemen pemasaran, edisi 13 jilid 1, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2009
Pelton.Lou.E dkk, Marketing Channels : Relationship Management Approach, Edisi kedua,
New York: The McGraw-Hill Compines,2002
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi 10, jilid 2, Jakarta : Pearson Education Asia Pte.
Ltd. Dan PT Prenhallindo, 2002
Suliyanto, Analisis Data : Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005
Tybout, A.M., Calkins, T. Kellog on Branding. New Jersey: John Wiley & Sons,In
11
ABSTRAKSI
Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Sepatu
Converse di Jakarta Barat (dibimbing oleh Tantri Yanuar Rahmat Syah). Studi ini dibuat untuk
mengetahui pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi Pembelian
Sepatu Converse.
Pada penelitian ini populasinya adalah pengunjung toko Sepatu Converse di mall Daan Mogot,
Jakarta Barat, dalam hal ini populasi tidak diketahui. Karena tidak diketahui maka
menggunakan Quota Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional.
Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa produk dan distribusi berpengaruh terhadap intensi
pembelian dan secara bersamaan produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh terhadap
intensi pembelian.
Key Word : Product, Price, Distribution, Promotion, Purchase Intentions.
PENDAHULUAN
Converse merupakan salah satu merek dagang perusahaan sepatu asal Amerika yang
pertama kali memulai produksinya pada tahun 1908. Pada perkembangannya muncul saat sepatu
Converse dipakai oleh sebuah grup band yang sedang tenar pada tahun 1987 bernama Nirvana.
Salah seorang personelnya yaitu almarhum Kurt Cobain menjadi acuan dalam trend fashion bagi
para remaja pada zamannya. Dengan memakai kemeja flannel dan sepatu Converse serta
tampilan yang cuek terlihat liar seolah telah menjadi ciri khas dari seseorang dari aliran musik
Grunge. Keberadaan sepatu Converse di Indonesia dinilai cukup besar, hal tersebut terlihat
dengan dibangunnya 2 (dua) buah pabrik tempat pendistribusian sepatu Converse yang tepatnya
berada di daerah Tangerang dan Sukabumi. Seiring berjalannya waktu peningkatan penjualan di
Indonesia kurang terlihat adanya pertumbuhan. Hal ini terjadi ketika munculnya produk palsu,
memanfaatkan dari segi harga yang lebih terjangkau serta segi efektivitas sepatu Converse dapat
dipakai baik oleh wanita maupun pria dan dapat dipadukan dengan berbagai gaya busana.
Semakin menjamurnya produk sepatu Converse palsu telah menjadikan ancaman serius bagi
perusahaan yang berimbas pada penjualan.
Ditengah persaingan antara sepatu adidas, nike
maupun puma, sepatu converse terbilang mampu bertahan dari gempuran brand-brand tersebut.
Selain daya tahan, kualitas dan style yang tidak terkalahkan, sepatu Converse juga mendulang
12
kesuksesan besar karena strategi marketingnya atau pemasarannya yang jitu tidak terkalahkan.
Setiap bisnis selalu akan menghadapi sebuah istilah yang namanya persaingan, dan setiap
pemain bisnis tentu akan selalu menginovasi baik strategi maupun produknya untuk tetap
bertahan di posisi atas terhadap pasar penjualan. Converse sendiri merupakan salah satu merek
sepatu yang berfokus pada satu niche saja, khususnya niche olahraga dengan merek sepatunya
sneakers. Merek ini sudah menjadi nama yang berkualitas bagus khususnya untuk sepatu bidang
olahraga karena mereka benar-benar berfokus untuk itu, selain itu harganya juga bersaing dan
cukup untuk semua kalangan.
Pada umumnya, perusahaan menggunakan promosi sebagai tambahan atas strategi
pemasaran yang lain seperti produk, penentuan harga dan tempat distribusi. Promosi merupakan
suatu bentuk komunikasi pemasaran. Aktivitas pemasaran tersebut, berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan target audiens atas perusahaan
serta produk yang dapat diterima hingga membeli pada produk yang ditawarkan perusahaan.
Namun proses promosi yang telah dilakukan sebelumnya terbukti kurang efektif dikarenakan
tidak adanya informasi tentang perbedaan originalitas produk dalam mengurangi intensitas
pemalsuan yang dinilai dapat menurunkan laba penjualan (www.facebook.com/ ConverseID
diakses 12 Maret 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan
Promosi Terhadap Iintensi Pembelian : Studi Kasus Pada Produk Sepatu Converse di
Jakarta Barat. Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh produk terhadap intensi pembelian sepatu Converse, b). Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh harga terhadap intensi pembelian sepatu Converse, c).
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh distribusi terhadap intensi pembelian sepatu
Converse, d). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi terhadap intensi
pembelian sepatu Converse, e). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga,
distribusi, dan promosi secara bersama - sama terhadap intensi pembelian sepatu Converse.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Penelitian ini diharapkan menjadi
bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam usaha mengembangkan bisnisnya agar dapat
berjalan dengan baik sebagai bahan pertimbangan, b). Menambah wawasan dan pengetahuan
atas ilmu mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap intensi pembelian serta studi
perbandingan antara teori ilmu kenyataan yang terjadi dilapangan, c). Diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan dokumentasi guna melengkapi sarana
yang diperlukan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak - pihak yang berkepentingan.
TINJAUAN PUSTAKA
William J. Stanton dalam Basu Swasta pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial (Swastha Basu, 1998:179).
Menurut Kotler dan
Amstrong, bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali
yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran
(Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:62). Intensi merupakan suatu rencana yang disusun
sebelum kita melakukan pembelian. Sebelum pembelian, konsumen mulai dengan
mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalaman pribadi dan lingkungan eksternal.
Ketika jumlah informasi mencapai tingkat tertentu, konsumen mulai penilaian dan proses
evaluasi, dan membuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Niat beli
sering digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam studi terkait. Niat beli
konsumen berarti kecenderungan subjektif untuk memiliki produk tertentu, dan telah terbukti
menjadi faktor kunci untuk memprediksi perilaku konsumen (Chi, H. K., Yeh, H. R., dan Tsai,
Y. C, 2007).
13
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode cross
sectional. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan metode mall intercept. Adapun
lokasi penelitian ini adalah di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Populasi dalam penelitian ini
adalah pengunjung toko sepatu converse di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Sedangkan jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis Regresi Linier Berganda.
Agar
dapat diperoleh gambaran yang jelas, maka pernyataan yang terdapat dalam definisi operasional
variabel tentang Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi
Pembelian sepatu Converse. Adapun penjelasan variabel dibahas dalam penulisan ini akan
dijelaskan sebagai berikut : a). Produk (X1) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh Converse untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik untuk membeli produk
sepatu Converse. Adapun indikatornya produk menurut Philip Kotler sebagai berikut : kualitas,
desain dan citra merek, b). Harga (X2) yang dimaksud dengan harga adalah sejumlah uang
dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait
menurut Stanton sebagai berikut : keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan
daya saing harga, c). Distribusi (X3) yang dimaksud dengan distribusi adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh Converse agar konsumen mudah dalam memperoleh atau membeli Produk
sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Bashu Swastha sebagai berikut :
mudah dijangkau, kelengkapan produk , dan jumlah gerai, d). Promosi (X4) yang dimaksud
dengan promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pihak Converse, agar para konsumen
dapat mengetahui Produk sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Kotler
sebagai berikut : iklan, promosi penjualan, e). Intensi Pembelian (Y) yang dimaksud dengan
intensi pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan sebelum melakukan pembelian,
apakah konsumen tersebut akan membeli atau tidak membeli produk sepatu Converse.
Hipotesis
H1 : Semakin baik produk, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk
tersebut.
H2 : Semakin kompetitif harga, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap
produk tersebut.
H3 : Semakin baik saluran distribusinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen
terhadap produk tersebut.
H4 : Semakin menarik promosinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap
produk tersebut.
H5 : Secara keseluruhan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Intensi Pembelian.
HASIL
Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian,
diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada tiga hipotesis yang didukung oleh data, dan dua
hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.
14
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
Std. Error
Sig.
2.553
.014
(Constant) 1.627
.637
PRODUK .253
.085
.345
2.973
.005
HARGA
.082
-.126
-1.102
.276
TEMPAT .434
.107
.475
4.067
.000
PROMOSI .003
.094
.003
.029
.977
-.090
a.
Dependent Variable: INTENSI PEMBELIAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka pembahasan yang diperoleh adalah sebagai berikut
:
a). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel produk (X1) secara
sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh
variabel produk (X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,005 yang berarti < 0,05.
b). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel harga (X2) secara
sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel harga
(X2) yang memiliki nilai signifikansi 0,276 yang berarti > 0,05.
c). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel distribusi (X3) secara
sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh
variabel distribusi (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05.
d). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel promosi (X4) secara
sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel promosi
(X4) yang memiliki nilai signifikansi 0,977 yang berarti > 0,05.
15
e.) Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama - sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap intensi pembelian.
Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang telah membiayai kuliah saya dan
mendoakan saya selama saya kuliah.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2005.
Bandung.
Jakarata; PT.
Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Dr. Hasym, SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita, SE, MM. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar
Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.
Engel, Blackwell, dan Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Tanggerang; Binarupa
Aksara.
Grewal D. Levy M. 2008. Marketing. New York; McGraw-Hill Companies Inc.
Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid Satu Edisi Keduabelas, Cetakan
Ketiga. Jakarta; Penerbit Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta;
Erlangga.
16
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium jilid 1 dan 2, Jakarta;
Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta;
Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2004. Prinsip prinsip Pemasaran Jilid II.
Erlangga.
Jakarta;
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid
Jakarta; Erlangga.
1.
jilid 1.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2 edisi
Jakarta; Erlangga.
ke-12.
Mowen, John C dan Michael Miror. 2007. Perilaku Konsumen Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta;
PT. Penerbit Erlangga.
Prof. Dr. Sugiyono. 2010. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R &D. Bandung; Cv. Alfa Beta.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif . Jakarta;
Utama.
Gramedia Pustaka
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta:PT.Indeks.
Swastha, Basu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta; Prenhalinda.
Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua.Cetakan
kesebelas. Jakarta; Penerbit Liberty.
Swastha, Basu dan T Hani Handoko. 2010. Manajemen Pemasaran : Analisa
Konsumen. Yogyakarta ; UGM.
Perilaku
Remaja
17
dari pengguna sepeda motor yang kerap kali melakukan modifikasi modifikasi spare
part pada motornya dan hal ini menjadi hobi baru tersendiri bagi mereka.
TDR racing merupakan salah satu merek spare part ternama yang ada di
Indonesia. Ada beberapa macam jenis produk spare part racing yang dimiliki mulai
dari untuk meningkatkan performa rem hingga knalpot racing. Banyak masyarakat di
Indonesia yang mencari spare part TDR Racing.Hal ini membuat merek dari TDR
Racing ini menjadi semakin terkenal. Namun sekarang ini, TDR Racing mulai
menghadapi persaingan yang sangat ketat karena mulai bermunculan beberapa
kompetitor yang mulai memposisikan pasar sebagai pasar yang kompetitif. Hal ini
berarti mengharuskan TDR Racing untuk selalu berinovasi dan mengembangkan
strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan nya.
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh citra merek untuk TDR Racing
karena merupakan salah satu merek spare part yang memiliki produk-produk unggulan.
Dari hasil pengamatan, TDR Racing terkenal sebagai merek spare part yang diakui
memiliki kualitas bagus dibandingkan spare part racing merek lain nya. Dapat dilihat
bahwa TDR Racing dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor nya tidak dengan
menawarkan harga yang lebih murah, namun lebih menjual kualitas dengan
mengutamakan kekuatan merek yang dimiliki nya, sehingga memberikan keyakinan
pada para konsumen nya.
Pemasar harus selalu mendesign program pembangunan citra merek dalam
aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran guna
memperkuat merek.Kekuatan merek menyangkut dalam dua hal yaitu kepuasan
konsumen terhadap produk dan loyalitas konsumen terhadap produk. Seiring dengan
perkembangan persaingan antar produsen spare part racing dengan berbagai macam
keunggulan yang bertujuan untuk menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar
yang telah menurun, dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya adalah
tantangan yang harus dihadapi.
Dipasar yang serba kompetitif seperti sekarang ini, merek mempunyai peranan
penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran dimasa yang
akan datang lebih menjadi persaingan antar merek, yaitu persaingan untuk merebut
konsumen melalui merek. Selain itu, merek bukan hanya dianggap sebagai nama, logo
ataupun symbol, melainkan merek merupakan nilai yang ditawarkan sebuah produk
bagi konsumen yang memakai nya. Penelitian ini difokuskan pada persepsi kualitas
produk yang dirasakan konsumen menetukan loyalitas konsumen. Dengan demikian,
bisa terlihat bahwa citra merek memiliki pengaruh yang lebih spesifik pada persepsi
kualitas produk dan loyalitas konsumen.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap
kepuasan konsumen TDR Racing.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap
loyalitas konsumen TDR Racing.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen
terhadap loyalitas konsumen TDR Racing.
19
TINJAUAN PUSTAKA
1. Citra Merek
Menurut Keller (2008), citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen
tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasimerek yang ada pada pikiran
konsumen. Sementara itu, definisi lain mengenai citra merek diungkapkan oleh
David A. Aaker (1991) sebagai kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu
yang berarti.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi
konsumen tentang suatu merek yang terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang
ada pada pikiran konsumen yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap
suatu merek.
Untuk mendefinisikan merek sebagai suatu simbol yang kompleks terdapat
enam tingkatan pengertian, yaitu:
1. Attributes
Suatu merek membawa atribut tertentu ke dalam pikiran. Contoh: mahal, tahan
lama, prestise tinggi.
2. Benefit
Atribut harus dapat diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan
emosional.Contoh : atribut tahan lama dapat diterjemahkan kedalam manfaat
fungsional sedangkan mahal dapat diterjemahkan kedalam manfaat emosional.
3. Values
Merek juga mengatakan sesuatu mengenai nilai produsen. Contoh: performa
tinggi, keamanan, prestise.
4. Culture
Suatu merek dapat merepresentasikan budaya tertentu. Contoh: budaya disiplin,
efisien dan lain-lain.
5. Personality
Suatu merek dapat memproyeksikan budaya tertentu.Contoh : enerjik, aktif, dan
lain-lain.
6. User
Merek memperkirakan konsumen macam apa yang akan membeli dan
menggunakan produk.
2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan menurut Mowen dan Minor (2001) adalah keseluruhan
sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh
dan menggunakannya. Sedangkan menurut Tjiptono (1997) kepuasan konsumen
adalah perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Konsumen
yang puas, akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melalukan pembelian
ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa yang akan datang.
Mereka juga akan mengungkapkan kebaikan akan produk dan perusahaan yang
bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan
bereaksi dengan tindakan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang
mendiamkan saja dan ada yang melakukan komplain atau keluhan. Menurut Kotler
dan Amstrong (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai berikut suatu
tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli.Kepuasan
pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja produk aktual, sehingga
sesuai dengan harapan pembeli.Pelanggan memiliki berbagai macam tingkatan
20
21
3. Loyalitas Konsumen
Menurut Ratih (2005) definisi loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan
bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian
ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun
pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Griffin (2005) definisi
pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan
pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama, membeli lini produk dan
jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang
lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari badan usaha dan menunjukkan kekebalan
terhadap tawaran dari pesaing.
Griffin (2005) mengemukakan pelanggan yang loyal memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Melakukan pembelian berulang yang teratur
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen setia untuk melakukan pembelian ulang
terhadap produk atau jasa tertentu dalam suatu periode tertentu.
b. Pembelian antarlini produk dan jasa
Konsumen yang loyal tidak hanya membeli suatu jenis produk atau jasa saja,
tetapi membeli lini produk atau jasa lain pada badan usaha yang sama.
c. Mereferensikan kepada orang lain
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang setia akan merekomendasikan halhal yang positif mengenai produk atau jasa dari perusahaan tertentu kepada
rekan dan keluarga, dan meyakinkan bahwa produk atau jasa tersebut merupakan
produk yang baik. Sehingga orang lain akhirnya ikut membeli dan menggunakan
produk atau jasa dari badan usaha tersebut.
d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan yang loyal akan menolak untuk
mempertimbangkan tawaran produk atau jasa dari pesaing karena produk atau
jasa yang dikonsumsi saat ini telah memberikan kepuasan yang akhirnya
berujungpada loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut.
Dari karakteristik pelanggan yang loyal diatas terlihat bahwa pelanggan yang
loyal memenuhi karakteristik : melakukan pembelian ulang secara teratur, membeli
antarlini produk dan jasa, merekomendasikan kepada orang lain, dan menunjukkan
kekebalan dari daya tarik pesaing, dengan kata lain tidak mudah terpengaruh oleh
produk atau jasa dari pesaing.
4. Hipotesis
Definisi dari citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek yang
terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen yang
menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu merek. Citra merek yang
positif dapat membuat orang yang sebelumnya belum mengkonsumsi produk menjadi
tertarik untuk mencoba untuk mengkonsumsi produk. Hal tersebut lah yang
diharapkan oleh kebanyakan perusahaan, dengan citra merek mereka yang positif
diharapkan semakin banyak orang yang menggunakan produk mereka, dan setelah
menggunakannya konsumen dapat mencapai pada titik dimanatimbul rasa kepuasan
atas produk yang dikonsumsi.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Astri Ayu Lutfiana, Saryadi, dan
Andi Wijayanto, Universitas Diponegoro Semarang, yang berjudul Pengaruh Citra
22
Merek dan Kualitas Produk Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Antara
Terhadap Loyalitas Konsumen Air Minum Merek Aqua. Pada penelitian ini
diketahui bahwa variable citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
konsumen, yang berarti bahwa citra merek yang baik akan mendasari peningkatan
kepuasan konsumen.
H1 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap kepuasan
konsumen.
Memiliki konsumen yang loyal meupakan idaman dari seluruh perusahaan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Melka Neria S, Universitas Indonesia, Pengaruh
Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Maskapai Penerbangan Garuda
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik
kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel citra merek
terhadap loyalitas pelanggan maskapai Garuda Indonesia. Citra merek juga
berpengaruh terhadap pembentukan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia.
H2 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas konsumen.
Selanjutnya mengenai pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen.Perusahaan selalu berharap bahwa konsumen yang sudah merasakan
kepuasan terhadap produk perusahaan dapat terus bekembang menjadi konsumen
yang loyal terhadap perusahaan. Penelitian yang mewakili hal tersebut telah
dipaparkan oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma. Hasil dari penelitian itu
mengatakan variable loyalitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan variable
kepuasan dilihat dari hasil uji regresi yang dilakukan.
H3 : Terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Toko Zoom Motor, jalan Kebon
Jeruk III no.35B, Jakarta Barat.
2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini memilih konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk
produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,
Jakarta Barat, dan karena jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka dilakukan
pengambilan sampel untuk penelitian ini. Penentuan banyaknya jumlah sampel
sebagai responden harus disesuaikan dengan banyaknya jumlahitem pertanyaan yang
digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n observasi x 5.
Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk
produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,
Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner
adalah13 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel,
sehingga jumlah kuisioner yang digunakan adalah sebanyak 65 responden, namun
kuesioner yang dibagikan sebenarnya sebanyak 70 responden.
23
D.Overall satisfaction
1. Saya pikir saya melakukan
keputusan yang tepat dengan
menggunakan TDR Racing.
2. Saya yakin TDR Racing dapat
memberikan pengalaman yang
Kepuasan Pelanggan
menyenangkan.
(Stephen L. Sondoh
3. Saya puas terhadap pilihan saya
et al,2007)
menggunakan produk TDR Racing.
4. Keputusan menggunakan TDR
Racing adalah pilihan yang
bijaksana.
5. TDR Racing dapat memuaskan
kebutuhan saya.
Loyalitas Pelanggan
(Stephen L. Sondoh
et al,2007)
E.Loyalty intention
1. Produk TDR Racing adalah pilihan
utama saya.
2. Saya berniat untuk terus
menggunakan produk TDR Racing.
3. Saya akan membeli kembali produk
TDR Racing.
4. Saya akan merekomendasikan
produk TDR Racing kepada temanteman saya.
Ukuran
24
25
5. Model Penelitian
H1
H3
H2
Nilai t
Konstruk
Keterangan
1
0,66
0,65
5,61
5,51
Digunakan
0,61
0,62
5,09
5,16
Digunakan
0,71
0,71
6,09
6,10
Digunakan
CM4
0,67
0,67
5,67
5,71
Digunakan
KP1
0,65
0,64
5,75
Digunakan
0,79
0,79
7,54
5,41
Digunakan
0,66
0,67
5,93
4,74
Digunakan
CM1
CM2
CM3
KP2
KP3
Citra
Merek
Kepuasan
Pelanggan
26
KP4
0,76
0,77
7,21
5,29
Digunakan
KP5
0,66
0,61
5,94
4,41
Digunakan
LP1
0,75
0,70
6,86
Digunakan
0,83
0,87
7,88
6,08
Digunakan
0,54
0,58
4,54
4,42
Digunakan
0,37
3,02
Tidak
Digunakan
LP2
LP3
Loyalitas
Pelanggan
LP4
Std.
Loading
CM1
0.65
CM2
0.62
0.62
CM3
0.71
0.5
CM4
0.67
0.55
KP1
0.64
0.59
KP2
0.79
0.37
KP3
0.67
0.55
KP4
0.77
0.41
KP5
0.61
0.62
LP1
0.7
0.51
LP2
0.87
0.24
LP3
0.58
0.66
Error
Costruct Reliability
Variance Extracted
0.76
0.44
0.83
0.49
0.77
0.53
0.57
27
Persamaan
KP = 0.76*CM, Errorvar.= 0.42 , R = 0.58
(0.17)
(0.18)
4.54
2.31
(0.25) (0.19)
(0.10)
3.37
2.06
0.20
Dari tabel diatas tersebut diatas dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing
persamaan. Nilai R2 ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing
variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil diatas
dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Citra merekmempengaruhi kepuasankonsumen mempunyai R2 = 0,58. Hal ini
berarti 58% varian dalam kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh citra
merek, sedangkan 42% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
2) Kepuasan konsumen dan citra merek secara bersama sama mempengaruhi
loyalitas pelanggan mempunyai R2= 0,79 atau 79% varian loyalitas pelanggan
dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan konsumen dan citra merek, sedangkan
21% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan konsumen dan citra
merek.
4. Analisis Goodness of Fit
Tabel 5 Analisa Goodness of Fit
Group
Indicator
Cut of Value
Degree of Freedom
Chi-square
Tingkat
Kecocokan
50
NCP
Value
62,52
Baik
12,52
p> 0,05
0,11
28
RMSEA
RMSEA 0,08
0,060
Good Fit
P Value
p 0,05
0,35
Baik
2
ECVI Model
ECVI Saturated
3
ECVI Independence
1,72
ECVI Model dekat
dengan
ECVI
Saturated
AIC Model
AIC Saturated
2,26
Baik
6,28
118,52
AIC Model dekat
dengan
AIC
Saturated
AIC Independence
156
Baik
433,49
4
CAIC Model
CAIC Saturated
209,48
CAIC Model dekat
dengan
CAIC
Saturated
CAIC Independence
Kurang Baik
472,47
NFI
NFI 0,90
0.83
Marginal Fit
CFI
CFI 0,90
0.95
Good Fit
NNFI 0,90
0.93
Good Fit
IFI
IFI 0,90
0.95
Good Fit
RFI
RFI 0,90
0.78
Marginal Fit
PNFI
Nilai Tinggi
0.63
Baik
CN 200
78,37
Kurang Baik
RMR 0,05
0.067
Kurang Baik
GFI 0,90
0.87
Marginal Fit
AGFI
AGFI 0,90
0.80
Marginal Fit
PGFI
PGFI 0,50
0.56
Baik
NNFI
409,38
Critical N
Standardized RMR
GFI
P-value for test of close fit (RMSEA 0,05) = 0,35, kecocokan keseluruhan model
baik.
Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI)
ECVI model (1,72) dibandingkan dengan ECVI saturated model (2,26) dan ECVI
independence model (6,28)
ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model dan jauh dari ECVI
independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati saturated
daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,54 sampai 2,07,
maka diperoleh kecocokan yang baik.
Pengujian 4 :Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike
Information Creterion (CAIC)
AIC model (118,52) dibandingkan dengan AIC saturated model (156) dan AIC
independence model (433,49). AIC modeldekat dengan AIC saturatedmodel dan
jauh dari AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik.
CAIC model (209,48) jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (409,38) dan juga
lebih besar dari CAIC independence (472,47), maka menunjukkan kecocokan yang
tidak baik.
Pengujian 5 :Fit Index
Normed fit index (NFI) = 0.83 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit.
CFI = 0,95 (lebih dari 0.90)menunjukkan model yang sesuai.
Tucker-Lewis Index atau Non normed fit index (NNFI) = 0,93 (diatas 0,90)
menunjukkan good-fit.
Incremental Fit Index (IFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.
Relative Fit Index (RFI) = 0.78menunjukkan marginal fitdan Comparative Fit Index
(CFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.
Parsimonius Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 digunakan untuk perbandingan model,
menunjukkan kecocokan yang mencukupi.
Pengujian 6 :Critical N
Critical N (CN) = 78,37 => model tidak mewakili sampel data
Pengujian 7 :Goodness of Fit
Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan
dari fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variancecovariance matrix dari sampel data.
Standardized RMR = 0.067 (> 0.05) menunjukkan mediacore fit..
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87menandakan model yang diuji memiliki
kesesuaian yang cukup baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.80
menunjukkan marginal fit.
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56 digunakan dalam perbandingan
model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.
Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian
menunjukkan kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang
mencukupi kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh
model (goodness of fit ) model ini memenuhi syarat.
30
5. Pengujian Hipotesis
Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural
Hipotesis
Pernyataan hipotesis
Nilai-t
Keterangan
4,54
Data
mendukunghipotesis
H1
H2
0,20
Data
tidakmendukung
hipotesis
H3
3,37
Data mendukung
hipotesis
KESIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation
model (SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 2 hipotesis yang signifikan dan 2
hipotesis lainnya tidak signifikan. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek
terhadap Kepuasan Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwaCitra Merek yang dimiliki
oleh produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi puas
terhadap produk TDR Racing.
Tidak terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen.
Hal ini menunjukkan Citra Merek yang baik yang dimiliki TDR Racing tidak menjamin
membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing. Hal ini mungkin
dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang membuat konsumen untuk menjadi loyal,
salah satunya bisa saja dari segi kualitas produk yang dimiliki TDR Racing.
Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas
Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk
31
TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap produk
TDR Racing.
SARAN
Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat
diimplementasikan di masa yang akan dating, seperti perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh kualitas produk terhadap citra merek, kepuasan pelanggan,
dan loyalitas pelanggan. Kualitas produk merupakan salah satu aspek penting dalam
membangun citra yang positif dan menciptakan rasa puas konsumen yang akhirnya
berujung pada loyalitas.
PERSANTUNAN
Terima kasih disampaikan yang sebesar besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar
R. S, SE, MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama
penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik toko Zoom
Motor Kebon Jeruk, Ibu Yenny Hendri, yang telah memberikan kesempatan untuk
dijadikan tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A., Managing Brand Equity: Capitalizing On The Value of Brand Name.
Free Press, New York, 1991
Armstrong, Garry dan Philip Kotler, Marketin an Introduction, Edition 8.Pearson
Prentice Hall, New Jersey, 2007
Auda, Rima Zhuhriah, Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. (2009)
Griffin, Jill, Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Erlangga, Jakarta, 2005
Haerudin, Heri, Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli
Konsumen.Skripsi.Bandung : Universitas Pasundan. (2010)
Hair et.al, Multivariate Data Analysis, 7th Edition.Pearson Prentice Hall, New Jersey,
2010
Hurriyati, Ratih, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan pertama.
Alfabeta, Bandung, 2005
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE,
Yogyakarta, 2002
Jumhur, Adang, Metode Penelitian Kuantitatif. Pustaka Setia, bandung, 2012
Keller, Kevin Lane, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing
Brand Equity 3rd Edition. Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, 2008
Kotler, Philip, Marketing Management 11th Edition. International Prentice Hall, New
Jersey, 2003
, Manajemen Pemasaran, Edisi 11, Jilid 2. INDEKS, Jakarta, 2005
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 1.PT.Prenhallindo,
Jakarta, 2000
, Marketing An Introduction Eight Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey,
2007
Meenaghan, Tony, The Role of Advertising in Brand Image Development. Journal of
Product and Brand Management Vol.4 Iss.4, 1995
Mowen, J.C dan M. Minor, Perilaku Konsumen, Andi, Yogyakarta, 2001
32
Rahma, Eva Sheilla, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra merek Terhadap
Minat Beli dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian.Skripsi.Semarang :
Universitas Diponegoro. 2007
Rangkuti, Freddy, Measuring Customer Satisf ication Teknik Mengukurdan Strategi
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP,PT. Gramedia
PustakaUtama, Jakarta, 2002
Simamora, Bilson, Aura Merek (7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat). PT.
Gramedia Pustaka Umum,Jakarta,2002
Stephen et.al, The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention
In The Context Of Colour Cosmetic. Asian Academy of Management Journal,
Vol.12, No.1.Malaysia, 2007
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif.Alfabeta, Bandung,
2011
Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi 1. Andi, Yogyakarta, 1997
, Strategi Pemasaran, Edisi 2. Andi, Yogyakarta, 2002
, Pemasaran Jasa, Edisi 1. Bayumedia, Malang, 2006
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17¬ab=12
33
Anggrahini Puspitasari
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul,
Jakarta
anggrahinip@yahoo.com
ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap
loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen produk Laptop Asus. Penelitian ini
dilakukan di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak
delapan puluh lima responden dimana pengambilan sampel menggunakan metode cross
sectional.
Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa harga memberikan pengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen, dan kepuasan konsumen memberikan pengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen. Hal tersebut dapat menjadi positif karena Laptop Asus merupakan
salah satu produk yang paling banyak diminati oleh konsumen, khususnya pada Laptop
Asus.
Key Word : Price, Product Quality, Customer Loyalty, Customer Satisfaction.
PENDAHULUAN
Asus merupakan salah satu vendor pembuat perangkat komputer terbesar di
dunia. Perusahaan asal Taiwan ini memiliki banyak sekali portofolio produk notebook
maupun netbook yang telah diluncurkan produk notebook Asus terkenal tangguh
dengan harga relatif terjangkau sehingga banyak kalangan yang merekomendasikan
merk ini, kabar baiknya daftar harga laptop Asus cenderung lebih murah dibanding
merk lain meskipun spesifikasi yang ditawarkan setara atau bahkan lebih tinggi. Dewasa
ini memang penggunaan perangkat notebook atau laptop sudah umum dan lumrah
digunakan siapa saja mulai dari siswa sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi,
kalangan pekerja atau karyawan, penggiat bisnis kecil UKM, rumah tangga, hingga
profesional mudah yang membutuhkan perangkat komputer jinjing untuk menjalankan
aktifitasnya. Harga laptop Asus yang bermacam-macam jenis dan tipe, semua orang
dapat memilih tipe laptop berdasar kebutuhan dan budget yang dimilikinya. Ada laptop
untuk pelajar, laptop untuk pekerja berat misalnya rendering video dan menjalankan
program berat hingga laptop untuk hiburan seperti bermain game atau menonton film
berkualitas tinggi dan Asus menyediakan semuanya tinggal kita memilih mana yang
34
dijadikan referensi apabila ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh Harga dan
Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen pada
produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, c). Bagi Perusahaan, untuk
mengetahui keinginan konsumen tentang laptop dengan harga yang terjangkau tetapi
memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen akan merasa puas akan produk Laptop
ASUS, dan berinovasi terhadap produk tersebut sehingga pelanggan tetap loyal.
TINJAUAN PUSTAKA
Apa yang disebut pemasaran? Banyak orang berfikir bahwa pemasaran hanyalah
menjual dan mengiklankan. Itu tidak mengherankan, karena setiap hari kita dibombardir
dengan iklan televisi, penawaran surat langsung, penawaran lewat telepon, dan melalui
internet. Sesungguhnya, penjualan dan iklan hanyalah puncak dari gunung es
pemasaran. Karena itu kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai proses
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya ( Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2006). Dalam arti yang sempit, harga
(price) adalah jumlah yang ditagihkan atau suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi,
harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan
keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sepanjang
sejarahnya, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli.
Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa faktor di luar harga menjadi semakin
penting. Namun, harga tetap menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam
menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan (Philip Kotler dan Gary
Armstrong, 2006:345). Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu
perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa (
http://www.bny.web.id/media, diakses 8 Juli 2009). Kualitas adalah salah satu alat
pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan dan
konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih
tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam
dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk
melakukan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat
berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut
kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan kekonsistenan
dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai/dijanjikan. Semua perusahaan
harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi. Dengan
demikian, sekarang banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan oleh
pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan kepuasan dan
nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan akan kualitas. Saat ini, secara nyata kualitas telah menjadi
keharusan supaya dapat bersaing di abad dua puluh satu ini, hanya perusahaan yang
mempunyai kualitas yang terbaik yang akan berhasil. Oleh karena itu kualitas produk
adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu
meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan
dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Philip
Kotler dan Gary Armstrong, 2003:347).
36
Secara umum, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil)
terhadap ekspektasi mereka (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:139). Pelanggan
yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika
perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama,
membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak
terlalu memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga,
menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih
murah dibandingkan pelanggan baru karena transaksi dapat menjadi hal rutin ( Philip
Kotler dan Gary Armstrong, 2008:140).
Rizan
mendefinisikan loyalitas adalah suatu komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian
ulang atau berlangganan suatu produk atau pelayanan secara konsisten, serta tidak
mudah terpengaruh pada lingkungan yang ada atau upaya aktivitas pemasaran para
pesaing, serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan untuk beralih ke
perusahaan lain (Rizan, 2010:26). Menurut Kartajaya menyatakan pelanggan yang
paling loyal adalah pelanggan paling lama bersama perusahaan dan membeli produk
kita lebih banyak (Hermawan Kartajaya, 2007: 34).
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode
cross sectional. Teknik yang digunakan yaitu teknik convenience sampling. Adapun
lokasi penelitian ini adalah di Universitas Esa Unggul. Populasi dalam penelititan ini
adalah mahasiswa yang pernah menggunakan Laptop ASUS. Sedangkan jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 85 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Operasionalisasi variabel sangat penting untuk memperoleh data yang dapat
menguji hipotesis dan melihat kecocokan model yang telah dibangun berdasarkan
konstruk teori. Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
memudahkan dan mengarahkan penyusunan kuesioner. Adapun operasionalisasi dari
variabel tersebut sebagai berikut : a). Harga (X1) adalah sejumlah uang yang
dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli produk Laptop ASUS yang dinyatakan
dalam uang, dimana laptop asus memberikan harga yang terjangkau, serta mendapatkan
potongan harga dari produk laptop asus, b). Kualitas Produk (X2) adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh ASUS untuk mempengaruhi konsumen, dimana laptop asus memiliki
tampilan menarik, fitur, dan daya tahan produk laptop asus, c). Kepuasan Konsumen
(Y1) adalah perasaan senang atau tidak terhadap suatu produk yang kita inginkan
diantaranya pengalaman yang memuaskan dan memenuhi harapan konsumen laptop
asus, d). Loyalitas Konsumen (Y2) adalah respon konsumen dalam pembelian yang
konsisten terhadap laptop asus dengan indikator loyalitas konsumen yaitu mengatakan
hal-hal positif, merekomendasikan produk kepada orang lain dan percaya akan kualitas
yang diberikan oleh Laptop ASUS.
37
Model Penelitian
Harga
Kepuasan
Konsumen
Loyalitas
Konsumen
Kualitas
Produk
HASIL
Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil
pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua hipotesis yang didukung oleh
data, dan tiga hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.
Tabel 5.12 Pengujian Hubungan Model Struktural
Nilai-t
H1
Harga
mempunyai
pengaruh
terhadap 0,58
kepuasan konsumen
H2
Kualitas
produk 1,49
Keterangan
Data
tidak
mendukung
hipotesis
Data
tidak
38
mempunyai
terhadap
konsumen
pengaruh
kepuasan
mendukung
hipotesis
H3
Kepuasan
konsumen
mempunyai
pengaruh 2,05
terhadap
loyalitas
konsumen.
H4
Harga
mempunyai
pengaruh terhadap loyalitas 2,70
konsumen
Data mendukung
hipotesis
H5
Kualitas
mempunyai
terhadap
konsumen
Data
tidak
mendukung
hipotesis
produk
pengaruh
-0,17
loyalitas
Data mendukung
hipotesis
PEMBAHASAN
Dari Tabel yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat
berikut :
disimpulkan sebagai
a). Harga (X1) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini
disebabkan nilai T-value 0,58 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya harga
yang telah diberikan oleh ASUS kepada konsumen kurang sesuai sehingga tidak
menimbulkan kepuasan konsumen Laptop ASUS. Hasil studi ini bertentangan dengan
hasil studi Irawan yang melakukan penelitian tentang pengaruh harga terhadap kepuasan
konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek penelitian dan
responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan hasil
penelitian.
b). Kualitas Produk (X2) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini
disebabkan nilai T-value 1,49 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas
Laptop ASUS kurang sesuai dengan yang diinginkan konsumen sehingga konsumen
tidak merasa puas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ridwan
Amiruddin yang melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas produk terhadap
kepuasan konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek
penelitian dan responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
hasil penelitian.
c). Kepuasan konsumen (Y1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini
disebabkan nilai T-value 2,05 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya
konsumen sudah merasa puas dengan Laptop ASUS sehingga menimbulkan sikap loyal
39
terhadap Laptop ASUS. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Taylor. Taylor juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara
kepuasan dan loyalitas konsumen.
d). Harga (X1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai
T-value 2,70 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kondisi ini dikarenakan
harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Hasil hipotesis ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Aristo dan Ari Setyanigrum. Aristo
dan Ari Setyanigrum juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara harga dan
loyalitas konsumen.
e). Kualitas produk (X2) tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini
disebabkan nilai T-value -0,17 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas
Laptop ASUS kurang sesuai dengan konsumen sehingga tidak mempengaruhi
konsumen untuk loyal pada laptop asus. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Gremler dan Brown yang melakukan penelitian tentang pengaruh
kualitas produk terhadap loyalitas konsumen. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
kualitas produk mempengaruhi loyalitas konsumen.
Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yang sangat luar biasa memberikan
semangat dan dorongan baik materi maupun dorongan moril serta tiada henti-hentinya
mendoakan saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
40
DAFTAR PUSTAKA
Garvin, D. A. (1987). Managing Quality. New York: The Free Press.
Hasym dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.
Handi Irawan. 2006. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Cetakan ketujuh. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Kotler, Philip,1996. Marketing. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia dari Marketing
Essentials. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,
Indeks, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,
Indeks, Jakarta.
Kotler, P and Keller K. L. 2006. Marketing Management, Twelfth Edition, Perason
Education International, Singapore.
Stanton William J,1998. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Supranto, J. (2001), Pengukuran Tingkat Kepuasan pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar, Rineke Cipta, Jakarta.
Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Swastha, Basu DH, 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kelima.
ANDI OFFSET, Yogyakarta.
www.teknogadget.com, diakses tanggal 13 juli 2014
www.kompasiana.com, diakses tanggal 13 juli 2014
www.asus.com, diakses tanggal 13 juli 2014
41
Aprilia
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
apriliaganie@gmail.com
ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan lingkungan kerja
mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk serta faktor
apakah yang paling signifikan yang berpengaruh antara motivasi kerja dan lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah seluruh karyawan PT. JaReal Property, Tbk sebanyak 407 orang. Dari
populasi ini akan ditarik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
responden.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.
Dengan menggunakan rumus Slovin maka dapat diketahui jumlah sampel 80 dengan
pembulatan menjadi 82. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah Analisis
Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi dan lingkungan
kerja berpengaruh secara bersama-sama dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05.
Sedangkan secara sendiri-sendiri faktor motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap
kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan faktor lingkungan kerja tidak
berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan
0,831 > 0,05. Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, maka yang paling
dominan mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil perhitungan thitung masing-masing variabel, dimana thitung
motivasi kerja (2,921) > thitung lingkungan kerja (0,241).
Kata Kunci: Motivasi Kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan.
42
PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan perusahaan dunia bisnis saat ini dituntut untuk
menerapkan manajemen sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan
yang berkualitas tinggi. Manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan
pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi,
masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif. Suatu perusahaan dikatakan berhasil
apabila perusahaan tersebut mampu mencapai target dan tujuan yang diinginkan, untuk
meraih apa yang diinginkan perusahaan, maka perusahaan perlu memiliki alat penggerak
utama yaitu karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, disiplin waktu serta maksimal
dalam menjalankan job desk-nya. Dalam setiap aktivitasnya, karyawan membutuhkan
motivasi untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi agar bekerja secara giat dan
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain dari motivasi, lingkungan
kerja juga memiliki peran yang tak kalah penting untuk mendukung keseharian dari
karyawan tersebut bekerja. Apabila lingkungan kerja yang dirasakan baik serta nyaman,
maka kinerja karyawan akan meningkat, perhatian dari perusahaan dalam menciptakan
lingkungan kerja yang memadai merupakan hal penting dalam peningkatan kinerja
karyawannya. Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktibitas kerja
karyawan adalah upaya-upaya dalam peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti
pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat eksternal ataupun internal, sehingga harus
disadari bahwa salah satu alasan karyawan bekerja di dalam suatu perusahaan adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan ekonominya serta
kebutuhan akan berprestasi yang mendapat pengakuan dari orang lain, dan dengan
adanya kepastian dalam menerima upah atau gaji, sehingga karyawan merasa terjamin
untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya, demikian pula pada
perkembangan karier sebagai kebutuhan dari karyawan untuk mengaktualisasi
kemampuan diri dan potensi yang dimiliki. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan adalah lingkungan kerja. Meskipun
lingkungan kerja tidak melaksanakan proses kerja dalam suatu perusahaan, namun
lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan yang melaksanakan
proses kerja tersebut. Semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula kinerja
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
PT. JReal Property, Tbk merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan
yang menginginkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dan potensial
dalam mencapai tujuan perusahaan dengan harapan para karyawan memiliki kinerja
karyawan yang maksimal. Persaingan dibidang property saat ini semakin meningkat
tajam, munculnya berbagai pesaing dalam bidang property menjadi acuan untuk
perusahaan menghasilkan serta mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas
di dalam perusahaan. Namun dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi
dan optimal, nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat
perusahaan sulit untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Kendala yang timbul
tersebut dapat menjadi ancaman namun bila diatasi dengan baik akan menjadi faktor
yang membuat perusahaan berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi. Dari berbagai
masalah dan kendala inilah membuat saya selaku peneliti tertarik untuk meneliti
penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan di PT. JReal Property, Tbk
43
Perumusan Masalah
1. Apakah motivasi kerja berpengraruh terhadap kinerja karyawan?
2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
3. Faktor manakah diantara motivasi kerja dan lingkungan kerja yang mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
3. Untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap kinerja karyawan
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. JReal Property Tbk.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014
Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff karyawan PT. JReal Property, Tbk yang
berjumlah 407 orang.
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah :
Dalam pengambilan sampel sebagai responden pada penelitian ini menggunakan metode
simple random sampling. Metode ini digunakan karena objek yang diteliti tidak terlalu
besar. Ukuran sampel yang dijadikan dasar pengambilan sampel menggunakan rumus
Slovin, yaitu sebagai berikut:
n=
N
1+Ne2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = presentase kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir
Dengan menggunakan rumus slovin diatas, maka dapat ditentukan
jumlah sampel minimal, yaitu:
407
n=
1+ (407) (0.1) 2
44
407
n=
5,07
= 80,2 = 80
Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 80 responden dan
dibulatkan menjadi 82 responden.
Populasi dan sampel amat penting dijelaskan dalam rancangan penelitian yang
dimaksudkan untuk menarik generalisasi (memberlakukan kesimpulan hasil penelitian
terhadap populasi). Dalam rancangan penelitian, perlu secara tegas dinyatakan mana yang
menjadi populasi penelitian beserta seberapa besar sampel yang akan diteliti, dan
bagaimana teknik beserta prosedur yang ditempuh di dalam penarikan sampel yang
dimaksud.
Karena di dalam perusahaan terdiri dari beberapa divisi atau unit, maka untuk
menentukan pengisisan dari kuisoner dalam setiap unit digunakan teknik Random
Sampling, ialah teknik penentuan pengisian sampel dimana semua individu dalam
populasi, diberi kesempatan yang sama untuk mengisi kuisoner. Pengambilan ini
ditentukan tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji
dalam praktek.
Metode Analisis Data
1.
Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahan
suatu istrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan
sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka istrumen tersebut kurang valid.
Rumus person product moment :
n( XY) (X Y)
r=
[nX2 (X)2] [ nY2 (Y)2]
Keterangan :
r
=
n
=
X1
=
X2
=
Y
=
2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur didalam mengukur gejala yang sama . Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. dengan
menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan Rumus :
45
r11
b 2
k 1
t 2
Keterangan :
r11
= Reliabilitas intrumen
k
= Banyak butir pertanyaan
t2
= Varian total
b2
= Jumlah varian butir
Model
(Constant)
X1
X2
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.659
.439
.377
.129
.334
.028
.129
.025
a. Dependent Variable: Y
Sig.
3.775
2.921
.214
.000
.005
.831
Standardized Coefficients
Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS
Dari tabel diatas, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y= 1,659 +0,377X1 + 0.028X2
a= 1,659 artinya jika tidak ada perubahan pada motivasi dan lingkungan kerja yang
termasuk dalam variabel bebas, maka nilai kinerja karyawan sebesar 1,659
sebagai nilai konstan untuk variabel terikat.
b1= 0,377 artinya setiap penambahan motivasi akan mempengaruhi peningkatan
kinerja karyawan sebesar 0,377.
b2= 0,028 artinya setiap penambahan lingkungan kerja akan mempengaruhi
peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,028.
Hasil analisis regresi dari tabel diatas menunjukkan motivasi kerja memiliki
hubungan positif terhadap kinerja karyawan, ini ditunjukkan dengan koefisien
variabel dimana motivasi bertanda positif, begitupula dengan lingkungan kerja
memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan.
a. Uji F
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama
diuji dengan menggunakan uji f. Berikut hasil penghitungannya:
46
ANOVAa
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Mean
df
Squares
Square
1.714
2
.857
12.738
79
.161
14.452
81
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Sig.
5.316
.007b
Model Summary
R
Adjusted R Std. Error of
R
Square
Square
the Estimate
a
.344
.119
.096
.40155
a. Predictors: (Constant), X2, X1
c.
Uji t
Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana
pengaruh secara sendiri-sendiri masing-masing variabel bebas yaitu
motivasi kerja dan lingkungan kerja. Dengan uji t diperoleh informasi
variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap kinerja
karyawan, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
48
Model
(Constant)
X1
X2
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.659
.439
.377
.129
.334
.028
.129
.025
a. Dependent Variable: Y
Sig.
3.775
2.921
.214
.000
.005
.831
50
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran
yang dapat peneliti berikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan yaitu
sebagai berikut :
1. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk
sebaiknya pihak manajemen perusahaan dapat memberikan perhatian yang
lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan serta
penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dengan fasilitas lengkap serta
menyenangkan untuk dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi. PT.
JReal Property, Tbk juga dapat menganalisa, menambahkan serta
mengevaluasi faktor apa saja selain dari motivasi kerja dan lingkungan kerja,
yang memungkinkan lebih banyak terdapat pengaruh terhadap kinerja
karyawan, agar dapat benar-benar menilai kinerja karyawan yang optimal di
dalam perusahaannya.
2. Pihak dari manajemen PT. JReal Property, Tbk hendaknya lebih memfokuskan
atau menitikberatkan kebijakan yang berkaitan dengan motivasi kerja, karena
dari hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi kerja merupakan variabel
yang paling berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja karyawan di
perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisty Herwidaningtyas Soeyitno, 2013, Relationship Between Employee
Perceptions of Supervisor Participative Leadership Styles to Performance
in The Muji Rahayu Hospital Employees Surabaya, Jurnal Psikologi
Industri dan Organisasi.
Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
Bandung: PT.RemajaRosdakarya.
Bernardin, John H., dan Joyce E.A Russel, 1993, Human Resource Management,
Singapore: Mc. Graw-Hill.
Ernawati dan Ambarini, 2010. Pengaruh Hubungan Kerja dan Lingkungan
Kerja TerhadapKinerja Pegawai dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel
Moderating, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan.
Faisal, Sanapiah, 2008, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan
Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers.
Ghozali, Imam, 2009, Ekometrika Teor, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasibuan, Melayu, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
51
Hasyim, dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran, Jakarta: UIEU-University Press.
Kiggundu, Moses N., 1989, Managing Organization in Developing Countries: An
Operation and Strategies Approach, West Harford: Kumarian Press Inc,.
Kussriyanto, Bambang, 1991, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Mangkuprawita, Sjafri, 2011,Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa Isi dan Analisa
Data Sekunder, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maryoto, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE-UGM,
Yogyakarta
Mathis, Robert L., dan John Harold Jackson, 2013, Human Resources
Management, Thomson Learning.
Ninuk Muljani, 2002, Kompensasi sebagai Motivator untuk Meningkatkan
Kinerja Karyawan, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
Nitisemito, Alex S., 1991, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka
Setia.
Sarwono, Jonathan, dan Tutty Martodiredjo, 2008, Riset Bisnis untuk
Pengambilan Keputusan , Jakarta: C.V ANDI OFFSET,.
Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar
Maju, Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh, dan Rosidah, 2003, Manajemen SDM: Konsep, Teori
dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakara: Graha
Ilmu.
Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta: Center
of Academic Publishing Service.
52
Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung: Alfabeta.
Teguh, Muhammad, 1999, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Teman, Koesmono H., 2005, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri
Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.
Umar, Husein, 2005,Evaluasi
PustakaUtama.
Kinerja
Perusahaan,
Jakarta:
Gramedia
Umar, Husein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Veitzal, Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yani, H.M, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Mitrawacana
Media.
53
PENDAHULUAN
Dalam bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk lebih
inovatif dan memiliki keunggulan yang bisa ditawarkan kepada para pelanggan
dan mitra bisnis. Salah satunya adalah konsep kerja sama business to business
(B2B). Bentuk kerja sama ini dapat membantu upaya efisiensi biaya pengadaan
barang dan yang paling penting adalah bisa memudahkan mitra bisnis. Pengertian
business to business adalah transaksi antara institusi bisnis (perusahaan) dengan
institusi bisnis lainnya.
Business-to-business (B2B) menggambarkan transaksi perdagangan antara
perusahaan, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer.
Dalam B2B biasanya dilakukan customization sesuai dengan kebutuhan masing-
54
masing. Hal ini yang membuat hubungan antara pembeli dan penjual dalam B2B
terjalin hubungan personal yang lebih rapat.1
Bagi PT Garmindo Co, kepentingan pelanggan selalu menjadi nomor satu. Prinsip
ini menjadi nyata dalam penyediaan layanan business to business (B2B).
Peningkatan kualitas produk barang dan jasa semakin diperhatikan oleh
perusahaan karena dengan kualitas akan barang dan jasa dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Terwujudnya interaksi dapat memberikan manfaat yang baik bagi
perusahaan berupa terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan
pelanggan, dasar
bagi pembelian ulang produk barang atau jasa atau
terbangunnya kualitas hubungan yang baik dan terjadinya rekomendasi berupa
word of mouth yang menguntungkan bagi perusahaan karena akan terjadi
pertambahan laba perusahaan.
Perkembangan teknologi dan semakin ketatnya persaingan sekarang ini
juga menuntut PT Garmindo Co sebagai perusahaan barang dan jasa memberikan
pelayanan dan kualitas terbaik bagi para pelanggan dan calon pelanggan PT
Garmindo Co dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan
tetap mempertahankan kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap barang
dan jasa yang ditawarkan kepada para konsumennya.
Ikatan sosial atau persahabatan akan membangun hubungan yang lebih
kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Ikatan sosial atau persahabatan adalah hal
yang timbul akibat interaksi antara karyawan dengan pelanggan. Melalui ikatan
ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu melakukan yang
terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk jangka panjang. Oleh
karena itu, PT Garmindo Co sangat menjalin interaksi sebagai bentuk
persahabatan terhadap para konsumennya.
PT Garmindo Co sebagai perusahaan yang menyediakan produk barang
berupa tas dan barang- barang promosi serta jasa sablon ( pad print ), terkadang
juga mengalami kesulitan dalam memuaskan para pelanggannya dalam hal waktu,
karena terkadang pelanggan melakukan permintaan pembelian produk dengan
jadwal pengiriman sangat mepet. Namun, PT Garmindo Co secara maksimal
memberikan pelayanan yang terbaik dan tepat waktu bagi para pelanggannya agar
hubungan harmonis dengan pelanggan tetap terjalin dan kualitas hubungan tetap
terjaga.
Oleh karena itu PT Garmindo Co harus berusaha terus menerus
memperbaiki pelayanannya dan menjalin hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dengan para pelanggannya dengan berusaha menciptakan
kepercayaan, kepuasan, dan komitmen sehingga diharapkan para pelanggan
tersebut bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan PT Garmindo Co.
Kualitas produk yang baik, kualitas pelayanan yang memuaskan, ketepatan
waktu yang diberikan sebanding dengan harga yang diberikan oleh PT Garmindo
Co kepada konsumennya serta adanya interaksi yang baik, menjadikan terciptanya
kualitas hubungan yang baik kepada para pelanggannya dan terus dipertahankan
oleh PT Garmindo Co.
1
http://ferdyfaisal.blogspot.com/2012/12/b2b-vs-b2c.html
55
Namun
terkadang
perusahaan
mengalami
kesulitan
dalam
mempertahankan kualitas produk yang baik sesuai dengan standarisasi perusahaan
tetapi harus mengikuti standarisasi konsumen ( perusahaan yang memesan).
Standarisasi kualitas produk tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga yang
akan diberikan kepada konsumen. Kemudian dalam menjaga dan
mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan masih kurang optimal misalnya
dalam hal merespon permintaan konsumen yang langsung menghubungi pemilik
perusahaan untuk melakukan pemesanan barang.
Menurut pemilik perusahaan, ia sangat memegang teguh komitmen yang
ia terapkan diperusahaan untuk setiap konsumen, dan sang pemilik percaya
dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik akan memuaskan para
konsumennya serta adanya interaksi antara perusahaan dan konsumen akan
tercipta kualitas hubungan yang baik untuk kerja sama jangka panjang.
Maka dari itu, dengan permintaan yang beraneka ragam serta menghadapi
setiap konsumen yang berbeda selain kualitas produk dan pelayanan, perusahaan
juga memperhatikan pemberian harga yang semakin dipress oleh konsumen
namun tetap menjaga hubungan yang baik serta berusaha memberikan ketepatan
waktu dalam produksi dan pengiriman barang ke konsumen.
Karena hal inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS
PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP RELATIONSHIP
QUALITY : STUDI PADA PRODUK TAS PT GARMINDO CO.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam kaitannya dengan latar belakang yang telah penulis paparkan
diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada
yaitu :
a. Kualitas Produk yang diinginkan setiap konsumen PT Garmindo Co
berbeda-beda.
b. Kualitas Pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co sedikit kurang
optimal .
c. Harga yang diberikan PT Garmindo Co terkadang dipress oleh
konsumen.
d. PT Garmindo Co masih terkendala oleh deadline waktu yang sangat
mendesak.
e. Adanya Interaksi yang dilakukan oleh PT Garmindo Co diinginkan
oleh konsumennya .
f. Relationship Quality yang diwujudkan oleh PT Garmindo Co.
2. Pembatasan Masalah
a. Peneliti hanya membatasi tentang permasalahan mengenai pengaruh
kualitas produk dan pelayanan, harga, ketepatan waktu terhadap
Relationship Quality pada produk PT Garmindo Co.
b. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang pernah membeli
dan menggunakan produk PT Garmindo Co.
56
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co?
2. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co?
3. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas hubungan PT Garmindo
Co?
4. Apakah interaksi akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan PT
Garmindo Co?
5. Apakah terdapat pengaruh ketepatan waktu terhadap kualitas hubungan
PT Garmindo Co?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk
terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan
terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
4. Untuk mengetahui apakah interaksi berpengaruh terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
5. Untuk mengetahui apakah ketepatan waktu mempengaruhi kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang
karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam
menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan,
pengalaman dan dokumentasi ilmiah.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan informasi serta gambaran untuk dijadikan bahan
pertimbangan mengenai kualitas pelayanan yang diharapkan oleh
pelanggan atau konsumen sehingga mereka puas terhadap pelayanan
yang diberikan perusahaan.
b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian ini.
57
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kualitas
Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan
terhadap keberhasilan suatu perusaaan. Kualitas menjadi pedoman utama
dalam pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program
manajerial untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Pertanyaan
mengenai apakah produk atau jasa memenuhi atau bahkan melebihi
harapan pelanggan ? merupakan aspek yang penting dalam kualitas. Konsep
kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu
produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.
Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas
kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi
persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetap.2
Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan
yang diterimanya.3Kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk
tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai
ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan
produsen saat mengeluarkan suatu
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan4.
Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu
produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten.5
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pengertian kualitas dapat
diartikan bahwa suatu hal yang dapat menerjemahkan tuntutan dan
kebutuhan pasar konsumen dalam suatu proses manajemen produksi barang
atau jasa secara terus menerus sehingga dapat memenuhi selera dan kebutuhan
pasar yang diinginkan konsumen.
1. Kualitas Produk
Sekarang ini banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan
oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka
menciptakan kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan
secara menguntungkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
akan kualitas. Hanya perusahaan yang mempunyai kualitas terbaik yang
akan berhasil.
58
59
60
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2174582-pengertianwaktu/#ixzz2rF8lkr7d
12
http://www.bny.web.id/media diakses 8 Juli 2009
61
Kebutuhan dan
Keinginan
Pelanggan
Produk
Harapan Pelanggan
Nilai Produk bagi
Pelanggan
Tingkat Kepuasan
Pelanggan
13
62
15
63
18
19
64
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 64
65
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/JAM/article/view/3/3
http://eprints.uns.ac.id/7978/1/144271308201009301.pdf
66
23
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37397/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.lib.ui.ac.id/1482/1/108868-T%2020275-Analisis%20pengaruh.pdf
25
Chandra, 2002 dalam F.Tjiptono 2006
24
67
Kualitas Pelayanan ( X2 )
Tangibles
No.
Assurance
Variabel
Realibility
Responsive
Emphaty
Harga ( X4 )
MSA
.453
2
3
4
5
.596
.596
.596
.596
.515
.726
.547
.605
Keterangan
Tidak Valid ,
karena
nilai
MSA <0,5 .
Valid
Valid
Valid
Valid
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
No. Pertanyaan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
.683
.683
.683
.683
.683
.683
.820
.820
.820
.820
KMO
.820
.820
.627
.627
.627
.729
.729
.729
.729
.590
.590
.590
.590
.716
.716
.716
.531
.579
.761
.774
.737
.658
.784
.825
.880
.792
MSA
.851
.817
.745
.600
.601
.828
.824
.672
.692
.584
.568
.593
.629
.695
.819
.641
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
68
32
.716
33
.716
34
.716
Waktu ( X3 )
35
.701
36
.701
37
.701
Interaksi ( X5 )
38
.789
39
.789
40
.789
41
.789
42
.789
Relationship Quality ( X6 ) 43
.836
44
.836
45
.836
46
.836
47
.836
48
.836
49
.836
50
.836
51
.836
52
.836
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Validitas
.713
.709
.722
.712
.680
.712
.754
.813
.789
.754
.827
.812
.887
.783
.738
.901
.842
.878
.819
.779
.911
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alat
ukur yang digunakan atau sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan memiliki koefisien
keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,5.
Tabel 5.1 Hasil Uji Reliabelitas
No.
Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
1
Kualitas Produk ( X1 )
.810
Reliabel
2
Kualitas Pelayanan ( X2 )
Tangibles
.742
Reliabel
Assurance
.834
Reliabel
Realibility
.668
Reliabel
Responsive
.765
Reliabel
Emphaty
.705
Reliabel
3
Waktu ( X3 )
.779
Reliabel
4
Harga ( X4 )
.856
Reliabel
5
Interaksi ( X5 )
.850
Reliabel
6
Relationship Quality ( X6 )
.915
Reliabel
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Reliabilitas
69
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing
variabel memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,5
sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel.
Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
variabel independent yaitu kualitasproduk (X1), kualitas pelayanan(X2), Waktu
(X3), Harga (X4) , dan Interaksi ( X5 )terhadap variabel dependent yaitu
relationship quality. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 20.0.
Tabel 5.3 Tabel Olahan Regresi
Coefficientsa
Model
Sig
1
( constant )
.602
2
Kualitas Pelayanan
.037
3
SQxInteraksi
.413
4
Kualitas Produk
.502
5
Harga
.000
6
Waktu
.545
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0
Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -0,042+ 0,399 X1+0,052 X2 - 0,058 X3 + 0,544 X4+ 0,068X5+e
Keterangan :
Y
= Relationship Quality
a
= constanta
b
= Koefisien
X1
= Variabel Kualitas Pelayanan
X2
= Variabel SQxInteraksi
X3
= Variabel Kualitas Produk
X4
= Variabel Harga
X5
= Variabel Waktu
e
= error disturbances
Persamaan di atas mempunyai arti sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) adalah -0,042 yang artinya jika kualitas produk, harga,
waktu dan kualitas pelayanan bernilai nol (0), maka relationship quality
bernilai -0,042.
2. Nilai koefisien regresi berganda variabel kualitas pelayanan bernilai positif
yaitu 0,399 yang artinya, setiap peningkatan variabel kualitas pelayanan
sebesar satu satuan akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,399
dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.
3. Nilai koefisien regresi berganda variabel harga bernilai positif yaitu 0,544
yang artinya, setiap terjadi peningkatan variabel harga sebesar satu satuan
akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,544 dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
70
1.
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
(kualitas produk, kualitas pelayanan , waktu, harga, dan interaksi)
mempengaruhi variabel dependen relationship quality secara sendirisendiri.
a. Variabel kualitas produk (X1) memiliki nilai signifikansi 0,502
yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas produk tidak
secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship
quality.
b. Variabel kualitas pelayanan (X2) memiliki nilai signifikansi 0,037
yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas pelayanan
secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap relationship quality.
Dapat diartikan bahwa pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co
kepada konsumennya sudah baik sehingga berpengaruh terhadap
keinginan membeli konsumen karena konsumen sudah merasa
puas dan percaya kepada PT Garmindo Co.
c. Variabel Harga (X3) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti <
0,05. Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri
berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dapat
diartikan bahwa harga tas PT Garmindo Co dapat bersaing dengan
baik karena dikerjakan oleh tukang jahit sendiri maka para
konsumen ingin membeli produk tas PT Garmindo Co.
d. Variabel Waktu (X4) memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti
> 0,05. Kesimpulannya, variabel waktu tidak berpengaruh terhadap
relationship quality. Dapat diartikan bahwa ketepatan waktu dari
PT Garmindo Co masih kurang optimal sehingga tidak
berpengaruh terhadap keinginan membeli konsumen dan tidak
terjalin hubungan yang baik terhadap PT Garmindo Co.
e. Variabel SQxInteraksi ( X2 ) memiliki nilai signifikansi 0,413
yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel SQxInteraksi tidak
secara sendirisendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship
quality. Dapat diartikan bahwa tidak semua konsumen akan
menjalin hubungan baik kepada perusahaan walaupun adanya
interaksi antara konsumen dan perusahaan sehingga interaksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap relationship quality.
Dari hasil pengolahan regresi dapat disimpulkan bahwa reponden pada
penelitian ini merupakan konsumen yang fanatik terhadap produk PT
Garmindo Co karena variabel kualitas pelayanan dan variabel harga
berpengaruh terhadap relationship quality.
Pembahasan Data
Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
71
1.
2.
3.
4.
5.
72
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan
saran berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Jika dilihat dari hasil penelitian, disarankan bagi PT Garmindo Co harus
mampu mempertahankan kualitas produknya agar tetap baik, serta harus
mempertahankan citra perusahaannya supaya tetap baik agar para pelanggan
tetap memiliki keinginan untuk membeli produk tas dari PT Garmindo Co.
Dari sisi ketepatan waktu, PT Garmindo Co harus membuat mekanisme kerja
yang lebih efisien agar produksi tas PT Garmindo Co dapat tepat waktu
diterima oleh konsumen.
2. Perlu diadakan penelitian ulang pada waktu mendatang setelah perusahaan
melakukan perubahan perubahan kebijakan mengenai strategi pemasaran.
Saran ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut teori-teori yang berkaitan
dengan variabel yang mempengaruhi relationship quality.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh, tidak hanya berdasarkan
mengenai kualitas produk, kualitas pelayanan, waktu, harga, interaksi serta
relationship quality, karena masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi
dan dapat meningkatkan relationship quality.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Avilianti dan Wildfridus Elu, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas
Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI, Mei 1997.
73
75
Windi Asiani
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Windiasriani92@gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara celebrity endorser
dalam iklan FreshCare Aromatherapy terhadap keputusan pembelian. Celebrity endorser
terdiri dari tiga atribut yang menjadi variabel independen yaitu : credibility,
attractiveness dan power. Dan keputusan pembelian menjadi variabel dependen. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli dan pernah
melihat iklan FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai celebrity
endorsernya. Metode Analisis yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa credibility memiliki nilai signifikan sebesar
0,000 (<0,05) dan power memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 (<0,05), sehingga
credibility dan power memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian,
Sedangkan attractiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,971 (>0,05). Dan juga hasil penelitian
menunjukkan bahwa credibity, attractiveness dan power secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya
sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil tersebut dapat disarankan bahwa PT. Ultra Sakti
sebagai produsen FreshCare Aromatherapy harus mempertahankan penggunaan
celebrity endorser dengan kriteria yang memiliki wawasan luas dan berkharisma.
Kata kunci: credibility,attractiveness, power, keputusan pembeli.
PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun perkembangan dan persaingan di segala sektor
industri semakin meningkat, hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Strategi pemasaran akan berpengaruh
terhadap penjualan. Dengan kata lain banyak konsumen yang tertarik untuk
melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Salah satu strategi pemasaran
yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan aspek bauran pemasaran
yang berhubungan dengan tehnik-tehnik yang paling efektif untuk menjual produk
(Griffin : 2007).
76
Keputusan
Pembelian
(Y)
Power
(X3)
HIPOTESA
H1: Diduga credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian
pada produk FreshCare Aromatherapy
H2: Diduga attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan
pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.
H3: Diduga power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada
produk FreshCare Aromatherapy.
H4: Diduga atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power)
mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.
METODE PENELITIAN
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: credibility,
attractiveness , power dan keputusan pembelian. keempat variabel ini di
kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan
independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel
dependent (Y), credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3) adalah sebagai
variabel Independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.
Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat berkisar
pada bulan Desember 2013 Februari 2014.
X1
X2
X3
e
: Credibility
: Attractiveness
: Power
: standard error
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
.127
.620
X1_CREDIBILITY .571
.114
X2_ATTRACTIVE
.008
NESS
.230
Model
1
(Constant)
X3_POWER
.446
a.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
Sig.
.205
.838
.441
5.018
.000
.004
.036
.971
3.228
.002
.138
.364
Variable:
79
2. Uji t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
Standardize
d
Coefficients
Sig.
.127
.620
.205
.838
X1_CREDIBILIT
.571
Y
.114
.441
5.018
.000
X2_ATTRACTIV
.008
ENESS
.230
.004
.036
.971
3.228
.002
(Constant)
X3_POWER
.446
a.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
.138
.364
Variable:
Sum of Squares df
1 Regressio
17.283
n
Residual 29.577
Mean Square F
Sig.
5.761
.000a
96
.308
Total
46.860
99
a.
Predictors:
(Constant),
X2_ATTRACTIVENESS
b.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN
X3_POWER,
18.698
X1_CREDIBILITY,
Variable:
80
Adjusted
R Square Square
R Std. Error of
the Estimate
1
.607a
.369
.349
.55507
a.
Predictors:
(Constant),
X3_POWER,
X1_CREDIBILITY, X2_ATTRACTIVENESS
Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya
Adjusted R Square adalah 0,369. Hal itu berarti variabel independen (credibility,
attractiveness dan power) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel
dependen (keputusan pembelian) sebesar 36,9%. Sedangkan sisanya (100%36,9% = 63,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel independen dalam penelitian ini yakni credibility celebrity endorser
berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini
terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang
menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.
2. Variabel independen dalam penelitian ini yakni attractiveness celebrity
endorser tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare
Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,971
diatas 0,05 (>0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut tidak
berpengaruh signifikan.
3. Variabel independen dalam penelitian ini yakni power celebrity endorser
berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini
terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,002 dibawah 0,05 (<0,05) yang
menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.
4. Variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan
power) celebrity endorser berpengaruh secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai
signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan
bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Dan
variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan
power) celebrity endorser memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel
81
Royan, Frans. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Sapitri, Dwi Dkk. 2010 Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo
Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo Loreal
Saputra, Hendra. 2010 Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Ponds. Jurnal Keuangan dan Bisnis
Setya, Hendri. 2013 Analisis Pengaruh Selebritis Pendukung Terhadap
Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada PT. Harpindo Jaya, Kota
Purwodadi). Jurnal ilmiah USM
Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli
Kasip. Jakarta : Indeks
Sebayang dan Siahaan. 2008. Jurnal Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio
Automatik Club (MAC) Medan, Fakultas Ekonomi USU, Jurnal
Manajemen Bisnis,Vol.1 No.3
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Therence, Shimp. 2007. Periklanan dan Promosi. Jakarta : Erlangga
83
PENDAHULUAN
Pemasaran tidak lepas dari masalah produk, harga, distribusi dan promosi
yang harus dipikirkan perusahaan agar dapat meraih pasar yang
diinginkan.Konsumen menjadi faktor kunci penentu atas keberhasilan atau kegagalan
suatu perusahaan di dalam memasarkan produknya.
84
Perkembangan teknologi handphone dapat dilihat dengan banyaknya merekmerek handphoneyang dipasarkan di Indonesia, baik dari luar negeri maupun dalam
negeri.Salah satu produsen yang ingin mengikuti perkembangan teknologi tersebut
dengan
Harga (X2)
Keputusan Pembelian
(Y)
Tempat (X3)
Promosi (X4)
Hipotesa
Pengaruh Produk Terhadap keputusan Pembelian
Produk merupakan hal penting dalam kegiatan pemasaran. Produk dapat
berupa barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan.Dalam membuat keputusan
pembelian, konsumen akan membeli barang atau jasa yang dirasakan perlu serta
bermanfaat baginya.
Menurut Kotler (2000), Atribut produk adalah bagian yang tak bisa
dipisahkan dari strategi produk yang dapat dikontrol langsung oleh perusahaan
86
sebagai suatu rangsangan yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam proses
keputusan pembelian.
Pengaruh harga Terhadap Keputusan Pembelian
Fandy Tjiptono (1997), menyatakan penentuan harga yang tepat harus
dilakukan perusahaan agar produk dapat bersaing dan dapat dipertahankan dipangsa
pasar. Harga yang ditetapkan perusahaan harus disesuaikan dengan kemampuan
konsumen.Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli.
Pengaruh Tempat Terhadap keputusan Pembelian.
Menurut Arfiyandi dan Adhilla (2010), kecepatan dan ketepatan dari saluran
distribusi yang dilakukan perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam
mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan
produk dan perusahaan sendiri.
Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Perusahaan melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada
konsumen. Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian secara lebih cepat.Menurut Peter dan Olson
(2000) promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian.
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada lima variabel yang dibahas yaitu: produk, harga, tempat,
promosi dan keputusan pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian
yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian
adalah sebagai variabel dependent (Y), produk (X1), harga (X2), tempat (X3) dan
promosi (X4) adalah sebagai variabel independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.Oleh karena
itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada
bulan Desember 2013 Agustus 2014.
87
88
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
15.653
44.175
59.828
df
4
95
99
Mean
Square
3.913
.465
Sig.
8.416
.000(a)
Berdasarkan tabel 5.13 hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 8.416 dengan
tingkat signifikan 0.000 . Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0.000< 0,05)
maka variabel produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), dan promosi (X4) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y).
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 2.Hasil Analisa uji R Square
Model Summary
Model
1
R
.511(a)
R Square
.262
Adjusted R
Square
.231
.6819
89
Uji t
Tabel 3. Hasil Uji t
Model
1
(Constant)
Produk
Harga
Distribusi
Promosi
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
1.623
.466
.970
.176
.726
-.247
.140
-.190
-.018
.060
-.029
-.271
.122
-.263
Sig.
3.486
5.525
-1.771
-.307
-2.215
Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel produk (X1) memiliki nilai
signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak.
Kesimpulannya, variabel produk (X1) secara individual berpengaruh positif
keputusan pembelian.
Pada variabel promosi (X4) memiliki nilai signifikasi 0.029 yang berarti <0,05
dengan demikian, maka kesimpulannya, variabel promosi (X4) secara parsial
mempunyai pengaruh, tetapi tidak searah terhadap keputusan pembelian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel Bauran Pemasaran(produk, harga distribusi, dan promosi) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan
promosi) berpengaruh signifikan dalam peningkatan keputusan pembelian
konsumen.
2. Variabel produk dan promosi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua
variabel Bauran Pemasaran, ternyata hanya variabel produk dan promosi yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas
produk dan promosi yang menarik akan mempengaruhi konsumen untuk membeli
Smartphone BlackBerry. Di lain pihak variabel harga dan distribusi tidak
signifikan artinya variabel harga dan distribusi tidak mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian BlackBerry.
90
.001
.000
.080
.759
.029
Kotler dan Keller, Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson Prentice
Hall , 2012
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran . PT. Prenhallindo, Jakarta ,2000
Kotler, Philip , Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia ,2005
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,
Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat , 2007
Leon G. Schiffman dan Leslie L. Kanuk , Consumer Behavior , Sixth Edition , New
Jersey : Prentice Hail International Inc , 2000
92
Fei Ie
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
fei.ie@economic.esaunggul.ac.id
ABSTRACT
This study aimed to test wheter the relationship between job insecurity, job
satisfaction, organizational commitment with the turnover intention of technical
service division at PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. There are three independent
variables, such as : job insecurity, job satisfaction dan organizational commitment
and one dependent variable is turnover intention. This research uses the quantitative
method.
The sample used in this research are 59 people employee from technical service
division in the organization of PT TIFFAKASIH PRIMATAMA Serpong Tangerang.
The data are analyzed using path analysis technique with the IBM SPSS statistics 20
program.
The research result shows that there is a significant relation between job insecurity
and job satisfaction with turnover intention and with organizational commitment. Job
satisfaction has a negative significant relationship with turnover intention and
organizational commitment does not have any significant relationship with the
turnover intention.
Keywords : job insecurity, job satisfaction, organizational commitment, turnover
intention
93
Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan,dan sumber
daya manusia memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan akhir suatu perusahaan. Resign
/ keluar nya karyawan berprestasi rendah dalam suatu perusahaan akan bermanfaat positif bagi
organisasi, namun dengan keluarnya sumber daya manusia (karyawan) yang berpotensi akan
merugikan perusahaan, sumber daya manusia yang berprestasi akan mengundang perusahaan
melakukan usaha dan mengeluarkan banyak biaya untuk merekrut karyawan baru agar mengisi
posisi yang kosong.
Devisi Technical Service di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, merupakan tulang punggung
yang menunjang berputarnya roda bisnis perusahaan. Bergerak di bidang supplier kimia untuk di
gunakan pada industri kertas di Indonesia, PT TIFFAKASIH PRIMATAMA memberikan service
langsung ke pabrik pabrik yang merupakan pelanggan sekaligus klien. Keahlian khusus
diperlukan dalam devisi technical service ini, dan bilamana terjadi turnover 94ntense yang tinggi,
akan menimbulkan kesulitan dalam penanganan masalah di lapangan.
Ketidak nyamanan dalam pekerjaan (job insecurity) merupakan suatu kondisi
ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja
yang mengancam. Ketidak nyamanan ini akan berdampak pada sikap kerja karyawan dan
keinginan untuk keluar dari organisasi ( turnover ) semakin besar. Persepsi ketidak nyamanan
dalam pekerjaan (job insecurity) yang pada beberapa penelitian (Ashford et al.,; Ameen et al.,;
Rosenblatt and Ruvio, ) ditemukan sebagai salah satu penyebab munculnya intense (keinginan)
keluar seseorang dari pekerjaannya. (nurwening, 2005)
Identifikasi dan pembatasan masalah
Pengamatan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA, serpong, mencatat peningkatan jumlah karyawan yang berpindah
kerja, adapun fenomena yang terjadi ;
Penyebab tingginya turnover intention hanya di identifikasi melalui alasan semu yang di
berikan, diantaranya : sakit, meneruskan pendidikan, membantu orang tua dan lain lain,
perusahaan belum pernah meneliti lebih lanjut penyebab sesungguhnya.
Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh ke tidak nyamanan kerja (Job Insecurity) terhadap kepuasan
kerja (job satisfaction).
2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (job satisfaction) terhadap komitmen
organisasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketidak nyamanan kerja (Job insecurity) terhadap keinginan
karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (Job Satisfaction) terhadap keinginan
karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan karyawan untuk
keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
Manfaat penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :
94
1. Perusahaan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan meminimalisasi
intensitas perputaran keluar masuknya karyawan.
2. Bagi Universitas Esa Unggul, berharap hasil kajian ini dapat menambah kepustakaan
Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, terutama yang berkaitan dengan topik Sumber
Daya Manusia
3. Bagi peneliti selanjutnya, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya, dengan topik yang selaras.
4. Bagi penulis, penelitian ini akan membuka wawasan penulis mengenai keterkaitan antara
teori yang di pelajari di universitas dengan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya.
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan aktifitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Aktivitas SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang
terjadi dalam konteks organisasi (Mathis and Jackson, 2006), berikut ini adalah tinjauan singkat
tujuh aktivitas SDM :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Perencanaan dan analisa SDM, perencanaan SDM yang dilakukan manajer manajer
dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan sumber daya manusia di perusahaan yang akan
mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Sebagai bagian dari usaha
memepertahankan daya saing organisasional, harus ada analisa dan penilaian efektivitas SDM,
karyawan juga hendaknya di motivasi dengan baik dan diharapkan bersedia tinggal bersama
organisasi dalam jangaka waktu yang pantas. (Mathis and Jackson, 2006)
Menurut Cascio, manusia adalah sumber daya yang penting dalam industri dan organisasi,
oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia mencakup penyediaan tenaga kerja yang
bermutu, mempertahankan kualitas dan mengendalikan biaya ketenagakerjaan. (wendi, 2009)
Ketidaknyamanan kerja (Job Insecurity)
Secara umum, job insecurity adalah ketidakamanan dalam bekerja secara psikologis. Toly
menyampaikan dengan sederhana, job security merupakan ketidakberdayaan seseorang secara
terus menerus dalam mewujudkan keinginannya pada sebuah situasi kerja yang menakutkan. Nur
Wening menuliskan bahwa perasaan tidak aman akan membawa dampak pada cara kerja dan
sikap kerja karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk berpindah kerja semakin
besar.
Job insecurity dapat dilihat sebagai pertentangan antara tingkat keamanan yang dirasakan
oleh seseorang dengan tingkat keamanan yang diharapkan. Hal ini di nyatakan oleh Jacobson dan
Hartley dalam Kinnunen et al. (Toly, 2001).
Kepuasan Kerja(Job Satisfaction)
95
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi
pengalaman kerja seseorang ( Mathis and Jackson, 2006) Ketidakpuasan kerja muncul ketika
harapan seseorang tidak terpenuhi. Faktor faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja adalah
imbalan (gaji), promosi (jenjang karir), rekan kerja, supervisi (pelatihan ketrampilan) dan
pekerjaan itu sendiri. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di lapangan bisa diamati
terjadinya keluar masuknya karyawan terlihat dari beberapa indikasi, diantaranya : lewat absensi
yang meningkat, mulai malas bekerja / melakukan tanggung jawabnya, peningkatan terhadap
pelanggaran tatib kerja, sering melancarkan protes terhadap atasan, dan terlihat perilaku positif
yang sangat berbeda dari biasanya.
Robin,organizational behaviour terjamahan mengatakan
istilah kepuasan kerja ( job satisfaction) merujuk ke sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap kerja itu; seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif
terhadap kerja itu. (Wendi, 2009)
Komitmen organisasi
Sedangkan dalam sudut pandang Manajemen SDM, makna komitmen organisasi adalah
tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organsiasi dan mempunyai
keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik
ketidakhadiran serta keluar masuk tenaga kerja. Demikian dituliskan Mathis and Jackson, dalam
bukunya Human Resource Management ; manajemen sumber daya manusia ( 2006 )
Dalam perkembangannya tentang komitmen organisasi, Meyer dan Allen memperkenalkan
tiga komponen model komitmen. (2003)
1. Komitmen organisasi afektif yang mengacu kecenderungan emosional karyawan, berdasarkan
keterikatan hati secara emosional individual dengan organisasinya, sehingga individu
cenderung untuk mengidentifikasikannya dan melibatkan diri dalam organisasi (want to).
2. Komitmen organisasi normatif, yang mengacu kepada kewajiban karyawan terhadap
organisasi., bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa wajib untuk tetap tinggal dalam
organisasi (ought to).
3. Komitmen organisasi continuance, yaitu mengacu pada biaya yang diperoleh selama hidup
dalam organisasi, berdasarkan pada untung rugi atau pertimbangan costs dan benefits individu
ketika meninggalkan suatu organisasi (need to)
Perputaran atau tingkat keluar masuk karyawan (Turnover Intention)
Perputaran (Turnover) atau tingkat keluar masuk karyawan terjadi ketika karyawan
meninggalkan organisasi dan harus digantikan (Mathis and Jackson, 2006). Teori lain
mengemukakan bahwa Turnover merupakan perilaku menarik diri atau keluarnya karyawan dari
satu organisasi kerja dan kemudian pindah ke organisasi kerja yang lain. (Wijayanti & Listyorini,
2013)
Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti
menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya
manusia. Keadaan tersebut menyebabkan organisasi menjadi tidak efektif karena kehilangan
karyawan berpengalaman. Pendapat tersebut didukung oleh Gregson T yang menyatakan dampak
negatif turnover terdapat pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan individu yang keluar
organisasi. ( Wijayanti )
Penyebab terjadinya turnover secara specifik dipengaruhi oleh
beberapa faktor intrinsik antara lain faktor ekonomi seperti kebutuhan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih baik, faktor organisasi seperti kurangnya keterpaduan dan komunikasi,
dan faktor individual seperti orientasi kognitif atau efektif karyawan dan ketidaknyamanan kerja
(Mobley dkk).
96
Kerangka pikir
PT Tiffakasih Primatama, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kimia
untuk industry kertas, perusahaan yang mulai berdiri pada tahun 1991 ini memasok bahan kimia
berupa kimia / preparat pada industry kertas dari berbagai negara, baik dari Singapura, China
maupun Perancis.
Kebutuhan sumber daya manusia untuk membantu perusahaan tetap berdiri dengan kokoh
adalah dengan melakukan service kepada customer secara rutin dan berkala, baik itu service
secara financial (yaitu : memperhatikan total cost yang dikeluarkan customer untuk biaya
produksi), secara hubungan marketing maupun melakukan service secara teknikal di lapangan.
Beberapa tahun terakhir ini, tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat peningkatan angka
turnover intention yang terjadi pada salah satu devisi dalam perusahaan, yaitu devisi technical
service. Yang berada di bawah supervisi devisi marketing dan manajemen sumber daya manusia
PT Tiffakasih Primatama.
Untuk itu penulis merasa tepat melakukan analisa penyebab terjadinya peningkatan turnover
intention tersebut. Seturut dengan teori teori yang ada dan penelitian penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang, Penulis menduga peningkatan turnover intention
dipengaruhi oleh faktor job insecurity, job satisfaction dan komitmen organisasi.
Pembuktian dugaan tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data primer
berupa pertanyaan yang di berikan kepada sample yang mewakili seluruh populasi, uji validitas
dan reliabilitas, dan analisis regresi.
Model Penelitian
3
4
5
2
1
Hipotesis
Pandangan sementara terhadap karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA devisi technical
service bahwa pengaruh ketidak-nyamanan kerja berpengaruh positif terhadap keinginan
berpindah kerja atau berhenti bekerja pada perusahaan.
H1 : diduga semakin rendah job insecurity maka akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan
kerja.
Kondisi situasi kerja yang di alami technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA,
memperlihatkan ketidaknyamanan kerja mempengaruhi keinginan berpindah kerja melalui
kepuasan kerja pribadi karyawan juga komitmen kepada organisasi atau perusahaan.
H2 : diduga semakin tinggi job satisfaction / kepuasan kerja menyebabkan semakin tinggi
komitmen organisasi
97
Penilaian individu terhadap posisi sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu
seseorang untuk mencari pekerjaan lain. Lebih lanjut Hulin et al. dalam penelitiannya
menemukan bahwa ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya akan menimbulkan keinginan
untuk keluar dari organisasi. Temuan sejenis oleh peneliti lain yaitu Lum dkk juga
mengindikasikan hal yang sama, yaitu adanya hubungan negative antara kepuasan kerja dengan
turnover intention.
H3 : diduga semakin tinggi job insecurity yang dirasakan, semakin tinggi keinginan berpindah
kerja karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA
Karyawan yang merasa puas pada tugas dan lingkungannya akan merasakan adanya
persamaan dengan organisasi dan terlibat pada aktivitas perusahaan. Kepuasan kerja yang di
rasakan individu cenderung mempererat komitmen individu terhadap organisasi, dan loyalitas
karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA yang akhirnya akan menyebabkan rasa
ketergantungan dan tidak ingin keluar dari organisasi
H4 : di duga kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention.
Hubungan antara komitmen organisasional dengan keinginan berpindah kerja, dari hasil
pengujian sebelumnya oleh Agus Arianto Toly, bahwa variabel komitmen organisasi dan variabel
turnover intention walau tidak berkorelasi kuat, namun terbukti dengan tingkat komitmen
organisasi yang tinggi akan sangat kecil keinginan pekerja untuk pindah keperusahaan lainnya.
H5 : diduga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah keinginan berpindah kerja.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Nama perusahaan: PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, Alamat lengkap: jl. Komplek
Multiguna kav D, jalan raya serpong, KM 7, Serpong Tangerang , Status kantor : Head Office,
Waktu Penelitian : Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013
Jenis dan sumber data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, Sumber data
Sumber
perolehan data akan diambil dari pengisian angket pertanyaan yang di distribusikan kepada 59
orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA.
Populasi dan sample
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 orang karyawan yang masih bekerja
pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Sampel dalam kesempatan ini peneliti menggunakan
seluruh populasi sebagai sampel. Yaitu 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA.
Metode analisis data
Berikut ini adalah metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
Uji Validitas untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid akan digunakan uji t,
yang dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Keputusan pengujian validitas
instrumen dengan menggunakan taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut:
1) Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05; maka item
instrumen tersebut dapat digunakan.
2) Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari t0,05; maka item instrumen
tersebut tidak dapat digunakan.
98
Uji reabilitas di tunjukan untuk menguji sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten
apabila pengukuran di ulang dua kali atau lebih jadi reabilitas adalah indeks yang menunjukan
sejauh mana alat ukur dapat di percaya atau diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan dua kali
untuk konsisten. Sebagaimana yang dinyatakan Rina Anindita dan Hasyim menyatakan:
Jika koefisien reabilitas (Alpha) mendekati 1 sangat baik, jika berada diatas 0,8 baik, tetapi bila
berada di bawah nilai 0,6 tidak baik. Artinya, bila nilai Alpha berada di bawah 0,6, maka dapat
dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan tidak konsisten atau pengukuran kita tidak
reliable.
Metode Analisis Jalur
Analisis Jalur digunakan untuk mengetahui apakah data mendukung teori, yang secara apriori dihipotesiskan, yang mencakup kaitan structural antar variabel terukur. Analisis jalur (path
analysis) digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening.
Analisis jalur diperuntukkan menentukan besarnya pengaruh suatu variabel ataupun beberapa
variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.
Diagram Jalur (Path Diagram)
Substruktur 1
Job
Insecurity
X1
Substruktur 2
Organisasi
Job
Satisfaction
X2
Komitmen
Organisasi
X3
Substruktur 3
persamaan regresi 3 adalah pengaruh Job Insecurity, Job Satisfaction dan
komitmen organisasi terhadap Turnover Intention
X1
X2
X3
Y adalah variabel :Turnover Intention
99
1. Job insecurity
didefinisikan Greenhalgh dan Rossenblatt dalam Utami dan Bonussyeani sebagai
ketidakberdayaan seseorang dalam mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi
kerja yang terancam. Job insecurity diukur dengan instrumen multidimensi dari Greenhalgh &
Rosenblatt dan Ashford et al. Jurnal Nur Wening dan jurnal Rony Setiawan dan Bram
Hadianto juga jurnal Utami Bonussyeani. Instrumen ini terdiri dari 7 butir pertanyaan dengan 7
poin skala likert.
2. Job Satisfaction
didefinisikan oleh Vandenberg dan Lance sebagai kondisi menyenangkan atau emosi
positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya.
Instrumen kepuasan kerja di salin dari Hackman & Oldham dalam Nur Wening. Instrumen
terdiri dari 13 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
3. Komitmen organisasi,
Komitmen organisasi menggunakan dimensi Afektif, Normatif dan continuance.
Instrumen komitmen organisasi yang di adopsi dari Meyer & Allen dalam Iverson & Butigieg.
Jurnal Merry Christina dan Sunjoyo, terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
4. Turnover Intention,
Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan
Bonussyeani, sebagai keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif
pekerjaan lain. Keinginan berpindah kerja diukur dengan instrumen dari Kalber dan Forgarty
dalam Utami, Bonussyeani, yang terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
59
100
27
12
2
45.76
20.34
3.39
100
36 40
> 40
6
12
10.17
20.34
Pendidikan terakhir
SMTP
SMU sederajat
D3 sederajat
S1 sederajat
1
52
3
3
1.694
88.14
5.08
5.08
5
23
14
17
8.48
38.98
23.74
28.8
45
5
4
5
76.27
8.47
6.78
8.47
14
23
6
3
5
4
23.73
38.98
10.17
5.08
8.47
6.78
6
44
10.17
74.58
lama bekerja
< 1 tahun
1 3 tahun
3 5 tahun
> 5 tahun
jabatan saat ini
Technical service junior
Technical service senior
Supervisor
Koordinator team
lokasi kerja
Cikarang
Perawang
Jambi
Kerawang
Serang
Surabaya
pengalaman kerja sebelumnya
Tidak diketahui masa lalunya
Tidak ada pengalaman kerja sebelumnya
6.78
8.47
Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan
Bonussyeani, sebagai keinginan
Butir
Nilai korelasi
(pearson correlation)
Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
101
aspek pekerjaan
P1
P2
job event
P3
ancaman
P4
Ancaman
P5
job event
P6
job event
P7
0.679
0.000
Valid
0.558
0.001
Valid
0.104
0.583
Tidak valid
0.344
0.063
Tidak valid
0.456
0.011
Valid
0.173
0.360
Tidak valid
0.603
0.000
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan yang valid
dari variable job insecurity untuk diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 2,5 dan 7
Hasil pengujian validitas job Satisfaction
No
Butir
Nilai korelasi
(pearson correlation)
Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
P1
Keanekaragaman ketrampilan
0.421
0.020
Valid
P2
Umpan balik
0.008
0.966
Tidak valid
P3
Identitas tugas
0.524
0.003
Valid
P4
0.210
0.265
Tidak valid
P5
0.342
0.064
Tidak valid
P6
Otonomi
0.349
0.058
Tidak valid
P7
Identitas tugas
0.196
0.299
Tidak valid
P8
Otonomi
0.479
0.007
Valid
P9
Umpan balik
0.617
0.000
Valid
P10
Otonomi
0.640
0.000
Valid
P11
Umpan balik
0.455
0.011
Valid
P12
Umpan balik
0.446
0.014
Valid
P13
0.288
0.122
Tidak valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk
variable job satisfaction yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 3,8,9,10,11 dan
12.
hasil pengujian validitas Komitmen organisasi
No
Butir
Nilai korelasi
(pearson correlation)
Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
P1
Afektif
0.485
0.007
Valid
102
P2
Afektif
0.094
0.622
Tidak valid
P3
Afektif
0.470
0.009
Valid
P4
Afektif
0.253
0.177
Tidak valid
P5
Normative
0.296
0.112
Tidak valid
P6
Normative
0.381
0.038
Valid
P7
Normative
0.039
0.837
Tidak valid
P8
Continuance
0.581
0.001
Valid
P9
Normative
0.623
0.000
Valid
P10
Continuance
0.617
0.000
Valid
P11
Continuance
0.438
0.015
Valid
P12
Continuance
0.540
0.002
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk
variable komitmen organisasi yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1,
3,6,8,9,10,11 dan 12.
No
P1
P2
Butir
pribadi
dengan
pekerjaan
alternative
Nilai korelasi
(pearson correlation)
Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]
Kesimpulan
0.012
0.949
Tidak valid
0.280
0.135
Tidak valid
103
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
pekerjaan
pribadi
dengan
pekerjaan
dengan
lingkungan
dengan
lingkungan
alternative
pekerjaan
pribadi
dengan
pekerjaan
dengan
lingkungan
dengan
lingkungan
alternative
pekerjaan
alternative
pekerjaan
0.403
0.027
Valid
0.350
0.058
Tidak valid
0.401
0.028
Valid
0.681
0.000
Valid
0.496
0.005
Valid
0.543
0.002
Valid
0.728
0.000
Valid
0.340
0.066
Tidak valid
0.502
0.005
Valid
Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid
untuk variable turnover intention yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan
3,5,6,7,8,9 dan 11.
2. Uji Reliabilitas
Setelah data validitas diperoleh, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan internal konsistensi reliabilitas yang bisa di katakan baik, hal ini di
tunjukkan dari nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0.60. Berikut ini hasil uji reliabilitas,
pada pengujian reliabilitas dengan 30 responden diluar sample, diperoleh nilai Cronbachs
Alpha dari masing masing variabel sebagai berikut :
Variabel
Job Insecurity
0,761
Job Satisfaction
0,818
komitmen Organisasi
0,761
0,476
Turnover Intention
sumber primer, diolah (2013)
Hasil uji reliabilitas dari 4 pertanyaan job insecurity, diperoleh nilai Cronbachs Alpha
0.761 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk job insecurity pada tingkat reliabilitas yang
cukup tinggi / cukup reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan job satisfaction, diperoleh nilai Cronbachs Alpha
0.818 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk variabel job satisfaction adalah reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 8 pertanyaan komitmen organisasi, ternyata diperoleh nilai
Cronbachs Alpha 0.761 menunjukkan pertanyaan untuk mengukur variable komitmen
organisasi cukup reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan turnover intention, ternyata diperoleh nilai
Cronbachs Alpha 0.476 menunjukkan pertanyaan pertanyaan yang mewakili pengukuran
variabel turnover intention reliabel tingkat sedang.
104
Std. Error
Beta
3.069
.363
.704
.131
.344
4.362 .000
2.764 .008
Interpretasi :
Pengaruh langsung dari X1 terhadap X2 = (0.344) (0.344) = 0.118
Yang berarti secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction sebesar 11.8%, dan
sisanya 88.2% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
2. Substruktur 2
persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen
Organisasi,
Pengujian substruktur 2 bertujuan untuk membuktikan apakah komitmen organisasi dapat
berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job satisfaction terhadap keinginan
berpindah kerja.
Hasil analisa regresi dengan melakukan uji t untuk substruktur 2, didapati
(Constant)
Job
Satisfaction
Unstandardiz
ed
Coefficients
Std.
Err
or
1.751
.301
.727
.060
Standardize
d
Coefficients
Sig
.
5.822
.00
0
.00
0
Beta
.850
12.17
9
Interpretasi :
Pengaruh langsung dari X2 terhadap X3 = (0.850) (0.850) = 0.7225
105
Yang berarti secara langsung job satifaction mempengaruhi komitmen organisasi sebesar
72.25 %, dan sisanya 27.75% dipengaruhi oleh variabel lain.
1. Substruktur 3 persamaan regresi 3 adalah pengaruh job insecurity, job satisfaction dan
komitmen organisasi terhadap turnover intention, Pengujian substruktur 3 bertujuan untuk
membuktikan pengaruh dan besarnya pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y,
a. Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak
signifikan terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. output SPSS memberikan
nilai standardized coefficients beta job insecurity pada persamaan sebesar - 0.120 dan
koefisien regresi = 0,395 ( > 0.05, tidak signifikan) yang berarti job insecurity tidak
mempengaruhi turnover intention secara langsung.
b. diketahui hasil output SPSS menunjukkan adanya hubungan kausal antara kepuasan
kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja (turnover intention)
memberikan nilai koefisien regresi yang signifikan pada 0,034 ( < 0.05 ) menunjukkan
variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention. Dan nilai
standardized coefficients beta job satisfaction pada persamaan adalah sebesar - 0.520
dengan hubungan negatif.
c. Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent
dan turnover intention sebagai variable dependent, output SPSS menunjukkan ( = 0.156 ; t = -0.182 ; sig. = 0.469). hasil ini menggambarkan bahwa komitmen
organisasi berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara
signifikan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut :
Secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction, namun pengaruh nya positive,
secara logika ketidak nyamanan kerja berpengaruh negative terhadap kepuasan kerja, semakin
nyaman semakin dirasakan kepuasan. Hasil penelitian substruktur 1 ini gagal mendukung
hipotesis 1 yang disajikan diawal. Ternyata karyawan devisi technical service di PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA mampu meningkatkan antisipasi terhadap job insecurity.
Job satisfaction / Kepuasan kerja dapat juga berperan sebagai variabel intervening pada
pengaruh faktor job insecurity terhadap komitmen organisasi. Karyawan PT TIFFAKASIH
PRIMATAMA devisi technical service yang telah merasakan kepuasan kerja akan merasa aman
dan bebas dari perasaan terancam dalam bekerja, serta dapat berkomitmen pada perusahaan
dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa devisi technical service PT TIFFAKASIH
PRIMATAMA dapat mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja
dalam kekompakan organisasi. Pengujian melalui substruktur 2 menemukan kepuasan kerja (job
satisfaction) secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi,
Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak signifikan
terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. Temuan ini mendukung hasil pengujian Nur
Wening yang menunjukkan bahwa job insecurity secara signifikan dan negatif tidak berpengaruh
terhadap turnover. Namun dicatat dalam jurnal Nur Wening, penemuan Pasewark dan Strawser
menyatakan bahwa job insecurity bukan merupakan prediktor langsung terhadap keinginan
berpindah.
Ada hubungan kausal antara kepuasan kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah
kerja (turnover intention), variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention,
dengan hubungan negatif. Job satisfaction ( kepuasan kerja ) merupakan hal terpenting yang di
rasakan oleh karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Hasil regresi
juga menunjukkan bahwa job satisfaction / kepuasan kerja dapat berperan sebagai variabel
intervening pada pengaruh faktor job insecurity terhadap keinginan berpindah kerja.
106
Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent dan
turnover intention sebagai variable dependent, menggambarkan bahwa komitmen organisasi
berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara signifikan. Hal ini
menunjukkan komitmen organisasi, kesetiaan terhadap organisasi atau perusahaan tidak
mempengaruhi keinginan karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA
untuk pindah kerja. Atau dengan kata lain komitmen organisasi bukan salah satu penyebab
keinginan berpindah kerja.
Saran bagi perusahaan
Melihat hasil pengolahan data kuesioner, terlihat bahwa subvariabel yang memiliki angka
tertinggi adalah kekhawatiran karyawan dalam hal melakukan dan mengantisipasti kesalahan,
atau kepuasan karyawan akan pekerjaan atau jobdes (tugas) mereka dan pengembangan karir. Hal
ini yang diharapkan dapat memenuhi dan memberikan perasaan aman dan nyaman bagi devisi
technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA dan dapat meningkatkan kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan kebutuhan di lingkungan kerja,
seperti kebutuhan terhadap pekerjaan, tingkat supervisi, hubungan sesama karyawan, kesempatan
promosi yang memadai. Berdasarkan hal hal tersebut maka penulis menyarankan kepada top
management PT TIFFAKASIH PRIMATAMA untuk melakukan hal hal sebagai berikut :
Memberikan kesempatan kenaikan jenjang atau tingkat jabatan, yang di iringi kenaikan gaji yang
sesuai dan jelas untuk devisi technical service, dengan melakukan evaluasi kerja team secara
berkala, agar karyawan memiliki motivasi kerja dan target jabatan, yang diharapkan akan
memacu semangat kerja yang pada akhirnya dapat melahirkan kinerja yang baik
Hasil analisa pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention ternyata tidak
memperlihatkan signifikansi, komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi
melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja
dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja pada organisasi terntu memiliki tingakat
komitmen yang berbeda, di sarankan kepada perusahaan, melalui penelitian ini didapati besarnya
pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention maupun komitmen organisasi
Saran penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa saran untuk penelitan selanjutnya
diantaranya adalah sebagai berikut :
Masalah turnover intention yang cukup komplek, sehingga ada banyak terdapat pengaruh
faktor lain yang belum di pertimbangkan untuk di amati. Agar dapat diperoleh hasil yang lebih
representative dan variabilitas data yang lebih banyak.
Jumlah sample penelitian kali ini relative sedikit, walaupun telah memenuhi batas minimal,
tapi tentunya mempengaruhi keandalan pengujian data. Jika memungkinkan untuk penelitian
selanjutnya dapat mengumpulkan lebih banyak sample yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner, angket
berupa kalimat kalimat pertanyaan, kelemahan metode ini adalah memungkinkan terjadinya bias
oleh surveyor, ( common method bias ( Podsakoff et al.,)) tanggapan responden dimungkinkan
tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan
mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap.
Terima Kasih
Segala Puji Sembah juga Syukur ku naikkan bagi MU TUHAN YESUS KRISTUS. Terima kasih
kedua orang tua saya, suami dan anak anak, dosen pembimbing saya ibu Rina Anindita, SE. MM.,
ketua program studi jurusan manajemen bapak Sugiyanto., serta teman-teman Fakultas Ekonomi
2013. Terima kasih atas dukungan serta doanya
107
Daftar Pustaka
Agus Arianto Toly;. (November 2001). "analisis faktor faktor yang mempengaruhi turnover
intentions pada staf kantor akuntan publik". Jurnal akuntansi dan keuangan volume 3, no.
2, 102-125.
Ariati, J. (Oktober 2010). Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) dan kepuasan kerja
pada staf pengajar (dosen) di lingkungan fakultas psikologi Universitas Diponegoro.
Jurnal psikologi Undip vol. 8, no. 2, .
Becker, Thomas, et.al.;. (n.d.). "Employee Commitment : Implications for Job Performance".
Academy of Management Journal. Volume 39, no. 2, 464-482.
Bonaventura Ridya Putra;. (2012). "pengaruh job stressor terhadap turnover intention dengan
kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi". Jurnal studi manajemen Indonesia, volume 1,
no. 2, 72-81.
Bram Hadianto, Rony Setiawan;. (Mei 2013). "job Insecurity dalam organisasi". staf pengajar
fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung, di unduh.
Burich, B. a. (2010). " Creating Learning Organizations in Higher Education : applying a system
perspective". The Learning Organization Volume 17, no. 3.
Chien, Chi Tseng;. (2010). "The effects of Learning Organization on Organization Commitment
and Effectiveness for Small and Medium-Sized Enterprises in Taiwan". Graduate School
University of Minnesota.
Gaertner, S. (1999). , structural determinants of job satisfaction and organizational commitment
in turnover models. 479-493.
Husein Umar;. (1998). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Husein Umar;. (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Imam Ghozali;. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi
kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, ISBN 979.704.015.1.
Indi Djastuti;. (April 2011). "pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi
karyawan tingkat managerial perusahaan jasa konstruksi di jawa tengah". Jurnal bisnis
dan akuntansi, volume 13, no. 1, 1-19.
Ivancevich, et.al. (2005). "organisasi" edisi ke tujuh, penterjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
Kristiana Haryanti, Estuning Ristaniar;. (mei 2013). " komitmen organisasi ditinjau dari kepuasan
kerja dan kualitas hubungan atasan - bawahan (Q-LMX). salatiga.
Lilis Endang Wijayanti, Inon Listyorini;. (February 2013). "pengaruh kepuasan kerja dan
komitmen organisasi terhadap turnover intentions". Universitas Teknologi Yogyakarta.
diakses dari perpustakaan jurnal universitas Esa Unggul.
Lin, Yan-Tsan, et.al.;. (2011). "The Effect of Organizational Commitment on Employee
Reactions to Educational training : An evaluation using the Kirk Patrick Four-level
Model". International Journal of Management. volume 28, no.3. , Part 2.
Luthans. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh. Jogjakarta: Andi.
M. Nursalim, Rezky Yulia Safitri;. (2013). " hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi dengan intensi turnover pada guru ". Character, volume 01, no. 02.
Mangaraja Agung;. (2007). "disonansi kognitif pada mantan narapidana anak yang bergabung
dalam LSM sahabat Andik". Disonansi Kognitif, F. Psi UI.
Meyer and Allen;. (2003). " A Three Component Conceptualization of Organization
Commitment". Human Resources Management Review. volume 1, 61-89.
Nur Endah Sumiwi Bonussyeani, Initiyas Utami;. (Juni 2009). "pengaruh job insecurity, kepuasan
kerja, dan komitmen organisasional terhadap keinginan berpindah kerja". Jurnal akuntansi
dan keuangan Indonesia, volume 6, no. 1, 117-139.
108
Okechukwu, E. A. (2009). Job satisfaction and turnover intention relationship : The moderating
effect of job role centrality and life satisfaction". Moderating : Research and Practice in
Human Resource Management. 17(1),, 24-35.
Robbin, S. P. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh, penterjemah Hadyana Pujaatmaka
dan Benyamin Molan, . Jakarta: Prenhalindo.
Sunjoyo, Merry Christiana;. (mei 2013). " pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional yang di mediasi oleh identifikasi organisasional ". jurnal fakultas ekonomi
universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Thomas, K. a. (2006). " The Learning Organization : a Meta Analysis of themes in Literature".
The Learning Organization. volume 13, no. 2.
Tri Sugiarti;. (2001). " Pengaruh Karakteristik Individu dan Pekerjaan terhadap Komitmen
Organisasional". Jurnal Bisnis dan Manajemen, volume 1, no. 1, 42-55.
Trisnaningsih, S. (2009). " Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Akuntansi". UPN
Veteran jawa timur.
Ulrich, Dave;. (1998). " Human resources Champion. The Next Agenda for Adding Value and
Delivering Results". Boston. Massachussets.: Harvard Business Press.
Ursa, Majorsy;. (Desember 2007). "Kepuasan Kerja, Semangat Kerja dan Komitmen Organisasi
pada Staf Pengajar". Jurnal Psikologi, volume 1, no. 1, 67-79.
Usmara. (2007). "Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia". Jakarta: Amara.
Wening, Nur. (2005). "pengaruh ketidak amanan kerja (job insecurity), sebagai dampak
restrukturisasi terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan intensi keluar survivor".
Kinerja, volume 9, no.2,, 135-147.
Wening, Nur. (Oktober 2005). "pengaruh job insecurity pasca- restrukturisasi terhadap kepuasan
kerja, komitmen dan intensi turnover survivor". Usahawan no. 10 XXXIV.
Yen, Poh Ng. (2011). " Learning Organization Dimensions on Knowledge Sharing : A Study of
Faculty Members in the Private Universities in Malaysia". diunduh .
berbeda terhadap niat beli pengunjung toko Les femmes di Mall Ciputra. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pada toko Les
femmes Mall Ciputra.
Kata kunci : Asosiasi Merek, Atmosfir Toko, Niat Beli
PENDAHULUAN
Di era modern ini, barang branded menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati.
Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang sangat penting di berbagai kalangan baik kalangan
muda maupun tua. Banyak orang yang ingin tampil menarik dan berbeda dari orang lain, apalagi
dalam pergaulan, penampilan sangat penting untuk diperhatikan, bahkan biasanya penampilan
tersebut harus didukung dengan produk bermerek yang eksklusif. Di dunia mode, merek-merek
dalam jajaran luxury brand bukanlah sekadar nama, juga bisa dibilang sebagai penunjang gaya
hidup sampai simbol status si pengguna.
Semakin ketatnya persaingan antar bisnis ritel modern, menyebabkan diperlukannya
peningkatkan kekuatan dalam perusahaaan agar mampu menarik niat beli konsumen yang dapat
dilakukan dengan cara memunculkan keunikan atau suatu ciri khas yang perusahaaan yang dapat
membedakan dengan para pesaing.Pada kondisi persaingan yang ketat, maka brand association
memegang peranan sangat penting. Nilai yang mendasari sebuah merek merupakan sekumpulan
asosiasinya, berarti makna merek tersebut bagi khalayak yang menjadi pijakan dalam
memutuskan pembelian. Namun disamping itu, atmosfir toko juga menjadi salah satu faktor yang
dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke toko les femmes menciptakan store
atmosphere yang berbeda dengan toko fashion lainnya, oleh karena itu peneliti melakukan
penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang dapat meningkatkan niat beli konsumen pada
produk Les femmes karena Les femmes itu sendiri merupakan fashion store terbaru khususnya
dijakarta.
Rumusan masalah
1. Apakah asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?
2. Apakah atmosfir toko toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?
3. Apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk
Les Femmes secara serempak?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh asosiasi merek terhadap niat beli produk Les
Femmes.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh atmosfir toko terhadap niat beli produk Les Femmes.
3. Untuk mengetahui apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli
produk Les femmes secara serempak
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Asosiasi Merek
110
Rangkuti menyatakan bahwa: asosiasi merek adalah segala hal berkaitan dengan ingatan
menegenai suatu merek. Asosiasi tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan.
Ketertarikan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau
terekspos dengan komunikasi dari pihak perusahaan. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek (brand image) di dalam benak
konsumen.
Sedangkan menurut Susanto adalah : hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek
adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan
gaya hidup, kelas sosial, dan peran professional atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi
yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko
yang menjual produk atau wiraniaganya.
Pengertian Atmosfir Toko
Store atmosphere merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap toko. Setiap
toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputarputar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana
terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk
membeli.
Lili Karmela dan Jujun Junaedi menjelaskan bahwa store atmosphere yaitu suasana
(atmosphere) merupakan kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi
dan lingkungan sekitarnya
Niat Beli
(
Atmosfir Toko
(X2)
(Y)
111
Hipotesis :
H1: terdapat pengaruh positif asosiasi merek terhadap niat beli
H2: terdapat pengaruh positif atmosfir toko terhadap niat beli
H3 : terdapat pengaruh positif antara asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli
Z2
4 (Moe)2
Dimana :
Z
= tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penelitian sampel
Moe
= Margin of error, atau tingkat kesalahan maksimum yang
dapat ditolerir.
n
= besarnya sampel.
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria
yang dibutuhkan peneliti adalah
1. Wanita berumur lebih dari 18 tahun.
2. Wanita yang mengunjungi gerai Les Femmes di Mall Ciputra.
Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukurdalam penggunaannya, atau dengan
kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada
waktu yang berbeda.Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,
formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbachs Alpha,
metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.Uji signifikansi dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r
kritis product moment. Atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekara,
reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8
adalah baik.
Analisis Faktor Score
Faktor score spada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variable yang
lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Faktor score, sama
dengan variabel aslinya, juga berupa angka sejumlah pada kasus yang ada. Pembuatan faktor score
akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis regresi atau analisis
deskriminan.
= Nilai residu
Uji Validitas dari hasil Tabel untuk 0.05 dan uji satu sisi
Tabel Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek
Butir Pernyataan
MSA
Keterangan
2
3
5
6
7
8
9
0,883
0,854
0,898
0,881
0,920
0,818
0,860
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
Untuk uji validitas brand association yang terdiri dari 7 pernyataan. Dan semua
pernyataan dinyatakan valid.terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan
pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Component
1
Asosiasi Merek 1
.500
.508
Asosiasi Merek 2
.621
-.236
Asosiasi Merek 3
.750
-.312
Asosiasi Merek 4
.535
.710
Asosiasi Merek 5
.759
.248
Asosiasi Merek 6
.789
-.462
Asosiasi Merek 7
.603
-.033
Asosiasi Merek 8
.864
-.007
Asosiasi Merek 9
.878
-.057
Dilihat dari component matrix brand association diatas dapat dilihat bahwa asosiasi merek
memiliki 2 componen matrix, untuk menjadikan komponen menjadi satu maka pernyataan 1
dan pernyataan 4 tidak diikut sertakan karena pernyataan 1 dan 4 mengelompok ke dalam
komponen 2 dan dilakukan perhitungan ulang dan didapat nilai komponen tabel berikut ini:
Tabel Component Matrix Brand Association ke-2
114
Component Matrixa
Pernyataan
Component
1
Asosiasi Merek 2
.635
Asosiasi Merek 3
.777
Asosiasi Merek 5
.729
Asosiasi Merek 6
.850
Asosiasi Merek 7
.609
Asosiasi Merek 8
.860
Asosiasi Merek 9
.880
MSA
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
Keterangan
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
Untuk uji validitas suasana toko yang terdiri dari 8 pernyataan. Dan semua
pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan sinifikan,
dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Component
1
2
Atmosfir Toko 1
.779
-.080
Atmosfir Toko 2
.817
-.155
115
Atmosfir Toko 3
.811
.040
Atmosfir Toko 4
.760
-.166
Atmosfir Toko 5
.618
.642
Atmosfir Toko 6
.535
.738
Atmosfir Toko 7
.414
.724
Atmosfir Toko 8
.778
-.231
Atmosfir Toko 9
.757
-.324
Atmosfir Toko 10
.852
-.195
Atmosfir Toko 11
.601
-.363
Dilihat dari data component matrix store atmosphere diatas dapat dilihat bahwa
suasana toko memiliki 2 component matrix, untuk menjadikan 1 komponen matrix maka
pernyataan atmofir toko 5, atmosfir toko 6, dan atmosfir toko 7 tidak diikutsertakan
karena pada pernyataan 5, 6 dan 7 mengelompok pada komponen 2.
Dan dilakukan penghitungan ulang maka di dapat nilai component tabel berikut
ini:
Tabel Component Matrix Suasana Toko ke-2
Component Matrixa
Pernyataan
Component
1
Atmosfir Toko 1
.777
Atmosfir Toko 2
.842
Atmosfir Toko 3
.793
Atmosfir Toko 4
.773
Atmosfir Toko 8
.813
Atmosfir Toko 9
.805
Atmosfir Toko 10
.871
Atmosfir Toko 11
.654
MSA
>0,5
>0,5
>0,5
Keterangan
VALID
VALID
VALID
116
0,744
>0,5
VALID
Untuk uji validitas niat beli yang terdiri dari 4 pernyataan. Dan semua pernyataan
dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada
anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Tabel Componenet Matrix Niat beli
Component Matrixa
Pernyataan
Component
1
Niat Beli 1
.908
Niat Beli 2
.891
Niat Beli 3
.878
Niat Beli 4
.906
Untuk uji validitas minat beli yang terdiri dari 5 pernyataan. Dan semua pernyataan
dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada
anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur kuisioner merupakan
indikator dari suatu variabel. Dengan asumsi suatu kuisioner dikatakan reliable apabila
nilai Alpha positif dan > 0,6 dikatakan reliable sedangkan apabila niali Alpha positif dan <
0,6 dikatakan tidak reliable. Daftar kategori reliabilitas:
0,0 0,2
Sangat tidak reliabel
0,21 0,4
Tidak reliabel
0,41 - 0,6
Cukup reliabel
0,61 0,8
Reliabel
0,81 1,0
Sangat reliable
Berikut hasil uji reliabilitas dari masing-masing variabel:
Tabel Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Cronbachs
Alpha
Keterangan
Asosiasi Merek
0,871
Sangat Reliabel
Atmosfir Toko
0,903
Sangat Reliabel
Niat Beli
0,913
Sangat Reliabel
Variabel
Terlihat nilai Cronbachs Alpha dari X1 sebesar 0,871 dimana > 0,61 maka dikatakan
pada uji reliabilitas asosiasi merek sangat reliable. Selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk
variabel X2 yaitu suasana toko. Terlihat bahwa nilai Cronbachs Alpha dari variabel X2
sebesar 0,903 > 0,61 sehingga dapat dikatakan sangat reliable.Dan uji reliabilitas untuk
variabel Y yaitu niat beli terlihat bahwa nilai Cronbachs Alpha dari variabel Y yaitu niat
beli adalah 0,913 dimana > 0,61 maka dikatakan bahwa reliabilitas niat beli sangat
reliable.
Asosiasi Merek 2
Component
1
.620
Asosiasi Merek 3
.771
Asosiasi Merek 5
.612
Asosiasi Merek 6
.781
Asosiasi Merek 7
.629
Asosiasi Merek 8
.832
Asosiasi Merek 9
.874
Pernyataan
Pada hasil data diatas didapat bahwa asosiasi mereek memiliki 1 componen matrix
dengan nilai diatas 0,05.
2. Faktor Score Atmosfir Toko
Component Matrixa
Pernyataan
Component
1
118
Atmosfir Toko 1
.805
Atmosfir Toko 2
.791
Atmosfir Toko 3
.847
Atmosfir Toko 4
.553
Atmosfir Toko 8
.838
Atmosfir Toko 9
.803
Atmosfir Toko 10
.600
Atmosfir Toko 11
.599
Berdasarkan pengujian faktor score, atmosir toko memiliki component matrix 1 dengan
nilai diatas 0,05.
3. Faktor Score Niat Beli
Component Matrixa
Niat Beli 1
Component
1
.761
Niat Beli 2
.852
Niat Beli 3
.839
Niat Beli 4
.884
Pernyataan
Hasil pengujian faktor score, niat beli memiliki 1 nilai component matrix dan diatas 0,05.
Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel independent
yaitu asosiasi merek (X1), atmosfir toko (X2), terhadap variabel dependent yaitu niat beli.
Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 2.1
Pengujian Uji F
119
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama diuji dengan
menggunakan uji F. berikut hasil perhitungannya:
Tabel Hasil Uji ANNOVA
ANOVAa
Model
Regression
Residual
Sum of
Squares
49.402
49.598
df
2
97
Mean
Square
24.701
.511
F
48.308
Sig.
.000b
99.000
99
Total
a. Dependent Variable: NIAT BELI
b. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK
Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS
Hasil pengujian uji F menyatakan pengaruh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko secara
bersama-sama terhadap variabel niat beli ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai dalam kolom
signifikan 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan 0,005 maka diperoleh nilai signifikan
dari uji F yang dilakukan 0,000 < 0,005 sehingga menyatakan bahwa secara bersama-sama
variabel asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli
konsumen Les Femmes di mall Ciputra.
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
.706a
.499
.489
.71506857
a. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK
1
Femmes Mall Ciputra sebesar 0,706dengan koefisien determinasi 0,499 atau 4,99%. Artinya
tingkat niat beli pengunjung dipengaruhi oleh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko,
sedangkan sisanya 5,01% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian.
Pengujian Uji t
Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendirisendiri masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko. Dengan uji t
diperoleh informasi variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap niat beli pengunjung, dapat dilihat dari
tabel dibawah ini
Model
(Constant)
Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.832E-17
.072
ASOSIASI
.149
MEREK
ATMOSFIR
.582
TOKO
a. Dependent Variable: NIAT BELI
T
.000
Sig.
1.000
.119
.149
1.253
.213
.119
.582
4.910
.000
Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap
niat beli dapat terlihat arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara
membandingkan tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh
nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya
seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa secara sendiri-sendiri variabel asosiasi
merek tidak berpengaruh terhadap niat beli secara sendiri-sendiri dengan signifikan 0,213> 0,05,
sedangkan variabel atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli dengan nilai signifikan sebesar
0,000 < 0,05.
121
Dari hasil yang telah dikemukakan pada bab V, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil
analisis tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa faktor asosiasi merek tidak memiliki hubungan atau tidak berpengaruh
terhadap niat beli pada toko Les Femmes di mall Ciputra.
2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa faktor atmosfir toko memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap niat
beli pada toko Les Femmes di Mall Ciputra.
3. Hasil analisis dari pengujian uji f, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa variable asosiasi merek dan atmosfir suasana toko berpengaruh terhadap
niat beli secara bersama-saama pada toko Les Femmes di mall Ciputra.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran yang dapat peneliti
berikan sebagai bahan masukan untuk Les femmes yaitu sebagai berikut:
Dalam upaya meningkatkan niat beli pada toko Les Femmes, sebaiknya pihak manajemen toko
dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan asosiasi merek
karena secara sendiri-sendiri asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat beli. Dalam hal ini
manajemen toko perlu melakukan inovasi terhadap produk-produk Les Femmes baik dari segi
kualitas produk maupun varian produk yang dijual untuk wanita sehingga pangsa pasar yang
ditujukkan lebih meluas tidak hanya untuk kalangan muda namun wanita dengan usia diatas 25
dengan berbagai macam profesi juga dapat menggunakan produk-produk dari Les Femmes tidak
hanya itu dalam penggunaannya produk-produk Les femmes harus dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama maka dari itu kualitas bahan harus diperhatikan dengan baik serta penciptaan
lingkungan toko yang indah,bersih,nyaman serta aman sehingga selain dapat menarik pengunjung
untuk datang juga membuat betah pengunjung yang berada didalamnya. Dengan merasa betah
dapat menimbulkan niat beli terhadap produk-produk yang dilihatnya. Tidak hanya itu,
keramahan dan perhatian karyawan terhadap pengunjung dalam melayani dan memberikan
informasi mengenai produk yang dijual dapat membangun hubungan yang baik antara Les
femmes dengan pelanggan dalam jangka panjang serta dengan hal tersebut membentuk citra yang
baik mengenai Les femmes dalam benak pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Bilson Simamora,Aura Merek,PT.Ikrar Mandiri Abadi,Jakarta,2003
Bilson Simamora, Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,2004
Christian Hadi Wijaya,2013,Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics
Terhadap Purchase Intention Pada The Body Shop Galaxy Mall Surabayahlm.3
122
Clyopaza Kartika dan Anik Lestari,2013,Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga
Terhadap
Niat
Beli
Konsumen
Pada
Samsung
Galaxy
Tab,Jurnal
Ilmu
Manajemen,Vol.1,No.5,hlm.1419
Darmadi Durianto, Sugiarpto dan Tony Sitinjak,Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
dan Perilaku Merek,PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,
Ekuitas
Equity
Lili Karmela dan Jujun Junaedi,2009,Pengaruh Store Athmosphere terhadap Minat Beli Konsumen pada
Toserba Griya Kuningan,Vol.5,No.9
Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research : An Applied Orientation. Pearson Education.
Jersey.hal. 364
New
Pemasaran,Penerjemah
Resti Meldarianda dan Henky Lisan,2008,Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli
Resort Caf Atmosphere Bandung
pada
Reza Jalilvand, Neda Samiel dan Sayed Hassamaldin M,2011,The Effect of Brand Equity on
Purchase Itention,Vol.2,No.2
Rima Zhuhriah,2009,Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli,hlm.35
Singgih, Santoso, Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006
Multivariant,
Susanto B.A dan Himawan Widjanarko, Power Branding:Membangun Merek Unggul dan
Organisasi Pendukungnya, Quantum Bisnis dan Manajemen (PT.Mizan Publika),Cetakan
Pertama,Jakarta,2004
123
ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang
dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses
produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi
efisiensi proses produksi.
Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku
terutama pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin penerapan
kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara
karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus
dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi.
Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku
PENDAHULUAN
124
Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,
mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja secara
efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan dan
memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan kebijakan persediaan
dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.
Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan
menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap
persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal dapat
menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting, sebab sukses
tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran
proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.
Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis
perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,
semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan sistem
yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik,
akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat bantu) untuk
mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa model seperti
EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan MRP.26
Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik
kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi
berdasarkan pada beberapa asumsi.27
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan
dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan)
dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa).
Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo
Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?
2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi
pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?
3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk
?
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT
Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.
26
Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory Management,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31
27
Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92
125
2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses
produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand, Lead
Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling berpengaruh
terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen
perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah
perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang
berjudul Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam. Berdasarkan uji pengaruh dan uji regeresi
dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level, dan
Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi
dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT
Hantong Precision Manufacturing.28
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan
melalui kerangka pemecahan masalah berikut :
Mulai
Data Kuesioner
Analisis SPSS
Kesimpulan
Selesai
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan
Baku
Terhadap
Proses
Produksi
Pada
PT.
Hantong
Precision
Manufacturing
Batam,
www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4
126
menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data penelitian
ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field
research).
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang
karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan di Jl.
Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 Indonesia.
Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang
karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013
No.
Divisi Operation
Jumlah
Persentase
1
LOGISTIC
10 %
PRODUCTION
44
73 %
QA & QC
7 %
WAREHOUSE
7 %
DELIVERY
3 %
60
100 %
Total Responden
Sumber : PT Pelangi Indah Canindo
Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun pertimbangan atau
kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi Operation yang mengetahui
dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT Pelangi
Indah Canindo Tbk.
Operasional Variabel
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu efisiensi
proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan bahan baku.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan
bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity). Variabel
independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan
Stock Out.
Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas
127
Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan
untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu
pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel
yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu.
Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada
responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk
pra penelitian.29
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari
kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai
tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan
kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam
bentuk pra penelitian.30
3. Analisis Deskriptif
Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan
penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan jelas
dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci
apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan demikian setiap
pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang
mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.31
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan
keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai
faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan
dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.32
Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :33
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei
Dimana :
Y
=
Efisiensi Proses produksi
X1 =
Demand
X2 =
Lead Time
X3 =
Safety Stock
X4 =
Reorder Level
X5 =
Stock Out
bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
Ei =
Error
Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi
determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t.
29
Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92
30
Ibid, p.99
31
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177
32
Ibid, p.211
33
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25
128
Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu : metode
Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi
proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan diteliti, yaitu : Demand,
Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi dan
mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi.
Hipotesis
H1
: Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi
H2
: Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi
H3
: Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi
H4
: Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi
H5
: Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi
H6
: Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf
signifikan () sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji
validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut :
1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05.
129
3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05
6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.
7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.
8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.
9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05
11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.
12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.
13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.
14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.
15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05
16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.
17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.
19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.
20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05
21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.
22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.
23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.
24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.
25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.
26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka pada
tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas
dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbachs Alpha dari masing masing variabel, sebagai
berikut :
Jumlah Butir
Pertanyaan
4
4
4
4
3
7
Jumlah
Cronbachs
Alpha
0,834
0,888
0,640
0,691
0,851
0,922
Kesimpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
26
130
Butir Pertanyaan
Penerapan pengendalian persediaan bahan baku
yang dilakukan perusahaan
Kemampuan Perusahaan
Peranan Departemen PPC
Kelancaran proses produksi
Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan
pelanggan
Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan
Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan
Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan
tenggat waktu
Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat
waktu agar tepat waktu
Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku
Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan
pengaman
Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan
baku
Jumlah
Skor
Kesimpulan
272
Sangat Setuju
275
277
271
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
286
Sangat Setuju
283
279
283
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
259
Sangat Setuju
255
Sangat Setuju
245
260
Setuju
Sangat Setuju
285
Sangat Setuju
278
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
283
Sangat Setuju
277
Sangat Setuju
273
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
222
Setuju
231
Setuju
237
Setuju
222
Setuju
230
Setuju
227
Setuju
233
Setuju
131
Variabel
Demand
Reorder Level
Lead Time
Stock Out
Safety Stock
T hitung
4,901
4,199
3,815
1,934
0,104
Sig.
0,000
0,000
0,000
0,058
0,918
132
133
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi Ketiga,
Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004
Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 2008
Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004
Handoko, T.H., Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan 13,
BPFE, Yogyakarta, 2000
Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,
2009
Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama,
UIEU - University Press, Jakarta, 2009
Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008
Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004
Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003
Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008
Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor
1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan Keputusan
Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya Pembelian Pada PT
Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan, www.google.com,
diunduh pada tanggal 17 Februari 2013
Riyanto, B., DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001
Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012
Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000
Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000
Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober
2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring Indonesia
di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada tanggal 31 Juli 2013
Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba Empat,
Jakarta, 2008, p.387
Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001
Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision
Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada
tanggal 29 Mei 2013
Yunarto, H.I. & Santika M.G., Business Concepts Implementation Serises in Inventory
Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005
134
Nina Merdiana
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ninamerdiana4@gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Faktor Retailing
Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. Bagaimana kecenderungan keputusan
pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk. Faktor
Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service, Store Design & Display,
Communication Mix sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel
dependen. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang pernah
melakukan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Metode analisis
yang digunakan adalah diskriminan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Store Design & Display dan Communication
Mix memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan faktor Customer Service tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Pricing tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Location tidak memiliki
pengaruh yang signifikan, dan faktor Merchandise Assortment tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang adalah faktor
Store Design & Display. Kemudian dilakukan analisis kualitatif diperoleh hasil bahwa responden
yang sering melakukan pembelian adalah perempuan usia dewasa dan karyawan swasta. Setelah
melakukan analisis diskriminan maka diperoleh hasil persamaan diskriminan Z Score = -11,588
+ 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.
Kata kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian.
Pendahuluan
Latar Belakang
Perdagangan besar dan perdagangan eceran sangat penting dalam proses penyaluran
barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit bagi produsen untuk
menyaluran barangnya walaupun produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada
konsumen atau kepada pengecer. Perusahaan yang bergerak di bidang ritel atau perdagangan
eceran selalu berusaha memikat hati para konsumennya dengan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen melalui produk yang berkualitas, harga yang bersaing, program promosi
135
yang menarik, kenyamanan berbelanja serta pelayanan yang prima. Industri ritel modern terbagi
terbagi menjadi beberapa kelompok seperti hypermarket, supermarket dan minimarket. Segmen
bisnis ritel tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan luas area penjualan, jumlah item serta
jenis itemnya. Minimarket merupakan jenis ritel modern yang paling agresif memperbanyak
jumlah gerai, misalnya Indomaret . Tidak heran, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini
kita dapat melihat betapa menjamurnya pertumbuhan minimarket di sekitar kita.
Menurut Data Consult, kenaikan jumlah gerai ritel terutama dipicu oleh pertumbuhan
gerai minimarket yang fenomenal. Jika pada tahun 2007 total gerai minimarket hanya 8.889 maka
pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai sekitar 15.538 gerai. Sedangkan pada 2011
diperkirakan akan meningkat menjadi 16.720 gerai.
Para peritel harus semakin memahami konsumen dalam berbelanja, khususnya Store
Design & Display mengenai kenyamanan dan penataan barang. Menurut Sopiah dan Syihabudin
di dalam bukunya mengatakan bahwa, desain toko merupakan 5 materi penting untuk
menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa berat berada disuatu toko. Pada
intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman
berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi.
Menurut Bob Foster di dalam bukunya mengatakan bahwa, Display adalah usaha yang
dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan
membeli. Display atau presentasi atau memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko
swalayan. Display yang baik akan membangkitkan minat pelanggan untuk membelinya. Definisi
umum display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli
agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya.
Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa
kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang
dari produsen sampai kepada konsumen. Levy dan Weitz menyebutkan bahwa retailing adalah
himpunan kegiatan bisnis yang menambahkan nilai ke produk dan jasa yang dijual kepada
konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Retailing memiliki elemen yaitu Location
(lokasi), Merchandise Assortment (ragam produk), Pricing (penetapan harga), Customer Service
(pelayanan konsumen), Store Design & Display (desain toko dan display) dan Communication
Mix (bauran komunikasi).
Mengingat keinginan konsumen yang beragam, penting bagi pihak perusahaan untuk
mengetahui dan memahami perilaku pembelian konsumen, sehingga perusahaan mampu
mengembangkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen adalah
studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,
dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian di
Indomaret (Studi kasus pada konsumen Indomaret di Perumahan Vila Tomang Baru,
Tangerang).
Rumusan Masalah
136
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari 2014 sampai dengan Mei
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
2014 di
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan
dijawab oleh responden. Kuesioner bertujuan untuk mengukur persepsi responden digunakan
Skala Likert. Pertanyaan didalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-4 untuk
mewakili pendapat dari responden.
Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku
literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan untuk
mengetahui berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh
langsung dari objek penelitian yaitu dengan melalui penyebaran kuesioner dan menggunakan data
sekunder yang merupakan informasi yang diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak lain
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter).
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang sudah pernah melakukan
pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang yang jumlahnya tidak
diketahui.
Menetapkan populasi dalam penelitian ini menggunakan Quota Sampling dimana
pengambilan sampel ini dilakukan jika populasi tidak diketahui jumlahnya sehingga peneliti harus
menentukan sendiri jumlah sampel yang diinginkan. Metode pengambilan sampel yang
digunakan yaitu Purposive Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti
merupakan anggota populasi.
METODE ANALISA DATA
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian.
Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur
indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur.Secara statistik satu pertanyaan dianggap
sah jika memiliki nilai tertentu.
Penentuan kevalidan suatu instrument diukur dengan membandingkan r-hitung dengan
r-tabel. Adapun penentuan disajikan sebagai berikut:
1)
2)
Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan
proses analisis diulang untuk butir valid saja. Untuk menghitung nilai korelasi setiap pertanyaan
dengan total jawaban, menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut :
n( XY ) ( X )( Y )
r
n X 2 ( X ) 2 (n Y 2 ( Y ) 2 )
Keterangan :
r
= Koefisien korelasi
= Jumlah skor total item
X
Y
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama.
Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. uji reliabilitas data digunakan
rumus cronbach alpha yaitu:
Reliabilitas instrumen
Banyaknya butir pertanyaan kuesioner
Jumlah varians butir
Varians total
Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki nilai koefisien keandalan atau
alpha lebih dari atau sama dengan 0,6. Perhitungan uji reliabilitan ini juga dilakukan dengan
bantuan komputer dengan program SPSS for Windows.
Untuk menganalisa tingkat kecenderungan konsumen mengambil keputusan berdasarkan
variabel dependent yang dibagi menjadi dua pada diskriminan dengan keterangan sebagai
berikut :
Kode
Nilai
Sering Membeli
Jarang Membeli
3. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah sebuah teknik untuk menganalisis data ketika criterion
atau variabel dependen bersifat kategoris dan prediktor atau variabel independen bersifat
interval. Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang dimiliki oleh
variabel kriterion. Bila variabel kriterion mempunyai dua kategori, teknik analisisnya dikenal
sebagai analisis diskriminan dua kelompok. Jika terdapat tiga atau lebih kategori, teknik
analisisnya dikenal dengan analisis diskriminan majemuk.
Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah bahwa dalam analisis dua variabel,
dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan
majemuk, dapat dihitung lebih dari satu fungsi.
Model analisis diskriminan terdiri dari kombinasi linier dari bentuk berikut :
D = b0 + b1 X + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6
Dimana :
D = Keputusan Pembelian
b = koefisien diskriminasi atau bobot
X1 = Location
X2 = Merchandise Assortment
X3 = Pricing
X4 = Customer Service
139
N AZ B
NA
NBZ A
NB
Dimana:
Zcu
= Cutting score untuk nilai yang sama
NA
= Jumlah anggota grup A
NB
= Jumlah anggota grup B
ZA
= Centoroid grup A
ZB
= Centroid grup B
Definisi Operasional Variabel
Didalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : variabel dependent dan independent
yang termasuk variabel dependentnya adalah, keputusan pembelian sebagai (Y) dan yang
termasuk variabel independentnya adalah Retailing Mix.
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
1. Strategis
2. Mudah dijangkau
3. Tersedia lahan parkir
Location
(X1)
Merchandise
Assortment
(X2)
1. Rentang produk
2. Kualitas produk
1. Harga tetap (fixed price) yang tertera
jelas pada rak barang
2. Harga yang bersaing
1. Jam operasional gerai
2. Menangani keluhan
3. Kemudahan pembayaran
4. Penyediaan trolley dan keranjang
dalam jumlah cukup
5. Jumlah kasir yang memadai
1. Kenyamanan
2. Penataan barang
Pricing
(X3)
Bauran Eceran
(Retailing Mix)
(X)
Customer Service
(X4)
Keputusan Pembelian
(Y)
Keputusan Pembelian
Produk
1. Iklan
2. Promosi penjualan
3. Pemasaran langsung dan Pemasaran
interaktif
Pertimbangan Akhir Sebelum Membeli
Produk
0 = Sering Membeli
1 = Jarang Membeli
Indomaret
Konsumen Indomaret di
Perumahan Vila Tomang
Baru - Tangerang
140
Retailing Mix
(X)
Location (X1)
Merchandise Assortment (X2)
Keputusan Pembelian
F
e
e
d
b
a
c
k
Hipotesis :
H1 : Terdapat pengaruh positif antara Location terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H2 : Terdapat pengaruh positif antara Merchandise Assortment terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H3 : Terdapat pengaruh positif antara Pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H4 : Terdapat pengaruh positif antara Customer Service terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
Berdasarkan hasil tabulasi pada kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas maka peneliti
melakukan uji diskriminan,untuk mengetahui faktor retailing mix manakah yang mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
141
Location
Merchandise Assortment
Pricing
Customer Service
Store Design & Display
Communication Mix
Wilks'
Lambda
,992
,988
,997
,997
,959
,954
F
,750
1,229
,338
,324
4,157
4,713
df1
df2
1
1
1
1
1
1
98
98
98
98
98
98
Sig.
,389
,270
,562
,570
,044
,032
Variables Entered/Removed
Min. D Squared
Step
1
Entered
Statistic Between Groups
Communication
,190 Sering Membeli
Mix
and Jarang
Membeli
2
Store Design &
,391 Sering Membeli
Display
and Jarang
Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Statistic
4,713
Exact F
df1
df2
Sig.
1 98,000 ,032
4,786
2 97,000
,010
Structure Matrix
Function
1
Communication Mix
Store Design & Display
Pricinga
Locationa
Customer Servicea
Merchandise Assortmenta
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
,698
,656
,305
-,071
-,013
,005
142
Faktor
Fungsi
1.
Communication Mix
0,698
0,656
Sering Membeli
Jarang Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Jarang Membeli
Z = -0,344
,281
-,344
Sering Membeli
Z = 0,281
143
Keputusan
Pembelian
Original
Count Sering Membeli
Jarang Membeli
%
Sering Membeli
Jarang Membeli
a
Cross-validated Count Sering Membeli
Jarang Membeli
%
Sering Membeli
Jarang Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Predicted Group
Membership
Sering
Jarang
Membeli
Membeli
30
25
13
32
54,5
45,5
28,9
71,1
29
26
13
32
52,7
47,3
28,9
71,1
Total
55
45
100,0
100,0
55
45
100,0
100,0
Dari pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan. Dengan
demikian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat pengaruh positif antara location terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel location yang
memiliki tingkat signifikan 0,389 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa location
tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
2. Tidak terdapat pengaruh positif antara merchandise assortment terhadap keputusan pembelian
di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
merchandise assortment yang memiliki tingkat signifikan 0,270 > 0,05. Hasil kesimpulan
yang dapat ditarik bahwa merchandise assortment tidak signifikan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian.
3. Tidak terdapat pengaruh positif antara pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel pricing yang
144
4.
5.
6.
7.
8.
memiliki tingkat signifikan 0,562 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pricing
tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Tidak terdapat pengaruh positif antara customer service terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
customer service yang memiliki tingkat signifikan 0,570 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa customer service tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Terdapat pengaruh positif antara store design & display terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel store
design & display yang memiliki tingkat signifikan 0,044 < 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa store design & display signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Terdapat pengaruh positif antara communication mix terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
communication mix yang memiliki tingkat signifikan 0,032 < 0,05. Hasil kesimpulan yang
dapat ditarik bahwa communication mix signifikan dalam mempengaruhi keputusan
pembelian.
Adapun faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang adalah faktor store design & display (kenyamanan,
penataan barang).
Fungsi diskriminan untuk kasus ini adalah :
Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix. Berdasarkan
fungsi ini kita dapat mengetahui bahwa kecenderungan seseorang untuk sering membeli dan
jarang membeli adalah karena mereka melihat dari sisi Store Design & Display dan
Communication Mix yang ada di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
mempertahankan mengenai kenyamanan dan penataan barang, akan lebih baik jika
ditambahkan iringan musik dalam format audio visual dan lebih diperhatikan kebersihan
lantai agar konsumen nyaman dalam berbelanja. Communication Mix, menurut peneliti
perusahaan harus tetap mempertahankan yang sudah dilakukan mengenai iklan, promosi
penjualan, pemasaran langsung dan pemasaran interaktif seperti melalui brosur, papan iklan,
undian berhadiah, potongan harga pada produk-produk tertentu, katalog dan website namun
akan jauh lebih baik jika perusahaan beriklan melalui media televisi.
Terima Kasih
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta junjungan nabi besar Muhammad SAW atas
rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya Ibu Nani
Wijaya, Bapak RD. Rusdiyono, Adik saya Ferdy Rahadian, Dosen pembimbing saya Ibu Dra. Iin
Endang Mardiani, S.E, M.E, Ketua program studi Bapak Drs. Sugiyanto, MM, Dekan Fakultas
Ekonomi Dr. MF Arrozi A, SE, M.Si, Akt, CA serta teman-teman Fakultas Ekonomi angkatan
2010. Terima kasih atas dukungan serta doanya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep ST Sujana, 2013, Manajemen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses.
Bilson Simamora, 2002, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Bandung: ALFABETA.
Data
Bisnis
Ritel
Modern,
http://www.datacon.id/Ritel-
Ecampinindonesia,
2014,
Alasan
Mengapa
Indomaret
dan
Berdekatan,http://www.ecampindonesia.com/5-alasan-mengapa
alfamart-selalu-berdekatan.
Alfamart
selalu
indomaret-dan-
Hasyim dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta
: UIEU-University Press.
Husein Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
___________, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Indomaret, 2014, Profil Perusahaan, http://www.indomaret.co.id/profil-perusahaan.
Junitrianto Kantohe, Merlyn Karuntu. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Berbelanja pada Fiesta Pasar Swalayan Manado, Jurnal EMBA, Vol.2, No.1, Hal 6677.
Levy and Weitz, 2004, Retailing Manajemen, New York : Mc Graw Hill.
Naresh, Malhotra, 2010, Riset Pemasaran, Jilid 2, Jakarta : Indeks.
Philip Kotler and Kevin Lane keller, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas Alih
Bahasa Benyamin Molan, Jakarta : Indeks.
146
Philip Kotler and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
____________________________, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas Jilid
Satu, Jakarta : Penerbit Erlangga.
147
Nurchalim
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta Barat
nurchalim94@ymail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan atas dasar gencarnya promosi iklan Top Coffee yang dilakukan
oleh PT Wings Food di berbagai media. Dalam penelitian sebelumnya, dihasilkan bahwa
penggunaan seorang celebrity endorser akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
dalam memberi barang, namun survey yang dilakukan oleh abi callysta dalam artikelnya yang
berjudul Kuatnya Iklan Top Coffee belum mampu menggeser konsumen kopi sejati,
mengatakan bahwa promosi melalui iklan yang dilakukan tersebut belum efektif. Penelitian
skripsi ini bertujuan untukmengetahui pengaruh celebrity endorser Iwan Fals terhadap
keputusan pembelian Top Coffee: Studi kasus di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.
Dalam pengambilan sampel menggunakan Purposive Samplingdan penentuan banyaknya
jumlah sampel menggunakan quota samplingkarena jumlah populasi tidak diketahui. Data telah
diuji validitas dan reliabilitas dengan menyebarkan kuesionerdan dilakukan analisis selanjutnya.
Hasil analisis didapatkan bahwa 4 hipotesis yang diterima dari 5 hipotesis yang diajukan.
Hipotesis yang pertama yaitu atribut celebrity endorser secara serempak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian, hipotesis yang kedua yaitu atribut credibility secara individu berpengaruh
terhadap keputusan pembelian,hipotesis yang ketiga yaitu atribut attractiveness secara
individuberpengaruh terhadap keputusan pembelian, hipotesis yang keempat yaitu
atributpowersecara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Kata kunci : Credibility, Attractiveness, Power, dan Keputusan Pembelian
Pendahuluan
Disaat keadaan perekonomian yang semakin pelik ini banyak terjadi persaingan di
berbagai bidang kehidupan, yang juga termasuk di dalamnya persaingan dalam dunia
bisnis.Banyak perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen atau
pangsa pasar, sehingga hal ini membuat perusahaan terus maju dalam memperbaiki bisnisnya
yang dengan maksud untuk mendapatkan profit.Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi,
perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal
dengan perusahaan lainnya.Dengan adanya keinginan serta kebutuhan manusia yang semakin
meningkat dan bermacam-macam sepanjang waktu, baik itu dalam kebutuhan primer, sekunder,
maupun tersier, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi suatu pelaku industri dalam bidangnya.
Agar perusahaan dapat tumbuh serta berkembang sesuai tujuan, maka perusahaan harus
dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan
148
berbagai strategi yang tepat agar tidak tersisih dari persaingan bisnis. Selain itu perusahaan harus
juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa yang akan datang dan harus
bisa bersaing dengan perusahaan lain yang berkecimpung di dalam jenis bisnis yang sama. Hal
tersebut perlu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta kemajuan perusahaan
dalam dunia bisnis ini.
Saat memasarkan produknya, sebuah perusahaan memerlukan berbagai strategi yang jitu
agar dapat menjaring banyak konsumen, yaitu salah satunya melalui media apa perusahaan
memasarkan serta menggunakan siapa perusahaan dalam mengenalkan produk-produknya. Oleh
karena itu perusahaan harus menunjuk dengan tepat siapa orang yang paling pantas untuk menjadi
icon dari produk yang sedang diiklankannya, sehingga saat konsumen melihat orang tersebut
melalui berbagai media, dalam benaknya langsung mengingat serta menggambarkan produk
perusahaan yang pernah di perkenalkan olehnya.
Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memasarkan produknya
yaitu dengan menggunakan celebrity endorser.Banyak perusahaan yang rela menggelontorkan
uang banyak untuk menjadikan seorang selebriti terkenal sebagai endorser produknya. Dengan
adanya celebrity endorser ini diharapkan akan berdampak positif terhadap penjualan produk suatu
perusahaan, yang tentu saja perusahaan tersebut harus benar-benar memilih dengan tepat siapa
yang cocok. Karena celebrity endorser tersebut harus dapat menciptakan atau merubah persepsi
masyarakat terhadap suatu produk yang diwakilinya dan apabila perusahaan dengan gegabah
dalam menentukannya bisa saja hal tersebut akan menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Saputra, penggunaan
celebrity endorser (visibility, credibility, attractivenessdan power) akan berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan dan secara parsial variabel
yang paling dominan adalah credibility.
Frans M. Royan menyatakan bahwa seorang selebriti akan sangat berpengaruh apabila
memiliki kredibilitas yang didukung faktor keahlian, sifat dapat dipercaya dan adanya kesukaan.
Serta menurutnya iklan yang menarik dan dibawakan oleh seorang selebriti yang sedang ngetop
akan mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penjualan.
Dalam persaingan industri di Indonesia, salah satu perusahaan yang menggunakan
celebrity endorser adalah PT Wings Food melalui anak perusahaannya PT Harum Alam Segar
pada produknya yang bermerek Top Coffee.Dalam iklannya, Top Coffee menggandeng salah satu
musisi ternama di Indonesia sebagai celebrity endorser-nya yaitu Iwan Fals.
Keberanian PT Wings Food menggunakan salah satu legenda musik ternama di Indonesia
sebagai endorsernya, serta menampilkan iklan yang berulang kali di berbagai media, tentu saja
tidak menghabiskan biaya yang sedikit.Karakter Iwan Fals yang tegas dan selalu mencirikan
Indonesia dalam setiap karya lagu-lagu yang diciptakannya sesuai dengan visi maupun misi yang
dibawa oleh Top Coffee.
Namun, dalam artikel yang dimuat dalam www.kompasiana.com pada tanggal 14
Desember 2012, survey yang dilakukan oleh Abi Calliysta di kabupaten Jombang, hasilnya
menunjukkan bahwa gencarnya iklan dan hebatnya ide PT Wings Food dengan mengawinkan
ketenaran citra Iwan Fals dengan Top Coffee di berbagai media belum mampu meraih pangsa
pasar konsumen kopi instan, dan ia dalam surveynya menyimpulkan sesuai teori mowen bahwa
penikmat kopi sejati mulai beralih ke merek lain hanya karena alasan ingin mencoba-coba bukan
karena berpindah ekstrim 100%.
Berdasarkanpenelitian sebelumnya dan teori yang dikemukakan, serta adanya fenomena,
maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan
149
Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee( Studi Kasus di
Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat)
Rumusan Masalah
1. Apakah celebrity endorser yang atributnya terdiri dari credibility (X1), attractiveness (X2),
dan power (X3), secara serempak berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top
Coffee?
2. Apakah credibility (X1) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
3. Apakah attractiveness (X2) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh
terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
4. Apakah power (X3) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
5. Atribut celebrity endorser (Credibility (X1), attractiveness (X2), Power X3)) manakah yang
paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
Landasan Teori
Celebrity Endorser
Menurut Shimp (2004:6) yang dialih bahasakan oleh sahrial dan anikasari, Celebrity Endorser
adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal dalam mendukung suatu iklan.
Menurut Schlecht (2010:228) Celebrity Endorser adalah individu yang terkenal oleh publik atas
prestasinya selain daripada produk yang didukungnya. Peni Hapsari, seorang selebriti yang
digunakan sebagai endorser harus Menurut Belch dan belch (2001:172) yang dimuat dalam
penelitian Ajeng memiliki atribut credibility, attractiveness, danpower.
a. Credibililty
Kredibilitas selebritis menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk
yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi
yang tidak biasa dan objektif, dan pada penelitian ini atribut credibility memiliki indikator
yaitu (1). Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki
endorser yang berkaitan dengan produk yang diiklankan, (2). Trustworthiness, mengacu pada
kejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang sumber.
b. Attractiveness
Attractiveness seorang endorser dengan tampilan fisik yang baik dan karakter yang
menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan,
dan atribut attractiveness memiliki indikator, (1). similarity, merupakan persepsi khalayak
yang berkaitan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa
karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang
150
ditampilkan pada iklan, dan sebagainya. (2). familiarity yaitu pengenalan terhadap narasumber
melalui exposure atau sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan
tingkat keseringan tampil di publik, dan (3). likability yaitu mengacu pada kesukaan audiens
terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter
personal lainnya.
c. Power
Power adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat mempengaruhi
pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut,
yaitu :
1) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis yang patut responden
ikuti atau teladani.
2) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis mampu dijadikan sebagai
idola acuan.
Keputusan Pembelian
Dalam sepanjang hidupnya, manusia akan terus menerus akan berusaha untuk memenuhi
segala keinginan serta kebutuhannya yang makin bervariasi dan beragam dalam kehidupan. Hal
tersebut menjadi peluang yang cukup menggiurkan bagi banyak produsen untuk mendapatkan
laba dengan selalu menciptakan produk-produk yang baru dengan disertai dengan inovasi juga ide
yang dapat menarik minat para konsumen untuk membeli. Namun, dengan banyaknya produsen
yang mengeluarkan variasi dari setiap jenis produknya, dapat membuat kosumen bingung
menentukan apa yang menjadi kebutuhannya.
Pengertian keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485) adalah suatu
keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2008:179), saat menentukan keputusan dalam
membeli suatu produk, konsumen akan melalui beberapa proses dan proses tersebut meliputi
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.
a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan yaitu pembeli merasakan serta
menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan
internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa haus, lapar, seks dan
sebagainya timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.
Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau
diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli motor baru. Pada tahap ini,
pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhsan atau masalah apa yang
timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen
pada produk tertentu.
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin
mencari informasi lebih banyak. Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari lebih
banyak informasi atau mungkin tidak.
151
Jika keinginan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen
itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen konsumen akan
menyimpan kebutuhannya itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan. Contohnya, setelah anda memutuskan bahwa memerlukan
mobil baru, paling tidak, anda mungkin lebih banyak mamperhatikan iklan mobil, mobil milik
teman, dan percakapan tentang mobil atau mungkin anda dengan aktif mencari bahan bacaan,
menelpon teman, dan mengumpulkan informasi dengan cara lain.
c.
Evaluasi Alternatif
Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen
menggunakan informasi yang telah didapatkan untuk memilih serta mengevaluasi merek
alternatif dalam sekelompok pilihan.
Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif tergantung konsumen pribadi serta
situasi pembelian tertentu. Ada beberapa konsumen yang hanya sedikit melakukan evaluasi
atau bahkan tidak mengevaluasi sama sekali, yang kemungkinan mereka membeli berdasarkan
referensi dari keluarga, teman, ataupun tetangga.
Pemasar harus mengetahui dan mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara
mereka dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu bagaimana proses evaluasi apa
yang dilakukan pembeli, pemasar dapat mengambil langkah untuk mendapatkan pembeli
tersebut agar membeli produk dari perusahaannya.
d. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian yaitu tahap proses dimana konsumen menjatuhkan keputusan dan
pilihannya untuk membeli produk.
e.
152
2.3
Ha5
Credibility
Ha1
Ha4
Attractiveness
Keputusan
Pembelian
Pembelian
Power
Ha3
Ha2
Ha1: Diduga atribut celebrity endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3))
secara serempak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha2: Diduga credibility (X1) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha3: Diduga attractiveness (X2) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha4: Diduga power (X3) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha5: Diduga Atribut Celebrity Endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), dan power
Metodelogi Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.
Waktu yang digunakan dalam penelitian mulai dari pengambilan data, pra survey hingga
analisis data dilakukan pada bulan MaretMei 2014.
buku-buku, jurnal, internet, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik yang
sedang diteliti dan studi kepustakaan.
n(
r
n
X2
XY ) (
(
X ) 2 (n
X )(
Y2
Y)
(
Y)2 )
Keterangan :
r
= Koefisien korelasi
X = Jumlah skor total item
Y
= Jumlah responden
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah nilai yang menunjukkan konsistensi suatu instrumen terhadap
pengukuran indikator/variabel.
Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data digunakan
rumus cronbach alpha yaitu:
Reliabilitas instrumen
Banyaknya butir pertanyaan kuesioner
Jumlah varians butir
Varians total
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara :
1. Ukur ulang (repeat measure) adalah pemberian pertanyaan kepada responden atau calon
responden dengan pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda (sebulan lagi, dua
bulan lagi, atau seterusnya), dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan
jawabannya.
2. Ukur sekali (one shot) adalah pengukuran angket yang hanya dilakukan sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan yang lain. Dalam penelitian ini
pengukuran yang digunakan adalah cara ukur sekali.
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel
yang ada biasanya variabel X dan Y menampilkan simbol dari suatu data dimana Y sebagai
variabel tergantung dan X sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y
a
b
X1
X2
X3
:Keputusan Pembelian
:Kostanta
:Angka arah atau koefisian regresi
:Credibility
:Attractiveness
:Power
Uji f digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi
sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen.
Perhitungan besarnya R2 (koefisien determinasi) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar variabel brand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan
asosiasi merek) mempengaruhi loyalitas.
Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan brand image (keunggulan
asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) terhadap loyalitas.
Sebaliknya R2 yang mendekati 0% menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang diberikan
olehbrand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi
merek) terhadap loyalitas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas
Berkaitan dengan variabel credibility, attractiveness, power dan keputusan pembelian terdapat
20 butir pertanyaan. Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa dari 20 butir pertanyaan terdapat 2
pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 1 dan 5 karena hasil signifikanya diatas 0,05
(R > 0.05). Sehingga pertanyaan yang tidak valid tersebut dihapus. Sedangkan 18 pertanyaan lain
yang memiliki nilai signifikannya dibawah 0,05 (R < 0.05 dianggap valid dan dapat digunakan
untuk penelitian ini.
Hasil Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alatukur yang digunakan atau
sejauh mana alat ukur dapat dipercaya ataudiandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel
jika hasil perhitunganmemiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,6.
Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha
.905
N of
Items
20
156
Unstandard
ized
Coefficients
Sig.
B
1.
(constant)
-,535
,324
2.
credibility
,193
,049
3.
Attractiveness
,247
,024
4.
Power
,578
,000
Unstandard
ized
Coefficients
Sig.
B
1.
(constant)
-,535
,324
2.
credibility
,193
,049
3.
Attractiveness
,247
,024
4.
Power
,578
,000
Uji F
Tabel 5.5 Hasil Uji f
ANOVAb
1.
2.
3.
Model
Regression
Residual
Total
F
51.150
Sig.
.000a
R Square
Std. Error Of
The Estimate
,784
,603
,98218
Dari tabel 5.6 di atas nilai model summary besarnya R Square adalah 0,615. Hal ini
berarti bahwa variabel independen (celebrity endorser) memberikan kontribusi pengaruh
kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 61,5%, Sedangkan sisanya sebesar
38,5% (100%-61,5% = 38,5%). Menunjukan bahwa 38,5% adalah yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
3. Variabel Credibility, Attractiveness, Dan Power Secara Serempak Berpengaruh Terhadap
Keputusan Pembelian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, memberikan hasil bahwa secara serempak atau
bersama-sama variabel credibility, attractiveness, dan power yang terdapat pada endorser
Iwan Fals mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli Top Coffee.
4. Variabel Credibility Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian.
158
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan
membawakan iklan, serta konsumen percaya atas informasi yang diberikan olehnya dalam
iklan Top Coffee.
5. Variabel Attractiveness Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals sebagai endorser Top Coffee merupakan selebriti yang
sudah terkenal dimata masyarakat, selain itu masyarakat pun banyak yang menyukai
kemunculan sosok Iwan Fals dalam iklan Top Coffee.
6. Variabel Power Secara individu Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa power seorang Iwan Fals sebagai
endorser mempengaruhi keputusan pembelian Top Coffee. Hal ini menunjukkan bahwa Iwan
Fals dengan pengaruh dan kharismanya telah dapat mempengaruhi keputusan pembelian Top
Coffee.
7. Variabel Power Sebagai Yang Paling Dominan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals dengan pengaruh dan kharismanya dalam
membawakan iklan Top Coffee lebih dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli,
dibandingkan dengan keahliannya dalam membawakan iklan, dipercayainya oleh masyarakat,
terkenal, serta disukainya Iwan Fals oleh masyarakat.
Saran
Saran dari penulis kepada perusahaan PT Wings Food sebagai berikut:
1. Disarankan bagi perusahaan PT Wings Food terlebih khususnya untuk produk Top Coffee,
agar tetap mempertahankan Iwan Fals sebagai celebrity endorser-nya, karena menurut hasil
analisis dalam penelitian ini bahwa seorang bintang iklan Top Coffee yaitu Iwan Fals yang
ditunjuk sebagai endorser mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli
Top Coffee.
2. Saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut:
Dalam penelitian ini hanya fokus dalam variabel credibility, attractiveness dan power
terhadap keputusan pembelian. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan
variabel lainnya yang memungkinkan dapat mempengaruhi penelitian ini serta jumlah sampel
diperbesar atau diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, Rina. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa SMU Di Tangerang Dalam
Keputusan Pembelian Kartu IM3 Prabayar. Jurnal Ekonomi. 2010
Djatnika, Tjetjep. Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007
Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo Terhadap Keputusan
Pembelian Shampoo Loreal. 2010
Hasyim dan Anindita, Rina. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta :
Uieu-University Press 2009
Kata, Muli dan Siahaan. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda
Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio Automatic Club (MAC) Medan. Jurnal Manajemen
Bisnis. 2008
159
Kennedy, John dan Soemanagara, RD. Marketing Communication: Taktim dan Strategi. PT
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta : 2006
Kotler, dan Keller, Kevin Lane. Marketing Management. Edisi Keempat Belas. New Jersey :
Prentice Hall International. 2012
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta: 2008
Kotler, Philip. Dasar-Dasar Pemasaran: Principles Of Marketing. Pt Indeks Kelompok Gramedia
9th Edition. Jakarta: 2003
Monle, Lee. dan Johnson Carla. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global.
Prenada. Jakarta: 2004
Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Ramdina Prakarsa. Jakarta: 2007
Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Prenada Media Group. Jakarta: 2007
Royan, Frans. Marketing Selebrities. Jakarta : Pt Elex Media Komputindo: 2004
Santara, Mutiara Ayu. Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Anggun C. Sasmi Terhadap
Keputusan Pembelian Sampo Pantene. Jurnal Marketing Communication. 2012
Saputra, Hendra. Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Ponds. Jural Keuangan Dan Bisnis. 2010
Schelect. The Basic Principles Of Marketing. Better Sconnoi. San Fransisco : 2008
Schiffman dan Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.
Jakarta. 2007
Sheyrent dan Leonid Julivan. Analisa Prediksi /Penilai Efektivitas Penggunaan Selebritis Sebagai
Brand Endorser Untuk Membangun Brand Image . Jurnal Manajemen Pemasaran. 2013
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Shimp, Terence. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Erlangga. Jakarta: 2008
Soemanagara, Rd. Strategic Marketing Communication. Alfabeta. Bandung: 2006
Sulistya, Endang dan Widya, Dina. Pengaruh Agnes Monica Sebagai Celebrity Endorser Sebagai
Pembentukan Brand Image Honda Vario. Jurnal Bisnis Dan Manajemen. 2012
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen. Bogor Selatan : PT Ghalia Indonesia. 2002
160
ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi
kemudahanpenggunaan terhadap penggunaan internet banking melalui sikap.
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Ciledug Kota Tangerang, dengan jumlah sampel seratus
responden dengan menggunakan quota sampling untuk menentukan jumlah sampel dan purposive
sampling untuk pemilihan kriteria responden dengan uji statistik menggunakan path analysis
menggunakan software SPSS v16.00.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif
terhadap sikap dan sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya internet
banking.
Hal tersebut dapat terjadi karena nasabah tidak melihat dari seberapa besar manfaat yang
didapat dari penggunaan internet banking namun dari seberapa mudah internet banking
digunakan, hal ini yang menentukan sikap nasabah dalam penerapan penggunaan internet
banking.
Keyword : Internet Banking, Technology Acceptance Model, Attitude
PENDAHULUAN
Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini
didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga ke kotakota kecil. Dalam survei dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33 Propinsi Indonesia itu juga
terungkap bahwa pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta
orang atau telah mencapai 28% dari total populasi.Naiknya penetrasi internet tidak lepas dari
upaya pemerintah dengan Pemerintah melalui Kemenkominfo yang sepanjang 2013 berhasil
memperkuat infrastruktur internet di daerah-daerah guna pemerataan akses informasi
ke masyarakat (www.metrotvnews.com/tekno diakses tanggal 18 januari 2014).
Dapat dipastikan untuk tahun 2014 pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh
mengingat dari kegunaan internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat berbagai klangan,
baik dari pelajar hingga dunia Industri. Dengan didorong pertumbuhan pengguna
perangkat mobile khususnyajenis smartphone di Indonesia dari tahun ke tahunnya mengalami
pertumbuhan yang signifikan di dunia ini. Menurut hasil studi bertajuk "Getting Mobile
Right"yang diprakarsai oleh Yahoo dan Mindshare, saat ini ada sekitar 41,3 juta
pengguna smartphone dan 6 juta pengguna tablet di Indonesia. Jumlah tersebut diyakini bakal
161
TINJAUAN PUSTAKA
Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) merupakan suatu model
penerimaan system teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Model penerimaan
teknologi atau technology acceptance model (TAM) dikembangkan oleh Davis et al. berdasarkan
model TRA oleh Fishben dan Ajzen .Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang
dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi system informasi merupakan tindakan
162
sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua
konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kemanfaatan persepsian
(Perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use).TAM
beragumentasi bahwa penerimaan individual terhadap system teknologi informasi ditentukan oleh
dua konstuk tersebut.
Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian
(perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention).
Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa
system teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Kegunaan persepsian (perceived usefulness)
juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use) tetapi tidak
sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan system jika system bermanfaat baik system itu
mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. System yang sulit digunakan akan tetap
digunakan jika pemakai merasa bahwa system masih berguna.
Model dasar TAM yang dikembangkan oleh davis digambarkan pada Gambar Model
Technology Acceptance Model (TAM) :
Gambar 1
Model Technology acceptance model (TAM)Davis (1989)
Kemanfaatan
Persepsian
(Perceived
Usefulness)
Sikap Terhaadap
Perilaku (Attitude
towards Behavior)
Minat
Perilaku
(Behavior
Intention)
Penggunaan
Teknologi
Sesungguhnya
(Actual
Technology Use)
Kemudahan
Penggunaan
Persepsian
(Perceived
Ease of Use)
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian eksplanatori (explanatory
research). Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan denganquota sampling di karenakan
jumlah populasi tidak diketahui sehingga peneliti menentukan sendiri jumlah sampel dalam
penelitian ini dan cara menentukan responden digunakan teknik purposive sampling. Adapun
lokasi pada penelitian ini adalah kawasan Ciledug kota Tangerang. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh nasabah perbankan yang ditemui dan pernah menggunakan fasilitas layanan
internet banking. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Operasionalisasi variabel digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat kecocokan
model yang telah dibangun berdasarkan konstruk teori yang menjadi acuan pada penelitian ini.
Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan
penyusunan kuesioner berdasarkan dimensi maupun indikator yang ada. Adapun operasionalisasi
variabel pada penelitian ini sebagai berikut : a). Persepsi Kegunaan (XI), yaitu Sistem informasi
dari fasilitas internet banking apakah berguna bagi nasabah yang memakainya atau tidak. b).
Kemudahan Penggunaan (X2), yaitu system informasi yang dipercayai oleh nasabah apakah
164
system informasi tersebut mudah digunakan atau tidak. c). Sikap (Y1), merupakan penilaian
nasabah terhadap system informasi dari fasilitas internet banking yang mereka terima. d).
Penggunaan Sesungguhnya (Y2), merupakan suatu keinginan nasabah dari penerimaan system
informasi fasilitas internet banking.
Desain Penelitian
Persepsi
Kegunaan
Penggunaan
Sesungguhnya
Internet
Banking
Sikap
Persepsi
Kemudahan
Gambar 2
Desain penelitian dimodifikasi oleh peneliti
Hipotesis
H1 : Diduga persepsi kemanfaatan (perceived usefulness)
(perceived ease of use)berpengaruh terhadap sikap.
165
Pernyataan
mempunyai
Nilai-t
pengaruh 1,243 < 1,984
Keterangan
Persepsi kegunaan
terhadap sikap
Terdapat
pengaruh
Tidak
terdapat
pengaruh
Tidak
terdapat
pengaruh
Sikap
mempunyai
perngaruh
penggunaan sesungguhnya
Terdapat
pengaruh
0,9674
0,9664
Persepsi
1.
Kegunaan
x1z = -0,126
(t = -1,278)
(X1)
x1y= 0,121
x2z = 0,253
(t = 1,243)
t = 2,587
Sikap
x1&y1= -0,008
(sig = 0,205)
Tidak
terdapat
pengaruh
(Y)
Penggunaan
Sesungguhnya
Internet
Banking
(Z)
1
x2y = 0,257
Persepsi
Kemudahan
t = 2,628
x2z = 0,005
(t = 0,053)
(X2)
Gambar 3
Diagram Jalur Model II Hasil Perhitungan
166
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Persepsi Kemudahan PenggunaanTerhadap Sikap
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel Persepsi Kemudahan
Penggunaan(X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap. Hal ini
ditunjukkan oleh variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan(X1) yang memiliki nilai
signifikansi 0,010 yang berarti < 0,05, dan besarnya pengaruh yang diberikan sebesar 0,257
atau 25,7%. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Mayasari yang menunjukan bahwa
persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap sikap. Tetapi
persepsi manfaat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maharsi dan Yuliani serta hasil penelitian
yang dilakukan oleh Arief yaitu persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan terhadap sikap.
Pada kenyataannya dengan memanfaatkan i-banking banyak keuntungan yang dapat diperoleh
nasabah terutama mengenai waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena i-banking terbebas
dari antrian dan dapat dilakukan dimana saja selama nasabah memiliki sarana pendukung.
Namun, yang terjadi nasabah masih enggan menggunakan i-banking karena banyak faktor
seperti faktor keamanan dalam transaksi perbankan di internet rawan terhadap pengintaian
dan penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Banyaknya kejadian pembobolan ibanking karena komputer milik nasabah dapat disusupi virus dan trojan horse sehingga datadata yang berada di komputer pengguna (seperti nomer PIN, nomor kartu kredit, dan kunci
rahasia lainnya) dapat disadap, diubah, dihapus dan dipalsukan. Hal ini salah satu faktor yang
membuat nasabah enggan memanfaatkan dari penggunaan fasilitas internet banking.
2. Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan Sesungguhnya
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel sikap(Y) secara individual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai signifikansi variabel sikap (Y) sebesar 0,011 yang berarti < 0,05, dan besarnya
pengaruh yang diberikan sebesar 0,253 atau 25,3%. Hasil pengujian ini sesuai dengan
penelitian Ericsson dan Arief bahwa sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan
sesungguhnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap nasabah kepada penggunaan
sesungguhnya i-banking adalah faktor kepercayaan. Seperti pada penelitian yang dilakukan
Risna yang membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan nasabah terhadap internet
banking, maka nasabah akan semakin mudah mengadopsi internet banking, begitu pula
sebaliknya. Salah satu bentuk ketakutan yang kerap terjadi adalah bahwa internet banking akan
mengarahkan orang untuk berurusan dengan lingkungan bisnis tanpa kertas.Nasabah takut
bahwa jika mereka tidak memiliki bukti terulis setiap melakukan transaksi, yang
mengakibatkan kekhawatiran jika terjadi sesuatu maka mereka tidak bisa mempunyai bukti
yang kuat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kurangnya kepercayaan nasabah akan
fasilitas internet banking yang mengakibatkan sikap mereka penuh dengan keraguan dalam
menggunakan fasilitas tersebut.
kemanfaatan ataupun kemudahan penggunaan layanan oleh nasabah yang akan menentukan sikap
nasabah terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking. b). Model akhir yang memenuhi
kriteria fit-nya model penelitian adalah hasil modifikasi terhadap model awal penelitian TAM. c).
Tidak signifikannya variabel kemanfaatan terhadap sikap dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
tidak adanya pengaruh antara variabel kemanfaatan terhadap sikap. Meskipun responden merasa
bahwa internet banking memberikan manfaat dalam kegiatan perbankan mereka, namun hal ini
tidak meningkatkan sikap maupun keinginan mereka untuk menggunakan kembali internet
banking. Rasa takut akan keamanan fasilitas internet banking masih diragukan oleh nasabah
setelah melihat beberapa kejadian pembobolan data nasabah dengan dimasukinya ruang data oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab. d). Persepsi kemudahan penggunaan membuat responden
memiliki sikap positif untuk menerima layanan internet banking. Hal ini dikarenakan nasabah
merasa mudah dalam menggunakan layanan internet banking dengan teknologi yang mereka
miliki seperti handphone, PC ataupun laptop. e). Variabel independen dalam penelitian ini yakni
persepsi kemudahan penggunaan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar.
Hal ini terlihat dari nilai Total Effect pada perhitungan pengaruh diagram jalur sebesar 0,489. f).
Masih rendahnya penggunaan layanan internet banking oleh nasabah perbankan ternyata selama
ini kebanyakan dari responden masih mempunyai persepsi yang kurang positif terhadap layanan
internet banking. Walaupun nasabah mengeri akan manfaat atas kontribusi layanan internet
banking terhadap kegiatan perbankan mereka, namun penggunaan internet banking masih minim
dilakukan oleh nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan.
Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan
kepada perusahaan perbankan di Indonesia yang memberikan layanan internet banking kepada
para nasabahnya, adalah sebagai berikut : a). Saran dari penulis kepada perusahaan perbankan,
jika dilihat dari hasil penelitian terhadap nasabah yang ditemui oleh penulis yang menjadi
responden bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan yang memiliki pengaruh paling
besar. Perusahaan perbankan diharapkan dapat meningkatkan pengenalan dan memberikan
pengetahuan kepada para nasabah mengenai nilai yang didapatkan dalam menggunakan layanan
internet banking melalui publisitas maupun secara langsung kepada nasabah yang melakukan
kegiatan perbankan di kantor cabang suatu bank sehingga nasabah dapat mengetahui manfaat dari
penggunaan layanan internet banking. Perusahaan perbankan juga disarankan untuk
meningkatkan sosialisasi pengenalan dari fitur-fitur yang terdapat dalam layanan internet banking
lebih terperinci agar nasabah mengetahui akan suatu kegunaan dari fitur layanan internet banking
dan mulai beralih menggunakan internet banking di masa yang akan datang. b). Saran dari
penulis kepada peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini yang diteliti hanya terbatas pada
pengaruh persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan terhadap penggunaan sesungguhnya
internet banking melalui sikap dimana pada penelitian ini hanya variabel persepsi kemudahan
penggunaan yang berpengaruh positif terhadapa sikap dan variabel sikap berpengaruh positif
terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking,maka disarankan untuk penelitian
selanjutnya agar dimasukkan variabel-variabel lainnya seperi variabel kepercayaan dan keamanan
dimana dalam banyak penelitian sudah banyak dilakukan namun tidak pada penlitian ini serta
memodifikasi model penelitian dengan variabel lain yang memperkuat suatu hubungan variabel
yang satu dngan yang lainnya namun tetap mengacu kepada penelitian yang sudah ada serta
sampel dan populasi penelitian lebih diperluas.
Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat dan
segalanya dalam menyelesaikan skripsi saya dan para dosen dalam menyalurkan ilmu mereka
168
sehingga saya dapat terapkan ilmu tersebt pada dunia nyata serta para teman dan sahabat
seperjuangan saya.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior andHumanDecision
Processes. Vol. 50; 179-211.
B.A., Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005."
Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived ease of Use, and User Acceptance
ofInformation Technology. MIS Quarterly. Vol 13 (3); 319-340.
Deshpande, Rohit, and Gerald Zaltman. "A Comparison of Factors Affecting Use of Marketing
Information in Consumer and Industrial Firms." Journal of Marketing Research
(JMR) 24.1
(1987).Baca
Online
(http://www.jstor.org/discover/10.2307/3151759?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=2110
3783165911)
Eriksson, Kent, Katri Kerem, and Daniel Nilsson. "Customer acceptance of internet banking in
Estonia." International Journal of Bank Marketing 23.2 (2005): 200-216.
Fiol, C. Marlene, and Marjorie A. Lyles. "Organizational learning." Academy of management
review 10.4 (1985): 803-813.
Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behaviour: An Introduction
toTheory and Research. Addison-Wesely. Boston. MA.
Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi
Hartono Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisni. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2007
Juwaheer, Thanika Devi, Sharmila Pudaruth, and Priyasha Ramdin. "Factors influencing the
adoption of internet banking: a case study of commercial banks in Mauritius." World
Journal of Science, Technology and Sustainable Development 9.3 (2013): 204-234.
King, William R., and Jun He. "A meta-analysis of the technology acceptance
model." Information
&
Management 43.6
(2006):
740-755.Baca
Online
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378720606000528)
Maharsi, Sri, and Yuliani Mulyadi. "Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Nasabah." Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 9.1 (2008): pp-18.
Mayasari, F., Kurniawati, E. P., & Nugroho, P. I. (2011). Anteseden dan Konsekuen Sikap
Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka
Technology Acceptance Model (TAM)(Survey pada Pengguna KlikBCA). Semantik, 1(1).
Rahardjo, Budi. "Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet Banking." PT Insan Indonesia.
PT INDOCISC (2001).
Ramadhani, Risna. "Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap
Layanan Internet Banking di Semarang: Dengan Menggunakan Pendekatan TAM." Jurnal
Akuntansi Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (2008).
Sarwono, Jonathan. 2012. Path Analysis. Jakarta: PT Elex Media Computindo
Sulistiyarini, Suci. "Pengaruh Minat Individu Terhdap Penggunaan Mobile Banking: Model
Kombinasi Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior
(TPB). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1.2 (2013). Tidak Dipublikasikan
169
Thanika, D. J., Pudaruth, S., & Ramdin, P. (2012). Factors influencing the adoption of internet
banking: A case study of commercial banks in mauritius. World Journal of Science,
Technology
and
SustainableDevelopment, 9(3),204234.doi:http://dx.doi.org/10.1108/20425941211250552
Whiteside, John, et al. "User performance with command, menu, and iconic interfaces." ACM
SIGCHI
Bulletin.
Vol.
16.
No.
4.
ACM,
1985.Baca
Online.(http://dl.acm.org/citation.cfm?id=317490)
Wibowo, Arief. "Kajian Tentang Perilaku pengguna sistem informasi dengan pendekatan
technology acceptance model (TAM)." Program Studi Sistem Informasi, Fakultas
Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara,
Jakarta Selatan (2008).
Wijayanti, Ratih. "Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris
Terhadap Nasabah Bank Di Depok)." (2012).
170
Kurniawan Sriprasetyo
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
kurniawan_sriprasetyo@rocketmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan
pembelian ponds. Variabel independen terdiri atas iklan dan citra merek, sedangkan variabel dependen
adalah keputusan pembelian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang
responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi
regular aktif angkatan 2010 dan 2011 yang pernah melihat iklan dan menggunakan ponds. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05) dan
citra merek memiliki nilai signifikan sebesar 0.035 (<0,05), sehingga iklan dan citra merek memiliki
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan
dan citra merek secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian,
karena nilai signifikannya sebesar 0,000 (<0,05).
Kata kunci: iklan, citra merek dan keputusan pembelian
PENDAHULUAN
Perkembangan pada zaman sekarang menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi
suatu perusahaan yang berada di seluruh dunia. Seiring perkembangan zaman dan tantangan
bisnis ini, salah satu implikasinya adalah dengan perdagangan bebas yang mengharuskan semua
pelaku bisnis baik yang bergerak dalam bidang industri perdagangan maupun jasa harus mampu
bersaing dalam dunia bisnis.
Tingginya tingkat persaingan, mengindikasikan banyaknya brand (merek) produk dengan
jenis yang sama, yang beredar di pasaran. Hal itu menyebabkan persaingan antar brand (merek)
menjadi sangat tinggi. Di lain pihak, para konsumen memilki sebuah sikap terhadap brand
(merek) yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi
ataupun tidak disenangi secara konsisten.
Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itulah
perusahaan berusaha terus memperkenalkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu,
terutama konsumen yang menjadi target marketnya. Untuk dapat memiliki mencapai itu semua,
secara tidak langsung, perusahaan wajib untuk membangun citra dari merek secara keseluruhan
yang baik, dan lalu menjaga citra tersebut.
171
No. Merek
1
2
3
4
5
6
Ponds
Biore
Papaya
(RDL)
Shinzui
Dove
Nivea
4.0 %
3.0 %
2.9 %
Tabel 1. Top Brand Index kategori sabun pembersih wajah tahun 2012-2013
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun 2012-2013
diduduki masih berada oleh merek Ponds walaupun masih urutan top, pada tahun 2013 Ponds
hanya mendapatkan sebesar 34.9 %, padahal pada tahun 2012 mendapatkan sebesar 42.5 %.
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Iklan dan Citra
Merekterhadap Keputusan Pembelian Ponds (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Esa
Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011 ).
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah
pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara iklan terhadap keputusan pembelian Ponds?
2. Apakah terdapat pengaruh antara citra merek terhadap keputusan pembelian Ponds?
3. Apakah terdapat pengaruh antara iklan dan citra merek secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian Ponds?
172
MODEL PENELITIAN
IKLAN
(X1)
CITRA MEREK
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Y)
(X2)
: Diduga ada pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan pembelian Ponds.
173
METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: iklan, citra merek dan keputusan
pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan
independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), iklan
(X1), citra merek (X2) adalah sebagai variabel independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti
menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
:
:
:
:
:
:
Keputusan Pembelian
Konstanta
Angka arah atau koefisian regresi
Iklan
Citra Merek
Standard error
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
.700
.398
Iklan (X1)
.585
.102
Model
1
citra_merek .283
.133
(X2)
a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Sig.
1.759
.082
.529
5.737
.000
.197
2.133
.035
Uji t
Tabel 3 Hasil uji t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Std. Error
Beta
(Constant)
.700
.398
Iklan (X1)
.585
.102
Model
1
citra_merek .283
.133
(X2)
a. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Sig.
1.759
.082
.529
5.737
.000
.197
2.133
.035
Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel iklan (X1) memiliki nilai
signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya,
variabel iklan (X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Nilai signifikansi variabel citra merek (X2) pada tabel diatas yakni 0,035 yang
berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel power (X3)
secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
175
Uji F
Tabel 4 Hasil uji f
ANOVAb
Sum
Squares
Model
1
of
df
Mean Square F
Sig.
Regression 13.749
6.874
.000a
Residual
97
.184
17.865
37.325
Total
31.614
99
a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan
b. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas diperoleh F hitung sebesar
37,325 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05)
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat
pula dikatakan bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama
berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian (Y).
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary
Model R
Adjusted
R Square Square
R Std. Error of
the Estimate
1
.659a
.435
.423
.42916
a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan
Tabel 5 Hasil Koefisiensi determinasi
Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted
R Square adalah 0,423. Hal itu berarti variabel independen (iklan dan citra merek)
memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar
43.5%. Sedangkan sisanya (100%-42.3% = 57.7%) 57.7 % dijelaskan oleh sebab-sebab
yang lain diluar model.
176
Fuad, Christine, dkk. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006.
Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran.Jakarta : UIEU-University Press 2009.
Hendra Noky Andrianto dan Idris. Jurnal Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek,
Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Jenis MPV Merek
Toyota Kijang Innova Di Semarang.
Jerry S. Wilson dan Ira Blumenthal.Managing Brand You: Seven Steps to Creating Your
Most Successful Self. (USA: AMACOM Div. American Management Ass 2008)
Kotler, Philip and Garry Amstrong.Principles of Marketing. New Jersey: Pearson
Education Limited, 2012
Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. AlihBahasa :
Bob Sabran. Erlangga.Jakarta.2008.
Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. Alih Bahasa :
Bob Sabran. Erlangga. Jakarta. 2008.
Michael Korchia. A New Typology of Brand Image, European Advance in Consumer
Research, Vol. 4, 1999.
Mohammad Rizan, Basrah Saidani, Yusiyana Sari, Pengaruh Brand Image dan Brand
Trust terhadap Brand Loyaly The Botol Sosro, 2012.
Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Ramdina Prakasarsa,
Tangerang, 2007.
Muly Kata Sebayang dan Simon Darman O Siahaan, Jurnal Pengaruh Celebrity
Endorser terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio pada
Mio Automatik Club (MAC) Medan.
Palantupen, Octaviani. Jurnal pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk
shampoo.
Rangkuti, Freddy.Creating Effective Marketing Plan.PT. Gramedia PustakaSchiffman
& Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.
Jakarta. 2007.
Setyo Ferry Wibowo dan Maya Puspita Karimah, Jurnal Pengaruh Iklan Televisidan
Harga terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux.
Shimp, Therence. Periklanan dan Promosi.Jakarta : Erlangga 2007.
Simamora. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemasaran, Bumi Aksara, Jakarta. 2005.
Sugiyono, 2002.Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Suyanto, M. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia.
Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern.Penerbit Liberty,
Yogyakarta. 2002.
Tjiptono,Fandy.Pemasaran
Jasa,
Malang,
Bayumedia,
2005
www.pondsinstitute.co.uk/history.php.
Wahyuni, Sri. Jurnal Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Citra Merek Dan
Dukungan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli
Skuter Matik Merek Honda Di Kota Semarang.
Zimri Remalya. Periklanan dan Citra Merek Pengaruhnya Terhadap Keputusan
Pembelian
Kendaran
Bermotor
Yamaha.
Jurnal
EMBA
2013.
178
ABSTRAKSI
Semakin selektifnya konsumen dan di dalam pemilihan produk dan perkembangan arus informasi
yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi, membuat perusahaan harus tanggap
dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran menggunakan iklan hingga kini masih dianggap
cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia. Salah satu cara untuk
menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah produk ini adalah untuk membuat penggunaan
endorser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi antara daya tarik
(attractiveness) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, apakah interaksi antara kepercayaan
(trustworthiness)dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, dan untuk mengetahui apakah keahlian
(expertise) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli pada produk Garnier BB cream pada
mahasiswi angkatan 2011 dan 2012 reguler aktif dan eksekutif aktif Universitas Esa Unggul. Analisis
menggunakan metode deskriptif, dan Two-way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu; daya tarik
(attractiveness) , kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) mempengaruhi minat beli.
Tetapi pada variabel kepercayaan (trustworthiness) dan keahlian (expertise) , tipe endorser tidak
mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel daya tarik (attractiveness), tipe endorser
mempengaruhi minat beli.
Kata kunci: daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness) , keahlian (expertise), minat
beli
Pendahuluan
Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau
dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat
ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat konsumen dapat menyerap informasi serta
pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini,
perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat
mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan informasi
tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga konsumen akan memberikan
tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada
konsumen yaitu iklan. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah
produk ini adalah untuk membuat penggunaan endorser. Menurut Byrene at al dalam Waldt
et al (2009 : 102) transfer karakteristik endorser ke produk dapat terjadi ke target konsumen
179
jika mereka seperti atau bercita-cita untuk memiliki karakter endorser tersebut dan hal itu
secara sengaja akan memanggil mereka untuk tindakan untuk membeli produk atau jasa.
Sosok endorser dapat berasal dari kalangan celebrity dan orang biasa / noncelebrity.
Endorser sebagai pemimpin pendapat (opinion leader) yang menyampaikan pesan hingga
sampai ke konsumen mengenai merek produk. Menurut Tom et al dalam Waldt et al ( 2009 :
102), khalayak sasaran umumnya memiliki perasaan positif terhadap celebrity endorser.
Byrne at al dalam Waldt et al ( 2009 ), menyatakan bahwa celebrity sering digunakan oleh
organisasi , karena mereka dapat dengan mudah meningkatkan merek organisasi dan
menghemat sumber daya dalam menciptakan kredibilitas melalui mentransfer nilai-nilai
mereka untuk merek . Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan celebrityyang sesuai
dengan image merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri "celebrity endorser, yaitu
seorang juru bicara buatan (created spoke person/non celebrity endorser). Di sana dibuat dua
jenis juru bicara, sebuah organisasi dapat membuat ; baik orang-orang nyata memerankan
peran dan animasi / peran imajiner (Waldt et al, 2009, p.103).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al (2009:111) , disisi lain
mengadakan perbandingan antara celebrity endorser dengan Juru bicara buatan (created
spokeperson) dengan hasil penelitian bahwa celebrity endorser dianggap lebih
berpengalaman dan dapat dipercaya dibandingkan dengan Juru bicara buatan (created
spokeperson). Juga, daya tarik celebrity endorser dan kredibilitas celebrity endorser dianggap
lebih menarik dibandingkan dengan Juru bicara buatan / created spokeperson (Waldt et al,
2009). Selain penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al, penelitian yang dilakukan oleh
Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74), menyatakan bahwa Kredibilitas endorser yang
terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), keahlian (expertise)
berpengaruh terhadap minat beli (purchase intention).
Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak. Banyak produk BB
cream yang menggunakan celebrity sebagai bintang iklan sebagai endorsernya. Untuk
mengkomunikasikan produk terbarunya, Loreal Indonesia juga meluncurkan dua versi iklan
Garnier BB cream yaitu dengan menggunakan celebity endorser dan typical-person endorser.
Versi pertama iklan Garnier BB cream yaitu iklan dengan menggunakan celebrity endorser
yaitu Pevita Pearce. Sedangkan versi kedua yaitu iklan menggunakan typical-person endorser
sebagai endorser.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER
TERHADAP MINAT BELI (STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM).
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:68) , Kredibilitas sumber tersebut diukur
dengan 3 dimensi yaitu daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), dan
keahlian (expertise). Ketiga dimensi ini dimaksudkan sebagai ukuran kredibilitas sumber
(source credibility).
Daya tarik (Attractiveness)
Menarik bukan hanya terbatas pada sesuatu yang indah atau bagus secara fisik, meskipun
hal tersebut merupakan salah satu atribut penting dalam pemilihan selebriti sebagai bintang
iklan. Namun, yang lebih penting adalah karakteristik seseorang yang dapat dijadikan
seorang pendukung seperti kemampuan intelektual, kepribadian, kepemilikan property, gaya
hidup, dan kecakapan atletis.
180
Daya tarik endorser merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki endorser dalam berperan
sebagai endorser. Menurut Sertoglu et al (2014, p.69) daya tarik adalah stereotip asosiasi
positif
pada
orang
dan
tidak
hanya
mensyaratkan
daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti kepribadian dan kemampuan atletik.
Endorser yang dianggap menarik lebih cenderung untuk memimpin maksud pembelian.
Daya tarik bisa menjadi pengaruh besar atas konsumen dibandingkan dengan yang kurang
menarik (Sertolu et al, 2014, p.69)
Kepercayaan (Trustworthiness)
Kepercayan merupakan salah satu atribut penting dalam mendukung kredibilitas sumber.
Tanpa adanya kepercayaan, atribut lainnya yang dimiliki oleh komunikator tidak akan efektif
dalam menghasilkan perubahan sikap. Kepercayaan adalah kejujuran , integritas dan
kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan (Sertoglu et al, 2014, p.69)
Keahlian (Expertise)
Keahlian yang dimiliki oleh endorser memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan
kredibilitas endorser itu sendiri. Keahlian adalah sejauh mana endorser yang dianggap
memiliki cukup pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan untuk mempromosikan produk
(Sertoglu et al, 2014, p. 69).
Keahlian seorang pendukung seperti seorang ahli terkadang bukan suatu hal yang penting,
namun masalahnya adalah bagaimana penonton dapat mempresepsikan selebriti tersebut
sebagai seorang ahli. Kepercayaan dan keahlian menunjukkan kredibilitas seseorang yang
dijadikan endorser pada produk tertentu.
Pengertian Endorser
Endorser diartikan sebagai : Orang orang yang terlibat dalam penyampaian pesan,
dapat secara langsung ataupun tidak langsung. ( Bearden, Richard, Mary dalam Bruno
Hasson : 2008)
Pengertian Endorser yang dikemukakan oleh Shimp (2007:329) adalah Sebagai
pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang
diiklankan.
Shimp (2007) juga membagi endorser dalam 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Celebrity Endorser, adalah orang terkenal dan dapat mempengaruhi karena prestasinya.
b. Typical-person Endorser, adalah orang-orang biasa yang tidak terkenal untuk
mengiklankan suatu produk.
Kedua jenis endorser di atas memiliki atribut dan karakteristik yang sama tetapi
dibedakan hanya dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya, apakah tokoh yang
digunakan seorang tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahasan hanya terfokus pada
penyampai pesan yang menggunakan celebrity endorser saja sedangkan untuk typical-person
endorser dianggap konstan.
181
Attractiveness
Trustworthiness
Expertise
H1
H2
Purchase
Intention
H3
Gambar 1. Model Konseptual. Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli.
183
184
Metodologi Penelitian
Tempat Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Populasi adalah adalah seluruh mahasiswi Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi
reguler aktif dan eksekutif aktif angkatan 2011-2012 dan bersedia untuk melihat iklan
Garnier BB Cream yang ditunjukkan oleh Peneliti.
Metode yang digunakan adalah convenience sampling dimana Pemilihan sampel
dilakukan dengan pembagian kuisioner secara langsung kepada responden. Dengan
menyebarkan kuisioner kepada responden, peneliti akan menampilkan video iklan Garnier
BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser dan Celebrity Endorser.
Pengambilan sampel sesuai dengan apa yang Dalam tabel yang ditulis Maholtra (2009:372)
berikut ini menggambarkan beberapa sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing tipe
penelitian pemasaran:
Tabel 4.1 Besaran sampel penelitian
Type of Study
Minimum
size
Typical
Range
Problem
Identification
Research
500
10002500
Problem-solving
Research
200
300-500
Product test
200
300-500
Test Marketing
Studies
200
300-500
150
200-300
10
10-20
stores
2 groups
4-12
groups
Focus Groups
Sumber : Maholtra
Tipe penelitian ini adalah Tv, Radio or Print Advertising. Peneliti mengambil
sampel sebanyak 150 karena berdasarkan tabel Maholtra bahwa sampel tersebut sudah
cukup untuk mewakili populasi. Besaran sampel terbagi menjadi dua : 75 untuk celebrity
endorser dan 75 untuk typical person endorser.
Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 18 item
pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah
kuesioner yang digunakan adalah sebanyak 150 responden.
185
Dalam melakukan penelitiaan ini, metode pengumpulan data yang diperlukan yaitu :
penelitian lapangan, yaitu penelitian yang langsung dilakukan dengan mengunjungi
langsung objek penelitian.
Teknik pengumpulan data melalui kuisioner . Skala pengukuran variabel yang
digunakan adalah skala likert dengan 5 point. Jika responden sangat memahami objek
penelitian maka dapat menggunakan pemakaian skala yang tertinggi.
Berikut adalah pengolahan data dengan menggunakan SPSS yang
menggunakan uji ANOVA dengan metode two-way yaitu untuk melihat pengaruh lebih
dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi terjadi ketika pengaruh-pengaruh
sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung pada tingkat (kategori) faktor-faktor
lain. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai sig (p-value) < 0.1 maka tolak H0
Tabel 4.2 Two-way ANOVA
Indikator
F
Sig
Interaksi Tipe
Endorser dan
Attractiveness
3.316
.071
Interaksi Tipe
Endorser dan
Trustworthiness
.809
.370
Interaksi Tipe
Endorser dan
Expertise
.082
.775
Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis
penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut.
Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik, tidak hanya mensyaratkan daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti
kepribadian dan kemampuan atletik , penulis menggunakan indikator berdasarkan dari
penelitian sebelumnya tentang menguji dampak pemilihan tipe endorser oleh Sertoglu et al
(2014). Sertoglu et al membagi 5 indikator yang digunakan untuk Attractivenes (daya tarik)
adalah : Attractive, Classy, Beautiful, Elegant, Sexy.
Trustworthiness (kepercayaan)
Kejujuran , integritas dan kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan.
(Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator yang digunakan untuk trustworthiness yaitu :
Dependable, Honest, Reliable, Sincere, Trustworthy.
186
Expertise (keahlian)
Expertise adalah sejauh mana endorser dianggap memiliki cukup pengetahuan , pengalaman
atau keterampilan untuk mempromosikan produk. (Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator
yang digunakan : Expert, Experienced, Knowledgeable, Qualified, Skilled.
Minat Beli
Menurut pengertian yang disampaikan dalam Sertoglu et al (2014) minat beli adalah instruksi
diri konsumen untuk melakukan pembelian dengan melalui tahap perancanaan, mengambil
tindakan tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemarkasa), merekomendasikan
(influencer), memilih dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Sertoglu et al membagi 3 indikator dari minat beli : Intention, Recommendation, Willingness.
Pelaksanaan Administrasi Survei
Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 150, dan yang dapat diolah lebih lanjut
berjumlah 150. Kuisioner dibagikan kepada mahasiswi reguler aktif dan eksekutif aktif
angkatan 2011 dan 2012 yang sedang berada di ruangan kelas di Universitas Esa Unggul.
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi responden langsung, kemudian peneliti
menampilkan video iklan Garnier BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser
(kuisioner diisi oleh 75 responden) dan Celebrity Endorser kepada para responden (kuisioner
diisi oleh 75 responden) . Waktu rata-rata yang diperlukan oleh responden untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah 10 menit.
Penyiapan Data
Data valid yang diperoleh dari penyebaran kuesioner tidak dapat diolah secara langsung.
Untuk dapat diolah maka dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) memberikan
nomor urut setiap kuesioner, (2) pembuatan kode jawaban untuk setiap pertanyaan dalam
kuesioner, (3) memasukkan data ke dalam program Microsoft Excell, dan (4) menyusun data
siap olah.
Metode Deskriptif dilakukan untuk membantu menjawab perumusan masalah 1 3.
Metode deskriptif dilakukan dengan cara menghitung Nilai Rata-rata responden untuk
jawaban Attractiveness, Trustworthiness dan Expertise. Kemudian dilakukan
Pengelompokkan Responden responden terhadap masing-masing variabel tersebut. Sebagai
ilustrasi untuk Attractiveness :
Nilai Maksimum dari jawaban responden = 5
Nilai Minimum dari jawaban responden = 1
Range = 5 1 = 4
Kategori
= 3 (Atrratctive, Biasa Saja, Tidak Attractive)
Maka jarak antar Kelas
=
187
Kelompok
1 - 2.32
Tidak
Attractive
2.33 - 3.65
Biasa Saja
3.66 - 5
Attractive
Dalam menentukan pengaruh lebih dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi
terjadi ketika pengaruh-pengaruh sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung
pada tingkat (kategori) faktor-faktor lain. (Maholtra, 2009, 369)
Analisis Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif dan two-way ANOVA.
Pada hasil analisis validitas butir indikator menyatakan bahwa terdapat 18 pertanyaan dengan
n = 20 yang valid karena nilai r hitung > dari r tabel ( > 0,444 ), sehingga semua butir
pertanyaan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur.
Tabel 4
Uji Validitas Endorser terhadap Minat Beli Garnier BB Cream
N
o
Variabel
Nomor
Pertanyaan
Attractiv 1.attractive
eness
2. classy
(X1)
3.beautiful
4.elegant
5.sexy
Trustwo 6.dependable
rthyness 7.honest
(X2)
8.sincere
9.reliable
10.trustworthy
Expertis 11.expert
e (X3)
12.experienced
13.knowledgeable
14.qualified
15.skilled
Minat
16.intention
Beli (Y) 17.recommenda
Hasil
Korela
si
Keteran
gan
0.796
0.933
0.821
0.732
0.669
0.626
0.737
0.603
0.709
0.810
0.917
0.814
0.918
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
0.834
0.446
0.960
0.874
Valid
Valid
Valid
Valid
188
-tion
18.willingness
0.961
Valid
Statistik Deskriptif
Tabel 6 Statistik Deskriptif Attractiveness
Tipe
Endorser
Typical
Person
Celebrity
Total
Attractiveness
Tidak
Attractive
Biasa Saja
Attractive
Total
Biasa Saja
Attractive
Total
Tidak
Attractive
Biasa Saja
Attractive
Total
Mean
2.3333
3.1006
3.7500
3.2533
3.3846
3.5538
3.5244
2.3333
3.1566
3.6016
3.3889
Total
Attractiveness
Biasa Saja
Trustworthy
Total
Biasa Saja
Trustworthy
Total
Biasa Saja
Trustworthy
Total
Mean
3.1159
3.4713
3.2533
3.2083
3.7597
3.5244
3.1538
3.6435
3.3889
189
Celebrity
Total
Attractiveness
Mean
Tidak Expert
Biasa Saja
Expert
Total
Biasa Saja
Expert
Total
Tidak Expert
Biasa Saja
Expert
Total
3.7083
3.0808
3.3137
3.2533
3.2982
3.6012
3.5244
3.7083
3.1603
3.4926
3.3889
Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser
Credibility on the Consumers Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga
menyatakan bahwa trustworthiness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka
semakin trustworthy (terpercaya) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB
Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Trustworthy
memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa Tipe
Endorser ternyata memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya
perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan
Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat
perbedaan Trustworthy (kepercayaan) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person
Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.
3. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Expertise terhadap
variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni
Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh Expertise
(keahlian) terhadap minat beli.
Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh expertise terhadap minat
beli.
Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of
Endorser Credibility on the Consumers Buying Intentions : An Empirical Study in
Turkey juga menyatakan bahwa expertise mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut
maka semakin expert (ahli) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB
Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Expertise
memiliki Minat beli yang berbeda pula. Tipe Endorser ternyata memiliki pengaruh
terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya perbedaan minat beli antara Typical
Person Endorser dan Celebrity Endorser. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat perbedaan
expertise (keahlian) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan
Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan penelitian Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli
pada mahasiswi di Universitas Esa Unggul, maka telah diperoleh kesimpulan.
1. Terdapat interaksi antara attractiveness dan tipe endorser pada minat beli konsumen.
Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0,071 < 0,1 maka H1 diterima. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity
dipengaruhi oleh tingkat attractiveness.
2.
Tidak terdapat interaksi antara trustworthiness dan tipe endorser pada minat beli
konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.370 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata
lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity
tidak dipengaruhi oleh tingkat trustworthiness.
191
3. Tidak terdapat interaksi antara expertise dan tipe endorser pada minat beli konsumen.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person
dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat expertise.
4. Ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu : attractiveness, trustworthiness, dan expertise
mempengaruhi minat beli. Tetapi pada variabel trustworthiness dan expertise tipe
endorser tidak mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel attractiveness, tipe
endorser mempengaruhi minat beli.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka diajukan saran-saran yaitu
sebagai berikut :
1. Saran untuk perusahaan (PT Loreal Indonesia)
a. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan tidak mengutamakan apakah
sosok endorser berasal dari tipe Typical-person atau Celebrity tetapi lebih
mempertimbangkan attractiveness, trustworthiness, expertise endorser dalam
menyampaikan pesan produk dalam sebuah iklan sehingga dapat meyakinkan
konsumen tentang manfaat dari produk dan menambah kepercayaan produk, yang
pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.
b. Kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.
Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.775 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak
dipengaruhi oleh tingkat expertise.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya:
a. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengambil sampel masyarakat umum agar
penelitian yang dilakukan lebih konkrit dan lengkap.
b. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa yang
mempengaruhi minat beli konsumen
Terima Kasih
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaannya. Terima kasih saya
ucapkan kepada kedua orang tua saya. Dosen Pembimbing saya Ibu Rina Anindita, SE, MM.
Ketua Program Studi saya Bapak Drs. Sugiyanto , MM, serta Dekan Fakultas Universitas Esa
Unggul Dr. MF. Arozzi, SE., M.si., Akt, CIA serta teman-teman Fakultas Ekonomi 2011.
Terima kasih atas dukungan serta doanya.
Daftar Pustaka
Ajeng, P. H. (2008). Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser Dan TypicalPerson Endorser Iklan Televisi Dan Hubungannya Dengan Brand Image Produk.
Bisnis dan Manajemen , 2-18.
Assael, H. (1998). Consumer Behavior & Marketing Action. 6 edition. International Edition.
New York: International Thomson Publishing.
192
Basu, S., & Irawan. (2002). Manajemen Pemasaran Modern.Cetakan 13. Yogyakarta:
Liberty.
Fandy, T. (2004). Strategi Pemasaran.
Edisi 2. Yogyakarta: Andi.
Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2008). Business.8 Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, & Yulia, S. (2005). Psikologis Praktisi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia Sab'atun.
Hasson, B. (2008). Fashion Branding: 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM Fashion.
Jakarta: Gramedia.
Hasyim, & Rina, A. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta:
UIEU-University Press.
Khatri, P. (2006). Celebrity Endorsement: A Strategic Promotion Perspective. Indian Media
Studies Journal. Vol.1. No. 1 .
Kotler, P. (2000). Marketing Management.Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall
International Inc.
Kotler, P. (1995). Marketing Management: An Asian Perspectif. New Jersey: Prentice Hall
Inc.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). 12 edition. Dalam E. Terjemahan, Manajemen Pemasaran.
Jakarta: PT Indeks.
Kussudyarsana. (2004). Fenomen Selebritas Sebagai Model Iklan Dari Sudut Pandang
Sumber Pesan. Jurnal Benefit. Vol. 8 No.2. UMS Surakarta .
Lamb, H. M. (2001). Pemasaran.Buku 1.
Jakarta: PT Salemba Emban Raya.
M, S. (2005). Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi.
Maholtra, N. K. (2009). In Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Ed Bahasa Indonesia, Ed
4 (jilid ke-1). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Maria, A. R. (2002). Dasar-dasar Public
Relation. Jakarta: Grafindo.
Moh, A. (1991). Psikologi Industri. Edisi
4. Yogyakarta: Liberti.
Morrissan. (2007). Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tanggerang: Ramafina
Prakarsa Taman.
Natalia, S., & Leonid, J. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model: Sikap
Audience Terhadap Iklan Merek Serta Pengarhnya Pada Minat Beli "Top Coffee".
Jurnal Manajemen Pemasaran .
193
Ni Md Mahadewi, I., & Komang Agus Satria, P. (2014). Pengaruh Kredibilitas Celebrity
Endorser Dan Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Wanita Pada Online
Shop Produk Pakaian. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana .
Renald, K. (1992). Manajemen periklanan dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
Utama.
Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior Seventh Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Sertoglu, A. E., Catli, O., & Korkmaz, S. (2014). Examining the Effect of Endorser
Credibility on the Consumers' Buying Intentions: An Empirical Study in Turkey.
International Review of Management and Marketing , 66-77.
Shimp, T. A. (2007). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran. Jilid 1.
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Sri, K. (2007). Analisis Pengaruh Dead Endorser Terhadap Brand Personality Pada Iklan
Kompas Di Televisi. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.14 No.1. Yogyakarta.
Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Waldt, V. D., Loggerenberg, M. V., & Weluneyer, L. (2009). Celebrity Endorsements Versus
Created Spokepersons In Advertising: A Survey Among Students. Departement of
Marketing and Communication Management, University of Pretoria , 100-114.
194
Stephanus Taniadi
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Likeai3@hotmail.com
ABSTRAKSI
Tingkat persaingan di dalam dunia perbankan sekarang ini menjadi semakin ketat karena
banyaknya jumlah bank di Indonesia. Untuk menghadapi persaingan ini, bank dituntut untuk
mampu menjadi Relationship Banking. Relationship Banking mengharuskan bank untuk
membina hubungan seerat mungkin dengan para nasabahnya. Lini frontliner, khusunya teller,
harus mampu menciptakan hubungan yang seerat mungkin dengan nasabah sehingga tercipta
keterikatan antara bank dan nasabah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif dan
efisien interaksi yang dibangun oleh unit kerja teller kepada nasabah dalam rangka membentuk
keterikatan antara nasabah dengan bank. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah
uji validitas, uji reliabilitas, uji ANOVA, dan uji structural equation model (SEM). Dimana
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh teller kepada nasabah
berhasil menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya. Namun, interaksi para teller belum
tentu dapat membuat hubungan antara nasabah dengan bank menjadi terikat satu sama lain.
Selain itu, kepuasan yang dirasakan oleh para nasabah juga tidak menjamin nasabah memiliki
hubungan keterikatan dengan bank, mungkin terdapat faktor lainnya yang dapat membuat
nasabah terikat dengan bank.
Kata kunci : Interaksi Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, Keterikatan Nasabah
PENDAHULUAN
Krisis moneter yang sempat melanda Indonesia juga berimbas besar kepada dunia
perbankan Indonesia. Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan banyak pula sampai
harus menutup banknya. Pasca krisis moneter jumlah bank di Indonesia terus menerus bertambah
seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi karena mulai pulihnya kepercayaan masyarakat
terhadap jasa bank. Banyaknya bank di Indonesia, membuat persaingan di dalam dunia
perbankan Indonesia semakin ketat. Setiap bank berusaha untuk memperkuat posisinya untuk
menjadi pemain utama di dunia perbankan Indonesia, baik dari segi produk, segi penyelesaian
pembayaran maupun dari segi penyaluran kredit. Setiap bank juga berlomba - lomba berusaha
untuk meningkatkan layanan mereka kepada nasabah sehingga nasabah merasakan kenyamanan
dan keamanan dalam melakukan transaksi. Apabila sebuah bank tidak dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada nasabahnya, bank tersebut harus siap siap akan ditinggalkan oleh
195
nasabahnya untuk beralih ke bank lainnya yang dianggap lebih memberikan solusi bagi nasabah
tersebut.
Pemberian pelayanan sebuah bank salah satunya melalui lini frontliner. Pekerja front liner
dalam bank terdiri dari Teller, Customer Service, Duty Officer, dan Security. Lini frontliner ini
merupakan ujung tombak dalam sebuah bank, khususnya unit kerja teller. Teller bukan hanya
bertugas untuk menyelesaikan transaksi keuangan nasabah, teller juga dapat menjadi perantara
bank untuk menyampaikan informasi informasi terbaru dan juga dapat menyalurkan keluhan
keluhan nasabah yang dapat menjadi bahan evaluasi sebuah bank.
Bank Central Asia (BCA) merupakan salah satu bank swasta serta bank transaksional
terbesar yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu bank yang besar, BCA menyadari bahwa
tidaklah cukup hanya menjadi bank transaksional tetapi juga perlu mengembangkan keunggulan
kompetitif dalam bentuk relationship banking. Menjadi relationship banking berarti
mengharuskan BCA untuk memiliki hubungan seerat mungkin dengan nasabah nasabahnya,
dan lini frontliner, khususnya teller, disini mulai melakukan peranannya sebagai penyalur
keinginan dari BCA. Hal ini terbukti dari adanya budaya pelayanan yang dimiliki oleh BCA
untuk memuaskan para nasabahnya, yang disebut SMART (Sigap Menarik Antusias Ramah
Teliti). SMART yang menjadi dasar perilaku BCA kemudian dikembangkan menjadi SMART
SOLUTION (Sigap Menarik Antusias Ramah Teliti Simak Open mind Lengkapi Telling solution
Inisiatif On time). Budaya service dan relationship yang lebih berpusat kepada nasabah. Teller
dituntut untuk menciptakan interaksi kepada nasabah, dengan tujuan nasabah tersebut merasa
aman serta nyaman sehingga yang pada akhir nya tercipta keterikatan (engagement) antara
nasabah dan BCA.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru terhadap nasabah.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan nasabah BCA KCU Pasar Baru.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru dalam
terciptanya keterikatan nasabah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Interaksi Pelanggan
Bagi Thibaut dalam Haryanto (2011), Interaksi sendiri didefinisikan sebagai peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Hal yang hampir serupa
juga dikatakan oleh Shaw dalam Haryanto (2011), yang mengatakan interaksi adalah suatu
pertukaran antarpribadi yang masing masing orang menunjukkan perilakunya satu sama
lain dalam kehadiran mereka, dan masing masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Sementara itu menurut Rambat (2006), pelanggan adalah seseorang yang secara
kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan
keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar
produk atau jasa tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa interaksi pelanggan adalah hubungan yang terjadi antara
organisasi atau perusahaan dengan individu membayar dan menggunakan produk atau jasa
tersebut, yang saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain.
196
Konsumen percaya bahwa operasi dan penyedia jasa dapat dipercaya dan dapat
memberikan nilai baik material maupun spiritual dan hal ini adalah hasil dari suatu
performa yang baik yang dapat diberikan kepada konsumen dan juga kepada penyedia
jasa.
3. Keterikatan Nasabah
Roberts (2010) mendefinisikan Customer engagement adalah pelanggan yang loyal
terhadap produk perusahaan dan secara aktif merekomendasikan produk dan pelayanan
perusahaan kepada orang lain. Sedangkan Hans (2012) mengatakan customer engagement
adalah sebuah proses melibatkan customer dengan berinteraksi dengan mereka di dalam
sebuah dialog dan pengalaman untuk mendukung customer secara optimal yang
mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan pembelian. Keterlibatan terdiri dari hal
hal seperti mendengarkan, mengerti dan berinteraksi secara individual. Dialog secara
individual, dengan waktu yang tepat, dan saluran yang tepat serta pesan yang tepat : konten
dan konteks menjadi penting, sangat dibutuhkan dalam customer engagement.
Untuk mengukur engagement pada dasarnya harus dilakukan dalam konteks strategi
perusahaan dan customer itu sendiri, dimana perilaku yang dipercayai oleh sebuah
perusahaan akan membentuk dan mengikat customer. Kunci utama untuk mempertahankan
profit di masa depan tidaklah semudah dengan menjaga customer, melainkan harus
memperdalam hubungan dengan mereka dan mengikat mereka sebagai suatu usaha yang
paling penting. Namun, ada empat dimensi kunci yang mendasari keterlibatan emosional
customer dengan organisasi dimana masing masing dimensi mewakili aktifitas spesifik dari
kebutuhan emosional customer. Model ini digambarkan dalam sebuah piramida yang
menggambarkan urutan dimensi dari sebuah customer engagement. Dimensi pertama adalah
confidence. Hal ini berkaitan dengan apakah sebuah organisasi dapat dipercaya atau tidak
karena kepercayaan diri menjadi fondasi level yang lebih tinggi dari keterlibatan emosional
yang hendak dibangun. Tahap ini melingkupi kemampuan perusahaan untuk menyampaikan
pesan secara terpercaya dan tetap memegang janji. Dimensi kedua adalah integrity. Integritas
adalah melakukan sesuatu yang benar. Jika terjadi sebuah kesalahan atau masalah,
perusahaan mampu mengubah kesalahan menjadi kesempatan. Selalu memperlakukan dan
memberikan solusi solusi kepada customer dengan adil. Dimensi ketiga adalah pride,
customer akan lebih merasa bangga bukan karena asosiasinya dengan perusahaan yang
menjadi konten, namun lebih kepada apa yang dikatakan kepada mereka adalah benar
benar mereka. Dimensi ini merujuk pada perlakuan customer secara hormat, perasaan
bangga menjadi customer sebuah produk atau jasa atau perusahaan, dan rasa prestisius
mengenai sebuah produk, jasa, atau perusahaan tertentu. Dimensi yang terakhir adalah
passion, seorang passionate customer akan menggambarkan hubungan mereka sebagai
sesuatu yang tak tergantikan (iireplaceable) dan sebagai pasangan yang cocok (a prefect fit).
198
4. Hipotesis
Dalam penelitian ini jelas membahas hubungan interaksi yang terjadi diantara dua
kelompok, yaitu nasabah dan juga bank. Nasabah dan bank mencoba untuk melakukan
komunikasi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai hasil yang menguntungkan satu
sama lainnya. Bentuk interaksi nyata yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yaitu
dari segi pelayanan. Bank berusaha untuk memberikan pelayanan yang sebaik baiknya
agar mencapai kepuasan yang maksimal pada nasabahnya.Seperti pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Feronika Handayani, Institut Pertanian Bogor, 2006, yang bertema Analisis
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank BNI Di
Kota Bogor, hasil akhirnya diketahui bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan
nasabah terhadap pelayanan adalah keamanan, fasilitas yang diperoleh, lama pelayanan,
keramahan, kesigapan, dan penampilan petugas, sistem antrian.
H1 : Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan
semakin tinggi pula kepuasan nasabah.
Customer engagement merupakan puncak dari hubungan antara perusahaan dengan
customer atau nasabahnya. Hubungan kedekatan yang terjalin sudah menjangkau pada
tingkat kedekatan batin dan berjangka waktu panjang. Bank harus dapat memahami nasabah
yang berarti siap secara konsisten mengembangkan produk serta pelayanannya yang
berdasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, keinginan dan harapan konsumen.
Dalam pencapaiannya, diperlukan interaksi yang terjalin antara bank dengan nasabahnya
agar bank dapat mengetahui apa saja yang diinginkan oleh para nasabahnya, salah satunya
yaitu melalui pelayanan dari para pekerja frontliner bank, khususnya unit kerja teller. Salah
satu penelitian telah coba dilakukan oleh Fani Stiyanti, Universitas Indonesia, 2012, yang
berjudul Pengaruh Iklim Layanan dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer
Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas. Melalui
beberapa uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini, ditariklah beberapa kesimpulan
dari penelitian tersebut. Yang pertama, Diketahui bahwa iklim layanan memiliki hubungan
terhadap customer engagement. Kedua, variabel pelayanan prima SDM memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap customer engagement. Ketiga, iklim layanan dan pelayanan prima
SDM memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap customer engagement, sehingga
menimbulkan perubahan yang searah. Pengaruh pelayanan prima SDM lebih kuat
dibandingkan dengan iklim layanan.
199
H2 : Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin maka nasabah akan semakin memiliki
keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru.
Nasabah yang loyal akan membawa banyak sekali manfaat bagi bank. Untuk mencapai
hal tersebut salah satu upaya yang diusahakan oleh bank yaitu dari segi pelayanan
frontlinernya, khususnya unit kerja teller, yang berusaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik hingga mencapai kepuasan konsumen. Namun, melayani nasabah tidak berhenti pada
konsep kepuasan konsumen semata, karena terdapat banyak pesaing yang mampu
memberikan kepuasan juga kepada nasabah. Nasabah yang puas ternyata tidak serta merta
menjadi nasabah yang loyal. Nasabah yang menyatakan diri puas bisa saja dengan
mudahnya berpindah pada produk atau jasa dari bank lain yang dinilai memiliki kualitas
yang sama. Pada level ini, relationship yang terbangun sudah merupakan campuran antara
aspek rasional dan emosional. Kualitas hubungan sudah menjangkau pada tingkat kedekatan
batin dan berdimensi jangka panjang.
Pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan loyalitas nasabah telah coba dilakukan
oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma, 2009, dengan judul Pengaruh Kepuasan
Terhadap Loyalitas Nasabah. Di dalam penelitian tersebut variabel independen yang
diteliti ada dua, yaitu nilai (pelayanan, hadiah, produk, bunga), dan teknologi. Sedangkan
variabel dependennya yaitu kepuasan nasabah bank dan loyalitas nasabah. Dari hasil uji
regresi yang telah dilakukan menghasilkan faktor teknologi yang disediakan oleh bank yang
memiliki pengauh besar terhadap kepuasan nasabah dengan standar koefisien sebesar 0,230
dan bernilai lebih besar dibandingkan variabel nilai sebesar 0,181. Sementara itu, variabel
loyalitas yang menjadi variabel dependent mempunyai hubungan yang siginfikan dengan
variabel kepuasan nasabah dilihat dari hasil uji regresi yang menghasilkan standar koefisien
sebesar 0,492. Namun, variabel independent yang terdiri dari variabel nilai dan variabel
teknologi tidak berpengaruh langsung terhadap loyalitas nasabah melainkan berpengaruh
terhadap kepuasan nasabah.
H3 : Semakin puas nasabah maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan kepada
BCA KCU Pasar Baru.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Bank Central Asia (BCA) Kantor Cabang
Utama Pasar Baru, jalan K.H. Samanhudi no.8, Jakarta Pusat.
2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi adalah nasabah - nasabah yang
berinteraksi langsung dengan unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru, yang jumlahnya tidak
diketahui secara pasti. Pengambilan sampel disesuaikan dengan banyaknya jumlah item
pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n x 5
observasi. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 22 item
pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah
kuisioner yang digunakan adalah minimal sebanyak 110 responden namun kuesioner yang
dibagikan kepada nasabahg yang berinteraksi langsung dengan teller BCA KCU Pasar Baru
sebenarnya sebanyak 117 responden.
200
Interaksi
(Customer
Engagement
Strategies, Inc,
2006)
Kepuasan
Nasabah
(Christian
Gronroos, 1990)
Ukuran
Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju
Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju
201
Keterikatan
Nasabah (Fani
Stiyanti, 2012)
Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju
3) Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif.
4) Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat (Misalnya lebih
dari 0,9).
6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini kesesuaian
model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit seabagai berikut
:
a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbadingan 5 observasi untuk setiap
parameter estimate
b. Normalitas dan linearitas
c. Outliers
d. Multicolinierity dan singularity
7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.
203
Loading Factor
Nilai t
Keterangan
INT1
0,63
6,61
Digunakan
INT2
0,49
4,85
Tidak Digunakan
0,47
4,63
Tidak Digunakan
0,52
5,29
Digunakan
INT5
0,59
6,14
Digunakan
INT6
0,37
3,64
Tidak Digunakan
SAT1
0,46
4,67
Tidak Digunakan
SAT2
0,38
3,81
Tidak Digunakan
SAT3
0,42
4,34
Tidak Digunakan
0,59
6,30
Digunakan
0,55
5,77
Digunakan
SAT6
0,47
4,78
Tidak Digunakan
SAT7
0,53
5,64
Digunakan
SAT8
0,46
4,70
Tidak Digunakan
CE1
0,53
5,58
Digunakan
CE2
0,46
4,75
Tidak Digunakan
CE3
0,56
5,96
Digunakan
0,65
7,19
Digunakan
0,58
6,23
Digunakan
CE6
0,58
6,28
Digunakan
CE7
0,56
6,02
Digunakan
CE8
0,58
6,27
Digunakan
INT3
INT4
SAT4
SAT5
CE4
CE5
Konstruk
Interaksi
Pelanggan
Kepuasan
Nasabah
Keterikatan
Nasabah
memenuhi syarat reliabilitas namun penting secara teori jadi tetap disertakan didalam
penelitian.
Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk
Indikator
Std.Loading
Error
INT1
INT4
INT5
SAT4
SAT5
SAT7
CE1
CE3
CE4
CE5
CE6
CE7
CE8
0,75
0,46
0,65
0,57
0,54
0,47
0,51
0,51
0,63
0,57
0,60
0,57
0,60
0,44
0,79
0,58
0,67
0,71
0,78
0,74
0,74
0,61
0,67
0,64
0,68
0,64
Construct Reliability
Variance Extracted
0,7
0,40
0,5
0,28
0,8
0,33
Persamaan
SAT = 0.69*INT, Errorvar.= 0.023 , R = 0.63
(0.22)
(0.015)
3.15
1.50
(2.87)
(2.05)
(0.32)
1.92
-0.97
0.12
Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan. Nilai R2 ini
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independent mampu
menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
3) Interaksi pelanggan mempengaruhi kepuasan nasabah mempunyai R2 = 0,63. Hal ini
berarti 63% varian dalam kepuasan nasabah dapat dipengaruhi oleh interaksi pelanggan,
sedangkan 37% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
4) Kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan secara bersama sama mempengaruhi
keterikatan nasabah mempunyai R2 = 0,96 atau 96% varian keterikatan nasabah dapat
dipengaruhi oleh faktor kepuasan nasabah dan interaksi, sedangkan 4% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan.
205
Indicator
Cut of Value
Degree of Freedom
Chi-square
5
6
7
Tingkat
Kecocokan
61
Nilai yang kecil
NCP
Value
72,02
Baik
11,02
P
RMSEA
P Value
ECVI Model
ECVI Saturated
ECVI Independence
p> 0,05
RMSEA 0,08
p 0,05
AIC Model
AIC Saturated
AIC Independence
CAIC Model
CAIC Saturated
CAIC Independence
NFI
CFI
NNFI
IFI
RFI
PNFI
Critical N
Standardized RMR
GFI
AGFI
PGFI
0,16
0,039
0,67
1,14
1,57
3,66
132,02
182
424,86
244,88
524,36
473,77
0.81
0.96
0.94
0.96
0.76
0.64
139,67
0.067
0.91
0.87
0.61
Close Fit
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Marginal Fit
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Marginal Fit
Baik
dan jauh dari ECVI independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati
saturated daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,04 sampai 1,36,
maka diperoleh kecocokan yang baik.
Pengujian 4 : Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike Information
Creterion (CAIC)
AIC model (132,02) dibandingkan dengan AIC saturated model (182) dan AIC
independence model (424,86). AIC model dekat dengan AIC saturated model dan jauh dari
AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik. CAIC model (244,88)
jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (524,36) dan juga lebih besar dari CAIC
independence (473,77), maka menunjukkan kecocokan yang tidak baik.
Pengujian 5 : Fit Index
Normed fit index (NFI) = 0,81 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. CFI = 0,96 (lebih
besar dari 0,90) menunjukkan model yang sesuai. Tucker-Lewis Index atau Non normed fit
index (NNFI) = 0,94 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Incremental Fit Index (IFI) = 0,96
(diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Relative Fit Index (RFI) = 0.76 menunjukkan kurang
baik dan Comparative Fit Index (CFI) = 0,96 menunjukkan good-fit. Parsimonius Normed
Fit Index (PNFI) = 0.64 digunakan untuk perbandingan model, menunjukkan kecocokan
yang mencukupi.
Pengujian 6 : Critical N
Critical N (CN) = 139,67 model tidak mewakili sampel data karena dibawah dari 200.
Pengujian 7 : Goodness of Fit
Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan dari
fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variance-covariance matrix
dari sampel data. Standardized RMR = 0.067 (diatas 0,05) menunjukkan mediacore fit.
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 (lebih dari 0,90) menandakan model yang diuji memiliki
kesesuaian yang baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) 0.87 (dibawah 0,90)
menunjukkan marginal fit. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61 digunakan
dalam perbandingan model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.
Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian menunjukkan
kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang mencukupi
kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh model (goodness of fit )
model ini memenuhi syarat.
5. Pengujian Hipotesis
Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural
Hipotesis
Pernyataan Hipotesis
Nilai-t
Keterangan
H1
3,15
Data mendukung
hipotesis
207
H2
H3
-0,97
Data tidak
mendukung
hipotesis
1,92
Data tidak
mendukung
hipotesis
a. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin
tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini didapat dari nilai t- values 3,15 > 1,96, yang berarti
hipotesis dapat diterima. Interaksi yang baik yang dilakukan teller BCA KCU Pasar Baru
akan menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya.
b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang didapatkan 0,97 < 1,96. Hal tersebut berarti kualitas interaksi yang baik dari para teller BCA KCU
Pasar Baru belum tentu dapat membuat nasabah terikat dengan BCA KCU Pasar Baru.
c. Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin membuat nasabah semakin
memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. Karena di dalam hasil penelitian
diperoleh nilai t nya adalah 1,92, oleh karena itu tidak dapat diterima karena nilai
minimum nya yaitu 1,96.
KESIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation model
(SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 1 hipotesis yang signifikan dan 2 hipotesis
lainnya tidak signifikan. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka
akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai
kepuasan pelanggan yang tinggi maka teller harus menciptakan interaksi yang sebaik mungkin
dengan para nasabah. Interaksi yang baik antara teller dengan nasabah dapat membuat nasabah
merasakan keamanan serta kenyamanan melakukan transaksi di BCA KCU Pasar Baru. Jika
nasabah sudah merasakan hal tersebut maka kemungkinan besar nasabah akan datang berulang
kali kembali ke BCA KCU Pasar Baru.
Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin tidak menjamin nasabah akan semakin
memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang
baik belum tentu dapat membuat nasabah menjadi terikat. Terdapat faktor faktor lain untuk
mencapai keterikatan dengan nasabah, nasabah bukan melihatnya dari seberapa baik teller
berinteraksi dengan para nasabah.
Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin semakin memiliki keterikatan
kepada BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah yang sudah merasakan puas
terhadap BCA KCU Pasar Baru belum tentu menjadikan nasabah tersebut memiliki keterikatan
dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini mungkin dikarenakan oleh banyaknya bank lainnya juga
yang dapat memberikan kepuasan yang sama kepada para nasabah nya, sehingga nasabah merasa
kepuasan yang mereka rasakan merupakan perasaaan yang normal dan tidak ada yang berlebih.
208
SARAN
Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat
diimplementasikan di masa yang akan datang, seperti :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh interaksi terhadap keterikatan nasabah
dan pengaruh kepuasan nasabah terhadap keterikatan nasabah.
2. Melakukan penelitian terhadap variabel variabel lainnya yang dapat mempengaruhi
keterikatan nasabah.
3. Memfokuskan penelitiannya terhadap keterikatan nasabah terhadap perusahaan bukan kepada
personal
4. Melakukan penelitian pada bagian private banking.
PERSANTUNAN
Terima kasih disampaikan yang sebesar besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar R. S, SE,
MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini
berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada BCA KCU Pasar Baru yang telah
memberikan kesempatan untuk dijadikan tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. CV.Alfabeta, Bandung, 2004
Arief, Muhtosim, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia, Malang, 2006
Cook, Sarah, Customer Care Excellent: How to Create an Effective Customer Focus. Kogan
Page, London, 2011
Customer Engagement Strategies. Inc. The Four Stages of Customer Interaction. 12
Desember 2013.
http://www.customerengagement.com/next/Four%20Stages%20of%20Customer%20Inter
action.pdf
Gardenia, Yulisa, Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok.(2006)
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro,
Semarang, 2005
Gronroos, Christian, Strategic Management Marketing In Service Sector. Mass, Cambridge,
1990
Hair et.al., Multivariate Data Analysis. 7th Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010
Handayani, Feronika, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah
Terhadap Pelayanan Bank BNI di Kota Bogor. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.(2006)
Hari Wijanto, Setyo, Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2008
Haryanto. Pengertian Interaksi Sosial. 29 Oktober 2013.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta,
2002
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1. Erlangga,
Jakarta, 2008
209
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi 2. Salemba Empat,
Jakarta, 2006
Malayu, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Manurung, M, dan Rahardja, P, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004
Paulson, Dan, Im happy to be here How Engaged Employees Improve Your Bottomline,
Loyalty Management Vol.1 No.5, 2009
Payne, Adrian, The Essence of Services Marketing. Andi, Yogyakarta, 1993
Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997
Robert, Christopher dan Frank Alpert, Total Customer Engagement : Designing And Aligning
Key Strategies Elements To Achieve Growth. Journal of Product and Brand
Management. Vol.19. Iss.3, 2010
Stiyanti, Fani, Pengaruh Iklim Layanan Dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer
Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas.
Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.(2012)
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, 2005
Tjiptono Fandy, dan Chandra, G, Service Quality Satisfaction. Andi, Yogyakarta, 2004
Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia & JBRC, Jakarta, 2005
Willems, Hans. Transitioning Into a Blueconomy. White Paper Customer Driven Online
Engagement. Blueconic B.V. 5 Februari 2014. http://www.blueconic.com
Zeithaml, Valarie dan Mary Jo Bitner, Services Marketing, Integrating Customer Focus Across
The Firm, Second Edition. Tata McGraw Hill Edition, New Delhi, 2000
210
ABSTRAKSI
Regina. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan
terhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesar (Survei
Pemirsa Iklan Kartu IM3 VersiPlay With JKT48 dan Cesar Pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19
Kabupaten Tangerang). (Dibimbing oleh Abdurrahman).
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan
iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi Play With JKT48
dan Cesar pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang. Analisis yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan SPSS 16 dengan uji validitas, uji reliabilitas, dan regresi
linear berganda.
Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat pengaruh tidak positif antara daya tarik iklan
terhadap efektivitas iklan, dan terdapat pengaruh positif antara kualitas pesan iklan terhadap
efektivitas iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan. Daya tarik iklan tidak
terdapat pengaruh positif karena responden tidak melihat dari daya tarik iklan yang mungkin
menurut responden Iklan Kartu IM3 sama saja dengan iklan iklan provider lainnya. Tetapi,
responden melihat dari bonus bonus dan promo promo yang ditawarkan oleh kartu IM3 dan
seringnya frekuensi penayangan iklan membuat responden lebih mudah mengingat iklan dan isi
pesan iklan.
Kata kunci : Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan, Efektivitas
Iklan.
Pendahuluan
Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju membuat persaingan usaha menjadi
semakin ketat dalam bidang ekonomi maupun perdagangan, sehingga banyak membuat
perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah strategi pemasaran yang efektif agar
produk yang mereka ciptakan dapat diterima oleh pasar. Perusahaan dapat mengenalkan produk
dengan menggunakan media informasi yaitu periklanan.
Salah satu media periklanan yang banyak diminati oleh pemasar adalah media televisi,
karena media ini merupakan media audio visual yang canggih dan menarik dengan sebuah
211
tayangan berdurasi kurang lebih 60 detik yang dapat disaksikan serentak oleh puluhan juta
bahkan ratusan dan ribuan juta pasang mata di seluruh dunia. Televisi dapat memberikan
tayangan yang bersifat informasi dan menghibur dan juga dijadikan sebagai media untuk
mempromosikan suatu produk.
Industri telekomunikasi di Indonesia memiliki beberapa perusahaan besar dan memiliki
pengguna yang cukup banyak, di antaranya seperti Telkomsel dengan produk yang ditawarkan
adalah adalah Simpati, Kartu As, Kartu Halo dan Telkom Flexi. Selanjutnya Indosat dengan
produk yang ditawarkan adalah Mentari, IM3, SmartOne, dan Matrix. XL dengan produk yang
ditawarkan adalah XL Bebas, XL Jempol. AXIS Telekom Indonesia dengan produk yang
ditawarkan seperti AXIS dan Hepi. Dengan adanya beberapa provider tersebut dapat mengubah
pola persaingan yang terjadi saat ini dan berbagai strategi diterapkan oleh perusahaan untuk
mengatasi persaingan tersebut.
Berikut adalah hasil survei Frontier Consulting Group dalam Majalah Marketing tentang
Top Brand Index yang diadakan setiap tahun dimulai dari tahun 2000 dengan pengukuran
berdasarkan tiga parameter yaitu Top Of Mind Awareness (40%), Last Used (30%), dan Future
Intention (30%).
Hasil survei Top Brand Index Produk Simcard Prabayar yang ada di Indonesia sejak tahun
2009 2013 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:
Sumber :www.top.brand-award.com
Produk simcard GSM prabayar IM3 dari tahun 2009 2013 berada diperingkat ke- 2 dan
belum bisa menggeser simPATI yang berada di posisi atas. Semakin tingginya tingkat
persaingan yang terjadi pada saat ini, membuat IM3 harus memikirkan berbagai cara dan strategi
untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan
keputusan pembelian produk yang ditawarkan.
Kartu seluler bersaing untuk menambah jumlah pelanggannya dengan menawarkan jasa
terbarunya baik dalam tarif ataupun fitur melalui iklan di berbagai media massa, salah satunya
media televisi. Promosi melalui iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai
sumber informasi, iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi pemasaran
yang efektif untuk menjangkau target pasar terutama jika ditayangkan di televisi.
Menurut Purnama tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk
dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan
tersebut.
212
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan judul yaitu Analisis
Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap
Efektivitas Iklan Televisi pada Siswa/SiswiSMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang.
Masalah dalam penelitian ini yaitu Tingginya persaingan dunia pemasaran melalui
periklanan di televisi, ketidakmampuan Brand IM3 menggeser dominasi SimPATI, besarnya
biaya promosi iklan melalui televisi, dan siswa/siswi yang cenderung mudah dipengaruhi oleh
iklan-iklan baru.
Tujuan penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui model yang digunakan dalam penelitian sudah baik.
Untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi
Play With JKT48dan Cesardi Televisi.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi
Play With JKT48 dan Cesar di Televisi.
4. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu
IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesardi Televisi.
5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi efektivitas
iklan Kartu IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesardi Televisi.
Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya
media televisi.
Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar menjadi bahan masukan untuk meningkatkan
efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya
media televisi.
1.
2.
Tinjauan Pustaka
A. Shopping Goods
Menurut Ali produk barang yang dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja,
harga dan sebagainya, misalnya produk elektronik, pakaian, perabot rumah tangga dan
seterusnya. Barang barang yang dalam proses pembeliannya memerlukan evaluasi pilihan
pilihan dan perbandingan dari berbagai alternatif yang tersedia, seperti harga, kualitas, dan
model masing masing barang. Contohnya alat alat rumah tangga, pakaian, dan furniture.
B. Promosi
Menurut Ali Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran
(marketing mix) yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk. Kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang
berusaha untuk menyebarkan informasi, memengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(penjual dan pembeli).
C. Publisitas
Menurut Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State University)
publisitasadalah
informasi
yang
tidak
perlu
membayar
ruang-ruang
pemberitaan/penyiarannya, namun disaat yang sama tidak dapat dikontrol oleh
individu/perusahaanyang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat
mengakibatkan terbentuknya citra dan mempengaruhi orang banyak dan
213
D.
E.
F.
G.
dapatberakibataksidimanaaksiinidapatmenguntungkanataumerugikansaatinformasidipublikasi
kan.
Efektivitas Iklan
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang
dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di
dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi
(Empathy, Persuasion, Impact and Communications).
Daya Tarik Iklan
Menurut Morissan daya tarik iklan digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan
mempengaruhi perasaan mereka terhadap suatu produk (barang dan jasa). Menurut Eka dan
Saliman, daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu :
1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkanmanfaat manfaatyang membuat
produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen.
2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut
akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.
3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih
baik dari produk-produk pesaing.
Kualitas Pesan Iklan
Menurut Kotler pesan iklan harus menarik perhatian (attention), mempertahankan
ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan
(action). Menurut Durianto dan Liana (2004), untuk memformulasikan pesan iklan harus
memperhatikan apa yang akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis
(struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa
seharusnya yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan
kalimat yang dapat menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama seperti pendorong, yaitu
suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon pembeli.
Frekuensi Penayangan Iklan
Menurut Jack Myers frekuensi penayangan iklan minimal sebanyak tiga kali lebih sesuai
untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan iklan lain. Konsumen diserbu
oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya yang berasal dari berbagai
media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk, billboard, dll). Penayangan iklan
minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen hanya menerima sekitar seribu
pesan iklan setiap harinya.Menurut Shimp, day part dibagi menjadi tiga bagian waktu yaitu
waktu utama (prime time), siang hari (daytime), dan waktu tambahan (fringe time).
Efektivitas Iklan
(X2)
(Y)
Frekuensi
Penayangan Iklan
(X3)
215
Model
.655
Adjusted R
Square
Estimate
R Square
a
.429
.421 ,3007
Besarnya kontribusi variabel daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2),
frekuensi penayangan iklan (X3) terhadap efektivitas iklan (Y) ditunjukkan dengan
koefisien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0,421 atau 42.1%, artinya besarnya
pengaruh variable bebas yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi
penayangan iklan (X3), terhadap efektivitas iklan (Y) danbesarnya pengaruh variabel bebas
tehadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah 42.1%, sedangkan sisanya sebesar
57.9% dipengaruhioleh variabel lain diluar penelitian.
2. AnalisisTabelANOVA
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Sig.
Regression
13.334
4.445
49.171
.000
Residual
17.717
196
.090
Total
31.052
199
Tabel Anova menunjukan bahwa signifikan 0.000 yang berarti variable daya tarik
iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3), mempengaruhi
variabel efektivitas iklan (Y). Signifikan menunjukan 0.000 yang berarti di bawah 0.05.
216
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant)
Std. Error
1.004
.136
X1
.000
.004
X2
.392
X3
.260
Coefficients
Beta
Sig.
7.361
.000
-.014
-.259
.796
.057
.428
6.905
.000
.049
.329
5.282
.000
a. Dependent Variable: Y
menganggap bahwa kualitas produk sama tetapi harganya berbeda. Dengan demikian,
setiap provider memiliki kualitas produk yang sama tetapi dengan harga yang berbeda,
sehingga anak SMA melihat dari harga yang murah dan memiliki banyak bonus dan
promo.
3. Frekuensi penayangan iklan (X3) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih
kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel frekuensi penayangan iklan (X3)
signifikan atau memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan
demikian, maka H0 pada penelitian ini ditolak. Artinya semakin tinggi tingkat frekuensi
penayangan iklan di televisi, maka pemirsa akan semakin sering melihat iklan tersebut.
Dengan demikian iklan yang berkali kali akan membuat pemirsa lebih mudah mengingat
iklan dan pesan iklan akan cepat tersampaikan. Didukung dengan teori Morrisan, semakin
tinggi frekuensi penayangan iklan maka akan semakin banyak audien yang bisa dijangkau,
tetapi harus diingat bahwa penayangan iklan lebih dari sepuluh kali dinilai berlebihan
(overxposure), sedangkan iklan yang ditayangkan kurang dari tiga kali dinilai tidak
memiliki cukup jangkauan. Menurut Jack Myers, frekuensi penayangan iklan minimal
sebanyak tiga kali lebih sesuai untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan
iklan lain. Konsumen diserbu oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya
yang berasal dari berbagai media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk,
billboard, dll). Penayangan iklan minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen
hanya menerima sekitar seribu pesan iklan setiap harinya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil daripada analisis regresi linear berganda yang telah peneliti lakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model yang diajukan pada penelitian ini sudah layak karena daya tarik iklan (X1), kualitas
pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) berpengaruh positif terhadap efektivitas
iklan (Y).
2. Pada uji yang dilakukan terdapat kesimpulan bahwa :
i. Daya tarik iklan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
ii. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
iii. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
3. Kualitas pesan iklan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi efektivitas iklan.
Saran
Setelah peneliti menganalisis penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal berkaitan
dengan penelitian selanjutnya yaitu :
1. Perusahaan harus tetap menggunakan bintang iklan yang populer di kalangan anak muda,
karena dapat menjanjikan dan menarik perhatian pemirsa pada produk tersebut.
2. Perusahaan harus lebih banyak lagi menawarkan promo promo dan
bonus bonus agar
tetap menarik minat konsumen karena prinsip konsumen jika ada yang murah kenapa cari
yang mahal.
218
3. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan
iklan, dan frekuensi penayangan iklan. Peneliti berikutnya dapat menambahkan beberapa
variabel lagi seperti popularitas endorser, kreativitas iklan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Afrian Mukti Ramdani, Pengukuran Efektivitas Iklan Kartu Seluler Axis Di Media Televisi
Dengan Pendekatan DRM Dan EPIC Model, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Ali Hasan,SE,MM. Marketing dan kasus-kasus pilihan, cetakan pertama, 2013.
Cara Pandangku. Blog, Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R
Square (Penjelasan Lengkap), http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/pengujian-hipotesisregresi-linier.html. Diakses tanggal 8 November 2013.
Faela Sufa, Bambang Munas.2012Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,
Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa
Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang).Diponegoro
Journal Of Management,.Vol. 1, No. 1, 2012.
Faela Sufa,Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan
Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada
Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang), Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro, Skripsi, 2012.
Gilar Rosandini, Augusty Tae Ferdinand, Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang,
Popularitas Endoser, dan Kreativitas Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Guna Menumbuhkan
Top Of Mind Produk Simcard GSM Prabayar Mentari (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro), Diponegoro Journal Of Management,
Vol. 1, No. 1, Tahun 2012.
Gema Pariwara, Metode EPIC Model Untuk Mengukur Efektivitas Iklan,
http://gemapariwara.blogspot.com/2010/02/metode-epic-model-untuk-mengukur.html, diakses
220
PENDAHULUAN
Manajemen laba merupakan fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik
manajemen laba dilakukan guna untuk mempengaruhi besaran laba. Dalam praktiknya dapat
terjadi secara legal maupun secara tidak legal. Usaha usaha mempengaruhi besaran laba yang
dapat dikatakan legal adalah tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam prinsip
prinsip akuntansi yang berlaku umum, terlebih tidak bertentangan dengan standar akuntansi.
Beberapa cara untuk mempengaruhi besaran laba adalah dengan memanfaatkan peluang untuk
membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan dapat juga menggeser
periode pendapatan atau biaya. Sedangkan praktik manajemen laba yang dapat dikatakan tidak
legal adalah cara cara yang tidak diperbolehkan dalam standar akuntansi yang berlaku,
misalnya dengan cara melaporkan transaksi transaksi pendapatan atau biaya yang fiktif dengan
cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau juga dengan tidak melaporkan sejumlah
transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki.
221
Fenomena terjadinya kecurangan akuntansi ini juga terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI),
yaitu kasus PT. Kimia Farma. Terjadi pada tahun 2002, perusahaan ini menaikan laba hingga Rp.
31 milyar. Skandal ini diduga terkait dengan manajemen lama yang menginginkan dirinya untuk
dipilih kembali oleh pemerintah dalam mengelola perusahaan farmasi tersebut.
Pada tahun 2004, PT. Indofarma melakukan praktik manajemen laba dengan menyajikan laba
bersih yang telah diperbesar nilainya, sebesar Rp. 28,8 Milyar. Hal ini sebagai dampak dari
penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga
pokok penjualan tahun tersebut diperkecil. Tindakan menaikan laba yang dilakukan oleh PT.
Indofarma merupakan motif agar labanya lebih besar.
Penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi manajemen laba sudah banyak
dilakukan. Penelitian yang dilakukan Chtourou et al. dan Midiastuty dan Machfoedz tentang
hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan
negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan
manajemen laba. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan Boediono yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Andiany, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Moses yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Marrakchi serta Veronica dan Siddharta menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba (Muliati, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurnaini menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya dorongan melakukan manajemen laba
dengan alasan perusahaan bsar mempunyai aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu
perusahaan besar juga dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi
Perusahaan perusahaan otomotif dan komponen di Indonesia semakin berkembang, dengan
permintaan pasar yang semakin meningkat. Dengan ditemukan banyaknya fenomena fenomena
perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba, ditemukan terdapat ketidakkonsistenan
penelitian penelitian terdahulu, dan semakin berkembangnya sektor otomotif dan komponen ini
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian praktik manajemen laba dalam sector industri
tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba perusahaan
perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan 2011.
2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba perusahaan
perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan 2011.
3. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba perusahaan perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek
Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011.
222
menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya. Yang mungkin tidak sesuai dengan
kepentingan principal. Seperti pemilik, pemegang saham, atau pemberi pinjaman akan lebih
besar.
2. Asimetri Informasi
Schift dan Lewin dalam Yushita (2010), menyatakan bahwa agen berada posisi yang
mempunyai informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan serta
keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa setiap individu
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada
posisi yang tidak diuntungkan.
Merujuk agency theory, laporan keuangan disiapkan oleh manajemen sebagai
pertanggungjawaban manajemen kepada principal. Karena manajemen terlibat secara
langsung dalam kegiatan usaha perusahaan, maka pihak manajemen memiliki asimetri
informasi dengan melaporkan segala sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Creative
accounting sangat mungkin dilakukan oleh manajemen dengan asimetri informasi yang
dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akaan
memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukan
tindakan tersebut. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan manajemen laba,
karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan.
Ada dua tipe asimetri informasi :
a) Adverse selection
Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan
atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih dari pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang
seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini
dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
b) Moral hazard
Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan
suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan
mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya
tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan
pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
3. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tidakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya
yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan dan penurunan profitabilitas perusahaan
untuk jangka panjang (Yushita, 2010).
Menurut Kurnaini (2009), terdapat tiga teknik dalam manajemen laba. Pertama,
memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Kedua, mengubah metode
akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Ketiga, menggeser periode biaya
atau pendapatan.
224
METODE PENELITIAN
Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian
ROA
Ukuran
Perusahaan
Manajemen
Laba
Struktur
Kepemilikan
Institusional
Hipotesis Penelitian
Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.
Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba.
Ha4 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan
Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.
225
Pengumpulan Data
Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2009-2011.
Tahun 2009 sebanyak 12 perusahaan.
Tahun 2010 sebanyak 12 perusahaan.
Tahun 2011 sebanyak 12 perusahaan.
Total sebanyak
36 perusahaan.
(c)
Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara
du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titiktitik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
(b)
Keterangan :
Y
= Manajemen Laba
a
= Konstanta
b1 b3 = Koefisien regresi
X1
= Profitabilitas
X2
= Ukuran Perusahaan
X3
= Struktur Kepemilikan Institusional
e
= error
Uji t (parsial)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh Profitabilitas (X1),
Ukuran Perusahaan (X2), Struktur Kepemilikan Institusional (X3) terhadap
variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y1). secara parsial,
Dasar pengambilan keputusan:
a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima
b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak
227
Perusahaan
Astra International Tbk 2009
Astra Auto Part Tbk 2009
Indo Kordsa Tbk 2009
Goodyear Indonesia Tbk 2009
Gajah Tunggal Tbk 2009
Indomobil Sukses International Tbk 2009
Indospring Tbk 2009
Multi Prima Sejahtera Tbk 2009
Multistrada Arah Sarana Tbk 2009
Nipress Tbk 2009
Prima alloy steel Universal Tbk 2009
Selamat Sempurna Tbk 2009
Astra International Tbk 2010
Astra Auto Part Tbk 2010
Indo Kordsa Tbk 2010
Goodyear Indonesia Tbk 2010
Gajah Tunggal Tbk 2010
Indomobil Sukses International Tbk 2010
Akrual Diskresioner
(4.905.232.000.000,00)
(372.400.812.000,00)
(955.201.133.672,00)
(412.468.903.992,00)
(715.697.480.000,00)
51.852.907.595,59
(32.437.579.489,41)
15.909.439.746,99
225.703.775.999,99
(60.357.844.876,63)
(78.674.195.761,23)
(504.428.400.121,05)
25.291.044.000.000,00
(859.461.736.000,01)
(894.469.324.980,01)
(205.257.944.722,42)
(1.764.677.656.000,01)
395.466.432.602,26
No.
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Perusahaan
Indospring Tbk 2010
Multi Prima Sejahtera Tbk 2010
Multistrada Arah Sarana Tbk 2010
Nipress Tbk 2010
Prima alloy steel Universal Tbk 2010
Selamat Sempurna Tbk 2010
Astra International Tbk 2011
Astra Auto Part Tbk 2011
Indo Kordsa Tbk 2011
Goodyear Indonesia Tbk 2011
Gajah Tunggal Tbk 2011
Indomobil Sukses International Tbk 2011
Indospring Tbk 2011
Multi Prima Sejahtera Tbk 2011
Multistrada Arah Sarana Tbk 2011
Nipress Tbk 2011
Prima alloy steel Universal Tbk 2011
Selamat Sempurna Tbk 2011
Akrual Diskresioner
(79.561.679.706,45)
(371.902.605,16)
(21.660.356.000,01)
(55.740.701.570,36)
(282.876.739.260,24)
(402.372.405.266,86)
(3.290.036.000.000,02)
(951.242.284.000,01)
(944.638.049.448,00)
(376.082.248.261,62)
(2.209.104.656.000,01)
1.327.956.578.487,57
216.407.688.921,48
6.727.632.800,60
(799.537.760.000,02)
(46.625.626.682,96)
(254.810.728.547,42)
(521.624.096.050,55)
Std. Deviation
-262422267650,3430
253911901604,51300
36
,0617
,06461
36
,5358
2,37959
36
,0607
,09243
36
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan otomotif dan komponen yang
go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2011. Terindikasi secara
menyeluruh telah melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan laba rata rata
sebesar 262.422.267.650,34.
2. Uji Kausalitas
3.
a. Uji Kualitas Data
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data
228
Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik titik berada
mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data
tersebut dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa
data tersebut berdistribusi normal.
Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s
Unstandardized Coefficients
Model
1 (Constant)
ROA
Std. Error
Beta
-160937043243,381
50978835662,782
Correlations
ZeroSig. order Partial Part
Collinearity
Statistics
Tolerance
VIF
-3,157 ,003
-2441412683287,980
501375731218,654
UP
10946417217,926
13247955858,661
,826 ,415
,027
-,652 -,592
,145
,100
,909 1,100
,960 1,042
SKI
712335960973,006
347324072317,130
,259
2,051 ,049
,419
,341
,249
,926 1,080
a. Dependent Variable: DA
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hai ini menjelaskan bahwa
tidak terdapat multikolinieritas.
(2) Uji Autokorelasi
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Change Statistics
R Square
Sig. F
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change F Change df1 df2 Change Durbin-Watson
Model R
1
,527
,482
,726a
a. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA
182707652290,52500
,527
11,865
3 32
,000
1,689
b. Dependent Variable: DA
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa du < DW < 4-du = 1,6539 < 1,689 <
2,3461. Hai ini menjelaskan bahwa tidak terdapat autokorelasi, karena angka D-W
berada diantara du dan 4-du.
(3) Uji Heterokedastisitas
Gambar 3 Hasil Uji Heterokedastisitas
229
Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa titik titik menyebar pada
gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukan
bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur
Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Tabel 4 Hasil Uji t
a
Model
1 (Constant)
ROA
UP
SKI
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-160937043243,381
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Correlations
Statistics
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
VIF
Sig.
50978835662,782
-3,157 ,003
-2441412683287,980 501375731218,654
-,668
-,652 -,592
,909 1,100
,103
,826 ,415
,027
,145 ,100
,960 1,042
,419
,341 ,249
,926 1,080
10946417217,926
13247955858,661
712335960973,006 347324072317,130
a. Dependent Variable: DA
ANOVA
Sum of Squares
Model
1 Regression
1188267123598210000000000,000
df
Mean Square
Sig.
Residual
1068226758576490000000000,000 32 33382086205515300000000,000
Total
2256493882174700000000000,000 35
a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA
Ho4
Ha4
Ha4 diterima
dilihat bahwa nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa terdapat
pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional
secara simultan terhadap Manajemen Laba.
Bentuk persamaan model regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut :
231
Muliati, Ni Ketut. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik
Manajemen Laba di perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek, 2011
Yushita, A. Novi. Earning Management dalam Hubungan Keagenan, 2010
Kurniawan, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage
yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 Sampai Dengan 2009,
2012
Subramanyam, Analisis Laporan Keuangan, 2010
Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,
2011
Handayani, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, 2009
Nuvita, Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010, 2012
233
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi
Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk
mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini (1) motivasi kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), (2) motivasi
ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk
mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) dan (3) motivasi kualitas dan motivasi ekonomi
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi
untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Penelitian ini menggunakan responden 53 orang mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi
S1 Universitas Esa unggul yang telah lulus mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua sampai
semester ganjil 2012-2013. Sampel diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data
penelitian ini diperoleh menggunakan lembar kuesioner dan selanjutnya dianalisis
menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian adalah (1) hipotesis pertama diterima karena motivasi kualitas mempunyai
pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi
akuntansi (PPAk), (2) hipotesis kedua ditolak karena motivasi ekonomi tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi
(PPAk) dan (3) hipotesis ketiga diterima karena motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara
simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Kata kunci : motivasi kualitas, motivasi ekonomi, minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi
akuntansi (PPAk)
234
PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang masih banyak diminati oleh para
mahasiswa di fakultas ekonomi pada saat ini karena masih banyak pekerjaan yang dapat diisi
oleh para lulusannya. Dari hasil penelitian Basuki (2006) menyebutkan bahwa rata-rata
mahasiswa memilih jurusan akuntansi, didorong oleh keinginan mereka untuk menjadi
profisional dibidang akuntansi. Selain itu mereka juga termotivasi oleh anggapan bahwa akuntan
dimasa mendatang akan sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi dan perusahaan, khususnya di
Indonesia.
Menurut Sundem (2006), pendidikan akuntansi harus menghasilkan para akuntan yang
professional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad mendatang.
Pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang profesional sebagai akuntan akan
tidak laku dipasaran tenaga kerja. Keraguan atas kualitas pendidikan tinggi akuntansi dalam
menghasilkan tenaga akuntan yang professional telah dikemukakan oleh Foo (2006) yang
mendeteksi pendidikan tinggi di Indonesia dan Singapura tentang proses pendidikan akuntan di
dua Negara tersebut. Di Indonesia menurut Foo (2011) proses pendidikan akuntansi
manghasilkan akuntan yang diskriminatif dan tidak profesional. Pemberian gelar akuntan di
Indonesia didasarkan atas Undang-Undang No. 43 tahun 1945, yang menyatakan bahwa gelar
akuntan diberikan kepada lulusan perguruan tinggi negeri atau swasta yang memenuhi syarat
untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikannya atau perguruan tinggi negeri yang
ditunjuk oleh pemerintah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka perguruan tinggi
seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Air
langga, STAN, Universitas Brawijaya dan Univeritas Sumatera Utara akan menghasilkan
akuntan secara automatis.
Menurut Machfoed (2004) proses pemberian gelar akuntan yang bersifat deskriminatif
tersebut, akan mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah tidak meratanya tingkat
profesionalisme para akuntan di pasaran tenaga kerja. Alasan inilah yang menyebabkan
organisasi profesi akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia) dan Departemen Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan melalui Dirjen Dikti merasa perlu meninjau kembali peraturan yang berlaku untuk
menghasilkan akuntan yang profesional. Melalui Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional
Nomor. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akutansi (PPAk), dan Surat
Keputusan Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaan ijazah
akuntan, serta dengan ditandatangani Nota Kesepahaman (Mou) pada tanggal 28 Maret 2002,
antara Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan Dirjen Dikti Depdiknas atas pelaksanaan
Pendidikan Profesi Akuntansi, yang pada akhirnya Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) di
Indonesia dapat terealisasi setelah sekian lama ditunggu oleh berbagai kalangan khususnya para
penyelenggara pendidikan akuntansi yang lulusannya tidak secara automatis mendapat gelar
dengan sebutan akuntan.
Dengan dikeluarkannya kedua surat keputusan tersebut, pendidikan akuntansi di
Indonesia secara resmi memiliki pendidikan berbasis profesi. Selama ini pendidikan akuntansi
menitikberatkan pada aspek akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat
penting terkesan tidak mendapat perhatian dalam Samiaji (2011). Dengan dimulainya
pelaksanaan program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejak September 2002, maka gelar
akuntan bukan lagi dimonopoli oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertentu yang diberikan hak
istimewa oleh Depdiknas, tetapi sudah menjadi hak bersama bagi seluruh perguruan tinggi negeri
maupun perguruan tinggi swasta. Dengan demikian dapat diharapkan para akuntan junior
235
maupun senior di masa akan datang, khususnya dalam era globalisasi ekonomi abad 21, akan
menjadi akuntan yang profesional dan siap menghadapi persaingan di tingkat global dan mampu
bersaing dengan akuntan belahan dunia lainnya. Berikut ini adalah tabel yang mencerminkan
Minat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul secara acak terhadap minat
menempuh PPAk:
Table 1.1
Minat Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Esa Unggul Menempuh
PPAk
Mahasiswa yang minta PPAk
9
45%
Mahasiswa yang tidak minat PPak
11
55%
JUMLAH
20
100%
profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
motivasi karir dan motivasi mengikuti UAP berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa
akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, motivasi
gelar, biaya pendidikan dan masa studi PPAk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang
telah mengambil mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang didapat masih banyak mahasiswa fakultas
ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak berminat mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk).
2. Untuk mengetahui Motivasi Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk).
3. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas dan Motivasi Ekonomi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
KAJIAN TEORI
1. Motivasi Kualitas
Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan motivasi kualitas
adalah Dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan
meningkatkan kualitas atau kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan
benar
Adapun beberapa dimensi dari motivsi kualitas menurut Kusumaningsih (2010), yaitu
sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang yang ahli dibidangnya harus
memiliki pengetahuan yang lebih baik, seperti untuk seorang akuntan harus memiliki
pengetahuan yang lebih dibidang akuntansi. Untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih baik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengikuti pendidikan
jenjang yang lebih tinggi, membaca, serta masih banyak cara lain untuk dapat
mengeksplorasi diri agar kualitas pengetahuan menjadi lebih baik. Dari dimensi
pengetahuan terdapat beberapa indikator, yaitu:
1) Mendapat pengetahuan tentang isu-isu kebijakan dan peraturan akuntansi terkini.
2) Meningkatkan pengetahuan perpajakan dan pengaruhnya terhadap keputusan
keuangan dan manajerial.
3) Meningkatkan pengetahuan organisasional dan lingkungan bisnis.
4) Meningkatkan pengetahuan dalam bidang keuangan.
237
Kemampuan
Kemampuan yang dimaksudkan dalam operasional variabel disini seperti
kemampuan seseorang dalam menganalisis, menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang terbaik. Selain itu, kemampuan interpersonal yang dimilikipun harus
dikembangkan seperti kemampuan bekerja sama dengan kelompok. Adapun beberapa
indikator dalam dimensi kemampuan, yaitu sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemampuan analitis, decision making dan problem solving.
2) Meningkatkan keahlian dalam mengaplikasikan pengetahuan akuntansi untuk
memecahkan masalah riil dalam kehidupan sehari-hari.
3) Meningkatkan kemampuan interpersonal, seperti kemampuan bekerja sama dalam
kelompok.
4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun tertulis.
5) Meningkatkan kemampuan dalam praktek audit.
2. Motivasi Ekonomi
Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan
motivasi ekonomi adalah Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk
meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan
finansial yang diinginkan
Adapun beberapa dimensi Motivasi Ekonomi menurut Kusumaningsih (2010) yaitu
sebagai berikut:
a. Finansial
Dalam dimensi finansial ini sangat krusial sekali nilainya dimana dengan adanya
dorongan finansial yang tinggi tentu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk
mendapatkan finansial. Finansial tersebut dapat diperoleh melalui gaji besar, adanya
kenaikan gaji setiap periode tertentu, adanya bonus yang diberikan di akhir tahun
maupun target yang telah kita capai. Dari dimensi finansial terdapat beberapa
indikator yaitu:
1) Memperoleh pekerjaan dengan gaji jangka panjang yang besar.
2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan tunjangan keluarga.
3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan gaji tambahan (diluar gaji pokok,
seperti honor) yang tinggi.
4) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan kenaikan gaji setiap periode tertentu.
5) Mendapatkan pekerjaan dengan starting salary atau gaji awal tinggi.
6) Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kebijakan yang jelas dalam pemberian gaji
yang lembur.
7) Mendapatkan bonus akhir tahun yang besar.
b. Fasilitas
Fasilitas merupakan inventaris yang didapatkan atas hasil kerja atau usaha yang telah
kita lakukan. Fasilitas ini banyak sekali jenisnya seperti opsi saham, rumah dinas,
238
kendaraan dan masih banyak lagi fasilitas yang diberikan oleh perusahaan maupun
instansi tertentu. Selanjutnya dari dimensi fasilitas terdapat beberapa indikator yaitu:
1) Memperoleh pekerjaan dengan fasilitas yang memadai, seperti mobil dan rumah
dinas.
2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan fasilitas opsi saham.
3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan program dana pensiun.
3. Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008) minat yaitu
kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Selanjutnya
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa mendefinisikan minat sebagai keinginan
untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu.
Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan minat
adalah Keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan
membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya
Sandjaja (2011) mendefinisikan minat adalah Suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek
lingkungan. Selain itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.
Stiggins (2011) mendefinisikan minat adalah Salah satu dimensi dari aspek aktif
yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Aspek efektif adalah aspek yang
mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak
yang mempengaruhi pikiran dan tindaka seseorang.
Dalam dimensi efektif tersebut ada beberapa hal yaitu :
a. Berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda.
b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang
berlawanan, tidak positif dan tidak negative.
c. Berbagai perasaan yang memiliki intensitas yang berbeda, dari kuat ke sedang ke
lemah.
Adapun beberapa dimensi Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)
menurut kusumaningsih (2010), yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan Kualitas Karir
Peningkatan kualitas karir ini berhubungan dengan adanya perkembangan bagi
profesi akuntan. Karena dengan adanya kualitas yang baik dari segi pendidikan
tentunya akan mendapatkan kualitas profesi akuntan yang baik pula. Pendidikan yang
cukup serta kesiapan mental untuk dapat menghadapi isu-isu yang ada didalam dunia
profesi akuntansi. Dari dimensi peningkatan kualitas karir ada bebrapa indikator yaitu:
1) Pendidikan Profesi Akuntansi dapat membantu perkembangan profesi akuntansi.
2) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat meningkatkan kualitas calon
akuntan.
3) Tertarik entuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat membantu kesuksesan karir
dalam profesi akuntansi.
239
Pengumpulan Data
Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan metode slovin method yang
menghasilkan sampel sebanyak 53 responden dari jumlah populasi 109 responden.
Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, karena
sampel penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang
berkuliah di Universitas Esa Unggul. Kriteria Responden Mahasiswa sebagai berikut:
a.
Mahasiswa masih aktif di semester ganjil 2012/2013.
b.
Mahasiswa program Reguler Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa
Unggul Jakarta.
c.
Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah lulus Mata Kuliah Pemeriksaaan Akuntansi
Dua.
2) Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah tingkat keandalan suatu indeks yang menunjukkan angka
konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur jawaban responden. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Cronbach Alpha dengan
melakukan pengujian awal terhadap 30 responden pada saat pra survey, maka
kuesioner disebut reliabel, jika nilai cronbach alpha 0,61-0,80.
b. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian mengenai subjek
penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari responden. Metode ini
dinyatakan dalam bentuk uraian dari masing-masing variabel yang dilakukan sebelum uji
hipotesis. Analisis deskriptif ini menggunakan rentang skala untuk menetapkan kategori
persepsi dari tiap item pernyataan.
c.
= Bilangan konstanta
1...n = Koefisien arah regresi
X1
= Motivasi Kualitas
X2
= Motivasi Ekonomi
e
= Koefisien error
241
2) Uji t
Hasil uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel
independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap
variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y), dengan menganggap variabel
lainnya konstan.
yaitu Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Y). Jika hasil
uji t lebih kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut ini merupakan tabel hasil
uji statistik pengaruh secara parsial :
Tabel 5.8
Uji t
Coefficients a
Model
1
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
s
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
(Constant)
1.013
.532
X1
.793
.182
X2
-.103
.151
Correlations
Zeroorder Partial Part
Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF
t
1.902
Sig.
.063
.663
4.364
.000
.594
.525
.494
.556
1.797
-.103
-.681
.499
.338
-.096
-.077
.556
1.797
a. Dependent Variable: Y
1) Hipotesis 1
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi kualitas dengan minat mengikuti
PPAk
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi kualitas terhadap minat mahasiswa
mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima artinya
terdapat pengaruh Motivasi Kualitas terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk.
Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05.
2) Hipotesis 2
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi ekonomi dengan minat
mahasiswa mengikuti PPAk
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa
mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Motivasi Ekonomi terhadap Minat Mahasiswa
Mengikuti PPAk. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,499 > 0,05.
b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi
Terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel
independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap Minat
Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Y). Jika hasil uji F lebih
kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikuti ini merupakan tabel hasil uji
f, pengaruh secara simultan sebagai berikut:
243
Tabel 5.9
Uji F
ANOVAa
Sum of
Squares
Model
1
Mean
Square
df
Regressio
n
Residual
6.982
3.491
12.490
50
.250
Total
19.472
52
F
13.975
Sig.
.000 b
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
a. Hipotesis 3
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara
simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk
Ha3 : Terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan
terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima artinya terdapat
pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat
mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Hal ini dikarenakan
nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Adapun persamaan regresi yang dapat disajikan
sebagai berikut:
Y = 1,013 + 0,793 X1 0,103 X2 +
Dari hasil uji asumsi diatas, maka pembahasan sebagai berikut:
1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar 1,013.
Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen dalam keadaan tetap atau 0.
Maka minat mahasiswa mengikuti PPAk naik sebesar 1,013.
2. Dengan tingkat koefisien 0,793 untuk motivasi kualitas menunjukan bahwa
apabila motivasi kualitas naik sebesar 1 dan motivasi ekonomi dianggap konstan
maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan naik sebesar 0,793.
3. Dengan tingkat koefisien -0,103 untuk motivasi ekonomi menunjukan bahwa
apabila motivasi ekonomi naik sebesar 1 dan motivasi kualitas dianggap konstan,
maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan turun sebesar 0,103, tetapi tidak
berpengaruh secara signifikan.
4. Keterbatasan Penelitian
Mengingat luasnya aspek pembahasan maka penelitian ini dibatasi oleh motivasi
kualitas dan motivasi ekonomi, selain itu juga penelitian ini dibatasi pada minat dengan
responden mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Esa Unggul yang telah lulus
mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua pada semester ganjil 2012-2013.
244
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab
V, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian hipotesis pertama (H1) disimpulkan bahwa motivasi kualitas
mempunya pengaruh yang signifikan terhadapa minat mahaiswa mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
0,000 < 0,05.
2. Dari hasil pengujian hipotesis kedua (H2) disimpulkan bahwa motivasi motivasi
ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
0,499 > 0,05.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) disimpulkan bahwa motivasi
kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti penddikan profesi akuntansi
(PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing variabel
independen 0,000 < 0,05.
6. Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya mahasiswa kelas reguler tetapi
mengikut sertakan mahasiswa kelas karyawan jurusan akuntansi di Universitas Esa
Unggul, sehingga pengungkapan penelitian terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk) lebih luas dibandingkan penelitian terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik, Edisi
Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Arens & Loebbecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu, Diterjemahkan Oleh Amir Abadi
Jusuf, Edisi Indonesia, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Azwar. Repository. Usu. Ac. Id/Bistream/123456789/19289/4/Chapter II. Pdf.
Benny, Elly dan Yuskar. 2006. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk
Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Simposium Nasional Akuntansi IX.
Ikbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk
Mengikuti Pendidikan PPAk. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Kusumaningsum, Nana Wulansari. 2010. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa
Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2006 Untuk Mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk). Skripsi Universita Bina Nusantara.
245
Lisnasari, Riani Nurainah dan Fitriany. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Accounting
Conference, Doctoral Colloqocium dan Accounting Workshop.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi keempat, Penerbit Pt.
Gramedia Pustaka Utama.
Prawita, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Cetakan Pertama,
Penerbit AR Ruzz Media.
Rahayu, Sri dan R. Wedi Rusmawan. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Untuk Mengikuti Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Pengantar Psikologi Umum, Cetakan Keempat, Pt. Raja
Grafindo Persada.
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keprilakuan, Edisi Pertama, Penerbit C.V. Andi.
Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa
Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional
Akuntansi VII.
246
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh atas pencatatan menurut
perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan
transaksi valuta asing pada laporan keuangan. Hasil perbandingan dari pencatatan perusahaan
dan PSAK No.10 menggunakan kurs yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada kurs
transaksi dan kurs saat tutup buku. Jenis data yang digunakan menggunakan data secara
kuantitatif, yaitu langsung mengambil data dari perusahaan dan hasil wawancara manager.
Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana Refrigeratama
dengan membandingan metode pencatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan
menurut PSAK No.10 periode selama tahun 2011. Kesimpulan dari hasil penelitian pencatatan
menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas transaksi valuta asing tidak
mempunyai pengaruh pada laporan keuangan.
Kata Kunci : Transaksi Valuta Asing, Kurs Tengah BI, Kurs Pajak, PSAK No.10, PSAK No.11
PENDAHULUAN
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Mata uang fungsional, mata uang yang digunakan oleh suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang
negara dimana perusahaan itu berlokasi atau mata uang yang berlaku di suatu wilayah negara.
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam 2 (dua) cara
yaitu pertama melakukan transaksi mata uang asing dalam pembelian atau menjual barang atau
jasa, dan kedua adalah melakukan kegiatan usaha diluar negeri. Transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat perusahaan membeli atau menjual dengan pembayaran yang dilakukan mata
uang asing dimana suatu mata uang asing dapat berdenomasi dalam suatu mata uang asing tetapi
ditukar atau dicatat dalam mata uang yang lain. Pengaruh mata uang dalam berkaitan dengan
transaksi dalam mata uang asing yaitu transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa
terhadap mata uang asing pelaporan yang dihasilkan dari proses tersebut. Mata uang asing
247
adalah mata uang selain mata uang fungsional. Di Indonesia akuntansi untuk transaksi dalam
mata uang asing di atur dalam Standar Akuntasi Keuangan Tahun 2009 yaitu PSAK No10
tentang transaksi dalam mata uang asing dan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang
meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs
valuta asing dalam laporan keuangan. Kurs adalah perbandingan nilai antara satu mata uang
dengan mata uang lainnya. Dimana terdapat jenis jenis kurs yang digunakan dalam transaksi
valuta asing yaitu : Spot rate, Current rate, Hyitorical rate, Forward rate dan Kurs BI tengah.
Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata
uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Mata uang pelaporan
adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
Demikian pula yang dilakukan oleh PT Sarana Refrigeratama yang merupakan perusahaan
dagang dimana sebagai distributor tunggal di Indonesia yang memiliki principle di Negara Italy
dan Thailand. PT Sarana Refrigeratama sebagai perusahaan importir, melakukan kegiatan
pembelian barang dari negara lain dimana menggunakan uang mata uang asing dalam melakukan
pembayaran atas pembelian impor. Dan PT Sarana refrigeratama melakukan penjualan di dalam
negeri dengan menggunakan mata uang fungsional ( IDR) dan mata uang asing asing (USD dan
EURO). Atas transaksi tersebut yang menimbulkan pencatatan tentang kurs pada saat transaksi,
pada akhir periode dan pada saat pembayaran atau penerimaan piutang sehingga mengakibatkan
selisih kurs. Perlakuan atas selisih kurs yang timbul untuk transaksi pembelian dan penjualan
dalam pencatatan laporan keuangan, menjadikan dasar untuk peneliti untuk mengkaji akun
selisih kurs atas laporan keuangan oleh PT Sarana Refrigeratama apakah sesuai dengan PSAK
No. 10 tahun 2009 dan IFRS tahun 2012.
Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian
dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing dan Pengaruhnya Terhadap Laporan
Keuangan (Studi Kasus PT Sarana Refrigeratama).
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian
dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?
2. Bagaimana pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian
dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?
3. Bagaimana hasil perbandingan pencatatan perusahaan dengan pencatatan sesuai PSAK No.10
terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing pada laporan
keuangan ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan menurut perusahaan terhadap
selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan
keuangan.
2. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih
kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan.
248
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
ekonomi. Sedangkan dalam negara yang berbeda mata uang menyediakan unit
pengukuran untuk aktivitas ekonomi dan sumber daya dari negaranya masing masing.
Setiap transaksi tersebut dalam catatan keuangan, transaksi itu harus diukur dalam mata
uang. Mata uang yang digunakan untuk mencatat transaksi dan yang diperlukan untuk
menyelesaikan transaksi tersebut adalah sama. Jika sebuah perusahaan melakukan
transaksi membeli dan menjual barang dagangan dengan mata uang asing maka
perusahaan tersebut harus mentranslasikan transaksi pembelian dan penjualan kedalam
mata uang yang berlaku di negara tersebut. Contohnya PT X melakukan transaksi
pembelian dan penjualan mengunakan mata uang asing USD dan EURO maka ketika
mentranslasikan mata uang asing ke dalam laporan keuangan haruslah mengunakan mata
uang rupiah karena PT X mendirikan perusahaan di negara Indonesia maka mata uang
yang berlaku adalah rupiah. Apabila timbul piutang atau utang dalam transaksi pembelian
dan penjualan barang dengan mata uang asing, akan terjadi penerimaan dan pengeluaran
mata uang asing tersebut untuk menyelesaikannya. Piutang atau utang
itu
didenominasikan (denominated) dalam suatu mata uang apabila akan dicatat pada laporan
keuangan dalam mata uang fungsional. Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah rasio
antara unit dari satu mata uang dan jumlah mata uang lainnya di mana unit tersebut dapat
ditukarkan pada suatu waktu tertentu.34 Beberapa jenis kurs antara lain :
a. Kurs Spot (Spot Rate) adalah kurs yang disepakati pada saat transaksi atau kurs
tunai yang berlaku pada saat transaksi.
b. Kurs Sekarang (Current Rate) adalah Nilai tukar pada saat di susunnya laporan
keuangan yaitu pada saat neraca atau kurs dimana satu unit mata uang dapat
dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca.
c. Kurs Historis (Hyitorical Rate) adalah Nilai tukar pada nilai tertentu di masa lalu atau
kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
Kurs Masa Depan (Forward Rate) adalah Nilai tukar yang disepakatin pada tanggal tertentu
di masa akan datang atau kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam kontrak
berjangka.
Metode dalam translasi valuta asing dapat digunakan berbagai metode antara lain :
1. Metode Single Rate Menjabarkan semua saldo valuta asing dengan kurs current yang
akan menghasilkan suatu keuntungan maupun kerugian pada setiap perubahaan kurs
pada saat ditranslasikan. Penyesuaian tersebut yang akan mengakibatkan penyimpangan
dari laporan keuangan. Kondisi ini sering terjadi akan mengakibatkan keuntungan dan
kerugian karena tidak direalisasikan secara penuh sebab perubahaan kurs pertukaran
sering berbanding balik arah.
2. Metode Multiple Rate Memiliki 2 (dua) jenis yaitu pertama metode current non current
adalah asset lancar dan kewajiban lancer ditranslasikan dalam laporan keuangan
perusahaan induk dengan menggunakan kurs yang berlaku. Aset dan kewajiban tidak
lancer ditranslasikan dengan kurs historis, ternasuk unsur - unsur dalam laporan
keuangan kecuali beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan memakai kurs rata rata
dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Kedua metode moneter nonmoneter
34
Floyd A. Beams, dkk, Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting) Jilid 2, Erlangga, 2009, Hal 2.
250
merupakan asset dan kewajiban moneter (kas, piutang dan utang ternasuk utang jangka
panjang) ditranslasikan memakai kurs berlaku. Unsur unsur non moneter (asset tetap,
investasi jangka panjang dan persedian) ditranslasikan menggunakan kurs historis.
3. Metode Temporal, Hutang, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan
ditranslasikan memakai kurs berlaku pada tanggal neraca. Aset dan kewajiban yang dapat
diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada
tanggal yang berkenan dengan harga uang tersebut. Jadi unsur unsur non moneter harus
ditranslasikan sesuai dengan basis pengukuran aslinya, secara khususnya asset yang
tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan
memakai kurs historis.
3.
4. Pengungkapan
Perusahaan harus mengungkapkan:
a) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode
tersebut.
251
b) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang
terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
c) Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu
aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam paragraf 20.
5. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi.
6. Pelaporan pada tanggal neraca berikutnya pada setiap tanggal neraca:
1) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca.
2) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
3) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan
menggunakan
kurs yang berlaku pada
saat nilai
tersebut
ditentukan.
7. Pengakuan selisih kurs
Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal
neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau
dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.
8. Kurs Tengah Bank Indonesia35
BI rate merupakan acuan suku bunga yang berlaku di Indonesia. BI rate adalah suatu
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dimana BI rate memiliki
fungsi sebagai media yang dapat menaikkan BI rate apabila terjadi inflasi yang dikemudian
hari akan terjadi kenaikan melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Bahkan dapat sebaliknya
BI rate dapat diturunkan apabila inflasi mengalami penurunan dari sasaran yang telah
ditetapkan. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia setiap bulanan dan
diimplementasi pada kegiatan moneter melalui pengelolan likuiditas dipasar uang untuk
mencapai sasaran operasional moneter. Kebijakan sasaran operasional moneter dicerminkan
melalui pergerakan suku bunga pasar uang antar bank, pergerakan ini dapat diikuti oleh
perkembangan suku bunga deposito dan selanjutnya suku bunga kredit perbankan.
35
Bank
Indonesia,
2008,
Penjelasan
BI
Rate
sebagai
Suku
Bunga
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate, diakses tanggal 25 November 2012
Acuan,
252
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian, penulis memilih PT Sarana Refrigeratama yang berkedudukan di Jalan
Tomang Raya No.20C Jakarta Barat sebagai tempat penelitian guna memperoleh data data
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Waktu penelitian ini penulis menggunakan
data data perusahaan selama periode tahun 2011, dimana penulis mengobservasi,
mengumpulkan dan menganalisa dari mulai bulan Januari 2012 sampai bulan Januari 2013.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan data secara kuantitatif, yaitu
langsung mengambil data dari perusahaan PT Sarana Refrigeratama atau mengambil data dari
sumber internal dan hasil wawancara manager perusahaan PT Sarana Refrigeratama. Untuk data
kualitatif seperti sejarah perusahaan atau gambaran umum perusahaan hanya digunakan sebagai
bahan pelengkap. Sumber data berasal dari data internal perusahaan, dimana penulis terlibat
langsung dalam perusahaan PT Sarana Refrigeratama sehingga data langsung dari sumbernya
dan laporan keuangan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan
Dilakukan dengan mengumpulkan data teoritis guna menunjang pembahasan masalah,
membaca atau mempelajari buku buku literatur maupan tulisan tulisan ilmiah
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dan melalui mata kuliah yang telah didapatin
selama perkuliahan guna menambah bahan skripsi ini.
2. Studi Lapangan
Metode pengumpulan data dengan terlibat secara langsung dan menganalisa serta
mendokumentasi data data yang diperlukan guna menunjang penelitian dan melalui
wawancara dalam memberikan informasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Metode Analisa Data
Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana
Refrigeratama dengan metode pancatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan
menurut PSAK No.10 dalam pencatatan selisih kurs dalam periode selama tahun 2011. Penulis
juga menyajikan perbandingan laporan keuangan menurut perusahaan dan PSAK No.10 dalam
pencatatan selisih kurs sehingga terlihat dampak dalam laporan keuangan.
Definisi Operasional Variabel
1) Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang
sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.
2) Pembelian adalah Suatu kegiatan membeli barang dagang atau jasa untuk memenuhi suatu
kebutuhan dapat dilakukan baik secara tunai atau kredit.
3) Penjualan adalah Suatu transaksi yang menghasilkan penerimaan dari hasil pengiriman
barang atau penyertaan jasa baik yang diterima secara tunai atau kredit.
253
4) Transaksi valuta asing adalah transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa atau
pembayaran peminjaman atau penerimaan, dimana proses penjabaran jumlah atau hitungan
menggunakan satu mata uang yang dipilih antara dua mata uang.
5) Laporan keuangan adalah Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu peiode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Perusahaan (RP)
225.246,23
Transaksi
2.725.063.328
Tutup Buku
2.785.699.856
Selisih kurs
(60.636.528)
$ 978.004,70
8.592.169.546
8.619.249.617
(27.080.071)
Total
11.317.232.874
11.404.949.473
(87.716.599)
Perusahaan (RP)
318.538,64
Transaksi
3.892.161.156
Tutup Buku
3.888.117.535
Selisih kurs
(4.043.621)
$ 1.500.321,68
13.185.257.505
13.172.394.032
(12.863.473)
Total
17.077.418.661
17.060.511.567
(16.907.094)
Akun
Pembelian
Hutang
Piutang
Penjualan
Rugi selisih kurs
Hutang
Rugi selisih kurs
Piutang
Debet (RP)
11.317.232.874
Kredit (RP)
11.317.232.874
17.077.418.661
17.077.418.661
87.716.599
87.716.599
16.907.094
16.907.094
254
Akun
Rugi kurs
Rugi kurs
Debet (RP)
87.716.599
16.907.094
104.623.694
Kredit (RP)
Transaksi
2.779.689.395
8.756.459.652
11.536.149.048
Selisih kurs
(6.010.461)
137.210.035
131.199.575
Transaksi
3,955,078,613
13.362.856.755
17.317.935.368
Selisih kurs
(66.961.078)
(190.462.722)
(257.423.801)
Akun
Pembelian
Hutang
Piutang
Penjualan
Hutang
Laba selisih
kurs
Rugi selisih
kurs
Piutang
Debet (RP)
11.536.149.048
Kredit (RP)
11.536.149.048
17.317.935.368
17.317.935.368
131.199.575
131.199.575
257.423.80
257.423.801
255
Akun
Laba kurs
Rugi kurs
Debet (RP)
257.423.801
126.224.226
Kredit (RP)
131.199.575
-
Perusahaan
(RP)
PSAK No.10
(RP)
Selisihnya
(RP)
16.984.469.376
12.761.176.071
4.223.293.305
17.224.986.083
12.980.092.244
4.244.893.839
240.516.707
218.916.173
21.600.534
2.078.158.808
2.145.134.497
976.317.536
2.078.158.808
2.166.735.031
954.717.004
0
21.600.534
21.600.532
3.121.452.033
3.121.452.035
Transaksi valuta asing atas pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi dan
pelaporan pada waktu tutup buku, menghasilkan selisih kurs mempengaruhi pada laporan
keuangan . Hasil perbandingan laporan keuangan berdasarkan perusahaan dan PSAK No. 10 atas
pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing dapat terlihat laba bersih sebelum pajak
penghasilan menurut pencatatan perusahaan adalah Rp 3.121.452.033. Dan laba bersih sebelum
pajak penghasilan menurut pencatatan PSAK No.10 sebesar Rp 3.121.452.035 maka perbedaan
laba bersih menurut PSAK No.10 beda tipis dibandingkan laba bersih menurut perusahaan,
sehingga terdapat selisihnya Rp 2.
Selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada saat transaksi dan pelaporan menghasilkan laba
selisih kurs atau rugi selisih kurs dikelompokkan pada pendapatan dan biaya diluar usaha, yaitu
menurut perusahaan sebesar Rp 976.317.536 sedangkan berdasarkan PSAK No.10 sebesar Rp
954.717.004 sehingga terdapat selisihnya adalah Rp 21.600.532 maka pendapatan dan biaya
diluar usaha menurut perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatan dan biaya diluar usaha
menurut PSAK No.10.
Terakhir dapat dibandingakan hasil laba kotor penjualan menurut pencatatan perusahaan
dengan pencatatan PSAK No.10 yaitu laba kotor penjualan menurut perusahaan sebesar Rp
4.223.293.305 dan laba kotor penjualan menurut PSAK No.10 sebesar Rp 4.244.893.839 maka
256
terdapat selisihnya sebesar Rp 21.600.534. Dapat dilihat bahwa laba kotor penjualan menurut
PSAK No.10 lebih besar dibandingkan laba kotor penjualan menurut perusahaan.
Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 menghasilan laba kotor
penjualan adalah Rp 21.600.534 dan laba rugi diluar usaha menhasilkan Rp 21.600.532. Jadi
dapat terlihat perbedaannya Rp 2 suatu nilai yang sangat kecil terhadap selisih kurs atas
pembelian dan penjualan transaksi valuta asing.
Saran
Setiap transaksi sebaiknya perusahaan konsisten menggunakan kurs, yaitu kurs pajak dan
kurs tengah BI saat transaksi dan pada waktu pelaporan selama periode berjalan dalam
transaksi pembelian dan penjualan valuta asing, apabila sulit untuk melakukan hedging pada
transaksi tersebut.
257
DAFTAR PUSTAKA
Bank Sentral Republik Indonesia. (2008). Penjelasan BI Rate sebagai Suku
Bunga Acuan. BI Rate. Diperoleh 25 November 2012
Dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate.
Bragg, S.M., IFRS Made Easy, Indeks, Jakarta, 2012
Choi, F.D.S. dan Meek, G.K., Akuntansi International, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2010
Donald, E.K., Weygandt, J.J., dan Warfield, T.D., Akuntansi Intermediate, Edisi 5,
Erlangga, Jakarta, 2010
Germon, H., dan Meek, G.K., Akuntansi Perspektif International, Jilid 5, Andi,
Yogyakarta, 2007
Mursyidi, Akuntansi Dasar, Edisi 1, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009
Syafri, S., Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, PT Rajagrafindo Persada Jakarta, 2011
Syakur, A.S., Intermediate Accounting, Jilid 1, Av Publisher, Jakarta, 2009
Zebua, F., Akuntansi International, Jilid 1, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008
Website : www.saranarefrigeratama.com
258
nilai
PENDAHULUAN
Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba yaitu
tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba yang
dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam berinvestasi.
Menurut Belkaoui yang dikutip Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba merupakan normalisasi
laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Selain itu
menurut Sri Sulistyanto perataan laba adalah Upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama
selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya
259
periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya
sesungguhnya.
Salah satu perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di Indonesia ialah PT. Kimia
farma. Dalam blog David Parsaoran diduga PT. Kimia farma melakukan manipulasi laba bersih
dalam laporan keuangan tahun 2001 dalam laporan keuangan tersebut PT. Kimia farma
menghasilkan laba sebesar Rp. 132 Miliar. Tetapi kecurangan tersebut akhirnya terbongkar juga,
karena setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 dalam laporan keuangan yang baru,
keuntungan PT. Kimia farma yang sebenarnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah
sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan Diduga PT. Kimia farma
melakukan kecurangan dengan menaikkan laba itu adalah untuk menarik minat investor agar
menanamkan modalnya di PT. Kimia farma.
Penelitian tentang praktik perataan laba sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh profitabilitas,
resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis industri
terhadap praktek perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dari hasil penelitiannya
profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemiliikan terbukti terdapat
pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan dan jenis industri tidak
berpengaruh terhadap praktek perataan laba.
Hasil penelitian Nuvita Dwi Cahyani tidak konsisten dengan penelitian Yudho Aji dan
Farah Mita (2010) tentang pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur
kepemilikan terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
terbukti resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba,
sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap praktek perataan
laba. hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap
praktek perataan laba menurut Aji dan Mita (2010) dengan melakukan perataan laba maka
variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba yang
minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor dan agar
nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan untuk menarik
sumber daya ke dalam perusahaan.
Perusahaan industri farmasi di Indonesia pada saat ini memiliki perhatian lebih oleh
investor, karena berdasarkan pernyataan wakil sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi
Indonesia yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012) Kendrariadi Suhanda menyatakan pada tahun
2010 total nilai industri farmasi di Indonesia mencapai US$ 3,7 Miliar, tahun 2012 angka itu
diperkirakan meningkat menjadi US$ 4,7 Miliar. Rata rata industri farmasi tumbuh 13,4% per
tahun. Kalangan pengusaha memperkirakan pada tahun 2014 angka tersebut naik menjadi US$
6,1 Miliar.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.
2.
3.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba
pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun
2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan
Laba pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan
tahun 2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada
perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 20082011.
260
4.
5.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Praktik Perataan
Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan
tahun 2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage,
dan Nilai Perusahaan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan
industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011.
KAJIAN TEORI
1. Teori Keagenan (Theory Agency)
Teori keagenan (Theory Agency) merupakan salah satu teori yang sangat erat
hubungannya dengan praktik perataan laba yang merupakan salah satu tindakan dari
manajemen laba. Teori agensi menurut Zulkarnaini yang dikutipoleh Amanza (2012) adalah
hubungan atau kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent). Masalah yang
mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan
manajer. Pemilik disebut principal dan manajer disebut agent, merupakan dua pihak yang
masing-masing saling memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan
terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang
dicapai melalui aktivitas usaha.
Di dalam teori ini, menurut Komalasari yang dikutip oleh Amanza (2012) bahwa salah
satu kunci dari teori agensi adalah adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen,
sehingga semua individu berusaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya masingmasing. Adanya tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, di mana setiap individu ingin
mengoptimalkan kepentingannya pribadi, menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal
dengan agen. Pihak principal termotivasi untuk melakukan kontrak dalam rangka
mensejahterakan dirinya melalui profitabilitas yang pada umumnya diharapkan selalu
meningkat. Sedangkan menurut Widyaningdyah dalam penelitian Amanza (2012) agen
termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Perbedaan tujuan
prinsipal dan agen inilah yang menimbulkan konflik keagenan dalam perusahaan.
2. Manajemen Laba
Menurut Sri Sulistyanto secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi informasi dalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Menurut Schipper Manajemen laba adalah campur tangan
dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk
memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses
Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham
suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, resiko, dan spekulasi. Oleh sebab
itu perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara
konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar
dibandingkan prosentase kenaikan laba. Secara umum motivasi yang mendorong manajer
untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO,
IPO, atau SEO dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Menurut Watts dan
Zimmerman yang dikutip oleh Valentine (2012) pengelompokkan ini sejalan dengan tiga
hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory), yang menjadi
dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu hipotesis
bonus, hipotesis biaya politik, dan hipotesis perjanjian hutang.
3.
Perataan laba
Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba
yaitu tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba
261
yang dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam
berinvestasi. Menurut Belkaoui dalam penelitian Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba
merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level
laba tertentu. Sedangkan menurut Sri Sulistyanto, perataan laba adalah upaya perusahaan
mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan
mempermainkan pendapatan dan biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya. Menurut Heyworth dalam penelitian
Salno dan Baridwan yang dikutip oleh Dhiar Ratnasari (2012) mengungkapkan bahwa
manajer melakukan perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis
dan psikologis, yaitu :
a. Mengurangi total pajak yang terutang.
b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer karena penghasilan yang stabil mendukung
kebijakan dividen yang stabil.
c. Meningkatkan hubungan antar manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang
meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
d. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dengan gelombang
optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Tujuan perataan laba menurut Foster dalam penelitian Suwito dan Herawaty (2005) adalah
sebagai berikut:
a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki
risiko yang rendah.
b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa
mendatang.
c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
4.
5.
diklasifikasikan besar, kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,
log size, nilai pasar saham, dan lain lain. Pada dasarnya ukuran hanya perusahaan
terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan
perusahaan kecil. Selain itu menurut Moses dalam penelitian Eddy Suwito dan Arleen
Herawaty dalam penelitiannya (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan
perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan
perataan laba dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan)
yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. hal tersebut menyebabkan
perusahaan perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba hal tersebut
bertujuan untuk menghindari pajak yang tinggi, karena perusahaan perusahaan besar
biasanya memiliki kekayaan dan sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan perusahaan kecil sehingga perusahaan perusahaan yang lebih besar akan
dikenakan pajak yang tinnggi sehingga banyak perusahaan perusahaan besar
cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari terkena pajak yang tinggi.
6.
Leverage
Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biayabiaya operasi tetap (misal penyusutan gedung, peralatan kantor dsb). Martono dan Harjito
(dalam Dhiar Ratnasari : 2012) pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap
yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan
atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan. Leverage operasi
juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) yang diperoleh.
Dari hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti empiris
bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena tingkat leverage yang
tinggi akan mempersulit perusahaan untuk menarik investor dan mendapatkan pinjaman dari
kreditor, sehingga perusahaan akan meratakan tingkat leverage agar menjadi turun atau relatif
samadengan tingkat leverage periode sebelumnya, sehingga mempermudah perusahaan untuk
mendapatkan pinjaman dari kreditor dan menarik investor.
7.
Nilai Perusahaan
Menurut Salvatore yang dikutip oleh Rahmawati (2012) tujuan utama perusahaan
menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan
(value of the firm). Menurut Euis dan Taswan yang dalam penelitian Rahmawati (2012)
memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Dari hasil penelitian Aji dan Mita (2010) menemukan hasil bahwa nilai perusahaan
berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba
variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba
yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor
dan agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan
untuk menarik sumber daya ke dalam perusahaan.
263
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
Perataan Laba
Leverage
Nilai Perusahaan
Gambar 1 Model Penelitian
2.
Hipotesis Penelitian
Ha1 :
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.
Ha2 :
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.
Ha3 :
Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Praktik Perataan Laba
Ha4 :
Nilai Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Ha5 :
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan. Leverage, Nilai Perusahaan berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba.
3.
Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi
populasi penelitian ini mencakup data tahun 2008-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2008-2011.
Tahun 2008 sebanyak 9 perusahaan
Tahun 2009 sebanyak 9 perusahaan.
Tahun 2010 sebanyak 9 perusahaan.
Tahun 2011 sebanyak 9 perusahaan.
Total sebanyak 36 perusahaan.
4.
Hasil Pengukuran Perusahaan yang melakukan Perataan Laba dan Yang Tidak
Melakukan Perataan Laba
Tabel 1 Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba dan yang Tidak Melakukan Perataan
Laba
Keterangan
2008
2009
2010
2011 Prosentase
Perata Laba
52,78 %
47,22 %
266
Dari hasil perhitungan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 52, 78%
perusahaan sampel mealakukan praktik perataan laba, atau bisa dikatakan rata rata
perusahaan sampel banyak yang melakukan praktik perataan laba.
2.
Statistik Deskriptif
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
Mean
Std. Deviation
PROFIT
36
45,0556
114,67792
UP
36
41,7222
173,94492
LEV
36
16,3333
17,09469
NP
36
393,6944
285,85069
PL
36
,5278
,50631
Valid N (listwise)
36
Uji Kausalitas
a. Uji Kualitas Data
267
Model
Unstandardiz
ed
Coefficients
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
Sig.
Beta
Correlations
Zeroorder
(Constant)
,089
,163
,545
,590
PROFIT
1UP
LEV
NP
a. Dependent Variable: PL
,001
,001
,002
,001
,001
,000
,005
,000
,123
,799
,200 1,285
,076
,491
,507 3,258
,430
,208
,627
,003
,057
,153
,058
,462
Partial
,142
,225
,088
,505
Collinearity
Statistics
Part
Toleranc
e
,122
,196
,075
,498
,983
,967
,971
,966
VIF
1,018
1,034
1,030
1,035
Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hal ini menjelaskan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas.
(2) Uji Autokorelasi
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
R Square
Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
a
1
,525
,276
,183
,45774
2,358
a. Predictors: (Constant), Nilai Perusahaan, Leverage, PROFIT, Ukuran Perusahaan
Dari hasil tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 2.358 yang
berarti menjauhi angka 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regeresi
terjadi masalah autokorelasi. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan tabel Durbin
Watson yaitu dengan melihat tabel Durbin Watson. Apabila angka DU < DW < 4
DU maka dapat dikatakan aman.
Hasil dari tabel Durbin Watson pada penelitian ini terdapat pada
kategori tidak aman karena angka DU 1.7245 < DW 2.358 < 4 1.7245 =
2,2755, sehingga dapat disimpulkan DU 1,7245 < DW 2,358 > 2,2755,
hasil tersebut menandakan bahwa data terkena gejala autokorelasi. Tetapi
karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
nonparametrik , dimana data berskala nominal dan rasio sehingga uji
asumsi klasik dalam penelitian ini tidak wajib dilakukan pada data
nonparametrik. Selain itu terdapat pernyataan dalam buku Statistik
Nonparametrik yang menyatakan bahwa statistik nonparametrik tidak
mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik
dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak.
Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis
pada data nominal atau ordinal. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut
maka penelitian ini dapat dilanjutkan karena data yang digunakan
merupakan data nonparametrik.
268
4.
Uji Hipotesis
a. Uji Hosmer and Lemeshows Goodness of fit
Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chisquare
df
13,172
Sig.
7
,068
Dari hasil tabel diatas Nilai Hosmer and Lemeshows sebesar 13.172 dan
signifikan sebesar 0.068 lebih besar = 0.05, maka hipotesis Ha ditolak berarti model
tidak mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model tidak dapat
diterima karena tidak cocok dengan data observasinya.
b. Uji Wald (Uji Parsial)
Tabel 6 Hasil Uji Wald ( Uji Parsial)
Variables in the Equation
B
Step
PROFIT
UP
a LEV
1
NP
Constant
,002
,004
,012
,004
-1,941
S.E.
,003
,005
,022
,002
,852
Wald
df
,587
,529
,286
7,348
5,191
Sig.
1
1
1
1
1
,444
,467
,593
,007
,023
Exp(B)
1,002
1,004
1,012
1,004
,144
c.
Hasil Sig menunjukkan sebesar 0.593 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak
atau leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
Leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, karena apabila tingkat
leverage tinggi tetapi produktivitas perusahaan baik maka perusahaan tidak perlu
melakukan perataan laba
d.
Ln
1P
D
c. Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan)
Tabel 7 Hasil Uji Omnibus Test of Model Coefficients
Omnibus Tests of Model Coefficients
Step
1
Chisquare
df
Sig.
Step
10,987
,027
Block
10,987
,027
Model 10,987
,027
Dari hasil tersebut ternyata Sig sebesar 0,027 yang berarti lebih kecil dari pada
= 0,05, maka menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba atau Ha 5 diterima.
d. Uji Negelkerke R2 Square
Tabel 8 Hasil Uji Negelkerke R2 Square
Model Summary
270
Step
1
-2 Log
likelihood
38,809a
,351
Hasil tabel diatas terdapat -2 Log Likelihood sebesar 38,809 dan hasil perhitungan
koefisien Negelkerke R2 sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa variabel independen
hanya mampu menjelaskan 35,1 % variabilitas variabel dependen sedangkan sisanya 64,9
% menjelaskan oleh variabel lainnya atau faktor lainnya diluar model penelitian ini
seperti struktur kepemilikian, jenis usaha, Devident payout, opini auditor, inventory turn
over, dan lain lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil uji Wald ( Uji Parsial) dimana
nilai signifikansi variabel sebesar 0,444 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha1
ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suwito & Herawaty(2005)
dan Yudi Astuti (2012), tetapi tidak konsisten dengan penelitian Budi Asih yang
dikutip dalam penelitian Yudi Astuti (2012).
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi
variabel sebesar 0,467 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Salno Baridwan, Jatingrum dan Suwito & Herawaty yang
dikutip dalam penelitian Suwito & Herawaty (2005), dan sebaliknya penelitian ini
tidak sesuai dengan Budiasih dan Yudi Astuti yang dikutip dalam penelitian Yudi
Astuti (2012)
3. Hasil dari nilai signifikansi leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba, hasil tersebut dapat dilihat dari hasil uji Wald (uji parsial) sebesar 0,593 yang
berarti lebih besar dari = 0,05 berarti Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian dan Yudi Astuti namun sebaiknya penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian Ni Luh Putu & Gerianti yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012)
dalam penelitiannya.
4. Variabel nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan
laba, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi
sebesar 0,007 lebih kecil dari = 0,05 yang berarti Ha4 diterima. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Dhamar Yudho Aji & Aria Farah Mita (2010).
5. Profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap praktik perataan laba. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat hasil Uji Omnibus Test of Model Coeficcient ( Uji Simultan) dimana
nilai signifikansinya sebesar 0,027 lebih kecil dari = 0,05 yang berarti Ha5 diterima.
Kemampuan variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai
perusahaan menjelaskan gejala110
praktik perataan laba sebesar 35,1% dan sisanya
64,9% dijelaskan oleh faktor faktor lain diluar model penelitian.
271
2.
Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti
sebagai berikut :
1. Perusahaan farmasi pada penelitian ini terdeteksi banyak yang melakukan perataan laba,
untuk perusahaan sebaiknya tidak melakukan praktik perataan laba karena tindakan
perataan laba merupakan tindakan manipulasi data laporan keuangan perusahaan yang
sangat penting bagi para penggunanya, sehingga tindakan tersebut dapat menyesatkan
para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
2. Bagi investor dan kreditor sebaiknya harus lebih berhati hati dalam melihat laporan
keuangan suatu perusahaan, investor dan kreditor seharusnya bisa belajar menghitung
indeks eckel, agar perusahaan dapat mengetahui perusahaan perusahaan yang
melakukan perataan laba, sehingga investor dan kreditor tidak tersesat dan salah dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman dana kepada suatu
perusahaan. Sehingga informasi yang didapat investor dan kreditor benar benardapat
dipercaya.
3. Sebaiknya pemerintah harus lebih tegas terhadap perusahaan yang melakukan perataan
laba dengan memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan yang melakukan perataan
laba. Dan pemerintah membuat aturan aturan yang lebih ketat tentang laporan keuangan
serta pengungkapan setiap laporan keuangan harus lebih luas dalam hal perataan laba.
4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar sampel perusahaan dan jumlah sampel
perusahaan yang digunakan berbeda dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya agar
mengetahui perusahaan apa saja yang melakukan praktik perataan laba selain perusahaan
farmasi dan hasil penelitian yang didapat lebih akurat.
5. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel yang berbeda dan teknik analisis
yang berbeda dari penelitian ini agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dibandingkan .
DAFTAR PUSTAKA
Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah, Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Niliai
Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba: Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, SNA XIII, Purwokerto :
2010
Amanza Arya Hagaganta, Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2012
Astuti Yudi, Analisa Pengaruh Profitabilitas, Total Assets, Inventory Turnover, Financial
Leverage, Dan Opini Auditor Terhadap Praktik Perataan LabaPada Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2007-2010,Jakarta : 2012
Budiasih Igan, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Davidparsaorans Blog, Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk, 04
November 2009
Dewinnya-ardiksupriyadi. Blog, proposal.scribd, factor-faktor yang berhubungan dengan
perataan laba
Dewi Ratih Kartika, Analisa Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di
BEI (2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2011.
Ghozali Iman dan Chariri Anis, Teori Akuntansi Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
: 2007
Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi. Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007
H. Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakart : 2008
272
H. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2008
H. Sutrisno, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), PT. Ekonisia Kampus Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarat : 2007
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012, Jakarta : 2012
Kurniawan Mukhlas Deddy, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Surabaya : 2012
Kustono Alwan Sri, Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Resiko Spesifik, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006, Jurnal Ekonomi
Bisnis, Tahun 14, Nomor 3, November : 2009
Martani Dwi, PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS 1 Presentatio of Financial
Statement, Departemen Akuntansi FEUI.1
Mursalim, Income Smoothing Dan Motivasi Investor Studi Empiris Pada Investor Di BEJ,
Universitas Muslum Indonesia : 2005
Ningsih Kurnia, Faktor Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, Universitas
Pembangunan Nasional, Jakarta : 2011
Rahmawati Apriliana Nuzul, Analisis Kebijakan Hutang Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010,
Universitas Diponegoro : 2012
RR Sri Handayani & Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba, Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Diponegoro, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol II No.1, : 2009
Rastilla May Prasetya, Deteksi Perataan Laba Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi (Studi
Kasus PT. Excelcomindo Pratama Tbk Dan PT. Indonesian Satellite Corpooration,
Tbk), Universitas Narotama, Surabaya : 2010
Ratnasari Dhiar, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 2010,
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro : 2012
Statistik Nonparametrik ; Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, BAB 1 Statistik
Parametrik dan Nonparametrik.
Sugiono Arief, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2009
Suranta Eddy dan Merdistusi Pratana Puspita, Income Smoothing, Tobins Q, Agency Problems
dan Kinerja Perusahaan, SNA VII Denpasar, Bali : 2004
Suwito Edy dan Herawaty Arleen, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdafter Di Bursa
Efek Jakarta, SNA 8 Solo : 2005
Taman Abdullah dan Nugroho Bily Agung, Determinan Kualitas Implementasi Corporate
Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2004-2008, Universitas Negeri Yogyakarta : 2012.
Valentine, Analisis Pengaruh Perataan Laba (Income Smoothing), Debt Ratio, Total Assets
Terhadap Ekspektasi Laba Masa Depan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan Tahun 20082009), Jakarta : 2012
Yadiati Winwin, Teori Akuntansi, PT Kencana Prenada Media Group, Jakarata : 2007
Zulkarnaini, Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba
Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia, Journal Ichsan Gorontalo Vol 2 No 1
Februari April, Gorontalo : 2007
273
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik
Manajemen Laba pada industri otomotif & komponennya yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode selama 3 tahun, (2009-2011). Pengukuran menggunakan
metode analisis data yang terdiri dari: uji kulitas data, uji normalitas data, uji asumsi klasik,
uji statistik deskriptif, dan analisis regeresi sederhana.
Data penelitian ini menggunakan 12 industri otomotif dengan menggunakan metode
sampling jenuh. Asimetris Informasi diukur dengan relative bid-ask spread sebagai variabel
independen, dan Manajemen Laba diukur dengan DACC (discretionary accrual)
menggunakan modified jones model sebagai variabel dependen. Analisis dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan tingkat signifikansi 5%,
kesimpulan pengujian diambil berdasarkan hasil uji F.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan Asimetris Informasi tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai signifikan 0,335 > 0,05. Hal ini
mengidentifikasi bahwa adanya kemungkinan investor tidak bersifat rasional, setra ada
kemungkinan manajemen tidak berupaya dalam memaksimalkan utilitasnya.
Kata Kunci : Asimetris Informasi, Manajemen Laba.
PENDAHULUAN
Masalah agensi telah menjadi bahasan yang sangat menarik untuk diteliti oleh para
peneliti di bidang akuntansi keuangan. Menurut Andika Wisnumurti, yang di kutip dari Jensen
dan Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer
selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan
kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan
principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai
perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer
274
terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung
untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal
dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan praktik manajemen laba (earning management) Richardson, dalam Andika
Wisnumurti .
Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)
memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh
keuntungan pribadi menurut Ujiyanto, yang dikutip oleh Andika Wisnumurti. Asimetri
informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di
perusahaan. Asimetri informasi ini dapat dikurangi dengan cara transparansi dalam
penyampaian laporan keuangan terhadap principal.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui secara empiris asimetris informasi pada industri otomotif di Bursa
Efek Indonesia tahun 2009-2011.
2. Untuk mengetahui secara empiris praktik Manajemen Laba pada industri otomotif di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
3. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh sigifikan antara Asimetris Informasi terhadap
Manajemen Laba pada industri otmotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
KAJIAN TEORI
1. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau
lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut
principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada
agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada
agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak
kerja atas persetujuan bersama. Menurut scoot, yang dikutip oleh Ni Ketut Mualiati
menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja
antara perusahaan dengan para manajernya dankontrak pinjaman antara perusahaan
dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki
informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain,
sehingga menimbulkan adanya asimetry information. . Informasi yang lebih banyak
dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan- tindakan sesuai dengan
keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya.
2. Manajemen Laba
Manajemen Laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, Manajemen Laba
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba
275
adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang
dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan
dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu,
sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Faktor- faktor Pendorong Manajemen Laba
Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya
manajemen laba menurut Watt dan Zimmerman, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati
yaitu:
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu
bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan
earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
2. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba menurut
Sweeney , yang dikutip oleh Rahwati. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam
pandangan pihak eksternal.
3.
Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut
memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan
laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan
peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Teknik Manajemen Laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Naim, yang dikutip oleh Ni
Ketut Mulaiti menyatakan bahwa ,dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi
akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu
depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi,
dan lain-lain.
2. Mengubah metoda akuntansi
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh
: merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke
metoda depresiasi garis lurus.
3. Menggeser perioda biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada
perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai
periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba
Menurut Richardso, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati, menunjukkan bukti
hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang
diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat
276
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson
menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan
informasi (bid-ask spreads dan analyst forecast dispersion) dan manajemen laba setelah
mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas
aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan.
Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott yang dikutip oheh Ni Ketut Muliati, menyatakan bahwa
dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan
melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan
mengambil laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan
untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola
ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
3. Discretionary Accrual
Model jones dimodifikasi (modified jones model) merupakan modifikasi dari Jones
yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang
bisa salah dari model Jones untuk menentukan discreationary accrual ketika discreation
melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi
karena dinilai merupakan model yang balik dalam mendeteksi Manajemen Laba dan
memberikan hasil paling robust.
Sama halnya model Manajemen Laba berbasis aggregate accruals yang lain model
ini menggunakan discreationary accrual sebagai proksi Manajemen Laba. Kelebihannya,
model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu
discreationary current accruals, discreationary long-term accruals, nondiscreationary
current accruals, dan nondiscreationary long-term accruals. Discreationary current
accruals dan discretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva
lancar (current assets), sedangkan nondiscreationary current accruals dan
nondiscretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva tidak
lancar (fixed assets).
4. Asimetris Informasi dan Teori Bid-Ask Spread
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency
theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dalam hal ini
adalah pihak bank-bank komersial/umum dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank
Indonesia.
277
Menurut Ika Kurnaini yang dikutip dari penelitian Jensen dan Meckling
menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orangorang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk
meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen
dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.
Ada dua tipe Asimetris Informasi yaitu : adverse selection dan moral hazard
a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih
yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis Asimetri Informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha
potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelisaian transaksitransaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
Teori Bid-Ask Spread
Literatur mikrostrukstural mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu
komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami
dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan
oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian
dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas
guna menyelesaikan transaksi.
2) Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh
pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan
sesuai dengan permintaan.
3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan
kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan
investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus
informasi di pasar modal.
Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen
adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal.
Pembahasan lebih lanjut mengenai spreads dikemukakan oleh menurut Cohen
dkk dalam Ika Kurnaini . Menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos
kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread pasar.
Ia menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid
dan ask yang ditentukan oleh dealer secara individual ketika ia hendak
memperdagangkan saham tersebut, sedangkan spread pasar untuk suatu saham
merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer yang
sama-sama melakukan transaksi untuk saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut,
maka spread pasar dapat lebih kecil dibandingkan dengan spread dealer.
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Dalam model analitis manajemen laba, Due (1988) dan Trueman & Titman (1988),
278
yakin bahwa asimetri informasi sebagai keadaan untuk manajemen laba. Dye (1988)
berasumsi terdapat tumpang tindih didalam pemilik. Pemegang saham penjualan
menginstruksikan manajemen untuk mengikuti beberapa strategi manajemen laba untuk
menciptakan impress yang menguntungkan dalam grup pembelian. Dalam model ini,
manajer mengetahui sesuatu tentang earnings yang pemegang saham tidak
mengetahuinya. Diasumsikan propietory cost dari pengungkapan, peraturan akuntansi
dan institusi lain dan pemaksaan kontrak mengusulkan terdapat hambatan komunikasi
antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi tidak terhambur sepanjang
waktu karena bentuk informasi yang terhalang tidak dapat dieliminasi oleh perubahan
perjanjian kontrak (Schipper, 1989).
Gambar 1 Model Penelitian
SPREAD
D
DACC
2. Hipotesis Penelitian
Ho1: Asimetris Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap praktik
Manajemen Laba
3. Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan teknik sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut atau teknik sampel bila semua anggota dijadikan sebagai sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011.
4. Metode Analisis Data
Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Uji Kualitas Data
Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang
diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat
dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan
persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji
kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen
dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan
pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai
signifikan diatas 5% atau >0,05.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku
koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang
salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu
279
Y = a + b1 X1+e
Dimana :
Y
= Manajemen Laba
a
= Konstanta/ Intercept Persamaan Regresi
b1
= Koefisien regresi variabel independent
= Asimetris Informasi
e
= Koefisien error
Besarnya proporsi variasi dependen yang dijelaskan oleh variabel independen
dapat dilihat dari koefisien determinasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan Manajemen Laba dengan Model jones
dimodifikasi (modified jones model), yaitu discreationary current accruals, discreationary
long-term accruals, nondiscreationary current accruals, dan nondiscreationary long-term
accruals. Lalu mencari Asimetris Informasi yaitu selisih antara harga tertinggi saham dan
terendah saham, lalu diregresikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
price,trans, var,depth lalu hasil yang didapatkan ADJSPREAD.
280
2) Uji Autokorelasi
Dari hasil uji autokorelasi yang sudah dioutlier tersebut dapat terlihat, nilai
Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,753. Nilai tersebut
terletak diantara dU (1,5136) dan 4-d U = 2,4864 , maka persamaan dari
uji Durbin-Watson ini yaitu 1,5136 < 1,753 < 2,4864. Dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Serta Pengujian ini
digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat pengaruh secara simultan antar
variabel independen yaitu Asimetris Informasi (X1), terhadap variabel dependen
yaitu Manajemen Laba (Y).
a) Jika Sig < 0,05, maka Ha diterima
b) Jika Sig > 0.05, maka Ha ditolak
a. Pengaruh Secara Simultan Antara Asimetris Informasi Terhadap Manajemen
Laba
281
Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-13309127172,998
2009597542,601
(Constant)
1
ADJSPREAD
-31569148290,914 32277929808,935
a. Dependent Variable: DACC
Standardized
Coefficients
Beta
-,170
Coefficients
t
Sig.
-6,623
,000
-,978
,335
1) Hipotesis
Ho1 :Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Asimetris
Informasi terhadap Manajemen Laba.
Ha1 :Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Asimetris
Informasi terhadap Manajemen Laba.
Maka :
Ho1 ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikann Asimetris Informasi
terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,335 >
0,05.
Adapun Persamaan Regresi linier sederhana dapat disajikan sebagai berikut:
Y = -13.309.127.172,998 - 31.569.148.290,914 + e
Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar
-13.309.127.172,998. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen
dalam keadaan tetap atau bernilai 0 , maka perusahaan melakukan
manajemen
laba
dengan
cara
menurunkan
laba
sebesar
13.309.127.172,998.
2. Koefisien regresi b1, adalah negatif sebesar - 31.569.148.290,914 untuk
Asimetris Informasi, yang berarti apabila variabel Asimetris Informasi
naik sebesar 1 atau setiap penambahan 1 maka akan menurunkan
Manajemen Laba sebesar - 31.569.148.290,914.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya meneliti pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik
Manajemen Laba, ini merupakan salah satu dari dampak Manajemen Laba.
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independ
lainnya seperti ukuran perusahaa, corporate governance, kinerja masa datang, dan
lain-lain, sehingga untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi Manajemen Laba itu sendiri. Disamping itu penelitian ini
juga mengandung kelemahan seperti, jumlah sampel yang sedikit.
4. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya
282
DAFTAR PUSTAKA
Andika Wisnumurti, Analisis Pengaruh Corporate Goverance terhadap hubungan
Asimetris Informasi dengan praktik Manajemen Laba, Skripsi, 2010.
Aprillia Yunita Sari, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba di Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di BEI, Skripsi ,
2010.
Dwi Retno Wahyuningsih, Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi pasar Pasar
Pengumumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta,
Akuntansi
Indonesia,
Standar
Akuntansi
Keuangan,
Salemba
Empat,
Jakarta,2002.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan ,Cetaka Pertama, Ikatan Akuntan
Indonesia, 2012
J. Supranto,M.A, Statistik, Erlangga, Jakarta,2001.
Ni Ketut Muliati, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktek
Manajemen Laba di Perusahaan Perbangkan yang ada di BEI, Tesis, 1998.
Rahmawati dkk, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba
Pada Perusahaan Perbangkan Publik Yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Simponsium
Nasional Akuntansi XII ,2006.
Sulistyanto Sri, Manajemen Laba, Grasindo , Jakarta, 2008.
______________,2007. Statistik Nonparametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial
Ekonomi
Pertanian. http//www.google.co.id
283
ABSTRAK
PT.Purna Baja Harsco sebagai satu perusahaan joint venture antara perusahaan local (PT.Purna
Sentana Baja) dengan Harsco (Amerika) yang berada dikawasan Industri Cilegon sebagai
perusahaan jasa pendaur ulang limbah baja dari proses peleburan besi baja PT. Krakatau Steel,
tidak luput dari pengaruh dunia usaha sehingga tingkat pendapatan, rentabilitas dan net profit
margin berfluaktif.
Dari hasil analisa, Pendapatan dan Biaya PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 pendapatan
sebesar -11,02% dan biaya operasional sebesar 44,08%, tahun 2009 pendapatan sebesar 16,91% dan
biaya operasional sebesar 14,22%, tahun 2010 pendapatan sebesar 11,31% dan biaya operasional
sebesar 13,43%, tahun 2011 pendapatan sebesar -2,20% dan biaya operasional sebesar 7,53%, tahun
2012 pendapatan sebesar 0,85% dan biaya operasional sebesar 10,37%, dapat disimpulkan bahwa
pendapatan dan biaya perusahaan kecenderungan berfluaktif
Dari hasil analisa, Rentabilitas PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun
2009 sebesar 46,89%, tahun 2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar
9,06%, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas perusahaan kecenderungan fluktuatif dan menurun.
Dari hasil analisa, Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 22,09%,
tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010 sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012
sebesar 7,35%, dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin perusahaan kecenderungan fluktuatif
dan menurun.
Atas kecenderungan menurunya rentabilitas dan net profit margin tersebut, sebaiknya perusahaan
menambah atau mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan dengan menekan biaya
produksi seminimal mungkin dan mencari alternative untuk tidak bergantung pada PT. Krakatau
Steel.
Kata kunci : Pendapatan dan Biaya, Rentabilitas, Net Profit Margin,
PENDAHULUAN
Dalam persaingan bisnis yang ketat, inovasi teknologi yang semakin maju dan era globalisasi
pada abad ini, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.
Perubahan strategi bisnis diperlukan agar perusahaan-perusahaan dapat terus bertahan. Perusahaan
tidak hanya berfokus pada aset dan finansial yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based
business), inovasi teknologi juga perlu dikembangkan.
Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap. Secara umum, dibutuhkan aset lancar yang teratur
dan permanen untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu pula dengan aset tetap,
284
aset ini juga begitu penting bagi kegiatan produksi karena tanpa adanya peralatan, mesin, bangunan,
kendaraan dan tanah, tidak akan ada kegiatan produksi dalam industri manufaktur.
Tidak hanya aset yang berperan dalam penciptaan nilai dalam perusahaan. Finansial sebagai
sumber pendanaan perusahaan juga memiliki peran yang penting bagi kehidupan perusahaan. Dari
sudut pandang kreditor, finansial adalah jumlah pinjaman yang tertanam diperusahaan. Semakin baik
kinerja perusahaan di mata kreditor maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditor untuk
meminjamkan dananya kepada perusahaan. Selain dari sudut pandang kreditor, finansial juga dapat
dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Para pemegang saham akan menanamkan investasinya
pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Bagi pihak manajemen, penilaian kinerja keuangan
perusahaan akan mempengaruhi dalam penyusunan rencana perusahaan yang akan diambil untuk
masa depan demi kelangsungan hidup perusahaan
Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap
prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola aset, dan
finansial diyakini mampu menciptakan menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi,
penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal
sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
atau pemegang saham perusahaan. Dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan
modal untuk menghasilkan pendapatan. Kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang
menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan.
PT. Purna Baja Harsco merupakan salah satu industri Join Venture yang berada di kawasan
industri Cilegon sebagai perusahaan jasa penampung limbah yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Steel,
belakangan ini tingkat pendapatan mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Penurunan tingkat pendapatan perusahaan ini harus segera diatasi agar dapat kembali ditingkatkan
guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Penurunan pendapatan ini berdampak pada kinerja
perusahaan, sehingga tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Faktor eksternal juga bisa mempengaruhi perubahan pendapatan seperti kalah saingnya
penjualan baja di pasar dikarenakan perdagangan bebas sudah masuk di Indonesia sehingga baja dari
luar harganya lebih murah dibandingkan harga didalam negeri.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dibuatlah penelitian tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan terhadap kinerja perusahaan ( Studi kasus terhadap
PT. Purna Baja Harsco )
2. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mecoba membatasi permasalahan mencakup terjadinya
perubahan pendapatan periode 2007 - 2012 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
faktor internal dan faktor eksternal.
Rumusan Masalah
Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor internal?
2. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal?
3. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal dan faktor internal ?
285
2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak
diantaranya :
a. Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting sebagai
bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan.
b. Penulis
Pelaksanaan penelitian dan hasilnya diharapkan berguna bagi penulis sebagai wahana
pengembangan teori, kelengkapan wawasan dan pengetahuan intelektual serta
bertambahnya pengalaman dibidang kajian ilmiah.
c. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan dan kajian
lebih lanjut dibidang keuangan dimasa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pendapatan
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha dapat merupakan bagian dari perwujudan
prestasi yang dicapai sesuai dengan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh laba. Laba
dapat diperoleh jika pendapatan lebih besar dibanding dengan biaya operasi yang
dikeluarkan. Dengan demikian pendapatan adalah salah satu faktor yang teramat penting
dalam menjalankan usaha. Tanpa adanya pendapatan, perusahaan mustahil dapat tumbuh dan
berkembang.
Mengenai pendapatan dapatlah diberikan pengertian menurut sumber sebagai berikut:
Menurut Sofyan Syafri Harahap, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:
suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegiatan utama
yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan lebih lanjut bahwa pendapatan
sebagai nilai pendapatan yang diterima baik dengan cara tunai maupun kredit sebagai akibat
adanya transaksi dari pihak penjual dan pembeli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan
Pendapatan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor
tersebut sebagai berikut:
a. Skala Produksi Yang dicapai
b. Besar kecilnya perusahaan
c. Harga
d. Tingkat Bunga
286
e. Resiko usaha
Laporan keuangan
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi yang berkaitan erat dengan bidang akuntansi secara umum, dalam
arti kata bahwa laporan keuangan disajikan untuk semua pihak yang memiliki kebutuhan dan
kepentingan dalam suatu transaksi ekonomi. Pihak pihak yang berkepentingan tersebut
adalah pemilik, kreditur, investor, calon investor, karyawan, lembaga pemerintah, dan
masyarakat umum.
Menurut Efraim Ferdinan Giri, laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut:
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur mengenai posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi
Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.
Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik
perusahaan untuk periode tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih
dari kegiatan operasi perusahaan selam periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan
informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas
selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Sedangkan berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan
disusun dengan maksud :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahaan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Akan tetapi, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi non keuangan.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip
akuntansi pada umumnya, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi
keuangan.
Para pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang hubungan dan ketergantungan bank terhadap berbagai pihak seperti
pihak lain, pelaku pasar uang lainya dan penyimpanan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan akrual, kecuali
untuk efek-efek diperdagangkan, obligasi rekapitilasi diperdagangkan dan tersedia untuk
dijual dan tagihan.
287
keuangan
2. Analisis Vertical
Analisis Vertical dilakukan apabila laporan keuangan yang dianalsis hanya meliputi satu
periode, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya
dalam laporan keuangan tersebut sehuingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau
hasil operasi pada periode itu saja.
288
Metode analisis horizontal adalah metode analsis yang dilakukan dengan cara
membadingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui
perkembangan dan kecenderungannya. Disebut analisis horizontal karena anlisis ini
membandingkan pos yang sama untuk periode berbeda. Teknik analsis yang termasuk pada
metode ini antara lain analsis perbandingan analis trend (index), analisis sumber dan
penggunaan dana.
Metode anasisli vertical adalah metode analiss yang dilakukan denga cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan
antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun
(periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain
analsis prosentase per komponen (Common Size), analisis rasio dan analisis impas.
Kondisi Keuangan Perusahaan
Hasil akhir dari analisa laporan keuangan yaitu mengetahui bagaimana kondisi keuangan
suatu perusahaan. Secara umum kondisi keuangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
apakah perusahaan dalam kondisi yang baik dimana perusahaan akan terus beroprasi dan
mempertahankan kelangsungan aktivitasnya (going concern) atau perusahaan dalam kondisi
yang tidak sehat (sedang menuju kebangkrutan).
Asumsi going concern
Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern
maka suatu entitas dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka
panjang atau tidak akan diliquidasi dalam jangka pendek.
Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan
operasinya dan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan
memenuhi kewajibanya dengan menjual asset dalam jumlah besar, perbaikan operasi yang
dipaksakan dari luar, merestrukturasi hutang, atau dengan kegiatan serupa lain, hal demikian
akan menimbulkan keruguan besar terhadap going concern perusahaan.
Rasio Keuangan
Sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang
disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan diperlukan untuk
kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk
memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional
ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan
tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat
ditunjukkan oleh rasio keuangan.
Selain menilai kondisi kinerja perusahaan dengan melakukan analisis rasio keuangan
serta pengolahan yang baik, maka ada satu alat pengukur untuk mengetahui profitabilitas
perusahaan serta nilai perusahaan dimata pemegang saham, berapa besar perusahaan
memberikan keuntungan dalam bentuk deviden kepada pemegang saham. Pengukuran
profitabilitas perusahaan diukur dari kinerja perusahaan dalam satu periode waktu.
Profitabilitas ini diukur oleh satu alat yang sudah digunakan secara universal, yakni Return
On Investemnt (ROI).
ROI mengaitkan pendapatan dengan modal modal yang ditanam (Total Asset). ROI
memberikan standard untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal ini efisiensi dari
perusahaan dalam mengelola setiap rupiah yang ditanamkan dalam aset perusahaan dananya
dari pemilik saham atau dari kreditur.
289
ROI
Laba Operasi
= ------------------ x 100% = . %
Jumlah harta yang tertanam
Dalam perusahaan
Penilaian ini masih kurang komprehensif, karena hanya memberikan nilai keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan dari total assetnya. Masalahnya kita ingin mengetahui tiap
rupiah yang ditanamkan dalam perusahaan, berapa keuntungan yang dicapai, selain itu kita
juga menginginkan penjelasan mengenai apa saja yang terkait didalamnya.
Dalam rasio diatas, kita tidak mengetahui bagaimana perputaran aset dan profitabilitas
yang dapat dihasilkan atas aset itu. Penanaman dana yang berlebihan pada aset yang tidak
sebanding dengan peningkatan laba merupakan pemborosan dana.
Rasio diatas mengkombinasikan laporan Laba Rugi dan neraca kedalam suatu ukuran
guna pengukuran kinerja perusahaan. Rasio Laba Penjualan menggambarkan profitabilitas
perusahaan atau efisiensi operasi yang lebih jauh lagi menggambarkan berapa rupiah
keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Sebaliknya Perputaran harta
menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola asetnya dalam menghasilkan penjualan.
Faktor internal dan eksternal
Faktor internal adalah faktor yang terjadi didalam perusahaan seperti kurangnya
kendaraan, kurangnya orang dilapangan, kurang baiknya manajemen di perusahaan.
Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan sehingga bisa
menyebabkan konflik didalam perusahaan, seperti adanya persaingan globalisasi sehingga
menyebabkan harga dan kualitas dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk dari luar
sehingga barang dalam negeri tidak bisa terkendalikan karena kalah saing dengan produk
dari luar dengan kualitas dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk dalam
negeri.
290
Optimalisasi Produksi
Optimalisasi merupakan pendekatan alternatif dengan mengidentifikasi penyelesaian
terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu
fungsi tujuan. Secara umum, optimalisasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik.
Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian optimalisasi produksi berarti pencapaian
suatu keadaan terbaik dalam kegiatan produksi. Optimalisasi produksi diperlukan oleh
perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumber daya yang digunakan agar suatu produksi
dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuan. Optimalisasi produksi juga bisa diartikan sebagai
penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi
tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku utama, bahan baku penolong, dan tenaga
kerja.
Optimalisasi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuanya yaitu memperoleh
keuuntungan maksimum, dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
1. Maksimisasi, yaitu optimalisasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasikan
masukan ( biaya ) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuuntungan maksimum.
2. Minimisasi, yaitu optimalisasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu
dengan menggunakan masukan ( biaya ) yang paling minimal.
Kerangka pikir penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Purna Baja
Harsco. Untuk mendapatkan data keuangan tahun 2007 - 2012 (laba/rugi). Kerangka pikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
291
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat : PT. Purna Baja Harsco, yang berlokasi di Jl N2, Cigading, kawasan PT
Krakatau Steel Cilegon, Banten.
2. Waktu
Waktu : bulan april 2012 sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan data
kuantitatif. Berikut sumber data tersebut yaitu :
a. Data kualitatif
Secara kualitatif, maksudnya yaitu informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian
yang tidak dapat di uji dengan variabel, seperti : sejarah perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dengan wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi
perusahaan.
b. Data kuantitatif
Secara kuantitatif, maksudnya informasi dari suatu penelitian adalah berupa data-data
keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan, rasio keuangan.
2. Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder (data penelitian yag diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau data tersebut sebelumnya telah diperoleh dan
dicatat, oleh pihak lain). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data laporan keuangan
b. Refrensi buku
c. Jurnal-jurnal ekonomi sebagai gambaran penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Riset keperpustakaan
Pengumpulan data melalui riset keperpustakaan dilakukan dengan cara membaca bukubuku literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
2. Riset Lapangan
Riset ini dilakukan untuk memperoleh data yang menyangkut dengan penelitian yang
dilakukan, penelitian dilakukan di PT. Purna Baja Harsco dengan mengambil data yang
diperlukan.
3. Wawancara
Melakukan wawancara pada personalia yang banyak kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan data penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini diperlukan data yang
mendukung penelitian. Dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan beberapa
metode yaitu:
292
1. Deskriptif Kuantitatif
Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu
sehingga hubungan antara suatu variable
dengan variable lainya dapat dinilai
berdasarkan kuantitasnya. Tujuanya adalah agar pembaca dapat memahami permasalahan
dan mengintepretasikan dengan akurat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan
rasio-rasio yang dibandingkan selama 5 tahun.
2. Metode DuPont
Metode DuPont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia memiliki
cara sendiri dalam menganalisis laporan keuanganya.caranya sebenarnya hampir sama
dengan analisis laporan keuangan biasa, namun pendekatanya lebih integrative dan
menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya
Definisi Operasional Variabel
Variable adalah suatu objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variablevariabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan
perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen
dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data
keuangan perusahaan.
2. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti
kurangnya kendaraan pada saat dibutuhkan atau kendaraan tersebut sudah tidak layak
jalan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
3. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kinerja keuagan dari luar perusahaan,
seperti di jaman perdagangan bebas ini Krakatau Steel sudah tidak mampu lagi
memproduksi baja sendiri dikarenakan kalah saing harga, harga baja dari luar lebih murah
dari Krakatau Steel namun kualitas hampir sama sehingga Krakatau Steel harus membeli
baja dari luar negeri otomatis ini berdampak untuk perusahaan Purna Baja Harsco, limbah
yang yang dihasilkan oleh Krakatau Steel tidak lah sebanyak memproduksi sendiri
sehingga mempengaruhi kinerja keuangan dilihat dari sisi factor eksternal.
4. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan
kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima
setelah dikurangi pengeluaran.
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk
dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga
pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik
melalui saham untuk menarik investor.
293
segera dibangun pada saat itu, untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian selama
ini. Nama baru tersebut secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2013.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Memberi Nilai Tambah
Misi
: Memberikan pelayanan secara professional dan aman kepada pelanggan, serta
menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mematuhi peraturan dan standar
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Purna Baja Harsco merupakan struktur yang membentuk garis
dan staff dasar dari bentuk organisasi ini adalah organisasi yang dilengkapi dengan hubungan
vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan wewenang yang
mengalir dari atas ke bawah, selanjutnya membentuk garis dari tingkat yang paling atas
sampai tingkatan yang paling bawah dalam struktur organisainya, sedangkan hubungan
horizontal yaitu hubung mendatar yang bersifat penyelenggaraan bantuan bagi unsure
pimpinan yang disebut staff.
PT. Purna Baja Harsco mempunyai 139 orang karyawan yang dibagi dalam 3 (tiga )
departemen yaitu :
1. Departemen Keuangan dan Administrasi.
2. Departemen Operasi.
3. Departemen Komersial.
295
1. Wheel Loader
berfungsi untuk memuat bahan material sisa-sisa proses peleburan yang akan diolah
kembali di area PT.Purna Baja Heckett.
2. Slag Pot Carrier (Kress)
Berfungsi untuk mengangkut slag pot dari dapur peleburan ke area pemrosesan slag di
site PT.Purna Baja Heckett.
3. Ladle Wrecker
Berfungsi untuk membantu proses desculling yaitu membersihkan di dalam ladle.
4. Excavator
Berfungsi untuk membantu proses Scrap Recovery material sisa peleburan dan memuat
ke Dump Truck dalam kegiatan Scrap Handling.
5. Processing Plant
Berfungsi untuk memproses slag dari slag fresh (bongkahan) menjadi beberapa ukuran
(size distribusi) serta menaikkan kandungan metal (recovery proses).
6. Cutting Equipment
Berfungsi untuk memotong material (Tundish, Skull, Hob) menjadi ukuran yang sesuai
dengan yang diinginkan dan siap dikirimkan ke dapur peleburan.
7. Lowbed
Berfungsi untuk mengankut material (Spill, Skull atau Tundish) yang belum diproses dari
pabrik peleburan ke area site PT.Purna Baja Heckett.
8. Grader
Berfungsi untuk merawat dan merapikan jalan diarea operasi sekitar PT.Purna Baja
Heckett
9. Magnetic Crane
Berfungsi untuk mengolah Spill atau Skull dengan cara mengangkat dan menumbukkan
bola besi keatas material tersebut.
10. Dump Trailer
Berfungsi untuk mengangkut Scrap Recovery dan Scrap Import dari area penumpukan ke
dapur peleburan PT.Karakatau Steel.
11. Dump Truck
Walau sama-sama sebagai alat angkut namun Dump Truck berbeda dengan Dump Trailer
dilihat dari segi pisiknya, Dump Truck antara kepala dan ekor tidak terpisahkan,
sedangkan Dump Trailer antara kepala dan ekor terpisah.
Berfungsi untuk alat angkut dalam proses slag, scrap recovery dan angkutan scrap pada
kegiatan scrap handling.
12. Tangki Penyiraman
Berfungsi untuk melakukan penyiraman secara rutin jalan-jalan di lingkungan operasi
PT.Purna Baja Heckett untuk mengurangi emisi debu.
Sedangkan kaitannya dengan pelayanan terhadap PT. Krakatau Steel adalah sebagai
berikut :
1. Slag Handling
2. Slag Processing
3. Scrap Recovery
4. Scrap Handling
5. Ladle Deskulling
297
2. Slag Processing
Slag Processing adalah kegiatan memproses Slag cair setelah dituang dan didinginkan
Kegiatan ini dilakukan pada fasilistas Metal Recovery Plant. Tujuan dari kegiatan ini
adalah memisahkan antara bahan-bahan yang masih mengandung besi (disebut Scrap).
Scrap yang telah diproses dan dipisahkan tadi dikirim ke PT. Krakatau Steel sebagai
bahan baku besi.
Sedangkan Slag (berbentuk menyerupai batu split) yang sudah tidak mengandung besi
dapat dijual keluar PT. Krakatau Steel untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuat jalan,
pengurugan pantai, tempat parkir dan lain sebagainya.
3. Scrap Recovery
Scrap Recovery adalah proses yang dilakukan terhadap material limbah padat ex
proses peleburan (Spill, Skull, Hob, Tundish) untuk menaikan kandungan metal material
tersebut. Proses recovery dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Magnetic Balling Crane
b. Lancing System
Pada system Balling (penumbukan) material diproses menggunakan alat Magnetic
Crane yaitu dengan menjatuhkan / menumbukan bola besi (10 15 ton) ke atas material
yang diproses sehingga diharapkan kotoran akan terpisah dari material tersebut dan
menghasilkan produk dengan kandungan metal yang tinggi (80 90%) untuk dapat
dikirim kembali ke dapur peleburan.
Sedang lancing system, material diproses menggunakan Cutting Equipment yaitu alat
potong dengan memakai oksigen bertekanan tinggi. Sistem ini digunakan untuk
memproses material dengan kandungan metal yang tinggi (Tundish) sehingga hanya
memerlukan proses pengecilan ukuran. Material dipotong dengan ukuran maksimum 100
cm kemudian diangkut ke area pabrik peleburan sebagai salah satu bahan baku dapur
peleburan. Jadi pada dasarnya jenis pengelolaan limbah PT. Krakatau Steel yang dikelola
oleh PT. Purna baja Harsco adalah pengumpulan, penumpukan dan penyimpanan
sementara. Jenis dan spesifikasi bahan yang diolah PT.Purna Baja Heckett yaitu :
a. Spill
Baja cair yang tercecer ke lantai kerja (casting bay) pada proses peleburan, system
pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.
b. Skull
298
Baja yang melekat pada dinding dan pada bibir ladle, system pengolahan dengan
sizing Magnet balling dan lancing.
c. Hob
Sisa baja dari Ladle yang ditampung dalam Pot, system pengolahan dengan sizing
Magnet balling dan lancing.
d. Tundish
Sisa baja yang terperangkap dan menempel pada saat proses casting, system
pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.
4. Scrap Handling
Scrap handling adalah aktivitas penataan, penyimpanan serta pengangkutan Scrap dari
area PT. Purna Baja Harsco ke Scrap Yard pabrik PT. Krakatau Steel. Scrap yang
diangkut adalah besi scrap yang berasal dari luar negeri (imported scrap). Scrap tersebut
merupakan sebagian bahan baku pembuatan baja, sedangkan bagian terbesar bahan baku
adalah besi sponge yang diolah oleh PT. Krakatau Steel sendiri.
5. Ladle Deskulling
Ladle adalah tempat menampung baja cair dari tungku peleburan untuk dibawa ke
tempat pencetakan baja. Sedangkan Ladle deskulling adalah pekerjaan pembersihan ladle
dari sisa-sisa baja yang menempel pada dasar dinding ataupun bibir ladle. Pekerjaan ini
dilakukan pada saat ladle dalam kondisi panas maupun kondisi dingin.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.
Untuk dapat menilai kondisi dan prestasi suatu perusahaan, penganalisa keuangan
memerlukan beberapa tolak ukur yang biasa digunakan. Alat tolak ukur tersebut yang biasa
digunakan adalah analisa rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan serta prestasi perusahaan.
Perusahaan PT. Purna Baja Harsco menyediakan laporan yang merupakan hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang
berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan, yang disajikan dalam
neraca dan laporan laba rugi.
Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.
Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aktiva, kewajiban, dan modal.
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.
299
Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Dan Biaya PT. Purna Baja Harsco Periode 2008
2012
Sumber DataRugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012, Dalam Rupiah
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dikatakan bahwa selama tahun 2009 pertumbuhan
pendapatan sebesar 3,26% sedangkan biaya operasional sebesar 2.52% dibanding tahun 2008,
tahun 2010 pertumbuhan pendapatan sebesar 2,47% sedangkan biaya operasional sebesar
2.73% dibandingkan tahun 2009, tahun 2011 mengalami penurunan pendapatan sebesar
0,47% sedangkan biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 1.67% dibanding tahun
2010.
Pada tahun 2012 mengalami kenaikan pendapatan sebesar 0.18% sedangkan biaya
operasionalnya terus naik sebesar 2,55% dibanding tahun 2011.
Pada tahun 2009 pendapatan PT. Purna Baja Harsco mengalami kenaikan
dibandingkan ditahun 2008 yang menyebabkan pendapatan meningkat 3,26% dikarenakan
PT. Krakatau Steel memproduksi baja lumayan banyak sehingga limbahnya juga lumayan
banyak, ditahun 2009 dan 2010 pendapatan mengalami kenaikan dikarenakan PT. Krakatau
Steel produksinya stabil sehingga pendapatan masih merangkak naik, ditahun 2011
pendapatan sedikit menurun -0,47% dikarenakan sudah dimulainya perdagangan bebas di
ASEAN sehingga banyak baja dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dalam negeri,
dan juga harga jual yang tidak stabil sehingga menyebabkan PT. Krakatau Steel menjual baja
mejadi tidak menentu sehingga produksi PT. Krakatau Steel mulai dikurangin sehingga
limbah yang di terima oleh PT. Purna Baja Harsco mengalami penurunan, di tahun 2012
pendapatan mulai kembali naik 0,18% sedangkan biaya operasional tiap tahun mengalami
kenaikan.
Analisa Metode Deskriptif Kuantitatif, Metode Optimalisasi dan Metode DuPont.
1. Deskriptif Kuantitatif
Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu
300
2. Optimalisasi
Optimalisasi dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan
keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan
untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan
pada hampir semua bidang aplikasi.
Model optimalisasi telah pada masa sekarang ini menjadi sangat mencolok jika ingin
mengembangkan bisnis menjadi sangat besar dan rumit. Para insinyur pun menjadi makin
ambisius. Dalam banyak keadaan, tidak lagi mungkin untuk membuat keputusan tanpa
model optimalisasi.
Untuk model yang besar, dengan segala kerumitan yang ada, akan sedikit bermasalah
jika tidak dapat diselesaikan, persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk
membuat suatu nilai fugsi beberapa variable menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan pembatasan-pemabatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan
tersebut meliputi tenaga kerja, uang dan material yang merupakan input serta waktu dan
ruang.
Saat ini, ada banyak masalah optimalisasi dimana tidak terdapat metode yang pasti atau
metode komputerisasi deterministic terlalu rumit untuk diterapkan.
3. Du Pont
Du Pont merupakan analisi yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas
penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga
dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
Yang dapat di uraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate of
Return on Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang
diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan.
Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan perusahaan besar. Diharapkan
melalui Du Pont, perusahaan dapat menilai kinerja keuangan, departemen perusahaan.
a. Keunggulan dan kelemahan analisis Du Pont.
Adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain :
1) Sebagai salah satu teknis analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen
bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.
2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.
3) Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih
integrative dan menggunakan laporan keungan sebagai elemen analisisnya.
Kelemahan dari analisis Du Pont antara lain :
1) ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis,
karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang digunakan.
2) Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan
perbandingan antara 2 perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang
memuaskan.
Pada tahun 2009 kenaikan rentabilitas sebesar 18.38% dibanding tahun 2008 ini
disebabkan karna harga masih stabil dan tingkat produksi Krakatau Steel masih banyak,
tahun 2010 mengalami penurunan yang tajam sebesar 14.35% dibandingkan tahun 2009
301
disebabkan karena pemasukan laba operasi lebih sedikit dibandingkan total aset yang
bertambah dan perawatan untuk kendaraan dilakukan sehingga memakan biaya yang
lumayan banyak, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 14.43% dibanding tahun 2010 ini
disebabkan sudah mulainya perdagangan bebas di Indonesia sehingga pendapatanya pun
menurun sementara perawatan untuk kendaraan trus dilakukan dan di cek secara berkala
karena sudah harus diremajakan tetapi belum ada dana yang mencukupi untuk membeli
kendaraan, Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9.05% dibanding tahun 2011 ini
juga disebabkan harga yang sudah tidak stabil dan order pun berkurang sehingga mengalami
penurunan yang tajam. Dengan adanya rentabilitas perusahaan maka bisa diukur tingkat
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan dari penjualan, apabila faktor ini
melemah maka akan memberikan indikator yang paling dominan terhadap kebangkrutan
perusahaan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung pada laba yang diperoleh oleh
perusahaan.
Tabel 5.3 Perhitungan Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco
Sumber Data : Rugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2008 persentase
keuntungan bersih sebesar 22,09%, pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar 45,58%
dengan begitu pada tahun 2009 mengalami kenaikan net profit margin sebesar 23.49%,
kenaikan net profit margin tersebut disebabkan karena penjualan yang masih relative stabil,
dan harga pun masih stabil sehingga net profit margin atau keuntungan bersih , di tahun 2010
persentase keuntungan sebesar 29,67% pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar
45.58% dengan begitu pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 15.91% dibandingkan
tahun 2009 hal ini disebabkan laba operasi yang menurun dibandingkan pendapatan yang
mengalami kenaikan, tahun 2011 persentase keuntungan yang didapat sebesar 15,69% pada
tahun 2010 persentase keuntungan sebesar 29,67% dengan begitu mengalami penurunan
sebesar 13.98% dibanding tahun 2010 hal ini disebabkan laba operasi dan pendapatan yang
berkurang karena adanya perdagangan bebas di indonesia, Pada tahun 2012 persentase
keuntungan sebesar 7,35% pada tahun 2011 persentase keuntungan sebesar 15,69% dengan
begitu mengalami penurunan sebesar 8.34% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan
302
karena adanya perdagangan bebas yang menyebabkan terjadinya penurunan laba operasi
selama 2 tahun.
Beberapa Faktor Penyebab Perubahan Pendapatan dan Biaya Perusahaan
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan yang dialami
PT. Purna Baja Harsco selama ini sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Penjualan/pendapatan
Perusahaan bergantung pada pertumbuhan kegiatan PT. Krakatau Steel. Selama
kondisi perekonomian mengalami penurunan, menyebabkan melesunya kegiatan
operasional PT. Krakatau Steel yang ditandai dengan berkurangnya Order selama
kurun waktu 2 tahun terahir ini pada PT. Purna Baja Harsco, sehingga menyebabkan
pula penjualan perusahaan ikut mengalami perubahan yang menurun. Seharusnya
perusahaan mencari alternative lain jangan tergantung dari PT. Krakatau Steel
sehingga apabila perusahaan tersebut mengalami penurunan produksi PT. Purna Baja
Harsco masih bisa stabil pendapatanya, apabila PT. Purna Baja Harsco ini masih
tergantung pada PT. Krakatau Steel seandainya terjadi kebangkrutan maka PT. Purna
Baja Harsco pun ikut bangkrut.
b. Biaya Produksi Tinggi
Efisiensi dan peningkatan produktifitas yang diperbaiki dan dapat diraih belum
mampu mengatasi tingginya kenaikan biaya suku cadang (dampak depresiasi rupiah
yang berkelanjutan), kenaikan harga bahan bakar dan energi telah mendorong
kenaikan harga bahan-bahan pembantu lainnya dan dilanjutkan juga dengan
peningkatan upah minimum regional (UMR) yang cukup tinggi. Kondisi peralatan
yang semangkin menuntut perawatan yang lebih intensif, sementara rencana
peremajaan belum memungkinkan direalisasi sejak lima tahun terakhir berhubung
usaha saat ini masih belum dapat memberikan prospek pertimbangan investasi yang
dapat dipertanggung jawabkan sehingga peralatan yang ada saat ini sudah tidak
bekerja dengan maksimal karena banyak yang harus diperbaiki.
c. Kendaraan
Kendaraan di PT. Purna Baja Harsco berumur lebih dari 5 tahun, ini menyebabkan
terhambatnya pekerjaan dikarenakan perlu dilakukanya perawatan berkala yang bisa
memakan waktu yang lama dan biaya yang besar belum lagi kendaraan yang tidak
bisa diperbaiki, seharusnya PT. Purna Baja Harsco melakukan peremajaan agar
pekerjaan tersebut bisa maksimal dan juga meningkatkan pendapatan.
d. Manajemen perusahaan.
Dengan menurunya pendapatan 2 tahun belakanga ini seharusnya perusahaan mencari
alternative yang bisa menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, apabila
perusahaan mengalami kebangkrutan banyak karyawan yang di PHK dan belum tentu
karyawan di yang di PHK tersebut bisa mendapatkan pekerjaan kembali karna
dijaman sekarang tidak mudah untuk mencari pekerjaan bagi yang sudah berumur
lebih dari 30 tahun, apabila manajemen tidak punya alternative lain maka perusahaan
PT. Purna Baja Harsco akan mengalami kebangkrutan, banyak karyawan yang di
PHK dan juga pengangguran akan bertambah.
303
Faktor Eksternal
a. Seiring dengan adanya perdagangan bebas di indonesia yang menyebabkan masuknya
baja dari luar ke Indonesia yang kualitasnya sama bagusnya dari baja Krakatau Steel dan
harganya pun lebih murah maka Krakatau Steel kalah saing dari baja luar sehingga
Krakatau Steel pun terpaksa membeli baja dari luar sehingga produksinya dibatasi, hal ini
menyebabkan menurunya pendapatan PT. Purna Baja Harsco yang mendapatkan limbah
sedikit dari Krakatau Steel yang membeli baja yang sudah jadi.
b. UMR ( Upah Minimum Regional)
UMR di banten pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000, hal ini menyebabkan
beban perusahaan bertambah, dengan adanya kenaikan UMR ini tidak seimbang dengan
pendapatan perusahaan yang menurun sehingga beberapa karyawan harus di berhentikan
untuk kelangsungan hidup perusahaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan berdasarkan hasil analisa, dapatlah disimpulkan bahwa selama kurun waktu 5
tahun terakhir ini perkembangan pendapatan PT. Purna Baja Harsco sebagai berikut:
1. Perkembangan pendapatan dan biaya PT. Purna Baja Harsco selama ini memiliki
kecenderungan yang semakin meningkat, dimana pertumbuhan pendapatan untuk tahun
2008 sebesar 16,06% dan biaya operasional sebesar 15,17%, untuk tahun 2009
pendapatan meningkat sebesar 19,32% dan biaya operasional sebesar 17,69%, tahun 2010
pendapatan sebesar 21,79% dan biaya operasional sebesar 20,42%, tahun 2011
pendapatan sebesar 21,32% dan biaya operasional sebesar 22,09%, ditahun 2012
pendapatan sebesar 21,50% dan biaya operasional sebesar 24,64%.
2. Perkembangan rentabilitas PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,
dimana rentabilitas untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun 2009 sebesar 46,89%, tahun
2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar 9,06%.
3. Perkembangan laba bersih PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,
dimana laba bersih tahun 2008 sebesar 22,09%, tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010
sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012 sebesar 7,35%.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang mudahmudahan dapat berarti untuk pertimbangan jangka panjang perusahaan, dimana saran yang
dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi PT. Purna Baja Harsco
a. Dengan hasil perkembangan pendapatan yang semakin naik disarankan perusahaan
menambah daya produksi yang tidak hanya terbatas pada kinerja PT. Krakatau Steel saja,
melainkan merambah pada industri lain disekitar kawasan industri berat cilegon agar
pendapatanya lebih maksimal.
b. Atas dasar kecenderungan menurunnya rentabilitas tersebut, sebaiknya perusahaan
menambah aktiva tetap yang dalam hal ini mesin pengolahan agar dapat meningkatkan
luas produksi normal yang dapat meningkatkan pendapatan.
c. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan penekanan biaya produksi terutama biaya
maintenance dan subkontraktor yang selama ini dirasakan cenderung meningkat.
304
2. Penelitian Selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel untuk bisa lebih spesifik
lagi agar bisa dilihat kecenderungan menurun atau naiknya pendapatan, rentabilitas dan
laba bersih tersebut.
b. Diharapkan menambahkan uji metode, karena metode yang sudah ada kurang
spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Choi, F. D. S., dan Meek G. K., International Accounting, Edisi Keenam,Cetakan Kedua,
Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Darsono, Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis, Cetakan Pertama, Diadit Media,
Jakarta, 2006.
Efraim Ferdinan Giri, Akuntansi keuangan menengah 1, Edisi pertama, Bumi Askara, Jakarta,
2012.
Fraser, L., dan Ormiston A., Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Cetakan
Pertama, Indeks, Jakarta, 2008.
Harahap, S. S., Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Rajawali pers, Jakarta,
2010.
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorcard Pendekatan Teori, Kasus, dan
Riset Bisnis, Cetakan Kedua, Bumi Askara, Jakarta, 2011.
Priatna, R. B., Abdillah, J,. dan Suryana, Akuntansi Keuangan, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Bandung, 2010.
Anugrahani, E., 2007, Analisis DuPont System Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk,.
PT. Ultra Jaya Milk Tbk), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Loanda, R., 2011, Analisa kesehatan Keuangan PT. Timah, Tbk tahun 2005-2009,
Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi, Jakarta.
Tardin A., 2007, Analisa Perubahan Pendapatan Terhadap Perkembangan Rentabilitas
Perusahaan, Skripsi Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Tri Nurindah yanti Yulian, Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value dan Debt
Equity Ratio Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi Vol.1 No.1, Jakarta, 2004.
305
ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan
perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses
produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi
efisiensi proses produksi.
Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama
pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin
penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi
yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan
produksi harus dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
proses produksi.
Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,
mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja
secara efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas
perusahaan dan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan
kebijakan persediaan dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.
Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan
menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap
persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal
dapat menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting,
306
sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar
terhadap kelancaran proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.
Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis
perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,
semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan
sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut
tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat
bantu) untuk mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa
model seperti EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan
MRP.36
Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu
teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan,
tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi.37
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2.
Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan
konstan.
3.
Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,
persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4.
Tidak tersedia diskon kuantitas.
5.
Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya
penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan
atau membawa). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
6.
Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah
Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?
2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses
produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?
3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo
Tbk ?
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas
adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT
Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi
proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand,
Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling
berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
36
Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory
Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31
37
Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92
307
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen
perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah
perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang
berjudul Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam. Berdasarkan uji pengaruh dan uji
regeresi dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level, dan Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi
Proses Produksi dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses
Produksi pada PT Hantong Precision Manufacturing.38
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan
melalui kerangka pemecahan masalah berikut :
Mulai
Data Kuesioner
Analisis SPSS
Kesimpulan
Selesai
38
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam,
www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4
308
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang
karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan
di Jl. Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 Indonesia.
Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang
karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013
No.
Divisi Operation
Jumlah
Persentase
1
LOGISTIC
10 %
PRODUCTION
44
73 %
QA & QC
7 %
WAREHOUSE
7 %
DELIVERY
3 %
60
100 %
Total Responden
Sumber : PT Pelangi Indah Canindo
Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun
pertimbangan atau kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi
Operation yang mengetahui dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan
baku yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
Operasional Variabel
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu
efisiensi proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan
bahan baku.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian
persediaan bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity).
Variabel independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock,
Reorder Level dan Stock Out.
Teknik Analisis Data
1.
Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap
variabel yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki
nilai tertentu. Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan
309
disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer
dilakukan dalam bentuk pra penelitian.39
2.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama
dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika
memiliki nilai tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum
pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas
data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.40
3.
Analisis Deskriptif
Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan
penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan
jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih
rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan
demikian setiap pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui
mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.41
4.
39
Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92
40
Ibid, p.99
41
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177
42
Ibid, p.211
43
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25
310
Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu :
metode Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam
mendukung efisiensi proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan
diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap
efisiensi proses produksi dan mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap
efisiensi proses produksi.
Hipotesis
H1
H2
H3
H4
H5
H6
:
:
:
:
:
:
3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05
6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.
7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.
8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.
9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05
11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.
12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.
13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.
14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.
15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05
16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.
17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.
19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.
20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05
21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.
22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.
23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.
24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.
25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.
26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka
pada tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian
reliabilitas dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbachs Alpha dari masing masing
variabel, sebagai berikut :
HASIL UJI RELIABILITAS
Dimensi
Efisiensi Proses Produksi
Demand
Lead Time
Safety Stock Reorder
Level
Stock Out
Jumlah
0,834
0,888
0,640
0,691
0,851
0,922
Kesimpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
26
Tanggapan Responden
No.
Butir Pertanyaan
P11
P12
P13
P14
P15
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
Jumlah
Skor
Kesimpulan
272
Sangat Setuju
275
277
271
286
283
279
283
259
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
255
Sangat Setuju
245
260
285
278
Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
283
Sangat Setuju
277
Sangat Setuju
273
Sangat Setuju
276
Sangat Setuju
222
Setuju
231
Setuju
237
Setuju
222
Setuju
230
Setuju
227
Setuju
233
Setuju
3. Uji t
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan
Reorder Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi
secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden
memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level
maka efisiensi proses produksi akan meningkat.
Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak
terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap
Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan
bahwa setiap kenaikan variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses
produksi akan menurun. Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya
modal yang akibat barang modal menganggur dan tidak berputar dan kerugian
kehilangan penjualan atau kehilangan pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit
diperkirakan karena berhubungan dengan good will perusahaan.
Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata
yang lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand.
Nomor Urut
1
2
3
4
5
Variabel
Demand
Reorder Level
Lead Time
Stock Out
Safety Stock
T hitung
4,901
4,199
3,815
1,934
0,104
Sig.
0,000
0,000
0,000
0,058
0,918
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada semua perusahaan.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang
memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai
dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan
mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang
diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan
instrumen secara tertulis.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk :
1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku
untuk mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta
mempertahankan kelancaran proses produksi.
2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk
meningkatkan komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan
produktivitas.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan
memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk
keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi
dengan baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap
variabel yang hendak diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat
dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi
Ketiga, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004
Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 2008
Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004
Handoko, T.H., Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan
13, BPFE, Yogyakarta, 2000
Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat,
Jakarta, 2009
Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi
Pertama, UIEU - University Press, Jakarta, 2009
Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,
2006
Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008
Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004
Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003
Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008
Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1,
Nomor 1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan
Keputusan Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya
315
316
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang maksimal. Oleh
sebab itu laba dinilai sebagai salah satu bukti hasil kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan. Namun dalam prakteknya, laba yang dihasilkan oleh perusahaan belum tentu
sama ataupun naik dari laba yang dihasilkan di periode sebelumnya.
Perusahaan food and beverages merupakan tipe usaha yang mudah untuk dimasuki,
dan hal itu menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Menurut Ketua Umum Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia Adhi S. Lukman, mengatakan
konsumen Indonesia dikenal lebih mudah dan terbuka untuk mencoba produk-produk
317
baru.44 Dengan iklim persaingan yang begitu ketat, manajemen perusahaan perlu menarik
minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan yang mereka kelola agar bisa
menambah modal yang dapat mengembangkan kegiatan operasional perusahaan. Umumnya
investor mengukur kinerja dari tingkat pertumbuhan laba. Namun pada faktanya, terjadi
fluktasi pertumbuhan laba rata rata perusahaan food and beverages pada tahun 2007
2011.
Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi menurunnya kondisi keuangan suatu
perusahaan, baik dari sisi eksternal maupun dari sisi eksternal. Menurut Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) ada beberapa hal yang terkait yang menjadi
suatu tantangan bagi industri makanan dan minuman, diantaranya : belum sinerginya
peraturan perpajakan dan retribusi, tingginya harga bahan baku dan kemasan, kebijakan
energi nasional, keterbatasan infrastruktur, dan tingginya suku bunga kredit / pinjaman di
Indonesia.3 Dari sisi internal, bisa disebabkan karena adanya efektif dan efisiennya strategi
yang ditetapkan oleh manajemen. Agar bisa tetap bertahan di tingkat persaingan yang ketat,
manajemen perusahaan food and beverages harus bisa menarik minat para investor dengan
memberikan informasi keuangan yang baik.
Masa yang akan datang selalu penuh dengan ketidakpastian, sehingga pihak eksternal
terutama para investor perlu membuat prediksi. Untuk dapat membuat prediksi dimasa yang
akan datang diperlukan pengetahuan tertentu untuk menganalisis informasi keuangan dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Hal itu yang memotivasi peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam menganalisa laporan keuangan
adalah menggunakan analisa rasio.
Investasi Asing Di Industri Makanan Diyakini Bisa Naik Lebih Dari 100%,
318
Pengertian perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba per tahun. Penilaian
tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan,
dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai
perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau
perubahan laba dari tahun ke tahun.45
Rumus untuk menghitung perubahan laba adalah :
Keterangan:
Y = Perubahan Laba
Y t = Laba perusahaan tertentu pada periode tertentu
Y t-1= Laba perusahaan tertentu pada periode sebelumnya
Current Ratio
Current ratio mengambarkan sejauh mana aktiva lancar, menutupi kewajiban
kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rumus untuk menghitung current ratio adalah :
Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI).
Semarang: Universitas Diponegoro, 2008
319
Perumusan Hipotesis
H1 Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba
H2 Net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H3 Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H4 Total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H5 Current ratio, net profit margin, debt to equity ratio dan total asset turnover memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sedangkan sumber data
laporan keuangan food and beverages yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan food and beverages yang ada di BEI pada tahun 20072011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2008 - 2012.
320
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah objek yang diteliti (N) adalah 70
sampel untuk tahun 2007 - 2011. Sebelum data diolah, terlebih dahulu variabel CR (Current
Ratio), NPM (Net Profit Margin), DER (Debt to Equity), dan LABA (Perubahan Laba)
ditransformasikan ke bentuk Logaritma Natural untuk mendapatkan satuan yang sama, yaitu
kali.
Berikut ini adalah deskripsi hasil analisis :
a. LnLaba (Logaritma Natural Laba) Mean sebesar 3.0134 dan LnLaba Standard Deviation
sebesar 1.58164 64
b. LnCR (Logaritma Natural Current Ratio ) Mean sebesar 5.1405 dan LnCR Standard
Deviation sebesar 0.50325
c. LnNPM (Logaritma Natural Net Profit Margin) Mean sebesar 5.1405 dan LnNPM
Standard Deviation sebesar 1.05186
d. LnDER (Logaritma Natural Debt to Equity Ratio) Mean sebesar 4.7377 dan LnDER
Standard Deviation sebesar 0.93421
e. TATO (Total Asset Turonver) Mean sebesar 1.3690 dan TATO Standard Deviation sebesar
.061697
321
Dapat dijelaskan bahwa model regresi linear berganda tersebut layak dan baik
digunakan dalam penelitian ini, karena semua variabel memiliki Asymp.Sig > 0.05 yang
berarti residual data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas, yaitu
dimana keadaan antara dua variable independen atau lebih pada suatu model regresi terjadi
hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Salah satu cara untuk
medeteksi ada tidaknya multikolineritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF.
Hasil output uji multikolineritas sebagai berikut :
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas
Berdasarkan table 5.4 di atas, terlihat bahwa masing masing variabel independen
memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0.1.
3. Uji Autokolerasi
Autokolerasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin
Watson. Hasil output uji autokolerasi menujukan nilai Durbin Watson sebesar 1.777.
Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi, adalah :
1) Nilai Durbin-Watson yang didapat dari hasil regresi adalah 1.777.
2) Nilai dL dan dU setelah dilihat pada tabel Durbin-Watson dengan tingkat
signifikansi 0.05, n=70, dan k=4, adalah dL = 1.4943, dU = 1.7351 dan 4-dU
adalah 2.2649
3) Dari hasil yang diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.777 terletak pada
daerah dL < DW < 4-dU (1.4943< 1.777 < 2.2649) maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak terjadi autokolerasi.
322
4. Uji Heterokesdasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskesdatisitas.
Pada gambar hasil pengujian dapat terlihat bahwa titik titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.
Uji Hipotesis
1.
Uji Adjusted R2
Tabel Hasil Uji Adjusted R2
Dari output tabel model summary dapat diketahui nilai R2 adalah 0,132. Jadi
pengaruh dari Variabel Independen (Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity
Ratio, Total Asset Turnover) yaitu 13,2%, sedangkan sisanya sebesar 86,8% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Uji Statistik F
Uji anova dilakukan dengan melihat hasil uji signifikansi F test yaitu apakah hasil
uji signifikansi tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar
323
0.05. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Ha5 menyatakan Net Profit
Margin, Debt to Equity Ratio dan Total asset turnover memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.
Dari tabel diatas terlihat angka F sebesar 3.624 dan kolom sig terlihat angka
0.010 < a (0.05) artinya koefisien regresi tersebut signifikan. Maka Ha5 dalam
penelitian ini diterima artinya Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba.
3. Uji t
Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter yaitu apakah variabel bebas
ln Current Ratio, ln Net Profit Margin, ln Debt to Equity Ratio, dan Total Asset
Turnonver dapat dipakai sebagai penduga yang signifikan terhadap variabel terikat ln
Laba dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Tabel Hasil Uji t
1) Pengujian Hipotesis 1
324
Ha1 menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik, besar nilai t hitung 2.254 lebih
besar dari t table, pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha1 diterima dan
menolak Ho. Artinya current ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2) Pengujian Hipotesis 2
Ha2 menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 1.065 lebih kecil dari t tabel pada
tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha2. Artinya
net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3) Pengujian Hipotesis 3
Ha3 menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 3.631 lebih besar dari t
tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha3 diterima dan menolak Ho.
Artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
4) Pengujian Hipotesis 4
Ha4 menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung -0.888 lebih kecil dari t
tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha4.
Artinya total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
1. Nilai konstanta (a) sebesar -6.922 artinya apabila tidak ada pengaruh Current Ratio
(CR) X1, Net Profit Margin (NPM) X2, Debt to Equity Ratio (DER) X3, dan Total
Asset Turnover (TATO) X4, maka perusahaan mengalami penurunan sebesar -6.922
%
2. Nilai koefisien b1 (CR) sebesar 1.021 artinya setiap kenaikan 1% (CR) X1 sementara
variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan labasebesar 1.021 %.
3. Nilai koefisien b2 (NPM) X2 sebesar 0.207 artinya setiap kenaikan 1% (NPM) X2
sementara variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan laba
sebesar 0.207 %.
325
4. Nilai koefisien b3 (DER) X3 sebesar 0.933 artinya setiap kenaikan 1 satuan (NPM)
X3 sementara variabel lainnya konstan, maka perusahaan akan mengalami perubahan
laba sebesar 0.933 %.
5. Nilai koefisien b4 (TATO) X4 sebesar -0.31 artinya setiap kenaikan 1% (TATO) X4
sementara variabel independen lainnya konstan, maka terjadi penurunan laba sebesar
0.31%.
Pembahasan
1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan
perubahan laba karena current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Adanya
peningkatakan kinerja perusahaan juga menambah peluang meningkatnya pertumbuhan
laba. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cukup baik dan
memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba. Artinya, semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala utang jangka pendeknya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan Tumurin (2004) membuktikan bahwa CR
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit
margin dengan perubahan laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food
and bevarages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang
besar. Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan
dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua
biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Hal tersebut mendukung penelitian Syamsudin (2008) yang membuktikan
bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio
dengan perubahan laba, karena perusahaan mampu memutarkan modal yang berupa
pinjaman secara efektif. Walaupun bunga dan angsuran yang dibayar menambah beban
perusahaan, tetapi perusahaan mampu memaksimalkannya sehingga bisa menambah
potensi bertambahnya laba. Hal ini tidak sama dengan penelitian Syamsudin (2008) yang
membuktikan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba.
4. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara total asset
turnover terhadap perubahan laba, perusahaan food and beverages kurang memaksimalkan
penggunaan aktiva yang dimiliki, agar bisa lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan
perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa walau perusahaan memiliki asset
yang besar, bukan berarti akanmenghasilkan pendapatan yang meningkat. Hal ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Juliana dan Sulardi (2003), serta Meythi
(2005).
Kesimpulan dan Saran
1.
Kesimpulan
1) Secara simultan, Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Total Asset Turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan
326
2)
3)
4)
5)
2.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1) Bagi Perusahaan food and beverages, current ratio dalam perusahaan menunjukan
angka tinggi dan berarti banyak dana yang menganggur disarankan agar dipergunakan
untuk berinvestasi guna meningkatkan laba perusahaan. Net Profit Margin yang
dimiliki perusahaan food and beverages mempunyai angka yang kecil disebabkan
oleh harga pokok produksi yang besar, untuk kedepannya disarankan agar lebih
menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat
menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Terhadap penggunaan assets, perusahaan food
and beverages harus lebih memaksimalkan seluruh assets yang dimiliki agar
penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan mampu menutupi semua beban yang
dikeluarkan oleh perusahaan, dan meminimalisir terjadinya kerugian.
2) Bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dalam perusahaan food and
beverages sebaiknya tidak hanya didasari oleh informasi keuangan. Jika ingin
melakukan investasi, bisa menggunakan perbandingan harta lancar dengan utang
lancar, dengan melihat tingkat likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan.
3) Untuk penelitian yang lebih lanjut diharapkan agar memperluas sampel penelitian
bukan hanya dari perusahaan food and beverages tetapi juga perusahaan lainnya
sebagai contoh manufaktur, perbankan, trading, dan lain lainya serta menambahkan
variabel yang lain dari penelitian yang telah teruji kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Lusiana Noor. 2008. Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI). Semarang: Universitas Diponegoro.
327
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka
waktu 1 bulan terhadap Return on Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio (LDR) Non
Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.
Desain penelitian menggunakan kausalitas-komparatif dimana sumber data adalah data
sekunder.Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 perusahaan perbankan
yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling.Unit analisis adalah perusahaan.Analisis data
menggunakan regresi linear sederhana dengan alat bantu Statistical Package for the Social
Science(SPSS)
Hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan
terhadap ROA, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank
tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja perusahaan, karena
return yang didapat perusahaan semakin besar. danSukubungaberpengaruh
secarapositiftidak signifikan terhadap LDR artinyaSemakin kecil tingkat suku bunga LDR,
maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. KinerjaLDR yang
sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi
pada
titik
tertentu
bank
akan
mengalami
kerugian.Sebaliknya,
Semakinbesaratautinggitingkatsukubunga
LDR,
makaakansemakinkuranglaba
yang
akandiperoleh.sedangkanvariabel
Suku
bunga
berpengaruh
negatif
tidak
signifikanterhadapNon Perfoming Loan (NPL)artinyaNPL yang tinggi menyebabkan
timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang
tidak bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang).
Kata kunci : Kinerja perusahaan, Good Corporate Governance, profitabilitas, ukuran
perusahaan.
PENDAHULUAN
Awal tahun 2012, perekonomian di Indonesia menghadapi situasi dimana suku bunga
deposito berjangka mengalami gejolak. Karena Indonesia saat ini masih memiliki tingkat
kesejahteaan penduduk yang relatif rendah. Trend rendahnya tingkat inflasi dan penurunan
329
suku bunga induk (BI-rate) hingga level 5,75% pada awal maret 2012 (terendah sejak
pemberlakuan suku bunga induk) oleh Bank Indonesia, seharusnya dapat menjadi berita
gembira untuk semua kalangan seperti pengusaha, debitur kredit pemilikan rumah (KPR) dan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena diharapkan kebijakan bank sentral ini akan diikuti
dengan penurunan bunga kredit bank. Dalam 1 tahun terakhir ini suku bunga deposito
berjangka terus mengalami penurunan dan cenderung stabil. Keadaan ini mengakibatkan
penurunan suku bunga kredit dan pinjaman pada bank umum di Indonesia.
Suku bunga deposito sebagai daya tarik utama penduduk Indonesia untuk
merencanakan dan menyimpan uang mereka pada bank-bank umum di Indonesia. Dan dalam
mengelola dananya, setiap masyarakat harus benar-benar mengetahui resiko yang akan
diperoleh. Dan untuk bank harus pintar serta cermat melihat peluang bisnis dana segar seperti
deposito atau dana pihak ketiga. Tingkat bunga yang terlalu rendah akan membuat
masyarakat sulit atau ragu-ragu menabung atau ikut menginvestasikan dana mereka. Dan
apabila suku bunga yang diberikan kepada masyarakat terlalu tinggi, itu akan berpengaruh
terhadap suku bunga kredit yang ada di bank tersebut.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan suku bunga deposito dan kredit industri
perbankan terus menunjukkan penurunan. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada April
2012 turun hingga 24 bps. Sedangkan suku bunga kredit turun tipis 8 bps. Demikian hasil
Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter BI bulan Juni 2012 penurunan suku bunga perbankan
masih terus berlanjut. Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan
suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua suku bunga mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan selisih pada bulan sebelumnya
Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih memberikan ruang bagi penurunan suku
bunga kredit lebih lanjut sejalan dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan
efisiensi operasional perbankan. Berdasarkan kelompok bank, BI mengungkapkan penurunan
terbesar suku bunga deposito 1 bulan tercatat pada kelompok BPD yang memiliki level suku
bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Penurunan suku bunga
deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank
asing, bank swasta dan bank persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps, dan 20 bps.
Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga
memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Pada
April 2012, kelompok bank asing menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing
sebesar 21 dan 37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero
menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6, dan 10 bps.
Pada dasarnya tingkat suku bunga yang tinggi belum tentu bagus bagi kinerja
perbankan meskipun mendapatkan dana segar dari masyarakat yang besar, perbankan tidak
bisa dan mampu bertahan selama modal mereka terus menerus keluar karena pengaruh
negative spread 9 selisih bunga deposito dengan kredit ). Umumnya perusahaan didirikan
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan
yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam
setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus.Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh kinerja utama keuangan perbankan berupaROA
(Return on Assets), LDR (Loan on Deposi Ratio)dan NPL(Non Perfoming Loan),yang
dipengaruhi tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan pada Bank Umum di
Indonesia.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
330
1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Return on Assets (ROA) Pada Bank Umum.
2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank Umum.
3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Non Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.
LANDASAN TEORI
A. Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu
ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman
modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).
1. Pengertian Laba Optimal
Pergerakan seluruh sumber daya untuk menghasilkan laba. Laba usaha atau laba
optimal merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara pemasukan dengan
biaya serta pengeluaran dalam kegiatan normal perusahaan.
2. Pengertian Optimalisasi Laba
Ukuran yang lain menyangkut profitabilitas, yaitu angka laba harta atau laba
investasi, yang berasal dari perbandingan angka laba (dipetik dari laporan laba rugi)
dan total harta atau total asset.
B. BANK
Kata bank berasal dari bahasa Itali banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung
dari biaya transaksi atau jasa yang diberikan dan bunga pinjaman. Menurut UndangUndang No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah
lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan pada jasa penghimpunan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut untuk digunakan sebagai pemberian
kredit kepada nasabah bank tersebut.
1. Sumber Dana Bank
a. Dana Sendiri
Meskipun untuk suatu usaha bank, porporasi dana sendiri relatif kecil apabila
dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, dana sendiri
ini tetap merupakan hal yang penting bagi kelangsungan usahanya.
b. Sumber Dana Pihak Pertama
Sumber Dana Pihak Pertama adalah modal, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan
untuk mendirikan suatu bank oleh pemegang saham. Modal merupakan factor yang
sangat penting bagi bank yaitu sebagai alat penampung resiko kerugian (Riyadi,
2006).
Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dengan
penjelasan sebagai berikut :
331
a. Modal inti
1) Modal disetor
Modal disetor adalah sejumlah dana yang disetorkan secara berkala oleh pemilik saat
pendirian bank, dan biasa digunakan untuk menyediakan tanah, gedung, peralatan
kantor dan kegiatan promosi untuk kepentingan perusahaan.
2) Agio saham
Nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemilik baru dibandingkan dengan
nilai nominal saham.
3) Modal sumbangan
Modal sumbangan yaitu modal yang didapat dari sumbangan saham, termasuk selisih
antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut terjual.
4) Cadangan cadangan
Sebagian keuntungan bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan
cadangan lain yang digunakan untuk menampung risiko yang dapat terjadi di masa
yang akan datang.
5) Laba ditahan
Laba ditahan merupakan laba bersih yang didistribusikan kepada para pemegang
saham.
6) Cadangan Umum
Cadangan umum yaitu cadangan dan penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat pesetujuan rapat umum pemegang
saham atau rapat angota.
7) Cadangan tujuan
Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota.
8) Laba tahun lalu
Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan
belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umu pemegang saham atau rapat
anggota.
9) Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi.
b. Modal Pelengkap
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dan selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak.
2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif
Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dibentuk dengan
cara membebani laba rugi tahun berjalan.
3) Modal pinjaman
Modal pinjaman yaitu hutang yang didukung oleh isntrumen atau warkat yang
memliki sifat seperti modal.
4) Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi yang mempunyai ciri cirri adanya perjanjian tertulis antara
bank dengan pemberi pinjaman.
332
Analisis ROA dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan seluruh total kekayaan yang
dimilikinya, dengan menyesuaikan beban beban yang digunakan untuk membiayai
assetnya.
d. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (2005:116) menyatakan bahwa
loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian
likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
X 100%
Total Kredit
f. Suku Bunga
Menurut Budiono (1996 : 76), suku bunga adalah harga yang harus dibayar
apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.
Adanya kenaikan suku bunga yang tidak wajar akan menyulitkan dunia usaha
untuk membayar beban bunga dan kewajiban, karena suku bunga yang tinggi akan
menambah beban bagi perusahaan sehingga secara langsung akan mengurangi
profit perusahaan. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam
perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang
luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi
konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan. Edmister mengemukakan tiga istilah
yang berkaitan dengan suku bunga yaitu
g. Kerangka Pikir Penelitian
ROA (Y1)
Suku Bunga
Deposito (X)
LDR (Y2)
NPL (Y3)
h. Hipotesis Penelitian
Ha1: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga
terhadap Return on Assets ( ROA )
ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin
besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan
aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor
karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.
Ha2: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga
terhadap Loan to Deposit Ratio ( LDR )
334
Y1 = a + bx
+e
Y2 = a + bx
+
Y3e= a + bx
+e
Ket:
Y 1,2,3 = Kinerja Return on assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR)
dan Non Perfoming Loan (NPL) yang dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga deposito Berjangka.
a
= konstanta
x
e
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.673
.188
-7.672
3.006
Sig.
Beta
3.578
.001
-2.552
.013
1
SUKU_BUNGA
-.311
ROA = 0,673-7,672x +
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tersebar di sepanjang garis
diagonal dan grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal, artinya
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan tabel hasil pengujian menunjukan
bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%).
Adapun hasil output pengujian secara parsial dari aspek-aspek variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.673
.188
-7.672
3.006
Sig.
Beta
3.578
.001
-2.552
.013
1
SUKU_BUNGA
-.311
a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset )
Ha1:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA (
Return On Asset )
H01:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA
( Return On Asset )
Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -2.552 dengan nilai p-value (Sig) sebesar
0.013 berada lebih kecil dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis pertama
berhasil menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga secara
satistik berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA ( Return On Asset ). Artinya Hal ini
menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA. Return
on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset
yang dimilikinya.
Uji Regresi Sederhana Y2
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.792
.086
SUKU_BUNGA
.060
1.361
Beta
9.261
.000
.044
.965
1
.006
337
Dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (LDR dan Suku Bunga
Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > = 5% (0,05).Maka
dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :
LDR = 0,792 + 0,60x +
Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic non-parametik
Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai
perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan
yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar
baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar
baku atau terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SUKU_BUNGA
N
Normal Parametersa,b
LDR
64
64
.061525
.796195
.0130621
.1399758
Absolute
.153
.059
Positive
.153
.042
Negative
-.069
-.059
1.224
.468
.100
.981
Mean
Std. Deviation
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari data
diatas untuk LDR dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas karena nilainya di atas dari 0,05.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
.792
.086
.060
1.361
Beta
9.261
.000
.044
.965
1
SUKU_BUNGA
a. Dependent Variable: LDR
.006
a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio )
Ha2:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR(
Loan to Deposite Ratio )
H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap
LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar 0.044
dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.965 berada lebih besar dari level of significance
0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat
338
disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari
deposito nasabah maka sektor formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan
baik dan tidak menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat
suku bunga LDR, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan
diperoleh. Kinerja LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak
tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.
Sebaliknya, Semakin besar atau tinggi tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin
kurang laba yang akan diperoleh.
Unstandardized Coefficients
Standardized
Sig.
-3.682
.001
-1.381
.172
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-3.347
.909
-19.987
14.471
Beta
1
SUKU_BUNGA
-.177
dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (NPL dan Suku Bunga
Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > = 5% (0,05).
Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :
NPL = 0,54-0,020x +
Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic nonparametik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi
data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika
terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data
berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak
terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data
tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_NPL
N
Normal Parameters
a,b
SUKU_BUNGA
61
61
Mean
-4.5755
.061461
Std. Deviation
1.47978
.0131030
.153
.157
Absolute
339
Positive
.153
.157
Negative
-.147
-.068
1.193
1.227
.116
.098
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari
data diatas untuk NPL dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas karena nilainya di diatas dari 0,05.
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-3.347
.909
-19.987
14.471
Beta
-3.682
.001
-1.381
.172
1
SUKU_BUNGA
-.177
Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap NPL (Non Performing Loan )
Ha3:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap NPL
(Non Performing Loan )
H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap
LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -1,381
dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.172 berada lebih besar dari level of significance
0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat
disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap NPL (Non Performing Loan ).NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya
masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak
bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang). Semakin tinggi suku bunga maka
resiko tingkat terjadinya kredit macet akan rendah, karena nasabh tidak tertarik untuk
mengajukan kredit sehingga akan menurunkan kinerja perbankandan profitabilitas
perbankan dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan
aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan
(income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk
pada rentabilitas (profitabilitas) bank. Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank
harus menjaga NPL-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank
Indonesia.
340
KESIMPULAN
1. Secara Statistik diketahui Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Suku bunga
terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh
negative signifikan terhadap ROA
2. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau Suku Bunga terbukti berpengaruh secara
positif tidak signifikan terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
3. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau variabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak
signifikan NPL (Non Performing Loan)
SARAN
Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi
bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Adapun saran dalam penelitian
ini
adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menambah jumlah periode penelitian.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan objek penelitian tidak
hanya pada lembaga keuangan bank, melainkan mencakup pula lembaga keuangan
lainnya, misalnya lembaga keuangan pembiayaan kredit (finance) di Indonesia sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk menggeneralisasi seluruh industri keuangan. Serta
menambahkan sumber pendapatan bank yang lain. Contoh : DPK ( Dana Pihak Ketiga),
Biaya admin, dll.
3. Jika perusahaan perbankan ingin mengoptimalisasikan labanya bisa menggunakan variabel
lain dan semoga penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Anton Wahyu Utomo, 2006, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia, Jurnal Ekonomi
dan
Bisnis ANTISIPASI, Vol.10, No. 1.
Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Eko, Yohannes Yuni, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia 2006-2008, SKRIPSI Manajemen
UNDIP
Hardono Mardiyanto,2008,Intisari Manajemen Keuangan,Jakarta:Granindo.
Hasibuan, H. Malayu S.P., 2007, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Herdaru Purnomo detik finance Rabu,13/06/2012, http://finance.detik.com/read/2012/06/13
J.Supranto.2001,Statistik,Jakarta:Erlangga.
Kasmir. 2006. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
341
Kasmir, SE, MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT.RajaGrafindo
Persada, 2008)
Keown J Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen
Keown J
Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen Keuangan
(prinsip dan penerapan). Cetakan Pertama.Edisi10. Jilid 1.PT Indeks.
Mia Lasmi Wardiah.2013,Dasar-Dasar Perbankan,Bandung:PustakaSetia.
Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T dan R Purnomo Setiady Akbar,M.Pd,.2006,Edisi
Kedua,Jakarta:PT Bumi Aksara.
Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sova Sandrawati.2012,8 Mei 2012 http://www.sinarpaginews.com
Yohanes Yuni Eko Nugroho,2010,Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006
2008,Semarang.
342
(budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clearity), umpan balik
anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetary evaluation) dan kesulitan
sasaran anggaran (budget goal difficulty).
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, pembahasan mengenai karakteristik sasaran
anggran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan dan hasil penelitian menunjukkan
ketidak konsistenan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida dan
Ketut (2008) menyatakan bahwa Budgetary Goal Characteristic tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di Kota Denpasar.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornelius (2008)
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan partisipasi manajer dalam penganggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komuniaksi. Kemudian dalam penelitian
yang dilakukan oleh Renny (2008) menunjukkan bahwa partisipasi manajer dalam
penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajeril. Selanjutnya penelitian yang
pernah dilakukan oleh Andy (2009) menyatakan bahwa keadilan procedural berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Dengan temuan ketidak konsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan
masih belum banyaknya penelitian mengenai ke kelima kompenen karateristik sasaran
anggaran yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dapat dirumuskan pernyataan penelitian
: apakah Kejelasan Sasaran Anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusutan, kejelasan
sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Swasta X?
Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial studi kasus
pada Universitas Swasta X.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, makan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
manajerial.
2. Untuk mengkaji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial
3. Untuk mengkaji pegaruh evaluasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
4. Untuk mengkaji umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial.
5. Untuk mengetahui pengaruh kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial..
KAJIAN TEORI
1. Landasan Teori
Teori yang akan di uji dalam penelitian ini ada Goal Setting Theory. Yang mana
teori ini digunakan oleh Kenis sebagai dasar teori penelitiannya. Menurut Edwin Locke
dalam sebuah situs online mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni:
344
1.
2.
3.
4.
2. Karakteristik Anggaran
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan
karateristik anggaran menurut Mulyadi (1997) sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berisis komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dengan anggaran.
4. Usulan anggaran ditelaah dan diisesuaikan oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
3. Kinerja Manajerial
Mahoney, Jerdee dan Carol (1965) dalam Badriah dkk (2013) mendefinisikan kinerja
manajerial berdasarkan fungsi-fingsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik,
yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam
meliputi:
1. Perencanaan yaitu menentukan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan
datang.
2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan
dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuat laporan, sehingga
mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan.
3. Koordinasi, menyelenggarakan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan
orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dean
menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan olah pimpinan terhadapat rencana yang telah
dibuat, dan ditujunka untuk menilai pegawai dan cacatan hasil kerja sehingga dari hasil
penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.
6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja,
meyeleksi pekerjaan baru, menetapkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam
unitnya atau unit kerja lainnya.
7. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan
atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan
organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan
kantor-kantor lain.
345
METODE PENELITIAN
1. Hipotesis
H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H3 : Evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H4 : Umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H5 : Kesulitan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H6 : Partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi
sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran dan kesulitan sasaran
anggaran terhadap kinerja manajerial
2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Survei, Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data
primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh karyawan
disetiap departemen Universitas Swasta X
Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau:
HA : bi 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen
2) Uji Analysis of Variance (Anova) / Uji F Test (Uji Simultan/Uji Global)
Uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari
variable bebas (X1, X2, Xk) dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau
keragaman variable terkait (Y). Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
semua variable bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.
Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam
model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = bk = 0
Artinya, apakah semua variable independen bukan merupakan penjelasan yang
signifikan terhadap variable independen.
Hipotesis alternatif (H1) tidak semua parameter secara simulan sama dengan
nol, atau
H1 : b1 b2 bk 0
348
Model
(Constant)
PPA
KSA
UBA
ESA
KESA
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
11.932
4.808
.005
1.438
.803
-.042
-.028
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
.337
.473
.386
.182
.284
.004
.530
.377
-.052
-.021
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
2.482
.020
.016
3.038
2.078
-.230
-.099
.988
.006
.049
.820
.922
.406
.753
.695
.449
.505
VIF
2.464
1.329
1.439
2.228
1.980
a. Dependent Variabel: KM
Model
(Constant)
PPA
KSA
UBA
ESA
KESA
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
11.932
4.808
.005
1.438
.803
-.042
-.028
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
.337
.473
.386
.182
.284
.004
.530
.377
-.052
-.021
Sig.
Collinearity Statistics
Tolerance
2.482
.020
.016
3.038
2.078
-.230
-.099
.988
.006
.049
.820
.922
.406
.753
.695
.449
.505
VIF
2.464
1.329
1.439
2.228
1.980
a. Dependent Variabel: KM
Model
Regression
1
Residual
Total
Sum of Squares
289.491
353.976
643.467
ANOVA
df
5
24
Mean Square
57.898
14.749
F
3.926
Sig.
b
.010
29
a. Dependent Variabel: KM
b. Predictors: (Constant), KESA, UBA, KSA, ESA, PPA
349
sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam
Universitas Swasta X, Kepala departemen menerima cukup banyak umpan balik
mengenai pencapaian sasaran di setiap departemen, serta pengarahan atas
penyimpangan anggaran yang terjadi.
4) Evaluasi Sasaran Anggaran (X4)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Evaluasi Sasaran
Anggaran (X4) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung sebesar -0,230 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa
tidak ada evaluasi anggaran yang dilakukan oleh kepala departemen dalam
Universitas Swasta X. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya penjelasan
mengenai penyimpangan anggaran didalam evaluasi kerja, kepala departemen
tidak menjelaskan atas item-item yang melampaui anggaran yang berada diluar
kendali. Tidak ada feedback antara atasan dengan bawahan atas ketidakpuasan
hasil yang dicapai didalam departemen masing-masing.
5) Kesulitan Sasaran Anggaran (X5)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kesulitan Sasaran
Anggaran (X5) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung sebesar -0,099 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa
tidak ada kesulitan dalam sasaran anggaran di Universitas Swasta X. hal ini bisa
terjadi jika didukung dengan tidak adanya kesulit dalam mencapai sasaran
anggaran, tidak ada keahlihan kusus atau pengetahuan yang tinggi dalam
pencapaian sasaran anggaran, serta sangat longgarnya sasaran di setiap
departemen.
c. Uji F Test
Untuk hasil penelitian secara simultan pada tabel 4 menunjukkan bahwa
Karakteristik Sasaran Anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Kinerja Manajerial di Universitas Swasta X. Secara keseluruhan fakultas dan
departemen-departemen yang memegang anggaran direfleksikan dalam Karakteristik
Sasaran Anggaran dan memiliki persepsi yang dapat diterima terhadap partisipasi
penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik
anggaran dan kesulitan sasaran sasaran anggaran dalam mengkomunikasikan kinerja
di Universitas Swasta X.
SARAN DAN KESIMPULAN
1. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan, landasan teori, hasil analisis data, pengujian
hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Sasaran
Anggaran secara parsial hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik
sasaran anggaran yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial,
sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan
karakteristik sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
manajerial di Universitas Swasta X.
2. Saran Penelitian
1. Menambah jumlah sampel atau objek dalam penelitian sehingga hasil penelitian lebih
dapat terwakili.
351
2. Diharapkan penelitian berikutnya juga tidak hanya melakukan metode survei tetapi
juga melakukan wawancara secara langsung sehingga salah persepsi dalam
pertanyaan dikuesioner dapat dihindari
3. Penelitian selanjutnya menambahkan beberapa variable lain seperti variable
komunikasi, goal commitment, keadilan prosedural dan variable intervening. Karena
kinerja manajerial tidak hanya diukur dengan karakteristik sasaran anggaran saja.
DAFTAR PUSTAKA
Analisis Regresi Linier Berganda
http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/analisis-regresi-linier- berganda.html
pada 30 Agustus 2013, pukul 16.
Apa Itu Uji Asumsi Klasik?
http://olahdatainstan.com/apa-itu-uji-asumi-klasik/
Badriah, Nurul., Pengaruh Partisipaso Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran
Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi Anggaran dan Umpan
Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Jurnal Skripsi, Universitas
Riau, January, 2013.
Bawono, Andy Dwi Bayu., Peran Budgetary Peran Budgetary Goal Characteristics
Sebagai Variable Intervening Dalam Hubungan Antara Keadilan Prosedural
dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada
Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta), Megister Sains
Akuntansi, Universitas Diponogoro, Semarang, 2009.
Damarik, Ayu Zulaini, 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan
Keadilan
Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada Eselon
III dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi), Tesis Magister, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Darsono & Purwati. A., Penganggaran Perusahaan, Teknik Mengetahui dan
Memahami
Penyajian sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Aktivitas Bisnis. Jakarta, 2008.
Dickey, T., Dasar-Dasar Anggaran, Menyusun Perencanaan Keuangan Usaha.
PPM. Jakarta, 2004.
Penerbit
Universitas
34,
Langkah-langkah
Suharyadi dan Purwanto., Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit
Salemba Empat. Jagakrsa, Jakarta. 2009.
Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas
http://marsonobejosuwito.files.wordpress.com/2011/04/spss_3.pdf
31 Juli 2013. pukul.10.32.
Tunggal. A.W., Pokok-Pokok Budgeting. Penerbit Harvarindo, 2008.
Uji Kualitas Data : Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Konstruk Atau Konsep
kk.mercubuana.ac.id/files/99022-11-157641443672.doc
353
Uji Validitas dan Realibilitas Item Pernyataan Penelitian dilengkapi dengan contoh
Pengerjaan dengan SPSS 16 wajibstat.blogspot.com/2013/04/uji-validitas- danrealibilitas-item.html pada 23 Agustus 2013, pukul 16.31.
Welsch. G.A dkk., Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta, 2000.
354
Tika Permata
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Kha_permata@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat
materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan baik secara parsial maupun simultan.
Jenis penelitian ini adalah kausalitas menggunakan data primer melalui penyebaran
kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Responden adalah auditor, pengambilan
sample dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Unit analisis adalah individu.
Data analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan variabel
Kemandirian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas. R Square
menunjukan 67,9 % sedangkan sisanya 32,1 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata kunci : Pengabdian pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Sosial, Kemandirian,
Keyakinan Terhadap Profesi, Hubungan Sesama Profesi dan Materialitas.
PENDAHULUAN
Penelitian ini mengangkat isu bahwa auditor eksternal yang memiliki pandangan
profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para
pengambil keputusan. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan,
khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh
manajemen profesional yang ditunjuk oleh para pemegang saham. Biasanya satu tahun sekali
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), para pemegang saham akan meminta
pertanggung jawaban perusahaan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor
eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini
telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik
(AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang
diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu
dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang
bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya
mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
355
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai
berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen.
Contoh kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang
terjadia dalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap Laporan Keuangan
yang dikeluarkan. Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Century yang dianggap
menyesatkan ternyata berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat
dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century
dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan
memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan
perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut
dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan
fakta material yang salah harus dikumpulkan.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji
minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bias diakibatkan oleh penerapan prinsip
akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting
(Haryono, 2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara
keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh
material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material
apabila mencapai angka Rp200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang
prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp
200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003).
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Auditing
Konrath mendefinisikan auditing sebagai Suatu proses sistematis untuk secara objektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Jenis-jenis Audit
Audit Laporan Keuangan
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan, yaitu informasi-informasi kuantitatif yang diaudit, telah disusun
sesuai dengan kriteria yang digunakan adalah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(PABU).Audit ini dilakukan oleh auditor independen.
Audit Ketaatan
Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur atau peraturan dan kebijakan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang baik dari pihak intern maupun pihak ekstern. Pemeriksaan dapat
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dalam perusahaan, kreditor, maupun
pemerintah.
Audit Operasional
Audit operasional merupakan pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan
metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi
dan efektivitas.Audit operasional juga sering disebut sebagai audit manajemen
(management audit) atau audit kinerja (performance audit).
356
Audit Forensik
Audit forensik merupakan jenis audit yang terspesialisasi penugasannya karena
tujuannya adalah untuk menilai bukti terjadinya fraud atau kecurangan.
3. Pengertian Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, dilihat dari keadaan ynag melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan
perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas
informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas
informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang
berkaitan dengan bukti. Konsep mateialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi
keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam
laporan keuangan, hanya informasi yang materialitas yang seharusnya disajikan.
Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas
seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik hanya berdasarkan tipe
informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan. Beberapa penelitian tentang
pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten
yang ada diantara para profesional dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas.
Ada juga penelitian yang dilakukan, yang berkaitan dengan materialitas memeriksa
pengaruh satu variabel (ukuran suatu item seperti presentase pendapatan) dalam
pertimbangan materialitas.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah KAP yang terdaftar di IAPI,
sedangkan sampel penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di IAPI.
Analisis data yang diguakan yaitu menggunakan analisis:
1. Regresi yang menggunakan analisis regresi berganda, perhitungan yang diunakan yaitu :
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5
dimana :
Y
=
Tingkat Materialitas.
a
=
Konstanta.
b1
=
Koefisien Regresi.
X1
=
Pengabdian Pada Profesi.
b2
=
Koefisien Regresi.
X2
=
Kewajiban Sosial.
b3
=
Koefisien Regresi.
X3
=
Kemandirian.
b4
=
Koefisien Regresi.
X4
=
Keyakinan Profesi.
b5
=
Koefisien Regresi.
X5
=
Hubungan Dengan Rekan Seprofesi.
2. Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multkolineritas, Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi.
3. Uji Hipotesis yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji t yang merupakan uji yang dilakukan secara parsial untuk menguji
357
hubungan variabel secara individu, dan Uji F yang merupakan uji yang dilakukan secara
simultan untuk menguji hubungan variabel secara bersama-sama. Adapun ketentuan yang
digunakan untuk pengujian di atas yaitu:
Uji t = Jika thitung< ttabel maka Ho diterima
Uji F = Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak
HASIL
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan P-P Plot, dengan criteria apabila titik-titik padaPP Plot berada pada garis lurus, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal
dari poplasi yang terdistribusi normal.
colinearity
tolerance
0,324
0,508
0,739
0,766
VIF
3,091
1.970
1.353
1.306
358
0,443
0,324
2.257
3.091
Berdasarkan gambar scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta
tersebar dengan baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
dpat disimpilkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi berganda.
d. Uji Autokorelasi
Table 5.16
Model
.815a
R Square
.664
Adjusted R
Square
.639
Std. Error of
the Estimate
4.975
DurbinWatson
1.356
359
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
21.646 6.302
1 (Constant)
t
3.435
Sig.
0.001
Pengabdian
0.53
0.213
0.308
2.491
0.015
Pks
Kemandirian
0.687
-0.13
0.323
0.526
0.21
-0.02
0.037
0.806
Keyakinan
Hubungan
1.181
0.558
0.342
0.237
0.277
0.249
2.126
0.247
3.452
2.358
0.001
0.021
Model
1
df
Mean Square
Regression
3253.539
650.708
Residual
1540.433
65
23.699
Total
4793.972
70
F
27.457
Sig.
.000a
Y
a
b
X1
X2
X3
X4
X5
: Tingkat Meterialitas
: konstanta
: koefisien regresi
: Pengabdian Pada Profesi
: Pengabdian Kewajiban Sosial
: Kemandirian
: Keyakinan Terhadap Pofesi
: Hubungan Dengan Sesama Profesi
Disini yang memiliki tanda positif yaitu Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiba Sosial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi, dan
yang memiliki tanda negative hanya Kemandirian saja.
PEMBAHASAN
Pembahasan Hipotesis 1
Variabel Pengabdian Pada Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.015 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho1 diterima.
Pembahasan Hipotesis 2
Variabel Pengabdian Kewajiban Soaial adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.037 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho2 diterima.
Pembahasan Hipotesis 3
Variabel Kemandirian adalah tidak signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya
sebesar 0.806 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho3 ditolak.
Pembahasan Hipotesis 4
Variabel Keyakinan Terhadap Pofesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho4 diterima.
Pembahasan Hipotesis 5
Variabel Hubungan Dengan Sesama Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat
probabilitas signifikannya sebesar 0.021 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho5 diterima.
Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat materialitas dipengaruhi oleh variabel Pengabdian
Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan
Dengan Sesama Profesi.
361
KESIMPULAN
Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) pada uji regresi secara parsial, Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi yang
berpengaruh secara parsial terhadap materialitas. Sedangkan variabel lainnya seperti
Kemandirian, tidak berpengaruh terhadap materialitas. (2) pada uji regresi secara simultan,
dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu Pengabdian Pada Profesi,
Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan
Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama berpengaruh terhadap materialitas.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. (2008). Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Publik. Jakarta: LPFE-UI.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley.Auditing & Assurance Services An
Integrated Approach. 10th edition.Prentice Education International. 2010.
Boynton, William C., and Raymond N. Johnson., 2006, Modern Auditing, United States of
America:John Wiley & Sons, Inc.
Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia,Bogor.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ikhsan, Arfan. (2007). Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari
Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatnnya. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol.9, No.3., Desember, hlm.199-222
Jusuf, Amir Abadi., 2011, Jasa Audit dan Assurance, Jakarta:Salemba Empat.
Kieso, D.E., & Weygandt, J.J. 2001.Intermediate Accounting (10th ed.). Toronto: John Wiley
&Sons, Inc.
Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wahyudi, Hendro & Aida Ainul Mardaniyah. 2006.Pengaruh Profesionalisme
Auditor
Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Laporan Keuangan. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi. Padang: 23-26 Agustus.
Lawrence P, Kalbers dan Timothi J, Fogart., 1995, Profesionalism and its Consequences: A
study Of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory .
362
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan
antara gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor
terhadap audit judgment.
Subyek penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode
pengumpulan data, kuesioner dibagikan langsung kepada responden dan sebagian dibagikan
melalui mail survey. Dari 92 kuesioner yang di kirim ke responden hanya 50 kuesioner yang
dapat digunakan untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis
regresi linier beganda. Yang diolah menggunakan software SPSS 21.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap
audit judgment, tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap audit judgment,
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, pengalaman auditor
berpengaruh terhadap audit judgment dan secara simultan gender, tekanan anggaran waktu,
kompleksitas tugas dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment.
Kata kunci : Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor,
Audit Judgment.
PENDAHULUAN
Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan
judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada
seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian
dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit.
Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan
audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi
363
ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi
dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku di mana dalam banyak
penelitian tidak menjadi fokus utama. (Meyer, 2001).
Gender menjadi salah satu faktor individu yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
yang memerlukan judgment dalam berbagai kompleksitas tugas. Wanita lebih efisien dan
efektif dalam memproses informasi pada saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan
keputusan dibandingkan dengan pria. Isu mengenai pengaruh gender meningkat di
lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin di
perusahaan, tetapi sampai sekarang wanita belum menunjukan keberhasilannya dalam
menempati jabatan puncak dalam perusahaan hal ini disebabkan karena masih terdapat
diskriminasi perlakuan yang berbeda terhadap hasil kerja atau kinerja auditor wanita
dibandingkan dengan auditor pria. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment karena perbedaan karakter dan
sifat auditor tersebut tidak berpengaruh terhadap audt judgment.
Anggaran waktu yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditor adalah
untuk mengurangi biaya auditnya. Tekanan Anggaran waktu ini dapat menyebabkan perilaku
menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang serius bagi kualitas audit, etika
dan kesejahteraan auditor. (Liyanarachichi dan McNamara, 2007). Beberapa penelitian
sebelumnya manyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berdampak negatif terhadap kinerja
auditor. Terkadang waktu yang dianggarkan seorang auditor untuk menyelesaikan tugasnya
sangat sedikit, tidak sebanding dengan tugas yang harus ditanganinya. Semakin kompleks
tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit baginya untuk
memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Dengan adanya kompleksitas tugas yang tinggi
dapat mempengaruhi judgment yang dibuat oleh auditor. Pengalaman auditor juga dapat
mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam memprediksi kecurangan yang terjadi
dalam sebuah perusahaan. Dari pengalaman, auditor dapat belajar bagaimana cara yang tepat
dalam melakukan suatu penilaian atau judgment. Auditor yang berpengalaman dalam membuat
suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Pada
kasus Perusahaan Enron Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya. Pelanggaran
tersebut awalnya bagi Perusahaan Enron sangat menguntungkan, tetapi akhirnya pelanggaran
ini dapat menjatuhkan kredibilitas Enron dan profesionalisme Kantor Akuntan Publik (KAP)
Arthur Anderson. Akibat dari kasus tersebut Enron mengalami kebangkrutan dan memiliki
banyak utang kepada para pemegang sahamnya, sedangkan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Arthur Anderson kehilangan kepercayaan dan keindependensiannya dari klien dan
masyarakat terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan opini (judgment).
Motivasi penulis melakukan penelitian ini dikarenakan terdapat hasil penelitian yang
berbeda beda oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah gender, tekanan anggaran
waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dapat mempengaruhi audit judgment.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengambil judul
Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Teori Auditing
Menurut Sekar Mayangsari dan Puspa Wandanarum (2013) auditing adalah suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang
berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menentutukan tingkatan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut. dengan kriteria
364
dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun
pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang
dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah
diikuti oleh auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.(Gusnardi, 2003).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang
terdaftar pada direktori IAPI 2012 dan waktu peniitan dilakukan dari bulan Desember 2012
sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh
langsung dari responden dan sumber data diperoleh langsung dari sumber yang berupa
jawaban kuesioner dari responden.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta dan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random
sampling, yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut : (1) auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang terdaftar pada direktorat Kantor Akuntan Publik, (2)
level auditor senior. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 responden.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara
disampaikan langsung dan sebagian melalui mail survey ke Kantor Akuntan Publik yang ada
di Jakarta. kuesioner berisi persyaratan untuk mendapatkan informasi tentang gender, tekanan
anggaran waktu auditor, kompleksitas tugas, pengalaman auditor, dan juga audit judgment.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
linier berganda. Model fungsi persamaan dalam penelitian ini adalah:
Y=
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviation
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
3.36
3.38
3.28
3.24
3.06
3.10
3.02
3.24
3.24
3.16
3.26
3.24
3.18
3.04
2.92
3.38
3.06
2.88
3.16
0.851
0.878
0.927
0.822
0.935
1.015
1.000
0.894
0.870
0.817
0.922
0.847
0.896
1.009
0.922
0.855
0.890
0.849
0.949
367
Audit Judgment 2
Audit Judgment 3
Audit Judgment 4
Audit Judgment 5
Audit Judgment 6
Valid N (listwise)
50
50
50
50
50
50
1
2
1
1
2
4
5
5
5
5
3.18
3.26
3.12
3.22
3.42
0.748
0.723
0.849
0.790
0.731
Pada tabel 5 menjelaskan bahwa pada variabel tekanan anggaran waktu rata-rata
total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa auditor yang bekerja dalam tekanan
anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang
berkualitas tetapi jika tekanan anggaran waktu digunakan secara tepat dapat memberikan
metode yang lebih efisien dalam mengaudit, auditor kadang merasa mendapat tekanan untuk
memenuhi anggaran waktu yang menunjukan efisiensinya sebagai auditor.
Untuk variabel kompleksitas tugas rata-rata total jawaban responden sedang, dapat
diartikan bahwa semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan semakin
sulit untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat tetapi dengan adanya kompleksitas
tugas auditor dapat mengetahui tingkat kesulitan tugas tersebut sehingga auditor dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
Dan pada variabel pengalaman auditor rata-rata total jawaban responden sedang,
dapat diartikan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan dan mampu mencari
penyebab yang terkait dengan kekeliruan dan pelanggaran yang terjadi didalam laporan
keuangan.
Sedangkan pada variabel audit judgment rata-rata total jawaban responden sedang,
dapat diartikan bahwa auditor yang mempunyai tekanan anggaran waktu yang efisien,
tugas audit yang bemacam-macam dan pengalaman yang baik dapat memberikan
judgment (opini) dengan lebih hati-hati, teliti dan kompeten.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation. Suatu model
dikatan valid jika tingkat signifikannya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut
dapat dikatakan valid. Berikut ini akan disajikan hasil uji validitas dari empat variabel
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tekanan anggaran waktu dengan pertanyaan
sebanak 6 item, kompleksitas tugas dengan pertanyaan sebanyak 6 item, pengalaman
auditor dengan pertanyaan sebanyak 6 item dan audit judgment dengan pertanyaan
sebanyak 6 item.
Tabel 5-2-1 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Pertanyaan
Pearson
Corelation
Sig
(2Keteranagan
Tailed)
0,753**
0,000
Valid
0,829**
0,000
Valid
0,765**
0,000
Valid
368
0,765**
0,000
Valid
0,834**
0,000
Valid
0,809**
0,000
Valid
Pearson
Corelation
Kompleksitas Tugas 1
0,787**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 2
0,805**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 3
0,843**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 4
0,733**
0,000
Valid
Kompleksitas Tugas 5
0,678**
0,000
Valid
Komplekstas Tugas 6
0,808**
0,000
Valid
V
Pengalaman Auditor
a 2
l
i 3
Pengalaman Auditor
d
i 4
Pengalaman Auditor
t
a
Pengalaman Auditor
s 5
Pengalaman Auditor
V 6
\
Pearson
Corelation
0,662**
0,000
Valid
0,794**
0,000
Valid
0,688**
0,000
Valid
0,697**
0,000
Valid
0,787**
0,000
Valid
0,735**
0,000
Valid
369
Pearson
Corelation
Audit Judgment 1
0,715**
0,000
Valid
Audit Judgment 2
0,688**
0,000
Valid
Audit Judgment 3
0,793**
0,000
Valid
Audit Judgment 4
0,811**
0,000
Valid
B Judgment 5
Audit
0,816**
0,000
Valid
Audit Judgment 6
B
0,755**
0,000
Valid
Conbranch's
Alpha
Keterangan
0,909
Reliabel
Kompleksitas Tugas
0,925
Reliabel
Pengalaman auditor
0,922
Reliabel
0,934
Reliabel
T
Audit Judgment
P
e
Standardized
Coefficients
Beta
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
4.480
1.555
Gender
Tekangwkt
Komp_Tugas
Peng_Auditor
-.291
.183
.246
.365
-.040
.208
.280
.396
.624
.174
.143
.150
Sig.
2.882
.006
-.466
1.054
1.720
2.426
.643
.298
.092
.019
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression 445.909
203.611
Residual
Total
649.520
df
4
45
Mean Square
111.477
4.525
F
24.637
Sig.
b
.000
49
Dari hasil uji ANOVA pada table 5.6 diatas menunjukan bahwa nilai signifikan
untuk uji F adalah 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa gender, tekanan angaran waktu,
kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor secara bersama sama berpengaruh
signifikan terhadap audit judgment.
371
C. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Coefficients
Model
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
4.480
1.555
Gender
-.291
.624
Tekangwkt
.183
.174
Komp_Tugas .246
.143
Peng_Auditor .365
.150
a. Dependent Variable: Audit_Judgment
1
Standardized
Coefficients
Beta
-.040
.208
.280
.396
Sig.
2.882
.006
-.466
1.054
1.720
2.426
.643
.298
.092
.019
1.
2.
3.
4.
372
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012 Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Anonim., Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit
Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa
Audit dan Assurance. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Dwiorphen.
2012.
Kasus
Enron
dan
KAP
Arthur
Anderson,
http://dewiorphen.blogspot.com/2012/01/kasus-enron-dan-kap-andersen.html, diakses
Januari 2012.
Idris, F,S,. 2012, Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kopleksitas Tugas, Pengetahuan dan
Persepsi Etis terhadap Audit Judgment. Universitas Diponegoro, Semarang.
Iramustika.
2008.
Skandal
Enron
dan
KAP
Arthur
Anderson,
http://iramustika.wordpress.com/2008/04/24/skandal-enron-dan-arthur-andersen/,
diakses tanggal 24 april 2008.
Jamilah. S., Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin, 2007, Pengaruh Gender Tekanan
Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment SNA X, Makasar, 2628 Juli 2007.
Mayangsari S. dan Puspa Wandanarum, 2013. Pendekatan Sektor Publik dan Privat, buku
1, Jakarta: Media Bangsa.
Pengaruh independensi terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh kap di
Bandung,http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/444/jbptunikompp-gdl-sellyandit22198-1-unikom_s-i.pdf
Praditaningrum. A.S., 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit
Judgment Universitas Diponegoro Semarang.
Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor
Dengan Kredibilitas Klie Sebagai Variable Moderating. Tesis, Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Tielman, E.M.A,. dan Pamudji. S.H,. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran
Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengertahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit
Judgment.
Zulaikha. 2006. Prngaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang,
373
PENDAHULUAN
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham. Nilai pemegang saham akan
meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Bagi perusahaan yang masih bersifat private
atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau apprisial
company. Bagi perusahaan yang akan go public nilai perusahaan dapat diindikasikan atau
tersirat dari jumlah variabel yang melekat pada perusahaan tersebut. Misalnya saja asset yang
dimiliki perusahaan, keahlian manajemen mengelola perusahaan.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut signaling theory, pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai
perusahaan.
Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan
dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan
sebagai proksi nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil
akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.
374
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 - 2012.
2. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Pada
dasarnya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi yang aktivitasnya berhubungan dengan
produksi dan pertukaran barang atau jasa. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan
sumber informasi bagi para pemakainya dan juga sebagai pertanggungjawaban
(accountability) manajemen. Laporan keuangan juga menjadi indikator kesuksesan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Dimana Komponen Laporan Keuangan antara lain : Laba Rugi Komperensif, Laporan
Perubahan Modal, Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan.
Dan pengguna laporan keuangan itu sendiri ialah : Manajer atau pimpinan
perusahaan, Pemegang sahm atau pemilik pemilik perusahaan, Pemerintah, Kreditor,
Karyawan serta masyarakat luas.
2. Signaling Theory
Menurut teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk
pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan..
Menurut Jamaan Signaling Theory adalah tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk mewujudkan
keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan
bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba
yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan
menaikkan laba secara tidak wajar dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.
3. Nilai Perusahaan
Menurut Fakhrudin dan Hadianto, Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
375
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi saat
saham diperdagangkan di pasar.
Menurut Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan sering diindikasikan dengan
price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi.
Longbrake (1972) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai harapan investor atas
investasi yang dilakukan dan kebijakan keuangan perusahaan. Teori ini menjelaskan
bahwa nilai perusahaan adalah fungsi dari dividen dan tingkat return dari suatu ekuitas.
Teori ini pula memberikan pemahaman bahwa besaran perusahaan yang
direpresentasikan melalui total asset akan mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan
dan mempengaruhi nilai perusahaan
4. Profitabilitas
Menurut Copeland dan Weston, Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Sedangkan Menurut Brigham dan
Weston Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Menurut Sujoko dan Soebintoro (2007), Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor
akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
Profitabilitas perusahaan yang
tinggi
dapat
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajibannya. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan
selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bentuk paling mudah
dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih)
yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
5. Keputusan Investasi
Menurut Martono dan Agus, (2005) merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh
suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan
dimasa yang akan datang.
Menurut Darminto (2008), keputusan investasi merupakan keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu
kembalinya modal lebih dari satu tahun.
Menurut Murtini (2008), investasi merupakan suatu tindakan mengeluarkan dana saat
sekarang yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada waktu-waktu yang
akan datang selama umur proyek itu.
Keputusan investasi merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu kembalinya modal lebih dari satu
tahun (Sutrisno, 2003). Investasi sebagai penanaman modal dalam aktiva dengan harapan
memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Perusahaan dalam melakukan
aktivitas operasional membutuhkan investasi barang modal (capital investment) yaitu
376
berupa aset nyata seperti pabrik, mesin, peralatan, persediaan dan aset berwujud lainnya
untuk menghasilkan setiap unit penjualan dalam jangka panjang Elmasry (2004).
6. Kebijakan Dividen
Hermuningsih dan Wardani (2009) menyatakan kebijakan dividen adalah kebijakan
yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat
penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak
kedua perusahaan itu sendiri.
Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemegang saham perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dipegang
oleh para pemegang saham. Arifin (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen
merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas yang harus
dibayarkan dalam satu tahun. Sedangkan Ahmad (2004) menyebutkan, kebijakan dividen
diartikan secara umum sebagai pembayaran laba kepada pemegang sahamnya.
Mahadwartha dan Hartono (2002) dalam Mursalim (2011) juga menyatakan
manajemen menggunakan dividen sebagai sinyal prospek perusahaan. Demikian pula
Hatta (2002) menyatakan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi
investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen
dapat mempengaruhi nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan
oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis
yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen
yang dikaji dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Model Penelitian
Profitabilitas
Keputusan Investasi
Nilai
Perusahaan
KebijakanDividen
2. Hipotesis
377
Ha1 :
Ha2 :
3. Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian ini, adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2008 sampai tahun
2012.
b. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk
kategori industri manufaktur sektor makanan dan minuman.
c. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam kurun waktu penelitian
4. Metode Analisis Data
a. Deskriptif
Metode analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan
kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum
perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil
penelitian.
b. Kausalitas
Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dalam memprediksi pengaruh manajeman laba terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Metode analisis kausalitas merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen.
1) Uji kuasalitas data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau
dengan menggunakan P-plot, dengan melihat gambar terlihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan ini menunjukkan indikasi data itu normal.
2) Uji asumsi klasik
(1) Uji Autokorelasi
Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui
angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson
diantara
maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
(2) Uji Heteroskedastisitas
Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku koefisien
regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan
koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu besar. Cara
mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada
menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Teknik Analisis
378
= Error
.
d. Definisi Variabel
Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen
dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan
sebagai berikut :
1) Variabel dependen, yaitu Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan
melalui Price Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga
pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham.
2) Variabel independen (X)
Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu :
a. Profitabilitas (X1) dengan menggunakan Return On Equity (ROE),
merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan
pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih
setelah pajak dengan total ekuitas.
b. Keputusan Investasi (X2) dengan menggunakan Market to Book Value of
Equity Ratio (MVE/BVE), mencerminkan bahwa pasar menilai return dari
investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari
ekuitasnya.
c. Kebijakan Dividen (X3) dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika
perusahaan melakukan pembagian dividen maka mendapat nilai 1,
sedangkan yang tidak melakukan pembagian dividen mendapat nilai 0.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dam
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan food and beverages sebanyak 9 perusahaan
selama periode 2008-2012. Selanjutnya setelah dihitung dan didapatkan hasilnya, maka hasil
dari kelima variabel tersebut akan diregresikan.
1. Statistik Diskripsi Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Des criptive Statis tics
N
Nilai Perusahaan
Prof itabilitas
Keputusan Inv es tasi
Kebijakam Deviden
Valid N (lis tw ise)
45
45
45
45
45
Minimum
.62
5.22
.05
.00
Max imum
39.47
449.09
47.28
1.00
Mean
4.0327
41.8220
4.2349
.4444
Std. Deviation
7.80139
71.21453
8.63310
.50252
379
Dari tabel 5.1 menunjukan hasil uji statistik deskriptif dengan jumlah sampel yang
diteliti adalah sebanyak 45.
1. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 45 sampel penelitian.
Berarti semua data tentang Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Keputusan Investasi dan
Kebijakan Dividen.
2. Minimun adalah nilai terendah dari seluruh sampel penelitian. Nilai minimum dari
indeks Nilai Perusahaan sebesar 0.62, Profitabilitas sebesar 5.22, Keputusan
Investasi sebesar 0.05, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.00.
3. Maximum adalah nilai tertinggi dari seluruh sampel penelitian. Nilai maximum dari
ikdeks Nilai Perusahaan sebesar 39.47, Profitabilitas sebesar 449.09, Keputusan
Investasi sebesar 47.28, dan Kebijakan Dividen sebesar 1.00.
4. Mean adalah nilai rata-rata dari seluruh sampel penelitian. Nilai mean dari indeks
Nilai Perusahaan sebesar 4.0327, Profitabilitas sebesar 41.8220, Keputusan
Investasi sebesar 4.2349, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.4444.
2. Uji Kausalitas
Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh
Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.
a. Uji Kausalitas Data
Uji kuasalitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak
dengan menggunakan metode grafik. Berdasarkan hasil uji normalitas residual
dengan menggunakan metode grafik pada gambar di atas terlihat titik-titik
menyebar disekitas garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi akan terjadi jika terdapat hubungan yang signifikan antara
dua data yang berdekatan. Cara mendeteksinya dengan Durbin Watson melalui
angka D-W, apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka D-W
adalah jika nilai statistik Durbin Watson diantara
, maka
dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi
dan sebaliknya.
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas untuk mengetahui apakah model regresi ada
kesamaan atau tidak kesamaan varian antara satu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas
apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi Kebijakan
Dividen Secara Parsial.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Sig.
Collinearity
Statistics
380
B
1 (Constant)
Profitabilitas
Kp. Investasi
Keb. Dividen
..022
..017
..781
.-.054
Std.
Error
.090
.002
.014
138
Beta
Tolerance
.245 .808
.159 10.476 .000
.864 57.450 .000
-.003
-.392 .697
.308
.314
898
VIF
3.243
3.187
1.114
7.793
2677.911
3
41
44
square
890.039
4682.616
.000 (a)
.190
Berdasarkan tabel Annova di atas, maka hasil uji F menunjukkan bahwa nilai
signifikan sebesar 0.000 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05,
kesimpulannya Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan secara simultan.
c. Uji Keberartian Persamaan Regresi (Uji Determinasi)
Koefisien determinan ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai
yang kecil berarti
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Jika
bernilai satu (1) menandakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh
variabel dependen.
Tabel Koefisien Determinan
Model
Model Summaryb
R Square
Adjusted R
381
Square
1
Estimate
.999
.997
.997
.43597
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Hasil Uji Pengolahan Data Statistik
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Edisi Pertama.
Yogyakarta; BPFE-Yogyakarta.
Murtini, Umi. 2008. Pengaruh kebijakan manajemen keuangan terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, hlm 32-47.
Purnamasari, Linda, Sri Lestari Kurniawati dan Melliza Silvi. 2009. Interpendensi antara
keputusan investasi, keputusan pendanan dan keputusan dividen. Jurnal Keuangan
dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, hlm 106-119.
Rahmawati Aprilia Nuzul, Analisis Faktor Kebijakan Hutang yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar tahun 2006-2010)
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba
Empat.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan: Edisi Kedua. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sofyaningsih, Sri, dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Struktur kepemilikan, kebijakan
dividen, kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan,
Vol. 3, No. 1, hlm 68-87.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor
intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Hlm 41-48.
Susanti, Rika. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Universitas Diponogoro, Semarang.
Weston dan Copeland. 1999. Menejemen Keuangan. Edisi ke delapan. Jilid 1.
Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi, XIII, Purwerkerto.
Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Edisi kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.
384