Anda di halaman 1dari 391

JAME

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL

VOL. 2, NO. 2, Oktober 2014


Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi
Recliner Merek Lazboy)
Florensy Natalia
Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk
Sepatu Converse Di Jakarta Barat
Adi Prasetyo Widodo
Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas
Konsumen
Andy Hendri
Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas Pada
Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul
Anggrahini Puspitasari
Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Di PT. JREAL Property
Aprilia
Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan
Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas PT
Garmindo Co )
Caecillia Aditya Wijaya
Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy
Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung
Duren, Jakarta Barat)
Windi Asiani
Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Smartphone Blackberry Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada
Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif)
Ferian Osman

Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli


( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream )
Intan Rosetti Arimbi
Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya
Keterikatan Nasabah
Stephanus Taniadi
Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi
Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu Im3 Versi
Play With Jkt48 & Cesar
Regina
Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011
Darwis Chayady
Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk)
Akbar Pribadi Nurdin Putra
Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi
Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana
Refrigeratama)
Corry Friska Hutagaol
Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan
Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba
Elis Kartika
Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba
Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 2011
Emi Karina

Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover


Intention Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang
Fei Ie
Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli
Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra)
Firly Rahayu Puspitaningrum

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus


Pada PT Purna Baja Harsco)
Gumarang Ade Himawan
Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan
Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT
Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta
Herman Sugianto

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian


Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada PT
Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta
Herman Sugianto

Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio Dan
Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Food
And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Pada Tahun 2007 2011
Agustina Cyntia

Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret


Nina Merdiana

Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan


Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar
Di BEI Tahun 2009 2012
Pipit Tri Puspita
Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial
(Studi Kasus Di Universitas Swasta X)
Rudy Setiawan

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top


Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat
Nurchalim
Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)
Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking
Oggi Makayasa
Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ponds
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas
Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011)
Kurniawan Sriprasetyo

Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas


Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik Di Jakarta )
Tika Permata
Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas
Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor
Akuntan Publik Di Jakarta.
Ussy Annisa Darusman

JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014, HAL 1 384

Terbit 2 kali dalam setahun pada Bulan April dan Oktober. Berisi artikel yang diangkat dari hasil-hasil riset mahasiswa
dalam bentuk Skripsi baik Manajemen dan Akuntansi.
KETUA PENYUNTING:
MF Arrozi
WAKIL KETUA PENYUNTING:
Dihin Septyanto
PENYUNTING AHLI:
Hasyim Achmad
Lia Amalia
Sugiyanto
PENYUNTING PELAKSANA:
Sri Handayani
Abdurrahman
Adrie Putra
Rina Anindita
STAFF ADMINISTRASI
Jaka Suharna
Delfian Aldeni
Evalina Silitonga

Alamat Penyunting : JAME Fakultas ekonomi Universitas Esa Unggul. Jalan Terusan Arjuna No 09 Kebon Jeruk Jakarta
Barat. Gedung Utama Lantai 3. Email : jurnal.ekonomi@esaunggul.ac.id

Kebijakan Editorial dan Pedoman Penulisan Artikel


Kebijakan Editorial
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas
Esa Unggul setiap enam bulan sekali dengan tujuan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah staf
pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat akademik yang tertarik pada penelitian dibidang akuntansi dan
manajemen. Ruang Lingkup penelitian akuntansi dan manajemen yang dimuat dalam JAME meliputi bidang:
akuntansi keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, akuntansi sektor publik, pemeriksaan akuntansi,
perpajakan, sistem informasi (baik akuntansi dan manajemen), manajemen keuangan, manajemen
pemasaran, manajemen sumberdaya manusia, manajemen operasional, manajemen bisnis, manajemen
strategik, dan manajemen umum
JAME menerima naskah/artikel yang belum pernah dipublikasikan/diterbitkan oleh media lain.
Penentuan naskah yang diterbitkan dalam JAME melalui proses blind review oleh dewan redaksi JAME
dengan mempertimbangkan: 1) Sesuai standar baku publikasi jurnal, 2) Metodologi penelitian yang
digunakan, 3) Kontribusi penelitian dengan pengembangan pendidikan di bidang akuntansi dan manajemen.
Dewan redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah konstrukstif dan jika perlu menyampaikan hasil
evaluasi kepada penulis artikel. Penulisan artikell dikirimkan ke alamat:
JAME (Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen Esa Unggul)
Gedung Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul Jakarta Ruang 301, Lantai 3
Jl. Arjuna Utara No. 9, Tol Tomang, Keboin Jeruk, Jakarta Barat.
Telp (021) 5674223
Fax (021) 5674248
Pedoman Penulisan Naskah/Artikel
1. Sistematika pembahasan dalam artikel yang dikirimkan memuat beberapa bagian sebagai berikut:
a. Abstrak memuat ringkasan penelitian yang terdiri: masalah dan tujuan penelitian, metode, temuan dan
kontribusi hasil penelitian. Abstrak disajikan diawal teks dan terdiri antara 150 s/d 400 kata yang ditulis
dalam satu paragrap( abstrak disajikan dalam Bahasa Inggris jika naskah /artikel ditulis dalam Bahasa
Indonesia, jika artikel ditulis dalam Bahasa Inggris maka abstrak disajikan dalam Bahasa Indonesia).
Dalam abstrak terdapat kata kunci (key word) untuk memudahkan penyusunan indeks artikel.
b. Pendahuluan memuat latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kontribusi penelitian.
c. Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis memuat kerangka teoritis berdasarkan telaah
literatur yang menjadi landasan logis dan mengembangkan hipotesis atau preposisi dan model
penelitian.
d. Metodologi Penelitian memuat metode pengumpulan data, pengukuran dan operasionalisasi variabel,
dan metode analisis data.
e. Analisis data memuat analisis data penelitian dan statistik deskriptif .
f. Pembahasan dan simpulan memuat pembahasan dan hasil temuan penelitian.
g. Implikasi dan Keterbatasan memuat implikasi hasil temuan dan keterbasan penelitian serta saransaran yang diberikan peneliti terhadap penelitian di masa akan datang.
h. Daftar Pustaka memuat sumber-sumber yang dikutip dalam penulisan artikel. Sumber yang dimuat
hanya yang diacu dalam penelitian yang bersangkutan.
i. Lampiran memuat tabel, gambar dan instrumen(kuisioner) yang digunakan dalam penelitian tersebut.
2. Format Tulisan :
a. Artikel diketik dengan jarak baris dua pada kertas kuarto (8,5 x 11). Kutipan langsung yang
panjang(lebih dari tiga setengah baris) diketik dengan jarak baris satu dengan indent style (bentuk
berinden).
b. Panjang artikel tidak lebih dari 15 sampai dengan 25 halaman kuarto.
c. Margin atas, bawah, kiri dan kanan sekurang-kurangnya 1 inci.
d. Halaman cover setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis.
e. Tabel dan gambar harus diberi judul dan keterangan yang jelas serta diberi nomor urut halaman.

f.

Tabel dan gambar sebaiknya disajikan pada halaman terpisah (pada bagian akhir naskah) dan
menyebutkan.
g. Kepustakaan yang diacu menggunakan sistem nama tahun yang mengacu pada daftar acuan. Jika
dipandang perlu penulis dapat mencantumkan halaman karya acuan.
Contoh:
1) Satu sumber kutipan dengan satu penulis: ( Galbraith, 1997). Jika disertai nomor halaman:
(Galbraith,1997:23)
2) Satu sumber kutipan dengan dua penulis ( Smith dan Watts, 1992).
3) Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis ( Bathala et al, 1994 atau Bathala dkk, 1994)
4) Dua Sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Rozeff,1982; Easterbrook,1984)
5) Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama( Myer and Majluf, 1984a,1984b)
6) Sumber kutipan berasal dari institusi menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan,(IAI, 1999).
h. Daftar referensi hanya memuat sumber yang diacu serta disusun secara alfabetis sesuai dengan nama
penulis atau nama institusi. Adapaun urutan susunan setiap referensi sebagai berikut: nama penulis,
tahun publikasi, judul jurnal atau buku teks, nama jurnal atau penerbit, nomor halaman.
Contoh:
Anthony,R.N, and Vijay Govindarajan, 2000, Management Control System,Ninth Edition. Chicago,II:
Irwin.
Bapepam,1996, Himpunan Peraturan Pasar Modal Indonesia
Diana, Nur, 2002, Analisis Hubungan Kompleksitas Organisasi, Keterlibatan Tim, Diversitas Ukuran
Kinerja, Besar Kompensasi, Partisipasi Terhadap Kinerja Tim, Tesis, UGM, Tidak dipublikasikan.
Mills,P.K, 1983, Sef Management: Its Control and Relationships to Other Organizational Properties.
Academy of Management Review : 445-453.
Rizzo, J.R., R.J. House, and S.I.Lirzman, 1970, Role Conflict and Abiguity in Complex Organizations,
Administrative Science Quarterly, 150-163.
Rockness, H.O, and M.D. Shields,1988. An Empirical Analysis of the Expenditure Budget in Research
and Development, Contemporary Accounting Research: 568 581.
3. Artikel diserahkan dalam bentuk 3 (tiga eksemplar) cetakan.

JAME
JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN ESA UNGGUL
VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2014

DAFTAR ISI

Halaman

Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, Dan Harga Terhadap


Keputusan Pembelian Pada Pt Chandra Jaya Sukses (Produk Kursi
Recliner Merek Lazboy)
Florensy Natalia

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Intensi Pembelian Pada Produk


Sepatu Converse Di Jakarta Barat
Adi Prasetyo Widodo

12

Peranan Citra Merek Tdr Racing Dalam Pembentukan Loyalitas Konsumen


Andy Hendri

18

Perilaku Konsumen Dalam Membangun Kepuasan Dan Loyalitas


Pada Produk Laptop Asus Di Universitas Esa Unggul
Anggrahini Puspitasari

34

Pengaruh Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan


Di PT. JREAL Property
Aprilia

42

Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu Dan


Harga Terhadap Relationship Quality ( Studi Kasus Pada Produk Tas
PT Garmindo Co )
Caecillia Aditya Wijaya

54

Pengaruh Celebrity Endorser Dalam Iklan Freshcare Aromatherapy Terhadap Keputusan


Pembelian (Studi Kasus Di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat)
Windi Asiani

76

Analisis Bauran Pemasaran Mempengaruhi Keputusan Pembelian Smartphone Blackberry


Di Universitas Esa Unggul (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi)
Ferian Osman

84

Job Insecurity, Job Satisfaction, Komitmen Organisasi Dan Turnover Intention


Di PT Tiffakasih Primatama Tangerang
Fei Ie

93

Analisis Asosiasi Merek Dan Atmosfir Toko Mempengaruhi Niat Beli


Produk Les Femmes (Study Kasus : Toko Les Femmes Di Mall Ciputra)
Firly Rahayu Puspitaningrum

110

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian


Bahan Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) P
ada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta
Herman Sugianto

125

Analisis Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Di Indomaret


Nina Merdiana

136

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top


Coffee Di Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat
Nurchalim

148

Sikap Nasabah Dan Konstruk Technology Acceptance Model (TAM)


Dalam Penerapan Penggunaan Sesungguhnya Internet Banking
Oggi Makayasa

161

Pengaruh Iklan Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian


Ponds (Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Esa
Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011)
Kurniawan Sriprasetyo

171

Menguji Dampak Pemilihan Tipe Endorser Terhadap Minat Beli


( Studi Pada Iklan Garnier Bb Cream )
Intan Rosetti Arimbi

179

Peranan Unit Kerja Teller Bca Kcu Pasar Baru Dalam Terciptanya
Keterikatan Nasabah
Stephanus Taniadi

195

Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,


Frekuensi Penayangan Iklanterhadap Efektivitas Iklantelevisi
Kartu Im3 Versi Play With Jkt48 & Cesar
Regina

211

Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan Struktur Kepemilikan Institusional


Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Otomotif Dan Komponen
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Sampai Dengan 2011
Darwis Chayady

221

Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


Universitas Esa Unggul Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)
Akbar Pribadi Nurdin Putra

234

Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian Dan Penjualan Pada Transaksi


Valuta Asing Pada Laporan Keuangan ( Studi Kasus Pt Sarana Refrigeratama)
Corry Friska Hutagaol

247

Analisis Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan


Nilai Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba (Studi Empiris :
Pada Perusahaan Industri Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2008-2011)
Elis Kartika

259

Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba


Pada Industri Otomotif & Komponennya Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei) Periode 2009 2011
Emi Karina

274

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan ( Studi


Kasus Pada Pt. Purna Baja Harsco )
Gumarang Ade Himawan

284

Persepsi Karyawan Terhadap Kebijakan Pengendalian Persedian Bahan


Baku Dengan Metode Economical Order Quantity (Eoq) Pada
PT Pelangi Indah Canindo Tbk, Jakarta
Herman Sugianto

306

Pengaruh Current Ratio, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio


Dan Total Asset Turnover Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan
Food And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Pada Tahun 2007 2011
Agustina Cyntia

317

Analisis Pengaruh Suku Bunga Deposito Jangka Waktu 1 Bulan


Terhadap ROA, LDR, Dan NPL Pada Bank Umum Yang Terdaftar
Di BEI Tahun 2009 2012
Pipit Tri Puspita

329

Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja


Manajerial (Studi Kasus Di Universitas Swasta X)
Rudy Setiawan

343

Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas


Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan ( Study Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik Di Jakarta )
Tika Permata

355

Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas


Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment Pada Kantor
Akuntan Publik Di Jakarta.
Ussy Annisa Darusman

363

Analisis Profitabilitas, Keputusan Investasi, Dan Kebijakan Dividen


Terhadap Nilai Perusahaan Periode 2008-2012
Linawati

374

PENGARUH BRAND IMAGE, KUALITAS PRODUK, DAN HARGA


TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PT CHANDRA
JAYA SUKSES (PRODUK KURSI RECLINER MEREK LAZBOY)

Florensy Natalia
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
PT Chandra Jaya Sukses merupakan distributor tunggal di Indonesia untuk kursi recliner
merek Lazboy, yang dimana merek Lazboy tersebut berasal dari Amerika Serikat yang hampir
mayoritas penduduk Amerika Serikat sudah mengenal produk kursi recliner merek Lazboy
tersebut, sedangkan di Indonesia sendiri untuk produk tersebut masih belum cukup dikenal oleh
masyarakat di Indonesia. Hal ini berdampak pada tingkat penjualan produk tersebut di
Indonesia yang masih sangat rendah dibandingkan Negara asalnya, sehingga dalam
pembahasan ini peneliti membahas dari sisi keputusan pembelian konsumen dimana brand
image, kualitas produk, dan harga yang menjadi faktor keputusan pembelian.
Pembahasan hasil penelitian ini dibuat dengan mendeskripsikan jawaban responden
sehingga mampu memberikan suatu gambaran menyeluruh mengenai pengaruh brand image,
kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian dalam membeli produk kursi recliner
merek Lazboy .
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah studi studi lapangan dengan melakukan
survey dan studi pustaka. Data primer yang dikumpulkan dari 100 responden melalui
penyebaran Kuesioner. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Sedangkan untuk analisis data penulis menggunakan analisis data
diskriminan dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel tersebut
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada produk kursi recliner merek Lazboy.
Berdasarkan fungsi diskriminan dapat disimpulkan bahwa ternyata ketiga variabel tersebut
memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy,
dan yang paling kuat mempengaruhi adalah harga.
Kata Kunci : Brand image, kualitas produk, harga, dan keputusan pembelian

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di zaman era modern saat ini perkembangan gaya hidup masyarakat sudah berubah
sangat pesat. Kebutuhan demi kebutuhan dari masyarakat menjadi semakin banyak yang harus
dipenuhi. Di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga tingkat
kebutuhannya pun tinggi tercatat setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah sebanyak tiga
juta jiwa pertahun, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal serta perlengkapan furniture rumah
akan meningkat juga untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat di Indonesia, Hal inilah yang
dijadikan peluang bagi beberapa perusahaan furniture, untuk dapat menggarap seluruh pasar
furniture di Indonesia karena jumlah penduduk di Indonesia yang terus meningkat.
1

Perusahaan sangat perlu untuk mengetahui faktor pendorong bagi pelanggan untuk dapat
memutuskan membeli suatu produk, hal ini akan berdampak dengan tingkat penjualan
perusahaan yang pada akhirnya juga akan berdampak pada laba dari sebuah perusahaan.
Perusahaan dalam bidang furniture pada saat ini membutuhkan sebuah penelitian yang lebih
khusus dalam bidang pemasaran karena pada zaman modern sekarang ini pesaing-pesaing di
bidang yang sejenis cukup banyak yang bermunculan dan perubahan demi perubahan pada
perilaku konsumen dalam memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa juga berubahubah akibat dari perubahan zaman saat ini.
Penelitian inilah yang diperlukan PT Chandra Jaya Sukses untuk dapat bersaing dengan
produk-produk luar negri yang sudah lebih lama dalam penjualan brand asing di Indonesia
sebenarnya untuk produk kursi Lazboy memiliki keunggulan seperti kualitas produk yang sudah
diakui oleh American Chriropratic Assoociation, dan harga yang standart untuk ukuran furniture
import, hal inilah yang tidak dimiliki oleh beberapa pesaing lainnya,namun tingkat penjualan
dari kursi Lazboy di Indonesia masih jauh dari target penjualan perusahaan. Berdasarkan
uraian diatas, maka judul yang dipilih adalah Pengaruh Brand image ,kualitas produk,dan
harga terhadap keputusan pembelian pada PT Chandra Jaya Sukses (produk kursi recliner
merek LA-Z-BOY).

Rumusan Masalah
Dari Identifikasi masalah diatas maka penulis melakukan penelitian dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan
harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara
partial ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan mengenai brand image, kualitas produk, dan
harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi recliner merek Lazboy secara
bersama-sama?
3. Faktor mana yang lebih dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk
kursi recliner merek Lazboy?

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian pada produk
kursi LA-Z-BOY
2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian pada
produk kursi LA-Z-BOY
3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian pada produk kursi
LA-Z-BOY

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pemasaran
Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini maka diperlukan
adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan mengenai pemasaran.
Dalam lingkungan bisnis ini yang berkembang semakin cepat,maka pemasaran memegang
peranan sebagai suatu faktor penting untuk tetap bertahan dalam menjalankan usaha dan
bergelut dalam dunia persaingan. Pemasaran merupakan faktor vital sebagai strategi perusahaan
dalam menjalankan usahanya, yang terutama berhubungan dengan konsumen. Kata pemasaran
sendiri berasal dari kata pasar, atau bisa juga diartikan dengan mekanisme yang
mempertemukan permintaan dan penawaran.
Mengenai pemasaran menurut Eva Zhoriva Yusuf dan Lesley Williams (2007 :26))
mengungkapkan bahwa pemasaran adalah sebuah keseluruhan system kegiatan bisnis yang
2

dirancang untuk menyediakan sesuatu bagi kelompok,individu, atau organisasi yang


memuasakan mereka, guna mencapai tujuan organisasi.

Brand Image(Citra Merek)


Setiadi(2003:180) mengatakan bahwa citra merek merupakan representasi dari keseluruhan
presepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek
itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi
terhadap suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan
lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian
Brand image dapat dijadikan pijakan konsumen dalam keputusan pembelian dan loyalitas
pada merek tersebut. Brand image itu sendiri dibentuk oleh adanya asosiasi merek. Asosiasi
merek berfungsi sebagai, anatara lain (Keller Kevin Lane, 2000 : 332) :
1. Membantu proses penyusunan informasi Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek,
dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan
mudah dikenal oleh pelanggan.
2. Membedakan, suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi usaha
pembedaan, asosisasi-asosiasi merek dapat memainkan peran yang sangat penting dalam
membedakan suatu merek dari merek yang lain.
3. Alasan membeli, pada umumnya asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk
mengambil keputusan guna membeli produk tersebut atau tidak.
4. Menciptakan sikap dan perasaan positif, asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif
yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap produk yang bersangkutan.

Kualitas Produk
Menurut Dr. Eva Zhoriva yusuf dan Dr. Lesley Williams (2007:132) mengatakan bahwa
produk adalah sekumpulan atribut dasar yang dirangkai menjadi sebuah bentuk yang dapat
dikenali, seperti perahu, kursi, atau hiburan
Menurut Philip Kotler(Philip Kotler,2009:143), pengertian kualitas adalah totalitas fitur dan
karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya utuk memuasakan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Kita dapat mengatakan bahwa ekspektasi pelanggan
yang memuaskan sebagian besar kebutuhan pelanggannya sepanjang waktu disebut perusahaan
berkualitas, tetapi kita harus membedakan antara kesesuaian dan kinerja (atau tingkat kualitas).
Berdasarkan klasifikasi Barang Konsumen , banyaknya jenis barang yang dibeli konsumen
dapat diklasifikasikan sebagai berikut(Philip Kotler,2009:451) :
a Barang Convenience adalah barang-barang yang biasanya sering dibeli konsumen,
segera, dan dengan usaha yang minimum
b Barang Shopping adalah barang-barang yang karakteristiknya dibandingkan
berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam proses pemilihan pembelian
c Barang Khusus (specialty goods) adalah barang-barang dengan karakteristik unik dan
identifikasi merek dimana untuk memperoleh barang-barang itu sekelompok pembeli
yang cukup besar bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya.
d Barang Unsought adalah barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau diketahui
namun secara normal konsumen tidak berpikir untuk membelinya
Menurut Husein Umar(2005:30), pengertian kualitas adalah suatu produk baik yang berupa
barang maupun jasa perlu ditentukan melalui dimensi-dimensinya yaitu sebagai berikut :
1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Features, yaitu aspek performasi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3. Reliability, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil
menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam
kondisi tertentu pula.
3

4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Durability, Yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai
barang.

Harga
Philip Kotler(2003:430) menyatakan bahwa harga dalam arti sempit adalah sejumlah uang
yang dibayarkan atas barang atau jasa dan dalam arti luas harga adalah jumlah semua nilai yang
konsumen tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan
barang atau jasa . Sedangkan menurut Buchari Alma (2007:169) Harga adalah nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang. Bagi konsumen, harga merupakan segala bentuk biaya moneter
yang dikorbankan oleh konsumen untuk memperoleh, memiliki, memanfaatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanan dari suatu produk.Bagi perusahaan, penetapan harga
merupakan cara untuk membedakan penawarannya dari para pesaing (Ali Hasan 2009 : 298)
1. Penentuan harga produk dan jasa memainkan peran sebagai kunci strategis dalam
perusahaan. Munculnya penentuan harga sebagai konsekuensi dari derergulasi,
kompetisi global yang ketat, pertumbuhan yang lambat dan kesempatan bagi perusahaan
untuk memperkuat posisi pasar.
2. Harga mempengaruhi kinerja finansial dan memiliki pengaruh penting terhadap presepsi
pembeli dan penetapan merek.
3. Harga dapat menjadi pengganti dari ukuran kualitas produk ketika pembeli sulit
mengevaluasi produk yang kompleks.
4. Relasi antara permintaan dan harga mempengaruhi keputusan penentuan harga
MODEL PENELITIAN

Gambar Model Penelitian

HIPOTESIS
Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya masih harus dilakukan
pengujiannya. Hipotesis ini dimaksudkan untuk memberi arah bagi analisis penelitian Dari
perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan telah dituangkan dalam kerangka
pikir, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut
4

1. H1 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara partial
2. H2 = Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama
3. H3 = Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian
METODE PENELITIAN

Variabel
Brand Image

Variabel Penelitian
Dimensi
Merek terkenal
Merek mudah diingat
Merek memiliki citra yang positif

Kualitas Produk

Daya Tahan

Keamanan
Kenyamanan
Harga

Daftar harga

Potongan Harga
Keputusan pembelian

Motivasi dan pengenalan kebutuhan


Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Tingkah laku pasca membeli

Populasi dan Sampel


Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 100 responden. Metode yang digunakan
adalah purposive sampling digunakan untuk pengambilan sampel yang memiliki beberapa
kriteria pada responden, dimana peneliti memilih sampel secara subjektif. Dalam penelitian ini
sampel yang digunakan adalah para pengunjung showroom Melandas furniture di Mall Taman
Anggrek yang sudah melakukan pembelian produk kursi recliner merek Lazboy. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari penelitian yang ingin meneliti tentang keputusan pembelian produk kursi
recliner merek Lazboy

Metode Analisis Penelitian


-

Uji Validitas
Uji Reliabilitas
Uji Analisis Diskriminan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Reliabilitas dan Validitas


Berdasarkan pada hasil uji reliabilitas, menunjukkan bahwa semua variabel memiliki
Cronbach Alpha lebih besar dari standar Alpha yaitu sebesar0,749 sehingga dapat dikatakan
semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliable. Dan juga semua
indicator yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini memiliki r hitung > r table dan tingkat signifikasi < 0,05, sehingga semua indikator yang
digunakan tersebut adalah valid.

Uji Analisis Diskriminan


1. Pengujian Variabel bebas
Pada analisis diskriminan yaitu menguji apakah semua variabel independent (bebas)
berbeda secara nyata dengan variabel dependent (tidak bebas), sehingga dapat diketahui
layak atau tidaknya dianalisis pada table dibawah ini:
Tests of Equality of Group Means
Wilks' Lambda
brandimage
kualitasproduk
harga
a

.843
.759
.572

F
18.290
31.102
73.219

df1

df2
1
1
1

Sig.
98
98
98

.000
.000
.000

Dengan angka Wilks lambda berkisar 0 sampai 1, jika angka mendekati 0 maka data
tiap group cenderung berbeda, sedangkan jika angka mendekati 1 group cenderung
sama. Dari table diatas dapat dilihat angka Wilks lambda berkisar 0,572 sampai 0,843.
Dari kolom sig dapat dilihat bahwa variabel brand image, kualitas produk, dan harga
yang cenderung berbeda. Hal ini berarti brandimage, kualitas produk, dan harga untuk
kelompok membeli dan tidak membeli pada produk kursi recliner merek Lazboy
memiliki perbedaan secara nyata.
Dengan F-test, jika sig >0,05 berarti tidak ada perbedaan antar group, sedangkan
sebaliknya jika sig <0,05 berarti terdapat perbedaan antar group yang cukup signifikan.
Dari hasil data SPSS tersebut maka dapat disimpulkan bahwa brand image, kualitas
produk, dan harga memiliki nilai sig 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05, sehingga terdapat
perbedaan antar group.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga variabel tersebut merupakan discriminant power
atau kekuatan yang membedakan perilaku pengelompokan keputusan yaitu brand image,
kualitas produk, dan harga. Dengan demikian ketiga variabel tersebut dapat dijadikan
sebagai model untuk memprediksikan apakah keputusan pembelian konsumen tergolong
membeli dan tidak membeli .
2. Tabel dibawah ini merupakan table yang menjelaskan korelasi antara variabel independen
dengan fungsi diskriminan yang terbentuk :

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa harga merupakan variabel yang paling erat
hubungannya dengan fungsi diskriminan karena nilai korelasi yang diperoleh merupakan
nilai paling tinggi yaitu 0,984.
3. Berikut ini disajikan table fungsi diskriminan dari variabel yang telah dimasukkan dalam
persamaan diskriminan.
Canonical Discriminant
Function Coefficients
Function
1
Brandimage
Kualitasproduk
Harga
(Constant)

.341
-.083
.371
-3.948

Sumber : Hasil OutputSPSS


Dari data diatas maka persamaan fungsi diskriminan yang terbentuk adalah sebagai berikut
:
Z score = -3,948+3,41(brand image)-0,83(kualitas produk)+0,371(harga)
4. Konsumen yang dijadikan responden terdapat 2 kelompok diskriminanyang disebut two
group discriminant, dan hal tersebut dapat dilihat pada table berikut :
Functions at Group
Centroids
keputusanpemb
elian
tidak membeli
membeli

Function
1
1.686
-.448

Dari table diatas terlihat bahwa kelompok tidak membeli mempunyai nilai Z= 1,686, sedangkan
kelompok membeli mempunyai niai Z= - 448.
Dari table tersebut diatas dapat digambarkan kurva centroid sebagai berikut :

Terlihat dari gambar dihalaman sebelum ini, distribusi anggota tidak membeli dengan kategori 0
berjumlah 21 orang, sedangkan anggota kelompok membeli dengan kategori 1 berjumlah 79
orang.
Perhitungan Zcu (angka kritis) :

Dimana :
Zcu = angka kritis, berfungsi sebagai cut of score (nilai batas)
= jumlah sampel di grup A dan grup B
angka centroid pada grup A dan grup B
Perhitungan Zcu (angka kritis) :

atau praktis sama dengan -0,00


5. Pengujian secara simultan dapat dilihat pada output test result. Boxs M menguji
homoginitas covariance matrik antar group.
Test Results
Box's M
5.211
F
Approx.
5.124
df1
1
df2
9752.613
Sig.
.024
.
Dari output tersebut terlihat bahwa model penelitian ini memiliki nilai signifikan
sebesar 0,024. Tingkat signifikan > 0,05 maka terima HA dan tolak HO, sehingga model ini
memberikan kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara brand image, kualitas
produk, dan harga terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama.
6. Untuk mengetahui ketepatan model persamaan diskriminan yang telah terbentuk, dapat
dilihat pada berikut ini :

Tabel 5.9 Classification Results


keputusanpem Predicted Group Membership
belian
tidak membeli
membeli
OriginaL

Count
%

Cross-validated

Count
%

Total

tidak membeli

17

21

membeli

10

69

79

tidak membeli

81.0

19.0

100.0

membeli

12.7

87.3

100.0

tidak membeli

17

21

membeli

10

69

79

81.0

19.0

100.0

12.7

87.3

100.0

tidak membeli

membeli
Sumber : Hasil Output SPSS

Pada table diatas, ditunjukkan bahwa pada bagian original terlihat bahwa mereka yang pada data
awal terdapat 21 orang yang tidak membeli, dengan model diskriminan diramalkan sebanyak 4
orang akan beralih prilakunya menjadi membeli dan 17 orang akan tetap berprilaku tidak
membeli. Sedangkan dari konsumen yang membeli sebanyak 79 orang namun diramalkan 70
orang akan tetap berprilaku membeli sedangkan sisanya hanya 9 orang diramalkan akan
berubah. Ketetepan fungsi diskriminan dapat dihitung dengan cara
17+69/100= 0,86 atau 86 %

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
a

Ha1 : Diduga terdapat pengaruh yang signifikan pada brand image, kualitas produk dan
harga terhadap keputusan pembelian secara partial
Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,
maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut layak masuk ke dalam model.
Dari data table Tests of Equality of Group Means pada bab sebelumnya brand image,
kualitas produk, dan harga memiliki nilai signifikan yang sama yaitu 0,00<0,05, maka
Ha diterima, sehingga ketiga variable tersebut memiliki pengaruh terhadap keputusan
pembelian secara partial.

Ha2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara brand image. kualitas produk dan harga
terhadap keputusan pembelian secara bersama-sama.
Dari nilai signifikansi(sig) yang ada, kita bandingkan dengan nilai 0,05. Bila Sig<0,05,
maka Ho ditolak dan terima Ha, artinya variabel tersebut memiliki pengaruh secara
besama-sama dengan keputusan pembelian. Dapat dilihat pada hasil output SPSS pada
Tabel 5.8 Test Result. Dimana nilai signifikan 0,024 < 0,05 maka hasil kesimpulannya
adalah terima Ha dan ini berarti variable brand image, kualitas produk, dan harga dapat
mempengaruhi keputusan pembelian secara bersama-sama.

Ha2b : Diduga bahwa faktor harga berpengaruh dominan terhadap keputusan pembelian
Dari nilai fungsi diskriminan pada table 5.5 Canonical diskriminant function
coefficients yaitu :
Z score = -3,948+3,41(brandimage)-0,83(kualitas produk)+0,371 (harga)
maka dapat dilihat nilai yang tertinggi yaitu Harga yang mencapai 0,371 maka hal ini
berarti Ho ditolak dan terima Ha, artinya varibel harga yang memiliki pengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian dibandingkan variable brand image dan kualitas
produk.

Jadi kesimpulannya adalah faktor yang sangat menentukan keputusan pembelian adalah
faktor harga dimana hal ini sangat berpengaruh apabila ada potongan diskon dan promo harga
maka pelanggan tidak terlalu banyak berpikir dalam melakukan pembelian produk dan untuk
variable brand image, kualitas produk, dan harga memiliki pengaruh baik secara partial maupun
bersama-sama terhadap keputusan pembelian.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis ingin
memberikan saran-saran kepada PT Chandra Jaya Sukses sebagai distributor tunggal kursi
recliner merek Lazboy di Indonesia berupa masukkan dalam menentukan strategi-strategi
pemasaran yang tepat dalam meningkatkan penjualan, sebagai berikut:
9

1. PT Chandra Jaya sukses selaku distributor tunggal kursi recliner merek Lazboy di
Indonesia sebaiknya memperhatikan harga produk yang ditawarkan karena hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam menentukkan pembelian
produk tersebut dan sebaiknya lebih sering mengadakan clearance sale dengan
memberikan potongan diskon untuk produk kursi yang sudah model lama, hal ini
dilakukan supaya konsumen yang tadinya tidak ingin membeli atau masih berpikir dulu
untuk membeli dapat berubah keputusan menjadi membeli karena adanya potongan
harga yang cukup menarik, hal ini akan meningkatkan penjualan produk secara tidak
langsung.
2. Faktor Brand image dapat mempengaruhi keputusan konsumen dalam pembelian
produk kursi recliner Lazboy, maka dengan ini penulis ingin memberikan saran kepada
perusahaan PT Chandra Jaya Sukses untuk tetap memperkenalkan brand produk
tersebut lebih lagi ke masyarakat Indonesia dengan memberikan kesan lebih yang
ekslusif pada produk. Hal ini dapat dengan cara mengadakan acara gathering untuk
kalangan atas dengan bertema acara gathering yang eksklusif untuk pengenalan brand
image produk kursi recliner Lazboy seperti dapat diadakan di mall-mall besar di
Indonesia, restaurant eksklusif, dan hotel-hotel berbintang, serta dalam membangun
brand image yang lebih baik lagi maka dapat juga dengan acara pameran-pameran, dari
hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk kursi recliner merek
Lazboy di Indonesia.

3. Faktor kualitas produk juga mempengaruhi keputusan pembelian walaupun hanya


memiliki pengaruh yang sedikit akan tetapi perusahaan juga tetap harus memperhatikan
hal ini, dapat dengan cara memberikan garansi produk yang lebih lama untuk busa dan
bahan kayunya atau arc metal handle nya, hal ini dilakukan supaya konsumen merasa
lebih yakin lagi dengan kualitas produk tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan
penjualan produk kursi recliner merek Lazboy.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan, Marketing,Yogyakarta : Media Pressindo,2009
A.A. Anwar Prabu. M, Perilaku konsumen, Bandung: Refika Aditama, 2005
Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi ketujuh, Bandung:
Alfabeta, 2007,
Eva Z.Yusuf,Lesley Williams,Manajemen Pemasaran,Jakarta : Penerbit PPM ,2007
Fred R.David,Strategic Management,New Jersey : Pearson Prentice Hall,2009
Hanna. Nessim & Richard Wozniak,Consumer Behaviour : An Applied Approach, New
Jersey: Pretice Hall, 2001
Henry, Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta : Penerbit YKPN,2003
Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, edisi keempat, Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama,2005

10

Husein Umar,Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen,cetakan pertama,Jakarta :PT


Gramedia Pustaka,2004,
Keller, Kevin Lane. Strategic Brand Management; Building Measuring and Managing
Brand Equity : Prentice Hall. New Jersey, 2000.,
Jurnal_fuad_asshiddieqi_c2a008066,Tahun 2012
Philip kotler,Dasar-dasar pemasaran,edisi kesembilan, jilid 1,Jakarta : PT indeks
Gramedia, 2003

kelompok

Philip Kotler & Kevin L. Keller, Manajemen Pemasaran jilid 1, edisi ke 12, Jakarta: PT
indeks kelompok Gramedia, 2008
Setiadi, N. J. Perilaku konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran, Jakarta: Prenada Media, 2003.
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller,Manajemen pemasaran, edisi 13 jilid 1, Jakarta : Penerbit
Erlangga, 2009
Pelton.Lou.E dkk, Marketing Channels : Relationship Management Approach, Edisi kedua,
New York: The McGraw-Hill Compines,2002
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran edisi 10, jilid 2, Jakarta : Pearson Education Asia Pte.
Ltd. Dan PT Prenhallindo, 2002
Suliyanto, Analisis Data : Dalam Aplikasi Pemasaran, Bogor : Ghalia Indonesia, 2005
Tybout, A.M., Calkins, T. Kellog on Branding. New Jersey: John Wiley & Sons,In

11

PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN INTENSI


PEMBELIAN PADA PRODUK SEPATU CONVERSE
DI JAKARTA BARAT

Adi Prasetyo Widodo


Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta Barat
adiiprasetyowidodo@gmail.com

ABSTRAKSI
Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi Terhadap Intensi Pembelian Sepatu
Converse di Jakarta Barat (dibimbing oleh Tantri Yanuar Rahmat Syah). Studi ini dibuat untuk
mengetahui pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi Pembelian
Sepatu Converse.
Pada penelitian ini populasinya adalah pengunjung toko Sepatu Converse di mall Daan Mogot,
Jakarta Barat, dalam hal ini populasi tidak diketahui. Karena tidak diketahui maka
menggunakan Quota Sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional.
Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa produk dan distribusi berpengaruh terhadap intensi
pembelian dan secara bersamaan produk, harga, distribusi dan promosi berpengaruh terhadap
intensi pembelian.
Key Word : Product, Price, Distribution, Promotion, Purchase Intentions.

PENDAHULUAN
Converse merupakan salah satu merek dagang perusahaan sepatu asal Amerika yang
pertama kali memulai produksinya pada tahun 1908. Pada perkembangannya muncul saat sepatu
Converse dipakai oleh sebuah grup band yang sedang tenar pada tahun 1987 bernama Nirvana.
Salah seorang personelnya yaitu almarhum Kurt Cobain menjadi acuan dalam trend fashion bagi
para remaja pada zamannya. Dengan memakai kemeja flannel dan sepatu Converse serta
tampilan yang cuek terlihat liar seolah telah menjadi ciri khas dari seseorang dari aliran musik
Grunge. Keberadaan sepatu Converse di Indonesia dinilai cukup besar, hal tersebut terlihat
dengan dibangunnya 2 (dua) buah pabrik tempat pendistribusian sepatu Converse yang tepatnya
berada di daerah Tangerang dan Sukabumi. Seiring berjalannya waktu peningkatan penjualan di
Indonesia kurang terlihat adanya pertumbuhan. Hal ini terjadi ketika munculnya produk palsu,
memanfaatkan dari segi harga yang lebih terjangkau serta segi efektivitas sepatu Converse dapat
dipakai baik oleh wanita maupun pria dan dapat dipadukan dengan berbagai gaya busana.
Semakin menjamurnya produk sepatu Converse palsu telah menjadikan ancaman serius bagi
perusahaan yang berimbas pada penjualan.
Ditengah persaingan antara sepatu adidas, nike
maupun puma, sepatu converse terbilang mampu bertahan dari gempuran brand-brand tersebut.
Selain daya tahan, kualitas dan style yang tidak terkalahkan, sepatu Converse juga mendulang
12

kesuksesan besar karena strategi marketingnya atau pemasarannya yang jitu tidak terkalahkan.
Setiap bisnis selalu akan menghadapi sebuah istilah yang namanya persaingan, dan setiap
pemain bisnis tentu akan selalu menginovasi baik strategi maupun produknya untuk tetap
bertahan di posisi atas terhadap pasar penjualan. Converse sendiri merupakan salah satu merek
sepatu yang berfokus pada satu niche saja, khususnya niche olahraga dengan merek sepatunya
sneakers. Merek ini sudah menjadi nama yang berkualitas bagus khususnya untuk sepatu bidang
olahraga karena mereka benar-benar berfokus untuk itu, selain itu harganya juga bersaing dan
cukup untuk semua kalangan.
Pada umumnya, perusahaan menggunakan promosi sebagai tambahan atas strategi
pemasaran yang lain seperti produk, penentuan harga dan tempat distribusi. Promosi merupakan
suatu bentuk komunikasi pemasaran. Aktivitas pemasaran tersebut, berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan target audiens atas perusahaan
serta produk yang dapat diterima hingga membeli pada produk yang ditawarkan perusahaan.
Namun proses promosi yang telah dilakukan sebelumnya terbukti kurang efektif dikarenakan
tidak adanya informasi tentang perbedaan originalitas produk dalam mengurangi intensitas
pemalsuan yang dinilai dapat menurunkan laba penjualan (www.facebook.com/ ConverseID
diakses 12 Maret 2013).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan
Promosi Terhadap Iintensi Pembelian : Studi Kasus Pada Produk Sepatu Converse di
Jakarta Barat. Maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh produk terhadap intensi pembelian sepatu Converse, b). Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh harga terhadap intensi pembelian sepatu Converse, c).
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh distribusi terhadap intensi pembelian sepatu
Converse, d). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh promosi terhadap intensi
pembelian sepatu Converse, e). Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga,
distribusi, dan promosi secara bersama - sama terhadap intensi pembelian sepatu Converse.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Penelitian ini diharapkan menjadi
bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam usaha mengembangkan bisnisnya agar dapat
berjalan dengan baik sebagai bahan pertimbangan, b). Menambah wawasan dan pengetahuan
atas ilmu mengenai pengaruh bauran pemasaran terhadap intensi pembelian serta studi
perbandingan antara teori ilmu kenyataan yang terjadi dilapangan, c). Diharapkan hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan dokumentasi guna melengkapi sarana
yang diperlukan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak - pihak yang berkepentingan.

TINJAUAN PUSTAKA
William J. Stanton dalam Basu Swasta pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial (Swastha Basu, 1998:179).
Menurut Kotler dan
Amstrong, bauran pemasaran (marketing mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali
yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkannya di pasar sasaran
(Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:62). Intensi merupakan suatu rencana yang disusun
sebelum kita melakukan pembelian. Sebelum pembelian, konsumen mulai dengan
mengumpulkan informasi produk berdasarkan pengalaman pribadi dan lingkungan eksternal.
Ketika jumlah informasi mencapai tingkat tertentu, konsumen mulai penilaian dan proses
evaluasi, dan membuat keputusan pembelian setelah perbandingan dan penilaian. Niat beli
sering digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen dalam studi terkait. Niat beli
konsumen berarti kecenderungan subjektif untuk memiliki produk tertentu, dan telah terbukti
menjadi faktor kunci untuk memprediksi perilaku konsumen (Chi, H. K., Yeh, H. R., dan Tsai,
Y. C, 2007).
13

METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode cross
sectional. Pengambilan sampel yang dilakukan menggunakan metode mall intercept. Adapun
lokasi penelitian ini adalah di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Populasi dalam penelitian ini
adalah pengunjung toko sepatu converse di Mall Daan Mogot, Jakarta Barat. Sedangkan jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis Regresi Linier Berganda.
Agar
dapat diperoleh gambaran yang jelas, maka pernyataan yang terdapat dalam definisi operasional
variabel tentang Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi dan Promosi terhadap Intensi
Pembelian sepatu Converse. Adapun penjelasan variabel dibahas dalam penulisan ini akan
dijelaskan sebagai berikut : a). Produk (X1) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh Converse untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik untuk membeli produk
sepatu Converse. Adapun indikatornya produk menurut Philip Kotler sebagai berikut : kualitas,
desain dan citra merek, b). Harga (X2) yang dimaksud dengan harga adalah sejumlah uang
dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait
menurut Stanton sebagai berikut : keterjangkauan harga, kesesuaian harga dengan kualitas, dan
daya saing harga, c). Distribusi (X3) yang dimaksud dengan distribusi adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh Converse agar konsumen mudah dalam memperoleh atau membeli Produk
sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Bashu Swastha sebagai berikut :
mudah dijangkau, kelengkapan produk , dan jumlah gerai, d). Promosi (X4) yang dimaksud
dengan promosi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pihak Converse, agar para konsumen
dapat mengetahui Produk sepatu Converse. Adapun indikator yang terkait menurut Kotler
sebagai berikut : iklan, promosi penjualan, e). Intensi Pembelian (Y) yang dimaksud dengan
intensi pembelian adalah suatu proses pengambilan keputusan sebelum melakukan pembelian,
apakah konsumen tersebut akan membeli atau tidak membeli produk sepatu Converse.

Hipotesis
H1 : Semakin baik produk, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap produk
tersebut.
H2 : Semakin kompetitif harga, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap
produk tersebut.
H3 : Semakin baik saluran distribusinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen
terhadap produk tersebut.
H4 : Semakin menarik promosinya, maka semakin tinggi intensi pembelian konsumen terhadap
produk tersebut.
H5 : Secara keseluruhan Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap Intensi Pembelian.

HASIL
Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil pengujian,
diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada tiga hipotesis yang didukung oleh data, dan dua
hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.
14

Tbel 5.3 Tabel Olahan Regresi


Coefficientsa

Model

Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Beta

Std. Error

Sig.

2.553

.014

(Constant) 1.627

.637

PRODUK .253

.085

.345

2.973

.005

HARGA

.082

-.126

-1.102

.276

TEMPAT .434

.107

.475

4.067

.000

PROMOSI .003

.094

.003

.029

.977

-.090

a.
Dependent Variable: INTENSI PEMBELIAN

PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka pembahasan yang diperoleh adalah sebagai berikut
:
a). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel produk (X1) secara
sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh
variabel produk (X1) yang memiliki nilai signifikansi 0,005 yang berarti < 0,05.
b). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel harga (X2) secara
sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel harga
(X2) yang memiliki nilai signifikansi 0,276 yang berarti > 0,05.
c). Ho ditolak, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel distribusi (X3) secara
sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh
variabel distribusi (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05.
d). Ho diterima, karena hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel promosi (X4) secara
sendiri tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian. Hal ini ditunjukkan oleh variabel promosi
(X4) yang memiliki nilai signifikansi 0,977 yang berarti > 0,05.

15

e.) Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel produk, harga, distribusi, dan promosi secara bersama - sama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap intensi pembelian.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : a). Dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel produk mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, b). Dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga tidak mempengaruhi intensi pembelian
sepatu converse, c). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel distribusi mempengaruhi
intensi pembelian sepatu converse, d). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
promosi tidak mempengaruhi intensi pembelian sepatu converse, e). Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa variabel Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi secara bersama-sama
Mempunyai Pengaruh Terhadap Intensi Pembelian.
Adapun saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai produk, harga, distribusi
dan promosi terhadap intensi pembelian produk sepatu Converse. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian hanya ada 3 hipotesis yang diterima yaitu produk terhadap intensi pembelian,
distribusi terhadap intensi pembelian dan bauran pemasaran secara bersama-sama terhadap
intensi pembelian. Dan Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh yang tidak hanya
berdasarkan lingkup produk, harga, distribusi dan promosi serta intensi pembelian. Perlu
dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa saja yang dapat
mempengaruhi dan dapat meningkatkan intensi pembelian.

Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang telah membiayai kuliah saya dan
mendoakan saya selama saya kuliah.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. 2005.
Bandung.

Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, CV. Alfabeta;

Anoraga, Pandji. 2000. Manajemen Bisnis. Jakarta; PT Rineka Cipta.


Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi.
Grafindo Persada.

Jakarata; PT.

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada.
Dr. Hasym, SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita, SE, MM. 2009. Prinsip-Prinsip Dasar
Metode Riset Bidang Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.
Engel, Blackwell, dan Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Jilid 2. Tanggerang; Binarupa
Aksara.
Grewal D. Levy M. 2008. Marketing. New York; McGraw-Hill Companies Inc.
Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran Jilid Satu Edisi Keduabelas, Cetakan
Ketiga. Jakarta; Penerbit Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta;

Erlangga.
16

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium jilid 1 dan 2, Jakarta;
Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jakarta;
Indeks.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2004. Prinsip prinsip Pemasaran Jilid II.
Erlangga.

Jakarta;

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2006. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid
Jakarta; Erlangga.

1.

Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 11 Jilid 1 Jakarta; PT.Gramedia


Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2007. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,
Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta; Salemba Empat.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi Ke-12
Jakarta: Erlangga.

jilid 1.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2 edisi
Jakarta; Erlangga.

ke-12.

Mowen, John C dan Michael Miror. 2007. Perilaku Konsumen Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta;
PT. Penerbit Erlangga.
Prof. Dr. Sugiyono. 2010. metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R &D. Bandung; Cv. Alfa Beta.
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif . Jakarta;
Utama.

Gramedia Pustaka

Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta:PT.Indeks.
Swastha, Basu. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Jakarta; Prenhalinda.
Swastha, Basu dan Irawan. 2003. Manajemen Pemasaran Modern Edisi Kedua.Cetakan
kesebelas. Jakarta; Penerbit Liberty.
Swastha, Basu dan T Hani Handoko. 2010. Manajemen Pemasaran : Analisa
Konsumen. Yogyakarta ; UGM.

Perilaku

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung; PT.


Rosdakarya.

Remaja

Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran. Yogyakarta; Andi.


Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran Edisi Ketiga. Yogyakarta; Andi.

17

PERANAN CITRA MEREK TDR RACING


DALAM PEMBENTUKAN LOYALITAS
KONSUMEN
Andy Hendri
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Andy_hendri@yahoo.com
ABSTRAKSI
Perkembangan sepeda motor di Indonesia dari tahun ke tahun semakin tinggi.
Meningkatnya pengguna sepeda motor di Indonesia diiikuti juga oleh meningkatnya
permintaan atas produk spare part motor. Hal ini membuat persaingan dalam dunia
industri spare part motor di Indonesia menjadi semakin ketat karena bermunculan
merek-merek baru yang membuat pilihan semakin banyak. Perusahaan harus mampu
menciptakan Citra yang baik terhadap mereknya sehingga dapat membuat orang-orang
membeli produknya, sehingga pada akhirnya terciptalah kepuasan dan kepuasan itu
dapat terus berkembang menjadi loyalitas konsumen terhadap produk. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji factor, uji realibilitas, uji ANOVA, dan uji
Structural Equation Model (SEM). Dimana hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
citra merek yang dimiliki produk TDR Racing berhasil mempengaruhi terciptanya
kepuasan konsumen. Namun, citra merek yang dimiliki TDR Racing belum tentu
membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing, tetapi untuk membuat
konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing perusahaan harus mampu
menimbulkan rasa kepuasan konsumen terhadap produk TDR Racing terlebih dahulu.
Kata kunci : Citra Merek, Kepuasan Pelanggan, Loyalitas Konsumen
PENDAHULUAN
Pada saat ini kendaraan yang cocok untuk kondisi lalu lintas di kota Jakarta dan
yang dapat menunjang aktivitas masyarakat secara efektif dan efisien adalah sepeda
motor. Sepada motor dipilih oleh masyarakat karena lalu lintas yang padat dan lebih
mudah menerobos kemacetan. Hal-hal seperti itulah yang membuat perkembangan
penjualan sepeda motor di Indonesia semakin meroket. Dengan meningkatnya
pengguna sepeda motor setiap tahunnya, maka membuat hal tersebut juga diiringi
dengan meningkatnya permintaan terhadap spare part sepeda motor, khususnya bagi
spare part racing. Spare part racing motor menjadi daya tarik tersendiri bagi para
pengguna sepeda motor karena ada sebagian kalangan yang tidak puas terhadap
performa kecepatan motor yang telah dimilikinya sehingga membuat mereka
berkeinginan untuk menambah kecepatan mesin dengan mengganti spare part orisinil
dengan spare part racing. Penggunanaan spare part racing pada motor dapat
meningkatkan performa motor agar lebih baik lagi dan cepat. Oleh karena itu, banyak
18

dari pengguna sepeda motor yang kerap kali melakukan modifikasi modifikasi spare
part pada motornya dan hal ini menjadi hobi baru tersendiri bagi mereka.
TDR racing merupakan salah satu merek spare part ternama yang ada di
Indonesia. Ada beberapa macam jenis produk spare part racing yang dimiliki mulai
dari untuk meningkatkan performa rem hingga knalpot racing. Banyak masyarakat di
Indonesia yang mencari spare part TDR Racing.Hal ini membuat merek dari TDR
Racing ini menjadi semakin terkenal. Namun sekarang ini, TDR Racing mulai
menghadapi persaingan yang sangat ketat karena mulai bermunculan beberapa
kompetitor yang mulai memposisikan pasar sebagai pasar yang kompetitif. Hal ini
berarti mengharuskan TDR Racing untuk selalu berinovasi dan mengembangkan
strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualan nya.
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh citra merek untuk TDR Racing
karena merupakan salah satu merek spare part yang memiliki produk-produk unggulan.
Dari hasil pengamatan, TDR Racing terkenal sebagai merek spare part yang diakui
memiliki kualitas bagus dibandingkan spare part racing merek lain nya. Dapat dilihat
bahwa TDR Racing dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor nya tidak dengan
menawarkan harga yang lebih murah, namun lebih menjual kualitas dengan
mengutamakan kekuatan merek yang dimiliki nya, sehingga memberikan keyakinan
pada para konsumen nya.
Pemasar harus selalu mendesign program pembangunan citra merek dalam
aktivitas pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran guna
memperkuat merek.Kekuatan merek menyangkut dalam dua hal yaitu kepuasan
konsumen terhadap produk dan loyalitas konsumen terhadap produk. Seiring dengan
perkembangan persaingan antar produsen spare part racing dengan berbagai macam
keunggulan yang bertujuan untuk menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar
yang telah menurun, dan untuk mempertahankan pasar yang telah diperolehnya adalah
tantangan yang harus dihadapi.
Dipasar yang serba kompetitif seperti sekarang ini, merek mempunyai peranan
penting bagi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Apalagi pemasaran dimasa yang
akan datang lebih menjadi persaingan antar merek, yaitu persaingan untuk merebut
konsumen melalui merek. Selain itu, merek bukan hanya dianggap sebagai nama, logo
ataupun symbol, melainkan merek merupakan nilai yang ditawarkan sebuah produk
bagi konsumen yang memakai nya. Penelitian ini difokuskan pada persepsi kualitas
produk yang dirasakan konsumen menetukan loyalitas konsumen. Dengan demikian,
bisa terlihat bahwa citra merek memiliki pengaruh yang lebih spesifik pada persepsi
kualitas produk dan loyalitas konsumen.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap
kepuasan konsumen TDR Racing.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap
loyalitas konsumen TDR Racing.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen
terhadap loyalitas konsumen TDR Racing.

19

TINJAUAN PUSTAKA
1. Citra Merek
Menurut Keller (2008), citra merek didefinisikan sebagai persepsi konsumen
tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasimerek yang ada pada pikiran
konsumen. Sementara itu, definisi lain mengenai citra merek diungkapkan oleh
David A. Aaker (1991) sebagai kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu
yang berarti.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa citra merek adalah persepsi
konsumen tentang suatu merek yang terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang
ada pada pikiran konsumen yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap
suatu merek.
Untuk mendefinisikan merek sebagai suatu simbol yang kompleks terdapat
enam tingkatan pengertian, yaitu:
1. Attributes
Suatu merek membawa atribut tertentu ke dalam pikiran. Contoh: mahal, tahan
lama, prestise tinggi.
2. Benefit
Atribut harus dapat diterjemahkan ke dalam manfaat fungsional dan
emosional.Contoh : atribut tahan lama dapat diterjemahkan kedalam manfaat
fungsional sedangkan mahal dapat diterjemahkan kedalam manfaat emosional.
3. Values
Merek juga mengatakan sesuatu mengenai nilai produsen. Contoh: performa
tinggi, keamanan, prestise.
4. Culture
Suatu merek dapat merepresentasikan budaya tertentu. Contoh: budaya disiplin,
efisien dan lain-lain.
5. Personality
Suatu merek dapat memproyeksikan budaya tertentu.Contoh : enerjik, aktif, dan
lain-lain.
6. User
Merek memperkirakan konsumen macam apa yang akan membeli dan
menggunakan produk.
2. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan menurut Mowen dan Minor (2001) adalah keseluruhan
sikap yang ditunjukkan konsumen atas barang dan jasa setelah mereka memperoleh
dan menggunakannya. Sedangkan menurut Tjiptono (1997) kepuasan konsumen
adalah perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Konsumen
yang puas, akan memperlihatkan peluang yang besar untuk melalukan pembelian
ulang atau membeli produk lain di perusahaan yang sama di masa yang akan datang.
Mereka juga akan mengungkapkan kebaikan akan produk dan perusahaan yang
bersangkutan kepada orang lain. Sedangkan konsumen yang merasa tidak puas akan
bereaksi dengan tindakan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Ada yang
mendiamkan saja dan ada yang melakukan komplain atau keluhan. Menurut Kotler
dan Amstrong (2000) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai berikut suatu
tingkatan dimana produk dirasakan sesuai dengan harapan pembeli.Kepuasan
pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja produk aktual, sehingga
sesuai dengan harapan pembeli.Pelanggan memiliki berbagai macam tingkatan
20

kepuasan.Jika keberadaan suatu produk berada di bawah harapan pembeli, maka


pembeli tersebut tidak merasa puas.
Namun, tidak ada satu pun ukuran tunggal yang terbaik tentang kepuasan
pelanggan, meskipun demikian beragamnya cara mengukur kepuasan pelanggan
terdapat sebuah kesamaan yang setidaknya berada didalam enam konsep inti
mengenai objek pengukuran sebagai berikut :
1. Kepuasan Pelanggan Keseluruhan (Overall Costumer Satisfaction)
Cara yang paling sederhana untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah
langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk
atau jasa spesifik tertentu. Biasanya, ada dua bagian dalam proses
pengukurannya .Pertama, mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap
produk atau jasa perusahaan yang bersangkutan.Kedua, menilai dan
membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan terhadap
produk atau jasa para pesaing.
2. Dimensi Kepuasan Pelanggan
Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan ke dalam komponenkomponennya.Umumnya, proses semacam ini terdiri atas empat langkah
Pertama, mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan.Kedua,
meminta pelanggan menilai produk atau jasa perusahaan berdasarkan item-item
spesifik, seperti kecepatan layanan, fasilitas layanan, atau keramahan staf
layanan pelanggan. Ketiga, meminta pelanggan menilai produk atau jasa
pesaing berdasarkan item-item spesifik yang sama. Dan Keempat, meminta
para pelanggan untuk menentukan dimensi-dimensi yang menurut mereka
penting dalam menilai kepuasan pelanggan keseluruhan.
3. Konfirmasi Harapan ( Confirmation of Expectations)
Dalam konsep ini, kepuasan tidak diukur langsung, namun disimpulkan
berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan pelanggan dengan
kinerja aktual produk perusahaan pada sejumlah atribut atau dimensi penting.
4. Minat Pembelian Ulang (Repurchase Intent)
Kepuasan pelanggan diukur secara behavioral dengan jalan menanyakan
apakah pelanggan akan berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan lagi.
5. Kesediaan Untuk merekomendasi (Willingness to Recommend)
Dalam kasus produk yang pembelian ulangnya relatif sama atau bahkan hanya
terjadi satu kali pembelian (seperti pembelian mobil, broker rumah, asuransi
jiwa, tur keliling dunia, dan sebagainya). Kesediaan pelanggan untuk
merekomendasikan produk kepada teman atau keluarganya menjadi ukuran
yang penting untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.
6. Ketidakpuasan Pelanggan (Costumer Dissatissfaction)
Beberapa macam aspek yang sering ditelaah guna mengetahui ketidakpuasan
pelanggan, meliputi :
a) komplain
b) retur atau pengembalian produk
c) biaya garansi
d) product recall (penarikan kembali produk dari pasar)
e) gethok tular negative
f) defections konsumen yang beralih ke pesaing.

21

3. Loyalitas Konsumen
Menurut Ratih (2005) definisi loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan
bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian
ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun
pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Griffin (2005) definisi
pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang memiliki ciri-ciri antara lain melakukan
pembelian secara berulang pada badan usaha yang sama, membeli lini produk dan
jasa yang ditawarkan oleh badan usaha yang sama, memberitahukan kepada orang
lain kepuasan-kepuasan yang didapat dari badan usaha dan menunjukkan kekebalan
terhadap tawaran dari pesaing.
Griffin (2005) mengemukakan pelanggan yang loyal memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Melakukan pembelian berulang yang teratur
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen setia untuk melakukan pembelian ulang
terhadap produk atau jasa tertentu dalam suatu periode tertentu.
b. Pembelian antarlini produk dan jasa
Konsumen yang loyal tidak hanya membeli suatu jenis produk atau jasa saja,
tetapi membeli lini produk atau jasa lain pada badan usaha yang sama.
c. Mereferensikan kepada orang lain
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang setia akan merekomendasikan halhal yang positif mengenai produk atau jasa dari perusahaan tertentu kepada
rekan dan keluarga, dan meyakinkan bahwa produk atau jasa tersebut merupakan
produk yang baik. Sehingga orang lain akhirnya ikut membeli dan menggunakan
produk atau jasa dari badan usaha tersebut.
d. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing
Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan yang loyal akan menolak untuk
mempertimbangkan tawaran produk atau jasa dari pesaing karena produk atau
jasa yang dikonsumsi saat ini telah memberikan kepuasan yang akhirnya
berujungpada loyalitas terhadap produk atau jasa tersebut.
Dari karakteristik pelanggan yang loyal diatas terlihat bahwa pelanggan yang
loyal memenuhi karakteristik : melakukan pembelian ulang secara teratur, membeli
antarlini produk dan jasa, merekomendasikan kepada orang lain, dan menunjukkan
kekebalan dari daya tarik pesaing, dengan kata lain tidak mudah terpengaruh oleh
produk atau jasa dari pesaing.
4. Hipotesis
Definisi dari citra merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek yang
terdiri dari sekumpulan asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen yang
menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu merek. Citra merek yang
positif dapat membuat orang yang sebelumnya belum mengkonsumsi produk menjadi
tertarik untuk mencoba untuk mengkonsumsi produk. Hal tersebut lah yang
diharapkan oleh kebanyakan perusahaan, dengan citra merek mereka yang positif
diharapkan semakin banyak orang yang menggunakan produk mereka, dan setelah
menggunakannya konsumen dapat mencapai pada titik dimanatimbul rasa kepuasan
atas produk yang dikonsumsi.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Astri Ayu Lutfiana, Saryadi, dan
Andi Wijayanto, Universitas Diponegoro Semarang, yang berjudul Pengaruh Citra
22

Merek dan Kualitas Produk Dengan Kepuasan Konsumen Sebagai Variabel Antara
Terhadap Loyalitas Konsumen Air Minum Merek Aqua. Pada penelitian ini
diketahui bahwa variable citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
konsumen, yang berarti bahwa citra merek yang baik akan mendasari peningkatan
kepuasan konsumen.
H1 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap kepuasan
konsumen.
Memiliki konsumen yang loyal meupakan idaman dari seluruh perusahaan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Melka Neria S, Universitas Indonesia, Pengaruh
Citra Merek Terhadap Loyalitas Konsumen Maskapai Penerbangan Garuda
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditarik
kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang kuat dan positif antara variabel citra merek
terhadap loyalitas pelanggan maskapai Garuda Indonesia. Citra merek juga
berpengaruh terhadap pembentukan loyalitas pelanggan Garuda Indonesia.
H2 : Terdapat pengaruh positif antara citra merek terhadap loyalitas konsumen.
Selanjutnya mengenai pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen.Perusahaan selalu berharap bahwa konsumen yang sudah merasakan
kepuasan terhadap produk perusahaan dapat terus bekembang menjadi konsumen
yang loyal terhadap perusahaan. Penelitian yang mewakili hal tersebut telah
dipaparkan oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma. Hasil dari penelitian itu
mengatakan variable loyalitas mempunyai hubungan yang signifikan dengan variable
kepuasan dilihat dari hasil uji regresi yang dilakukan.
H3 : Terdapat pengaruh positif antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Toko Zoom Motor, jalan Kebon
Jeruk III no.35B, Jakarta Barat.
2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini memilih konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk
produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,
Jakarta Barat, dan karena jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka dilakukan
pengambilan sampel untuk penelitian ini. Penentuan banyaknya jumlah sampel
sebagai responden harus disesuaikan dengan banyaknya jumlahitem pertanyaan yang
digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n observasi x 5.
Kuesioner dibagikan kepada konsumen yang membeli produk TDR Racing (produk
produk yang posisi mereknya terlihat oleh umum) di toko Zoom Motor Kebon Jeruk,
Jakarta Barat. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner
adalah13 item pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel,
sehingga jumlah kuisioner yang digunakan adalah sebanyak 65 responden, namun
kuesioner yang dibagikan sebenarnya sebanyak 70 responden.

23

3. Definisi Operasional Variabel


Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji
hipotesis penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen
variabel tersebut. Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut :
Tabel 1 Definisi operasional variabel
Nama Variabel
Konstruk

Citra Merek (Stephen


L. Sondoh et al,2007)

Indikator (Variabel Terukur)


A.Experential benefit
1. Menggunakan produk TDR Racing
membuat saya merasa hebat.
B.Functional benefit
2. Performa produk TDR racing seperti
yang dijanjikan.
3. TDR Racing membuat motor lebih
kencang.
C.Appearance enhances
4. TDR Racing memberikan solusi
yang sesuai dengan harapan saya.

D.Overall satisfaction
1. Saya pikir saya melakukan
keputusan yang tepat dengan
menggunakan TDR Racing.
2. Saya yakin TDR Racing dapat
memberikan pengalaman yang
Kepuasan Pelanggan
menyenangkan.
(Stephen L. Sondoh
3. Saya puas terhadap pilihan saya
et al,2007)
menggunakan produk TDR Racing.
4. Keputusan menggunakan TDR
Racing adalah pilihan yang
bijaksana.
5. TDR Racing dapat memuaskan
kebutuhan saya.

Loyalitas Pelanggan
(Stephen L. Sondoh
et al,2007)

E.Loyalty intention
1. Produk TDR Racing adalah pilihan
utama saya.
2. Saya berniat untuk terus
menggunakan produk TDR Racing.
3. Saya akan membeli kembali produk
TDR Racing.
4. Saya akan merekomendasikan
produk TDR Racing kepada temanteman saya.

Ukuran

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat


tidak setuju dan 5 = sangat
setuju

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat


tidak setuju dan 5 = sangat
setuju

Skala 1 s/d 5, dimana 1= sangat


tidak setuju dan 5 = sangat
setuju

24

4. Analisis Structural Equation Model


Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah
tapi saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis
regresi, dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen
ini bisa menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. SEM adalah
sebuah teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi
berganda (yang bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor
(yang menyajikan unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat
digunakan untuk memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling
mempengaruhi secara bersama-sama.
Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu :
1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi
teoritis yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang
menyatakan hubungan antar dimensi atau variabel.
2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar
teori. Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan
kausalitas yang diujinya.
3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran
(measurement model) dan model struktrural (structural model).
4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan
SEM dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan
digunakan dalam pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik
varian / kovarian atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan
estimasi yang dilakukan.
5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk
menentukan model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified
atau unidentified. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut
ini :
a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya
disajikan.
c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif.
d. Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat
(Misalnya lebih dari 0,9).
6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini
kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of
fit sebagai berikut.
a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbandingan 5 observasi untuk
setiap parameter estimate
b. Normalitas dan linearitas
c. Outliers
d. Multicolinierity dan singularity
7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.

25

5. Model Penelitian

H1
H3
H2

Gambar 1 Model Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Pengujian Validitas Faktor
Sesuai rekomendasi dari Hair et.al (1998) bahwa variabel pengamatan yang
layak digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah
memiliki muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan
mempunyai kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih
besar daripada nilai kritis (>1,96).
Pada hasil analisis validitas butir indikator pada tabel order construct
penelitian, variabel observasi dari citra merek memiliki 4 indikator, variabel
kepuasan pelanggan 5 indikator, dan variabel loyalitas pelanggan memiliki 4
indikator. Berikut hasil akhir dari analisis validitas indicator konstruk penelitian.
Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order construct
Loading Factor
Indikator

Nilai t

Konstruk

Keterangan
1

0,66

0,65

5,61

5,51

Digunakan

0,61

0,62

5,09

5,16

Digunakan

0,71

0,71

6,09

6,10

Digunakan

CM4

0,67

0,67

5,67

5,71

Digunakan

KP1

0,65

0,64

5,75

Digunakan

0,79

0,79

7,54

5,41

Digunakan

0,66

0,67

5,93

4,74

Digunakan

CM1
CM2
CM3

KP2
KP3

Citra
Merek

Kepuasan
Pelanggan

26

KP4

0,76

0,77

7,21

5,29

Digunakan

KP5

0,66

0,61

5,94

4,41

Digunakan

LP1

0,75

0,70

6,86

Digunakan

0,83

0,87

7,88

6,08

Digunakan

0,54

0,58

4,54

4,42

Digunakan

0,37

3,02

Tidak
Digunakan

LP2
LP3

Loyalitas
Pelanggan

LP4

2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk


Menurut Bagozi dan Yi. (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki
construct reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali dan Fuad (2005)
menambahkan bahwa syarat reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja.
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa konstruk citra merek(CM), kepuasan
pelanggan (KP), dan loyalitas pelanggan (LP) seluruhnya memiliki reliabilitas yang
baik, diatas dari 0,6.
Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk
Indikator

Std.
Loading

CM1

0.65

CM2

0.62

0.62

CM3

0.71

0.5

CM4

0.67

0.55

KP1

0.64

0.59

KP2

0.79

0.37

KP3

0.67

0.55

KP4

0.77

0.41

KP5

0.61

0.62

LP1

0.7

0.51

LP2

0.87

0.24

LP3

0.58

0.66

Error

Costruct Reliability

Variance Extracted

0.76

0.44

0.83

0.49

0.77

0.53

0.57

27

3. Analisis Model Struktural


Tabel 4 Persamaan Modl Struktural
No.

Persamaan
KP = 0.76*CM, Errorvar.= 0.42 , R = 0.58

(0.17)

(0.18)

4.54

2.31

LP = 0.86*KP + 0.038*CM, Errorvar.= 0.21 , R = 0.79


2

(0.25) (0.19)

(0.10)

3.37

2.06

0.20

Dari tabel diatas tersebut diatas dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing
persamaan. Nilai R2 ini berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing
variabel independent mampu menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil diatas
dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Citra merekmempengaruhi kepuasankonsumen mempunyai R2 = 0,58. Hal ini
berarti 58% varian dalam kepuasan konsumen dapat dipengaruhi oleh citra
merek, sedangkan 42% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
2) Kepuasan konsumen dan citra merek secara bersama sama mempengaruhi
loyalitas pelanggan mempunyai R2= 0,79 atau 79% varian loyalitas pelanggan
dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan konsumen dan citra merek, sedangkan
21% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan konsumen dan citra
merek.
4. Analisis Goodness of Fit
Tabel 5 Analisa Goodness of Fit
Group

Indicator

Cut of Value

Degree of Freedom

Chi-square

Tingkat
Kecocokan

50

Nilai yang kecil

NCP

Value

62,52

Baik

12,52

p> 0,05

0,11

28

RMSEA

RMSEA 0,08

0,060

Good Fit

P Value

p 0,05

0,35

Baik

2
ECVI Model
ECVI Saturated

3
ECVI Independence

1,72
ECVI Model dekat
dengan
ECVI
Saturated

AIC Model
AIC Saturated

2,26
Baik
6,28

118,52
AIC Model dekat
dengan
AIC
Saturated

AIC Independence

156

Baik

433,49

4
CAIC Model
CAIC Saturated

209,48
CAIC Model dekat
dengan
CAIC
Saturated

CAIC Independence

Kurang Baik

472,47

NFI

NFI 0,90

0.83

Marginal Fit

CFI

CFI 0,90

0.95

Good Fit

NNFI 0,90

0.93

Good Fit

IFI

IFI 0,90

0.95

Good Fit

RFI

RFI 0,90

0.78

Marginal Fit

PNFI

Nilai Tinggi

0.63

Baik

CN 200

78,37

Kurang Baik

RMR 0,05

0.067

Kurang Baik

GFI 0,90

0.87

Marginal Fit

AGFI

AGFI 0,90

0.80

Marginal Fit

PGFI

PGFI 0,50

0.56

Baik

NNFI

409,38

Critical N
Standardized RMR
GFI

Pengujian 1 :Statistic Chi-Square


Chi Square (50) = 62,52, (p = 0,11) menunjukan kecocokan yang tidak mencukupi,
karena nilai Chi Square nya besarmeskipun propabilitas p p = 0,11 > 0,05.
NCP = 12,52 bernilai besar, menunjukkan kecocokan yangtidak mencukupi.
Pengujian 2 :Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA = 0,060 menunjukkan good fit. Kecocokan model cukup baik.
29

P-value for test of close fit (RMSEA 0,05) = 0,35, kecocokan keseluruhan model
baik.
Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI)
ECVI model (1,72) dibandingkan dengan ECVI saturated model (2,26) dan ECVI
independence model (6,28)
ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model dan jauh dari ECVI
independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati saturated
daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,54 sampai 2,07,
maka diperoleh kecocokan yang baik.
Pengujian 4 :Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike
Information Creterion (CAIC)
AIC model (118,52) dibandingkan dengan AIC saturated model (156) dan AIC
independence model (433,49). AIC modeldekat dengan AIC saturatedmodel dan
jauh dari AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik.
CAIC model (209,48) jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (409,38) dan juga
lebih besar dari CAIC independence (472,47), maka menunjukkan kecocokan yang
tidak baik.
Pengujian 5 :Fit Index
Normed fit index (NFI) = 0.83 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit.
CFI = 0,95 (lebih dari 0.90)menunjukkan model yang sesuai.
Tucker-Lewis Index atau Non normed fit index (NNFI) = 0,93 (diatas 0,90)
menunjukkan good-fit.
Incremental Fit Index (IFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.
Relative Fit Index (RFI) = 0.78menunjukkan marginal fitdan Comparative Fit Index
(CFI) = 0,95 menunjukkan good-fit.
Parsimonius Normed Fit Index (PNFI) = 0.63 digunakan untuk perbandingan model,
menunjukkan kecocokan yang mencukupi.
Pengujian 6 :Critical N
Critical N (CN) = 78,37 => model tidak mewakili sampel data
Pengujian 7 :Goodness of Fit
Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan
dari fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variancecovariance matrix dari sampel data.
Standardized RMR = 0.067 (> 0.05) menunjukkan mediacore fit..
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.87menandakan model yang diuji memiliki
kesesuaian yang cukup baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.80
menunjukkan marginal fit.
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.56 digunakan dalam perbandingan
model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.
Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian
menunjukkan kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang
mencukupi kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh
model (goodness of fit ) model ini memenuhi syarat.
30

5. Pengujian Hipotesis
Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural
Hipotesis

Pernyataan hipotesis

Nilai-t

Keterangan

4,54

Data
mendukunghipotesis

H1

Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek


terhadap Kepuasan Konsumen.

H2

Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek


terhadap Loyalitas Konsumen.

0,20

Data
tidakmendukung
hipotesis

H3

Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan


Konsumen terhadap Loyalitas Konsumen.

3,37

Data mendukung
hipotesis

a. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Kepuasan Konsumen.


Hal ini didapat dari nilai t- values 4,54> 1,96, yang berarti hipotesis dapat
diterima. Hal tersebut membuktikan bahwaCitra Merek yang dimiliki oleh
produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi
puas terhadap produk TDR Racing.
b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang
didapatkan 0,20< 1,96. Hal tersebut berarti Citra Merek yang baik yang dimiliki
TDR Racing tidak menjamin membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk
TDR Racing. Hal ini mungkin dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang
membuat konsumen untuk menjadi loyal, salah satunya bisa saja dari segi
kualitas produk yang dimiliki TDR Racing.
c. Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas
Konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai T-values 3,37> 1,96. Yang
berartihal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk
TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap
produk TDR Racing

KESIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation
model (SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 2 hipotesis yang signifikan dan 2
hipotesis lainnya tidak signifikan. Terdapat pengaruh positif antara Citra Merek
terhadap Kepuasan Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwaCitra Merek yang dimiliki
oleh produk TDR Racing mampu mempengaruhi atau membuat konsumen menjadi puas
terhadap produk TDR Racing.
Tidak terdapat pengaruh positif antara Citra Merek terhadap Loyalitas Konsumen.
Hal ini menunjukkan Citra Merek yang baik yang dimiliki TDR Racing tidak menjamin
membuat konsumen menjadi loyal terhadap produk TDR Racing. Hal ini mungkin
dikarenakan terdapat faktor-faktor lain yang membuat konsumen untuk menjadi loyal,
salah satunya bisa saja dari segi kualitas produk yang dimiliki TDR Racing.
Terdapat pengaruh positif antara Kepuasan Konsumen terhadap Loyalitas
Konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang sudah puas terhadap produk
31

TDR Racing berkemungkinan besar menjadi konsumen yang loyal terhadap produk
TDR Racing.
SARAN
Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat
diimplementasikan di masa yang akan dating, seperti perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai pengaruh kualitas produk terhadap citra merek, kepuasan pelanggan,
dan loyalitas pelanggan. Kualitas produk merupakan salah satu aspek penting dalam
membangun citra yang positif dan menciptakan rasa puas konsumen yang akhirnya
berujung pada loyalitas.
PERSANTUNAN
Terima kasih disampaikan yang sebesar besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar
R. S, SE, MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama
penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik toko Zoom
Motor Kebon Jeruk, Ibu Yenny Hendri, yang telah memberikan kesempatan untuk
dijadikan tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A., Managing Brand Equity: Capitalizing On The Value of Brand Name.
Free Press, New York, 1991
Armstrong, Garry dan Philip Kotler, Marketin an Introduction, Edition 8.Pearson
Prentice Hall, New Jersey, 2007
Auda, Rima Zhuhriah, Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. (2009)
Griffin, Jill, Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Erlangga, Jakarta, 2005
Haerudin, Heri, Pengaruh Citra Merek Sepeda Motor Honda Terhadap Minat Beli
Konsumen.Skripsi.Bandung : Universitas Pasundan. (2010)
Hair et.al, Multivariate Data Analysis, 7th Edition.Pearson Prentice Hall, New Jersey,
2010
Hurriyati, Ratih, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Cetakan pertama.
Alfabeta, Bandung, 2005
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis.BPFE,
Yogyakarta, 2002
Jumhur, Adang, Metode Penelitian Kuantitatif. Pustaka Setia, bandung, 2012
Keller, Kevin Lane, Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing
Brand Equity 3rd Edition. Pearson Education, Inc, Upper Saddle River, 2008
Kotler, Philip, Marketing Management 11th Edition. International Prentice Hall, New
Jersey, 2003
, Manajemen Pemasaran, Edisi 11, Jilid 2. INDEKS, Jakarta, 2005
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, Manajemen Pemasaran, Jilid 1.PT.Prenhallindo,
Jakarta, 2000
, Marketing An Introduction Eight Edition. Pearson Prentice Hall, New Jersey,
2007
Meenaghan, Tony, The Role of Advertising in Brand Image Development. Journal of
Product and Brand Management Vol.4 Iss.4, 1995
Mowen, J.C dan M. Minor, Perilaku Konsumen, Andi, Yogyakarta, 2001
32

Rahma, Eva Sheilla, Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra merek Terhadap
Minat Beli dan Dampaknya Pada Keputusan Pembelian.Skripsi.Semarang :
Universitas Diponegoro. 2007
Rangkuti, Freddy, Measuring Customer Satisf ication Teknik Mengukurdan Strategi
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN-JP,PT. Gramedia
PustakaUtama, Jakarta, 2002
Simamora, Bilson, Aura Merek (7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat). PT.
Gramedia Pustaka Umum,Jakarta,2002
Stephen et.al, The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention
In The Context Of Colour Cosmetic. Asian Academy of Management Journal,
Vol.12, No.1.Malaysia, 2007
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif.Alfabeta, Bandung,
2011
Tjiptono, Fandy, Strategi Pemasaran, Edisi 1. Andi, Yogyakarta, 1997
, Strategi Pemasaran, Edisi 2. Andi, Yogyakarta, 2002
, Pemasaran Jasa, Edisi 1. Bayumedia, Malang, 2006
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17&notab=12

33

PERILAKU KONSUMEN DALAM MEMBANGUN KEPUASAN


DAN LOYALITAS PADA PRODUK LAPTOP ASUS DI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Anggrahini Puspitasari
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul,
Jakarta
anggrahinip@yahoo.com

ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh harga dan kualitas produk terhadap
loyalitas konsumen melalui kepuasan konsumen produk Laptop Asus. Penelitian ini
dilakukan di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, dengan jumlah sampel sebanyak
delapan puluh lima responden dimana pengambilan sampel menggunakan metode cross
sectional.
Dari hasil analisis yang diperoleh bahwa harga memberikan pengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen, dan kepuasan konsumen memberikan pengaruh positif terhadap
loyalitas konsumen. Hal tersebut dapat menjadi positif karena Laptop Asus merupakan
salah satu produk yang paling banyak diminati oleh konsumen, khususnya pada Laptop
Asus.
Key Word : Price, Product Quality, Customer Loyalty, Customer Satisfaction.

PENDAHULUAN
Asus merupakan salah satu vendor pembuat perangkat komputer terbesar di
dunia. Perusahaan asal Taiwan ini memiliki banyak sekali portofolio produk notebook
maupun netbook yang telah diluncurkan produk notebook Asus terkenal tangguh
dengan harga relatif terjangkau sehingga banyak kalangan yang merekomendasikan
merk ini, kabar baiknya daftar harga laptop Asus cenderung lebih murah dibanding
merk lain meskipun spesifikasi yang ditawarkan setara atau bahkan lebih tinggi. Dewasa
ini memang penggunaan perangkat notebook atau laptop sudah umum dan lumrah
digunakan siapa saja mulai dari siswa sekolah hingga mahasiswa perguruan tinggi,
kalangan pekerja atau karyawan, penggiat bisnis kecil UKM, rumah tangga, hingga
profesional mudah yang membutuhkan perangkat komputer jinjing untuk menjalankan
aktifitasnya. Harga laptop Asus yang bermacam-macam jenis dan tipe, semua orang
dapat memilih tipe laptop berdasar kebutuhan dan budget yang dimilikinya. Ada laptop
untuk pelajar, laptop untuk pekerja berat misalnya rendering video dan menjalankan
program berat hingga laptop untuk hiburan seperti bermain game atau menonton film
berkualitas tinggi dan Asus menyediakan semuanya tinggal kita memilih mana yang
34

cocok ( www.asus.com diakses tanggal 13 juli 2014).


Oleh karena itu, dengan banyaknya manfaat yang diperoleh dari laptop
menyebabkan permintaan laptop meningkat dari kalangan mahasiswa. Banyaknya
merek laptop yang ada di Indonesia membuat mahasiswa dihadapkan pada berbagai
macam pilihan merek laptop yang saling mengunggulkan harga, kualitas produk, serta
desain produk yang menarik konsumen. Laptop sekarang ini sudah menjadi barang yang
sangat penting dalam dunia modern. Laptop merupakan penyempurnaan dengan bentuk
dan pembawaan yang lebih fleksibel dari komputer. Jika komputer menyala harus
dengan dialiri arus listrik, maka laptop bisa dibawa kemana-mana karena memakai
sumber tenaga berupa baterai. Namun, seiring waktu dalam penggunaannya, baterai
laptop menjadi komponen yang paling rawan untuk rusak (daya tahan yang menjadi
boros dan lemah). Hal ini dikarenakan arus yang mengaliri laptop tersebut tidaklah
stabil atau sering naik turun.
Pasti
kita sering menjumpai beberapa orang yang suka mengeluh tentang daya kapasitas
baterai laptopnya yang terus mengalami penurunan. Ada yang dipakai satu setengah jam
saja, kemudian mati, ada yang sampai kurang dari 30 menit baterai laptop sudah mati,
bahkan ada juga yang parah, sampai baterai laptop tidak tahan sama sekali, dengan
kata lain notebook jika mau di nyalakan harus dihubungkan ke charger dan ke aliran
listrik. Ada beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar kita yang banyak
mengeluhkan tentang baterai laptopnya yang sering mati mendadak, ataupun baterai
laptopnya yang tidak tahan lama jikalau dipakai ( www.kompasiana.com diakses
tanggal 13 juli 2014).
Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) mendefinisikan salah satu strategi tersebut
adalah strategi penentuan harga, yaitu bagaimana menentukan harga yang sesuai dengan
keadaan dari produk yang ditawarkan. Studi kasus pemilihan merek laptop ini dilakukan
di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
mempertimbangkan pentingnya peranan laptop bagi mahasiswa dalam bidang
pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya mahasiswa yang
menggunakan laptop di kampus setiap Fakultas dan di area sekitar kampus Universitas
Esa Unggul.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membahas
keadaan sebuah penelitian. Sehingga diputuskan mengambil judul Analisis Pengaruh
Harga dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Konsumen Melalui Kepuasan
Konsumen : Studi Pada Produk Laptop Asus di Universitas Esa Unggul. Maka
tujuan penelitian ini sebagai berikut : a). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh
antara harga terhadap kepuasan konsumen produk laptop ASUS, b). Untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen produk
laptop ASUS, c). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kepuasan
konsumen terhadap loyalitas konsumen produk laptop ASUS, d). Untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh antara harga terhadap loyalitas konsumen produk laptop
ASUS, e). Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap
loyalitas konsumen produk laptop ASUS.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : a). Bagi Penulis, diharapkan
dapat menambah pengetahuan dan informasi yang sangat berguna mengenai pengaruh
Harga dan Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen
pada produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, b). Bagi Mahasiswa, dapat
35

dijadikan referensi apabila ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh Harga dan
Kualitas Produk terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen pada
produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, c). Bagi Perusahaan, untuk
mengetahui keinginan konsumen tentang laptop dengan harga yang terjangkau tetapi
memiliki kualitas yang baik sehingga konsumen akan merasa puas akan produk Laptop
ASUS, dan berinovasi terhadap produk tersebut sehingga pelanggan tetap loyal.

TINJAUAN PUSTAKA
Apa yang disebut pemasaran? Banyak orang berfikir bahwa pemasaran hanyalah
menjual dan mengiklankan. Itu tidak mengherankan, karena setiap hari kita dibombardir
dengan iklan televisi, penawaran surat langsung, penawaran lewat telepon, dan melalui
internet. Sesungguhnya, penjualan dan iklan hanyalah puncak dari gunung es
pemasaran. Karena itu kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai proses
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai
imbalannya ( Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2006). Dalam arti yang sempit, harga
(price) adalah jumlah yang ditagihkan atau suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi,
harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan
keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Sepanjang
sejarahnya, harga telah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pilihan para pembeli.
Dalam beberapa dekade terakhir, beberapa faktor di luar harga menjadi semakin
penting. Namun, harga tetap menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam
menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan (Philip Kotler dan Gary
Armstrong, 2006:345). Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu
perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh
perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang maupun jasa (
http://www.bny.web.id/media, diakses 8 Juli 2009). Kualitas adalah salah satu alat
pemasaran yang penting. Kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan dan
konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dahulu harus memilih
tingkatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya. Dalam
dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja yaitu kemampuan produk untuk
melakukan fungsi-fungsinya. Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat
berarti konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsisten yang tinggi tersebut
kualitas produk berarti kualitas kesesuaian bebas dari kecacatan dan kekonsistenan
dalam memberikan tingkatan kualitas yang akan dicapai/dijanjikan. Semua perusahaan
harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas kesesuaian yang tinggi. Dengan
demikian, sekarang banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan oleh
pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan kepuasan dan
nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan akan kualitas. Saat ini, secara nyata kualitas telah menjadi
keharusan supaya dapat bersaing di abad dua puluh satu ini, hanya perusahaan yang
mempunyai kualitas yang terbaik yang akan berhasil. Oleh karena itu kualitas produk
adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-fungsinya; kemampuan itu
meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan
dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara keseluruhan (Philip
Kotler dan Gary Armstrong, 2003:347).
36

Secara umum, kepuasan (satisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang
yang timbul karena membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil)
terhadap ekspektasi mereka (Philip Kotler dan Gary Armstrong, 2008:139). Pelanggan
yang sangat puas biasanya tetap setia untuk waktu yang lebih lama, membeli lagi ketika
perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produk lama,
membicarakan hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang lain, tidak
terlalu memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif terhadap harga,
menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya lebih
murah dibandingkan pelanggan baru karena transaksi dapat menjadi hal rutin ( Philip
Kotler dan Gary Armstrong, 2008:140).
Rizan
mendefinisikan loyalitas adalah suatu komitmen yang kuat untuk melakukan pembelian
ulang atau berlangganan suatu produk atau pelayanan secara konsisten, serta tidak
mudah terpengaruh pada lingkungan yang ada atau upaya aktivitas pemasaran para
pesaing, serta aspek-aspek lain yang dapat mendorong pelanggan untuk beralih ke
perusahaan lain (Rizan, 2010:26). Menurut Kartajaya menyatakan pelanggan yang
paling loyal adalah pelanggan paling lama bersama perusahaan dan membeli produk
kita lebih banyak (Hermawan Kartajaya, 2007: 34).

METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan jenis penelitian yang dilakukan penelitian ini menggunakan metode
cross sectional. Teknik yang digunakan yaitu teknik convenience sampling. Adapun
lokasi penelitian ini adalah di Universitas Esa Unggul. Populasi dalam penelititan ini
adalah mahasiswa yang pernah menggunakan Laptop ASUS. Sedangkan jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 85 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis Structural Equation Modeling (SEM).
Operasionalisasi variabel sangat penting untuk memperoleh data yang dapat
menguji hipotesis dan melihat kecocokan model yang telah dibangun berdasarkan
konstruk teori. Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
memudahkan dan mengarahkan penyusunan kuesioner. Adapun operasionalisasi dari
variabel tersebut sebagai berikut : a). Harga (X1) adalah sejumlah uang yang
dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli produk Laptop ASUS yang dinyatakan
dalam uang, dimana laptop asus memberikan harga yang terjangkau, serta mendapatkan
potongan harga dari produk laptop asus, b). Kualitas Produk (X2) adalah sesuatu yang
ditawarkan oleh ASUS untuk mempengaruhi konsumen, dimana laptop asus memiliki
tampilan menarik, fitur, dan daya tahan produk laptop asus, c). Kepuasan Konsumen
(Y1) adalah perasaan senang atau tidak terhadap suatu produk yang kita inginkan
diantaranya pengalaman yang memuaskan dan memenuhi harapan konsumen laptop
asus, d). Loyalitas Konsumen (Y2) adalah respon konsumen dalam pembelian yang
konsisten terhadap laptop asus dengan indikator loyalitas konsumen yaitu mengatakan
hal-hal positif, merekomendasikan produk kepada orang lain dan percaya akan kualitas
yang diberikan oleh Laptop ASUS.

37

Model Penelitian

Harga

Kepuasan
Konsumen

Loyalitas
Konsumen

Kualitas
Produk

Gambar 2.5 Model Konseptual


Hipotesis
H1 : Harga mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H2 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap kepuasan konsumen.
H3 : Kepuasan konsumen mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
H4 : Harga mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.
H5 : Kualitas produk mempunyai pengaruh terhadap loyalitas konsumen.

HASIL
Dalam penelitian ini, terdapat lima hipotesis yang diuji, dan berdasarkan hasil
pengujian, diperoleh kesimpulan bahwa hanya ada dua hipotesis yang didukung oleh
data, dan tiga hipotesis dinyatakan tidak didukung oleh data.
Tabel 5.12 Pengujian Hubungan Model Struktural

Hipotesis Pernyataan hipotesis

Nilai-t

H1

Harga
mempunyai
pengaruh
terhadap 0,58
kepuasan konsumen

H2

Kualitas

produk 1,49

Keterangan
Data
tidak
mendukung
hipotesis
Data

tidak
38

mempunyai
terhadap
konsumen

pengaruh
kepuasan

mendukung
hipotesis

H3

Kepuasan
konsumen
mempunyai
pengaruh 2,05
terhadap
loyalitas
konsumen.

H4

Harga
mempunyai
pengaruh terhadap loyalitas 2,70
konsumen

Data mendukung
hipotesis

H5

Kualitas
mempunyai
terhadap
konsumen

Data
tidak
mendukung
hipotesis

produk
pengaruh
-0,17
loyalitas

Data mendukung
hipotesis

PEMBAHASAN
Dari Tabel yang menggambarkan uji signifikasi, maka dapat
berikut :

disimpulkan sebagai

a). Harga (X1) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini
disebabkan nilai T-value 0,58 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya harga
yang telah diberikan oleh ASUS kepada konsumen kurang sesuai sehingga tidak
menimbulkan kepuasan konsumen Laptop ASUS. Hasil studi ini bertentangan dengan
hasil studi Irawan yang melakukan penelitian tentang pengaruh harga terhadap kepuasan
konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek penelitian dan
responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan hasil
penelitian.
b). Kualitas Produk (X2) tidak berpengaruh terhadap kepuasan konsumen (Y1). Hal ini
disebabkan nilai T-value 1,49 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas
Laptop ASUS kurang sesuai dengan yang diinginkan konsumen sehingga konsumen
tidak merasa puas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ridwan
Amiruddin yang melakukan penelitian tentang pengaruh kualitas produk terhadap
kepuasan konsumen. Hasil yang bertentangan ini dikarenakan salah satunya objek
penelitian dan responden yang berbeda dan perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
hasil penelitian.
c). Kepuasan konsumen (Y1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini
disebabkan nilai T-value 2,05 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya
konsumen sudah merasa puas dengan Laptop ASUS sehingga menimbulkan sikap loyal
39

terhadap Laptop ASUS. Hasil studi ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Taylor. Taylor juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara
kepuasan dan loyalitas konsumen.
d). Harga (X1) berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini disebabkan nilai
T-value 2,70 sudah memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kondisi ini dikarenakan
harga berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Hasil hipotesis ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Aristo dan Ari Setyanigrum. Aristo
dan Ari Setyanigrum juga membuktikan bahwa terdapat pengaruh antara harga dan
loyalitas konsumen.
e). Kualitas produk (X2) tidak berpengaruh terhadap loyalitas konsumen (Y2). Hal ini
disebabkan nilai T-value -0,17 tidak memenuhi nilai yang disyaratkan, artinya kualitas
Laptop ASUS kurang sesuai dengan konsumen sehingga tidak mempengaruhi
konsumen untuk loyal pada laptop asus. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
sebelumnya oleh Gremler dan Brown yang melakukan penelitian tentang pengaruh
kualitas produk terhadap loyalitas konsumen. Dari hasil ini menunjukkan bahwa
kualitas produk mempengaruhi loyalitas konsumen.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Harga dan Kualitas Produk
terhadap Loyalitas Konsumen melalui Kepuasan Konsumen : Studi Pada Produk Laptop
ASUS di Universitas Esa Unggul Jakarta Barat, maka telah diperoleh kesimpulan
berdasarkan hasil pengolahan data sebagai berikut : a). Tidak terdapat pengaruh antara
harga terhadap kepuasan konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul,
Jakarta Barat, b). Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kepuasan
konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat, c). Terdapat
pengaruh antara kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen produk Laptop ASUS
di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat d). Terdapat pengaruh antara harga terhadap
loyalitas konsumen produk Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat e).
Tidak terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap loyalitas konsumen produk
Laptop ASUS di Universitas Esa Unggul, Jakarta Barat.
Adapun saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih
menyeluruh yang tidak hanya berdasarkan lingkup harga dan kualitas produk, kepuasan
konsumen serta loyalitas konsumen. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain
untuk melihat variabel apa saja yang dapat mempengaruhi dan dapat meningkatkan
loyalitas bagi para konsumen.

Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya tercinta yang sangat luar biasa memberikan
semangat dan dorongan baik materi maupun dorongan moril serta tiada henti-hentinya
mendoakan saya agar dapat menyelesaikan skripsi ini.
40

DAFTAR PUSTAKA
Garvin, D. A. (1987). Managing Quality. New York: The Free Press.
Hasym dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press.
Handi Irawan. 2006. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Cetakan ketujuh. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Kotler, Philip,1996. Marketing. Jilid 1. Edisi Bahasa Indonesia dari Marketing
Essentials. Erlangga, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,
Indeks, Jakarta.
Kotler, Philip dan Gary Amstrong (2004), Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi Kesembilan,
Indeks, Jakarta.
Kotler, P and Keller K. L. 2006. Marketing Management, Twelfth Edition, Perason
Education International, Singapore.
Stanton William J,1998. Prinsip Pemasaran. Erlangga, Jakarta.
Supranto, J. (2001), Pengukuran Tingkat Kepuasan pelanggan Untuk Menaikkan
Pangsa Pasar, Rineke Cipta, Jakarta.
Sugiyono. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Swastha, Basu DH, 1990. Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. (2001). Strategi Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kelima.
ANDI OFFSET, Yogyakarta.
www.teknogadget.com, diakses tanggal 13 juli 2014
www.kompasiana.com, diakses tanggal 13 juli 2014
www.asus.com, diakses tanggal 13 juli 2014

41

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA


TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI PT. JREAL PROPERTY

Aprilia
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
apriliaganie@gmail.com

ABSTRAKS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah motivasi dan lingkungan kerja
mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk serta faktor
apakah yang paling signifikan yang berpengaruh antara motivasi kerja dan lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Populasi dalam penelitian ini
adalah jumlah seluruh karyawan PT. JaReal Property, Tbk sebanyak 407 orang. Dari
populasi ini akan ditarik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai
responden.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling.
Dengan menggunakan rumus Slovin maka dapat diketahui jumlah sampel 80 dengan
pembulatan menjadi 82. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah Analisis
Regresi Linier Berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi dan lingkungan
kerja berpengaruh secara bersama-sama dengan nilai signifikan 0,007 < 0,05.
Sedangkan secara sendiri-sendiri faktor motivasi kerja memiliki pengaruh terhadap
kinerja karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan faktor lingkungan kerja tidak
berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan dengan nilai signifikan
0,831 > 0,05. Dari hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, maka yang paling
dominan mempengaruhi kinerja karyawan adalah variabel motivasi. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil perhitungan thitung masing-masing variabel, dimana thitung
motivasi kerja (2,921) > thitung lingkungan kerja (0,241).
Kata Kunci: Motivasi Kerja, lingkungan kerja, dan kinerja karyawan.

42

PENDAHULUAN
Dalam mengembangkan perusahaan dunia bisnis saat ini dituntut untuk
menerapkan manajemen sumber daya manusia yang baik dan menghasilkan karyawan
yang berkualitas tinggi. Manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan
pemanfaatan pegawai dalam rangka tercapainya tujuan dan sasaran individu, organisasi,
masyarakat, bangsa dan internasional yang efektif. Suatu perusahaan dikatakan berhasil
apabila perusahaan tersebut mampu mencapai target dan tujuan yang diinginkan, untuk
meraih apa yang diinginkan perusahaan, maka perusahaan perlu memiliki alat penggerak
utama yaitu karyawan yang memiliki kinerja yang tinggi, disiplin waktu serta maksimal
dalam menjalankan job desk-nya. Dalam setiap aktivitasnya, karyawan membutuhkan
motivasi untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi agar bekerja secara giat dan
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Selain dari motivasi, lingkungan
kerja juga memiliki peran yang tak kalah penting untuk mendukung keseharian dari
karyawan tersebut bekerja. Apabila lingkungan kerja yang dirasakan baik serta nyaman,
maka kinerja karyawan akan meningkat, perhatian dari perusahaan dalam menciptakan
lingkungan kerja yang memadai merupakan hal penting dalam peningkatan kinerja
karyawannya. Salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktibitas kerja
karyawan adalah upaya-upaya dalam peningkatan motivasi kerja yang memadai, seperti
pemenuhan kebutuhan baik yang bersifat eksternal ataupun internal, sehingga harus
disadari bahwa salah satu alasan karyawan bekerja di dalam suatu perusahaan adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan ekonominya serta
kebutuhan akan berprestasi yang mendapat pengakuan dari orang lain, dan dengan
adanya kepastian dalam menerima upah atau gaji, sehingga karyawan merasa terjamin
untuk dirinya dan keluarga yang menjadi tanggungannya, demikian pula pada
perkembangan karier sebagai kebutuhan dari karyawan untuk mengaktualisasi
kemampuan diri dan potensi yang dimiliki. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan adalah lingkungan kerja. Meskipun
lingkungan kerja tidak melaksanakan proses kerja dalam suatu perusahaan, namun
lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan yang melaksanakan
proses kerja tersebut. Semakin baik lingkungan kerja, maka semakin baik pula kinerja
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
PT. JReal Property, Tbk merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan
yang menginginkan sumber daya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dan potensial
dalam mencapai tujuan perusahaan dengan harapan para karyawan memiliki kinerja
karyawan yang maksimal. Persaingan dibidang property saat ini semakin meningkat
tajam, munculnya berbagai pesaing dalam bidang property menjadi acuan untuk
perusahaan menghasilkan serta mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas
di dalam perusahaan. Namun dalam upaya menciptakan kinerja karyawan yang tinggi
dan optimal, nampaknya masih terdapat berbagai masalah atau kendala yang membuat
perusahaan sulit untuk mencapai tujuan dari perusahaan itu sendiri. Kendala yang timbul
tersebut dapat menjadi ancaman namun bila diatasi dengan baik akan menjadi faktor
yang membuat perusahaan berhasil dalam pencapaian tujuan organisasi. Dari berbagai
masalah dan kendala inilah membuat saya selaku peneliti tertarik untuk meneliti
penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan di PT. JReal Property, Tbk
43

Perumusan Masalah
1. Apakah motivasi kerja berpengraruh terhadap kinerja karyawan?
2. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?
3. Faktor manakah diantara motivasi kerja dan lingkungan kerja yang mempunyai
pengaruh paling dominan terhadap kinerja karyawan?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
3. Untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh paling dominan
terhadap kinerja karyawan

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. JReal Property Tbk.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014
Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staff karyawan PT. JReal Property, Tbk yang
berjumlah 407 orang.
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah :
Dalam pengambilan sampel sebagai responden pada penelitian ini menggunakan metode
simple random sampling. Metode ini digunakan karena objek yang diteliti tidak terlalu
besar. Ukuran sampel yang dijadikan dasar pengambilan sampel menggunakan rumus
Slovin, yaitu sebagai berikut:
n=
N
1+Ne2

Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = presentase kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir
Dengan menggunakan rumus slovin diatas, maka dapat ditentukan
jumlah sampel minimal, yaitu:
407
n=
1+ (407) (0.1) 2
44

407
n=
5,07
= 80,2 = 80
Jadi sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 80 responden dan
dibulatkan menjadi 82 responden.
Populasi dan sampel amat penting dijelaskan dalam rancangan penelitian yang
dimaksudkan untuk menarik generalisasi (memberlakukan kesimpulan hasil penelitian
terhadap populasi). Dalam rancangan penelitian, perlu secara tegas dinyatakan mana yang
menjadi populasi penelitian beserta seberapa besar sampel yang akan diteliti, dan
bagaimana teknik beserta prosedur yang ditempuh di dalam penarikan sampel yang
dimaksud.
Karena di dalam perusahaan terdiri dari beberapa divisi atau unit, maka untuk
menentukan pengisisan dari kuisoner dalam setiap unit digunakan teknik Random
Sampling, ialah teknik penentuan pengisian sampel dimana semua individu dalam
populasi, diberi kesempatan yang sama untuk mengisi kuisoner. Pengambilan ini
ditentukan tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji
dalam praktek.
Metode Analisis Data
1.

Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahan
suatu istrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi dan
sebaliknya bila tingkat validitasnya rendah maka istrumen tersebut kurang valid.
Rumus person product moment :
n( XY) (X Y)
r=
[nX2 (X)2] [ nY2 (Y)2]

Keterangan :
r
=
n
=
X1
=
X2
=
Y
=
2.

korelasi respon product moment


jumlah data sample
variable terikat kualitas pelayanan
variable terikat kepuasan pelanggan
variable terikat loyalitas pelanggan

Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur didalam mengukur gejala yang sama . Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. dengan
menggunakan Cronbach,s Alpha, dengan Rumus :
45

r11

b 2

k 1
t 2
Keterangan :
r11
= Reliabilitas intrumen
k
= Banyak butir pertanyaan
t2
= Varian total
b2
= Jumlah varian butir

3. Analisis Regresi Linear Berganda


Untuk mengukur serta menguji pengaruh faktor-faktor terhadap peningkatan
kinerja karyawan, khususnya untuk variabel motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja
(X2), maka dilakukan pengolahan data dengan persamaan regresi linear berganda
dengan menggunakan bantuan IBM SPSS Statistics 21. Hasil dari olahan data tersebut
terangkum dalam tabel dibawah ini:

Model

(Constant)
X1
X2

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.659
.439
.377
.129
.334
.028
.129
.025
a. Dependent Variable: Y

Sig.

3.775
2.921
.214

.000
.005
.831

Standardized Coefficients
Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS
Dari tabel diatas, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dimana:
Y= 1,659 +0,377X1 + 0.028X2
a= 1,659 artinya jika tidak ada perubahan pada motivasi dan lingkungan kerja yang
termasuk dalam variabel bebas, maka nilai kinerja karyawan sebesar 1,659
sebagai nilai konstan untuk variabel terikat.
b1= 0,377 artinya setiap penambahan motivasi akan mempengaruhi peningkatan
kinerja karyawan sebesar 0,377.
b2= 0,028 artinya setiap penambahan lingkungan kerja akan mempengaruhi
peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,028.
Hasil analisis regresi dari tabel diatas menunjukkan motivasi kerja memiliki
hubungan positif terhadap kinerja karyawan, ini ditunjukkan dengan koefisien
variabel dimana motivasi bertanda positif, begitupula dengan lingkungan kerja
memiliki hubungan positif terhadap kinerja karyawan.
a. Uji F
Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama
diuji dengan menggunakan uji f. Berikut hasil penghitungannya:
46

ANOVAa
Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Mean
df
Squares
Square
1.714
2
.857
12.738
79
.161
14.452
81
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1

Sig.

5.316

.007b

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS


Hasil pengujian uji f menyatakan pengaruh variabel motivasi kerja dan
variabel lingkungan kerja secara bersama-sama terhadap variabel kinerja
karyawan ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai fhitung = 5,316 dan dalam
kolom signifikan 0,007. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05 maka
diperoleh nilai signifikansi dari uji f yang dilakukan 0,007 < 0,05 sehingga
menyatakan bahwa secara bersama-sama variabel motivasi kerja dan lingkungan
kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT. JReal
Property, Tbk.
1.)
Implikasi dari hasil pengujian uji f
Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji f bahwa
faktor-faktor yaitu motivasi kerja dan lingkungan kerja berpengaruh secara
bersama-sama terhadap kinerja karyawan, sehingga dalam penelitian ini
manajemen PT. JReal Property, Tbk harus menyelidiki apa yang dapat
meningkatkan kinerja karyawannya menyangkut faktor motivasi kerja dan
lingkungan kerja secara bersamaan. Hal ini dapat dikatakan karena dengan
adanya motivasi kerja yang tinggi dari karyawan serta lingkungan kerja
yang memadai akan berdampak terhadap meningkatnya kinerja karyawan.
Sehingga PT. JReal Property, Tbk dianjurkan lebih memperhatikan hal-hal
yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan di dalam
perusahaannya serta menciptakan lingkungan kerja yang kondusif serta
nyaman dan menyenangkan. Apabila perusahaan memberikan perhatian
lebih untuk meningkatkan motivasi kerja serta menciptakan lingkungan
kerja yang kondusif serta nyaman dan menyenangkan, maka akan
berdampak munculnya hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan dan membuat munculnya rasa nyaman dalam beraktifitas seharihari di lingkungan kerja yang ada, yang kemudian akan menjadi suatu
kekuatan perusahaan dalam menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi
dan optimal. Sedangkan tinggi rendahnya kinerja karyawan mempunyai
dampak dalam perkembangan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan.
Hal ini dapat dilihat dari karyawan yang memenuhi standart kerja yang
ditentukan perusahaan, karyawan mampu mengambil inisiatif dalam
bekerja, karyawan selalu ingin memberikan yang terbaik untuk
perusahaan, sehingga kinerja yang diharapkan oleh organisasi atau
47

perusahaan akan tercapai. Serta didukung pula dengan lingkungan yang


nyaman yang dapat mendukung aktivitas sehari-hari para karyawan di
dalam perusahaan seperti kebersihan tempat kerja yang lebih ditingkatkan,
penerangan yang cukup, suasana kerja karyawan yang nyaman, begitu
pula dengan kesejahteraan karyawan, dan bagaimana karyawan membina
hubungan yang baik dengan rekan kerja dan pimpinannya yang harus
selalu dipantau dan diimprovisasi menjadi lebih baik sehingga
memudahkan mereka dalam bekerja dan akan berdampak pada kinerja
yang dihasilkan nantinya.
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel Y
(variable dependent). Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua
informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil peritungan koefisien
determinasi penelitian:
Model
1

Model Summary
R
Adjusted R Std. Error of
R
Square
Square
the Estimate
a
.344
.119
.096
.40155
a. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS


Berdasarkan output SPSS tampak bahwa dari hasil perhitungan
diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang diliht dari Adjusted R
square sebesar 0,096 yang mengindikasikan bahwa sebesar 9,6% kinerja
karyawan dipengaruhi motivasi kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan
sisanya sebesar 90,4% yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
diteliti.

c.

Uji t
Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana
pengaruh secara sendiri-sendiri masing-masing variabel bebas yaitu
motivasi kerja dan lingkungan kerja. Dengan uji t diperoleh informasi
variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap kinerja
karyawan, dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

48

Model

(Constant)
X1
X2

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.659
.439
.377
.129
.334
.028
.129
.025
a. Dependent Variable: Y

Sig.

3.775
2.921
.214

.000
.005
.831

Sumber: Hasil kuisoner yang diolah data di SPSS


Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu motivasi kerja dan
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan dapat terlihat arah tanda dan
tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara membandingkan
tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh
nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependennya seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa
secara sendiri-sendiri variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja
karyawan di dalam perusahaan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05,
sedangkan variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan secara sendiri-sendiri di dalam perusahaan dengan nilai signifikan
0,831 > 0,05.
1.) Implikasi dari hasil pengujian uji t
Dalam penelitian ini, hasil yang didapatkan dari pengujian uji t bahwa
variabel motivasi kerja berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja
karyawan dengan nilai signifikan 0,005 < 0,05 dan variabel lingkungan
kerja tidak berpengaruh secara sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan
dengan nilai signifikan 0,831 > 0,05. Sehingga dalam kasus ini manajemen
PT. JReal Property, Tbk dapat lebih memfokuskan pada variabel motivasi
kerja. Manajemen perusahaan dapat berusaha melakukan pelatihan untuk
para karyawan dan dengan demikian dapat mendorong kinerja karyawan
yang tinggi. Manajemen perusahaan dari PT. JReal Property, Tbk juga
harus dapat menentukan metode atau cara dalam menilai serta menghargai
apa yang telah karyawan kerjakan. Perusahaan pun tidak perlu takut
menghabiskan dana yang terbilang besar untuk memotivasi karyawannya
dengan menggunakan berbagai taktik atau strategi yang dapat dirasakan
efektivitasnya, seperti misalnya mengundang pembicara motivasional
atau motivator untuk menginspirasi para karyawannya, hal ini sematamata dilakukan untuk dapat menghasilkan kinerja karyawan yang tinggi
karena karyawan merupakan harta terbesar di dalam perusahaan.
Dalam penelitian ini variabel motivasi kerja (X1) dinyatakan terdapat
pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan, hal ini terlihat dari thitung
motivasi kerja (2.921) > ttabel (1.667), maka dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh yang nyata antara variabel motivasi kerja dengan
variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai probabilitas 0,005 < 0,05
menunjukkan bahwa X1 berpengaruh secara signifikan terhadap Y.
sehingga Ha1 yang menyatakan bahwa diduga terdapat pengaruh yang
49

signifikan dari motivasi kerja terhadap kinerja karyawan dapat diterima.


Sedangkan variabel lingkungan kerja dengan thitung (0,214) < ttabel (1.667)
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel
lingkungan kerja dengan variabel kinerja karyawan. Disamping itu nilai
probabilitas 0,831 > 0,05 menunjukkan bahwa X2 tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap Y. Sehingga Ha2 yang menyatakan bahwa
diduga terdapat pengaruh yang signifikan dari lingkungan kerja terhadap
kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk ditolak karena lingkungan
kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan di perusahaan tersebut.
Selanjutnya penelitian ini mengungkapkan faktor diantara motivasi
kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) yang berpengaruh paling dominan
terhadap kinerja karyawan (Y) berdasarkan pengujian dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial terlihat
bahwa variabel yang paling signifikan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan PT. Jaya Real Property, Tbk adalah variabel motivasi kerja (X1)
dengan nilai thitung yang lebih besar dibandingkan dengan variabel
lingkungan kerja (X1) yaitu 2,921 > 0,214. Sehingga Ha2 yang
menyatakan diduga motivasi kerja mempunyai pengaruh paling
signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk dapat
diterima

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor motivasi memiliki hubungan
atau berpengaruh terhadap kinerja karyawan secara sendiri-sendiri terhadap
kinerja karyawan PT. JReal Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian
uji f menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara bersama-sama
terhadap kinerja karyawan.
2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan menunjukkan bahwa faktor lingkungan kerja tidak memiliki
hubungan atau tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. JReal
Property, Tbk. Dan menurut hasil dari pengujian uji f menunjukkan bahwa
lingkungan kerja berpengaruh secara bersama-sama.
3. Berdasarkan hasil analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja karyawan, nampak bahwa antara kedua variabel yang dianalisis, yang
paling dominan atau paling kuat mempengaruhi kinerja karyawan adalah
variabel motivasi kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan
thitung masing-masing variabel, dimana nilai thitung motivasi kerja (2,921) lebih
besar dibandingkan dengan nilai thitung lingkungan kerja (0,214)

50

Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran
yang dapat peneliti berikan sebagai bahan masukan untuk perusahaan yaitu
sebagai berikut :
1. Dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan di PT. JReal Property, Tbk
sebaiknya pihak manajemen perusahaan dapat memberikan perhatian yang
lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan serta
penciptaan lingkungan kerja yang nyaman, aman dengan fasilitas lengkap serta
menyenangkan untuk dapat menciptakan kinerja karyawan yang tinggi. PT.
JReal Property, Tbk juga dapat menganalisa, menambahkan serta
mengevaluasi faktor apa saja selain dari motivasi kerja dan lingkungan kerja,
yang memungkinkan lebih banyak terdapat pengaruh terhadap kinerja
karyawan, agar dapat benar-benar menilai kinerja karyawan yang optimal di
dalam perusahaannya.
2. Pihak dari manajemen PT. JReal Property, Tbk hendaknya lebih memfokuskan
atau menitikberatkan kebijakan yang berkaitan dengan motivasi kerja, karena
dari hasil penelitian membuktikan bahwa motivasi kerja merupakan variabel
yang paling berpengaruh terhadap naik turunnya kinerja karyawan di
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Adisty Herwidaningtyas Soeyitno, 2013, Relationship Between Employee
Perceptions of Supervisor Participative Leadership Styles to Performance
in The Muji Rahayu Hospital Employees Surabaya, Jurnal Psikologi
Industri dan Organisasi.
Arifin, Zainal, 2011, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
Bandung: PT.RemajaRosdakarya.
Bernardin, John H., dan Joyce E.A Russel, 1993, Human Resource Management,
Singapore: Mc. Graw-Hill.
Ernawati dan Ambarini, 2010. Pengaruh Hubungan Kerja dan Lingkungan
Kerja TerhadapKinerja Pegawai dengan Motivasi Kerja sebagai Variabel
Moderating, Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan.
Faisal, Sanapiah, 2008, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan
Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers.
Ghozali, Imam, 2009, Ekometrika Teor, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hasibuan, Melayu, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
51

Hasyim, dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran, Jakarta: UIEU-University Press.
Kiggundu, Moses N., 1989, Managing Organization in Developing Countries: An
Operation and Strategies Approach, West Harford: Kumarian Press Inc,.
Kussriyanto, Bambang, 1991, Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Mangkuprawita, Sjafri, 2011,Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Martono, Nanang, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif: Analisa Isi dan Analisa
Data Sekunder, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Maryoto, Susilo, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, BPFE-UGM,
Yogyakarta
Mathis, Robert L., dan John Harold Jackson, 2013, Human Resources
Management, Thomson Learning.
Ninuk Muljani, 2002, Kompensasi sebagai Motivator untuk Meningkatkan
Kinerja Karyawan, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
Nitisemito, Alex S., 1991, Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Samsudin, Sadili, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka
Setia.
Sarwono, Jonathan, dan Tutty Martodiredjo, 2008, Riset Bisnis untuk
Pengambilan Keputusan , Jakarta: C.V ANDI OFFSET,.
Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Mandar
Maju, Bandung.
Sulistiyani, Ambar Teguh, dan Rosidah, 2003, Manajemen SDM: Konsep, Teori
dan Pengembangan dalam Konteks Organisasi Publik, Yogyakara: Graha
Ilmu.
Sunyoto, Danang, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia,Yogyakarta: Center
of Academic Publishing Service.
52

Suwatno dan Donni Juni Priansa, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bandung: Alfabeta.
Teguh, Muhammad, 1999, Metodologi Penelitian Ekonomi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Teman, Koesmono H., 2005, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi
dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri
Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan.
Umar, Husein, 2005,Evaluasi
PustakaUtama.

Kinerja

Perusahaan,

Jakarta:

Gramedia

Umar, Husein, 1998, Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Veitzal, Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yani, H.M, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Mitrawacana
Media.

53

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS


PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP
RELATIONSHIP QUALITY ( STUDI KASUS PADA PRODUK
TAS PT GARMINDO CO )
Caecillia Aditya Wijaya
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAK
Studi ini dibuat untuk mengetahui pengaruh Kualitas Produk, Kualitas
Pelayanan, Waktu dan Harga terhadap Relationship Quality produk tas pada PT
Garmindo Co. Penelitian ini dilakukan di PT Garmindo Co , Jakarta Utara,
dengan jumlah sampel sebanyak tiga puluh responden. Responden penelitian ini
adalah perusahaan yang pernah membeli dan menggunakan produk tas PT
Garmindo Co. Metode penelitian ini adalah metode analisis linear berganda.
Hasil Penelitian yang diperoleh bahwa kualitas pelayanan dan harga
adalah yang berpengaruh terhadap relationship quality. Sedangkan variaberl
kualitas produk, waktu dan interaksi tidak signifikan berpengaruh terhadap
relationship quality.
Kata kunci : Kualitas Produk, Kualitas Pelayanan, Waktu, Harga, Interaksi,
Relationship Quality

PENDAHULUAN
Dalam bisnis yang semakin kompetitif, perusahaan dituntut untuk lebih
inovatif dan memiliki keunggulan yang bisa ditawarkan kepada para pelanggan
dan mitra bisnis. Salah satunya adalah konsep kerja sama business to business
(B2B). Bentuk kerja sama ini dapat membantu upaya efisiensi biaya pengadaan
barang dan yang paling penting adalah bisa memudahkan mitra bisnis. Pengertian
business to business adalah transaksi antara institusi bisnis (perusahaan) dengan
institusi bisnis lainnya.
Business-to-business (B2B) menggambarkan transaksi perdagangan antara
perusahaan, seperti antara produsen dan grosir, atau antara grosir dan pengecer.
Dalam B2B biasanya dilakukan customization sesuai dengan kebutuhan masing-

54

masing. Hal ini yang membuat hubungan antara pembeli dan penjual dalam B2B
terjalin hubungan personal yang lebih rapat.1
Bagi PT Garmindo Co, kepentingan pelanggan selalu menjadi nomor satu. Prinsip
ini menjadi nyata dalam penyediaan layanan business to business (B2B).
Peningkatan kualitas produk barang dan jasa semakin diperhatikan oleh
perusahaan karena dengan kualitas akan barang dan jasa dapat digunakan sebagai
tolak ukur untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Terwujudnya interaksi dapat memberikan manfaat yang baik bagi
perusahaan berupa terjalin hubungan yang harmonis antara perusahaan dan
pelanggan, dasar
bagi pembelian ulang produk barang atau jasa atau
terbangunnya kualitas hubungan yang baik dan terjadinya rekomendasi berupa
word of mouth yang menguntungkan bagi perusahaan karena akan terjadi
pertambahan laba perusahaan.
Perkembangan teknologi dan semakin ketatnya persaingan sekarang ini
juga menuntut PT Garmindo Co sebagai perusahaan barang dan jasa memberikan
pelayanan dan kualitas terbaik bagi para pelanggan dan calon pelanggan PT
Garmindo Co dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan
tetap mempertahankan kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap barang
dan jasa yang ditawarkan kepada para konsumennya.
Ikatan sosial atau persahabatan akan membangun hubungan yang lebih
kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Ikatan sosial atau persahabatan adalah hal
yang timbul akibat interaksi antara karyawan dengan pelanggan. Melalui ikatan
ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu melakukan yang
terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk jangka panjang. Oleh
karena itu, PT Garmindo Co sangat menjalin interaksi sebagai bentuk
persahabatan terhadap para konsumennya.
PT Garmindo Co sebagai perusahaan yang menyediakan produk barang
berupa tas dan barang- barang promosi serta jasa sablon ( pad print ), terkadang
juga mengalami kesulitan dalam memuaskan para pelanggannya dalam hal waktu,
karena terkadang pelanggan melakukan permintaan pembelian produk dengan
jadwal pengiriman sangat mepet. Namun, PT Garmindo Co secara maksimal
memberikan pelayanan yang terbaik dan tepat waktu bagi para pelanggannya agar
hubungan harmonis dengan pelanggan tetap terjalin dan kualitas hubungan tetap
terjaga.
Oleh karena itu PT Garmindo Co harus berusaha terus menerus
memperbaiki pelayanannya dan menjalin hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dengan para pelanggannya dengan berusaha menciptakan
kepercayaan, kepuasan, dan komitmen sehingga diharapkan para pelanggan
tersebut bersedia menjalin hubungan jangka panjang dengan PT Garmindo Co.
Kualitas produk yang baik, kualitas pelayanan yang memuaskan, ketepatan
waktu yang diberikan sebanding dengan harga yang diberikan oleh PT Garmindo
Co kepada konsumennya serta adanya interaksi yang baik, menjadikan terciptanya
kualitas hubungan yang baik kepada para pelanggannya dan terus dipertahankan
oleh PT Garmindo Co.
1

http://ferdyfaisal.blogspot.com/2012/12/b2b-vs-b2c.html

55

Namun
terkadang
perusahaan
mengalami
kesulitan
dalam
mempertahankan kualitas produk yang baik sesuai dengan standarisasi perusahaan
tetapi harus mengikuti standarisasi konsumen ( perusahaan yang memesan).
Standarisasi kualitas produk tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga yang
akan diberikan kepada konsumen. Kemudian dalam menjaga dan
mempertahankan kualitas pelayanan, perusahaan masih kurang optimal misalnya
dalam hal merespon permintaan konsumen yang langsung menghubungi pemilik
perusahaan untuk melakukan pemesanan barang.
Menurut pemilik perusahaan, ia sangat memegang teguh komitmen yang
ia terapkan diperusahaan untuk setiap konsumen, dan sang pemilik percaya
dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik akan memuaskan para
konsumennya serta adanya interaksi antara perusahaan dan konsumen akan
tercipta kualitas hubungan yang baik untuk kerja sama jangka panjang.
Maka dari itu, dengan permintaan yang beraneka ragam serta menghadapi
setiap konsumen yang berbeda selain kualitas produk dan pelayanan, perusahaan
juga memperhatikan pemberian harga yang semakin dipress oleh konsumen
namun tetap menjaga hubungan yang baik serta berusaha memberikan ketepatan
waktu dalam produksi dan pengiriman barang ke konsumen.
Karena hal inilah maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, KUALITAS
PELAYANAN, WAKTU DAN HARGA TERHADAP RELATIONSHIP
QUALITY : STUDI PADA PRODUK TAS PT GARMINDO CO.
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Dalam kaitannya dengan latar belakang yang telah penulis paparkan
diatas, maka penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yang ada
yaitu :
a. Kualitas Produk yang diinginkan setiap konsumen PT Garmindo Co
berbeda-beda.
b. Kualitas Pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co sedikit kurang
optimal .
c. Harga yang diberikan PT Garmindo Co terkadang dipress oleh
konsumen.
d. PT Garmindo Co masih terkendala oleh deadline waktu yang sangat
mendesak.
e. Adanya Interaksi yang dilakukan oleh PT Garmindo Co diinginkan
oleh konsumennya .
f. Relationship Quality yang diwujudkan oleh PT Garmindo Co.
2. Pembatasan Masalah
a. Peneliti hanya membatasi tentang permasalahan mengenai pengaruh
kualitas produk dan pelayanan, harga, ketepatan waktu terhadap
Relationship Quality pada produk PT Garmindo Co.
b. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang pernah membeli
dan menggunakan produk PT Garmindo Co.
56

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co?
2. Apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co?
3. Apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas hubungan PT Garmindo
Co?
4. Apakah interaksi akan berpengaruh terhadap kualitas hubungan PT
Garmindo Co?
5. Apakah terdapat pengaruh ketepatan waktu terhadap kualitas hubungan
PT Garmindo Co?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas produk
terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan
terhadap kualitas hubungan PT Garmindo Co.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh harga terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
4. Untuk mengetahui apakah interaksi berpengaruh terhadap kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
5. Untuk mengetahui apakah ketepatan waktu mempengaruhi kualitas
hubungan PT Garmindo Co.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang
karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam
menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan,
pengalaman dan dokumentasi ilmiah.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat memberikan informasi serta gambaran untuk dijadikan bahan
pertimbangan mengenai kualitas pelayanan yang diharapkan oleh
pelanggan atau konsumen sehingga mereka puas terhadap pelayanan
yang diberikan perusahaan.
b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian ini.

57

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kualitas
Dewasa ini konsep kualitas telah menjadi faktor yang sangat dominan
terhadap keberhasilan suatu perusaaan. Kualitas menjadi pedoman utama
dalam pengembangan dan keberhasilan implementasi program-program
manajerial untuk mewujudkan tujuan-tujuan bisnis yang utama. Pertanyaan
mengenai apakah produk atau jasa memenuhi atau bahkan melebihi
harapan pelanggan ? merupakan aspek yang penting dalam kualitas. Konsep
kualitas itu sendiri sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu
produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian.
Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas
kesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi
persyaratan atau spesifikasi kualitas yang telah ditetap.2
Secara sederhana pengertian kualitas pelayanan dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan
yang diterimanya.3Kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk
tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai
ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan
produsen saat mengeluarkan suatu
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan4.
Kualitas adalah keseluruhan ciri-ciri dan karakteristik dari suatu
produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhankebutuhan yang telah ditentukan atau yang bersifat laten.5
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka pengertian kualitas dapat
diartikan bahwa suatu hal yang dapat menerjemahkan tuntutan dan
kebutuhan pasar konsumen dalam suatu proses manajemen produksi barang
atau jasa secara terus menerus sehingga dapat memenuhi selera dan kebutuhan
pasar yang diinginkan konsumen.
1. Kualitas Produk
Sekarang ini banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan
oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka
menciptakan kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan
secara menguntungkan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
akan kualitas. Hanya perusahaan yang mempunyai kualitas terbaik yang
akan berhasil.

Total Quality Management-Fandy Tjiptono & Anastasia Diana-Penerbit Andi)


(Parasuraman, Zeithami, dan Berry, 1988:240)
4
Goetsch & Davis 1994
5
Avilianti dan Wildfridus Elu,1997,Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui
Kualitas Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI,Mei
3

58

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu


standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga
konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang
bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang
ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga
penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar
memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga
yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan
pembelian terhadap produk.
Menurut Kotler and Amstrong arti dari kualitas produk adalah the
ability of a product to perform its functions, it includes the products
overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and
other valued attributes yang artinya kemampuan sebuah produk dalam
memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,
reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga
atribut produk lainnya.6
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan
keinginan konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak
diperjualkan sesuai harapan dari pelanggan.
Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain
kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran
produk, dan lain-lain.7
Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu
produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas
produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut.
Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang
diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen terhadap produk yang ditawarkan.
2. Kualitas Pelayanan
Dalam upaya memuaskan konsumen , perusahaan jasa berusaha untuk
memberikan pelayanan terbaik. Persaingan yang ketat dalam memperoleh
konsumen ataupun mempertahankan konsumen tidak dapat dihindari
ditambah dengan masyarakat yang semakin jeli dan pintar dalam membeli
suatu barang atau jasa dengan kuaklitas terbaik membuat perusahaan
melakukan beberapa strategi dan faktor pendukung lainnya untuk
memenuhi kualitas pelayanan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
Menurut J.Paul Peter,dkk pelayanan didefiniskan sebagai perilaku
penjual kepada pembeli dengan memberikan kepuasan kepada konsumen
agar konsumen merasa dihargai dan mendapatkan barang atau jasa sesuai
6
7

Kotler dan Gary Amstrong, 2008


Zeithalm, dalam Kotler,2009

59

dengan keinginannya. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa


yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,
hubungan, kemampuan dan keramahan yang ditujukan melalui sikap dan
sifat dalam memberikan pelayanan untuk keputusan pembelian. Pelayanan
dapat diartikan sebagai tindakan yang harus dilakukan dengan baik
didalam memenuhi kebutuhan maupun keinginan konsumen setiap saat
dan setiap waktu tanpa mementingkan ego dari si pemberi layanan.8
Kualitas pelayanan diartikan sebagai tingkat keunggulan yang
diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan bukanlah dilihat dari
sudut pandang pihak penyelenggara atau penyedia layanan, melainkan
berdasarkan persepsi masyarakat (pelanggan) penerima layanan.
Pelangganlah yang mengkonsumsi dan merasakan pelayanan yang
diberikan, sehingga merekalah yang seharusnya menilai dan menentukan
kualitas pelayanan.9
Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan itu sesuai dengan
apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
memuaskan. Jika pelayanan yang diterima melampaui harapan pelanggan,
maka kualitas pelayanan dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.
Sebaliknya jika pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang
diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan buruk. Dengan
demikian baik buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada
kemampuan penyedia layanan dalam memenuhi harapan masyarakat (para
penerima layanan) secara konsisten.
Dengan demikian baik tidaknya kualitas layanan bukanlah
berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa/layanan melainkan
berdasarkan pada persepsi konsumen. Menurut Supranto untuk
mengetahui kinerja pelayanan, konsumen dapat mengukur tingkat kualitas
pelayanan dengan memperhatikan beberapa indikator-indikator sebagai
berikut :10
1. Bukti fisik (tangibles) yaitu bukti fisik dari jasa yang menunjang
penyampaian dan pemberian pelayanan;
2. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan untuk menerikan pelayanan
yang dapat dijanjikan secara tepat dan akumulatif sesuaidengan
profesinya;
3. Daya tanggap (responsive) yaitu keinginan untuk membantu para
konsumen dan memberikan pelayanan sebaik mungkin;
4. Jaminan (assurance) yaitu pengetahuan dan sopan santunn para
karyawan serta kemampuan menumbuhkan rasa percaya bagi
konsumen;

J.Paul Peter,Jery C.Olson.Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid


II.Edisi IV,Erlangga,Jakarta
9
Wyckof (dalam Tjiptono, 1996:59)
10
Supranto, Johanes, 1997, Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan untuk
menaikan Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta.

60

5. Empati (emphaty) yaitu penjiwaan atau perhatian yang terfokus


diberikan kepada konsumen.
Dari definisi-definisi tentang kualitas pelayanan tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan adalah segala bentuk
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan guna memenuhi harapan
konsumen. Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service
yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,
hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap
dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen.
3. Waktu
Waktu adalah bagian dari sistem pengukuran yang digunakan
untuk acara urutan, untuk membandingkan jangka waktu kejadian dan
untuk mengukur tingkat perubahan seperti gerakan obyek. 11Waktu
menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu
pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang
atau jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu
yang diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi
faktor penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan
mempengaruhi kegiatan aktivitas perusahaan.
4. Harga
Harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan
untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu
barang atau jasa. Harga merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga juga
menjadi salah faktor dalam menentukan atau mempengaruhi pilihan para
pembeli.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu
perusahaan karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang
akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik berupa barang
maupun jasa.12
Harga merupakan salah satu faktor penentu dalam pemilihan merek
yang berkaitan dengan keputusan membeli konsumen. Ketika memilih
diantara merek-merek yang ada konsumen akan mengevaluasi harga
secara tidak absolut akan tetapi dengan membandingkan beberapa standar
harga sebagai referensi untuk melakukan transaksi pembelian.
B. Kualitas Hubungan ( Relationship Quality )
Relationship Quality atau konsep kualitas hubungan dapat dinyatakan
sebagai multidimensi meta konstruksi yang mencerminkan sifat keseluruhan
dari hubungan antara perusahaan dan konsumen dan sebagai syarat untuk
11

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2174582-pengertianwaktu/#ixzz2rF8lkr7d
12
http://www.bny.web.id/media diakses 8 Juli 2009

61

hubungan jangka panjang dan retensi pelanggan 13untuk pembentukan kualitas


dalam hubungan pelanggan yang sedang berlangsung.
Kualitas hubungan mengacu pada persepsi pelanggan tentang seberapa baik
hubungan keseluruhan memenuhi harapan, prediksi, tujuan, dan keinginan
pelanggan. Gummesson mengidentifikasi dua dimensi kualitas hubungan
dalam layanan bertatap muka, yang didefinisikan sebagai hubungan
profesional dan hubungan sosial. Kualitas hubungan telah dilihat sebagai
konstruksi tatanan yang lebih tinggi terdiri dari setidaknya tiga dimensi:14
(1) kepercayaan
(2) kepuasan
(3 ) komitmen
Relationship quality didefinisikan sebagai sebuah konsep yang terdiri dari
berbagai pengaruh positif yang ditimbulkan oleh suatu hubungan yang
mencerminkan keseluruhan hubungan dan luasnya hubungan kepada pihak
yang dipenuhi kebutuhan dan harapannya, berkaitan dengan hal-hal yang
mencakup kepercayaan (trust), komitmen dan kesinambungan hubungan di
masa mendatang. Kualitas hubungan yang baik akan menurunkan level
konflik dan sebaliknya memperbesar kepercayaan, komitmen, berlanjutnya
hubungan jangka panjang.
Tujuan Perusahaan

Kebutuhan dan
Keinginan
Pelanggan

Produk
Harapan Pelanggan
Nilai Produk bagi
Pelanggan

Tingkat Kepuasan
Pelanggan

Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan


Sumber: Tjiptono (2008)
1. Kepercayaan Konsumen

13

Hennig-Thurau, T. and Klee, A. (1997), The impact of customer satisfaction


and relationship quality and customer retention: a critical reassessment and
model development, Psychology and Marketing, Vol. 14 No. 8, pp. 737-64
14
Gummesson, E. (1998), Implementation requires a relationship marketing
paradigm, Journal of the Academy of Marketing Science, Vol. 26 No. 3

62

Banyak ahli yang telah mendefinsikan pengertian trust (kepercayaan).


Dalam konteks busines to business marketing, definisi kepercayaan
sebagai berikut: Trust as a belief that another company will perform
actions that will result in positive outcomes for the firm while not taking
actions that would result in negative outcomes. Berdasarkan definisi di
atas kepercayaan merupakan keyakinan suatu perusahaan terhadap
perusahaan lainnya bahwa perusahaan lain tersebut akan memberikan
outcome yang positif bagi perusahaan.15
Kepercayaan (trust) merupakan faktor paling krusial dalam setiap relasi,
sekaligus berpengaruh pada komitmen. Trust bisa diartikan sebagai
kesediaan untuk mengandalkan kemampuan, integritas dan motivasi pihak
lain untuk bertindak dalam rangka memuaskan kebutuhan dan kepentingan
seseorang sebagaimana disepakati bersama secara implisit maupun
eksplisit.16
Kepercayaan merupakan faktor penting dalam menjalin hubungan secara
timbal balik serta peranan kualitas pelayanan dan keterikatan pelangganlah
yang menimbulkan adanya kepercayaan. Dengan demikian, kepercayaan
dapat ditinjau sebagai komponen yang berharga dalam setiap keberhasilan
menjalin hubungan dan berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi resiko
serta membangun hubungan jangka panjang dan meningkatkan komitmen
.17
2. Komitmen
Komitmen dalam membangun suatu kualitas hubungan dalam konteks
busines to business marketing adalah sebuah janji implisit dan eksplisit
atau kontinuitas relasional antara mitra kerja. Komitmen hubungan
merupakan keinginan abadi untuk menjaga hubungan dan saling
menghargai diantara mitra kerja. Komitmen juga merupakan pusat dari
pemasaran hubungan.
Konsumen merasakan sejumlah perasaan terhadap komitmennya pada
hubungan yang telah tercipta dengan para penyedia jasa (service
provider). Bentuk komitmen konsumen dibedakan atas continuance,
affective dan normative commitment. Continuance commitment dalam
hubungan pemasaran adalah komitmen yang timbul karena konsumen
terikat pada suatu perusahaan dan akan membutuhkan biaya dan waktu
apabila ia pindah ke perusahaan lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
komitmen yang normatif (normative commitment) adalah komitmen yang
timbul karena konsumen merasa bahwa ia wajib menjalankan suatu usaha
bisnis dengan perusahaan tertentu. Affective commitment merupakan
komitmen yang muncul, karena masing-masing pihak yang berhubungan
merasa yakin bahwa di antara mereka terdapat nilai-nilai yang sejalan dan

15

Anderson dan Narus,1990 (dalam Rusdin, 2007)


Sheth dan Mittal (dalam Ciptono,2002)
17
http://sriwijayanti.wordpress.com/kepercayaan-trust/
16

63

timbulnya komitmen ini berdasarkan kesepakatan bahwa hubungan yang


saling menguntungkan ini perlu dilanjutkan.18
C. Interaksi
Interaksi menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam
terwujudnya kepuasan konsumen, konsumen akan lebih merasa puas dan
dihargai jika produsen dapat melayani langsung kebutuhan yang diinginkan
oleh konsumen secara langsung dan mau ikut berperan dalam proses produksi
hingga pengiriman barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen.
Interaksi antara karyawan dengan pelanggan akan membangun hubungan yang
lebih kuat dengan pelanggan dan masyarakat. Interaksi adalah hal yang timbul
akibat adanya hubungan yang baik antara karyawan dengan pelanggan.
Melalui ikatan ini perusahaan berusaha memuaskan pelanggan dan selalu
melakukan yang terbaik demi kepentingan pelanggan dan masyarakat untuk
jangka panjang. Interaksi merupakan suatu kebutuhan memberi dan menerima
suatu perhatian dari dan untuk pelanggan dan masyarakat. Kebutuhan ini
antara lain hubungan antara pelanggan dengan penjual, hubungan antara
karyawan dengan masyarakat sekitar. 19
D. Kerangka Penelitian
Kerangka berpikir dapat diartikan sebagai pandangan, atau model, atau pola
pikir yang dapat dijabarkan sebagai variabel dan pengaruhnya terhadap
variabel lain, sehingga akan mudah dalam merumuskan masalah penelitian,
perumusan teori yang relevan, rumusan yang diajukan, tehnis analisis yang
digunakan, serta kesimpulan yang diharapkan.
Pada penelitian ini penulis mencoba menguraikan kerangka pemikiran
penelitian, sebagai berikut :
1. Kualitas produk sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas
hubungan dalam suatu organisasi.
2. Kualitas peayanan yang baik akan menentukan kualitas hubungan jangka
panjang dalam suatu jalinan mitra kerja.
3. Interaksi yang terjalin dengan baik akan mempengaruhi kualitas hubungan
dengan para mitra kerja.
4. Jika kualitas produk, kualitas pelayanan, ketepatan waktu dan harga yang
kompetitif secara bersamaan dilakukan secara maksimal dan
dipertahanakan maka akan berpengaruh pada kualitas hubungan.
5. Hasil dari penelitian, akan kami berikan kepada perusahaan PT Garmindo
Co sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan para
konsumennya.
Dari uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka berpikir tersebut
sebagai berikut :

18
19

(Fullerton dan Taylor, 2000, p.7).


http://id.wikipedia.org/wiki/interaksi

64

Kerangka Pikir Penulis


Sumber : Diolah sendiri
Gambar 2.3 Bagan Kerangka PikiR
E. Hipotesis
Pengertian hipotesis menurut Sugiyono adalah jawaban sementara terhadap
rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan.20 Hipotesis merupakan dugaan sementara
yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau
dipandang sebagai konsklusi atau kesimpulan yang sifatnya sementara,
sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari
hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang dikumpulkan, kemudian diambul
suatu kesimpulan.
Berikut ini adalah model penelitian agar mempermudah untuk menjelaskan
metode penelitian yang penulis buat :

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2012, hal 64

65

Gambar 2.4 Model Hipotesis


Kualitas hubungan menurut Thurau dan Klee adalah tingkat kesesuaian dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan yang terkait dengan produk dan kualitas
produk secara keseluruhan. Sebuah produk yang memenuhi kebutuhan
pelanggan adalah produk yang memiliki kualitas yang tinggi. Kepercayaan
akan kualitas produk ini menjadi sangat penting peranannya dalam membina
hubungan, terutama pada usaha jasa yang penuh ketidakpastian, resiko, dan
kurangnya informasi diantara pihak-pihak yang saling berhubungan. Hal ini
yang menyebabkan konsumen menginginkan kepercayaan dan komitmen
penuh terhadap penyedia jasa.21Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Kualitas produk yang tinggi akan mempengaruhi pembinaan
kualitas hubungan dengan pelanggan.
Lovelock dalam Sharma dan Patterson, kualitas pelayanan merupakan suatu
perbedaan antara harapan dan persepsi konsumen terhadap kinerja pelayanan
yang mereka terima. Kualitas pelayanan berhubungan dengan hasil aktual
yang dipersepsikan dalam pelanggan. Dalam hal ini kualitas pelayanan
mengacu kepada kompetensi dari suatu perusahaan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan dari konsumen. Tujuan tersebut dapat dijadikan sebagai
sebuah pembentukan kualitas hubungan antara perusahaan dengan
konsumen.22 Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2a : Kualitas pelayanan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan
kualitas hubungan.
21
22

http://jurnal.umk.ac.id/index.php/JAM/article/view/3/3
http://eprints.uns.ac.id/7978/1/144271308201009301.pdf

66

Kualitas pelayanan (service quality) dapat diketahui melalui interaksi


penyedia dan pengguna jasa selama dan sesudah transaksi berlangsung.
Mengukur dan mendefinisikan kualitas pelayanan lebih sulit dibandingkan
kualitas suatu barang karena sifat dari jasa yang tidak berwujud (intangible).
Dalam pemasaran, kualitas pelayanan dan interaksi didalamnya sangat penting
karena konsumen tidak akan membeli produk itu lagi apabila konsumen
berpendapat bahwa kualitas yang diberikan tidak baik. Dengan memberikan
kualitas pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan dan akan terciptanya
kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan.23 Berdasarkan pemikiran
dasar tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2b : Kualitas pelayanan yang disertai interaksi akan menciptakan
kualitas hubungan yang baik kepada pelanggan.
Waktu menjadi salah satu faktor pertimbangan dalam memutuskan suatu
pembelian sehingga memungkinkan konsumen merasa puas akan barang atau
jasa yang digunakan karena dapat memenuhi kebutuhan sesuai waktu yang
diinginkan serta dalam sebuah perusahaan ketepatan waktu menjadi faktor
penting dalam suatu pembelian barang atau jasa karena akan mempengaruhi
kegiatan aktivitas perusahaan. Parasuraman, Zethaml, dan Barry
mengemukakan bahwa konsumen mengidentifikasi ketepatan waktu sebagai
suatu bagian integral dari evaluasi peningkatan kualitas hubungan. 24. Semakin
tepat waktu semakin berpengaruh terhadap kualias hubungan yang baik.
Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka dapat dirimuskan hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Semakin tepat waktu maka kualitas hubungan akan semakin
baik.
Harga adalah determinan utama permintaan. Berdasarkan hukum permintaan ( the
law of demand ), besar kecilnya harga mempengaruhi kuantitas produk yang
dibeli konsumen. Semakin mahal harga, semakin sedikit permintaan produk yang
bersangkutan dan sebaliknya. Harga mempengaruhi citra, kualitas hubungan dan
strategi positioning dalam pemasaran jasa prestisius yang mengutamakan ciri
kualitas, harga menjadi unsur penting. Konsumen cenderung mengasosiasikan
harga dengan tingkat kualitas jasa.25 Berdasarkan pemikiran dasar tersebut maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Harga mempengaruhi kualitas hubungan dengan pelanggan.

23

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37397/4/Chapter%20II.pdf
http://eprints.lib.ui.ac.id/1482/1/108868-T%2020275-Analisis%20pengaruh.pdf
25
Chandra, 2002 dalam F.Tjiptono 2006
24

67

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji Validitas
Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana point
pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner dapat digunakan untuk
memperoleh data yang akurat dalam penelitian. Pertanyaan yang diuji
adalah sebanyak 52 pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Hasil
uji validitas dilihat dikatakan valid jika nilai KMO (Kaiser Mesyer Olkin)
dan MSA (Maesure Sampling Adequacy) diatas 0,5 (> 0,5).
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas
No. Variabel
No. Pertanyaan
KMO
1
Kualitas Produk ( X1 )
1
.596

Kualitas Pelayanan ( X2 )
Tangibles

No.
Assurance

Variabel

Realibility

Responsive

Emphaty

Harga ( X4 )

MSA
.453

2
3
4
5

.596
.596
.596
.596

.515
.726
.547
.605

Keterangan
Tidak Valid ,
karena
nilai
MSA <0,5 .
Valid
Valid
Valid
Valid

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
No. Pertanyaan
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

.683
.683
.683
.683
.683
.683
.820
.820
.820
.820
KMO
.820
.820
.627
.627
.627
.729
.729
.729
.729
.590
.590
.590
.590
.716
.716
.716

.531
.579
.761
.774
.737
.658
.784
.825
.880
.792
MSA
.851
.817
.745
.600
.601
.828
.824
.672
.692
.584
.568
.593
.629
.695
.819
.641

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
68

32
.716
33
.716
34
.716
Waktu ( X3 )
35
.701
36
.701
37
.701
Interaksi ( X5 )
38
.789
39
.789
40
.789
41
.789
42
.789
Relationship Quality ( X6 ) 43
.836
44
.836
45
.836
46
.836
47
.836
48
.836
49
.836
50
.836
51
.836
52
.836
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Validitas

.713
.709
.722
.712
.680
.712
.754
.813
.789
.754
.827
.812
.887
.783
.738
.901
.842
.878
.819
.779
.911

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alat
ukur yang digunakan atau sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan.
Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel jika hasil perhitungan memiliki koefisien
keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,5.
Tabel 5.1 Hasil Uji Reliabelitas
No.
Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
1
Kualitas Produk ( X1 )
.810
Reliabel
2
Kualitas Pelayanan ( X2 )
Tangibles
.742
Reliabel
Assurance
.834
Reliabel
Realibility
.668
Reliabel
Responsive
.765
Reliabel
Emphaty
.705
Reliabel
3
Waktu ( X3 )
.779
Reliabel
4
Harga ( X4 )
.856
Reliabel
5
Interaksi ( X5 )
.850
Reliabel
6
Relationship Quality ( X6 )
.915
Reliabel
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0 Uji Reliabilitas

69

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing
variabel memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,5
sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel.
Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara
variabel independent yaitu kualitasproduk (X1), kualitas pelayanan(X2), Waktu
(X3), Harga (X4) , dan Interaksi ( X5 )terhadap variabel dependent yaitu
relationship quality. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 20.0.
Tabel 5.3 Tabel Olahan Regresi
Coefficientsa
Model
Sig
1
( constant )
.602
2
Kualitas Pelayanan
.037
3
SQxInteraksi
.413
4
Kualitas Produk
.502
5
Harga
.000
6
Waktu
.545
Sumber : Data Primer yang diolah SPSS 20.0
Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -0,042+ 0,399 X1+0,052 X2 - 0,058 X3 + 0,544 X4+ 0,068X5+e
Keterangan :
Y
= Relationship Quality
a
= constanta
b
= Koefisien
X1
= Variabel Kualitas Pelayanan
X2
= Variabel SQxInteraksi
X3
= Variabel Kualitas Produk
X4
= Variabel Harga
X5
= Variabel Waktu
e
= error disturbances
Persamaan di atas mempunyai arti sebagai berikut :
1. Nilai konstanta (a) adalah -0,042 yang artinya jika kualitas produk, harga,
waktu dan kualitas pelayanan bernilai nol (0), maka relationship quality
bernilai -0,042.
2. Nilai koefisien regresi berganda variabel kualitas pelayanan bernilai positif
yaitu 0,399 yang artinya, setiap peningkatan variabel kualitas pelayanan
sebesar satu satuan akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,399
dengan asumsi variabel lain bernilai tetap.
3. Nilai koefisien regresi berganda variabel harga bernilai positif yaitu 0,544
yang artinya, setiap terjadi peningkatan variabel harga sebesar satu satuan
akan meningkatkan relationship quality sebesar 0,544 dengan asumsi
variabel lain bernilai tetap.
70

1.

Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
(kualitas produk, kualitas pelayanan , waktu, harga, dan interaksi)
mempengaruhi variabel dependen relationship quality secara sendirisendiri.
a. Variabel kualitas produk (X1) memiliki nilai signifikansi 0,502
yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas produk tidak
secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship
quality.
b. Variabel kualitas pelayanan (X2) memiliki nilai signifikansi 0,037
yang berarti < 0,05. Kesimpulannya, variabel kualitas pelayanan
secara sendiri-sendiri berpengaruh terhadap relationship quality.
Dapat diartikan bahwa pelayanan yang diberikan PT Garmindo Co
kepada konsumennya sudah baik sehingga berpengaruh terhadap
keinginan membeli konsumen karena konsumen sudah merasa
puas dan percaya kepada PT Garmindo Co.

c. Variabel Harga (X3) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti <
0,05. Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri
berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Dapat
diartikan bahwa harga tas PT Garmindo Co dapat bersaing dengan
baik karena dikerjakan oleh tukang jahit sendiri maka para
konsumen ingin membeli produk tas PT Garmindo Co.
d. Variabel Waktu (X4) memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti
> 0,05. Kesimpulannya, variabel waktu tidak berpengaruh terhadap
relationship quality. Dapat diartikan bahwa ketepatan waktu dari
PT Garmindo Co masih kurang optimal sehingga tidak
berpengaruh terhadap keinginan membeli konsumen dan tidak
terjalin hubungan yang baik terhadap PT Garmindo Co.
e. Variabel SQxInteraksi ( X2 ) memiliki nilai signifikansi 0,413
yang berarti > 0,05. Kesimpulannya, variabel SQxInteraksi tidak
secara sendirisendiri berpengaruh signifikan terhadap relationship
quality. Dapat diartikan bahwa tidak semua konsumen akan
menjalin hubungan baik kepada perusahaan walaupun adanya
interaksi antara konsumen dan perusahaan sehingga interaksi tidak
berpengaruh signifikan terhadap relationship quality.
Dari hasil pengolahan regresi dapat disimpulkan bahwa reponden pada
penelitian ini merupakan konsumen yang fanatik terhadap produk PT
Garmindo Co karena variabel kualitas pelayanan dan variabel harga
berpengaruh terhadap relationship quality.
Pembahasan Data
Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai
berikut :

71

1.

Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Relationship Quality


Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas produk (X1) secara
individu tidak berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Hal ini
ditunjukkan oleh variabel distribusi(X3) yang memiliki nilai signifikansi
0,502 yang berarti >0,05. Karena kualitas produk yang baik belum bisa
membuat konsumen menjalin hubungan baik terhadap perusahaan.

2.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Relationship Quality


Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel kualitas pelayanan (X2)
secara sendiri berpengaru signifikan terhadap relationship quality. Hal ini
ditunjukkan oleh variabel kualitas pelayanan (X1) yang memiliki nilai
signifikansi 0,037 yang berarti < 0,05. Karena dengan pelayanan yang baik
dan pelayanan yang memuaskan maka konsumen merasa dihargai dan puas
serta percaya sehingga terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan
perusahaan.

3.

Pengaruh Waktu Terhadap Relationship Quality


Hasil penelitian ini membuktikan bahwa variabel waktu (X3) secara individu
tidak berpengaruh terhadap relationship quality. Hal ini ditunjukkan oleh
variabel waktu (X3) yang memiliki nilai signifikansi 0,545 yang berarti >
0,05. Karena PT Garmindo masih mengalami kendala dalam waktu proses
produksi yang mempengaruhi waktu pengiriman, sehingga keterlambatan
pengiriman masih belum bisa dihindari.

4.

Pengaruh Harga Terhadap Relationship Quality


Variabel harga (X4) memiliki nilai signifikan 0,000 yang berarti < 0,05.
Kesimpulannya, variabel harga secara sendiri-sendiri ( individu )
berpengaruh positif dan signifikan terhadap relationship quality. Dapat
diartikan bahwa harga tas PT Garmindo dapat bersaing dan masih lebih
kompetitif dari perusahaan garmen lainnya. Harga murah yang diberikan oleh
perusahaan akan membuat konsumen tetap membeli barang pada perusahaan
tersebut dan akan tetap terjalin hubungan yang baik antara konsumen dan
perusahaan.

5.

Pengaruh Interaksi Terhadap Relationship Quality


Karena nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,413 maka hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel interaksi (X5) secara individu tidak
berpengaruh signifikan terhadap relationship quality. Interaksi ternyata
tidak selalu mempengaruhi hubungan antara konsumen dan perusahaan,
karena ada sebagian konsumen yang membatasi jarak antara konsumen dan
perusahaan sebatas hubungan pekerjaan.

72

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa variabel kualitas
pelayanan dan variabel harga yang secara signifikan mempengaruhi Relationship
Quality karena jika kualitas pelayanan baik maka hubungan yang baik akan
terjalin dan jika harga murah dan sesuai maka hubungan akan terjalin antara
perusahaan dengan konsumennya dan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas produk tidak
signifikan mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.
2. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan
mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.
3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel waktu tidak mempengaruhi
relationship quality PT Garmindo Co.
4. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga mempengaruhi
relationship quality PT Garmindo Co.
5. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa variabel interaksi tidak signifikan
mempengaruhi relationship quality PT Garmindo Co.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis ingin memberikan
saran berdasarkan hasil kesimpulan yang diperoleh sebagai berikut :
1. Jika dilihat dari hasil penelitian, disarankan bagi PT Garmindo Co harus
mampu mempertahankan kualitas produknya agar tetap baik, serta harus
mempertahankan citra perusahaannya supaya tetap baik agar para pelanggan
tetap memiliki keinginan untuk membeli produk tas dari PT Garmindo Co.
Dari sisi ketepatan waktu, PT Garmindo Co harus membuat mekanisme kerja
yang lebih efisien agar produksi tas PT Garmindo Co dapat tepat waktu
diterima oleh konsumen.
2. Perlu diadakan penelitian ulang pada waktu mendatang setelah perusahaan
melakukan perubahan perubahan kebijakan mengenai strategi pemasaran.
Saran ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut teori-teori yang berkaitan
dengan variabel yang mempengaruhi relationship quality.
3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih menyeluruh, tidak hanya berdasarkan
mengenai kualitas produk, kualitas pelayanan, waktu, harga, interaksi serta
relationship quality, karena masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi
dan dapat meningkatkan relationship quality.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Avilianti dan Wildfridus Elu, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas
Pelayanan, Usahawan No.05 Tahun XXVI, Mei 1997.
73

Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas (Edisi Ketiga), Pustaka Pelajar


Offset, Yogyakarta, 1997.
Crosby, L.A., Evans, K.R. and Cowles, D. Relationship Quality in Services
Selling : an Interpersonal Influence Perspective, Journal of Marketing,
Vol.54 No.3, 1990.
Fullerton , G., and Taylor,S. Service Quality and Satisfaction with Service
Reasearch. 2000.
Garvin, D.A. Managing Quality, The Free Press, New York. 1998.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS (Edisi
Kedua), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
Ghozali, Imam. Model Persamaan Struktural, Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2004.
Goetsch, D.L. and S, Davis. Introduction to Qualty, Productivity,
Competitivenessm, Englewood. Clifs, N.J.: Prentice Hall International,
Inc.1994.
Gummeson, E. Implementation Requires a Relationship Marketing Paradigm,
Journal of The Academy of marketing Science, Vol.26 No.3, 1998.
H. Djaslim Saladin, Manajemen Pemasaran, Salemba Empat, Jakarta, 2003.
Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Metode Penelitian
untuk Pemasaran, 2009.
Hasyim, Dr. SE, MM, M.Ed dan Rina Anindita,SE, MM, Prinsip-prinsip Dasar
Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEU-University Press, 2009.
Hellier, P.K., Geursen, G.M., Carr, R.A. and Rickard, J.SA., Customer
Repurchase Intention a General Structural Equation Model, European
Journal of Marketing, Vol.37 No 11/12, 2003.
Hennig Thurau, T and Klee, A. The Impact of Customer Satisfaction and
Realtionship Quality and Customer Retention :a Critical Reassessment
and Model Development, Psychology and Marketing, Vol.14 No.8,
1997.
Hicks, J.M., Page Jr, T.J., Behe, B.K, Dennis, J.H.,Fernandez, R. And Thomas.
Delighted Consumers Buy Again, Journal of Consumer Satisfaction,
Dissatisfaction and Complaining Behaviour, Vol.18, 2005.
Ibrahim, Buddy. TQM Panduan untuk Menghadapi Pasar Global, Djambatan,
Jakarta, 1997.
J.Paul Peter, Jery C.Olson. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid
II.Edisi IV, Erlangga, Jakarta.
Kotler, Phillip. Management Marketing ( 6th Edition ). Prentice Hall inc
publishing, New Jersey, 2002.
Kotler, Phillip dan Armstrong, Gary . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I.
Erlangga, Jakarta, 2008.
Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller . Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid I.
Erlangga, Jakarta, 2008.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L. A Multiple Item Scale for
Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. 1988.
Rusdin. Teori, Masalah, dan Kebijakan dalam Praktik, Alfabeta, Bandung, 2007.
74

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. CV Alfa Beta, Bandung,


2000
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2012.
Supranto, Johanes. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikan
Pangsa Pasar, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.
Sutrisno Hadi, Meteologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, cet. Ke-23, 1994.
Thamrin Abdullah, Prof. Dr. MM, M,Pd dan Francis Tantri, Dr. SE.,MM.
Manajemen Pemasaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. Total Quality Management, Andi,
Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi-Offset, Yogyakarta, 1996.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Andi Press ,Yogyakarta, 2000.
Tjiptono, Fandy, dan Chandra, Gregorius. Service, Quality & Statisfaction, Andi
Press, Yogyakarta, 2005.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran Edisi III , Andi Press ,Yogyakarta, 2008.
Tse dan Wilton, Two Approaches to Service Quality Dimension, The service
Industry Journal, Vol.11 No.3, 1998.

75

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DALAM IKLAN


FRESHCARE AROMATHERAPY TERHADAP KEPUTUSAN
PEMBELIAN (STUDI KASUS DI WILAYAH TANJUNG
DUREN, JAKARTA BARAT)

Windi Asiani
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Windiasriani92@gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara celebrity endorser
dalam iklan FreshCare Aromatherapy terhadap keputusan pembelian. Celebrity endorser
terdiri dari tiga atribut yang menjadi variabel independen yaitu : credibility,
attractiveness dan power. Dan keputusan pembelian menjadi variabel dependen. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang membeli dan pernah
melihat iklan FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai celebrity
endorsernya. Metode Analisis yang digunakan adalah regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa credibility memiliki nilai signifikan sebesar
0,000 (<0,05) dan power memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 (<0,05), sehingga
credibility dan power memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian,
Sedangkan attractiveness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan
pembelian, karena nilai signifikannya sebesar 0,971 (>0,05). Dan juga hasil penelitian
menunjukkan bahwa credibity, attractiveness dan power secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, karena nilai signifikannya
sebesar 0,000 (<0,05). Dari hasil tersebut dapat disarankan bahwa PT. Ultra Sakti
sebagai produsen FreshCare Aromatherapy harus mempertahankan penggunaan
celebrity endorser dengan kriteria yang memiliki wawasan luas dan berkharisma.
Kata kunci: credibility,attractiveness, power, keputusan pembeli.

PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun perkembangan dan persaingan di segala sektor
industri semakin meningkat, hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif
dalam menjalankan kegiatan usahanya. Strategi pemasaran akan berpengaruh
terhadap penjualan. Dengan kata lain banyak konsumen yang tertarik untuk
melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Salah satu strategi pemasaran
yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan aspek bauran pemasaran
yang berhubungan dengan tehnik-tehnik yang paling efektif untuk menjual produk
(Griffin : 2007).
76

Menurut Belch dan Belch, promosi merupakan suatu bentuk koordinasi


dari semua upaya yang dilakukan oleh penjual dalam rangka memberikan
informasi dan juga persuasi (belch : 2008).
Media promosi yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi
tentang produk adalah media periklanan.
Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik
perhatian konsumen untuk membeli produk tersebut. Salah satu cara kreatif dalam
beriklan adalah dengan menggunakan celebrity endorser. Selebriti sangat
berperan dalam membantu kelancaran aktivitas pemasaran. Selebriti akan
membantu membuat hubungan emosional yang lebih kuat dengan konsumen, serta
bisa membangun daya tarik merek dengan target pasar yang dituju.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendra Saputra bahwa Variabel
independen (visibility, credibility, attraction, dan power) secara bersama-sama
dan parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Keputusan
pembelian). Dan variabel yang paling berpengaruh adalah credibility (Hendra :
2010).
Shimp mengatakan bahwa tidak semua merek yang menggunakan
celebrity endorser akan menjadi efektif iklannya (Shimp : 2007). Berdasarkan
penelitian terdahulu dan teori yang dikemukakan oleh Shimp, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Celebrity Endorser
Pada Iklan Minyak Angin FreshCare Aromatherapy Terhadap Keputusan
Pembelian. Penelitian ini dilakukan di wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas,maka peneliti merumuskan
masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian
pada produk FreshCare Aromatherapy?
2. Apakah attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian
pada produk FreshCare Aromatherapy?
3. Apakah power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada
produk FreshCare Aromatherapy ?
4. Apakah atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power)
mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.
MODEL PENELITIAN
Credibility
(X1)
Attractivenes
s (X2)

Keputusan
Pembelian

(Y)

Power
(X3)

Gambar 1 : Model Penelitian


77

HIPOTESA
H1: Diduga credibility celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian
pada produk FreshCare Aromatherapy
H2: Diduga attractiveness celebrity endorser mempengaruhi keputusan
pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.
H3: Diduga power celebrity endorser mempengaruhi keputusan pembelian pada
produk FreshCare Aromatherapy.
H4: Diduga atribut celebrity endorser (Credibility, Attractiveness dan Power)
mempengaruhi keputusan pembelian pada produk FreshCare Aromatherapy.
METODE PENELITIAN
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: credibility,
attractiveness , power dan keputusan pembelian. keempat variabel ini di
kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan
independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel
dependent (Y), credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3) adalah sebagai
variabel Independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.
Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Wilayah Tanjung Duren, Jakarta Barat berkisar
pada bulan Desember 2013 Februari 2014.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat
iklan minyak angin FreshCare Aromatherapy dengan Agnes Monica sebagai
celebrity endorsernya. Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka
sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh
dengan menggunakan metode Hair et. Al.
Metode Analisis Data
1. Analsisi Regresi Berganda
variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara
nilai variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu
data dimana y sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas,
nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +e
Keterangan:
Y : Keputusan Pembelian
a : Konstanta
b : Angka arah atau koefisian regresi
78

X1
X2
X3
e

: Credibility
: Attractiveness
: Power
: standard error

2. Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi


- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendirisendiri (atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel
dependen atau tidak (Hasyim dan Rina, 2009).
- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam
analisa regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan
variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Hasyim dan Rina,
2009).
- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel
bebas celebrity endorser (credibility, attractiveness, dan power) terhadap
keputusan pembelian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

.127

.620

X1_CREDIBILITY .571

.114

X2_ATTRACTIVE
.008
NESS

.230

Model
1

(Constant)

X3_POWER
.446
a.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

Sig.

.205

.838

.441

5.018

.000

.004

.036

.971

3.228

.002

.138
.364
Variable:

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi


bergandanya adalah sebagai berikut :
Y = 0,127 + 0,571X1 + 0,008X2 + 0,446X3 + e

79

2. Uji t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Standardize
d
Coefficients

Std. Error Beta

Sig.

.127

.620

.205

.838

X1_CREDIBILIT
.571
Y

.114

.441

5.018

.000

X2_ATTRACTIV
.008
ENESS

.230

.004

.036

.971

3.228

.002

(Constant)

X3_POWER
.446
a.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

.138
.364
Variable:

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel credibility (X1)


memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka
Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel credibility (X1) secara individual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Nilai signifikansi variabel attractiveness (X2) pada tabel diatas yakni
0,971 yang berarti > 0,05 , dengan demikian maka Ho diterima.
Kesimpulannya, variabel attractiveness (X2) secara individual tidak
berpengaruh dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
Nilai signifikansi variabel power (X3) pada tabel diatas yakni 0,002
yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya,
variabel power (X3) secara individual berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
3. Uji F
ANOVAb
Model

Sum of Squares df

1 Regressio
17.283
n
Residual 29.577

Mean Square F

Sig.

5.761

.000a

96

.308

Total
46.860
99
a.
Predictors:
(Constant),
X2_ATTRACTIVENESS
b.
Dependent
Y_KEPUTUSAN_PEMBELIAN

X3_POWER,

18.698

X1_CREDIBILITY,

Variable:

80

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas


diperoleh F hitung sebesar 18,243 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena
nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat pula
dikatakan bahwa variabel Credibility (X1), attractiveness (X2), dan power
(X3) secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap keputusan
pembelian (Y).
4. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R

Adjusted
R Square Square

R Std. Error of
the Estimate

1
.607a
.369
.349
.55507
a.
Predictors:
(Constant),
X3_POWER,
X1_CREDIBILITY, X2_ATTRACTIVENESS
Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya
Adjusted R Square adalah 0,369. Hal itu berarti variabel independen (credibility,
attractiveness dan power) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel
dependen (keputusan pembelian) sebesar 36,9%. Sedangkan sisanya (100%36,9% = 63,1%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel independen dalam penelitian ini yakni credibility celebrity endorser
berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini
terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang
menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.
2. Variabel independen dalam penelitian ini yakni attractiveness celebrity
endorser tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare
Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,971
diatas 0,05 (>0,05) yang menerangkan bahwa variabel tersebut tidak
berpengaruh signifikan.
3. Variabel independen dalam penelitian ini yakni power celebrity endorser
berpengaruh terhadap keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini
terlihat dari nilai signifikan variabel sebesar 0,002 dibawah 0,05 (<0,05) yang
menerangkan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan.
4. Variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan
power) celebrity endorser berpengaruh secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian FreshCare Aromatherapy. Hal ini terlihat dari nilai
signifikan variabel sebesar 0,000 dibawah 0,05 (<0,05) yang menerangkan
bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan secara bersama-sama. Dan
variabel independen dalam penelitian ini yakni (credibility, attractiveness dan
power) celebrity endorser memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel
81

dependen (keputusan pembelian) sebesar 34,9%. Sedangkan 65,1% dijelaskan


oleh sebab-sebab yang lain diluar variabel credibility, attractiveness dan
power.
1. Saran
Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat
penulis ajukan kepada PT. Ultra Sakti selaku perusahaan yang memproduksi
minyak angin FreshCare Aromatherapy, adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan keputusan pembelian, disarankan kegiatan promosi
melalui media iklan dengan menampilkan seorang celebrity endorser tetap
dilakukan terus agar minat konsumen semakin tinggi dan tertarik untuk
membeli minyak angin FreshCare Aromatherapy.
2. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan menggunakan
celebrity endorser yang memiliki kharisma yang baik, selain itu yang
memiliki wawasan yang luas mengenai produk yang akan diiklankan,
sehingga dalam membawakan produk dalam periklanan dapat meyakinkan
dan menambah kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu
menarik minat beli konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Belch, George E and Michael A Belch.2008. Advertising and Promotions. New
York : Mc. Graw Hill
Bruno Hasson. 2008. Fashion Branding : 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM
Fashion. Jakarta : Gramedia 2008
Fuad, Christine, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald. 2007. Bisnis. Ed.8. Jilid Satu. Jakarta :
Erlangga
Hasyim dan Anindita, Rina. 2009 Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran. Jakarta : UIEU-University Press
Heruwati, Eni. 2010. Analisis Pengaruh Daya Tarik, Kredibilitas, Dan Keahlian
Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor
Yamaha Mio. Semarang : Universitas Diponegoro
Indriani, Farida dkk. 2009 Studi Mengenai Efektifitas Iklan Terhadap Citra Merek
Maskapai Garuda Indonesia. Jurnal Sains Pemasaran Indnesia.
Kotler, Philip dan Amstrong. 2008 Dasar-dasar Pemasaran. Edisi 9. Jilid 1. Alih
Bahasa : Alexander Sindoro. Jakarta : PT. Index
Kotler, Philip dan Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Alih Bahasa : Bob
Sabran. Erlangga
Lee, Monlee dan Johnson, 2007. Carla. Prinsip-Prinsip Periklanan Dalam
Perspektif Global. Ed.1, Cet.2, Jakarta : Kencana
Morrisan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta :
Ramdina Prakarsa
Rizan, Muhammad, dkk. 2012. Pengaruh Brand Image dan Brand Trust
Terhadap Brand Loyalty Teh Botol Sosro.Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia, Vol. 3. No. 1
82

Royan, Frans. 2005. Marketing Celebrities. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Sapitri, Dwi Dkk. 2010 Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo
Terhadap Keputusan Pembelian Shampoo Loreal
Saputra, Hendra. 2010 Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Ponds. Jurnal Keuangan dan Bisnis
Setya, Hendri. 2013 Analisis Pengaruh Selebritis Pendukung Terhadap
Keputusan Pembelian ( Studi Kasus Pada PT. Harpindo Jaya, Kota
Purwodadi). Jurnal ilmiah USM
Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli
Kasip. Jakarta : Indeks
Sebayang dan Siahaan. 2008. Jurnal Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap
Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio
Automatik Club (MAC) Medan, Fakultas Ekonomi USU, Jurnal
Manajemen Bisnis,Vol.1 No.3
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Therence, Shimp. 2007. Periklanan dan Promosi. Jakarta : Erlangga

83

ANALISIS BAURAN PEMASARAN MEMPENGARUHI


KEPUTUSAN PEMBELIAN SMARTPHONE BLACKBERRY DI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL (STUDI KASUS PADA
MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS
EKONOMI REGULER AKTIF)
Ferian Osman
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ferianos92@gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran terhadap
keputusan pembelian smartphone BlackBerry. Variabel independen terdiri atas
produk, harga, distribusi, dan promosi, sedangkan variabel dependen adalah
keputusan pembelian.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang responden.
Responden penelitian ini adalah mahasiswa universitas esa unggul fakultas
ekonomi regular aktif. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bauran pemasaran (produk, harga, distribusi,
dan promosi) secara bersama-sama berpengaruh signifikan dalam peningkatan
keputusan pembelian konsumen. Secara parsial, variabel produk dan promosi
mempunyai pengaruh terhadap keputusan itu.Sedangkan variabel yang paling
dominan adalah variabel produk.
Kata kunci: bauranpemasaran, keputusan pembelian

PENDAHULUAN
Pemasaran tidak lepas dari masalah produk, harga, distribusi dan promosi
yang harus dipikirkan perusahaan agar dapat meraih pasar yang
diinginkan.Konsumen menjadi faktor kunci penentu atas keberhasilan atau kegagalan
suatu perusahaan di dalam memasarkan produknya.
84

Perkembangan teknologi handphone dapat dilihat dengan banyaknya merekmerek handphoneyang dipasarkan di Indonesia, baik dari luar negeri maupun dalam
negeri.Salah satu produsen yang ingin mengikuti perkembangan teknologi tersebut

adalah Blackberry. Blackberry berhasil menguasai pangsa pasar


menghadirkan berbagai fitur yang canggih bagi konsumen di seluruh dunia.

dengan

Gambar 1. Mobile brands in emerging markets 2013-2014


Namun, dalam beberapa tahun terakhir posisi BlackBerry tergeser oleh
merek-merek baru yang menawarkan Smartphone yang berlayar sentuh dan fitur yang
lebih canggih,pengguna Blackberry mulai beralih ke Smartphone tersebut dan mereka
memilih Smartphoneatau tablet yang lebih menarik.
Hal ini dapat dilihat dari Survei yang melibatkan 4.504 konsumen di negara
berkembang termasuk Brasil, China, India, Nigeria, dan Vietnam. Grafik persaingan
antara smartphonedi bawah inimenunjukkan BlackBerry masih jauh pasar yang
dijangkau I-Phone dan Samsung.
Berdasarkan Gambar1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun
2013-2014 diduduki oleh merek Samsung dan Apple, padahal tahun-tahun
sebelumnya BlackBerry dikenal sebagai market leader.Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ANALISIS BAURAN PEMASARAN
MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN SMARTPHONE
BLACKBERRY DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL. (Studi Kasus Pada Mahasiswa
Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif)
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan
masalah pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone
BlackBerry di Universitas Esa Unggul?
85

2. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone


BlackBerry di Universitas Esa Unggul?
3. Apakah lokasi/distribusi berpengaruh terhadap keputusan pembelian
Smartphone BlackBerry di Universitas Esa Unggul?
4. Apakah promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian Smartphone
BlackBerry di Universitas Esa Unggul?
5. Apakah produk, harga, lokasi, dan promosi secara bersama-sama
berpengaruhterhadap keputusan pembelian Smartphone BlackBerry di
Universitas Esa Unggul?
Model Penelitian
Produk (X1)

Harga (X2)
Keputusan Pembelian
(Y)
Tempat (X3)

Promosi (X4)

Gambar 2. Model Penelitian

Hipotesa
Pengaruh Produk Terhadap keputusan Pembelian
Produk merupakan hal penting dalam kegiatan pemasaran. Produk dapat
berupa barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan.Dalam membuat keputusan
pembelian, konsumen akan membeli barang atau jasa yang dirasakan perlu serta
bermanfaat baginya.
Menurut Kotler (2000), Atribut produk adalah bagian yang tak bisa
dipisahkan dari strategi produk yang dapat dikontrol langsung oleh perusahaan
86

sebagai suatu rangsangan yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam proses
keputusan pembelian.
Pengaruh harga Terhadap Keputusan Pembelian
Fandy Tjiptono (1997), menyatakan penentuan harga yang tepat harus
dilakukan perusahaan agar produk dapat bersaing dan dapat dipertahankan dipangsa
pasar. Harga yang ditetapkan perusahaan harus disesuaikan dengan kemampuan
konsumen.Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli.
Pengaruh Tempat Terhadap keputusan Pembelian.
Menurut Arfiyandi dan Adhilla (2010), kecepatan dan ketepatan dari saluran
distribusi yang dilakukan perusahaan akan sangat membantu konsumen dalam
mendapatkan produk perusahaan, hal ini agar dapat menaikkan citra keberadaan
produk dan perusahaan sendiri.
Pengaruh Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Perusahaan melakukan promosi untuk memperkenalkan produknya kepada
konsumen. Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian secara lebih cepat.Menurut Peter dan Olson
(2000) promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditujukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian.
Metode Penelitian
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada lima variabel yang dibahas yaitu: produk, harga, tempat,
promosi dan keputusan pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian
yaitu dependent variabel (Y) dan independent variabel (X), keputusan pembelian
adalah sebagai variabel dependent (Y), produk (X1), harga (X2), tempat (X3) dan
promosi (X4) adalah sebagai variabel independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan.Oleh karena
itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada
bulan Desember 2013 Agustus 2014.

87

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalahyaitu mahasiswa yang sudah pernah membeli
dan menggunakan Smartphone Blackberry di Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul reguler aktif.Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel
yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan
menggunakan metode quota sampling.
Metode Analisis Data
a. Analsisi Regresi Berganda
Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai
variabel yang ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y
sebagai variabel tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat
dicari dengan menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 +e
Keterangan:
Y : Keputusan Pembelian
a: Konstanta
b: Angka arah atau koefisian regresi
X1: Produk
X2: Harga
X3: Tempat
X4: Promosi
e: Standard error
b. Uji F, Kofisien Determinasi (R2), dan Uji t
- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa
regresi sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel
independen mempengaruhi variabel dependen.
- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas
(produk, harga, tempat dan promosi) terhadap keputusan pembelian.
- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri
(atau individu) variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.

88

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji F
Tabel 1. Hasil Uji F

Model
1

Regression
Residual
Total

Sum of
Squares
15.653
44.175
59.828

df
4
95
99

Mean
Square
3.913
.465

Sig.

8.416

.000(a)

Sumber : Data primer yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel 5.13 hasil uji F diperoleh F hitung sebesar 8.416 dengan
tingkat signifikan 0.000 . Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0.000< 0,05)
maka variabel produk (X1), harga (X2), distribusi (X3), dan promosi (X4) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y).
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 2.Hasil Analisa uji R Square
Model Summary

Model
1

R
.511(a)

R Square
.262

Adjusted R
Square

Std. Error of the


Estimate

.231

.6819

a Predictors: (Constant), promosi, distribusi, harga, produk


Sumber : Output SPSS
Berdasarkan tabel 2 diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 0,262 atau 26,2%.
Hal ini menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen (Keputusan Pembelian) adalah sebesar 26,2%. Atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan
sebesar 26,2% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 73,8%
dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.

89

Uji t
Tabel 3. Hasil Uji t

Model
1
(Constant)
Produk
Harga
Distribusi
Promosi

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
1.623
.466
.970
.176
.726
-.247
.140
-.190
-.018
.060
-.029
-.271
.122
-.263

Sig.

3.486
5.525
-1.771
-.307
-2.215

Sumber :Data primer yang diolah, 2014

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel produk (X1) memiliki nilai
signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak.
Kesimpulannya, variabel produk (X1) secara individual berpengaruh positif
keputusan pembelian.
Pada variabel promosi (X4) memiliki nilai signifikasi 0.029 yang berarti <0,05
dengan demikian, maka kesimpulannya, variabel promosi (X4) secara parsial
mempunyai pengaruh, tetapi tidak searah terhadap keputusan pembelian.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel Bauran Pemasaran(produk, harga distribusi, dan promosi) secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian.Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan
promosi) berpengaruh signifikan dalam peningkatan keputusan pembelian
konsumen.
2. Variabel produk dan promosi secara parsial mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian.Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua
variabel Bauran Pemasaran, ternyata hanya variabel produk dan promosi yang
mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini berarti bahwa semakin baik kualitas
produk dan promosi yang menarik akan mempengaruhi konsumen untuk membeli
Smartphone BlackBerry. Di lain pihak variabel harga dan distribusi tidak
signifikan artinya variabel harga dan distribusi tidak mempunyai pengaruh
terhadap keputusan pembelian BlackBerry.
90

.001
.000
.080
.759
.029

3. Variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian.


Dari keseluruhan variabel Bauran Pemasaran (produk, harga, distribusi, dan
promosi), ternyata variabel produk yang dominan mempengaruhi keputusan
pembelian.
Saran
1. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk karena terbukti bahwa faktor paling
dominan yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Smartphone
BlackBerry adalah faktor produk. Perusahaan perlu berinovasi dan menyesuaikan
produk dengan pangsa pasar yang ada pada masa kini. Masyarakat membutuhkan
produk yang inovatif, maka dari itu perusahaan BlackBerry harus mencari dan
mengembangkan fitur unggulan yang banyak diminati masyarakat dan untuk
bersaing dengan produk pesaing.
2. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu dalam penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan empat faktor yaitu produk, harga, distribusi dan promosi untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen
padasmartphone BlackBerry. Maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen terhadapsmartphone BlackBerry. Dengan menggunakan
faktor-faktor selain produk, harga, distribusi, dan promosi.
DAFTAR PUSTAKA
Angipora, Marius P. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999
Arfiyandi dan Adhilla , Analisis bauran pemasaran terhadap perilaku keputusan
pembelian konsumen distribusi outlet mailbox di Yogyakarta , 2010
Bilson Simamora , Analisis Multivariat Pemasaran . PT Gramedia Pustaka Umum,
2005
Courtland L. Bovee, Michael J. Houstin, dan John V. Thill. Marketing . Edisi
2.UnitedStates of America: McGraw Hill , 1995
D. H, Basu Swasta dan T. Hani Handoko , Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku
Konsumen , Edisi Kelima , Yogyakarta : Penerbitan Liberty , 2004
Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert .Bisnis Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga .
2007
Hasyim dan Rina Anindita, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran.Edisi Pertama. Jakarta; UIEU-University Press
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, PT. Gramerdia Pustaka Utama: Jakarta. 2006
James F. Engel at. al , Consumer Behavior , 8th, Orlando Florida : Dryden Press
Harcourt Brace Jovanovich,2001
91

Kotler dan Keller, Marketing Management Edisi 14, Global Edition.Pearson Prentice
Hall , 2012
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran . PT. Prenhallindo, Jakarta ,2000
Kotler, Philip , Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kelompok
Gramedia ,2005
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan, Pengendalian,
Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Salemba Empat , 2007
Leon G. Schiffman dan Leslie L. Kanuk , Consumer Behavior , Sixth Edition , New
Jersey : Prentice Hail International Inc , 2000

92

JOB INSECURITY, JOB SATISFACTION, KOMITMEN


ORGANISASI dan TURNOVER INTENTION di PT TIFFAKASIH
PRIMATAMA TANGERANG

Fei Ie
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
fei.ie@economic.esaunggul.ac.id
ABSTRACT
This study aimed to test wheter the relationship between job insecurity, job
satisfaction, organizational commitment with the turnover intention of technical
service division at PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. There are three independent
variables, such as : job insecurity, job satisfaction dan organizational commitment
and one dependent variable is turnover intention. This research uses the quantitative
method.
The sample used in this research are 59 people employee from technical service
division in the organization of PT TIFFAKASIH PRIMATAMA Serpong Tangerang.
The data are analyzed using path analysis technique with the IBM SPSS statistics 20
program.
The research result shows that there is a significant relation between job insecurity
and job satisfaction with turnover intention and with organizational commitment. Job
satisfaction has a negative significant relationship with turnover intention and
organizational commitment does not have any significant relationship with the
turnover intention.
Keywords : job insecurity, job satisfaction, organizational commitment, turnover
intention

93

Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perusahaan,dan sumber
daya manusia memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan akhir suatu perusahaan. Resign
/ keluar nya karyawan berprestasi rendah dalam suatu perusahaan akan bermanfaat positif bagi
organisasi, namun dengan keluarnya sumber daya manusia (karyawan) yang berpotensi akan
merugikan perusahaan, sumber daya manusia yang berprestasi akan mengundang perusahaan
melakukan usaha dan mengeluarkan banyak biaya untuk merekrut karyawan baru agar mengisi
posisi yang kosong.
Devisi Technical Service di PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, merupakan tulang punggung
yang menunjang berputarnya roda bisnis perusahaan. Bergerak di bidang supplier kimia untuk di
gunakan pada industri kertas di Indonesia, PT TIFFAKASIH PRIMATAMA memberikan service
langsung ke pabrik pabrik yang merupakan pelanggan sekaligus klien. Keahlian khusus
diperlukan dalam devisi technical service ini, dan bilamana terjadi turnover 94ntense yang tinggi,
akan menimbulkan kesulitan dalam penanganan masalah di lapangan.
Ketidak nyamanan dalam pekerjaan (job insecurity) merupakan suatu kondisi
ketidakberdayaan untuk mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja
yang mengancam. Ketidak nyamanan ini akan berdampak pada sikap kerja karyawan dan
keinginan untuk keluar dari organisasi ( turnover ) semakin besar. Persepsi ketidak nyamanan
dalam pekerjaan (job insecurity) yang pada beberapa penelitian (Ashford et al.,; Ameen et al.,;
Rosenblatt and Ruvio, ) ditemukan sebagai salah satu penyebab munculnya intense (keinginan)
keluar seseorang dari pekerjaannya. (nurwening, 2005)
Identifikasi dan pembatasan masalah
Pengamatan selama 3 tahun terakhir, yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA, serpong, mencatat peningkatan jumlah karyawan yang berpindah
kerja, adapun fenomena yang terjadi ;
Penyebab tingginya turnover intention hanya di identifikasi melalui alasan semu yang di
berikan, diantaranya : sakit, meneruskan pendidikan, membantu orang tua dan lain lain,
perusahaan belum pernah meneliti lebih lanjut penyebab sesungguhnya.
Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh ke tidak nyamanan kerja (Job Insecurity) terhadap kepuasan
kerja (job satisfaction).
2. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (job satisfaction) terhadap komitmen
organisasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketidak nyamanan kerja (Job insecurity) terhadap keinginan
karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
4. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja (Job Satisfaction) terhadap keinginan
karyawan untuk keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
5. Untuk mengetahui pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan karyawan untuk
keluar / berhenti bekerja (turnover intention).
Manfaat penelitian
Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi :

94

1. Perusahaan, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai masukan bagi perusahaan dalam
mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan meminimalisasi
intensitas perputaran keluar masuknya karyawan.
2. Bagi Universitas Esa Unggul, berharap hasil kajian ini dapat menambah kepustakaan
Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, terutama yang berkaitan dengan topik Sumber
Daya Manusia
3. Bagi peneliti selanjutnya, semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi
penelitian selanjutnya, dengan topik yang selaras.
4. Bagi penulis, penelitian ini akan membuka wawasan penulis mengenai keterkaitan antara
teori yang di pelajari di universitas dengan kenyataan di lapangan yang sesungguhnya.
Tinjauan Pustaka
Pengertian dan aktifitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Aktivitas SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang
terjadi dalam konteks organisasi (Mathis and Jackson, 2006), berikut ini adalah tinjauan singkat
tujuh aktivitas SDM :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Perencanaan dan analisa SDM


Peluang Pekerjaan yang sama
Pengangkatan pegawai
Pengembangan SDM
Kompensasi dan tunjangan
Kesehatan, keselamatan dan keamanan
Hubungan karyawan dan buruh / manajemen

Perencanaan dan analisa SDM, perencanaan SDM yang dilakukan manajer manajer
dilakukan untuk mengantisipasi kekuatan sumber daya manusia di perusahaan yang akan
mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Sebagai bagian dari usaha
memepertahankan daya saing organisasional, harus ada analisa dan penilaian efektivitas SDM,
karyawan juga hendaknya di motivasi dengan baik dan diharapkan bersedia tinggal bersama
organisasi dalam jangaka waktu yang pantas. (Mathis and Jackson, 2006)
Menurut Cascio, manusia adalah sumber daya yang penting dalam industri dan organisasi,
oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia mencakup penyediaan tenaga kerja yang
bermutu, mempertahankan kualitas dan mengendalikan biaya ketenagakerjaan. (wendi, 2009)
Ketidaknyamanan kerja (Job Insecurity)
Secara umum, job insecurity adalah ketidakamanan dalam bekerja secara psikologis. Toly
menyampaikan dengan sederhana, job security merupakan ketidakberdayaan seseorang secara
terus menerus dalam mewujudkan keinginannya pada sebuah situasi kerja yang menakutkan. Nur
Wening menuliskan bahwa perasaan tidak aman akan membawa dampak pada cara kerja dan
sikap kerja karyawan, penurunan komitmen, bahkan keinginan untuk berpindah kerja semakin
besar.
Job insecurity dapat dilihat sebagai pertentangan antara tingkat keamanan yang dirasakan
oleh seseorang dengan tingkat keamanan yang diharapkan. Hal ini di nyatakan oleh Jacobson dan
Hartley dalam Kinnunen et al. (Toly, 2001).
Kepuasan Kerja(Job Satisfaction)
95

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang positif yang merupakan hasil dari evaluasi
pengalaman kerja seseorang ( Mathis and Jackson, 2006) Ketidakpuasan kerja muncul ketika
harapan seseorang tidak terpenuhi. Faktor faktor yang memepengaruhi kepuasan kerja adalah
imbalan (gaji), promosi (jenjang karir), rekan kerja, supervisi (pelatihan ketrampilan) dan
pekerjaan itu sendiri. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di lapangan bisa diamati
terjadinya keluar masuknya karyawan terlihat dari beberapa indikasi, diantaranya : lewat absensi
yang meningkat, mulai malas bekerja / melakukan tanggung jawabnya, peningkatan terhadap
pelanggaran tatib kerja, sering melancarkan protes terhadap atasan, dan terlihat perilaku positif
yang sangat berbeda dari biasanya.
Robin,organizational behaviour terjamahan mengatakan
istilah kepuasan kerja ( job satisfaction) merujuk ke sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif
terhadap kerja itu; seorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negatif
terhadap kerja itu. (Wendi, 2009)
Komitmen organisasi
Sedangkan dalam sudut pandang Manajemen SDM, makna komitmen organisasi adalah
tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organsiasi dan mempunyai
keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi yang pada akhirnya tergambar dalam statistik
ketidakhadiran serta keluar masuk tenaga kerja. Demikian dituliskan Mathis and Jackson, dalam
bukunya Human Resource Management ; manajemen sumber daya manusia ( 2006 )
Dalam perkembangannya tentang komitmen organisasi, Meyer dan Allen memperkenalkan
tiga komponen model komitmen. (2003)
1. Komitmen organisasi afektif yang mengacu kecenderungan emosional karyawan, berdasarkan
keterikatan hati secara emosional individual dengan organisasinya, sehingga individu
cenderung untuk mengidentifikasikannya dan melibatkan diri dalam organisasi (want to).
2. Komitmen organisasi normatif, yang mengacu kepada kewajiban karyawan terhadap
organisasi., bahwa sebagai anggota organisasi mereka merasa wajib untuk tetap tinggal dalam
organisasi (ought to).
3. Komitmen organisasi continuance, yaitu mengacu pada biaya yang diperoleh selama hidup
dalam organisasi, berdasarkan pada untung rugi atau pertimbangan costs dan benefits individu
ketika meninggalkan suatu organisasi (need to)
Perputaran atau tingkat keluar masuk karyawan (Turnover Intention)
Perputaran (Turnover) atau tingkat keluar masuk karyawan terjadi ketika karyawan
meninggalkan organisasi dan harus digantikan (Mathis and Jackson, 2006). Teori lain
mengemukakan bahwa Turnover merupakan perilaku menarik diri atau keluarnya karyawan dari
satu organisasi kerja dan kemudian pindah ke organisasi kerja yang lain. (Wijayanti & Listyorini,
2013)
Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, seperti
menciptakan ketidakstabilan terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya
manusia. Keadaan tersebut menyebabkan organisasi menjadi tidak efektif karena kehilangan
karyawan berpengalaman. Pendapat tersebut didukung oleh Gregson T yang menyatakan dampak
negatif turnover terdapat pada kualitas dan kemampuan untuk menggantikan individu yang keluar
organisasi. ( Wijayanti )
Penyebab terjadinya turnover secara specifik dipengaruhi oleh
beberapa faktor intrinsik antara lain faktor ekonomi seperti kebutuhan untuk mendapatkan
penghasilan yang lebih baik, faktor organisasi seperti kurangnya keterpaduan dan komunikasi,
dan faktor individual seperti orientasi kognitif atau efektif karyawan dan ketidaknyamanan kerja
(Mobley dkk).
96

Kerangka pikir
PT Tiffakasih Primatama, adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan kimia
untuk industry kertas, perusahaan yang mulai berdiri pada tahun 1991 ini memasok bahan kimia
berupa kimia / preparat pada industry kertas dari berbagai negara, baik dari Singapura, China
maupun Perancis.
Kebutuhan sumber daya manusia untuk membantu perusahaan tetap berdiri dengan kokoh
adalah dengan melakukan service kepada customer secara rutin dan berkala, baik itu service
secara financial (yaitu : memperhatikan total cost yang dikeluarkan customer untuk biaya
produksi), secara hubungan marketing maupun melakukan service secara teknikal di lapangan.
Beberapa tahun terakhir ini, tahun 2010 hingga tahun 2012 tercatat peningkatan angka
turnover intention yang terjadi pada salah satu devisi dalam perusahaan, yaitu devisi technical
service. Yang berada di bawah supervisi devisi marketing dan manajemen sumber daya manusia
PT Tiffakasih Primatama.
Untuk itu penulis merasa tepat melakukan analisa penyebab terjadinya peningkatan turnover
intention tersebut. Seturut dengan teori teori yang ada dan penelitian penelitian yang sudah
dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang, Penulis menduga peningkatan turnover intention
dipengaruhi oleh faktor job insecurity, job satisfaction dan komitmen organisasi.
Pembuktian dugaan tersebut penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data primer
berupa pertanyaan yang di berikan kepada sample yang mewakili seluruh populasi, uji validitas
dan reliabilitas, dan analisis regresi.

Model Penelitian
3
4
5

2
1

Hipotesis
Pandangan sementara terhadap karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA devisi technical
service bahwa pengaruh ketidak-nyamanan kerja berpengaruh positif terhadap keinginan
berpindah kerja atau berhenti bekerja pada perusahaan.
H1 : diduga semakin rendah job insecurity maka akan menyebabkan semakin tinggi kepuasan
kerja.
Kondisi situasi kerja yang di alami technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA,
memperlihatkan ketidaknyamanan kerja mempengaruhi keinginan berpindah kerja melalui
kepuasan kerja pribadi karyawan juga komitmen kepada organisasi atau perusahaan.
H2 : diduga semakin tinggi job satisfaction / kepuasan kerja menyebabkan semakin tinggi
komitmen organisasi
97

Penilaian individu terhadap posisi sekarang dan merasakan tidak puas dapat memicu
seseorang untuk mencari pekerjaan lain. Lebih lanjut Hulin et al. dalam penelitiannya
menemukan bahwa ketidakpuasan seseorang terhadap pekerjaannya akan menimbulkan keinginan
untuk keluar dari organisasi. Temuan sejenis oleh peneliti lain yaitu Lum dkk juga
mengindikasikan hal yang sama, yaitu adanya hubungan negative antara kepuasan kerja dengan
turnover intention.
H3 : diduga semakin tinggi job insecurity yang dirasakan, semakin tinggi keinginan berpindah
kerja karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA
Karyawan yang merasa puas pada tugas dan lingkungannya akan merasakan adanya
persamaan dengan organisasi dan terlibat pada aktivitas perusahaan. Kepuasan kerja yang di
rasakan individu cenderung mempererat komitmen individu terhadap organisasi, dan loyalitas
karyawan PT TIFFAKASIH PRIMATAMA yang akhirnya akan menyebabkan rasa
ketergantungan dan tidak ingin keluar dari organisasi
H4 : di duga kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap turnover intention.
Hubungan antara komitmen organisasional dengan keinginan berpindah kerja, dari hasil
pengujian sebelumnya oleh Agus Arianto Toly, bahwa variabel komitmen organisasi dan variabel
turnover intention walau tidak berkorelasi kuat, namun terbukti dengan tingkat komitmen
organisasi yang tinggi akan sangat kecil keinginan pekerja untuk pindah keperusahaan lainnya.
H5 : diduga semakin tinggi komitmen organisasi, semakin rendah keinginan berpindah kerja.
METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Nama perusahaan: PT TIFFAKASIH PRIMATAMA, Alamat lengkap: jl. Komplek
Multiguna kav D, jalan raya serpong, KM 7, Serpong Tangerang , Status kantor : Head Office,
Waktu Penelitian : Juli 2013 sampai dengan Agustus 2013
Jenis dan sumber data
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif, Sumber data
Sumber
perolehan data akan diambil dari pengisian angket pertanyaan yang di distribusikan kepada 59
orang karyawan yang masih bekerja pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA.
Populasi dan sample
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59 orang karyawan yang masih bekerja
pada PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Sampel dalam kesempatan ini peneliti menggunakan
seluruh populasi sebagai sampel. Yaitu 59 orang karyawan yang masih bekerja pada PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA.
Metode analisis data
Berikut ini adalah metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
Uji Validitas untuk menguji keberartian koefisien rxy valid atau tidak valid akan digunakan uji t,
yang dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel. Keputusan pengujian validitas
instrumen dengan menggunakan taraf signifikasi 5% adalah sebagai berikut:
1) Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan t0,05; maka item
instrumen tersebut dapat digunakan.
2) Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari t0,05; maka item instrumen
tersebut tidak dapat digunakan.
98

Uji reabilitas di tunjukan untuk menguji sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten
apabila pengukuran di ulang dua kali atau lebih jadi reabilitas adalah indeks yang menunjukan
sejauh mana alat ukur dapat di percaya atau diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan dua kali
untuk konsisten. Sebagaimana yang dinyatakan Rina Anindita dan Hasyim menyatakan:
Jika koefisien reabilitas (Alpha) mendekati 1 sangat baik, jika berada diatas 0,8 baik, tetapi bila
berada di bawah nilai 0,6 tidak baik. Artinya, bila nilai Alpha berada di bawah 0,6, maka dapat
dikatakan bahwa pengukuran yang dilakukan tidak konsisten atau pengukuran kita tidak
reliable.
Metode Analisis Jalur
Analisis Jalur digunakan untuk mengetahui apakah data mendukung teori, yang secara apriori dihipotesiskan, yang mencakup kaitan structural antar variabel terukur. Analisis jalur (path
analysis) digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening.
Analisis jalur diperuntukkan menentukan besarnya pengaruh suatu variabel ataupun beberapa
variabel terhadap variabel lainnya baik pengaruh yang sifatnya langsung maupun tidak langsung.
Diagram Jalur (Path Diagram)
Substruktur 1
Job
Insecurity
X1

persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job Satisfaction


Job
Satisfaction
X2

Substruktur 2
Organisasi

Job
Satisfaction
X2

persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen

Komitmen
Organisasi
X3

Substruktur 3
persamaan regresi 3 adalah pengaruh Job Insecurity, Job Satisfaction dan
komitmen organisasi terhadap Turnover Intention

X1
X2

X3
Y adalah variabel :Turnover Intention
99

X1 adalah variabel:Job Insecurity


X2 adalah variabel :Job Satisfaction
X3adalahvariabel:KomitmenOrganisasi
Definisi Operational dan pengukuran Variabel

1. Job insecurity
didefinisikan Greenhalgh dan Rossenblatt dalam Utami dan Bonussyeani sebagai
ketidakberdayaan seseorang dalam mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi
kerja yang terancam. Job insecurity diukur dengan instrumen multidimensi dari Greenhalgh &

Rosenblatt dan Ashford et al. Jurnal Nur Wening dan jurnal Rony Setiawan dan Bram
Hadianto juga jurnal Utami Bonussyeani. Instrumen ini terdiri dari 7 butir pertanyaan dengan 7
poin skala likert.
2. Job Satisfaction
didefinisikan oleh Vandenberg dan Lance sebagai kondisi menyenangkan atau emosi
positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau pengalaman kerjanya.
Instrumen kepuasan kerja di salin dari Hackman & Oldham dalam Nur Wening. Instrumen
terdiri dari 13 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.
3. Komitmen organisasi,
Komitmen organisasi menggunakan dimensi Afektif, Normatif dan continuance.
Instrumen komitmen organisasi yang di adopsi dari Meyer & Allen dalam Iverson & Butigieg.
Jurnal Merry Christina dan Sunjoyo, terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.

4. Turnover Intention,
Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan
Bonussyeani, sebagai keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif
pekerjaan lain. Keinginan berpindah kerja diukur dengan instrumen dari Kalber dan Forgarty
dalam Utami, Bonussyeani, yang terdiri dari 11 butir pertanyaan dengan 7 poin skala likert.

Latar Belakang Responden


Sebelum disajikan data hasil penelitian setiap variabel yang di uji dalam penelitian ini, terlebih
dahulu dideskripsikan latar belakang responden secara singkat. Latar belakang tersebut meliputi
jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, jabatan saat ini, lokasi kerja dan pengalaman
kerja sebelumnya.
Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Usia (tahun)
< 25
26 - 30
31 35

59

100

27
12
2

45.76
20.34
3.39

100

36 40
> 40

6
12

10.17
20.34

Pendidikan terakhir
SMTP
SMU sederajat
D3 sederajat
S1 sederajat

1
52
3
3

1.694
88.14
5.08
5.08

5
23
14
17

8.48
38.98
23.74
28.8

45
5
4
5

76.27
8.47
6.78
8.47

14
23
6
3
5
4

23.73
38.98
10.17
5.08
8.47
6.78

6
44

10.17
74.58

lama bekerja
< 1 tahun
1 3 tahun
3 5 tahun
> 5 tahun
jabatan saat ini
Technical service junior
Technical service senior
Supervisor
Koordinator team
lokasi kerja
Cikarang
Perawang
Jambi
Kerawang
Serang
Surabaya
pengalaman kerja sebelumnya
Tidak diketahui masa lalunya
Tidak ada pengalaman kerja sebelumnya

Pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas saat ini 4

6.78

8.47

Pengalaman kerja yang tidak sesuai dengan tugas saat ini

(sumber : rekapitulasi penyebaran kuesioner penelitian)

Keinginan berpindah kerja didefinisikan oleh Suwandi dan Indriantoro dalam Utami dan
Bonussyeani, sebagai keinginan

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Sebelum dilakukan analisis maka terlebih dahulu, masing masing item pertanyaan diukur
melalui uji validitas menggunakan SPSS, nilai valid dinyatakan atau bisa dilihat dari nilai
probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf signifikan ( ) sebesar 0,05. Pengujian ini di
berikan kepada 30 responden diluar sample.
Hasil pengujian validitas pertanyaan job insecurity
No

Butir

Nilai korelasi
(pearson correlation)

Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]

Kesimpulan

101

aspek pekerjaan

P1

job event negative

P2

job event

P3

ancaman

P4

Ancaman

P5

job event

P6

job event

P7

0.679

0.000

Valid

0.558

0.001

Valid

0.104

0.583

Tidak valid

0.344

0.063

Tidak valid

0.456

0.011

Valid

0.173

0.360

Tidak valid

0.603

0.000

Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan yang valid
dari variable job insecurity untuk diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 2,5 dan 7
Hasil pengujian validitas job Satisfaction
No

Butir

Nilai korelasi
(pearson correlation)

Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]

Kesimpulan

P1

Keanekaragaman ketrampilan

0.421

0.020

Valid

P2

Umpan balik

0.008

0.966

Tidak valid

P3

Identitas tugas

0.524

0.003

Valid

P4

Derajat pentingnya tugas

0.210

0.265

Tidak valid

P5

Derajat pentingnya tugas

0.342

0.064

Tidak valid

P6

Otonomi

0.349

0.058

Tidak valid

P7

Identitas tugas

0.196

0.299

Tidak valid

P8

Otonomi

0.479

0.007

Valid

P9

Umpan balik

0.617

0.000

Valid

P10

Otonomi

0.640

0.000

Valid

P11

Umpan balik

0.455

0.011

Valid

P12

Umpan balik

0.446

0.014

Valid

P13

Derajat pentingnya tugas

0.288

0.122

Tidak valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk
variable job satisfaction yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1, 3,8,9,10,11 dan
12.
hasil pengujian validitas Komitmen organisasi
No

Butir

Nilai korelasi
(pearson correlation)

Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]

Kesimpulan

P1

Afektif

0.485

0.007

Valid

102

P2

Afektif

0.094

0.622

Tidak valid

P3

Afektif

0.470

0.009

Valid

P4

Afektif

0.253

0.177

Tidak valid

P5

Normative

0.296

0.112

Tidak valid

P6

Normative

0.381

0.038

Valid

P7

Normative

0.039

0.837

Tidak valid

P8

Continuance

0.581

0.001

Valid

P9

Normative

0.623

0.000

Valid

P10

Continuance

0.617

0.000

Valid

P11

Continuance

0.438

0.015

Valid

P12

Continuance

0.540

0.002

Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid untuk
variable komitmen organisasi yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan 1,
3,6,8,9,10,11 dan 12.

hasil pengujian validitas turnover intention

No

P1
P2

Butir

pribadi
dengan
pekerjaan
alternative

Nilai korelasi
(pearson correlation)

Prob. korelasi
[ sig. (2-tailed) ]

Kesimpulan

0.012

0.949

Tidak valid

0.280

0.135

Tidak valid

103

P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11

pekerjaan
pribadi
dengan
pekerjaan
dengan
lingkungan
dengan
lingkungan
alternative
pekerjaan
pribadi
dengan
pekerjaan
dengan
lingkungan
dengan
lingkungan
alternative
pekerjaan
alternative
pekerjaan

0.403

0.027

Valid

0.350

0.058

Tidak valid

0.401

0.028

Valid

0.681

0.000

Valid

0.496

0.005

Valid

0.543

0.002

Valid

0.728

0.000

Valid

0.340

0.066

Tidak valid

0.502

0.005

Valid

Dari hasil output SPSS tersebut, penguji hanya akan menggunakan pertanyaan valid
untuk variable turnover intention yang diberikan kepada responden. Yaitu pertanyaan
3,5,6,7,8,9 dan 11.

2. Uji Reliabilitas
Setelah data validitas diperoleh, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil uji
reliabilitas menunjukkan internal konsistensi reliabilitas yang bisa di katakan baik, hal ini di
tunjukkan dari nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0.60. Berikut ini hasil uji reliabilitas,
pada pengujian reliabilitas dengan 30 responden diluar sample, diperoleh nilai Cronbachs
Alpha dari masing masing variabel sebagai berikut :
Variabel

Cronbach's Alpha (Reliabilitas)

Job Insecurity

0,761

Job Satisfaction

0,818

komitmen Organisasi

0,761
0,476

Turnover Intention
sumber primer, diolah (2013)

Hasil uji reliabilitas dari 4 pertanyaan job insecurity, diperoleh nilai Cronbachs Alpha
0.761 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk job insecurity pada tingkat reliabilitas yang
cukup tinggi / cukup reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan job satisfaction, diperoleh nilai Cronbachs Alpha
0.818 hal ini menunjukkan pertanyaan untuk variabel job satisfaction adalah reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 8 pertanyaan komitmen organisasi, ternyata diperoleh nilai
Cronbachs Alpha 0.761 menunjukkan pertanyaan untuk mengukur variable komitmen
organisasi cukup reliabel.
Hasil uji reliabilitas dari 7 pertanyaan turnover intention, ternyata diperoleh nilai
Cronbachs Alpha 0.476 menunjukkan pertanyaan pertanyaan yang mewakili pengukuran
variabel turnover intention reliabel tingkat sedang.
104

Hasil Penelitian dan Analisis Data


1. Substruktur 1
persamaan regresi 1, adalah pengaruh Job Insecurity terhadap Job
Satisfaction, Pengujian substruktur 1 bertujuan untuk membuktikan apakah kepuasan kerja
dapat berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job insecurity terhadap
keinginan berpindah kerja.
Hasil analisa regresi untuk substruktur 1 untuk uji t pada substruktur 1
Hasil Analisa uji t pada Substruktur 1
Coefficientsa
Model
(Constant)
1Job Insecurity

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.

Std. Error

Beta

3.069
.363

.704
.131

.344

4.362 .000
2.764 .008

a. Dependent Variable: Job Satisfaction


Sumber output SPSS

Interpretasi :
Pengaruh langsung dari X1 terhadap X2 = (0.344) (0.344) = 0.118
Yang berarti secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction sebesar 11.8%, dan
sisanya 88.2% dipengaruhi oleh variabel lainnya.
2. Substruktur 2
persamaan regresi 2, adalah pengaruh Job Satisfaction terhadap Komitmen
Organisasi,
Pengujian substruktur 2 bertujuan untuk membuktikan apakah komitmen organisasi dapat
berperan sebagai variabel intervening dalam hal pengaruh job satisfaction terhadap keinginan
berpindah kerja.
Hasil analisa regresi dengan melakukan uji t untuk substruktur 2, didapati

Hasil Analisa uji t untuk Substruktur 2


Coefficientsa
Model

(Constant)

Job
Satisfaction

Unstandardiz
ed
Coefficients

Std.
Err
or

1.751

.301

.727

.060

Standardize
d
Coefficients

Sig
.

5.822

.00
0
.00
0

Beta

.850

12.17
9

a. Dependent Variable: Komitmen Organisasi


Sumber output SPSS

Interpretasi :
Pengaruh langsung dari X2 terhadap X3 = (0.850) (0.850) = 0.7225
105

Yang berarti secara langsung job satifaction mempengaruhi komitmen organisasi sebesar
72.25 %, dan sisanya 27.75% dipengaruhi oleh variabel lain.
1. Substruktur 3 persamaan regresi 3 adalah pengaruh job insecurity, job satisfaction dan
komitmen organisasi terhadap turnover intention, Pengujian substruktur 3 bertujuan untuk
membuktikan pengaruh dan besarnya pengaruh X1, X2 dan X3 terhadap Y,
a. Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak
signifikan terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. output SPSS memberikan
nilai standardized coefficients beta job insecurity pada persamaan sebesar - 0.120 dan
koefisien regresi = 0,395 ( > 0.05, tidak signifikan) yang berarti job insecurity tidak
mempengaruhi turnover intention secara langsung.
b. diketahui hasil output SPSS menunjukkan adanya hubungan kausal antara kepuasan
kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah kerja (turnover intention)
memberikan nilai koefisien regresi yang signifikan pada 0,034 ( < 0.05 ) menunjukkan
variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention. Dan nilai
standardized coefficients beta job satisfaction pada persamaan adalah sebesar - 0.520
dengan hubungan negatif.
c. Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent
dan turnover intention sebagai variable dependent, output SPSS menunjukkan ( = 0.156 ; t = -0.182 ; sig. = 0.469). hasil ini menggambarkan bahwa komitmen
organisasi berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara
signifikan.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut :
Secara langsung job insecurity mempengaruhi job satisfaction, namun pengaruh nya positive,
secara logika ketidak nyamanan kerja berpengaruh negative terhadap kepuasan kerja, semakin
nyaman semakin dirasakan kepuasan. Hasil penelitian substruktur 1 ini gagal mendukung
hipotesis 1 yang disajikan diawal. Ternyata karyawan devisi technical service di PT
TIFFAKASIH PRIMATAMA mampu meningkatkan antisipasi terhadap job insecurity.
Job satisfaction / Kepuasan kerja dapat juga berperan sebagai variabel intervening pada
pengaruh faktor job insecurity terhadap komitmen organisasi. Karyawan PT TIFFAKASIH
PRIMATAMA devisi technical service yang telah merasakan kepuasan kerja akan merasa aman
dan bebas dari perasaan terancam dalam bekerja, serta dapat berkomitmen pada perusahaan
dengan baik. Hal ini mengindikasikan bahwa devisi technical service PT TIFFAKASIH
PRIMATAMA dapat mempertahankan kesinambungan yang diinginkan dalam kondisi kerja
dalam kekompakan organisasi. Pengujian melalui substruktur 2 menemukan kepuasan kerja (job
satisfaction) secara signifikan dan positif berpengaruh terhadap komitmen organisasi,
Hasil pengujian ketiga menunjukkan bahwa job insecurity secara negatif dan tidak signifikan
terbukti tidak mempengaruhi turnover intention. Temuan ini mendukung hasil pengujian Nur
Wening yang menunjukkan bahwa job insecurity secara signifikan dan negatif tidak berpengaruh
terhadap turnover. Namun dicatat dalam jurnal Nur Wening, penemuan Pasewark dan Strawser
menyatakan bahwa job insecurity bukan merupakan prediktor langsung terhadap keinginan
berpindah.
Ada hubungan kausal antara kepuasan kerja (job satisfaction) dengan keinginan berpindah
kerja (turnover intention), variable job satisfaction mempengaruhi variable turnover intention,
dengan hubungan negatif. Job satisfaction ( kepuasan kerja ) merupakan hal terpenting yang di
rasakan oleh karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA. Hasil regresi
juga menunjukkan bahwa job satisfaction / kepuasan kerja dapat berperan sebagai variabel
intervening pada pengaruh faktor job insecurity terhadap keinginan berpindah kerja.
106

Hasil regresi berikutnya, antara komitmen organisasi sebagai variable independent dan
turnover intention sebagai variable dependent, menggambarkan bahwa komitmen organisasi
berbanding terbalik dengan turnover intention namun tidak secara signifikan. Hal ini
menunjukkan komitmen organisasi, kesetiaan terhadap organisasi atau perusahaan tidak
mempengaruhi keinginan karyawan devisi technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA
untuk pindah kerja. Atau dengan kata lain komitmen organisasi bukan salah satu penyebab
keinginan berpindah kerja.
Saran bagi perusahaan
Melihat hasil pengolahan data kuesioner, terlihat bahwa subvariabel yang memiliki angka
tertinggi adalah kekhawatiran karyawan dalam hal melakukan dan mengantisipasti kesalahan,
atau kepuasan karyawan akan pekerjaan atau jobdes (tugas) mereka dan pengembangan karir. Hal
ini yang diharapkan dapat memenuhi dan memberikan perasaan aman dan nyaman bagi devisi
technical service PT TIFFAKASIH PRIMATAMA dan dapat meningkatkan kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan kebutuhan di lingkungan kerja,
seperti kebutuhan terhadap pekerjaan, tingkat supervisi, hubungan sesama karyawan, kesempatan
promosi yang memadai. Berdasarkan hal hal tersebut maka penulis menyarankan kepada top
management PT TIFFAKASIH PRIMATAMA untuk melakukan hal hal sebagai berikut :
Memberikan kesempatan kenaikan jenjang atau tingkat jabatan, yang di iringi kenaikan gaji yang
sesuai dan jelas untuk devisi technical service, dengan melakukan evaluasi kerja team secara
berkala, agar karyawan memiliki motivasi kerja dan target jabatan, yang diharapkan akan
memacu semangat kerja yang pada akhirnya dapat melahirkan kinerja yang baik
Hasil analisa pengaruh komitmen organisasi terhadap turnover intention ternyata tidak
memperlihatkan signifikansi, komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, tetapi
melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja
dan karyawan yang sudah puluhan tahun bekerja pada organisasi terntu memiliki tingakat
komitmen yang berbeda, di sarankan kepada perusahaan, melalui penelitian ini didapati besarnya
pengaruh job satisfaction terhadap turnover intention maupun komitmen organisasi
Saran penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa saran untuk penelitan selanjutnya
diantaranya adalah sebagai berikut :
Masalah turnover intention yang cukup komplek, sehingga ada banyak terdapat pengaruh
faktor lain yang belum di pertimbangkan untuk di amati. Agar dapat diperoleh hasil yang lebih
representative dan variabilitas data yang lebih banyak.
Jumlah sample penelitian kali ini relative sedikit, walaupun telah memenuhi batas minimal,
tapi tentunya mempengaruhi keandalan pengujian data. Jika memungkinkan untuk penelitian
selanjutnya dapat mengumpulkan lebih banyak sample yang diteliti.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner, angket
berupa kalimat kalimat pertanyaan, kelemahan metode ini adalah memungkinkan terjadinya bias
oleh surveyor, ( common method bias ( Podsakoff et al.,)) tanggapan responden dimungkinkan
tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan
mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap.
Terima Kasih
Segala Puji Sembah juga Syukur ku naikkan bagi MU TUHAN YESUS KRISTUS. Terima kasih
kedua orang tua saya, suami dan anak anak, dosen pembimbing saya ibu Rina Anindita, SE. MM.,
ketua program studi jurusan manajemen bapak Sugiyanto., serta teman-teman Fakultas Ekonomi
2013. Terima kasih atas dukungan serta doanya
107

Daftar Pustaka
Agus Arianto Toly;. (November 2001). "analisis faktor faktor yang mempengaruhi turnover
intentions pada staf kantor akuntan publik". Jurnal akuntansi dan keuangan volume 3, no.
2, 102-125.
Ariati, J. (Oktober 2010). Subjective well-being (kesejahteraan subjektif) dan kepuasan kerja
pada staf pengajar (dosen) di lingkungan fakultas psikologi Universitas Diponegoro.
Jurnal psikologi Undip vol. 8, no. 2, .
Becker, Thomas, et.al.;. (n.d.). "Employee Commitment : Implications for Job Performance".
Academy of Management Journal. Volume 39, no. 2, 464-482.
Bonaventura Ridya Putra;. (2012). "pengaruh job stressor terhadap turnover intention dengan
kepuasan kerja sebagai variabel pemediasi". Jurnal studi manajemen Indonesia, volume 1,
no. 2, 72-81.
Bram Hadianto, Rony Setiawan;. (Mei 2013). "job Insecurity dalam organisasi". staf pengajar
fakultas ekonomi jurusan manajemen Universitas Kristen Maranatha Bandung, di unduh.
Burich, B. a. (2010). " Creating Learning Organizations in Higher Education : applying a system
perspective". The Learning Organization Volume 17, no. 3.
Chien, Chi Tseng;. (2010). "The effects of Learning Organization on Organization Commitment
and Effectiveness for Small and Medium-Sized Enterprises in Taiwan". Graduate School
University of Minnesota.
Gaertner, S. (1999). , structural determinants of job satisfaction and organizational commitment
in turnover models. 479-493.
Husein Umar;. (1998). Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Husein Umar;. (2005). Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Imam Ghozali;. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, edisi
kelima. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, ISBN 979.704.015.1.
Indi Djastuti;. (April 2011). "pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi
karyawan tingkat managerial perusahaan jasa konstruksi di jawa tengah". Jurnal bisnis
dan akuntansi, volume 13, no. 1, 1-19.
Ivancevich, et.al. (2005). "organisasi" edisi ke tujuh, penterjemah Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
Kristiana Haryanti, Estuning Ristaniar;. (mei 2013). " komitmen organisasi ditinjau dari kepuasan
kerja dan kualitas hubungan atasan - bawahan (Q-LMX). salatiga.
Lilis Endang Wijayanti, Inon Listyorini;. (February 2013). "pengaruh kepuasan kerja dan
komitmen organisasi terhadap turnover intentions". Universitas Teknologi Yogyakarta.
diakses dari perpustakaan jurnal universitas Esa Unggul.
Lin, Yan-Tsan, et.al.;. (2011). "The Effect of Organizational Commitment on Employee
Reactions to Educational training : An evaluation using the Kirk Patrick Four-level
Model". International Journal of Management. volume 28, no.3. , Part 2.
Luthans. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh. Jogjakarta: Andi.
M. Nursalim, Rezky Yulia Safitri;. (2013). " hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen
organisasi dengan intensi turnover pada guru ". Character, volume 01, no. 02.
Mangaraja Agung;. (2007). "disonansi kognitif pada mantan narapidana anak yang bergabung
dalam LSM sahabat Andik". Disonansi Kognitif, F. Psi UI.
Meyer and Allen;. (2003). " A Three Component Conceptualization of Organization
Commitment". Human Resources Management Review. volume 1, 61-89.
Nur Endah Sumiwi Bonussyeani, Initiyas Utami;. (Juni 2009). "pengaruh job insecurity, kepuasan
kerja, dan komitmen organisasional terhadap keinginan berpindah kerja". Jurnal akuntansi
dan keuangan Indonesia, volume 6, no. 1, 117-139.
108

Okechukwu, E. A. (2009). Job satisfaction and turnover intention relationship : The moderating
effect of job role centrality and life satisfaction". Moderating : Research and Practice in
Human Resource Management. 17(1),, 24-35.
Robbin, S. P. (2006). "Perilaku Organisasi" edisi kesepuluh, penterjemah Hadyana Pujaatmaka
dan Benyamin Molan, . Jakarta: Prenhalindo.
Sunjoyo, Merry Christiana;. (mei 2013). " pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen
organisasional yang di mediasi oleh identifikasi organisasional ". jurnal fakultas ekonomi
universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Thomas, K. a. (2006). " The Learning Organization : a Meta Analysis of themes in Literature".
The Learning Organization. volume 13, no. 2.
Tri Sugiarti;. (2001). " Pengaruh Karakteristik Individu dan Pekerjaan terhadap Komitmen
Organisasional". Jurnal Bisnis dan Manajemen, volume 1, no. 1, 42-55.
Trisnaningsih, S. (2009). " Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dosen Akuntansi". UPN
Veteran jawa timur.
Ulrich, Dave;. (1998). " Human resources Champion. The Next Agenda for Adding Value and
Delivering Results". Boston. Massachussets.: Harvard Business Press.
Ursa, Majorsy;. (Desember 2007). "Kepuasan Kerja, Semangat Kerja dan Komitmen Organisasi
pada Staf Pengajar". Jurnal Psikologi, volume 1, no. 1, 67-79.
Usmara. (2007). "Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia". Jakarta: Amara.
Wening, Nur. (2005). "pengaruh ketidak amanan kerja (job insecurity), sebagai dampak
restrukturisasi terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi dan intensi keluar survivor".
Kinerja, volume 9, no.2,, 135-147.
Wening, Nur. (Oktober 2005). "pengaruh job insecurity pasca- restrukturisasi terhadap kepuasan
kerja, komitmen dan intensi turnover survivor". Usahawan no. 10 XXXIV.
Yen, Poh Ng. (2011). " Learning Organization Dimensions on Knowledge Sharing : A Study of
Faculty Members in the Private Universities in Malaysia". diunduh .

ANALISIS ASOSIASI MEREK DAN ATMOSFIR TOKO


MEMPENGARUHI NIAT BELI PRODUK LES FEMMES
(STUDY KASUS : TOKO LES FEMMES DI MALL CIPUTRA)
Firly Rahayu Puspitaningrum
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
mynameisfirly@gmail.com
ABSTRAKSI
Diera globalisasi saat ini, kekuatan persaingan adalah persaingan antar merek. Untuk itu
asosiasi merek suatu perusahaan harus semakin kuat. Dengan semakin kuatnya asosiasi merek
pada suatu produk, maka semakin kuat pula daya tarik produk tersebut dimata konsumen untuk
menimbulkan niat beli. Selain itu, faktor atmosfir toko dapat mempengaruhi niat beli pada
konsumen, dengan menciptakan toko yang berbeda dengan yang lain, menjadi daya tarik
tersendiri konsumen untuk berkunjung ke toko.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh asosiasi merek yang terdapat pada
produk-produk Les Femmes dan atmosfir toko dari les femmes yang memiliki konsep yang
109

berbeda terhadap niat beli pengunjung toko Les femmes di Mall Ciputra. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pada toko Les
femmes Mall Ciputra.
Kata kunci : Asosiasi Merek, Atmosfir Toko, Niat Beli

PENDAHULUAN
Di era modern ini, barang branded menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di minati.
Perkembangan dunia fashion menjadi hal yang sangat penting di berbagai kalangan baik kalangan
muda maupun tua. Banyak orang yang ingin tampil menarik dan berbeda dari orang lain, apalagi
dalam pergaulan, penampilan sangat penting untuk diperhatikan, bahkan biasanya penampilan
tersebut harus didukung dengan produk bermerek yang eksklusif. Di dunia mode, merek-merek
dalam jajaran luxury brand bukanlah sekadar nama, juga bisa dibilang sebagai penunjang gaya
hidup sampai simbol status si pengguna.
Semakin ketatnya persaingan antar bisnis ritel modern, menyebabkan diperlukannya
peningkatkan kekuatan dalam perusahaaan agar mampu menarik niat beli konsumen yang dapat
dilakukan dengan cara memunculkan keunikan atau suatu ciri khas yang perusahaaan yang dapat
membedakan dengan para pesaing.Pada kondisi persaingan yang ketat, maka brand association
memegang peranan sangat penting. Nilai yang mendasari sebuah merek merupakan sekumpulan
asosiasinya, berarti makna merek tersebut bagi khalayak yang menjadi pijakan dalam
memutuskan pembelian. Namun disamping itu, atmosfir toko juga menjadi salah satu faktor yang
dapat menarik perhatian konsumen untuk berkunjung ke toko les femmes menciptakan store
atmosphere yang berbeda dengan toko fashion lainnya, oleh karena itu peneliti melakukan
penelitian ini untuk mengetahui faktor apa yang dapat meningkatkan niat beli konsumen pada
produk Les femmes karena Les femmes itu sendiri merupakan fashion store terbaru khususnya
dijakarta.
Rumusan masalah
1. Apakah asosiasi merek berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?
2. Apakah atmosfir toko toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk Les Femmes?
3. Apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh signifikan terhadap niat beli produk
Les Femmes secara serempak?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh asosiasi merek terhadap niat beli produk Les
Femmes.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh atmosfir toko terhadap niat beli produk Les Femmes.
3. Untuk mengetahui apakah asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli
produk Les femmes secara serempak

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Asosiasi Merek
110

Rangkuti menyatakan bahwa: asosiasi merek adalah segala hal berkaitan dengan ingatan
menegenai suatu merek. Asosiasi tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan.
Ketertarikan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau
terekspos dengan komunikasi dari pihak perusahaan. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen
dapat dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek (brand image) di dalam benak
konsumen.
Sedangkan menurut Susanto adalah : hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek
adalah asosiasi yang menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk mengekspresikan
gaya hidup, kelas sosial, dan peran professional atau yang mengekspresikan asosiasi-asosiasi
yang memerlukan aplikasi produk dan tipe-tipe orang yang menggunakan produk tersebut, toko
yang menjual produk atau wiraniaganya.
Pengertian Atmosfir Toko
Store atmosphere merupakan salah satu unsur yang harus dimiliki oleh setiap toko. Setiap
toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan pembeli untuk berputarputar didalamnya. Setiap toko mempunyai penampilan toko yang harus membentuk suasana
terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang dapat menarik konsumen untuk
membeli.
Lili Karmela dan Jujun Junaedi menjelaskan bahwa store atmosphere yaitu suasana
(atmosphere) merupakan kesan keseluruhan yang disampaikan oleh tata letak fisik toko, dekorasi
dan lingkungan sekitarnya

Pengertian Niat Beli


Niat beli Assael dalam Alex menyatakan bahwa niat beli merupakan perilaku yang
muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan
pembelian
Niat beli menurut Engel dalam Clyo dan Anik mengatakan bahwa niat umumnya dirujuk
sebagai pembelian yang terencana sepenuhnya. Konsumen akan lebih bersedia menginvestasikan
waktu dan energi dalam berbelanja dan membeli.
Fatima Gillani bahwa dalam pembelian niat yang datang ke dalam pertimbangan ketika
pelnggan mungkin mencoba untuk membeli beberapa produk atau jasa. Untuk pemasar pembelian
niat sangat penting sebagai perilaku konsumen ramalan mereka sangat tergantung pada niat
pembelian pelanggan.
Model dan Hipotesis Penelitian
Assosiasi
Merek (X1)

Niat Beli
(
Atmosfir Toko
(X2)

(Y)

111

Hipotesis :
H1: terdapat pengaruh positif asosiasi merek terhadap niat beli
H2: terdapat pengaruh positif atmosfir toko terhadap niat beli
H3 : terdapat pengaruh positif antara asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli

Waktu dan Lokasi Penelitian


Untuk pengumpulan data dan informasi data yang dibutuhkan, maka penulis dapat melakukan
penelitian ini di toko les femmes mall Ciputra dan yang dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini pengunjung wanita yang berada di toko les Femmes. Penelitian ini dilakukan pada
bulan April - Mei 2014.
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pengunjung wanita yang berada di Mall
Ciputra.Sementara itu, karena jumlah populasi tidak diketahui secara pasti maka perhitungan
jumlah sampel didasarkan pada rumus sebagai berikut:
n

Z2
4 (Moe)2

Dimana :
Z
= tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penelitian sampel
Moe
= Margin of error, atau tingkat kesalahan maksimum yang
dapat ditolerir.
n
= besarnya sampel.
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive sampling, dengan kriteria
yang dibutuhkan peneliti adalah
1. Wanita berumur lebih dari 18 tahun.
2. Wanita yang mengunjungi gerai Les Femmes di Mall Ciputra.

Metode Pengumpulan Data


Uji Kaiser Mayer Olkin (KMO) dengan Uji Validitas
Kaiser Mesyer Olkin (KMO) digunakan untuk mengukur kecukupan pengambilan sampel.
Measure Sampling Adequacy (MSA) digunakan untuk memperhitungkan kecukupan penggunaan
analisis faktor. Nilai KMO yang kecil memperlihatkan bahwa analisis faktor tidak dapat
digunakan, karena korelasi antara pasangan-pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel lainnya. Bila nilai KMO dibawah 0,5 maka analisa faktor tidak dapat digunakan
atau diterima. Sedangkan nilai KMO yang dapat diterima adalah nilai di atas 0,5 yaitu 0,6 hingga
0,9. Nilai KMO 0,9 menunjukkan harga yang sangat memuaskan, sedangkan nilai KMO dibawah
0,5 maka analisis faktor tidak dapat diterima.
112

Uji Reliabilitas
Digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukurdalam penggunaannya, atau dengan
kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada
waktu yang berbeda.Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,
formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbachs Alpha,
metode formula KR-20, KR-21, dan metode Anova Hoyt.Uji signifikansi dilakukan pada taraf
signifikansi 0,05, artinya instrumen dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih besar dari r
kritis product moment. Atau kita bisa menggunakan batasan tertentu seperti 0,6. Menurut Sekara,
reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8
adalah baik.
Analisis Faktor Score
Faktor score spada dasarnya adalah upaya untuk membuat satu atau beberapa variable yang
lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel asli yang sudah ada. Faktor score, sama
dengan variabel aslinya, juga berupa angka sejumlah pada kasus yang ada. Pembuatan faktor score
akan berguna jika akan dilakukan analisis lanjutan, seperti analisis regresi atau analisis
deskriminan.

Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen
sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).
Persamaan regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
Y
= Variabel dependent
a
= Intercept (konstanta)
b1
= Koefisien regresi untuk X1
b2
= Koefisien regresi untuk X2
b3
= Koefisien regresi untuk X3
bn
= Koefisien regresi untuk Xn
X1
= Variabel bebas pertama
X2
= Variabel bebas kedua
X3
= Variabel bebas ketiga
Xn
= Variabel bebas ke-n

= Nilai residu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Uji Validitas
113

Uji Validitas dari hasil Tabel untuk 0.05 dan uji satu sisi
Tabel Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek
Butir Pernyataan

Anti Image Matrices

MSA

Keterangan

2
3
5
6
7
8
9

0,883
0,854
0,898
0,881
0,920
0,818
0,860

> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5
> 0,5

VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID

Untuk uji validitas brand association yang terdiri dari 7 pernyataan. Dan semua
pernyataan dinyatakan valid.terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan
pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

Tabel Component Matrix Asosiasi Merek 1


Component Matrixa
Pernyataan

Component
1

Asosiasi Merek 1

.500

.508

Asosiasi Merek 2

.621

-.236

Asosiasi Merek 3

.750

-.312

Asosiasi Merek 4

.535

.710

Asosiasi Merek 5

.759

.248

Asosiasi Merek 6

.789

-.462

Asosiasi Merek 7

.603

-.033

Asosiasi Merek 8

.864

-.007

Asosiasi Merek 9

.878

-.057

Dilihat dari component matrix brand association diatas dapat dilihat bahwa asosiasi merek
memiliki 2 componen matrix, untuk menjadikan komponen menjadi satu maka pernyataan 1
dan pernyataan 4 tidak diikut sertakan karena pernyataan 1 dan 4 mengelompok ke dalam
komponen 2 dan dilakukan perhitungan ulang dan didapat nilai komponen tabel berikut ini:
Tabel Component Matrix Brand Association ke-2
114

Component Matrixa
Pernyataan

Component
1

Asosiasi Merek 2

.635

Asosiasi Merek 3

.777

Asosiasi Merek 5

.729

Asosiasi Merek 6

.850

Asosiasi Merek 7

.609

Asosiasi Merek 8

.860

Asosiasi Merek 9

.880

Setelah dilakukan penghitungan ulang dengan tidak mengikutsertakan pernyataan 1 dan 4,


didapat 1 komponen matrix dengan nilai diatas 0,05 maka dapat dikatakan bahwa analisa
faktor ini dapat diterima dan di analisis lebih lanjut.
Tabel Hasil Uji Validitas Suasana Toko
Butir Pernyataan
1
2
3
4
8
9
10
11

Anti Image Matrices


0,866
0,784
0,750
0,788
0,908
0,816
0,895
0,932

MSA
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5
>0,5

Keterangan
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID

Untuk uji validitas suasana toko yang terdiri dari 8 pernyataan. Dan semua
pernyataan dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan sinifikan,
dan pada anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.

Tabel Component Matrix Atmosfir Toko


Component Matrixa
Pernyataan

Component
1
2

Atmosfir Toko 1

.779

-.080

Atmosfir Toko 2

.817

-.155
115

Atmosfir Toko 3

.811

.040

Atmosfir Toko 4

.760

-.166

Atmosfir Toko 5

.618

.642

Atmosfir Toko 6

.535

.738

Atmosfir Toko 7

.414

.724

Atmosfir Toko 8

.778

-.231

Atmosfir Toko 9

.757

-.324

Atmosfir Toko 10

.852

-.195

Atmosfir Toko 11

.601

-.363

Dilihat dari data component matrix store atmosphere diatas dapat dilihat bahwa
suasana toko memiliki 2 component matrix, untuk menjadikan 1 komponen matrix maka
pernyataan atmofir toko 5, atmosfir toko 6, dan atmosfir toko 7 tidak diikutsertakan
karena pada pernyataan 5, 6 dan 7 mengelompok pada komponen 2.
Dan dilakukan penghitungan ulang maka di dapat nilai component tabel berikut
ini:
Tabel Component Matrix Suasana Toko ke-2
Component Matrixa
Pernyataan

Component
1

Atmosfir Toko 1

.777

Atmosfir Toko 2

.842

Atmosfir Toko 3

.793

Atmosfir Toko 4

.773

Atmosfir Toko 8

.813

Atmosfir Toko 9

.805

Atmosfir Toko 10

.871

Atmosfir Toko 11

.654

Tabel Anti image matrices niat beli


Butir Pernyataan
1
2
3

Anti Image Matrices


0,729
0,724
0,736

MSA
>0,5
>0,5
>0,5

Keterangan
VALID
VALID
VALID
116

0,744

>0,5

VALID

Untuk uji validitas niat beli yang terdiri dari 4 pernyataan. Dan semua pernyataan
dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada
anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
Tabel Componenet Matrix Niat beli
Component Matrixa
Pernyataan

Component
1

Niat Beli 1

.908

Niat Beli 2

.891

Niat Beli 3

.878

Niat Beli 4

.906

Untuk uji validitas minat beli yang terdiri dari 5 pernyataan. Dan semua pernyataan
dinyatakan valid. Terlihat pada uji KMO Barlet sudah diatas 0,5 dan signifikan, dan pada
anti image terlihat nilai MSA semua diatas 0,5.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengukur kuisioner merupakan
indikator dari suatu variabel. Dengan asumsi suatu kuisioner dikatakan reliable apabila
nilai Alpha positif dan > 0,6 dikatakan reliable sedangkan apabila niali Alpha positif dan <
0,6 dikatakan tidak reliable. Daftar kategori reliabilitas:
0,0 0,2
Sangat tidak reliabel
0,21 0,4
Tidak reliabel
0,41 - 0,6
Cukup reliabel
0,61 0,8
Reliabel
0,81 1,0
Sangat reliable
Berikut hasil uji reliabilitas dari masing-masing variabel:
Tabel Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Cronbachs
Alpha

Keterangan

Asosiasi Merek

0,871

Sangat Reliabel

Atmosfir Toko

0,903

Sangat Reliabel

Niat Beli

0,913

Sangat Reliabel

Variabel

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS


117

Terlihat nilai Cronbachs Alpha dari X1 sebesar 0,871 dimana > 0,61 maka dikatakan
pada uji reliabilitas asosiasi merek sangat reliable. Selanjutnya adalah uji reliabilitas untuk
variabel X2 yaitu suasana toko. Terlihat bahwa nilai Cronbachs Alpha dari variabel X2
sebesar 0,903 > 0,61 sehingga dapat dikatakan sangat reliable.Dan uji reliabilitas untuk
variabel Y yaitu niat beli terlihat bahwa nilai Cronbachs Alpha dari variabel Y yaitu niat
beli adalah 0,913 dimana > 0,61 maka dikatakan bahwa reliabilitas niat beli sangat
reliable.

3. Uji Faktor Score


Setelah dilakukannya uji validitas dan reliabilitas, berikutnya pengujian faktor
score. Pada uji ini, data yang digunakan adalah data real dengan jumlah responden
sebanyak 100 dengan . Kemudian dilakukan pengujian menggunakan faktor score
sehingga didapat hasil seperti dibawah ini:

1. Faktor Score Asosiasi Merek


Component Matrixa

Asosiasi Merek 2

Component
1
.620

Asosiasi Merek 3

.771

Asosiasi Merek 5

.612

Asosiasi Merek 6

.781

Asosiasi Merek 7

.629

Asosiasi Merek 8

.832

Asosiasi Merek 9

.874

Pernyataan

Pada hasil data diatas didapat bahwa asosiasi mereek memiliki 1 componen matrix
dengan nilai diatas 0,05.
2. Faktor Score Atmosfir Toko
Component Matrixa
Pernyataan

Component
1
118

Atmosfir Toko 1

.805

Atmosfir Toko 2

.791

Atmosfir Toko 3

.847

Atmosfir Toko 4

.553

Atmosfir Toko 8

.838

Atmosfir Toko 9

.803

Atmosfir Toko 10

.600

Atmosfir Toko 11

.599

Berdasarkan pengujian faktor score, atmosir toko memiliki component matrix 1 dengan
nilai diatas 0,05.
3. Faktor Score Niat Beli
Component Matrixa

Niat Beli 1

Component
1
.761

Niat Beli 2

.852

Niat Beli 3

.839

Niat Beli 4

.884

Pernyataan

Hasil pengujian faktor score, niat beli memiliki 1 nilai component matrix dan diatas 0,05.
Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel independent
yaitu asosiasi merek (X1), atmosfir toko (X2), terhadap variabel dependent yaitu niat beli.
Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi 2.1

Pengujian Uji F

119

Untuk menguji pengaruh dari variabel independen secara bersama-sama diuji dengan
menggunakan uji F. berikut hasil perhitungannya:
Tabel Hasil Uji ANNOVA
ANOVAa
Model
Regression
Residual

Sum of
Squares
49.402
49.598

df
2
97

Mean
Square
24.701
.511

F
48.308

Sig.
.000b

99.000
99
Total
a. Dependent Variable: NIAT BELI
b. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK
Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS
Hasil pengujian uji F menyatakan pengaruh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko secara
bersama-sama terhadap variabel niat beli ditunjukkan dengan hasil perhitungan nilai dalam kolom
signifikan 0,000. Dengan menggunakan batas signifikan 0,005 maka diperoleh nilai signifikan
dari uji F yang dilakukan 0,000 < 0,005 sehingga menyatakan bahwa secara bersama-sama
variabel asosiasi merek dan atmosfir toko berpengaruh secara signifikan terhadap niat beli
konsumen Les Femmes di mall Ciputra.

Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengatur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel-variabel Y (variabel dependent). Nilai koefisien determinasi
(R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua
informasi yang dibutuhkan. Berikut tabel hasil perhitungan koefisien detreminasi penelitian:
Tabel Koefisien Determinan (R2)
Model Summary
Model

R Square

Adjusted R
Square

Std. Error of
the Estimate

.706a
.499
.489
.71506857
a. Predictors: (Constant), ATMOSFIR TOKO, ASOSIASI MEREK
1

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS


Berdasarkan angka-angka hasil perhitungan yang terlihat pada tabel diatas, maka dapat
diketahui bahwa pengaruh asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap niat beli pengunjung Les
120

Femmes Mall Ciputra sebesar 0,706dengan koefisien determinasi 0,499 atau 4,99%. Artinya
tingkat niat beli pengunjung dipengaruhi oleh variabel asosiasi merek dan atmosfir toko,
sedangkan sisanya 5,01% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian.

Pengujian Uji t
Tujuan dari dilakukannya uji t adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh secara sendirisendiri masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko. Dengan uji t
diperoleh informasi variabel bebas yang memiliki pengaruh paling dominan. Secara sendirisendiri pengaruh dari kedua independen variabel terhadap niat beli pengunjung, dapat dilihat dari
tabel dibawah ini

Tabel Hasil Uji t

Model
(Constant)

Coefficientsa
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
1.832E-17
.072

ASOSIASI
.149
MEREK
ATMOSFIR
.582
TOKO
a. Dependent Variable: NIAT BELI

T
.000

Sig.
1.000

.119

.149

1.253

.213

.119

.582

4.910

.000

Sumber : Hasil kuisioner yang diolah data di SPSS

Pengaruh dari masing-masing variabel bebas yaitu asosiasi merek dan atmosfir toko terhadap
niat beli dapat terlihat arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Uji t dilakukan dengan cara
membandingkan tingkat signifikan < 0,05. Hasil pengujian hipotesis yang dilakukan diperoleh
nilai koefisien parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya
seperti yang terlihat pada tabel diatas. Terlihat bahwa secara sendiri-sendiri variabel asosiasi
merek tidak berpengaruh terhadap niat beli secara sendiri-sendiri dengan signifikan 0,213> 0,05,
sedangkan variabel atmosfir toko berpengaruh terhadap niat beli dengan nilai signifikan sebesar
0,000 < 0,05.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

121

Dari hasil yang telah dikemukakan pada bab V, maka dapat ditarik kesimpulan dari hasil
analisis tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa faktor asosiasi merek tidak memiliki hubungan atau tidak berpengaruh
terhadap niat beli pada toko Les Femmes di mall Ciputra.
2. Hasil analisis dari pengujian uji t mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa faktor atmosfir toko memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap niat
beli pada toko Les Femmes di Mall Ciputra.
3. Hasil analisis dari pengujian uji f, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli
menunjukkan bahwa variable asosiasi merek dan atmosfir suasana toko berpengaruh terhadap
niat beli secara bersama-saama pada toko Les Femmes di mall Ciputra.

Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran-saran yang dapat peneliti
berikan sebagai bahan masukan untuk Les femmes yaitu sebagai berikut:
Dalam upaya meningkatkan niat beli pada toko Les Femmes, sebaiknya pihak manajemen toko
dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan asosiasi merek
karena secara sendiri-sendiri asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap niat beli. Dalam hal ini
manajemen toko perlu melakukan inovasi terhadap produk-produk Les Femmes baik dari segi
kualitas produk maupun varian produk yang dijual untuk wanita sehingga pangsa pasar yang
ditujukkan lebih meluas tidak hanya untuk kalangan muda namun wanita dengan usia diatas 25
dengan berbagai macam profesi juga dapat menggunakan produk-produk dari Les Femmes tidak
hanya itu dalam penggunaannya produk-produk Les femmes harus dapat digunakan dalam jangka
waktu yang lama maka dari itu kualitas bahan harus diperhatikan dengan baik serta penciptaan
lingkungan toko yang indah,bersih,nyaman serta aman sehingga selain dapat menarik pengunjung
untuk datang juga membuat betah pengunjung yang berada didalamnya. Dengan merasa betah
dapat menimbulkan niat beli terhadap produk-produk yang dilihatnya. Tidak hanya itu,
keramahan dan perhatian karyawan terhadap pengunjung dalam melayani dan memberikan
informasi mengenai produk yang dijual dapat membangun hubungan yang baik antara Les
femmes dengan pelanggan dalam jangka panjang serta dengan hal tersebut membentuk citra yang
baik mengenai Les femmes dalam benak pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Bilson Simamora,Aura Merek,PT.Ikrar Mandiri Abadi,Jakarta,2003
Bilson Simamora, Riset Pemasaran Falsafah, Teori dan Aplikasi, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta,2004
Christian Hadi Wijaya,2013,Pengaruh Store Image, Store Atmospherics, dan Store Theatrics
Terhadap Purchase Intention Pada The Body Shop Galaxy Mall Surabayahlm.3

122

Clyopaza Kartika dan Anik Lestari,2013,Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek dan Harga
Terhadap
Niat
Beli
Konsumen
Pada
Samsung
Galaxy
Tab,Jurnal
Ilmu
Manajemen,Vol.1,No.5,hlm.1419
Darmadi Durianto, Sugiarpto dan Tony Sitinjak,Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
dan Perilaku Merek,PT. Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2001,

Ekuitas

Fandy Tjiptono,Brand Management and Strategy,Andi,Yogyakarta,2005,


Freddy Rangkuti, The Power of Brands:Tehnik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek,PT.Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2002
Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEUUniversity Press, 2009
Ida Bagus dan Ni Made,2013,Pengaruh Atmosfir Toko,Kualitas Pelayanan,Kelengkapa Barang
dan
Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Seminyak Bali,hlm
1243Pada Toko Painluva
Seminyak Bali,hlm 1243
Kevin Lane Keller,Strategic Brand Management:Building,Measuring and Managing Brand
Third Edition,Pearson Inter,USA,2008.

Equity

Lili Karmela dan Jujun Junaedi,2009,Pengaruh Store Athmosphere terhadap Minat Beli Konsumen pada
Toserba Griya Kuningan,Vol.5,No.9
Malhotra, N. K. (2004). Marketing Research : An Applied Orientation. Pearson Education.
Jersey.hal. 364

New

Philip Kotler,Manajemen Pemasaran Edisi Milenium,PT.Prenhallindo,Jakarta,2002


Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Marketing Management:Manajemen
Benyamin Molan 2007,Edisi 12,Indeks,Jakarta,2006.

Pemasaran,Penerjemah

Resti Meldarianda dan Henky Lisan,2008,Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat Beli
Resort Caf Atmosphere Bandung

pada

Reza Jalilvand, Neda Samiel dan Sayed Hassamaldin M,2011,The Effect of Brand Equity on
Purchase Itention,Vol.2,No.2
Rima Zhuhriah,2009,Pengaruh Citra Merek Terhadap Intensi Membeli,hlm.35
Singgih, Santoso, Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS untuk Statistik
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2006

Multivariant,

Susanto B.A dan Himawan Widjanarko, Power Branding:Membangun Merek Unggul dan
Organisasi Pendukungnya, Quantum Bisnis dan Manajemen (PT.Mizan Publika),Cetakan
Pertama,Jakarta,2004

123

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN


PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL ORDER
QUANTITY (EOQ) PADA
PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA
Herman Sugianto
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul Jakarta
Jakarta
rman_ice@yahoo.o.id

ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang
dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses
produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi
efisiensi proses produksi.
Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku
terutama pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin penerapan
kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara
karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus
dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi.
Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku

PENDAHULUAN
124

Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,
mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja secara
efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas perusahaan dan
memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan kebijakan persediaan
dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.
Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan
menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap
persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal dapat
menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting, sebab sukses
tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar terhadap kelancaran
proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.
Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis
perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,
semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan sistem
yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut tidak baik,
akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat bantu) untuk
mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa model seperti
EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan MRP.26
Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu teknik
kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi
berdasarkan pada beberapa asumsi.27
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2. Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain, persediaan
dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya penyetelan)
dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan atau membawa).
Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika pemesanan
dilakukan pada waktu yang tepat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo
Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?
2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses produksi
pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?
3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk
?
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT
Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.
26

Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory Management,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31
27
Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92

125

2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses
produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand, Lead
Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling berpengaruh
terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen
perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah
perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang
berjudul Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam. Berdasarkan uji pengaruh dan uji regeresi
dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level, dan
Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi
dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT
Hantong Precision Manufacturing.28

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan
melalui kerangka pemecahan masalah berikut :

Mulai

Data Kuesioner

Analisis SPSS

Kesimpulan

Selesai

Gambar Kerangka Pemecahan Masalah


Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian
periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam
penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari data
primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang
28

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan
Baku
Terhadap
Proses
Produksi
Pada
PT.
Hantong
Precision
Manufacturing
Batam,
www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4

126

menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data penelitian
ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian lapangan (Field
research).
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang
karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan di Jl.
Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 Indonesia.
Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang
karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013
No.
Divisi Operation
Jumlah
Persentase
1

LOGISTIC

10 %

PRODUCTION

44

73 %

QA & QC

7 %

WAREHOUSE

7 %

DELIVERY

3 %

60

100 %

Total Responden
Sumber : PT Pelangi Indah Canindo

Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun pertimbangan atau
kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi Operation yang mengetahui
dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT Pelangi
Indah Canindo Tbk.
Operasional Variabel
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu efisiensi
proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan bahan baku.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian persediaan
bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity). Variabel
independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan
Stock Out.
Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas

127

Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan tujuan
untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep, satu
pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap variabel
yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki nilai tertentu.
Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan kepada
responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam bentuk
pra penelitian.29
2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama dari
kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika memiliki nilai
tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan disebarkan
kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer dilakukan dalam
bentuk pra penelitian.30
3. Analisis Deskriptif
Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan
penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan jelas
dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih rinci
apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan demikian setiap
pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui mana yang
mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.31
4. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud meramalkan
keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai
faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan
dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.32
Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :33
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei
Dimana :
Y
=
Efisiensi Proses produksi
X1 =
Demand
X2 =
Lead Time
X3 =
Safety Stock
X4 =
Reorder Level
X5 =
Stock Out
bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
Ei =
Error
Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi
determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t.
29

Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92
30
Ibid, p.99
31
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177
32
Ibid, p.211
33
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25

128

Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu : metode
Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam mendukung efisiensi
proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan diteliti, yaitu : Demand,
Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap efisiensi proses produksi dan
mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap efisiensi proses produksi.

Hipotesis
H1
: Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi
H2
: Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi
H3
: Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi
H4
: Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi
H5
: Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi
H6
: Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf
signifikan () sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji
validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut :
1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05.
129

3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05
6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.
7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.
8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.
9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05
11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.
12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.
13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.
14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.
15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05
16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.
17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.
19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.
20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05
21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.
22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.
23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.
24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.
25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.
26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka pada
tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian reliabilitas
dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbachs Alpha dari masing masing variabel, sebagai
berikut :

Hasil Uji Reliabilitas


Dimensi
Efisiensi Proses Produksi
Demand
Lead Time
Safety Stock Reorder
Level
Stock Out

Jumlah Butir
Pertanyaan
4
4
4
4
3
7

Jumlah

Cronbachs
Alpha
0,834
0,888
0,640
0,691
0,851
0,922

Kesimpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

26

3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif

130

Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan


pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai
dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi.
Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut :
Tanggapan Responden
No.
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14

Butir Pertanyaan
Penerapan pengendalian persediaan bahan baku
yang dilakukan perusahaan
Kemampuan Perusahaan
Peranan Departemen PPC
Kelancaran proses produksi
Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan
pelanggan
Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan
Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan
Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan
tenggat waktu
Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat
waktu agar tepat waktu
Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku
Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan
pengaman
Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan
baku

P15 Perencanaan persediaan pengaman


P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26

Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman


dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat
pemesanan kembali bahan baku
Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan
baku
Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku
dengan sistem pengendalian persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi
kehabisan persediaan bahan baku
Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di
perusahaan
Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk
mengantisipasi stock out (kehabisan bahan baku)
Tanggung jawab departemen PPC untuk
mengantisipasi stock out
Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap kelancaran
proses produksi
Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk
mengantisipasi stock out
Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk
mengantisipasi stock out

Jumlah
Skor

Kesimpulan

272

Sangat Setuju

275
277
271

Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju

286

Sangat Setuju

283
279
283

Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju

259

Sangat Setuju

255

Sangat Setuju

245
260

Setuju
Sangat Setuju

285

Sangat Setuju

278

Sangat Setuju

276

Sangat Setuju

283

Sangat Setuju

277

Sangat Setuju

273

Sangat Setuju

276

Sangat Setuju

222

Setuju

231

Setuju

237

Setuju

222

Setuju

230

Setuju

227

Setuju

233

Setuju
131

4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda


a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang
mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi Proses
Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses Produksi).
Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
b. Uji F
Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety Stock,
Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi
dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung > Ftabel.
c. Uji t
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan Reorder
Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara
signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden
memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level maka
efisiensi proses produksi akan meningkat.
Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara
parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses
Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan bahwa setiap kenaikan
variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses produksi akan menurun.
Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya modal yang akibat barang modal
menganggur dan tidak berputar dan kerugian kehilangan penjualan atau kehilangan
pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit diperkirakan karena berhubungan dengan good will
perusahaan.
Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata yang
lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand.
Nomor Urut
1
2
3
4
5

Variabel
Demand
Reorder Level
Lead Time
Stock Out
Safety Stock

T hitung
4,901
4,199
3,815
1,934
0,104

Sig.
0,000
0,000
0,000
0,058
0,918

132

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti secara
parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi Proses
Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap variabel Safety
Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi. Oleh karena itu
pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama pada
variabel Safety Stock dan variabel Stock Out belum secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh manajemen perusahaan. Manajemen
perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara rutin penerapan kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan
yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai
perencanaan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel
Demand.
Keterbatasan
Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi oleh
peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada semua perusahaan.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang
memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai dengan
maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan mengisi kuesioner
secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang diambil hanya berdasarkan
pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen secara tertulis.
Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk :
1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku untuk
mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta mempertahankan
kelancaran proses produksi.
2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk meningkatkan
komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan produktivitas.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan
memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk
keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi dengan
baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap variabel yang hendak
diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat
fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan
yang kurang dimengerti oleh responden.

133

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi Ketiga,
Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004
Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 2008
Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004
Handoko, T.H., Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan 13,
BPFE, Yogyakarta, 2000
Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,
2009
Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama,
UIEU - University Press, Jakarta, 2009
Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008
Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004
Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003
Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008
Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1, Nomor
1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan Keputusan
Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya Pembelian Pada PT
Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan, www.google.com,
diunduh pada tanggal 17 Februari 2013
Riyanto, B., DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001
Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012
Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000
Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000
Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober
2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring Indonesia
di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada tanggal 31 Juli 2013
Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba Empat,
Jakarta, 2008, p.387
Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001
Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision
Manufacturing Batam, www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada
tanggal 29 Mei 2013
Yunarto, H.I. & Santika M.G., Business Concepts Implementation Serises in Inventory
Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005

134

ANALISIS RETAILING MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI


INDOMARET

Nina Merdiana
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ninamerdiana4@gmail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Faktor Retailing
Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang. Bagaimana kecenderungan keputusan
pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan diskriminan yang terbentuk. Faktor
Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service, Store Design & Display,
Communication Mix sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel
dependen. Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang pernah
melakukan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Metode analisis
yang digunakan adalah diskriminan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor Store Design & Display dan Communication
Mix memiliki pengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan faktor Customer Service tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Pricing tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian, faktor Location tidak memiliki
pengaruh yang signifikan, dan faktor Merchandise Assortment tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian. Faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang adalah faktor
Store Design & Display. Kemudian dilakukan analisis kualitatif diperoleh hasil bahwa responden
yang sering melakukan pembelian adalah perempuan usia dewasa dan karyawan swasta. Setelah
melakukan analisis diskriminan maka diperoleh hasil persamaan diskriminan Z Score = -11,588
+ 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.
Kata kunci : Retailing Mix, Keputusan Pembelian.

Pendahuluan
Latar Belakang
Perdagangan besar dan perdagangan eceran sangat penting dalam proses penyaluran
barang dan jasa. Tanpa usaha perdagangan besar dan eceran, sulit bagi produsen untuk
menyaluran barangnya walaupun produsen dapat langsung menyalurkan barang kepada
konsumen atau kepada pengecer. Perusahaan yang bergerak di bidang ritel atau perdagangan
eceran selalu berusaha memikat hati para konsumennya dengan memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen melalui produk yang berkualitas, harga yang bersaing, program promosi
135

yang menarik, kenyamanan berbelanja serta pelayanan yang prima. Industri ritel modern terbagi
terbagi menjadi beberapa kelompok seperti hypermarket, supermarket dan minimarket. Segmen
bisnis ritel tersebut biasanya dikelompokkan berdasarkan luas area penjualan, jumlah item serta
jenis itemnya. Minimarket merupakan jenis ritel modern yang paling agresif memperbanyak
jumlah gerai, misalnya Indomaret . Tidak heran, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini
kita dapat melihat betapa menjamurnya pertumbuhan minimarket di sekitar kita.
Menurut Data Consult, kenaikan jumlah gerai ritel terutama dipicu oleh pertumbuhan
gerai minimarket yang fenomenal. Jika pada tahun 2007 total gerai minimarket hanya 8.889 maka
pada 2010 melonjak pesat hingga mencapai sekitar 15.538 gerai. Sedangkan pada 2011
diperkirakan akan meningkat menjadi 16.720 gerai.
Para peritel harus semakin memahami konsumen dalam berbelanja, khususnya Store
Design & Display mengenai kenyamanan dan penataan barang. Menurut Sopiah dan Syihabudin
di dalam bukunya mengatakan bahwa, desain toko merupakan 5 materi penting untuk
menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan merasa berat berada disuatu toko. Pada
intinya, desain toko bertujuan memenuhi syarat fungsional sambil menyediakan pengalaman
berbelanja yang menyenangkan sehingga mendukung terjadinya transaksi.
Menurut Bob Foster di dalam bukunya mengatakan bahwa, Display adalah usaha yang
dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat dan
membeli. Display atau presentasi atau memajang barang sangat penting dilakukan oleh toko
swalayan. Display yang baik akan membangkitkan minat pelanggan untuk membelinya. Definisi
umum display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang yang mengarahkan pembeli
agar tertarik untuk melihat dan memutuskan untuk membelinya.
Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa
kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang
dari produsen sampai kepada konsumen. Levy dan Weitz menyebutkan bahwa retailing adalah
himpunan kegiatan bisnis yang menambahkan nilai ke produk dan jasa yang dijual kepada
konsumen untuk penggunaan pribadi atau keluarga. Retailing memiliki elemen yaitu Location
(lokasi), Merchandise Assortment (ragam produk), Pricing (penetapan harga), Customer Service
(pelayanan konsumen), Store Design & Display (desain toko dan display) dan Communication
Mix (bauran komunikasi).
Mengingat keinginan konsumen yang beragam, penting bagi pihak perusahaan untuk
mengetahui dan memahami perilaku pembelian konsumen, sehingga perusahaan mampu
mengembangkan barang dan jasa sesuai dengan kebutuhan konsumen. Perilaku konsumen adalah
studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan,
dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
mereka.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul Pengaruh Retailing Mix Terhadap Keputusan Pembelian di
Indomaret (Studi kasus pada konsumen Indomaret di Perumahan Vila Tomang Baru,
Tangerang).

Rumusan Masalah

136

1. Faktor-faktor Retailing Mix (Location, Merchandise Assortment, Pricing, Customer Service,


Store Design & Display dan Communication Mix) manakah yang mempengaruhi keputusan
pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ?
2. Manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang ?
3. Bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai dengan persamaan
diskriminan yang terbentuk ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang.
2. Untuk mengetahui manakah faktor Retailing Mix (Store Design & Display) yang dominan
dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru
Tangerang.
3. Untuk mengetahui bagaimana kecenderungan keputusan pembelian dimasa mendatang sesuai
dengan persamaan diskriminan yang terbentuk.
Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan berguna sebagai:
1. Bagi Perusahaan
Bahan masukan untuk perusahaan khususnya retailer untuk menentukan strategi dalam
memasarkan produk yang dihasilkan dengan lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Bahan tambahan bacaan khusus untuk mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan pembelian produk yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi
sumber informasi yang selanjutnya dapat dijadikan dasar masukan bagi penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Digunakan sebagai langkah awal bagi peneliti untuk menerapkan pengetahuan berupa teoriteori di bidang manajemen pemasaran yang didapat di bangku perkuliahan khususnya
berkaitan dengan masalah yang menjadi obyek penelitian dan penerapannya di lapangan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama bulan Februari 2014 sampai dengan Mei
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

2014 di

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut dengan kuesioner.
137

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan
dijawab oleh responden. Kuesioner bertujuan untuk mengukur persepsi responden digunakan
Skala Likert. Pertanyaan didalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-4 untuk
mewakili pendapat dari responden.
Studi pustaka adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku
literatur dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan untuk
mengetahui berbagai pengetahuan atau teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian. Sumber data yang diperoleh yaitu data primer yang merupakan data yang diperoleh
langsung dari objek penelitian yaitu dengan melalui penyebaran kuesioner dan menggunakan data
sekunder yang merupakan informasi yang diperoleh dari hasil publikasi dan diolah oleh pihak lain
berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data documenter).
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh konsumen yang sudah pernah melakukan
pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang yang jumlahnya tidak
diketahui.
Menetapkan populasi dalam penelitian ini menggunakan Quota Sampling dimana
pengambilan sampel ini dilakukan jika populasi tidak diketahui jumlahnya sehingga peneliti harus
menentukan sendiri jumlah sampel yang diinginkan. Metode pengambilan sampel yang
digunakan yaitu Purposive Sampling dimana pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan
kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti
merupakan anggota populasi.
METODE ANALISA DATA
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian.
Secara konsep, satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur
indikator/dimensi setiap variabel yang akan diukur.Secara statistik satu pertanyaan dianggap
sah jika memiliki nilai tertentu.
Penentuan kevalidan suatu instrument diukur dengan membandingkan r-hitung dengan
r-tabel. Adapun penentuan disajikan sebagai berikut:
1)
2)

Nilai sig r < 0.05 dikatakan valid


Nilai sig r > 0.05 dikatakan tidak valid

Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan
proses analisis diulang untuk butir valid saja. Untuk menghitung nilai korelasi setiap pertanyaan
dengan total jawaban, menggunakan rumus teknik korelasi product moment sebagai berikut :
n( XY ) ( X )( Y )
r
n X 2 ( X ) 2 (n Y 2 ( Y ) 2 )
Keterangan :
r
= Koefisien korelasi
= Jumlah skor total item
X
Y

= Jumlah skor total item


= Jumlah responden
138

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam mengukur gejala yang sama.
Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. uji reliabilitas data digunakan
rumus cronbach alpha yaitu:

Reliabilitas instrumen
Banyaknya butir pertanyaan kuesioner
Jumlah varians butir
Varians total
Suatu instrument dapat dikatakan reliable bila memiliki nilai koefisien keandalan atau
alpha lebih dari atau sama dengan 0,6. Perhitungan uji reliabilitan ini juga dilakukan dengan
bantuan komputer dengan program SPSS for Windows.
Untuk menganalisa tingkat kecenderungan konsumen mengambil keputusan berdasarkan
variabel dependent yang dibagi menjadi dua pada diskriminan dengan keterangan sebagai
berikut :
Kode

Nilai

Sering Membeli

Jarang Membeli

3. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah sebuah teknik untuk menganalisis data ketika criterion
atau variabel dependen bersifat kategoris dan prediktor atau variabel independen bersifat
interval. Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang dimiliki oleh
variabel kriterion. Bila variabel kriterion mempunyai dua kategori, teknik analisisnya dikenal
sebagai analisis diskriminan dua kelompok. Jika terdapat tiga atau lebih kategori, teknik
analisisnya dikenal dengan analisis diskriminan majemuk.
Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah bahwa dalam analisis dua variabel,
dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan
majemuk, dapat dihitung lebih dari satu fungsi.
Model analisis diskriminan terdiri dari kombinasi linier dari bentuk berikut :
D = b0 + b1 X + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6
Dimana :
D = Keputusan Pembelian
b = koefisien diskriminasi atau bobot
X1 = Location
X2 = Merchandise Assortment
X3 = Pricing
X4 = Customer Service
139

X5 = Store Design & Display


X6 = Communication Mix
Untuk memprediksi responden mana masuk golongan mana, kita dapat
menggunakan optimum cutting score. Rumus yang digunakan berbeda untuk grup yang
proporsional (kedua grup memiliki jumlah anggota yang sama) dan yang tidak
proporsional (jumlah anggota kedua grup berbeda). Untuk dua grup yang memilki anggota
yang sama, cutting score dinyatakan dengan rumus:
Zcu =

N AZ B
NA

NBZ A
NB

Dimana:
Zcu
= Cutting score untuk nilai yang sama
NA
= Jumlah anggota grup A
NB
= Jumlah anggota grup B
ZA
= Centoroid grup A
ZB
= Centroid grup B
Definisi Operasional Variabel
Didalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : variabel dependent dan independent
yang termasuk variabel dependentnya adalah, keputusan pembelian sebagai (Y) dan yang
termasuk variabel independentnya adalah Retailing Mix.
VARIABEL

DIMENSI

INDIKATOR
1. Strategis
2. Mudah dijangkau
3. Tersedia lahan parkir

Location
(X1)
Merchandise
Assortment
(X2)

1. Rentang produk
2. Kualitas produk
1. Harga tetap (fixed price) yang tertera
jelas pada rak barang
2. Harga yang bersaing
1. Jam operasional gerai
2. Menangani keluhan
3. Kemudahan pembayaran
4. Penyediaan trolley dan keranjang
dalam jumlah cukup
5. Jumlah kasir yang memadai
1. Kenyamanan
2. Penataan barang

Pricing
(X3)
Bauran Eceran
(Retailing Mix)
(X)

Customer Service
(X4)

Store Design &


Display
(X5)
Communication Mix
(X6)

Keputusan Pembelian
(Y)

Keputusan Pembelian
Produk

Kerangka Pikir Penelitian

1. Iklan
2. Promosi penjualan
3. Pemasaran langsung dan Pemasaran
interaktif
Pertimbangan Akhir Sebelum Membeli
Produk
0 = Sering Membeli
1 = Jarang Membeli

Sumber : Data di olah peneliti


PT. Indomarco Prismatama

Indomaret

Konsumen Indomaret di
Perumahan Vila Tomang
Baru - Tangerang

140

Retailing Mix
(X)

Location (X1)
Merchandise Assortment (X2)

Keputusan Pembelian

F
e
e
d
b
a
c
k

Sumber : Data diolah Peneliti

Hipotesis :
H1 : Terdapat pengaruh positif antara Location terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H2 : Terdapat pengaruh positif antara Merchandise Assortment terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H3 : Terdapat pengaruh positif antara Pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
H4 : Terdapat pengaruh positif antara Customer Service terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.
Berdasarkan hasil tabulasi pada kuesioner, pengujian validitas dan reliabilitas maka peneliti
melakukan uji diskriminan,untuk mengetahui faktor retailing mix manakah yang mempengaruhi
keputusan pembelian di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

Analysis Case Processing Summary


Unweighted Cases
N
Percent
Valid
100
100,0
Excluded
Missing or out-of0
,0
range group codes
At least one missing
0
,0
discriminating variable
Both missing or out0
,0
of-range group codes
and at least one
missing discriminating
variable
Total
0
,0

141

Tests of Equality of Group Means

Location
Merchandise Assortment
Pricing
Customer Service
Store Design & Display
Communication Mix

Wilks'
Lambda
,992
,988
,997
,997
,959
,954

F
,750
1,229
,338
,324
4,157
4,713

df1

df2
1
1
1
1
1
1

98
98
98
98
98
98

Sig.
,389
,270
,562
,570
,044
,032

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Variables Entered/Removed
Min. D Squared
Step
1

Entered
Statistic Between Groups
Communication
,190 Sering Membeli
Mix
and Jarang
Membeli
2
Store Design &
,391 Sering Membeli
Display
and Jarang
Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Statistic
4,713

Exact F
df1
df2
Sig.
1 98,000 ,032

4,786

2 97,000

,010

Structure Matrix
Function
1
Communication Mix
Store Design & Display
Pricinga
Locationa
Customer Servicea
Merchandise Assortmenta
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

,698
,656
,305
-,071
-,013
,005

142

Pengaruh Keputusan Pembelian


No.

Faktor

Fungsi

1.

Communication Mix

0,698

Store Design & Display

0,656

Sumber : Pengolahan Data SPSS 19


Canonical Discriminant Function Coefficients
Function
1
Store Design & Display
2,450
Communication Mix
2,545
(Constant)
-11,588
Dari
tabel
diatas
terlihat
bentuk
dari
fungsi
diskriminan
yang
terben
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Untuk menjadi persamaan :


Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix.

Functions at Group Centroids


Function
Keputusan Pembelian
1

Sering Membeli
Jarang Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Jarang Membeli

Z = -0,344

,281
-,344

Sering Membeli

Z = 0,281

143

Kurva Titik Cutting Off


Sumber : Pengolahan Data SPSS 19
Perhitungan :
Zcu = 55 x -0,344 + 45 x 0,281
55 + 45
= -0,06275 =
berarti sama dengan 0.
Classification Results

Keputusan
Pembelian
Original
Count Sering Membeli
Jarang Membeli
%
Sering Membeli
Jarang Membeli
a
Cross-validated Count Sering Membeli
Jarang Membeli
%
Sering Membeli
Jarang Membeli
Sumber : Pengolahan Data SPSS 19

Predicted Group
Membership
Sering
Jarang
Membeli
Membeli
30
25
13
32
54,5
45,5
28,9
71,1
29
26
13
32
52,7
47,3
28,9
71,1

Total
55
45
100,0
100,0
55
45
100,0
100,0

Dari pengolahan data yang dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan. Dengan
demikian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat pengaruh positif antara location terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel location yang
memiliki tingkat signifikan 0,389 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa location
tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
2. Tidak terdapat pengaruh positif antara merchandise assortment terhadap keputusan pembelian
di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
merchandise assortment yang memiliki tingkat signifikan 0,270 > 0,05. Hasil kesimpulan
yang dapat ditarik bahwa merchandise assortment tidak signifikan dalam mempengaruhi
keputusan pembelian.
3. Tidak terdapat pengaruh positif antara pricing terhadap keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel pricing yang
144

4.

5.

6.

7.

8.

memiliki tingkat signifikan 0,562 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat ditarik bahwa pricing
tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Tidak terdapat pengaruh positif antara customer service terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
customer service yang memiliki tingkat signifikan 0,570 > 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa customer service tidak signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Terdapat pengaruh positif antara store design & display terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel store
design & display yang memiliki tingkat signifikan 0,044 < 0,05. Hasil kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa store design & display signifikan dalam mempengaruhi keputusan pembelian.
Terdapat pengaruh positif antara communication mix terhadap keputusan pembelian di
Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari variabel
communication mix yang memiliki tingkat signifikan 0,032 < 0,05. Hasil kesimpulan yang
dapat ditarik bahwa communication mix signifikan dalam mempengaruhi keputusan
pembelian.
Adapun faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian di Indomaret
Perumahan Vila Tomang Baru Tangerang adalah faktor store design & display (kenyamanan,
penataan barang).
Fungsi diskriminan untuk kasus ini adalah :
Z Score = -11,588 + 2,450 Store Design & Display + 2,545 Communication Mix. Berdasarkan
fungsi ini kita dapat mengetahui bahwa kecenderungan seseorang untuk sering membeli dan
jarang membeli adalah karena mereka melihat dari sisi Store Design & Display dan
Communication Mix yang ada di Indomaret Perumahan Vila Tomang Baru, Tangerang.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti ingin memberikan masukan


berdasarkan hasil kesimpulan yaitu :
1. Location mengenai letak yang strategis, mudah dijangkau dan tersedianya lahan parkir
menurut peneliti akan lebih baik jika suatu saat Indomaret menambah gerai agar ditempatkan
lebih dekat dengan tempat tinggal konsumen, gerai Indomaret bisa lebih dekat dengan
konsumen sehingga mempermudah konsumen untuk melakukan pembelian, memperluas
lahan parkir agar konsumen merasa aman ketika parkir saat berbelanja. Merchandise
Assortment mengenai rentang produk dan kualitas produk, perusahaan seharusnya lebih
memperbanyak jumlah produk yang dijual, menyediakan ukuran yang beragam pada tiap jenis
produk, lebih menseleksi produk-produk yang berkualitas.. Pricing mengenai harga tetap
(fixed price) yang tertera jelas pada rak barang dan harga yang bersaing, menurut peneliti
akan lebih baik jika Indomaret lebih teliti dalam mencantumkan harga pada produk-produk
yang dijual agar konsumen dengan mudah mengetahui, lebih cermat dalam memberikan
informasi mengenai harga produk, menjual produk dengan harga yang lebih bersaing, menjual
produk dengan harga yang lebih hemat. Customer Service yang meliputi jam operasional
gerai, menangani keluhan, kemudahan pembayaran, penyediaan trolley dan keranjang dalam
jumlah cukup, dan jumlah kasir yang memadai menurut peneliti akan lebih baik jika
Indomaret menambah jam operasional hingga 24 jam, lebih tepat waktu membuka toko,
karyawan Indomaret lebih memahami informasi setiap produk yang dijual oleh Indomaret
agar ketika konsumen bertanya dapat memperoleh informasi yang benar mengenai produk,
karyawan Indomaret semaksimal mungkin mampu memberikan solusi kepada konsumen
mengenai produk, menambah fasilitas cara pembayaran, lebih memperhatikan keranjang
belanja yang rusak kemudian menggantinya dengan yang lebih layak dan menambah jumlah
keranjang belanja, menambah jumlah kasir agar aktifitas bertransaksi lebih efektif dan
konsumen tidak terlalu lama antre. Store Design & Display menurut peneliti perusahaan tetap
145

mempertahankan mengenai kenyamanan dan penataan barang, akan lebih baik jika
ditambahkan iringan musik dalam format audio visual dan lebih diperhatikan kebersihan
lantai agar konsumen nyaman dalam berbelanja. Communication Mix, menurut peneliti
perusahaan harus tetap mempertahankan yang sudah dilakukan mengenai iklan, promosi
penjualan, pemasaran langsung dan pemasaran interaktif seperti melalui brosur, papan iklan,
undian berhadiah, potongan harga pada produk-produk tertentu, katalog dan website namun
akan jauh lebih baik jika perusahaan beriklan melalui media televisi.
Terima Kasih
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta junjungan nabi besar Muhammad SAW atas
rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya Ibu Nani
Wijaya, Bapak RD. Rusdiyono, Adik saya Ferdy Rahadian, Dosen pembimbing saya Ibu Dra. Iin
Endang Mardiani, S.E, M.E, Ketua program studi Bapak Drs. Sugiyanto, MM, Dekan Fakultas
Ekonomi Dr. MF Arrozi A, SE, M.Si, Akt, CA serta teman-teman Fakultas Ekonomi angkatan
2010. Terima kasih atas dukungan serta doanya.
DAFTAR PUSTAKA
Asep ST Sujana, 2013, Manajemen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses.
Bilson Simamora, 2002, Panduan Riset Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bob Foster, 2008, Manajemen Ritel, Bandung: ALFABETA.
Data

Consult, 2014, Perkembangan


2011ProfilIndustri.html.

Bisnis

Ritel

Modern,

http://www.datacon.id/Ritel-

Ecampinindonesia,
2014,
Alasan
Mengapa
Indomaret
dan
Berdekatan,http://www.ecampindonesia.com/5-alasan-mengapa
alfamart-selalu-berdekatan.

Alfamart
selalu
indomaret-dan-

Hasyim dan Rina Anindita, 2009, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta
: UIEU-University Press.
Husein Umar, 2003, Metode Riset Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
___________, 2005, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Indomaret, 2014, Profil Perusahaan, http://www.indomaret.co.id/profil-perusahaan.
Junitrianto Kantohe, Merlyn Karuntu. 2014. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam
Berbelanja pada Fiesta Pasar Swalayan Manado, Jurnal EMBA, Vol.2, No.1, Hal 6677.

Levy and Weitz, 2004, Retailing Manajemen, New York : Mc Graw Hill.
Naresh, Malhotra, 2010, Riset Pemasaran, Jilid 2, Jakarta : Indeks.
Philip Kotler and Kevin Lane keller, 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas Alih
Bahasa Benyamin Molan, Jakarta : Indeks.
146

Philip Kotler and Gary Amstrong, 2006, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas, Jakarta :
Penerbit Erlangga.
____________________________, 2008, Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedua Belas Jilid
Satu, Jakarta : Penerbit Erlangga.

147

CELEBRITY ENDORSER IWAN FALS TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN TOP COFFEE DI WILAYAH RAWA BUAYA, JAKARTA
BARAT

Nurchalim
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta Barat
nurchalim94@ymail.com
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan atas dasar gencarnya promosi iklan Top Coffee yang dilakukan
oleh PT Wings Food di berbagai media. Dalam penelitian sebelumnya, dihasilkan bahwa
penggunaan seorang celebrity endorser akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen
dalam memberi barang, namun survey yang dilakukan oleh abi callysta dalam artikelnya yang
berjudul Kuatnya Iklan Top Coffee belum mampu menggeser konsumen kopi sejati,
mengatakan bahwa promosi melalui iklan yang dilakukan tersebut belum efektif. Penelitian
skripsi ini bertujuan untukmengetahui pengaruh celebrity endorser Iwan Fals terhadap
keputusan pembelian Top Coffee: Studi kasus di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.
Dalam pengambilan sampel menggunakan Purposive Samplingdan penentuan banyaknya
jumlah sampel menggunakan quota samplingkarena jumlah populasi tidak diketahui. Data telah
diuji validitas dan reliabilitas dengan menyebarkan kuesionerdan dilakukan analisis selanjutnya.
Hasil analisis didapatkan bahwa 4 hipotesis yang diterima dari 5 hipotesis yang diajukan.
Hipotesis yang pertama yaitu atribut celebrity endorser secara serempak berpengaruh terhadap
keputusan pembelian, hipotesis yang kedua yaitu atribut credibility secara individu berpengaruh
terhadap keputusan pembelian,hipotesis yang ketiga yaitu atribut attractiveness secara
individuberpengaruh terhadap keputusan pembelian, hipotesis yang keempat yaitu
atributpowersecara individu berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Kata kunci : Credibility, Attractiveness, Power, dan Keputusan Pembelian

Pendahuluan
Disaat keadaan perekonomian yang semakin pelik ini banyak terjadi persaingan di
berbagai bidang kehidupan, yang juga termasuk di dalamnya persaingan dalam dunia
bisnis.Banyak perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan konsumen atau
pangsa pasar, sehingga hal ini membuat perusahaan terus maju dalam memperbaiki bisnisnya
yang dengan maksud untuk mendapatkan profit.Selain itu dengan adanya kemajuan teknologi,
perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal
dengan perusahaan lainnya.Dengan adanya keinginan serta kebutuhan manusia yang semakin
meningkat dan bermacam-macam sepanjang waktu, baik itu dalam kebutuhan primer, sekunder,
maupun tersier, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi suatu pelaku industri dalam bidangnya.
Agar perusahaan dapat tumbuh serta berkembang sesuai tujuan, maka perusahaan harus
dapat mengantisipasi perkembangan ekonomi yang semakin kompetitif dengan melakukan
148

berbagai strategi yang tepat agar tidak tersisih dari persaingan bisnis. Selain itu perusahaan harus
juga harus dapat mengantisipasi kecenderungan ekonomi di masa yang akan datang dan harus
bisa bersaing dengan perusahaan lain yang berkecimpung di dalam jenis bisnis yang sama. Hal
tersebut perlu dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup serta kemajuan perusahaan
dalam dunia bisnis ini.
Saat memasarkan produknya, sebuah perusahaan memerlukan berbagai strategi yang jitu
agar dapat menjaring banyak konsumen, yaitu salah satunya melalui media apa perusahaan
memasarkan serta menggunakan siapa perusahaan dalam mengenalkan produk-produknya. Oleh
karena itu perusahaan harus menunjuk dengan tepat siapa orang yang paling pantas untuk menjadi
icon dari produk yang sedang diiklankannya, sehingga saat konsumen melihat orang tersebut
melalui berbagai media, dalam benaknya langsung mengingat serta menggambarkan produk
perusahaan yang pernah di perkenalkan olehnya.
Salah satu strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memasarkan produknya
yaitu dengan menggunakan celebrity endorser.Banyak perusahaan yang rela menggelontorkan
uang banyak untuk menjadikan seorang selebriti terkenal sebagai endorser produknya. Dengan
adanya celebrity endorser ini diharapkan akan berdampak positif terhadap penjualan produk suatu
perusahaan, yang tentu saja perusahaan tersebut harus benar-benar memilih dengan tepat siapa
yang cocok. Karena celebrity endorser tersebut harus dapat menciptakan atau merubah persepsi
masyarakat terhadap suatu produk yang diwakilinya dan apabila perusahaan dengan gegabah
dalam menentukannya bisa saja hal tersebut akan menjadi bumerang bagi perusahaan itu sendiri.
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hendra Saputra, penggunaan
celebrity endorser (visibility, credibility, attractivenessdan power) akan berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan dan secara parsial variabel
yang paling dominan adalah credibility.
Frans M. Royan menyatakan bahwa seorang selebriti akan sangat berpengaruh apabila
memiliki kredibilitas yang didukung faktor keahlian, sifat dapat dipercaya dan adanya kesukaan.
Serta menurutnya iklan yang menarik dan dibawakan oleh seorang selebriti yang sedang ngetop
akan mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penjualan.
Dalam persaingan industri di Indonesia, salah satu perusahaan yang menggunakan
celebrity endorser adalah PT Wings Food melalui anak perusahaannya PT Harum Alam Segar
pada produknya yang bermerek Top Coffee.Dalam iklannya, Top Coffee menggandeng salah satu
musisi ternama di Indonesia sebagai celebrity endorser-nya yaitu Iwan Fals.
Keberanian PT Wings Food menggunakan salah satu legenda musik ternama di Indonesia
sebagai endorsernya, serta menampilkan iklan yang berulang kali di berbagai media, tentu saja
tidak menghabiskan biaya yang sedikit.Karakter Iwan Fals yang tegas dan selalu mencirikan
Indonesia dalam setiap karya lagu-lagu yang diciptakannya sesuai dengan visi maupun misi yang
dibawa oleh Top Coffee.
Namun, dalam artikel yang dimuat dalam www.kompasiana.com pada tanggal 14
Desember 2012, survey yang dilakukan oleh Abi Calliysta di kabupaten Jombang, hasilnya
menunjukkan bahwa gencarnya iklan dan hebatnya ide PT Wings Food dengan mengawinkan
ketenaran citra Iwan Fals dengan Top Coffee di berbagai media belum mampu meraih pangsa
pasar konsumen kopi instan, dan ia dalam surveynya menyimpulkan sesuai teori mowen bahwa
penikmat kopi sejati mulai beralih ke merek lain hanya karena alasan ingin mencoba-coba bukan
karena berpindah ekstrim 100%.
Berdasarkanpenelitian sebelumnya dan teori yang dikemukakan, serta adanya fenomena,
maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan
149

Celebrity Endorser Iwan Fals Terhadap Keputusan Pembelian Top Coffee( Studi Kasus di
Wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat)
Rumusan Masalah
1. Apakah celebrity endorser yang atributnya terdiri dari credibility (X1), attractiveness (X2),
dan power (X3), secara serempak berpengaruh terhadap keputusan pembelian (Y) Top
Coffee?
2. Apakah credibility (X1) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
3. Apakah attractiveness (X2) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh
terhadap keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
4. Apakah power (X3) atribut dari celebrity endorser secara individu berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (Y) Top Coffee?
5. Atribut celebrity endorser (Credibility (X1), attractiveness (X2), Power X3)) manakah yang
paling dominan dalam mempengaruhi keputusan pembelian (Y) Top Coffee?

Landasan Teori
Celebrity Endorser
Menurut Shimp (2004:6) yang dialih bahasakan oleh sahrial dan anikasari, Celebrity Endorser
adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh terkenal dalam mendukung suatu iklan.
Menurut Schlecht (2010:228) Celebrity Endorser adalah individu yang terkenal oleh publik atas
prestasinya selain daripada produk yang didukungnya. Peni Hapsari, seorang selebriti yang

digunakan sebagai endorser harus Menurut Belch dan belch (2001:172) yang dimuat dalam
penelitian Ajeng memiliki atribut credibility, attractiveness, danpower.
a. Credibililty
Kredibilitas selebritis menggambarkan persepsi konsumen terhadap keahlian,
pengetahuan, dan pengalaman yang relevan yang dimiliki endorser mengenai merek produk
yang diiklankan serta kepercayaan konsumen terhadap endorser untuk memberikan informasi
yang tidak biasa dan objektif, dan pada penelitian ini atribut credibility memiliki indikator
yaitu (1). Expertise, merupakan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang dimiliki
endorser yang berkaitan dengan produk yang diiklankan, (2). Trustworthiness, mengacu pada
kejujuran, integritas, dapat dipercayainya seorang sumber.
b. Attractiveness
Attractiveness seorang endorser dengan tampilan fisik yang baik dan karakter yang
menarik dapat menunjang iklan dan dapat menimbulkan minat audiens untuk menyimak iklan,
dan atribut attractiveness memiliki indikator, (1). similarity, merupakan persepsi khalayak
yang berkaitan dengan kesamaan yang dimiliki dengan endorser, kemiripan ini dapat berupa
karakteristik demografis, gaya hidup, kepribadian, masalah yang dihadapi sebagaimana yang
150

ditampilkan pada iklan, dan sebagainya. (2). familiarity yaitu pengenalan terhadap narasumber
melalui exposure atau sebagai contoh, penggunaan celebrity endorser dinilai berdasarkan
tingkat keseringan tampil di publik, dan (3). likability yaitu mengacu pada kesukaan audiens
terhadap narasumber karena penampilan fisik yang menarik, perilaku yang baik, atau karakter
personal lainnya.
c. Power
Power adalah kharisma yang dipancarkan oleh narasumber sehingga dapat mempengaruhi
pemikiran, sikap, atau tingkah laku konsumen karena pernyataan atau pesan endorser tersebut,
yaitu :
1) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis yang patut responden
ikuti atau teladani.
2) Responden paham bahwa Iwan Fals merupakan sosok selebritis mampu dijadikan sebagai
idola acuan.
Keputusan Pembelian
Dalam sepanjang hidupnya, manusia akan terus menerus akan berusaha untuk memenuhi
segala keinginan serta kebutuhannya yang makin bervariasi dan beragam dalam kehidupan. Hal
tersebut menjadi peluang yang cukup menggiurkan bagi banyak produsen untuk mendapatkan
laba dengan selalu menciptakan produk-produk yang baru dengan disertai dengan inovasi juga ide
yang dapat menarik minat para konsumen untuk membeli. Namun, dengan banyaknya produsen
yang mengeluarkan variasi dari setiap jenis produknya, dapat membuat kosumen bingung
menentukan apa yang menjadi kebutuhannya.
Pengertian keputusan pembelian menurut Schiffman dan Kanuk (2007:485) adalah suatu
keputusan seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan yang ada.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (2008:179), saat menentukan keputusan dalam
membeli suatu produk, konsumen akan melalui beberapa proses dan proses tersebut meliputi
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan
perilaku pasca pembelian.
a. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan yaitu pembeli merasakan serta
menyadari suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan
internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa haus, lapar, seks dan
sebagainya timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan.
Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal. Contohnya, suatu iklan atau
diskusi dengan teman bisa membuat anda berpikir untuk membeli motor baru. Pada tahap ini,
pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhsan atau masalah apa yang
timbul, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen
pada produk tertentu.
b. Pencarian Informasi
Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen ingin
mencari informasi lebih banyak. Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari lebih
banyak informasi atau mungkin tidak.
151

Jika keinginan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen
itu, konsumen mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen konsumen akan
menyimpan kebutuhannya itu dalam ingatannya atau melakukan pencarian informasi yang
berhubungan dengan kebutuhan. Contohnya, setelah anda memutuskan bahwa memerlukan
mobil baru, paling tidak, anda mungkin lebih banyak mamperhatikan iklan mobil, mobil milik
teman, dan percakapan tentang mobil atau mungkin anda dengan aktif mencari bahan bacaan,
menelpon teman, dan mengumpulkan informasi dengan cara lain.
c.

Evaluasi Alternatif
Pencarian informasi yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen
menggunakan informasi yang telah didapatkan untuk memilih serta mengevaluasi merek
alternatif dalam sekelompok pilihan.
Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif tergantung konsumen pribadi serta
situasi pembelian tertentu. Ada beberapa konsumen yang hanya sedikit melakukan evaluasi
atau bahkan tidak mengevaluasi sama sekali, yang kemungkinan mereka membeli berdasarkan
referensi dari keluarga, teman, ataupun tetangga.
Pemasar harus mengetahui dan mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara
mereka dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu bagaimana proses evaluasi apa
yang dilakukan pembeli, pemasar dapat mengambil langkah untuk mendapatkan pembeli
tersebut agar membeli produk dari perusahaannya.

d. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian yaitu tahap proses dimana konsumen menjatuhkan keputusan dan
pilihannya untuk membeli produk.
e.

Perilaku Pasca Pembelian


Perilaku pasca pembelian yaitu tahap proses keputusan pembelian dimana konsumen
mengambil tindakan selanjutnya setelah membeli suatu produk dan hal tersebut didasarkan
pada kepuasan atau ketidakpuasan mereka.
Kewajiban seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya telah dibeli oleh konsumen.
Mereka harus mengetahui dan memperhatikan apakah konsumen akan merasa puas atau tidak
terhadap produk yang baru saja dibelinya. Jika produk yang dibeli oleh konsumen tidak
memenuhi harapan berarti konsumen itu tidak puas. Jika produk yang dibeli memenuhi
harapannya berarti konsumen itu puas, sedangkan jika produk yang dibeli melebihi harapannya
berarti konsumen itu sangat puas.
(X3)) yang paling dominan mempengaruhi Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee adalah
Credibility (X1)

152

2.3

Model Konseptual Hipotesis

Ha5

Credibility

Ha1

Ha4

Attractiveness

Keputusan
Pembelian
Pembelian

Power

Ha3

Ha2

Ha1: Diduga atribut celebrity endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), power (X3))
secara serempak berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha2: Diduga credibility (X1) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha3: Diduga attractiveness (X2) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha4: Diduga power (X3) atribut dari Celebrity Endorser secara individu berpengaruh
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Top Coffee
Ha5: Diduga Atribut Celebrity Endorser (credibility (X1), attractiveness (X2), dan power

Metodelogi Penelitian
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat.
Waktu yang digunakan dalam penelitian mulai dari pengambilan data, pra survey hingga
analisis data dilakukan pada bulan MaretMei 2014.

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.
Skala pengukuran ini bertujuan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif.
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala semantic differensial dengan
bobot penilaian antara 1 sampai dengan 10 point.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sumber data primer yaitu
seluruh masyarakat di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat. Data sekunder diperoleh dari
153

buku-buku, jurnal, internet, dan sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan topik yang
sedang diteliti dan studi kepustakaan.

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah Rawa
Buaya, Jakarta Barat. Jumlah populasi dalam penelitian ini yaitu tidak diketahui.
Sampel
Dikarenakan populasi tidak diketahui, maka pengambilan sampel menggunakan teknik
quota sampling sebanyak 100 responden dengan menggunakan metode non probability sampling
dan menetapkan beberapa kriteria-kriteria (purposive sampling) untuk menentukan respondennya.
Cara menentukan responden yang menjadi sampel digunakan tehnik Purposive Sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan keputusan dari peneliti sendiri, dengan menggunakan
kriteria-kriteria yang ditetapkan sendiri oleh si peneliti sepanjang unsur-unsur yang akan diteliti
merupakan anggota populasi. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat yang berdomisili di wilayah Rawa Buaya, Jakarta Barat
b. Berusia minimal 17 tahun
c. Pernah melihat iklan Top Coffee versi Iwan Fals
d. Pernah meminum Top Coffee
Metode Analisis Data
Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk melihat sejauh mana suatu instrument
(kuesioner) telah mengukur indikator dan variabel yang seharusnya diukur.
Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Korelasi
Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal, sedangkan jika data yang diperoleh
data interval kita bisa menggunakan produk moment. Valid tidaknya suatu instrument dapat
diketahui dengan membandingkan indeks korelasi sebagai nilai krisisnya dengan rumus sebagai
berikut:
Adapun penentuan disajikan sebagai berikut:
nilai sig r < 0.05 dikatakan valid
nilai sig r >0.05 dikatakan tidak valid
Jika ada butir yang tidak valid, maka butir yang tidak valid tersebut dikeluarkan dan proses
analisis diulang untuk butir valid saja.
Rumus Person Products Moment :

n(

r
n

X2

XY ) (
(

X ) 2 (n

X )(
Y2

Y)
(

Y)2 )

Keterangan :
r
= Koefisien korelasi
X = Jumlah skor total item
Y

= Jumlah skor total item


154

= Jumlah responden

Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah nilai yang menunjukkan konsistensi suatu instrumen terhadap
pengukuran indikator/variabel.
Salah satu angket dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas data digunakan
rumus cronbach alpha yaitu:

Reliabilitas instrumen
Banyaknya butir pertanyaan kuesioner
Jumlah varians butir
Varians total
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara :
1. Ukur ulang (repeat measure) adalah pemberian pertanyaan kepada responden atau calon
responden dengan pertanyaan yang sama dalam waktu yang berbeda (sebulan lagi, dua
bulan lagi, atau seterusnya), dan kemudian dilihat apakah dia tetap konsisten dengan
jawabannya.
2. Ukur sekali (one shot) adalah pengukuran angket yang hanya dilakukan sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil pertanyaan yang lain. Dalam penelitian ini
pengukuran yang digunakan adalah cara ukur sekali.
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel
yang ada biasanya variabel X dan Y menampilkan simbol dari suatu data dimana Y sebagai
variabel tergantung dan X sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan:
Y
a
b
X1
X2
X3

:Keputusan Pembelian
:Kostanta
:Angka arah atau koefisian regresi
:Credibility
:Attractiveness
:Power

Uji t, Uji f dan Koefisien Determinasi (R2)


Kriteria pengujian hipotesis terdiri atas uji t, uji f dan perhitungan besaran R2.
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu)
variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.
155

Uji f digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi
sudah tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi
variabel dependen.
Perhitungan besarnya R2 (koefisien determinasi) dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar variabel brand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan
asosiasi merek) mempengaruhi loyalitas.
Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan brand image (keunggulan
asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi merek) terhadap loyalitas.
Sebaliknya R2 yang mendekati 0% menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang diberikan
olehbrand image (keunggulan asosiasi merek, kekuataan asosiasi merek, keunikan asosiasi
merek) terhadap loyalitas.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Uji Validitas
Berkaitan dengan variabel credibility, attractiveness, power dan keputusan pembelian terdapat
20 butir pertanyaan. Hasil Uji Validitas menyatakan bahwa dari 20 butir pertanyaan terdapat 2
pertanyaan yang tidak valid yaitu pertanyaan nomor 1 dan 5 karena hasil signifikanya diatas 0,05
(R > 0.05). Sehingga pertanyaan yang tidak valid tersebut dihapus. Sedangkan 18 pertanyaan lain
yang memiliki nilai signifikannya dibawah 0,05 (R < 0.05 dianggap valid dan dapat digunakan
untuk penelitian ini.
Hasil Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan konsistensi alatukur yang digunakan atau
sejauh mana alat ukur dapat dipercaya ataudiandalkan. Hasil uji reliabilitas dinyatakan reliabel
jika hasil perhitunganmemiliki koefisien keandalan (reliabilitas) sebesar Cronbach Alpha > 0,6.
Tabel 5.2Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbachs
Alpha
.905

N of
Items
20

Sumber: Data pengolahan SPSS 16.0


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel
yang meliputi variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), dan keputusan
pembelian (Y) memiliki koefisien keandalan (reliabilitas) lebih besar dari 0,6 (> 0.6)
sehingga dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini reliabel

Hasil Uji Regresi Linier Berganda


Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel
independent yaitu variabel credibiltity (X1), attractiveness (X2), power (X3), terhadap variabel
dependent yaitu keputusan pembelian (Y). Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS versi
20.0.

156

Tabel 5.3 Hasil Olahan Regresi


Coefficientsa
Model

Unstandard
ized
Coefficients

Sig.

B
1.

(constant)

-,535

,324

2.

credibility

,193

,049

3.

Attractiveness

,247

,024

4.

Power

,578

,000

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0


Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -0,535+ 0,193 X1 + 0,247X2 + 0,578X3 + e
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
A= constanta
b= Koefisien
X1 = Credibility
X2 = Attractiveness
X3= Power
e = error disturbances
Uji t
Tabel 5.4 Uji t
Coefficientsa
Model

Unstandard
ized
Coefficients

Sig.

B
1.

(constant)

-,535

,324

2.

credibility

,193

,049

3.

Attractiveness

,247

,024

4.

Power

,578

,000

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0


Berdasarkan tabel 5.4 di atas, pada variabel credibility (X1) memiliki nilai signifikansi 0,049
yang berarti < 0,05 dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya, bahwa variabel
credibility (X1) secara sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian Top Coffee.
Pada variabel attractiveness (X2) memiliki nilai signifikansi 0,024 yang berarti < 0,05
dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel attractiveness (X2) secara
sendiri-sendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee.
Sedangkan pada variabel power (X3) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti > 0,05
dengan demikian, maka Ho ditolak. Kesimpulannya adalah variabel power (X3) secara sendirisendiri berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian Top Coffee.
157

Uji F
Tabel 5.5 Hasil Uji f
ANOVAb
1.
2.
3.

Model
Regression
Residual
Total

F
51.150

Sig.
.000a

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0


Berdasarkan tabel 5.5 hasil uji f diperoleh F hitung sebesar 51,150 dengan tingkat
signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas <0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka variabel credibility
(X1), attractiveness (X2) dan power (X3) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keputusan pembelian Top Coffee (Y).
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 5.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model

R Square

Std. Error Of
The Estimate

,784

,603

,98218

Sumber: Data pengolahan SPSS 20.0

Dari tabel 5.6 di atas nilai model summary besarnya R Square adalah 0,615. Hal ini
berarti bahwa variabel independen (celebrity endorser) memberikan kontribusi pengaruh
kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar 61,5%, Sedangkan sisanya sebesar
38,5% (100%-61,5% = 38,5%). Menunjukan bahwa 38,5% adalah yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor lainnya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:
3. Variabel Credibility, Attractiveness, Dan Power Secara Serempak Berpengaruh Terhadap
Keputusan Pembelian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, memberikan hasil bahwa secara serempak atau
bersama-sama variabel credibility, attractiveness, dan power yang terdapat pada endorser
Iwan Fals mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli Top Coffee.
4. Variabel Credibility Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian.
158

Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan
membawakan iklan, serta konsumen percaya atas informasi yang diberikan olehnya dalam
iklan Top Coffee.
5. Variabel Attractiveness Mempunyai Pengaruh Terhadap keputusan pembelian
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals sebagai endorser Top Coffee merupakan selebriti yang
sudah terkenal dimata masyarakat, selain itu masyarakat pun banyak yang menyukai
kemunculan sosok Iwan Fals dalam iklan Top Coffee.
6. Variabel Power Secara individu Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa power seorang Iwan Fals sebagai
endorser mempengaruhi keputusan pembelian Top Coffee. Hal ini menunjukkan bahwa Iwan
Fals dengan pengaruh dan kharismanya telah dapat mempengaruhi keputusan pembelian Top
Coffee.
7. Variabel Power Sebagai Yang Paling Dominan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Hal ini menunjukkan bahwa Iwan Fals dengan pengaruh dan kharismanya dalam
membawakan iklan Top Coffee lebih dapat mempengaruhi konsumen dalam membeli,
dibandingkan dengan keahliannya dalam membawakan iklan, dipercayainya oleh masyarakat,
terkenal, serta disukainya Iwan Fals oleh masyarakat.

Saran
Saran dari penulis kepada perusahaan PT Wings Food sebagai berikut:
1. Disarankan bagi perusahaan PT Wings Food terlebih khususnya untuk produk Top Coffee,
agar tetap mempertahankan Iwan Fals sebagai celebrity endorser-nya, karena menurut hasil
analisis dalam penelitian ini bahwa seorang bintang iklan Top Coffee yaitu Iwan Fals yang
ditunjuk sebagai endorser mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli
Top Coffee.
2. Saran dari penulis kepada peneliti selanjutnya sebagai berikut:
Dalam penelitian ini hanya fokus dalam variabel credibility, attractiveness dan power
terhadap keputusan pembelian. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dimasukkan
variabel lainnya yang memungkinkan dapat mempengaruhi penelitian ini serta jumlah sampel
diperbesar atau diperluas.
DAFTAR PUSTAKA
Anindita, Rina. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa SMU Di Tangerang Dalam
Keputusan Pembelian Kartu IM3 Prabayar. Jurnal Ekonomi. 2010
Djatnika, Tjetjep. Komunikasi Pemasaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2007
Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo Terhadap Keputusan
Pembelian Shampoo Loreal. 2010
Hasyim dan Anindita, Rina. Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta :
Uieu-University Press 2009
Kata, Muli dan Siahaan. Pengaruh Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda
Motor Merek Yamaha Mio Pada Mio Automatic Club (MAC) Medan. Jurnal Manajemen
Bisnis. 2008
159

Kennedy, John dan Soemanagara, RD. Marketing Communication: Taktim dan Strategi. PT
Bhuana Ilmu Populer. Jakarta : 2006
Kotler, dan Keller, Kevin Lane. Marketing Management. Edisi Keempat Belas. New Jersey :
Prentice Hall International. 2012
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta: 2008
Kotler, Philip. Dasar-Dasar Pemasaran: Principles Of Marketing. Pt Indeks Kelompok Gramedia
9th Edition. Jakarta: 2003
Monle, Lee. dan Johnson Carla. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global.
Prenada. Jakarta: 2004
Morissan. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Ramdina Prakarsa. Jakarta: 2007
Morissan. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Prenada Media Group. Jakarta: 2007
Royan, Frans. Marketing Selebrities. Jakarta : Pt Elex Media Komputindo: 2004
Santara, Mutiara Ayu. Pengaruh Penggunaan Brand Ambassador Anggun C. Sasmi Terhadap
Keputusan Pembelian Sampo Pantene. Jurnal Marketing Communication. 2012
Saputra, Hendra. Pengaruh Penggunaan Marketing Endorser Terhadap Keputusan Pembelian
Produk Ponds. Jural Keuangan Dan Bisnis. 2010
Schelect. The Basic Principles Of Marketing. Better Sconnoi. San Fransisco : 2008
Schiffman dan Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.
Jakarta. 2007
Sheyrent dan Leonid Julivan. Analisa Prediksi /Penilai Efektivitas Penggunaan Selebritis Sebagai
Brand Endorser Untuk Membangun Brand Image . Jurnal Manajemen Pemasaran. 2013
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi, Jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Shimp, Terence. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.
Erlangga. Jakarta: 2008
Soemanagara, Rd. Strategic Marketing Communication. Alfabeta. Bandung: 2006
Sulistya, Endang dan Widya, Dina. Pengaruh Agnes Monica Sebagai Celebrity Endorser Sebagai
Pembentukan Brand Image Honda Vario. Jurnal Bisnis Dan Manajemen. 2012
Sumarwan, Ujang. Perilaku Konsumen. Bogor Selatan : PT Ghalia Indonesia. 2002

160

SIKAP NASABAH DAN KONSTRUK TECHNOLOGY ACCEPTANCE


MODEL (TAM) DALAM PENERAPAN PENGGUNAAN SESUNGGUHNYA
INTERNET BANKING
Oggi Makayasa
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
oggimakayasa@gmail.com

ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan utuk mengetahui pengaruh persepsi kemanfaatan dan persepsi
kemudahanpenggunaan terhadap penggunaan internet banking melalui sikap.
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Ciledug Kota Tangerang, dengan jumlah sampel seratus
responden dengan menggunakan quota sampling untuk menentukan jumlah sampel dan purposive
sampling untuk pemilihan kriteria responden dengan uji statistik menggunakan path analysis
menggunakan software SPSS v16.00.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif
terhadap sikap dan sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan sesungguhnya internet
banking.
Hal tersebut dapat terjadi karena nasabah tidak melihat dari seberapa besar manfaat yang
didapat dari penggunaan internet banking namun dari seberapa mudah internet banking
digunakan, hal ini yang menentukan sikap nasabah dalam penerapan penggunaan internet
banking.
Keyword : Internet Banking, Technology Acceptance Model, Attitude
PENDAHULUAN
Perkembangan pada media teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kemajuan ini
didukung dengan berkembangnya jaringan internet di Indonesia dari kota besar hingga ke kotakota kecil. Dalam survei dilakukan pada 78 kabupaten/kota di 33 Propinsi Indonesia itu juga
terungkap bahwa pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 mencapai 71,19 juta
orang atau telah mencapai 28% dari total populasi.Naiknya penetrasi internet tidak lepas dari
upaya pemerintah dengan Pemerintah melalui Kemenkominfo yang sepanjang 2013 berhasil
memperkuat infrastruktur internet di daerah-daerah guna pemerataan akses informasi
ke masyarakat (www.metrotvnews.com/tekno diakses tanggal 18 januari 2014).
Dapat dipastikan untuk tahun 2014 pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh
mengingat dari kegunaan internet saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat berbagai klangan,
baik dari pelajar hingga dunia Industri. Dengan didorong pertumbuhan pengguna
perangkat mobile khususnyajenis smartphone di Indonesia dari tahun ke tahunnya mengalami
pertumbuhan yang signifikan di dunia ini. Menurut hasil studi bertajuk "Getting Mobile
Right"yang diprakarsai oleh Yahoo dan Mindshare, saat ini ada sekitar 41,3 juta
pengguna smartphone dan 6 juta pengguna tablet di Indonesia. Jumlah tersebut diyakini bakal
161

terus berkembang dengan pesat khususnya di wilayah perkotaan(http://tekno.liputan6.comdi


akses tanggal 23 Maret 2014). Di sisi lain pengguna personal computer (PC) baik dengan
menggunakan laptop dan computer saat ini masih mempertahankan eksistensinya walau
perkembangan dunia handphone dan tablet saat ini digandrungi oleh masyarakat umum.
Saat ini makin banyak bank yang menyediakan layanan internet banking dalam
menjalankan usahanya. Internet banking akan meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas serta memberikan pengalaman kenyamanan dan kemudahan dalam mengakses
internet banking sekaligus meningkatkan pendapatan baik itu nasabah maupun lembaga keuangan
melalui sistem penjualan yang jauh lebih efektif daripada sistem konvensional yang harus
mendatangi bank-bank cabang yang ada. Hal itu ditambah juga dengan penghematan biaya
transportasi maupun waktu. Tentu juga didukung dengan fitur internet banking yang semakin
komplit saat ini.Berdasarkan hasil survei MARS belum lama ini terungkap bahwa dari 1.710
nasabah di 5 kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan) yang disurvei, sebanyak
34,7% menyatakan aware atau melek internet banking. Meski jumlah ini masih kalah
dibandingkan dengan tingkat awareness mobile banking, tapi sudah ada tren peningkatan yang
cukup signifikan (http://newsletter.marsindonesia.com dikutip 24 Maret 2014).
Banyak hal yang dapat digunakan dengan menggunakan layanan i-banking walau di setiap
bank memiliki fitur yang berbeda dalam fitur layanan untuk nasabahnya, namun teknologi yang
sudah diberikan bank kepada nasabah dengan mempermudah kegiatan perbankan tidak diiringi
dengan penerimaan nasabah kepada teknologi yang diberikan. Karena penerimaan i-banking baik
dari sikap nasabah dan perilaku nasabahmasih dirasa belum maksimalmaka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH PERSEPSI
KEMANFAATAN DAN KEMUDAHAN PENGGUNAAN TERHADAP PENGGUNAAN
SESUNGGUHNYA INTERNET BANKING MELALUI SIKAP PADA NASABAH BANK
DI KAWASAN CILEDUG, KOTA TANGERANG .Maka tujuan penelitian ini sebagai
berikut : 1). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan
kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use) dan terhadap sikap (Attitude Towards
Behaviour).2). Untuk mengetahui pengaruh persepsikemanfaatan (Perceived Usefulness) dan
kemudahan penggunaan (perceived Ease of Use)terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual
System Usage) internet banking melalui sikap (Attitude Towards Behaviour).
Manfaat yang diharapkandari hasil penelitian yang dilakukan adalah : 1). Bagi pembaca,
penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sumber ilmu pengetahuan, khususnya bagi ilmu
Manajemen Pemasaran untuk akademis yang tertarik meneliti dan mengembangkan ilmu di
bidang e-commerce dan Technology Acceptance Model (TAM). 2). Bagi penelitian selanjutnya,
penelitian ini dapat dijadikan referensi atau bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya
yang berkenaan dengan apabila ingin mengadakan penelitian mengenai sikap nasabah dalam
menggunakan i-banking dengan menggunakan kerangka technology acceptance model (TAM).
3). Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau bahan acuan bagi
lembaga keuangan mengenai layanan i-bankingyang dapat diterima oleh masyarakat secara lebih
luas.

TINJAUAN PUSTAKA
Model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) merupakan suatu model
penerimaan system teknologi informasi yang akan digunakan oleh pemakai. Model penerimaan
teknologi atau technology acceptance model (TAM) dikembangkan oleh Davis et al. berdasarkan
model TRA oleh Fishben dan Ajzen .Model TRA dapat diterapkan karena keputusan yang
dilakukan oleh individu untuk menerima suatu teknologi system informasi merupakan tindakan
162

sadar yang dapat dijelaskan dan diprediksi oleh minat perilakunya. TAM menambahkan dua
konstruk utama ke dalam model TRA. Dua konstruk utama ini adalah kemanfaatan persepsian
(Perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use).TAM
beragumentasi bahwa penerimaan individual terhadap system teknologi informasi ditentukan oleh
dua konstuk tersebut.
Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian
(perceived ease of use) keduanya mempunyai pengaruh ke minat perilaku (behavioral intention).
Pemakai teknologi akan mempunyai minat menggunakan teknologi (minat perilaku) jika merasa
system teknologi bermanfaat dan mudah digunakan. Kegunaan persepsian (perceived usefulness)
juga mempengaruhi kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease to use) tetapi tidak
sebaliknya. Pemakai sistem akan menggunakan system jika system bermanfaat baik system itu
mudah digunakan atau tidak mudah digunakan. System yang sulit digunakan akan tetap
digunakan jika pemakai merasa bahwa system masih berguna.
Model dasar TAM yang dikembangkan oleh davis digambarkan pada Gambar Model
Technology Acceptance Model (TAM) :
Gambar 1
Model Technology acceptance model (TAM)Davis (1989)
Kemanfaatan
Persepsian
(Perceived
Usefulness)

Sikap Terhaadap
Perilaku (Attitude
towards Behavior)

Minat
Perilaku
(Behavior
Intention)

Penggunaan
Teknologi
Sesungguhnya
(Actual
Technology Use)

Kemudahan
Penggunaan
Persepsian
(Perceived
Ease of Use)

Sumber : Hartono (2007:113)


Kemanfaatan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagaithe degree to which a
person believes that using a particular system would enchance his or her job performance(Davis,
1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa kemanfaatan persepsian (perceived usefulness)
merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses pengambilan keputusan. Dengan demikian
jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking yang di gunakan dapat
memperabaiki kinerjanya maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa
percaya bahwa system internet banking kurang dapat memperabaiki kinerjanya maka dia tidak
akan menggunakannya.
163

Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagaithe


degree to which a person believes that using a particular system would be free effort(Davis,
1989:319-340). Dari definisinya, diketahui bahwa konstruk kemudahan penggunaan persepsian
(perceived ease to use) ini juga merupakan suatu kepercayaan (belief) tentang proses
pengambilan keputusan. Jika seseorang merasa percaya bahwa system internet banking mudah
digunakan maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya bahwa
system internet banking tidak mudah digunakan maka dia tidak akan menggunakannya.
Jogiyanto mendefinisikan sikap (attitude) adalah sebagai evaluasi kepercayaan (belief)
atau perasaan positip atau negatip dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan
ditentukan (Jogiyanto, 2007:36).Dengan demikian sikap (attitude) seseorang terhadap system
informasi menunjukkan seberapa jauh orang tersebut merasakan bahwa system informasinya baik
atau jelek. Didalam kenyataannya seseorang akan menunjukkan sikapnya terhadap suatu
penerimaan system informasi yang baru diterimanya dengan tindakannya terhadap system
informasi tersebut.
Penggunaan sesungguhnya merupakan aktualisasi dari perilaku seseorang terhadap
teknologi yang digunakannya.Perilaku (behavior) menurut Jogiyanto adalahtindakan yang
dilakukan oleh seseorang.Dalam konteks penggunaan system teknologi informasi, perilaku
(behavior) adalah pengunaan sesungguhnya (actual user) dari teknologi (Jogiyanto,
2007:117).Jogiyanto di dalam bukunya berpendapat penggunaan sesungguhnya tidak dapat di
observasi oleh peneliti yang menggunakan daftar pertanyaan, maka pengunaan sesungguhnya ini
banyak diganti dengan nama pemakaian persepsian (perceived usage).Namun tidak kepada
penelitian Eriksson et al bahwa variabel Actual Usage dapat di teliti dengan 2 dimensi yaitu
length of use dan frequency (Eriksson, 2005:200-216). Dimana Eriksson et al menyimpulkan
kedua dimensi ini ke dalam 2 pertanyaan yaitu seberapa sering dan berapa lama telah
menggunakan i-banking.Kedua pertanyaan berhubungan dengan pertimbangan analog dalam
studi asli Davis.

METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian eksplanatori (explanatory
research). Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan denganquota sampling di karenakan
jumlah populasi tidak diketahui sehingga peneliti menentukan sendiri jumlah sampel dalam
penelitian ini dan cara menentukan responden digunakan teknik purposive sampling. Adapun
lokasi pada penelitian ini adalah kawasan Ciledug kota Tangerang. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh nasabah perbankan yang ditemui dan pernah menggunakan fasilitas layanan
internet banking. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis jalur (path analysis).
Operasionalisasi variabel digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat kecocokan
model yang telah dibangun berdasarkan konstruk teori yang menjadi acuan pada penelitian ini.
Operasionalisasi ini dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk memudahkan dan mengarahkan
penyusunan kuesioner berdasarkan dimensi maupun indikator yang ada. Adapun operasionalisasi
variabel pada penelitian ini sebagai berikut : a). Persepsi Kegunaan (XI), yaitu Sistem informasi
dari fasilitas internet banking apakah berguna bagi nasabah yang memakainya atau tidak. b).
Kemudahan Penggunaan (X2), yaitu system informasi yang dipercayai oleh nasabah apakah
164

system informasi tersebut mudah digunakan atau tidak. c). Sikap (Y1), merupakan penilaian
nasabah terhadap system informasi dari fasilitas internet banking yang mereka terima. d).
Penggunaan Sesungguhnya (Y2), merupakan suatu keinginan nasabah dari penerimaan system
informasi fasilitas internet banking.

Desain Penelitian

Persepsi
Kegunaan
Penggunaan
Sesungguhnya
Internet
Banking

Sikap

Persepsi
Kemudahan

Gambar 2
Desain penelitian dimodifikasi oleh peneliti

Hipotesis
H1 : Diduga persepsi kemanfaatan (perceived usefulness)
(perceived ease of use)berpengaruh terhadap sikap.

dan kemudahan penggunaan

H2 : Diduga persepsi kemanfaatan (Perceived Usefulness) dan kemudahan penggunaan


(perceived Ease of Use) berpengaruh terhadap penggunaan sesungguhnya (Actual System Usage)
internet bankingmelalui sikap (Attitude Towards Behaviour).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menyebarkan sejumlah 100 kuesioner baik
secara face to face maupun media sosial yang terhubung oleh akun google drive milik peneliti.
Hasil pengumpulan data menunjukkan sejumlah 100 kuesioner terisi setelah melakukan
penyebaran data kurang lebih 2 bulan. Hasil menunjukkan bahwa dari 2 pengujian regresi yang
dilakukan secara parsial antar ke 4 variabel, hanya 2 variabel yang hasilnya didukung oleh data,
dan 2 variabel lainnya tidak didukung oleh data.

165

Tabel 1 Pengujian Hubungan Struktural


No.

Pernyataan
mempunyai

Nilai-t
pengaruh 1,243 < 1,984

Keterangan

Persepsi kegunaan
terhadap sikap

Persepsi kemanfaatan mempunyai pengaruh 2,628 > 1,984


terhadap sikap

Terdapat
pengaruh

Persepsi kegunaan memiliki pengaruh terhadap -1,278 < 1,984


penggunaan sesungguhnya

Tidak
terdapat
pengaruh

Persepsi kemanfaatan memiliki


terhadap penggunaan sesungguhnya

pengaruh 0,0005 < 1,984

Tidak
terdapat
pengaruh

Sikap
mempunyai
perngaruh
penggunaan sesungguhnya

terhadap 2,587 >1,984

Terdapat
pengaruh

0,9674

0,9664
Persepsi
1.
Kegunaan

x1z = -0,126
(t = -1,278)

(X1)

x1y= 0,121

x2z = 0,253

(t = 1,243)

t = 2,587

Sikap

x1&y1= -0,008
(sig = 0,205)

Tidak
terdapat
pengaruh

(Y)

Penggunaan
Sesungguhnya
Internet
Banking
(Z)

1
x2y = 0,257
Persepsi
Kemudahan

t = 2,628

x2z = 0,005
(t = 0,053)

(X2)
Gambar 3
Diagram Jalur Model II Hasil Perhitungan

166

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Persepsi Kemudahan PenggunaanTerhadap Sikap
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel Persepsi Kemudahan
Penggunaan(X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap Sikap. Hal ini
ditunjukkan oleh variabel Persepsi Kemudahan Penggunaan(X1) yang memiliki nilai
signifikansi 0,010 yang berarti < 0,05, dan besarnya pengaruh yang diberikan sebesar 0,257
atau 25,7%. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian Mayasari yang menunjukan bahwa
persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh positif signifikan terhadap sikap. Tetapi
persepsi manfaat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap sikap. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Maharsi dan Yuliani serta hasil penelitian
yang dilakukan oleh Arief yaitu persepsi kemanfaatan berpengaruh signifikan terhadap sikap.
Pada kenyataannya dengan memanfaatkan i-banking banyak keuntungan yang dapat diperoleh
nasabah terutama mengenai waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena i-banking terbebas
dari antrian dan dapat dilakukan dimana saja selama nasabah memiliki sarana pendukung.
Namun, yang terjadi nasabah masih enggan menggunakan i-banking karena banyak faktor
seperti faktor keamanan dalam transaksi perbankan di internet rawan terhadap pengintaian
dan penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Banyaknya kejadian pembobolan ibanking karena komputer milik nasabah dapat disusupi virus dan trojan horse sehingga datadata yang berada di komputer pengguna (seperti nomer PIN, nomor kartu kredit, dan kunci
rahasia lainnya) dapat disadap, diubah, dihapus dan dipalsukan. Hal ini salah satu faktor yang
membuat nasabah enggan memanfaatkan dari penggunaan fasilitas internet banking.
2. Pengaruh Sikap Terhadap Penggunaan Sesungguhnya
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa variabel sikap(Y) secara individual
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan sesungguhnya. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai signifikansi variabel sikap (Y) sebesar 0,011 yang berarti < 0,05, dan besarnya
pengaruh yang diberikan sebesar 0,253 atau 25,3%. Hasil pengujian ini sesuai dengan
penelitian Ericsson dan Arief bahwa sikap berpengaruh positif terhadap penggunaan
sesungguhnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap nasabah kepada penggunaan
sesungguhnya i-banking adalah faktor kepercayaan. Seperti pada penelitian yang dilakukan
Risna yang membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat kepercayaan nasabah terhadap internet
banking, maka nasabah akan semakin mudah mengadopsi internet banking, begitu pula
sebaliknya. Salah satu bentuk ketakutan yang kerap terjadi adalah bahwa internet banking akan
mengarahkan orang untuk berurusan dengan lingkungan bisnis tanpa kertas.Nasabah takut
bahwa jika mereka tidak memiliki bukti terulis setiap melakukan transaksi, yang
mengakibatkan kekhawatiran jika terjadi sesuatu maka mereka tidak bisa mempunyai bukti
yang kuat. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor kurangnya kepercayaan nasabah akan
fasilitas internet banking yang mengakibatkan sikap mereka penuh dengan keraguan dalam
menggunakan fasilitas tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : a). Model TAM yang diperkenalkan oleh Davis dapat digunakan
dalam penelitian ini, mengingat internet banking merupakan salah satu teknologi layanan
perbankan oleh bank kepada nasabah yang kemudian teknologi ini akan digunakan berdasarkan
167

kemanfaatan ataupun kemudahan penggunaan layanan oleh nasabah yang akan menentukan sikap
nasabah terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking. b). Model akhir yang memenuhi
kriteria fit-nya model penelitian adalah hasil modifikasi terhadap model awal penelitian TAM. c).
Tidak signifikannya variabel kemanfaatan terhadap sikap dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
tidak adanya pengaruh antara variabel kemanfaatan terhadap sikap. Meskipun responden merasa
bahwa internet banking memberikan manfaat dalam kegiatan perbankan mereka, namun hal ini
tidak meningkatkan sikap maupun keinginan mereka untuk menggunakan kembali internet
banking. Rasa takut akan keamanan fasilitas internet banking masih diragukan oleh nasabah
setelah melihat beberapa kejadian pembobolan data nasabah dengan dimasukinya ruang data oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab. d). Persepsi kemudahan penggunaan membuat responden
memiliki sikap positif untuk menerima layanan internet banking. Hal ini dikarenakan nasabah
merasa mudah dalam menggunakan layanan internet banking dengan teknologi yang mereka
miliki seperti handphone, PC ataupun laptop. e). Variabel independen dalam penelitian ini yakni
persepsi kemudahan penggunaan merupakan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar.
Hal ini terlihat dari nilai Total Effect pada perhitungan pengaruh diagram jalur sebesar 0,489. f).
Masih rendahnya penggunaan layanan internet banking oleh nasabah perbankan ternyata selama
ini kebanyakan dari responden masih mempunyai persepsi yang kurang positif terhadap layanan
internet banking. Walaupun nasabah mengeri akan manfaat atas kontribusi layanan internet
banking terhadap kegiatan perbankan mereka, namun penggunaan internet banking masih minim
dilakukan oleh nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan.
Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan
kepada perusahaan perbankan di Indonesia yang memberikan layanan internet banking kepada
para nasabahnya, adalah sebagai berikut : a). Saran dari penulis kepada perusahaan perbankan,
jika dilihat dari hasil penelitian terhadap nasabah yang ditemui oleh penulis yang menjadi
responden bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan yang memiliki pengaruh paling
besar. Perusahaan perbankan diharapkan dapat meningkatkan pengenalan dan memberikan
pengetahuan kepada para nasabah mengenai nilai yang didapatkan dalam menggunakan layanan
internet banking melalui publisitas maupun secara langsung kepada nasabah yang melakukan
kegiatan perbankan di kantor cabang suatu bank sehingga nasabah dapat mengetahui manfaat dari
penggunaan layanan internet banking. Perusahaan perbankan juga disarankan untuk
meningkatkan sosialisasi pengenalan dari fitur-fitur yang terdapat dalam layanan internet banking
lebih terperinci agar nasabah mengetahui akan suatu kegunaan dari fitur layanan internet banking
dan mulai beralih menggunakan internet banking di masa yang akan datang. b). Saran dari
penulis kepada peneliti selanjutnya, dalam penelitian ini yang diteliti hanya terbatas pada
pengaruh persepsi kemanfaatan dan kemudahan penggunaan terhadap penggunaan sesungguhnya
internet banking melalui sikap dimana pada penelitian ini hanya variabel persepsi kemudahan
penggunaan yang berpengaruh positif terhadapa sikap dan variabel sikap berpengaruh positif
terhadap penggunaan sesungguhnya internet banking,maka disarankan untuk penelitian
selanjutnya agar dimasukkan variabel-variabel lainnya seperi variabel kepercayaan dan keamanan
dimana dalam banyak penelitian sudah banyak dilakukan namun tidak pada penlitian ini serta
memodifikasi model penelitian dengan variabel lain yang memperkuat suatu hubungan variabel
yang satu dngan yang lainnya namun tetap mengacu kepada penelitian yang sudah ada serta
sampel dan populasi penelitian lebih diperluas.
Persantunan
Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan semangat dan
segalanya dalam menyelesaikan skripsi saya dan para dosen dalam menyalurkan ilmu mereka
168

sehingga saya dapat terapkan ilmu tersebt pada dunia nyata serta para teman dan sahabat
seperjuangan saya.

DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior andHumanDecision
Processes. Vol. 50; 179-211.
B.A., Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005."
Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived ease of Use, and User Acceptance
ofInformation Technology. MIS Quarterly. Vol 13 (3); 319-340.
Deshpande, Rohit, and Gerald Zaltman. "A Comparison of Factors Affecting Use of Marketing
Information in Consumer and Industrial Firms." Journal of Marketing Research
(JMR) 24.1
(1987).Baca
Online
(http://www.jstor.org/discover/10.2307/3151759?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=2110
3783165911)
Eriksson, Kent, Katri Kerem, and Daniel Nilsson. "Customer acceptance of internet banking in
Estonia." International Journal of Bank Marketing 23.2 (2005): 200-216.
Fiol, C. Marlene, and Marjorie A. Lyles. "Organizational learning." Academy of management
review 10.4 (1985): 803-813.
Fishbein, M and Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intentions and Behaviour: An Introduction
toTheory and Research. Addison-Wesely. Boston. MA.
Hartono, Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta: Andi
Hartono Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisni. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2007
Juwaheer, Thanika Devi, Sharmila Pudaruth, and Priyasha Ramdin. "Factors influencing the
adoption of internet banking: a case study of commercial banks in Mauritius." World
Journal of Science, Technology and Sustainable Development 9.3 (2013): 204-234.
King, William R., and Jun He. "A meta-analysis of the technology acceptance
model." Information
&
Management 43.6
(2006):
740-755.Baca
Online
(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0378720606000528)
Maharsi, Sri, and Yuliani Mulyadi. "Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Nasabah." Jurnal
Akuntansi dan Keuangan 9.1 (2008): pp-18.
Mayasari, F., Kurniawati, E. P., & Nugroho, P. I. (2011). Anteseden dan Konsekuen Sikap
Nasabah Dalam Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka
Technology Acceptance Model (TAM)(Survey pada Pengguna KlikBCA). Semantik, 1(1).
Rahardjo, Budi. "Aspek Teknologi dan Keamanan dalam Internet Banking." PT Insan Indonesia.
PT INDOCISC (2001).
Ramadhani, Risna. "Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap
Layanan Internet Banking di Semarang: Dengan Menggunakan Pendekatan TAM." Jurnal
Akuntansi Indonesia. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia (2008).
Sarwono, Jonathan. 2012. Path Analysis. Jakarta: PT Elex Media Computindo
Sulistiyarini, Suci. "Pengaruh Minat Individu Terhdap Penggunaan Mobile Banking: Model
Kombinasi Technology Acceptance Model (TAM) dan Theory of Planned Behavior
(TPB). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB 1.2 (2013). Tidak Dipublikasikan
169

Thanika, D. J., Pudaruth, S., & Ramdin, P. (2012). Factors influencing the adoption of internet
banking: A case study of commercial banks in mauritius. World Journal of Science,
Technology
and
SustainableDevelopment, 9(3),204234.doi:http://dx.doi.org/10.1108/20425941211250552
Whiteside, John, et al. "User performance with command, menu, and iconic interfaces." ACM
SIGCHI
Bulletin.
Vol.
16.
No.
4.
ACM,
1985.Baca
Online.(http://dl.acm.org/citation.cfm?id=317490)
Wibowo, Arief. "Kajian Tentang Perilaku pengguna sistem informasi dengan pendekatan
technology acceptance model (TAM)." Program Studi Sistem Informasi, Fakultas
Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara,
Jakarta Selatan (2008).
Wijayanti, Ratih. "Analisis Technology Acceptance Model (TAM) Terhadap Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Penerimaan Nasabah Terhadap Layanan Internet Banking (Studi Empiris
Terhadap Nasabah Bank Di Depok)." (2012).

170

PENGARUH IKLAN DAN CITRA MEREK TERHADAP KEPUTUSAN


PEMBELIAN PONDS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
ESA UNGGUL FAKULTAS EKONOMI REGULER AKTIF ANGKATAN
2010-2011)

Kurniawan Sriprasetyo
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
kurniawan_sriprasetyo@rocketmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan
pembelian ponds. Variabel independen terdiri atas iklan dan citra merek, sedangkan variabel dependen
adalah keputusan pembelian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang
responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi
regular aktif angkatan 2010 dan 2011 yang pernah melihat iklan dan menggunakan ponds. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan memiliki nilai signifikan sebesar 0,000 (<0,05) dan
citra merek memiliki nilai signifikan sebesar 0.035 (<0,05), sehingga iklan dan citra merek memiliki
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan
dan citra merek secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian,
karena nilai signifikannya sebesar 0,000 (<0,05).
Kata kunci: iklan, citra merek dan keputusan pembelian

PENDAHULUAN
Perkembangan pada zaman sekarang menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis bagi
suatu perusahaan yang berada di seluruh dunia. Seiring perkembangan zaman dan tantangan
bisnis ini, salah satu implikasinya adalah dengan perdagangan bebas yang mengharuskan semua
pelaku bisnis baik yang bergerak dalam bidang industri perdagangan maupun jasa harus mampu
bersaing dalam dunia bisnis.
Tingginya tingkat persaingan, mengindikasikan banyaknya brand (merek) produk dengan
jenis yang sama, yang beredar di pasaran. Hal itu menyebabkan persaingan antar brand (merek)
menjadi sangat tinggi. Di lain pihak, para konsumen memilki sebuah sikap terhadap brand
(merek) yaitu mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi merek baik disenangi
ataupun tidak disenangi secara konsisten.
Nilai tambah ini sangat menguntungkan bagi produsen atau perusahaan. Karena itulah
perusahaan berusaha terus memperkenalkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu,
terutama konsumen yang menjadi target marketnya. Untuk dapat memiliki mencapai itu semua,
secara tidak langsung, perusahaan wajib untuk membangun citra dari merek secara keseluruhan
yang baik, dan lalu menjaga citra tersebut.
171

Untuk memperkenalkan atau mengingatkan konsumen akan suatu produk maka


perusahaan perlu melakukan suatu promosi, salah satunya melalui iklan. Iklan merupakan salah
satu instrument pemasaran modern yang aktivitas didasarkan pada konsep komunikasi karena
merupakan bentuk komunikasi, maka keberhasilan dalam mendukung pemasaran merupakan
pencerminan keberhasilan komunikasi. Dalam penelitian ini akan dibahas hal-hal yang telah
dijelaskan diatas dengan menurutkan hal-hal yang telah dibahas tadi kedalam satu kasus yang
terjadi pada suatu produk yang ada di pasaran.
Sabun pembersih wajah, memang bukanlah sebuah produk yang bisa dikategorikan prduk
primer, namun seiring dengan berkembangnya jaman dan tuntutan orang untuk selalu
berpenampilan bersih, membuat sabun pembersih wajah menjadi salah satu komoditas perawatan
wajah yang dicari. Berikut adalah data beberapa merek sabun pembersih wajah yang beredar di
Indonesia dalam kurun waktu 2012-2013.

No. Merek
1
2
3
4
5
6

Ponds
Biore
Papaya
(RDL)
Shinzui
Dove
Nivea

Top Brand Index


2012
2013
43.5 %
34.9 %
25.3 %
25.4 %
8.0 %
9.8 %
2.7 %
3.4 %
1.9 %

4.0 %
3.0 %
2.9 %

Tabel 1. Top Brand Index kategori sabun pembersih wajah tahun 2012-2013

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa posisi puncak Top Brand Index tahun 2012-2013
diduduki masih berada oleh merek Ponds walaupun masih urutan top, pada tahun 2013 Ponds
hanya mendapatkan sebesar 34.9 %, padahal pada tahun 2012 mendapatkan sebesar 42.5 %.
Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Iklan dan Citra
Merekterhadap Keputusan Pembelian Ponds (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Esa
Unggul Fakultas Ekonomi Reguler Aktif Angkatan 2010-2011 ).
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah
pokok yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara iklan terhadap keputusan pembelian Ponds?
2. Apakah terdapat pengaruh antara citra merek terhadap keputusan pembelian Ponds?
3. Apakah terdapat pengaruh antara iklan dan citra merek secara bersama-sama terhadap
keputusan pembelian Ponds?

172

MODEL PENELITIAN
IKLAN
(X1)
CITRA MEREK

KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Y)

(X2)

Gambar 1 Model Penelitian


HIPOTESA
Hubungan Iklan dan Keputusan Pembelian
Shimp mengatakan bahwa iklan yang efektif mampu membujuk pelanggan untuk membeli
produk dan jasa yang diiklankan. Dengan adanya iklan, konsumen akan lebih percaya dengan
produk yang diiklankan, sehingga timbul keyakinan untuk membeli produk tersebut.
Selain itu hasil penelitian Swati Bisht menyebutkan bahwa Iklan televisi memiliki
pengaruh terhadap keputusan pembelian remaja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dikemukakan hipotesis pertama dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 :Diduga ada pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian Ponds.
Hubungan Citra Merek dan Keputusan Pembelian
Pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian juga ditunjukan oleh penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Hendra Noky Andrianto dan Idris. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra merek dengan keputusan pembelian.
Artinya semakin baik citra merek sebuah produk maka semakin tinggi pula konsumen melakukan
keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan
hipotesis kedua dalam penelitian ini sebagai berikut :
H2

: Diduga ada pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian Ponds.

Hubungan Iklan dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian


Suatu produk yang diiklankan dan mempunyai citra merek yang baik, tentu saja akan
memberikan pengaruh yang baik, salah satunya adalah ketertarikan konsumen untuk membeli
produk tersebut. Artinya semakin baik iklan dan citra merek sebuah produk maka semakin tinggi
pula konsumen melakukan keputusan pembelian pada sebuah produk. Berdasarkan uraian tersebut,
maka dapat dikemukakan hipotesis ketiga dalam penelitian ini sebagai berikut :
H3

: Diduga ada pengaruh iklan dan citra merek terhadap keputusan pembelian Ponds.

173

METODE PENELITIAN
Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini ada tiga variabel yang dibahas yaitu: iklan, citra merek dan keputusan
pembelian, variabel ini di kelompokan menjadi dua bagian yaitu dependent variabel (Y) dan
independent variabel (X), keputusan pembelian adalah sebagai variabel dependent (Y), iklan
(X1), citra merek (X2) adalah sebagai variabel independent.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan. Oleh karena itu peneliti
menggunakan alat yang disebut skala pengukuran.

Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat penelitian dilakukan Universitas Esa Unggul Jakarta Barat berkisar pada bulan Desember
2013 Februari 2014.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah orang yang membeli dan pernah melihat iklan produk ponds.
Dikarenakan populasi tidak diketahui jumlahnya, maka sampel yang digunakan dalam penelitian
ini berjumlah 100 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode Hair et. Al.
Metode Analisis Data
Analsisi Regresi Berganda
Variabel Regresi berganda ini digunakan untuk mencari pengaruh antara nilai variabel yang
ada biasanya x dan y menampilkan simbol dari suatu data dimana y sebagai variabel
tergantung dan x sebagai variabel bebas, nilai berganda dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 +e
Keterangan:
Y
a
b
X1
X2
e

:
:
:
:
:
:

Keputusan Pembelian
Konstanta
Angka arah atau koefisian regresi
Iklan
Citra Merek
Standard error

Uji t, Uji F dan Kofisien Determinasi


- Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial atau secara sendiri-sendiri (atau individu)
variabel independen mempengaruhi variabel dependen atau tidak.
- Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam analisa regresi sudah
tepat atau belum, dan melihat apakah secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.
- Nilai R2 yang mendekati 100% berarti pengaruh yang diberikan variabel bebas (iklan dan citra
merek) terhadap keputusan pembelian.
174

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Regresi Berganda
Tabel 2 Hasil uji regresi berganda
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

.700

.398

Iklan (X1)

.585

.102

Model
1

citra_merek .283
.133
(X2)
a. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Sig.

1.759

.082

.529

5.737

.000

.197

2.133

.035

Berdasarkan tabel di atas, maka diketahui persamaan regresi bergandanya adalah


sebagai berikut :
Y = 0,7 + 0,585 X1 + 0,283X2 + e

Uji t
Tabel 3 Hasil uji t
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Std. Error

Beta

(Constant)

.700

.398

Iklan (X1)

.585

.102

Model
1

citra_merek .283
.133
(X2)
a. Dependent Variable: keputusan_pembelian

Sig.

1.759

.082

.529

5.737

.000

.197

2.133

.035

Dapat dilihat dalam tabel di atas, pada variabel iklan (X1) memiliki nilai
signifikansi 0,000 yang berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya,
variabel iklan (X1) secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
Nilai signifikansi variabel citra merek (X2) pada tabel diatas yakni 0,035 yang
berarti < 0,05 , dengan demikian maka Ho ditolak. Kesimpulannya, variabel power (X3)
secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

175

Uji F
Tabel 4 Hasil uji f
ANOVAb
Sum
Squares

Model
1

of
df

Mean Square F

Sig.

Regression 13.749

6.874

.000a

Residual

97

.184

17.865

37.325

Total
31.614
99
a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan
b. Dependent Variable: keputusan_pembelian
Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel di atas diperoleh F hitung sebesar
37,325 dengan tingkat signifikan 0,000. Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05)
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y). Dapat
pula dikatakan bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama
berpengaruh secara nyata terhadap keputusan pembelian (Y).
KOEFISIEN DETERMINASI
Model Summary

Model R

Adjusted
R Square Square

R Std. Error of
the Estimate

1
.659a
.435
.423
.42916
a. Predictors: (Constant), citra_merek, iklan
Tabel 5 Hasil Koefisiensi determinasi
Dari tabel di atas terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted
R Square adalah 0,423. Hal itu berarti variabel independen (iklan dan citra merek)
memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel dependen (keputusan pembelian) sebesar
43.5%. Sedangkan sisanya (100%-42.3% = 57.7%) 57.7 % dijelaskan oleh sebab-sebab
yang lain diluar model.

176

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan oleh penulis, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Variabel Iklan Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan mempengaruhi keputusan pembelian. Hal ini
dikarenakan iklan yang baik akan mempengaruhi keputusan pembelian. Selain itu iklan-iklan
yang menarik dan mudah diingat konsumen biasanya mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen.
2. Variabel Citra Merek Mempunyai Pengaruh Terhadap Keputusan Pembelian
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa citra merek mempengaruhi keputusan
pembelian.Hasil tersebut berarti bahwa ada hubungan yang kuat antara citra merek terhadap
keputusan pembelian kosumen. Semakin tinggi citra merek, maka akan semakin banyak
konsumen yang akan membeli produk yang ditawarkan.

3. Variabel Iklan Dan Citra MerekTerhadap Keputusan Pembelian


Karena nilai probabilitas < 0,05 yaitu (0,000 < 0,05) maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel iklan (X1) dan citra merek (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
keputusan pembelian (Y).Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2)menunjukkan bahwa
variabel independen (iklan dan citra merek) memberikan kontribusi pengaruh kepada variabel
dependen (keputusan pembelian) sebesar 42.3%. Sedangkan sisanya sebesar (100%-42.3% =
57.7%) 57.7 %.
Saran
Dilihat dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka saran yang dapat penulis ajukan
kepada PT. Unilever Indonesia selaku perusahaan yang memproduksi produk ponds. Disarankan
bagi perusahaan PT. Unilever Indonesia khususnya untuk produk ponds mengadakan kompetisi
untuk bertemu bintang ponds dan membuat jingle nada khusus untuk setiap iklan produk ponds.
DAFTAR PUSTAKA
Ananda Fortunisa dan Andrew Arief Agassi. Jurnal Pesan Iklan Televisi Dan Personal
Selling: Sebagai Alat Promosi Untuk Peningkatan Pembelian Rokok.
Bisht, Swati. Impact of TV Advertisement On Youth Purchase Decision-Literature
Review. International Monthly Refereed Journal of Research In Management &
Technology.2013
Dewanti, Retno, dkk. Jurnal analisis pengaruh brand trust dan brand image
terhadap keputusan pembelian produk label pribadi dan dampaknya terhadap loyalitas
merek.
Dwi Sapitri, Dkk. Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo TerhadapKeputusan
Pembelian Shampoo Loreal. 2010
E. Desi Arista, Sri Rahayu Tri Astuti, Jurnal Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan
Merek dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen, tahun 2011.
177

Fuad, Christine, dkk. Pengantar Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2006.
Hasyim dan Rina Anindita. Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang
Pemasaran.Jakarta : UIEU-University Press 2009.
Hendra Noky Andrianto dan Idris. Jurnal Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek,
Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mobil Jenis MPV Merek
Toyota Kijang Innova Di Semarang.
Jerry S. Wilson dan Ira Blumenthal.Managing Brand You: Seven Steps to Creating Your
Most Successful Self. (USA: AMACOM Div. American Management Ass 2008)
Kotler, Philip and Garry Amstrong.Principles of Marketing. New Jersey: Pearson
Education Limited, 2012
Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. AlihBahasa :
Bob Sabran. Erlangga.Jakarta.2008.
Kotler, Philip dan Amstrong.Prinsip-Prinsip Pemasaran.Edisi 12.Jilid 1. Alih Bahasa :
Bob Sabran. Erlangga. Jakarta. 2008.
Michael Korchia. A New Typology of Brand Image, European Advance in Consumer
Research, Vol. 4, 1999.
Mohammad Rizan, Basrah Saidani, Yusiyana Sari, Pengaruh Brand Image dan Brand
Trust terhadap Brand Loyaly The Botol Sosro, 2012.
Morissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Ramdina Prakasarsa,
Tangerang, 2007.
Muly Kata Sebayang dan Simon Darman O Siahaan, Jurnal Pengaruh Celebrity
Endorser terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Yamaha Mio pada
Mio Automatik Club (MAC) Medan.
Palantupen, Octaviani. Jurnal pengaruh iklan terhadap keputusan pembelian produk
shampoo.
Rangkuti, Freddy.Creating Effective Marketing Plan.PT. Gramedia PustakaSchiffman
& Kanuk. Perilaku Konsumen. Edisi 7. Alih Bahasa : Zoelkifli Kasip. Indeks.
Jakarta. 2007.
Setyo Ferry Wibowo dan Maya Puspita Karimah, Jurnal Pengaruh Iklan Televisidan
Harga terhadap Keputusan Pembelian Sabun Lux.
Shimp, Therence. Periklanan dan Promosi.Jakarta : Erlangga 2007.
Simamora. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemasaran, Bumi Aksara, Jakarta. 2005.
Sugiyono, 2002.Metode Penelitian Bisnis. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Suyanto, M. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia.
Swastha, Basu dan Irawan, Manajemen Pemasaran Modern.Penerbit Liberty,
Yogyakarta. 2002.
Tjiptono,Fandy.Pemasaran
Jasa,
Malang,
Bayumedia,
2005
www.pondsinstitute.co.uk/history.php.
Wahyuni, Sri. Jurnal Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Citra Merek Dan
Dukungan Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Konsumen Dalam Membeli
Skuter Matik Merek Honda Di Kota Semarang.
Zimri Remalya. Periklanan dan Citra Merek Pengaruhnya Terhadap Keputusan
Pembelian
Kendaran
Bermotor
Yamaha.
Jurnal
EMBA
2013.

178

MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER TERHADAP


MINAT BELI ( STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM )

Intan Rosetti Arimbi


Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
intanrarimbi.ira@gmail.com

ABSTRAKSI
Semakin selektifnya konsumen dan di dalam pemilihan produk dan perkembangan arus informasi
yang sangat cepat ditunjang dengan keberadaan teknologi, membuat perusahaan harus tanggap
dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran menggunakan iklan hingga kini masih dianggap
cara paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia. Salah satu cara untuk
menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah produk ini adalah untuk membuat penggunaan
endorser. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah interaksi antara daya tarik
(attractiveness) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, apakah interaksi antara kepercayaan
(trustworthiness)dan tipe endorser mempengaruhi minat beli, dan untuk mengetahui apakah keahlian
(expertise) dan tipe endorser mempengaruhi minat beli pada produk Garnier BB cream pada
mahasiswi angkatan 2011 dan 2012 reguler aktif dan eksekutif aktif Universitas Esa Unggul. Analisis
menggunakan metode deskriptif, dan Two-way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu; daya tarik
(attractiveness) , kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) mempengaruhi minat beli.
Tetapi pada variabel kepercayaan (trustworthiness) dan keahlian (expertise) , tipe endorser tidak
mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel daya tarik (attractiveness), tipe endorser
mempengaruhi minat beli.
Kata kunci: daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness) , keahlian (expertise), minat
beli

Pendahuluan
Dewasa ini, konsumen semakin selektif di dalam pemilihan produk untuk digunakan atau
dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan arus informasi yang sangat cepat
ditunjang dengan keberadaan teknologi membuat konsumen dapat menyerap informasi serta
pengetahuan tentang keberadaan suatu produk dengan cepat. Dengan keadaan seperti ini,
perusahaan harus tanggap dengan keinginan konsumen, perusahaan harus dapat
mengkomunikasikan produknya secara tepat, perusahaan perlu memberikan informasi
tentang produknya dengan baik kepada konsumen sehingga konsumen akan memberikan
tanggapan yang positif terhadap produk. Strategi pemasaran yang dapat dilakukan perusahaan
adalah dengan melakukan bauran promosi yang mampu memberikan informasi kepada
konsumen yaitu iklan. Salah satu cara untuk menarik perhatian konsumen pada iklan sebuah
produk ini adalah untuk membuat penggunaan endorser. Menurut Byrene at al dalam Waldt
et al (2009 : 102) transfer karakteristik endorser ke produk dapat terjadi ke target konsumen
179

jika mereka seperti atau bercita-cita untuk memiliki karakter endorser tersebut dan hal itu
secara sengaja akan memanggil mereka untuk tindakan untuk membeli produk atau jasa.
Sosok endorser dapat berasal dari kalangan celebrity dan orang biasa / noncelebrity.
Endorser sebagai pemimpin pendapat (opinion leader) yang menyampaikan pesan hingga
sampai ke konsumen mengenai merek produk. Menurut Tom et al dalam Waldt et al ( 2009 :
102), khalayak sasaran umumnya memiliki perasaan positif terhadap celebrity endorser.
Byrne at al dalam Waldt et al ( 2009 ), menyatakan bahwa celebrity sering digunakan oleh
organisasi , karena mereka dapat dengan mudah meningkatkan merek organisasi dan
menghemat sumber daya dalam menciptakan kredibilitas melalui mentransfer nilai-nilai
mereka untuk merek . Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan celebrityyang sesuai
dengan image merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri "celebrity endorser, yaitu
seorang juru bicara buatan (created spoke person/non celebrity endorser). Di sana dibuat dua
jenis juru bicara, sebuah organisasi dapat membuat ; baik orang-orang nyata memerankan
peran dan animasi / peran imajiner (Waldt et al, 2009, p.103).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al (2009:111) , disisi lain
mengadakan perbandingan antara celebrity endorser dengan Juru bicara buatan (created
spokeperson) dengan hasil penelitian bahwa celebrity endorser dianggap lebih
berpengalaman dan dapat dipercaya dibandingkan dengan Juru bicara buatan (created
spokeperson). Juga, daya tarik celebrity endorser dan kredibilitas celebrity endorser dianggap
lebih menarik dibandingkan dengan Juru bicara buatan / created spokeperson (Waldt et al,
2009). Selain penelitian yang dilakukan oleh Waldt et al, penelitian yang dilakukan oleh
Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74), menyatakan bahwa Kredibilitas endorser yang
terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), keahlian (expertise)
berpengaruh terhadap minat beli (purchase intention).
Di Indonesia, persaingan pasar produk perawatan kulit cukup marak. Banyak produk BB
cream yang menggunakan celebrity sebagai bintang iklan sebagai endorsernya. Untuk
mengkomunikasikan produk terbarunya, Loreal Indonesia juga meluncurkan dua versi iklan
Garnier BB cream yaitu dengan menggunakan celebity endorser dan typical-person endorser.
Versi pertama iklan Garnier BB cream yaitu iklan dengan menggunakan celebrity endorser
yaitu Pevita Pearce. Sedangkan versi kedua yaitu iklan menggunakan typical-person endorser
sebagai endorser.
Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul MENGUJI DAMPAK PEMILIHAN TIPE ENDORSER
TERHADAP MINAT BELI (STUDI PADA IKLAN GARNIER BB CREAM).
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:68) , Kredibilitas sumber tersebut diukur
dengan 3 dimensi yaitu daya tarik (attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), dan
keahlian (expertise). Ketiga dimensi ini dimaksudkan sebagai ukuran kredibilitas sumber
(source credibility).
Daya tarik (Attractiveness)
Menarik bukan hanya terbatas pada sesuatu yang indah atau bagus secara fisik, meskipun
hal tersebut merupakan salah satu atribut penting dalam pemilihan selebriti sebagai bintang
iklan. Namun, yang lebih penting adalah karakteristik seseorang yang dapat dijadikan
seorang pendukung seperti kemampuan intelektual, kepribadian, kepemilikan property, gaya
hidup, dan kecakapan atletis.
180

Daya tarik endorser merupakan berbagai daya tarik yang dimiliki endorser dalam berperan
sebagai endorser. Menurut Sertoglu et al (2014, p.69) daya tarik adalah stereotip asosiasi
positif
pada
orang
dan
tidak
hanya
mensyaratkan
daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti kepribadian dan kemampuan atletik.
Endorser yang dianggap menarik lebih cenderung untuk memimpin maksud pembelian.
Daya tarik bisa menjadi pengaruh besar atas konsumen dibandingkan dengan yang kurang
menarik (Sertolu et al, 2014, p.69)
Kepercayaan (Trustworthiness)
Kepercayan merupakan salah satu atribut penting dalam mendukung kredibilitas sumber.
Tanpa adanya kepercayaan, atribut lainnya yang dimiliki oleh komunikator tidak akan efektif
dalam menghasilkan perubahan sikap. Kepercayaan adalah kejujuran , integritas dan
kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan (Sertoglu et al, 2014, p.69)
Keahlian (Expertise)
Keahlian yang dimiliki oleh endorser memiliki peranan yang penting dalam menghasilkan
kredibilitas endorser itu sendiri. Keahlian adalah sejauh mana endorser yang dianggap
memiliki cukup pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan untuk mempromosikan produk
(Sertoglu et al, 2014, p. 69).
Keahlian seorang pendukung seperti seorang ahli terkadang bukan suatu hal yang penting,
namun masalahnya adalah bagaimana penonton dapat mempresepsikan selebriti tersebut
sebagai seorang ahli. Kepercayaan dan keahlian menunjukkan kredibilitas seseorang yang
dijadikan endorser pada produk tertentu.
Pengertian Endorser
Endorser diartikan sebagai : Orang orang yang terlibat dalam penyampaian pesan,
dapat secara langsung ataupun tidak langsung. ( Bearden, Richard, Mary dalam Bruno
Hasson : 2008)
Pengertian Endorser yang dikemukakan oleh Shimp (2007:329) adalah Sebagai
pendukung iklan atau juga yang dikenal sebagai bintang iklan yang mendukung produk yang
diiklankan.
Shimp (2007) juga membagi endorser dalam 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Celebrity Endorser, adalah orang terkenal dan dapat mempengaruhi karena prestasinya.
b. Typical-person Endorser, adalah orang-orang biasa yang tidak terkenal untuk
mengiklankan suatu produk.
Kedua jenis endorser di atas memiliki atribut dan karakteristik yang sama tetapi
dibedakan hanya dalam penggunaan orang sebagai pendukungnya, apakah tokoh yang
digunakan seorang tokoh terkenal atau tidak. Dalam hal ini, pembahasan hanya terfokus pada
penyampai pesan yang menggunakan celebrity endorser saja sedangkan untuk typical-person
endorser dianggap konstan.

181

Pengertian Celebrity & Celebrity Endorser


Menurut Shimp (2007:282) , celebrity adalah : Orang (bintang film, penghibur, atau
atlet) yang dikenal masyarakat karena kemampuannya di suatu bidang yang dapat
mendukung produk yang dipromosikannya. Selebriti banyak sekali diminta untuk menjadi
endorser dalam berbagai event marketing.
Menurut Schlect dalam Khatri Puja (2006:27), celebrity adalah orang-orang yang
menikmati pengakuan puBlik oleh saham besar dari kelompok orang tertentu sedangkan
atribut seperti daya tarik , gaya hidup yang luar biasa hanya contoh dan karakteristik umum
tertentu tidak dapat diamati meskipun dapat dikatakan bahwa dalam sesuai celebrity
kelompok sosial umumnya berbeda dari norma sosial dan menikmati tingkat tinggi kesadaran
masyarakat.
Berkiatan dengan definisi celebrity endorser, menurut Shimp (2007:458) yang dialih
bahasakan oleh Revyani Sjahrial dan Dyah Anikasari adalah : Seorang aktor atau artis,
entertainer atau atlet yang mana dikenal atau diketahui umum atas keberhasilannya di
bidangnya masing-masing untuk mendukung sebuah produk yang diiklankan.
Non Celebrity Endorser
Selain celebrity endorser, terdapat non celebrity endorser yang terbagi menjadi dua:
a. Typical Person Endorser
Selain celebrity endorser pemasar juga menggunakan typical-person endorser untuk
mendukung iklan, dengan alasan: Typical-person endorser biasanya digunakan sebagai
bentuk promosi testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Typical-person dapat
lebih diakrabi oleh konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri
yang aktual (actual-self concept), nilai-nilai yang dianut kepribadian, gaya hidup (lifestyles), karakter demografis, dan sebagainya. (Shimp, 2007, p.468)
b. Created Spokeperson Endorser
Ketika sebuah organisasi tidak dapat menemukan selebriti yang sesuai dengan image
merek organisasi , mereka dapat membuat sendiri " selebriti " endorser , yaitu seorang
juru bicara buatan (created spokeperson). Di sana terdapat dua jenis juru bicara buatan
yang dibuat organisasi ; baik orang-orang nyata memerankan peran atau animasi / peran
imajiner. (Wald et al, 2009, p.103)
Kerugian terbesar bila menggunakan Juru bicara buatan adalah bahwa endorser
tersebut akan hanya terkenal setelah organisasi memiliki menciptakan kesadaran dan
belanja iklan yang tinggi . Tom et al dalam Wald et al (2009:103) menunjukkan bahwa
pemasaran profesional harus memanfaatkan endorser buatan ketika tujuan iklan adalah
untuk membuat link jangka panjang antara endorser dan organisasi . Hal ini juga harus
dicatat bahwa selebriti akan menjadi pilihan yang lebih baik ketika organisasi hanya
tertarik dalam membangun jangka pendek tautan mengesankan.
Pada penelitian ini mengacu pada penggunaan non-celebrity endorser yaitu TypycalPerson endorser.
Minat Beli
Assael (1998 : 41) mengemukakan bahwa Purchase Intention (minat beli ) merupakan
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang
182

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen


melakukan pembelian.
Menurut Bearman dalam Natalia & Leonid (2013:5) tumbuhnya minat beli seseorang
diakibatkan oleh unsur-unsur yangterdiri dari tiga tahapan:
1. Rangsangan, merupakan suatu syarat yang ditunjukan untuk mendorong terjadinya
sesuatu tindakan atau menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
2. Kesadaran merupakan sesuatu yang dapat memasuki pikiran seseorang dan biasanya
dipengaruhi oleh produk dan jasa itu sendiri.
3. Pencarian informasi, yaitu informasi intern yang bersumber dari data pribadi konsumen
itu sendiri dalam memilih suatu produk ataupun jasa yang dapat memberikan kepuasan
kepada dirinya. Informasi ekstern yang diperoleh dari luar konsumen yaitu, misalnya
melalui iklan ataupun sumber sosial (teman,keluarga,dan, kolega), hal ini dapat
memastikan sifat yang khas dari pemilihan yang ada, yaitu konsumen membandingkan
beberapa produk sejenis yang mampu memuaskannya.
Model Konseptual dan Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan konsep Ohanian dalam Sertoglu et al yaitu
karakteristik tipe endorser yang terdiri dari Expertise, Trustworthiness dan Attractiveness
sebagai ukuran seorang Endorser dapat mempengaruhi minat beli konsumen. Sehingga
model penelitian adalah sebagai berikut:

Attractiveness

Trustworthiness

Expertise

H1
H2

Purchase
Intention
H3

Gambar 1. Model Konseptual. Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli.

Attractiveness ( daya tarik) endorser terhadap minat beli


Baker et al dalam Sertoglu et al (2014:68) berpendapat bahwa orang-orang yang
berpendapat positif terhadap daya tarik sumber , dan sebagai hasilnya komunikator yang
menarik secara fisik lebih berhasil mengubah kepercayaan, sikap dan menghasilkan niat beli.
Kahle dan Homer dalam Sertolu et al (2014:68) berpedapat dalam pengunaan produk
yang dapat menarik orang, selebriti dengan penampilan fisik yang baik yang cukup efektif
dalam penarikan kembali produk, sikap produk, dan niat membeli. Holzwarth et al., dalam Ni
dan Komang (2014:940) menyatakan bahwa, penyertaan sebuah gambar dari endorser yang
menarik di situs web telah terbukti menghasilkan sikap konsumen yang menguntungkan dan
niat beli yang tinggi terhadap produk.

183

Trustworthiness(kepercayaan) celebrity endorser terhadap minat beli


Dalam studi yang dilakukan Atkin dan Blok dalam Sertoglu et al (2014:74) yang
menggunakan sebuah iklan dengan dua versi, satu menggunakan selebriti dan lainnya
selebriti buatan. Mereka menyatakan bahwa selebriti diterima lebih kompeten dan dapat
dipercaya karena versi ini dianggap lebih positif dibandingkan dengan versi lain.
Pornpitakpan dalam Sertoglu et al (2014:74) juga menemukan bahwa tiga dimensi
kredibilitas endorser(attractiveness,trustworthiness,expertise) semuanya berpengaruh
positif berhubungan dengan niat beli.
Expertise (keahlian) celebrity endorser dan minat beli
Menurut Ohanian dalam Sertoglu et al (2014:74) yang dalam studinya menganalisis
dampak kredibilitas juru bicara selebriti pada niat pembelian konsumen dan menemukan
bahwa terdapat hubungan antara keahlian selebriti dan niat beli. Menurut Hansudoh
dalam Ni dan Komang (2014:941) keahlian berpengaruh terhadap minat beli, dimana
keahlian dari seorang celebrity endorser dalam hal menyampaikan pesan dalam iklan
dengan baik, dapat memunculkan niat beli seseorang yang menyaksikan iklan tersebut.
Ohanian dalam Ni dan Komang (2014:941) menemukan bahwa, ketika seorang celebrity
endorser mendapatkan penilaian yang tinggi dari konsumen terhadap keahlian yang
dimilikinya, maka secara persuasif konsumen akan dengan mudah terbujuk untuk
menghasilkan niat pembelian positif.
Maka dari pertimbangan di atas terbentuklah dua tipe hipotesis:
a. Hipotesisuntuk Typical-Person endorser
H1a = Diduga daya tarik (Attractiveness) Typical-Person endorser akan berpengaruh
positif terhadap minat beli (Purchase Intention).
H1b = Diduga kepercayaan (Trustworthiness) Typical-Person endorser akan
berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase Intention).
H1c = Diduga keahlian (Expertise) Typical-Person endorser akan berpengaruh
positif terhadap minat beli (Purchase Intention).
b. Hipotesis untuk Celebrity endorser;
H2a = Diduga daya tarik (Attractiveness)Celebrity endorser akan berpengaruh positif
terhadap minat beli (Purchase Intention).
H2b = Diduga kepercayaan
(Trustworthiness) Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat
beli (Purchase Intention).
H2c = Diduga keahlian (Expertise)
Celebrity endorser akan berpengaruh positif terhadap minat beli (Purchase
Intention)

184

Metodologi Penelitian
Tempat Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Populasi adalah adalah seluruh mahasiswi Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi
reguler aktif dan eksekutif aktif angkatan 2011-2012 dan bersedia untuk melihat iklan
Garnier BB Cream yang ditunjukkan oleh Peneliti.
Metode yang digunakan adalah convenience sampling dimana Pemilihan sampel
dilakukan dengan pembagian kuisioner secara langsung kepada responden. Dengan
menyebarkan kuisioner kepada responden, peneliti akan menampilkan video iklan Garnier
BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser dan Celebrity Endorser.
Pengambilan sampel sesuai dengan apa yang Dalam tabel yang ditulis Maholtra (2009:372)
berikut ini menggambarkan beberapa sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing tipe
penelitian pemasaran:
Tabel 4.1 Besaran sampel penelitian
Type of Study

Minimum
size

Typical
Range

Problem
Identification
Research

500

10002500

Problem-solving
Research

200

300-500

Product test

200

300-500

Test Marketing
Studies

200

300-500

Tv, Radio, or Print


Advertising

150

200-300

Test Market Audits

10

10-20
stores

2 groups

4-12
groups

Focus Groups

Sumber : Maholtra
Tipe penelitian ini adalah Tv, Radio or Print Advertising. Peneliti mengambil
sampel sebanyak 150 karena berdasarkan tabel Maholtra bahwa sampel tersebut sudah
cukup untuk mewakili populasi. Besaran sampel terbagi menjadi dua : 75 untuk celebrity
endorser dan 75 untuk typical person endorser.
Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 18 item
pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah
kuesioner yang digunakan adalah sebanyak 150 responden.

185

Dalam melakukan penelitiaan ini, metode pengumpulan data yang diperlukan yaitu :
penelitian lapangan, yaitu penelitian yang langsung dilakukan dengan mengunjungi
langsung objek penelitian.
Teknik pengumpulan data melalui kuisioner . Skala pengukuran variabel yang
digunakan adalah skala likert dengan 5 point. Jika responden sangat memahami objek
penelitian maka dapat menggunakan pemakaian skala yang tertinggi.
Berikut adalah pengolahan data dengan menggunakan SPSS yang
menggunakan uji ANOVA dengan metode two-way yaitu untuk melihat pengaruh lebih
dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi terjadi ketika pengaruh-pengaruh
sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung pada tingkat (kategori) faktor-faktor
lain. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai sig (p-value) < 0.1 maka tolak H0
Tabel 4.2 Two-way ANOVA
Indikator
F
Sig
Interaksi Tipe
Endorser dan
Attractiveness

3.316

.071

Interaksi Tipe
Endorser dan
Trustworthiness

.809

.370

Interaksi Tipe
Endorser dan
Expertise

.082

.775

Operasionalisasi Variabel
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis
penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut.
Attractiveness (daya tarik)
Daya tarik, tidak hanya mensyaratkan daya tarik fisik tetapi juga karakteristik lain seperti
kepribadian dan kemampuan atletik , penulis menggunakan indikator berdasarkan dari
penelitian sebelumnya tentang menguji dampak pemilihan tipe endorser oleh Sertoglu et al
(2014). Sertoglu et al membagi 5 indikator yang digunakan untuk Attractivenes (daya tarik)
adalah : Attractive, Classy, Beautiful, Elegant, Sexy.
Trustworthiness (kepercayaan)
Kejujuran , integritas dan kepercayaan yang dimiliki endorser dalam menyampaikan pesan.
(Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator yang digunakan untuk trustworthiness yaitu :
Dependable, Honest, Reliable, Sincere, Trustworthy.
186

Expertise (keahlian)
Expertise adalah sejauh mana endorser dianggap memiliki cukup pengetahuan , pengalaman
atau keterampilan untuk mempromosikan produk. (Sertoglu et al : 2014) Ada 5 indikator
yang digunakan : Expert, Experienced, Knowledgeable, Qualified, Skilled.
Minat Beli
Menurut pengertian yang disampaikan dalam Sertoglu et al (2014) minat beli adalah instruksi
diri konsumen untuk melakukan pembelian dengan melalui tahap perancanaan, mengambil
tindakan tindakan yang relevan seperti mengusulkan (pemarkasa), merekomendasikan
(influencer), memilih dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Sertoglu et al membagi 3 indikator dari minat beli : Intention, Recommendation, Willingness.
Pelaksanaan Administrasi Survei
Jumlah kuisioner yang dibagikan berjumlah 150, dan yang dapat diolah lebih lanjut
berjumlah 150. Kuisioner dibagikan kepada mahasiswi reguler aktif dan eksekutif aktif
angkatan 2011 dan 2012 yang sedang berada di ruangan kelas di Universitas Esa Unggul.
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan mendatangi responden langsung, kemudian peneliti
menampilkan video iklan Garnier BB Cream yang dibintangi oleh Typical-Person Endorser
(kuisioner diisi oleh 75 responden) dan Celebrity Endorser kepada para responden (kuisioner
diisi oleh 75 responden) . Waktu rata-rata yang diperlukan oleh responden untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner adalah 10 menit.
Penyiapan Data
Data valid yang diperoleh dari penyebaran kuesioner tidak dapat diolah secara langsung.
Untuk dapat diolah maka dibutuhkan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) memberikan
nomor urut setiap kuesioner, (2) pembuatan kode jawaban untuk setiap pertanyaan dalam
kuesioner, (3) memasukkan data ke dalam program Microsoft Excell, dan (4) menyusun data
siap olah.
Metode Deskriptif dilakukan untuk membantu menjawab perumusan masalah 1 3.
Metode deskriptif dilakukan dengan cara menghitung Nilai Rata-rata responden untuk
jawaban Attractiveness, Trustworthiness dan Expertise. Kemudian dilakukan
Pengelompokkan Responden responden terhadap masing-masing variabel tersebut. Sebagai
ilustrasi untuk Attractiveness :
Nilai Maksimum dari jawaban responden = 5
Nilai Minimum dari jawaban responden = 1
Range = 5 1 = 4
Kategori
= 3 (Atrratctive, Biasa Saja, Tidak Attractive)
Maka jarak antar Kelas
=

187

Tabel 3. Pengelompokkan jawaban responden untuk Attractiveness


Kelas

Nilai Ratarata jawaban

Kelompok

1 - 2.32

Tidak
Attractive

2.33 - 3.65

Biasa Saja

3.66 - 5

Attractive

Dalam menentukan pengaruh lebih dari satu faktor secara bersamaan (Anova) Interaksi
terjadi ketika pengaruh-pengaruh sebuah faktor terhadap variabel dependen bergantung
pada tingkat (kategori) faktor-faktor lain. (Maholtra, 2009, 369)
Analisis Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif dan two-way ANOVA.
Pada hasil analisis validitas butir indikator menyatakan bahwa terdapat 18 pertanyaan dengan
n = 20 yang valid karena nilai r hitung > dari r tabel ( > 0,444 ), sehingga semua butir
pertanyaan tersebut layak digunakan dan dapat mengukur variabel yang akan diukur.
Tabel 4
Uji Validitas Endorser terhadap Minat Beli Garnier BB Cream
N
o

Variabel

Nomor
Pertanyaan

Attractiv 1.attractive
eness
2. classy
(X1)
3.beautiful
4.elegant
5.sexy
Trustwo 6.dependable
rthyness 7.honest
(X2)
8.sincere
9.reliable
10.trustworthy
Expertis 11.expert
e (X3)
12.experienced
13.knowledgeable
14.qualified
15.skilled
Minat
16.intention
Beli (Y) 17.recommenda

Hasil
Korela
si

Keteran
gan

0.796
0.933
0.821
0.732
0.669
0.626
0.737
0.603
0.709
0.810
0.917
0.814
0.918

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0.834
0.446
0.960
0.874

Valid
Valid
Valid
Valid
188

-tion
18.willingness

0.961

Valid

Statistik Deskriptif
Tabel 6 Statistik Deskriptif Attractiveness
Tipe
Endorser
Typical
Person

Celebrity

Total

Attractiveness
Tidak
Attractive
Biasa Saja
Attractive
Total
Biasa Saja
Attractive
Total
Tidak
Attractive
Biasa Saja
Attractive
Total

Mean
2.3333
3.1006
3.7500
3.2533
3.3846
3.5538
3.5244
2.3333
3.1566
3.6016
3.3889

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang


mendominasi minat beli responden adalah daya tarik (attractiveness) endorser tipe Typical
person (M=3.7500)
Tabel 7 Statistik Deskriptif
Trustworthiness
Tipe
Endorser
Typical
Person
Celebrity

Total

Attractiveness
Biasa Saja
Trustworthy
Total
Biasa Saja
Trustworthy
Total
Biasa Saja
Trustworthy
Total

Mean
3.1159
3.4713
3.2533
3.2083
3.7597
3.5244
3.1538
3.6435
3.3889

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang


mendominasi minat beli responden adalah kepercayaan (trustworthiness) endorser tipe
Celebrity (M=3.7597)

189

Tabel 5.2.3 Statistik Deskriptif


Expertise
Tipe
Endorser
Typical
Person

Celebrity

Total

Attractiveness

Mean

Tidak Expert
Biasa Saja
Expert
Total
Biasa Saja
Expert
Total
Tidak Expert
Biasa Saja
Expert
Total

3.7083
3.0808
3.3137
3.2533
3.2982
3.6012
3.5244
3.7083
3.1603
3.4926
3.3889

Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas diketahui bahwa rata-rata yang


mendominasi minat beli responden adalah keahlian (expertise) endorser tipe Celebrity
(M=3.6012)
Analisis Two Way Anova
1. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Attractiveness terhadap
variabel Minat Beli.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Salman Pakaya (2013),
Sugiarto (2012), Ni Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh
attractiveness terhadap minat beli.
Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh attractiveness terhadap minat
beli.
Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser
Credibility on the Consumers Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga
menyatakan bahwa attractiveness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka
semakin attractive (menarik) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB
Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.
Hasil uji Anova tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat
Attractiveness memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan
bahwa Tipe Endorser ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini
membuktikan tidak adanya perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh
Typical Person Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.
2. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Trustworthiness terhadap
variabel Minat Beli.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni Md dan Komang
(2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh trustworthiness (kepercayaan)
terhadap minat beli.
Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh trustworthiness terhadap
minat beli.
190

Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of Endorser
Credibility on the Consumers Buying Intentions : An Empirical Study in Turkey juga
menyatakan bahwa trustworthiness mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut maka
semakin trustworthy (terpercaya) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB
Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Trustworthy
memiliki Minat beli yang berbeda pula. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa Tipe
Endorser ternyata memiliki pengaruh terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya
perbedaan minat beli antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan
Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat
perbedaan Trustworthy (kepercayaan) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person
Endorser dan Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.
3. Hasil Uji Anova menunjukkan bahwa ada pengaruh variabel Expertise terhadap
variabel Minat Beli. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ni
Md dan Komang (2014) yang melakukan penelitian tentang pengaruh Expertise
(keahlian) terhadap minat beli.
Dari hasil penelitian tersebut memang terdapat pengaruh expertise terhadap minat
beli.
Selain itu penelitian dari Sertoglu et al (2014) mengenai Examining the Effect of
Endorser Credibility on the Consumers Buying Intentions : An Empirical Study in
Turkey juga menyatakan bahwa expertise mempengaruhi minat beli. Karena hal tersebut
maka semakin expert (ahli) penampilan seorang endorser dalam iklan Garnier BB
Cream, maka akan semakin mempengaruhi minat beli konsumen.
Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa subyek yang berbeda tingkat Expertise
memiliki Minat beli yang berbeda pula. Tipe Endorser ternyata memiliki pengaruh
terhadap minat beli, hal ini membuktikan adanya perbedaan minat beli antara Typical
Person Endorser dan Celebrity Endorser. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Sertoglu et al (2014), dan Wald et al (209) bahwa terdapat perbedaan
expertise (keahlian) antara iklan yang dibintangi oleh Typical Person Endorser dan
Celebrity Endorser dalam iklan Garnier BB Cream.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan penelitian Menguji dampak pemilihan tipe endorser terhadap minat beli
pada mahasiswi di Universitas Esa Unggul, maka telah diperoleh kesimpulan.
1. Terdapat interaksi antara attractiveness dan tipe endorser pada minat beli konsumen.
Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0,071 < 0,1 maka H1 diterima. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity
dipengaruhi oleh tingkat attractiveness.
2.

Tidak terdapat interaksi antara trustworthiness dan tipe endorser pada minat beli
konsumen. Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.370 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata
lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity
tidak dipengaruhi oleh tingkat trustworthiness.
191

3. Tidak terdapat interaksi antara expertise dan tipe endorser pada minat beli konsumen.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person
dan Celebrity tidak dipengaruhi oleh tingkat expertise.
4. Ketiga variabel kredibilitas sumber yaitu : attractiveness, trustworthiness, dan expertise
mempengaruhi minat beli. Tetapi pada variabel trustworthiness dan expertise tipe
endorser tidak mempengaruhi minat beli. Sedangkan pada variabel attractiveness, tipe
endorser mempengaruhi minat beli.
Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka diajukan saran-saran yaitu
sebagai berikut :
1. Saran untuk perusahaan (PT Loreal Indonesia)
a. Dalam promosi melalui iklan sebaiknya perusahaan tidak mengutamakan apakah
sosok endorser berasal dari tipe Typical-person atau Celebrity tetapi lebih
mempertimbangkan attractiveness, trustworthiness, expertise endorser dalam
menyampaikan pesan produk dalam sebuah iklan sehingga dapat meyakinkan
konsumen tentang manfaat dari produk dan menambah kepercayaan produk, yang
pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.
b. Kepercayaan pada produk, yang pada akhirnya mampu menarik minat beli konsumen.
Diperoleh nilai probabilitas (Sig) 0.775 > 0,1 maka H0 diterima. Dengan kata lain dapat
disimpulkan bahwa minat beli pada tipe endorser Typical Person dan Celebrity tidak
dipengaruhi oleh tingkat expertise.
2. Saran untuk penelitian selanjutnya:
a. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan mengambil sampel masyarakat umum agar
penelitian yang dilakukan lebih konkrit dan lengkap.
b. Perlu dilakukan penelitian dengan variabel lain untuk melihat variabel apa yang
mempengaruhi minat beli konsumen
Terima Kasih
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaannya. Terima kasih saya
ucapkan kepada kedua orang tua saya. Dosen Pembimbing saya Ibu Rina Anindita, SE, MM.
Ketua Program Studi saya Bapak Drs. Sugiyanto , MM, serta Dekan Fakultas Universitas Esa
Unggul Dr. MF. Arozzi, SE., M.si., Akt, CIA serta teman-teman Fakultas Ekonomi 2011.
Terima kasih atas dukungan serta doanya.

Daftar Pustaka
Ajeng, P. H. (2008). Analisis Perbandingan Penggunaan Celebrity Endorser Dan TypicalPerson Endorser Iklan Televisi Dan Hubungannya Dengan Brand Image Produk.
Bisnis dan Manajemen , 2-18.
Assael, H. (1998). Consumer Behavior & Marketing Action. 6 edition. International Edition.
New York: International Thomson Publishing.
192

Basu, S., & Irawan. (2002). Manajemen Pemasaran Modern.Cetakan 13. Yogyakarta:
Liberty.
Fandy, T. (2004). Strategi Pemasaran.
Edisi 2. Yogyakarta: Andi.
Griffin, R. W., & Ebert, R. J. (2008). Business.8 Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Gunarsa, & Yulia, S. (2005). Psikologis Praktisi Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK
Gunung Mulia Sab'atun.
Hasson, B. (2008). Fashion Branding: 7 Jurus Sukses Branding Bisnis MLM Fashion.
Jakarta: Gramedia.
Hasyim, & Rina, A. (2009). Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran. Jakarta:
UIEU-University Press.
Khatri, P. (2006). Celebrity Endorsement: A Strategic Promotion Perspective. Indian Media
Studies Journal. Vol.1. No. 1 .
Kotler, P. (2000). Marketing Management.Millenium Edition. New Jersey: Prentice Hall
International Inc.
Kotler, P. (1995). Marketing Management: An Asian Perspectif. New Jersey: Prentice Hall
Inc.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2007). 12 edition. Dalam E. Terjemahan, Manajemen Pemasaran.
Jakarta: PT Indeks.
Kussudyarsana. (2004). Fenomen Selebritas Sebagai Model Iklan Dari Sudut Pandang
Sumber Pesan. Jurnal Benefit. Vol. 8 No.2. UMS Surakarta .
Lamb, H. M. (2001). Pemasaran.Buku 1.
Jakarta: PT Salemba Emban Raya.
M, S. (2005). Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: Andi.
Maholtra, N. K. (2009). In Riset Pemasaran : Pendekatan Terapan. Ed Bahasa Indonesia, Ed
4 (jilid ke-1). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
Maria, A. R. (2002). Dasar-dasar Public
Relation. Jakarta: Grafindo.
Moh, A. (1991). Psikologi Industri. Edisi
4. Yogyakarta: Liberti.
Morrissan. (2007). Periklanan dan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tanggerang: Ramafina
Prakarsa Taman.
Natalia, S., & Leonid, J. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model: Sikap
Audience Terhadap Iklan Merek Serta Pengarhnya Pada Minat Beli "Top Coffee".
Jurnal Manajemen Pemasaran .
193

Ni Md Mahadewi, I., & Komang Agus Satria, P. (2014). Pengaruh Kredibilitas Celebrity
Endorser Dan Kewajaran Harga Terhadap Niat Beli Konsumen Wanita Pada Online
Shop Produk Pakaian. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana .
Renald, K. (1992). Manajemen periklanan dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT Pustaka
Utama.
Schiffman, L., & Kanuk, L. L. (2004). Consumer Behavior Seventh Edition. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Sertoglu, A. E., Catli, O., & Korkmaz, S. (2014). Examining the Effect of Endorser
Credibility on the Consumers' Buying Intentions: An Empirical Study in Turkey.
International Review of Management and Marketing , 66-77.
Shimp, T. A. (2007). Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran. Jilid 1.
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Sri, K. (2007). Analisis Pengaruh Dead Endorser Terhadap Brand Personality Pada Iklan
Kompas Di Televisi. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.14 No.1. Yogyakarta.
Sutisna. (2003). Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Waldt, V. D., Loggerenberg, M. V., & Weluneyer, L. (2009). Celebrity Endorsements Versus
Created Spokepersons In Advertising: A Survey Among Students. Departement of
Marketing and Communication Management, University of Pretoria , 100-114.

194

PERANAN UNIT KERJA TELLER BCA KCU PASAR BARU DALAM


TERCIPTANYA KETERIKATAN NASABAH

Stephanus Taniadi
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Likeai3@hotmail.com

ABSTRAKSI
Tingkat persaingan di dalam dunia perbankan sekarang ini menjadi semakin ketat karena
banyaknya jumlah bank di Indonesia. Untuk menghadapi persaingan ini, bank dituntut untuk
mampu menjadi Relationship Banking. Relationship Banking mengharuskan bank untuk
membina hubungan seerat mungkin dengan para nasabahnya. Lini frontliner, khusunya teller,
harus mampu menciptakan hubungan yang seerat mungkin dengan nasabah sehingga tercipta
keterikatan antara bank dan nasabah. Studi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif dan
efisien interaksi yang dibangun oleh unit kerja teller kepada nasabah dalam rangka membentuk
keterikatan antara nasabah dengan bank. Metode analisis yang digunakan penelitian ini adalah
uji validitas, uji reliabilitas, uji ANOVA, dan uji structural equation model (SEM). Dimana
diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh teller kepada nasabah
berhasil menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya. Namun, interaksi para teller belum
tentu dapat membuat hubungan antara nasabah dengan bank menjadi terikat satu sama lain.
Selain itu, kepuasan yang dirasakan oleh para nasabah juga tidak menjamin nasabah memiliki
hubungan keterikatan dengan bank, mungkin terdapat faktor lainnya yang dapat membuat
nasabah terikat dengan bank.
Kata kunci : Interaksi Pelanggan, Kepuasan Pelanggan, Keterikatan Nasabah
PENDAHULUAN
Krisis moneter yang sempat melanda Indonesia juga berimbas besar kepada dunia
perbankan Indonesia. Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas dan banyak pula sampai
harus menutup banknya. Pasca krisis moneter jumlah bank di Indonesia terus menerus bertambah
seiring berjalannya waktu. Hal ini terjadi karena mulai pulihnya kepercayaan masyarakat
terhadap jasa bank. Banyaknya bank di Indonesia, membuat persaingan di dalam dunia
perbankan Indonesia semakin ketat. Setiap bank berusaha untuk memperkuat posisinya untuk
menjadi pemain utama di dunia perbankan Indonesia, baik dari segi produk, segi penyelesaian
pembayaran maupun dari segi penyaluran kredit. Setiap bank juga berlomba - lomba berusaha
untuk meningkatkan layanan mereka kepada nasabah sehingga nasabah merasakan kenyamanan
dan keamanan dalam melakukan transaksi. Apabila sebuah bank tidak dapat memberikan
pelayanan yang baik kepada nasabahnya, bank tersebut harus siap siap akan ditinggalkan oleh
195

nasabahnya untuk beralih ke bank lainnya yang dianggap lebih memberikan solusi bagi nasabah
tersebut.
Pemberian pelayanan sebuah bank salah satunya melalui lini frontliner. Pekerja front liner
dalam bank terdiri dari Teller, Customer Service, Duty Officer, dan Security. Lini frontliner ini
merupakan ujung tombak dalam sebuah bank, khususnya unit kerja teller. Teller bukan hanya
bertugas untuk menyelesaikan transaksi keuangan nasabah, teller juga dapat menjadi perantara
bank untuk menyampaikan informasi informasi terbaru dan juga dapat menyalurkan keluhan
keluhan nasabah yang dapat menjadi bahan evaluasi sebuah bank.
Bank Central Asia (BCA) merupakan salah satu bank swasta serta bank transaksional
terbesar yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu bank yang besar, BCA menyadari bahwa
tidaklah cukup hanya menjadi bank transaksional tetapi juga perlu mengembangkan keunggulan
kompetitif dalam bentuk relationship banking. Menjadi relationship banking berarti
mengharuskan BCA untuk memiliki hubungan seerat mungkin dengan nasabah nasabahnya,
dan lini frontliner, khususnya teller, disini mulai melakukan peranannya sebagai penyalur
keinginan dari BCA. Hal ini terbukti dari adanya budaya pelayanan yang dimiliki oleh BCA
untuk memuaskan para nasabahnya, yang disebut SMART (Sigap Menarik Antusias Ramah
Teliti). SMART yang menjadi dasar perilaku BCA kemudian dikembangkan menjadi SMART
SOLUTION (Sigap Menarik Antusias Ramah Teliti Simak Open mind Lengkapi Telling solution
Inisiatif On time). Budaya service dan relationship yang lebih berpusat kepada nasabah. Teller
dituntut untuk menciptakan interaksi kepada nasabah, dengan tujuan nasabah tersebut merasa
aman serta nyaman sehingga yang pada akhir nya tercipta keterikatan (engagement) antara
nasabah dan BCA.
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru terhadap nasabah.
2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan nasabah BCA KCU Pasar Baru.
3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru dalam
terciptanya keterikatan nasabah.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Interaksi Pelanggan
Bagi Thibaut dalam Haryanto (2011), Interaksi sendiri didefinisikan sebagai peristiwa
saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka
menciptakan hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Hal yang hampir serupa
juga dikatakan oleh Shaw dalam Haryanto (2011), yang mengatakan interaksi adalah suatu
pertukaran antarpribadi yang masing masing orang menunjukkan perilakunya satu sama
lain dalam kehadiran mereka, dan masing masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.
Sementara itu menurut Rambat (2006), pelanggan adalah seseorang yang secara
kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan
keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar
produk atau jasa tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa interaksi pelanggan adalah hubungan yang terjadi antara
organisasi atau perusahaan dengan individu membayar dan menggunakan produk atau jasa
tersebut, yang saling berkomunikasi dan mempengaruhi satu sama lain.
196

Terdapat empat tahapan di dalam interaksi pelanggan yang dirancang untuk


memastikan bisnis proses perusahaan dapat membentuk pengalaman pelanggan yang baik :
1. Initiation
Manajemen secara aktif menerima pelanggan baru dan memulai hubungan dengan
pelanggan tersebut.
2. Integration
Setelah tahapan initiation selesai, selanjutnya manajemen aktif dan menafsirkan produk
atau jasa. Tujuan utama pada tahapan integrasi ini adalah membangun keunggulan
operasional.
3. Kecerdasan (Intelligence)
Manajemen mengumpulkan seluruh pengalaman yang terjadi pada tahapan initiation dan
integrasi untuk dijadikan landasan untuk menetapkan langkah selanjutnya yang harus
dilakukan perusahaan dengan tujuan jangka panjang pelanggan.
4. Menciptakan Nilai (Value Creation)
Manajemen aktif mengembangkan hubungan dengan pelanggan untuk menjadikan
pelanggan sebagai bagian tak terpisahkan.
2. Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler (2008), kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai berikut perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja suatu produk dan harapan harapannya. Sedangkan menurut Fandy (2006),
menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia
terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli.
Sementara, untuk mengukur kepuasan konsumen atas jasa yang dikonsumsi menurut
Christian (1990), ada enam cara, yaitu sebagai berikut :
1. Keahlian dan Keterampilan (Profesionalism and Skills)
Konsumen menyadari bahwa reputasi dan pelayanan, sistem operasional dan sumber fisik
memiliki pengetahuan dan keahlian untuk menyelesaikan masalah mereka secara
profesional.
2. Sikap dan Tingkah Laku (Attitudes and Behaviour)
Konsumen merasa bahwa
pelayanan jasa (orang yang berhubungan langsung)
memperhatikan mereka dan berminat dalam penyelesaian masalah secara ramah dan
sopan.
3. Mudah Disesuaikan (Accesibility and Flexibility)
Operasi, pelayanan jasa dan sistem operasional sebaikya dijalankan dengan cara yang
fleksibel sesuai permintaan dan pengharapan konsumen.
4. Menepati Janji (Reliability and Trustworthiness)
Konsumen mengetahui bahwa dimanapun tempatnya mereka untuk dapat bergantung
pada penyediaan jasa, pelayanan, sistem agar menepati janji.
5. Segera Mengambil Kendali (Recover)
Konsumen menyadri bahwa bagaimanapun sesuatu yang tidak terprediksi atau tidak dapat
diperkirakan, penyedia jasa akan secara spontan dan aktif mengambil tindakan dalam
mengendalikan situasi dan mencari solusi baru yang dapat diterima kedua belah pihak.
6. Dapat Dipercaya (Reputation and Credibility)
197

Konsumen percaya bahwa operasi dan penyedia jasa dapat dipercaya dan dapat
memberikan nilai baik material maupun spiritual dan hal ini adalah hasil dari suatu
performa yang baik yang dapat diberikan kepada konsumen dan juga kepada penyedia
jasa.
3. Keterikatan Nasabah
Roberts (2010) mendefinisikan Customer engagement adalah pelanggan yang loyal
terhadap produk perusahaan dan secara aktif merekomendasikan produk dan pelayanan
perusahaan kepada orang lain. Sedangkan Hans (2012) mengatakan customer engagement
adalah sebuah proses melibatkan customer dengan berinteraksi dengan mereka di dalam
sebuah dialog dan pengalaman untuk mendukung customer secara optimal yang
mempengaruhi keputusan mereka dalam melakukan pembelian. Keterlibatan terdiri dari hal
hal seperti mendengarkan, mengerti dan berinteraksi secara individual. Dialog secara
individual, dengan waktu yang tepat, dan saluran yang tepat serta pesan yang tepat : konten
dan konteks menjadi penting, sangat dibutuhkan dalam customer engagement.
Untuk mengukur engagement pada dasarnya harus dilakukan dalam konteks strategi
perusahaan dan customer itu sendiri, dimana perilaku yang dipercayai oleh sebuah
perusahaan akan membentuk dan mengikat customer. Kunci utama untuk mempertahankan
profit di masa depan tidaklah semudah dengan menjaga customer, melainkan harus
memperdalam hubungan dengan mereka dan mengikat mereka sebagai suatu usaha yang
paling penting. Namun, ada empat dimensi kunci yang mendasari keterlibatan emosional
customer dengan organisasi dimana masing masing dimensi mewakili aktifitas spesifik dari
kebutuhan emosional customer. Model ini digambarkan dalam sebuah piramida yang
menggambarkan urutan dimensi dari sebuah customer engagement. Dimensi pertama adalah
confidence. Hal ini berkaitan dengan apakah sebuah organisasi dapat dipercaya atau tidak
karena kepercayaan diri menjadi fondasi level yang lebih tinggi dari keterlibatan emosional
yang hendak dibangun. Tahap ini melingkupi kemampuan perusahaan untuk menyampaikan
pesan secara terpercaya dan tetap memegang janji. Dimensi kedua adalah integrity. Integritas
adalah melakukan sesuatu yang benar. Jika terjadi sebuah kesalahan atau masalah,
perusahaan mampu mengubah kesalahan menjadi kesempatan. Selalu memperlakukan dan
memberikan solusi solusi kepada customer dengan adil. Dimensi ketiga adalah pride,
customer akan lebih merasa bangga bukan karena asosiasinya dengan perusahaan yang
menjadi konten, namun lebih kepada apa yang dikatakan kepada mereka adalah benar
benar mereka. Dimensi ini merujuk pada perlakuan customer secara hormat, perasaan
bangga menjadi customer sebuah produk atau jasa atau perusahaan, dan rasa prestisius
mengenai sebuah produk, jasa, atau perusahaan tertentu. Dimensi yang terakhir adalah
passion, seorang passionate customer akan menggambarkan hubungan mereka sebagai
sesuatu yang tak tergantikan (iireplaceable) dan sebagai pasangan yang cocok (a prefect fit).

198

Gambar 1 Dimensi Emosional Customer

4. Hipotesis
Dalam penelitian ini jelas membahas hubungan interaksi yang terjadi diantara dua
kelompok, yaitu nasabah dan juga bank. Nasabah dan bank mencoba untuk melakukan
komunikasi satu sama lain yang bertujuan untuk mencapai hasil yang menguntungkan satu
sama lainnya. Bentuk interaksi nyata yang dilakukan oleh bank kepada nasabahnya yaitu
dari segi pelayanan. Bank berusaha untuk memberikan pelayanan yang sebaik baiknya
agar mencapai kepuasan yang maksimal pada nasabahnya.Seperti pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Feronika Handayani, Institut Pertanian Bogor, 2006, yang bertema Analisis
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank BNI Di
Kota Bogor, hasil akhirnya diketahui bahwa faktor faktor yang mempengaruhi kepuasan
nasabah terhadap pelayanan adalah keamanan, fasilitas yang diperoleh, lama pelayanan,
keramahan, kesigapan, dan penampilan petugas, sistem antrian.
H1 : Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan
semakin tinggi pula kepuasan nasabah.
Customer engagement merupakan puncak dari hubungan antara perusahaan dengan
customer atau nasabahnya. Hubungan kedekatan yang terjalin sudah menjangkau pada
tingkat kedekatan batin dan berjangka waktu panjang. Bank harus dapat memahami nasabah
yang berarti siap secara konsisten mengembangkan produk serta pelayanannya yang
berdasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, keinginan dan harapan konsumen.
Dalam pencapaiannya, diperlukan interaksi yang terjalin antara bank dengan nasabahnya
agar bank dapat mengetahui apa saja yang diinginkan oleh para nasabahnya, salah satunya
yaitu melalui pelayanan dari para pekerja frontliner bank, khususnya unit kerja teller. Salah
satu penelitian telah coba dilakukan oleh Fani Stiyanti, Universitas Indonesia, 2012, yang
berjudul Pengaruh Iklim Layanan dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer
Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas. Melalui
beberapa uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini, ditariklah beberapa kesimpulan
dari penelitian tersebut. Yang pertama, Diketahui bahwa iklim layanan memiliki hubungan
terhadap customer engagement. Kedua, variabel pelayanan prima SDM memiliki hubungan
yang cukup kuat terhadap customer engagement. Ketiga, iklim layanan dan pelayanan prima
SDM memiliki pengaruh yang positif dan kuat terhadap customer engagement, sehingga
menimbulkan perubahan yang searah. Pengaruh pelayanan prima SDM lebih kuat
dibandingkan dengan iklim layanan.
199

H2 : Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin maka nasabah akan semakin memiliki
keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru.

Nasabah yang loyal akan membawa banyak sekali manfaat bagi bank. Untuk mencapai
hal tersebut salah satu upaya yang diusahakan oleh bank yaitu dari segi pelayanan
frontlinernya, khususnya unit kerja teller, yang berusaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik hingga mencapai kepuasan konsumen. Namun, melayani nasabah tidak berhenti pada
konsep kepuasan konsumen semata, karena terdapat banyak pesaing yang mampu
memberikan kepuasan juga kepada nasabah. Nasabah yang puas ternyata tidak serta merta
menjadi nasabah yang loyal. Nasabah yang menyatakan diri puas bisa saja dengan
mudahnya berpindah pada produk atau jasa dari bank lain yang dinilai memiliki kualitas
yang sama. Pada level ini, relationship yang terbangun sudah merupakan campuran antara
aspek rasional dan emosional. Kualitas hubungan sudah menjangkau pada tingkat kedekatan
batin dan berdimensi jangka panjang.
Pada penelitian terdahulu yang berkaitan dengan loyalitas nasabah telah coba dilakukan
oleh Yulisa Gardenia, Universitas Gunadarma, 2009, dengan judul Pengaruh Kepuasan
Terhadap Loyalitas Nasabah. Di dalam penelitian tersebut variabel independen yang
diteliti ada dua, yaitu nilai (pelayanan, hadiah, produk, bunga), dan teknologi. Sedangkan
variabel dependennya yaitu kepuasan nasabah bank dan loyalitas nasabah. Dari hasil uji
regresi yang telah dilakukan menghasilkan faktor teknologi yang disediakan oleh bank yang
memiliki pengauh besar terhadap kepuasan nasabah dengan standar koefisien sebesar 0,230
dan bernilai lebih besar dibandingkan variabel nilai sebesar 0,181. Sementara itu, variabel
loyalitas yang menjadi variabel dependent mempunyai hubungan yang siginfikan dengan
variabel kepuasan nasabah dilihat dari hasil uji regresi yang menghasilkan standar koefisien
sebesar 0,492. Namun, variabel independent yang terdiri dari variabel nilai dan variabel
teknologi tidak berpengaruh langsung terhadap loyalitas nasabah melainkan berpengaruh
terhadap kepuasan nasabah.
H3 : Semakin puas nasabah maka nasabah akan semakin memiliki keterikatan kepada
BCA KCU Pasar Baru.
METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah Bank Central Asia (BCA) Kantor Cabang
Utama Pasar Baru, jalan K.H. Samanhudi no.8, Jakarta Pusat.
2. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan populasi adalah nasabah - nasabah yang
berinteraksi langsung dengan unit kerja teller BCA KCU Pasar Baru, yang jumlahnya tidak
diketahui secara pasti. Pengambilan sampel disesuaikan dengan banyaknya jumlah item
pertanyaan yang digunakan dalam kuisioner tersebut, dimana dengan mengasumsikan n x 5
observasi. Dalam penelitian ini, jumlah item pertanyaan dalam kuisioner adalah 22 item
pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur 3 buah variabel, sehingga jumlah
kuisioner yang digunakan adalah minimal sebanyak 110 responden namun kuesioner yang
dibagikan kepada nasabahg yang berinteraksi langsung dengan teller BCA KCU Pasar Baru
sebenarnya sebanyak 117 responden.

200

3. Definisi Operasional Variabel


Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang diteliti, dimana untuk menguji hipotesis
penelitian ini, maka setiap variabel diukur dengan menggunakan instrumen variabel tersebut.
Adapun operasionalisasi dari variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 1 Definisi operasional variabel


Nama Variabel
Konstruk

Interaksi
(Customer
Engagement
Strategies, Inc,
2006)

Kepuasan
Nasabah
(Christian
Gronroos, 1990)

Indikator (Variabel Terukur)


1. Teller memberikan nasabah senyuman terbaik
selama melayani.
2. Teller menanggapi pertanyaan dari nasabah
dengan baik.
3. Teller berada dalam keadaan siap untuk
melayani nasabah.
4. Teller semangat dalam melayani nasabah
5. Teller memberikan penjelasan yang mudah
dipahami
6. Teller menangani masalah nasabah dengan
cepat

1. Teller memberikan layanan yang profesional.


2. Teller menyelesaikan transaksi dengan teliti.
3. Teller tulus dalam membantu nasabah.
4. Teller melayani nasabah dengan ramah.
5. Layanan teller sesuai dengan harapan
nasabah.
6. Layanan teller sesuai dengan standar
layanan BCA, yaitu SMART SOLUTION.
7. Teller memberikan solusi yang tepat bagi
nasabah.
8. Teller dapat dipercaya sebagai penyedia
layanan yang baik.

Ukuran

Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju

Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju

201

Keterikatan
Nasabah (Fani
Stiyanti, 2012)

5. Tingkat kepercayaan nasabah kepada teller


sangat tinggi
6. Nasabah selalu ingat terhadap teller.
7. Teller memberikan pelayanan yang sungguh
sungguh kepada nasabah.
8. Teller memperlakukan nasabah dengan
hormat.
9. Teller membuat nasabah bangga menjadi
nasabah
10. BCA KCU Pasar Baru menjadi bank pilihan
utama bagi nasabah.
11. Teller merupakan yang terbaik bagi nasabah.
12. Nasabah akan merekomendasikan kepada
rekan kerja.

Skala 1 s/d 5,
dimana 1 = sangat
tidak setuju dan 5
= sangat setuju

9. Analisis Structural Equation Model


Analisis statistik ini digunakan untuk mengestimasi beberapa regresi yang terpisah tapi
saling berhubungan secara bersamaan (simultaneously). Berbeda dengan analisis regresi,
dalam SEM bisa terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel dependen ini bisa
menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lain. Uji SEM adalah sebuah
teknik statistik multivariat yang menggabungkan aspek-aspek dalam regresi berganda (yang
bertujuan untuk menguji hubungan dependen) dan analisis faktor (yang menyajikan
unmeasured concepts factors with multiple variables) yang dapat digunakan untuk
memperkirakan serangkaian hubungan dependen yang saling mempengaruhi secara bersamasama.
Ada 7 tahapan prosedur pembentukan dan analisis SEM yaitu :
1. Membentuk model teori sebagai dasar model SEM yang mempunyai justifikasi teoritis
yang kuat. Merupakan suatu model kausal atau sebab akibat yang menyatakan hubungan
antar dimensi atau variabel.
2. Membangun path diagram dari hubungan kausal yang dibentuk berdasarkan dasar teori.
Path diagram tersebut memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang
diujinya.
3. Membagi path diagram tersebut menjadi satu set dari model pengukuran (measurement
model) dan model struktrural (structural model).
4. Pemilihan matrik data input dan mengestimasi model yang diajukan. Perbedaan SEM
dengan teknik multivariate lainnya adalah dalam input data yang akan digunakan dalam
pemodelan dan estimisinya. SEM hanya menggunakan matrik varian / kovarian atau
matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukan.
5. Menentukan the identification of the structural model. Langkah ini untuk menentukan
model yang dispesifikasikan bukan model yang under-indentified atau unidentified.
Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :
1) Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
2) Program ini mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.
202

3) Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya error varian yang negatif.
4) Muncul korelasi yang sangat tinggi atar korelasi estimasi yang didapat (Misalnya lebih
dari 0,9).
6. Mengevaluasi kriteria dari goodness of fit atau uji kecocokan. Pada tahap ini kesesuaian
model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit seabagai berikut
:
a. Ukuran sample minimal 100 dan dengan perbadingan 5 observasi untuk setiap
parameter estimate
b. Normalitas dan linearitas
c. Outliers
d. Multicolinierity dan singularity
7. Menginterpretasikan hasil yang didapat dan mengubah model jika diperlukan.

10. Model Penelitian

Gambar 2 Model Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengujian Validitas Faktor
Sesuai rekomendasi dari Hair et al (1998) bahwa variabel pengamatan yang layak
digunakan sebagai indikator terhadap konstruk atau variabel latennya haruslah memiliki
muatan faktor yang lebih besar dari 0,5 sehingga model yang digunakan mempunyai
kecocokan yang baik, selain itu nilai-t muatan faktornya harus lebih besar daripada nilai
kritis (>1,96).
Pada awalnya variabel interaksi memiliki 6 indikator, variabel kepuasan pelanggan 8
indikator, dan variabel keterikatan nasabah terdapat 8 indikator. Berikut hasil akhir dari
analisis validitas indikator konstruk penelitian.

203

Tabel 2 Hasil Pengukuran Validitas Indikator Order Construct


Indikator

Loading Factor

Nilai t

Keterangan

INT1

0,63

6,61

Digunakan

INT2

0,49

4,85

Tidak Digunakan

0,47

4,63

Tidak Digunakan

0,52

5,29

Digunakan

INT5

0,59

6,14

Digunakan

INT6

0,37

3,64

Tidak Digunakan

SAT1

0,46

4,67

Tidak Digunakan

SAT2

0,38

3,81

Tidak Digunakan

SAT3

0,42

4,34

Tidak Digunakan

0,59

6,30

Digunakan

0,55

5,77

Digunakan

SAT6

0,47

4,78

Tidak Digunakan

SAT7

0,53

5,64

Digunakan

SAT8

0,46

4,70

Tidak Digunakan

CE1

0,53

5,58

Digunakan

CE2

0,46

4,75

Tidak Digunakan

CE3

0,56

5,96

Digunakan

0,65

7,19

Digunakan

0,58

6,23

Digunakan

CE6

0,58

6,28

Digunakan

CE7

0,56

6,02

Digunakan

CE8

0,58

6,27

Digunakan

INT3
INT4

SAT4
SAT5

CE4
CE5

Konstruk

Interaksi
Pelanggan

Kepuasan
Nasabah

Keterikatan
Nasabah

2. Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk


Menurut Bagozi (1988) syarat reliabilitas yang baik adalah memiliki construct
reliability > 0,6 dan variance extracted > 0,5. Ghozali (2005) menambahkan bahwa syarat
reliabilitas dapat dilihat dari salah satu metode saja. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa
konstruk interaksi (INT) dan keterikatan nasabah (CE) memiliki reliabilitas yang baik diatas
dari 0,6, sedangkan pada konstruk kepuasan pelanggan (SAT) secara statistik memang tidak
204

memenuhi syarat reliabilitas namun penting secara teori jadi tetap disertakan didalam
penelitian.
Tabel 3 Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk
Indikator

Std.Loading

Error

INT1
INT4
INT5
SAT4
SAT5
SAT7
CE1
CE3
CE4
CE5
CE6
CE7
CE8

0,75
0,46
0,65
0,57
0,54
0,47
0,51
0,51
0,63
0,57
0,60
0,57
0,60

0,44
0,79
0,58
0,67
0,71
0,78
0,74
0,74
0,61
0,67
0,64
0,68
0,64

Construct Reliability

Variance Extracted

0,7

0,40

0,5

0,28

0,8

0,33

3. Analisis Model Struktural


Tabel 4 Persamaan Model Struktural
No.

Persamaan
SAT = 0.69*INT, Errorvar.= 0.023 , R = 0.63

(0.22)

(0.015)

3.15

1.50

CE = 5.52*SAT - 2.00*INT, Errorvar.= 0.038, R = 0.96


2

(2.87)

(2.05)

(0.32)

1.92

-0.97

0.12

Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai R2 untuk masing-masing persamaan. Nilai R2 ini
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh masing-masing variabel independent mampu
menjelaskan variabel dependent-nya. Hasil tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
3) Interaksi pelanggan mempengaruhi kepuasan nasabah mempunyai R2 = 0,63. Hal ini
berarti 63% varian dalam kepuasan nasabah dapat dipengaruhi oleh interaksi pelanggan,
sedangkan 37% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain.
4) Kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan secara bersama sama mempengaruhi
keterikatan nasabah mempunyai R2 = 0,96 atau 96% varian keterikatan nasabah dapat
dipengaruhi oleh faktor kepuasan nasabah dan interaksi, sedangkan 4% lainnya
dipengaruhi oleh faktor lain diluar kepuasan nasabah dan interaksi pelanggan.

205

4. Analisis Goodness of Fit


Tabel 5 Analisa Goodness of fit
Group

Indicator

Cut of Value

Degree of Freedom

Chi-square

5
6
7

Tingkat
Kecocokan

61
Nilai yang kecil

NCP

Value

72,02

Baik

11,02

P
RMSEA
P Value
ECVI Model
ECVI Saturated
ECVI Independence

p> 0,05
RMSEA 0,08
p 0,05

AIC Model
AIC Saturated
AIC Independence
CAIC Model
CAIC Saturated
CAIC Independence
NFI
CFI
NNFI
IFI
RFI
PNFI
Critical N
Standardized RMR
GFI
AGFI
PGFI

AIC Model dekat


dengan
AIC
Saturated
CAIC Model dekat
dengan
CAIC
Saturated
NFI 0,90
CFI 0,90
NNFI 0,90
IFI 0,90
RFI 0,90
Nilai Tinggi
CN 200
RMR 0,05
GFI 0,90
AGFI 0,90
PGFI 0,50

ECVI Model dekat


dengan
ECVI
Saturated

0,16
0,039
0,67
1,14
1,57
3,66
132,02
182
424,86
244,88
524,36
473,77
0.81
0.96
0.94
0.96
0.76
0.64
139,67
0.067
0.91
0.87
0.61

Close Fit
Baik
Baik

Baik

Kurang Baik
Marginal Fit
Baik
Baik
Baik
Kurang Baik
Baik
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Marginal Fit
Baik

Pengujian 1 : Statistic Chi-Square


Chi Square (61) = 72,02, (p = 0,16) menunjukan kecocokan yang mencukupi, karena nilai
Chi Square nya kecil 72,02/61 = 1,18. NCP = 11,02 bernilai kecil, menunjukkan kecocokan
yang mencukupi.
Pengujian 2 : Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA = 0,039 (< 0,05) menunjukkan close fit. P-value for test of close fit (RMSEA
0,05) = 0,67, kecocokan keseluruhan model baik.
Pengujian 3 : Expected Cross Validation Index (ECVI)
ECVI model (1,14) dibandingkan dengan ECVI saturated model (1,57) dan ECVI
independence model (3,66). ECVI model sedikit lebih dekat dengan ECVI saturated model
206

dan jauh dari ECVI independence, atau dengan kata lain ECVI model lebih mendekati
saturated daripada independence, Serta 90 % Confidence Interval adalah 1,04 sampai 1,36,
maka diperoleh kecocokan yang baik.
Pengujian 4 : Akaike Information Criterion (AIC) dan Consistent Akaike Information
Creterion (CAIC)
AIC model (132,02) dibandingkan dengan AIC saturated model (182) dan AIC
independence model (424,86). AIC model dekat dengan AIC saturated model dan jauh dari
AIC independence model. Maka menunjukkan kecocokan yang baik. CAIC model (244,88)
jauh lebih kecil dari CAIC saturated model (524,36) dan juga lebih besar dari CAIC
independence (473,77), maka menunjukkan kecocokan yang tidak baik.
Pengujian 5 : Fit Index
Normed fit index (NFI) = 0,81 (dibawah 0,90) menunjukkan marginal fit. CFI = 0,96 (lebih
besar dari 0,90) menunjukkan model yang sesuai. Tucker-Lewis Index atau Non normed fit
index (NNFI) = 0,94 (diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Incremental Fit Index (IFI) = 0,96
(diatas 0,90) menunjukkan good-fit. Relative Fit Index (RFI) = 0.76 menunjukkan kurang
baik dan Comparative Fit Index (CFI) = 0,96 menunjukkan good-fit. Parsimonius Normed
Fit Index (PNFI) = 0.64 digunakan untuk perbandingan model, menunjukkan kecocokan
yang mencukupi.
Pengujian 6 : Critical N
Critical N (CN) = 139,67 model tidak mewakili sampel data karena dibawah dari 200.
Pengujian 7 : Goodness of Fit
Root mean Square Residual (RMR) merupakan nilai rata-rata residual yg dihasilkan dari
fitting antara variance-covariance matrix dari model dengan variance-covariance matrix
dari sampel data. Standardized RMR = 0.067 (diatas 0,05) menunjukkan mediacore fit.
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 (lebih dari 0,90) menandakan model yang diuji memiliki
kesesuaian yang baik dan Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) 0.87 (dibawah 0,90)
menunjukkan marginal fit. Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.61 digunakan
dalam perbandingan model, menunjukkan nilai diatas 0,5 maka kecocokan mencukupi.
Dari analisis pada kelompok 1 sampai kelompok 7 beberapa pengujian menunjukkan
kecocokan yang tidak mencukupi namun lebih banyak pengujian yang mencukupi
kecocokannya. Karena itu dapat disimpulkan kecocokan keseluruh model (goodness of fit )
model ini memenuhi syarat.
5. Pengujian Hipotesis
Tabel 6 Pengujian Hubungan Model Struktural
Hipotesis

Pernyataan Hipotesis

Nilai-t

Keterangan

H1

Semakin baik interaksi yang terjalin


antara teller dengan nasabah maka akan
semakin tinggi pula kepuasan nasabah.

3,15

Data mendukung
hipotesis

207

H2

Semakin baik kualitas interaksi yang


terjalin maka nasabah akan semakin
memiliki keterikatan dengan BCA KCU
Pasar Baru.

H3

Semakin puas nasabah maka nasabah


akan semakin memiliki keterikatan
kepada BCA KCU Pasar Baru.

-0,97

Data tidak
mendukung
hipotesis

1,92

Data tidak
mendukung
hipotesis

a. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka akan semakin
tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini didapat dari nilai t- values 3,15 > 1,96, yang berarti
hipotesis dapat diterima. Interaksi yang baik yang dilakukan teller BCA KCU Pasar Baru
akan menciptakan kepuasan kepada para nasabah nya.
b. Untuk hipotesis yang kedua tidak dapat diterima karena nilai t-values yang didapatkan 0,97 < 1,96. Hal tersebut berarti kualitas interaksi yang baik dari para teller BCA KCU
Pasar Baru belum tentu dapat membuat nasabah terikat dengan BCA KCU Pasar Baru.
c. Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin membuat nasabah semakin
memiliki keterikatan kepada BCA KCU Pasar Baru. Karena di dalam hasil penelitian
diperoleh nilai t nya adalah 1,92, oleh karena itu tidak dapat diterima karena nilai
minimum nya yaitu 1,96.

KESIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan menggunakan uji structural equation model
(SEM), dari 3 hipotesis yang diajukan terdapat 1 hipotesis yang signifikan dan 2 hipotesis
lainnya tidak signifikan. Semakin baik interaksi yang terjalin antara teller dengan nasabah maka
akan semakin tinggi pula kepuasan nasabah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai
kepuasan pelanggan yang tinggi maka teller harus menciptakan interaksi yang sebaik mungkin
dengan para nasabah. Interaksi yang baik antara teller dengan nasabah dapat membuat nasabah
merasakan keamanan serta kenyamanan melakukan transaksi di BCA KCU Pasar Baru. Jika
nasabah sudah merasakan hal tersebut maka kemungkinan besar nasabah akan datang berulang
kali kembali ke BCA KCU Pasar Baru.
Semakin baik kualitas interaksi yang terjalin tidak menjamin nasabah akan semakin
memiliki keterikatan dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi yang
baik belum tentu dapat membuat nasabah menjadi terikat. Terdapat faktor faktor lain untuk
mencapai keterikatan dengan nasabah, nasabah bukan melihatnya dari seberapa baik teller
berinteraksi dengan para nasabah.
Semakin puas nasabah maka nasabah tidak menjamin semakin memiliki keterikatan
kepada BCA KCU Pasar Baru. Hal ini menunjukkan bahwa nasabah yang sudah merasakan puas
terhadap BCA KCU Pasar Baru belum tentu menjadikan nasabah tersebut memiliki keterikatan
dengan BCA KCU Pasar Baru. Hal ini mungkin dikarenakan oleh banyaknya bank lainnya juga
yang dapat memberikan kepuasan yang sama kepada para nasabah nya, sehingga nasabah merasa
kepuasan yang mereka rasakan merupakan perasaaan yang normal dan tidak ada yang berlebih.

208

SARAN
Penulis mengusulkan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya yang sekiranya dapat
diimplementasikan di masa yang akan datang, seperti :
1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh interaksi terhadap keterikatan nasabah
dan pengaruh kepuasan nasabah terhadap keterikatan nasabah.
2. Melakukan penelitian terhadap variabel variabel lainnya yang dapat mempengaruhi
keterikatan nasabah.
3. Memfokuskan penelitiannya terhadap keterikatan nasabah terhadap perusahaan bukan kepada
personal
4. Melakukan penelitian pada bagian private banking.
PERSANTUNAN
Terima kasih disampaikan yang sebesar besarnya kepada Dr. H. Tantri Yanuar R. S, SE,
MSM, atas waktu dan sumbangan pemikiran yang telah diberikan selama penelitian ini
berlangsung. Terima kasih juga disampaikan kepada BCA KCU Pasar Baru yang telah
memberikan kesempatan untuk dijadikan tempat penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. CV.Alfabeta, Bandung, 2004
Arief, Muhtosim, Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan. Bayumedia, Malang, 2006
Cook, Sarah, Customer Care Excellent: How to Create an Effective Customer Focus. Kogan
Page, London, 2011
Customer Engagement Strategies. Inc. The Four Stages of Customer Interaction. 12
Desember 2013.
http://www.customerengagement.com/next/Four%20Stages%20of%20Customer%20Inter
action.pdf
Gardenia, Yulisa, Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Nasabah. Jurnal Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok.(2006)
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro,
Semarang, 2005
Gronroos, Christian, Strategic Management Marketing In Service Sector. Mass, Cambridge,
1990
Hair et.al., Multivariate Data Analysis. 7th Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2010
Handayani, Feronika, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah
Terhadap Pelayanan Bank BNI di Kota Bogor. Skripsi. Bogor : Institut Pertanian
Bogor.(2006)
Hari Wijanto, Setyo, Structural Equation Modeling dengan Lisrel 8.8, Graha Ilmu, Yogyakarta,
2008
Haryanto. Pengertian Interaksi Sosial. 29 Oktober 2013.
http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. BPFE, Yogyakarta,
2002
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1. Erlangga,
Jakarta, 2008
209

Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi 2. Salemba Empat,
Jakarta, 2006
Malayu, Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan. Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Manurung, M, dan Rahardja, P, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2004
Paulson, Dan, Im happy to be here How Engaged Employees Improve Your Bottomline,
Loyalty Management Vol.1 No.5, 2009
Payne, Adrian, The Essence of Services Marketing. Andi, Yogyakarta, 1993
Rangkuti, Freddy, Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997
Robert, Christopher dan Frank Alpert, Total Customer Engagement : Designing And Aligning
Key Strategies Elements To Achieve Growth. Journal of Product and Brand
Management. Vol.19. Iss.3, 2010
Stiyanti, Fani, Pengaruh Iklim Layanan Dan Pelayanan Prima SDM Terhadap Customer
Engagement Pada Nasabah Bank ABC Kantor Cabang X Unit Layanan Prioritas.
Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia.(2012)
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta, Bandung, 2005
Tjiptono Fandy, dan Chandra, G, Service Quality Satisfaction. Andi, Yogyakarta, 2004
Umar, Husein, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia & JBRC, Jakarta, 2005
Willems, Hans. Transitioning Into a Blueconomy. White Paper Customer Driven Online
Engagement. Blueconic B.V. 5 Februari 2014. http://www.blueconic.com
Zeithaml, Valarie dan Mary Jo Bitner, Services Marketing, Integrating Customer Focus Across
The Firm, Second Edition. Tata McGraw Hill Edition, New Delhi, 2000

210

ANALISIS PENGARUH DAYA TARIK IKLAN, KUALITAS PESAN


IKLAN, FREKUENSI PENAYANGAN IKLANTERHADAP EFEKTIVITAS
IKLANTELEVISI KARTU IM3 VERSI PLAY WITH JKT48 & CESAR
Regina
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
mutdz.regina@gmail.com

ABSTRAKSI
Regina. Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan
terhadap Efektivitas Iklan Televisi Kartu IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesar (Survei
Pemirsa Iklan Kartu IM3 VersiPlay With JKT48 dan Cesar Pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19
Kabupaten Tangerang). (Dibimbing oleh Abdurrahman).
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan, kualitas pesan
iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi Play With JKT48
dan Cesar pada Siswa/Siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang. Analisis yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan SPSS 16 dengan uji validitas, uji reliabilitas, dan regresi
linear berganda.
Dari hasil analisis yang diperoleh terdapat pengaruh tidak positif antara daya tarik iklan
terhadap efektivitas iklan, dan terdapat pengaruh positif antara kualitas pesan iklan terhadap
efektivitas iklan, frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan. Daya tarik iklan tidak
terdapat pengaruh positif karena responden tidak melihat dari daya tarik iklan yang mungkin
menurut responden Iklan Kartu IM3 sama saja dengan iklan iklan provider lainnya. Tetapi,
responden melihat dari bonus bonus dan promo promo yang ditawarkan oleh kartu IM3 dan
seringnya frekuensi penayangan iklan membuat responden lebih mudah mengingat iklan dan isi
pesan iklan.
Kata kunci : Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan, Efektivitas
Iklan.

Pendahuluan
Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju membuat persaingan usaha menjadi
semakin ketat dalam bidang ekonomi maupun perdagangan, sehingga banyak membuat
perusahaan berlomba-lomba untuk menciptakan sebuah strategi pemasaran yang efektif agar
produk yang mereka ciptakan dapat diterima oleh pasar. Perusahaan dapat mengenalkan produk
dengan menggunakan media informasi yaitu periklanan.
Salah satu media periklanan yang banyak diminati oleh pemasar adalah media televisi,
karena media ini merupakan media audio visual yang canggih dan menarik dengan sebuah
211

tayangan berdurasi kurang lebih 60 detik yang dapat disaksikan serentak oleh puluhan juta
bahkan ratusan dan ribuan juta pasang mata di seluruh dunia. Televisi dapat memberikan
tayangan yang bersifat informasi dan menghibur dan juga dijadikan sebagai media untuk
mempromosikan suatu produk.
Industri telekomunikasi di Indonesia memiliki beberapa perusahaan besar dan memiliki
pengguna yang cukup banyak, di antaranya seperti Telkomsel dengan produk yang ditawarkan
adalah adalah Simpati, Kartu As, Kartu Halo dan Telkom Flexi. Selanjutnya Indosat dengan
produk yang ditawarkan adalah Mentari, IM3, SmartOne, dan Matrix. XL dengan produk yang
ditawarkan adalah XL Bebas, XL Jempol. AXIS Telekom Indonesia dengan produk yang
ditawarkan seperti AXIS dan Hepi. Dengan adanya beberapa provider tersebut dapat mengubah
pola persaingan yang terjadi saat ini dan berbagai strategi diterapkan oleh perusahaan untuk
mengatasi persaingan tersebut.
Berikut adalah hasil survei Frontier Consulting Group dalam Majalah Marketing tentang
Top Brand Index yang diadakan setiap tahun dimulai dari tahun 2000 dengan pengukuran
berdasarkan tiga parameter yaitu Top Of Mind Awareness (40%), Last Used (30%), dan Future
Intention (30%).
Hasil survei Top Brand Index Produk Simcard Prabayar yang ada di Indonesia sejak tahun
2009 2013 dapat dilihat dalam grafik di bawah ini:

Sumber :www.top.brand-award.com

Produk simcard GSM prabayar IM3 dari tahun 2009 2013 berada diperingkat ke- 2 dan
belum bisa menggeser simPATI yang berada di posisi atas. Semakin tingginya tingkat
persaingan yang terjadi pada saat ini, membuat IM3 harus memikirkan berbagai cara dan strategi
untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan
keputusan pembelian produk yang ditawarkan.
Kartu seluler bersaing untuk menambah jumlah pelanggannya dengan menawarkan jasa
terbarunya baik dalam tarif ataupun fitur melalui iklan di berbagai media massa, salah satunya
media televisi. Promosi melalui iklan menjadi suatu pilihan yang menarik, disamping sebagai
sumber informasi, iklan juga dipandang sebagai media hiburan dan media komunikasi pemasaran
yang efektif untuk menjangkau target pasar terutama jika ditayangkan di televisi.
Menurut Purnama tujuan dari pembuatan iklan harus dapat menginformasikan, membujuk
dan mengingatkan pembeli tentang produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui media iklan
tersebut.
212

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menentukan judul yaitu Analisis
Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap
Efektivitas Iklan Televisi pada Siswa/SiswiSMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang.
Masalah dalam penelitian ini yaitu Tingginya persaingan dunia pemasaran melalui
periklanan di televisi, ketidakmampuan Brand IM3 menggeser dominasi SimPATI, besarnya
biaya promosi iklan melalui televisi, dan siswa/siswi yang cenderung mudah dipengaruhi oleh
iklan-iklan baru.
Tujuan penelitian ini, yaitu:
Untuk mengetahui model yang digunakan dalam penelitian sudah baik.
Untuk mengetahui pengaruh daya tarik iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi
Play With JKT48dan Cesardi Televisi.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pesan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu IM3 Versi
Play With JKT48 dan Cesar di Televisi.
4. Untuk mengetahui pengaruh frekuensi penayangan iklan terhadap efektivitas iklan Kartu
IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesardi Televisi.
5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi efektivitas
iklan Kartu IM3 Versi Play With JKT48 dan Cesardi Televisi.
Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya
media televisi.
Penelitian ini bermanfaat bagi perusahaan agar menjadi bahan masukan untuk meningkatkan
efektivitas iklan Kartu IM3 dalam memasarkan produk melalui media periklanan khususnya
media televisi.
1.
2.

Tinjauan Pustaka
A. Shopping Goods
Menurut Ali produk barang yang dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja,
harga dan sebagainya, misalnya produk elektronik, pakaian, perabot rumah tangga dan
seterusnya. Barang barang yang dalam proses pembeliannya memerlukan evaluasi pilihan
pilihan dan perbandingan dari berbagai alternatif yang tersedia, seperti harga, kualitas, dan
model masing masing barang. Contohnya alat alat rumah tangga, pakaian, dan furniture.
B. Promosi
Menurut Ali Promosi merupakan proses mengkomunikasikan variabel bauran pemasaran
(marketing mix) yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan
produk. Kegiatan promosi adalah suatu bentuk kegiatan komunikasi pemasaran yang
berusaha untuk menyebarkan informasi, memengaruhi, mengingatkan pasar sasaran agar
bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan
(penjual dan pembeli).
C. Publisitas
Menurut Lawrence & Dennis L. Wilcox (pakar humas dari San Jose State University)
publisitasadalah
informasi
yang
tidak
perlu
membayar
ruang-ruang
pemberitaan/penyiarannya, namun disaat yang sama tidak dapat dikontrol oleh
individu/perusahaanyang memberikan informasi, sebagai akibatnya informasi dapat
mengakibatkan terbentuknya citra dan mempengaruhi orang banyak dan
213

D.

E.

F.

G.

dapatberakibataksidimanaaksiinidapatmenguntungkanataumerugikansaatinformasidipublikasi
kan.
Efektivitas Iklan
Efektivitas iklan dapat diukur dengan menggunakan EPIC model. EPIC model yang
dikembangkan oleh AC Nielsen, salah satu perusahaan peneliti pemasaran terkemuka di
dunia, mencakup empat dimensi kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi
(Empathy, Persuasion, Impact and Communications).
Daya Tarik Iklan
Menurut Morissan daya tarik iklan digunakan untuk menarik perhatian konsumen dan
mempengaruhi perasaan mereka terhadap suatu produk (barang dan jasa). Menurut Eka dan
Saliman, daya tarik iklan harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu :
1. Iklan harus bermakna (meaningful), yaitu menunjukkanmanfaat manfaatyang membuat
produk lebih diinginkan atau lebih baik bagi konsumen.
2. Pesan iklan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut
akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan iklan.
3. Daya tarik itu khas (distinctive), yaitu harus menyatakan apa yang membuat produk lebih
baik dari produk-produk pesaing.
Kualitas Pesan Iklan
Menurut Kotler pesan iklan harus menarik perhatian (attention), mempertahankan
ketertarikan (interest), membangkitkan keinginan (desire), dan menggerakkan tindakan
(action). Menurut Durianto dan Liana (2004), untuk memformulasikan pesan iklan harus
memperhatikan apa yang akan dikatakan (isi pesan), bagaimana mengatakannya secara logis
(struktur pesan), bagaimana mengatakannya secara simbolis (format iklan), dan siapa
seharusnya yang mengatakan (sumber pesan). Pesan iklan dapat berupa angka, huruf, dan
kalimat yang dapat menjalankan suatu sistem. Pesan iklan sama seperti pendorong, yaitu
suatu kegiatan yang menunjukkan segala kebutuhan dari calon pembeli.
Frekuensi Penayangan Iklan
Menurut Jack Myers frekuensi penayangan iklan minimal sebanyak tiga kali lebih sesuai
untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan iklan lain. Konsumen diserbu
oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya yang berasal dari berbagai
media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk, billboard, dll). Penayangan iklan
minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen hanya menerima sekitar seribu
pesan iklan setiap harinya.Menurut Shimp, day part dibagi menjadi tiga bagian waktu yaitu
waktu utama (prime time), siang hari (daytime), dan waktu tambahan (fringe time).

Metode Analisis Data


Jenis penelitian ini menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah informasi yang
disusun dalam bentuk angka.
Sumber data yang digunakan dalam penelitianiniadalah data primer dan sekunder. Data
primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner pada sampel yang telah
ditentukan yang berisi tanggapan konsumen tentang daya tarik iklan, kualitas pesan iklan,
frekuensi penayangan iklan, dan efektivitas iklan pada produk kartu seluler IM3, sedangkan data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai bahan pustaka, baik berupa buku, jurnaljurnal, dan dokumen lainnya yang ada hubungannya dengan materi kaji.
214

Populasidalampenelitianiniadalahseluruh siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten


Tangerang yang masih aktif berstatus sebagai siswa/siswi SMA Negeri 19 Kabupaten Tangerang
yang berjumlah 900 orang.
Pengambilansampel pada penelitian ini menggunakan metode slovin sebesar 10%, maka
jumlah sampel minimal 90 orang tetapi peneliti menetukan jumlah sampel sebanyak 200 orang
menggunakan purposive sampling dengan penentuan kriteria yaitu yang sudah pernah melihat
Iklan Kartu IM3 Versi Play With JKT48 & Cesar di Televisi.
Metodepengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuisioner yang dimana pernyataan - pernyataan dalam kuisioner dibuat dengan
menggunakan skala 1-4 untuk mendapatkan data yang bersifat likert. Setelah semua data-data
terkumpulmakaselanjutnya data-data tersebut dianalisis yaitu dengan uji validitas, ujirealibilitas,
dananalisis regresi linear berganda.
Berikut hipotesis yang diajukandalampenelitianini:
1. H1 : Diduga model yang digunakan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
2. H2 : Diduga daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
3. H3 : Diduga ualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
4. H4 : Diduga frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan
5. H5 : Diduga variabel yang paling dominan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan
Makaterbentuklah model penelitiansebagaiberikut:
Daya Tarik Iklan
(X1)

Kualitas Pesan Iklan

Efektivitas Iklan

(X2)

(Y)

Frekuensi
Penayangan Iklan
(X3)

215

1. Hasil dan Pembahasan


1. AnalisisTabel 5.8 Model Summary
Model Summary

Model

.655

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

R Square
a

.429

.421 ,3007

a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Besarnya kontribusi variabel daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2),
frekuensi penayangan iklan (X3) terhadap efektivitas iklan (Y) ditunjukkan dengan
koefisien determinan (Adjusted R Square) sebesar 0,421 atau 42.1%, artinya besarnya
pengaruh variable bebas yaitu daya tarik iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi
penayangan iklan (X3), terhadap efektivitas iklan (Y) danbesarnya pengaruh variabel bebas
tehadap variabel terikat dalam penelitian ini adalah 42.1%, sedangkan sisanya sebesar
57.9% dipengaruhioleh variabel lain diluar penelitian.
2. AnalisisTabelANOVA
b

ANOVA
Model
1

Sum of Squares

Df

Mean Square

Sig.

Regression

13.334

4.445

49.171

.000

Residual

17.717

196

.090

Total

31.052

199

a.Predictors: (Constant), X3, X1, X2


b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Tabel Anova menunjukan bahwa signifikan 0.000 yang berarti variable daya tarik
iklan (X1), kualitas pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3), mempengaruhi
variabel efektivitas iklan (Y). Signifikan menunjukan 0.000 yang berarti di bawah 0.05.

216

3. Analisis Tabel Coefficients


Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

(Constant)

Std. Error
1.004

.136

X1

.000

.004

X2

.392

X3

.260

Coefficients
Beta

Sig.
7.361

.000

-.014

-.259

.796

.057

.428

6.905

.000

.049

.329

5.282

.000

a. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Pengolahan SPSS

Dari hasil tersebut didapatlah persamaan regresi sebagai berikut :


Y = 1.004 + 0.000X1 + 0,392X2 +0.260X3+ e
Keterangan :
Y = Efektivitas Iklan
a = constanta
b= Koefisien
X1= Variabel Daya Tarik Iklan
X2= Variabel Kualitas Pesan Iklan
X3 = Variabel Frekuensi Penayangan Iklan
e = error disturbance

Dari hasil analisis di atas, diperoleh hasil sebagai berikut :


1. Daya tarik iklan (X1) menunjukan nilai signifikan 0.796 yang berarti lebih besar dari 0.05,
sehingga dapat disimpulkan variabel daya tarik iklan (X1) tidak signifikan atau tidak
memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan demikian, maka H0
pada penelitian ini diterima. Artinya, mungkinresponden tidak melihat dari daya tarik iklan
Kartu IM3 karena iklan kartu IM3 sama saja dengan iklan iklan provider lainnya dan
tidak menghibur.
2. Kualitas pesan iklan (X2) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih kecil dari
0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel kualitas pesan iklan (X2) signifikan atau
memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y) Dengan demikian, maka H0 pada
penelitian ini ditolak. Artinya responden tertarik dengan bonus bonus dan promo promo
yang diberikan oleh Kartu IM3 karena responden yang dipiliih yaitu anak SMA yang
belum memiliki pendapatan sendiri sehingga responden melihat dari segi harganya yang
murah. Didukung dengan teori Ali Hasan, shopping goods bahwa produk barang yang
dibeli memerlukan penjajakan informasi mengenai kinerja, harga dan sebagainya. Shopping
goods yang dimaksud adalah homogenous shopping goods yang artinya konsumen
217

menganggap bahwa kualitas produk sama tetapi harganya berbeda. Dengan demikian,
setiap provider memiliki kualitas produk yang sama tetapi dengan harga yang berbeda,
sehingga anak SMA melihat dari harga yang murah dan memiliki banyak bonus dan
promo.
3. Frekuensi penayangan iklan (X3) menunjukan nilai signifikan 0.000 yang berarti lebih
kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan variabel frekuensi penayangan iklan (X3)
signifikan atau memiliki pengaruh terhadap variabel efektivitas iklan (Y). Dengan
demikian, maka H0 pada penelitian ini ditolak. Artinya semakin tinggi tingkat frekuensi
penayangan iklan di televisi, maka pemirsa akan semakin sering melihat iklan tersebut.
Dengan demikian iklan yang berkali kali akan membuat pemirsa lebih mudah mengingat
iklan dan pesan iklan akan cepat tersampaikan. Didukung dengan teori Morrisan, semakin
tinggi frekuensi penayangan iklan maka akan semakin banyak audien yang bisa dijangkau,
tetapi harus diingat bahwa penayangan iklan lebih dari sepuluh kali dinilai berlebihan
(overxposure), sedangkan iklan yang ditayangkan kurang dari tiga kali dinilai tidak
memiliki cukup jangkauan. Menurut Jack Myers, frekuensi penayangan iklan minimal
sebanyak tiga kali lebih sesuai untuk masyarakat yang tidak terlalu banyak terekspos pesan
iklan lain. Konsumen diserbu oleh ratusan bahkan bahkan ribuan pesan iklan setiap harinya
yang berasal dari berbagai media massa dan dari media iklan lainnya (poster, spanduk,
billboard, dll). Penayangan iklan minimal tiga kali akan cukup efektif jika target konsumen
hanya menerima sekitar seribu pesan iklan setiap harinya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Hasil daripada analisis regresi linear berganda yang telah peneliti lakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model yang diajukan pada penelitian ini sudah layak karena daya tarik iklan (X1), kualitas
pesan iklan (X2), frekuensi penayangan iklan (X3) berpengaruh positif terhadap efektivitas
iklan (Y).
2. Pada uji yang dilakukan terdapat kesimpulan bahwa :
i. Daya tarik iklan tidak berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
ii. Kualitas pesan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
iii. Frekuensi penayangan iklan berpengaruh positif terhadap efektivitas iklan.
3. Kualitas pesan iklan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi efektivitas iklan.
Saran
Setelah peneliti menganalisis penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal berkaitan
dengan penelitian selanjutnya yaitu :
1. Perusahaan harus tetap menggunakan bintang iklan yang populer di kalangan anak muda,
karena dapat menjanjikan dan menarik perhatian pemirsa pada produk tersebut.
2. Perusahaan harus lebih banyak lagi menawarkan promo promo dan
bonus bonus agar
tetap menarik minat konsumen karena prinsip konsumen jika ada yang murah kenapa cari
yang mahal.

218

3. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan variabel daya tarik iklan, kualitas pesan
iklan, dan frekuensi penayangan iklan. Peneliti berikutnya dapat menambahkan beberapa
variabel lagi seperti popularitas endorser, kreativitas iklan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Afrian Mukti Ramdani, Pengukuran Efektivitas Iklan Kartu Seluler Axis Di Media Televisi
Dengan Pendekatan DRM Dan EPIC Model, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Ali Hasan,SE,MM. Marketing dan kasus-kasus pilihan, cetakan pertama, 2013.
Cara Pandangku. Blog, Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R
Square (Penjelasan Lengkap), http://carapandangku.blogspot.com/2011/07/pengujian-hipotesisregresi-linier.html. Diakses tanggal 8 November 2013.
Faela Sufa, Bambang Munas.2012Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan,
Frekuensi Penayangan Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa
Iklan Mie Sedap Pada Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang).Diponegoro
Journal Of Management,.Vol. 1, No. 1, 2012.
Faela Sufa,Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan, Kualitas Pesan Iklan, Frekuensi Penayangan
Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Televisi Mie Sedap (Survei Pemirsa Iklan Mie Sedap Pada
Mahasiswa Kost di sekitar Kampus Undip, Tembalang), Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro, Skripsi, 2012.
Gilar Rosandini, Augusty Tae Ferdinand, Analisis Pengaruh Daya Tarik Media Luar Ruang,
Popularitas Endoser, dan Kreativitas Iklan Terhadap Efektivitas Iklan Guna Menumbuhkan
Top Of Mind Produk Simcard GSM Prabayar Mentari (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro), Diponegoro Journal Of Management,
Vol. 1, No. 1, Tahun 2012.
Gema Pariwara, Metode EPIC Model Untuk Mengukur Efektivitas Iklan,
http://gemapariwara.blogspot.com/2010/02/metode-epic-model-untuk-mengukur.html, diakses

tanggal 8 November 2013.


Hasyim, Rina Anindita, Prinsip-prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Jakarta,UIEUUniversity Press, 2009.
IM3 Indosat providernya anak muda Indonesia, http://icity.indosat.com/t5/Indosat-IM3/IM3kartunya-anak-muda-nah-bagi-user-yang-sudah-tua/td-p/73998, diakses pada tanggal 25
November 2013
Ilmu Pengetahuan Teknologi, http://iptekindonesiae.blogspot.com/2013/10/efektivitasiklan.html, diakses pada tanggal 27 November 2013
219

Kompasiana, Mengapa Ada Istilah Ababil (ABG Labil), http://edukasi.kompasiana.com/ 2013/


06/04/mengapa-ada-istilah-ababil-abg-labil--565528.html, diakses tanggal 27 November
2013
Morrissan, Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Tangerang, Ramdina Prakasa, 2007.
Muh Agung Rianto Said, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Iklan Media
Elektronik (TV) Produk Sepeda Motor Yahama Di Makassar, Fakultas Ekonomi Universitas
Hasanuddin, Skripsi, 2012.
Nugroho Ardhi Setiawan, I Made Bayu Dirgantara, Analisis Faktor faktor Yang
Mempengaruhi Efektivitas Iklan Televisi Axis Penjual Gorengan.
Oka Riansyah, Efektivitas Penggunaan Humor Pada Iklan (Studi Korelasional Mengenai
Efektifitas Penggunaan Humor Pada Iklan Kartu As Versi Sule, Ozo dan Widy di Dalam
Kereta ApiDalam MembentukBrand Image ProdukDi Kalangan Siswa/Siswi SMA Mardi
Lestari Medan).
Sarjanaku.com, Pengertian Iklan, Definisi Adalah, Artikel, Makalah Menurut Para
Ahli,http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-iklan-definisi-adalah.html,
diakses
tanggal 8 November 2013.
Statistic 4 life, Uji Realibilitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-reliabilitas/, diakses
tanggal 8 November 2013.
Statistic 4 life, Uji Validitas, http://ariyoso.wordpress.com/2009/10/31/uji-validitas/, diakses
tanggal 8 November 2013.
SWA,
Kuartal 1 2011 Mobil Mulai Melirik Iklan Televisi, http://swa.co.id/listedarticles/kuartal-i-2011-mobil-mulai-melirik-iklan-televisi, diakses tanggal 27 November
2013
Top Brand Index, Kategori Telekomunikasi/IT Simcard GSM Prabayar, http://www.topbrandaward.com/top-brand-survey/survey-result/top-brand-index-2009-2013, diakses tanggal 25
November 2013
Warta Digital News, Harga Iklan Di Televisi, http://kamerabaru. blogspot.com/2012/09/harga-iklandi-televisi-tv.html, diakses tanggal 8 November 2013.
Wikipedia, Publisitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Publisitas, diakses tanggal 22 Januari 2014
Wikipedia, Indosat, http://id.wikipedia.org/wiki/Indosat, diakses tanggal 22 Januari 2014

220

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN STRUKTUR


KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP MANAJEMEN LABA
PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN 2011
Darwis Chayady
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRACT
Earning management is an action taken by management to increase or decrease reported earning of
the unit of responsibility that has no relation with the increase or decrease in long-term profitability for
the company.
The purpose of this research is aimed to explore the quantitative effect of profitability, firm size, and
institutional ownership structure as independent variable toward earning management as dependent
variable.
The result of the study proved that there was a simultaneous influence among profitability, firm size, and
institutional ownership structure toward earning management on automotive and component in the
year2009-2011. Partially, profitability had negative influence toward earning management, firm size
there is no significant influence toward earning management, and institutional ownership structure had
positive influence toward earning management.
Keywords : profitability, firm size, institutional ownership structure, earning management.

PENDAHULUAN
Manajemen laba merupakan fenomena umum yang terjadi di sejumlah perusahaan. Praktik
manajemen laba dilakukan guna untuk mempengaruhi besaran laba. Dalam praktiknya dapat
terjadi secara legal maupun secara tidak legal. Usaha usaha mempengaruhi besaran laba yang
dapat dikatakan legal adalah tidak bertentangan dengan aturan pelaporan keuangan dalam prinsip
prinsip akuntansi yang berlaku umum, terlebih tidak bertentangan dengan standar akuntansi.
Beberapa cara untuk mempengaruhi besaran laba adalah dengan memanfaatkan peluang untuk
membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode akuntansi, dan dapat juga menggeser
periode pendapatan atau biaya. Sedangkan praktik manajemen laba yang dapat dikatakan tidak
legal adalah cara cara yang tidak diperbolehkan dalam standar akuntansi yang berlaku,
misalnya dengan cara melaporkan transaksi transaksi pendapatan atau biaya yang fiktif dengan
cara menambah atau mengurangi nilai transaksi, atau juga dengan tidak melaporkan sejumlah
transaksi, sehingga akan menghasilkan laba pada tingkat tertentu yang dikehendaki.
221

Fenomena terjadinya kecurangan akuntansi ini juga terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI),
yaitu kasus PT. Kimia Farma. Terjadi pada tahun 2002, perusahaan ini menaikan laba hingga Rp.
31 milyar. Skandal ini diduga terkait dengan manajemen lama yang menginginkan dirinya untuk
dipilih kembali oleh pemerintah dalam mengelola perusahaan farmasi tersebut.
Pada tahun 2004, PT. Indofarma melakukan praktik manajemen laba dengan menyajikan laba
bersih yang telah diperbesar nilainya, sebesar Rp. 28,8 Milyar. Hal ini sebagai dampak dari
penilaian persediaan barang dalam proses yang lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga
pokok penjualan tahun tersebut diperkecil. Tindakan menaikan laba yang dilakukan oleh PT.
Indofarma merupakan motif agar labanya lebih besar.
Penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi manajemen laba sudah banyak
dilakukan. Penelitian yang dilakukan Chtourou et al. dan Midiastuty dan Machfoedz tentang
hubungan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran dewan direksi
yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berhubungan
negatif dengan manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berhubungan positif dengan
manajemen laba. Hasil penelitian ini berkontradiksi dengan Boediono yang menyatakan bahwa
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan komposisi dewan komisaris memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba (Andiany, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Halim dan Moses yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan positif dengan praktik manajemen laba. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Marrakchi serta Veronica dan Siddharta menyatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba (Muliati, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ika Kurnaini menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian ini mengindikasikan adanya dorongan melakukan manajemen laba
dengan alasan perusahaan bsar mempunyai aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu
perusahaan besar juga dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi
Perusahaan perusahaan otomotif dan komponen di Indonesia semakin berkembang, dengan
permintaan pasar yang semakin meningkat. Dengan ditemukan banyaknya fenomena fenomena
perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba, ditemukan terdapat ketidakkonsistenan
penelitian penelitian terdahulu, dan semakin berkembangnya sektor otomotif dan komponen ini
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian praktik manajemen laba dalam sector industri
tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba perusahaan
perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan 2011.
2. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba perusahaan
perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009
sampai dengan 2011.
3. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba perusahaan perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di bursa efek
Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011.
222

4. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan


secara simultan terhadap Manajemen Laba perusahaan perusahaan otomotif dan
komponen yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2011.
KAJIAN TEORI
1. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai model kontraktual antara dua atau lebih pihak.
Dimana salah satu pihak dapat disebut agent (manajer) dan pihak lain disebut principal
(pemilik). Principal mendelegasikan pertanggung jawaban atas decision making kepada
agent. Hal tersebut dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada
agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati.
Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas
persetujuan bersama (Yushita, 2010).
Manajemen sebagai pihak yang diberikan amanah untuk menjalankan dana dari pemilik
atau principal, harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Di
lain pihak, pemilik sebagai pemberi amanah akan memberikan insentif pada manajemen
berupa berbagai macam fasilitas baik secara financial dan non financial. Permasalahan
timbul ketika kedua belah pihak mempunyai persepsi dan sikap yang berbeda dalam hal
pemberian informasi yang akan digunakan oleh principal untuk memberikan insentif kepada
agent. Hal lain yang membuat permasalahan adalah persepsi kedua belah pihak dalam
menanggung resiko. Agent yang mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja
perusahaan secara riil dan menyeluruh, tidak akan memberikan seluruh informasi atas
kepemilikannya. Tetapi akses pada informasi selengkapnya. Keinginan pemilik tersebut
tersebut pada umumnya sangat sulit untuk dipenuhi. Dikarenakan adanya beberapa faktor
seperti biaya penyajian informasi, keinginan manajemen menghindari resiko untuk terlihat
kelemahannya. Waktu yang digunakan untuk menyajiakan informasi. Dan sebagainya.
Tetapi di satu sisi, pihak agen memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan pemilik di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetry information. Informasi
yang lebih banyak dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan
tindakan sesuai dengan keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utility nya.
Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor, akan sulit mengontrol secara efektif
tindakan yang dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
Oleh karena itu, terkadang beberapa kebijakan - kebijakan yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan tanpa sepengetahuan pihak pemilik modal atau investor.
Masalah keagenan (agency Problem) sebenarnya muncul ketika pemilik kesulitan untuk
memastikan bahwa agen telah bertindak untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Menurut dari teori keagenan, salah satu mekanisme yang secara luas digunakan dan
diharapkan dapat menyelaraskan tujuan pemilik atau agen adalah melalui mekanisme
pelaporan keuangan. Namun karena dalam akuntansi laba (biaya) yang sudah menjadi hak
(kewajiban) dalam periode sekarang, belum dibayarkan secara tunai. Maka angka - angka
dalam laporan keuangan mengandung komponen akrual. Komponen ini berada dibawah
kebijakan manajemen (discretionary) maupun tidak (non discretionary) seperti dikutip oleh
Sugiri dalam Yushita (2010). Oleh karena adanya kecenderungan manajer untuk mencari
keuntungan sendiri (moral hazard) dan tingkat asimetri informasi yang tinggi, ditambah
motif - motif tertentu, kemungkinan manajemen memanfaatkan pos - pos akrual guna
223

menyajikan laba yang sesuai dengan kepentingannya. Yang mungkin tidak sesuai dengan
kepentingan principal. Seperti pemilik, pemegang saham, atau pemberi pinjaman akan lebih
besar.
2. Asimetri Informasi
Schift dan Lewin dalam Yushita (2010), menyatakan bahwa agen berada posisi yang
mempunyai informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan serta
keseluruhan dibandingkan dengan principal. Dengan asumsi bahwa setiap individu
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri. Maka dengan informasi asimetri
yang dimilikinya akan mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui principal. Sehingga dalam kondisi semacam ini principal seringkali pada
posisi yang tidak diuntungkan.
Merujuk agency theory, laporan keuangan disiapkan oleh manajemen sebagai
pertanggungjawaban manajemen kepada principal. Karena manajemen terlibat secara
langsung dalam kegiatan usaha perusahaan, maka pihak manajemen memiliki asimetri
informasi dengan melaporkan segala sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Creative
accounting sangat mungkin dilakukan oleh manajemen dengan asimetri informasi yang
dimilikinya akan leluasa untuk memilih alternatif metode akuntansi. Manajemen akaan
memilih metode akuntansi tertentu jika terdapat insentif dan motivasi untuk melakukan
tindakan tersebut. Cara yang paling sering digunakan adalah dengan manajemen laba,
karena laba seringkali menjadi fokus perhatian para pihak eksternal yang berkepentingan.
Ada dua tipe asimetri informasi :
a) Adverse selection
Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan
atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha potensial memiliki
informasi lebih dari pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi karena beberapa orang
seperti manajer perusahaan dan para pihak dalam lainnya lebih mengetahui kondisi kini
dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor luar.
b) Moral hazard
Adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang melangsungkan
suatu transaksi usaha atau transaksi usaha potensial dapat mengamati tindakan-tindakan
mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya
tidak. Moral hazard dapat terjadi karena adanya pemisahan pemilikan dengan
pengendalian yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.
3. Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu tidakan yang dilakukan oleh pihak manajemen yang
menaikan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya
yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan dan penurunan profitabilitas perusahaan
untuk jangka panjang (Yushita, 2010).
Menurut Kurnaini (2009), terdapat tiga teknik dalam manajemen laba. Pertama,
memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi. Kedua, mengubah metode
akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi. Ketiga, menggeser periode biaya
atau pendapatan.
224

Penelitian mengenai manajemen laba menggunakan akrual diskresioner sebagai proksi


bagi manajemen laba. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang telah
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya sebagian besar ditujukan pada berbagai pendekatan
yang bertujuan mengara pada usaha yang dilakukan untuk mengevaluasi keberadaan
manajemen laba.
Salah satu kelebihan dari pendeketan akrual diskresioner yaitu pendeketan tersebut
berpotensi untuk dapat mengungkap cara - cara untuk menurunkan atau menaikkan
keuntungan. Sebab cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui oleh pihak
eksternal. De Angelo seperti yang dikutip oleh Kurniawan (2012), menjelaskan bahawa
accounting accruals mencerminkan keputusan manajemen, antara lain untuk menghapuskan
assets, pengakuan atau penundaan pendapatan atau menganggap biaya atau modal suatu
pengeluaran. Ayres seperti dikutip oleh Kurniawan (2012) menambahkan cara-cara lain
untuk mempengaruhi tingkat keuntungan, yaitu dengan penerapan suatu kebijaksanaan
akuntansi yang wajib baik lebih awal dari tanggal berlakunya atau tepat waktu dan
perubahan-perubahan akuntansi secara sukarela.

METODE PENELITIAN
Model Penelitian
Gambar 1 Model Penelitian

ROA

Ukuran
Perusahaan

Manajemen
Laba

Struktur
Kepemilikan
Institusional

Hipotesis Penelitian
Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.
Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba.
Ha4 : Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan
Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.

225

Pengumpulan Data
Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI),
periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2009-2011.
Tahun 2009 sebanyak 12 perusahaan.
Tahun 2010 sebanyak 12 perusahaan.
Tahun 2011 sebanyak 12 perusahaan.
Total sebanyak
36 perusahaan.

Metode Analisis Data


Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Deskriptif
Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan
untuk menguraikan gambaran manajemen laba perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI,
serta menjelaskan hasil penelitian.
b. Kausalitas
Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh profitabilitas yang
diwakilkan ROA tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur dari pertumbuhan
penjualan, dan struktur kepemilikan institusional terhadap diskresioner akrual. Kemampuan
prediksi variabel-variabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel
independen tersebut terhadap variabel dependennya. Metode analisis kausalitas merupakan
analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis kausalitas
(pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan sebagai berikut,
antara lain:
(1) Uji kualitas data
Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen dan
variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan normal
probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut dianggap.
(2) Uji Asumsi Klasik
(a)
Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat
masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of
thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak
terjadi multikolinieritas.
(b)
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data
yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin
226

(c)

Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara
du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titiktitik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

(3) Uji Hipotesis


(a)
Uji F (simultan)
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara
variabel independen yaitu Profitabilitas (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Struktur
Kepemilikan Institusional (X3) terhadap variabel dependen yaitu Manajemen
Laba (Y1).
Dasar pengambilan keputusan:
a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima
b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak
Bentuk regresi linier multiple (berganda) untuk loyalitas Lion Air dilambangkan
dalam model 1:
Y = a0 + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

(b)

Keterangan :
Y
= Manajemen Laba
a
= Konstanta
b1 b3 = Koefisien regresi
X1
= Profitabilitas
X2
= Ukuran Perusahaan
X3
= Struktur Kepemilikan Institusional
e
= error
Uji t (parsial)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh Profitabilitas (X1),
Ukuran Perusahaan (X2), Struktur Kepemilikan Institusional (X3) terhadap
variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y1). secara parsial,
Dasar pengambilan keputusan:
a) jika Sig < 5%, maka Ha diterima
b) jika Sig > 5%, maka Ha ditolak

227

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Statistik Deskriptif
Tabel 1 Hasil Perhitungan Angka Akrual Diskresioner
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Perusahaan
Astra International Tbk 2009
Astra Auto Part Tbk 2009
Indo Kordsa Tbk 2009
Goodyear Indonesia Tbk 2009
Gajah Tunggal Tbk 2009
Indomobil Sukses International Tbk 2009
Indospring Tbk 2009
Multi Prima Sejahtera Tbk 2009
Multistrada Arah Sarana Tbk 2009
Nipress Tbk 2009
Prima alloy steel Universal Tbk 2009
Selamat Sempurna Tbk 2009
Astra International Tbk 2010
Astra Auto Part Tbk 2010
Indo Kordsa Tbk 2010
Goodyear Indonesia Tbk 2010
Gajah Tunggal Tbk 2010
Indomobil Sukses International Tbk 2010

Akrual Diskresioner
(4.905.232.000.000,00)
(372.400.812.000,00)
(955.201.133.672,00)
(412.468.903.992,00)
(715.697.480.000,00)
51.852.907.595,59
(32.437.579.489,41)
15.909.439.746,99
225.703.775.999,99
(60.357.844.876,63)
(78.674.195.761,23)
(504.428.400.121,05)
25.291.044.000.000,00
(859.461.736.000,01)
(894.469.324.980,01)
(205.257.944.722,42)
(1.764.677.656.000,01)
395.466.432.602,26

No.
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Perusahaan
Indospring Tbk 2010
Multi Prima Sejahtera Tbk 2010
Multistrada Arah Sarana Tbk 2010
Nipress Tbk 2010
Prima alloy steel Universal Tbk 2010
Selamat Sempurna Tbk 2010
Astra International Tbk 2011
Astra Auto Part Tbk 2011
Indo Kordsa Tbk 2011
Goodyear Indonesia Tbk 2011
Gajah Tunggal Tbk 2011
Indomobil Sukses International Tbk 2011
Indospring Tbk 2011
Multi Prima Sejahtera Tbk 2011
Multistrada Arah Sarana Tbk 2011
Nipress Tbk 2011
Prima alloy steel Universal Tbk 2011
Selamat Sempurna Tbk 2011

Akrual Diskresioner
(79.561.679.706,45)
(371.902.605,16)
(21.660.356.000,01)
(55.740.701.570,36)
(282.876.739.260,24)
(402.372.405.266,86)
(3.290.036.000.000,02)
(951.242.284.000,01)
(944.638.049.448,00)
(376.082.248.261,62)
(2.209.104.656.000,01)
1.327.956.578.487,57
216.407.688.921,48
6.727.632.800,60
(799.537.760.000,02)
(46.625.626.682,96)
(254.810.728.547,42)
(521.624.096.050,55)

Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
Mean
DA
ROA
UP
SKI

Std. Deviation

-262422267650,3430

253911901604,51300

36

,0617

,06461

36

,5358

2,37959

36

,0607

,09243

36

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 perusahaan otomotif dan komponen yang
go public di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai dengan 2011. Terindikasi secara
menyeluruh telah melakukan praktik manajemen laba dengan menurunkan laba rata rata
sebesar 262.422.267.650,34.
2. Uji Kausalitas
3.
a. Uji Kualitas Data
Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data

228

Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik titik berada
mendekati garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data
tersebut dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa
data tersebut berdistribusi normal.

b. Uji Asumsi Klasik


(1) Uji Multikolinieritas
Tabel 3 Hasil Uji Multikolinieritas
a

Coefficients
Standardiz
ed
Coefficient
s

Unstandardized Coefficients
Model
1 (Constant)
ROA

Std. Error

Beta

-160937043243,381

50978835662,782

Correlations
ZeroSig. order Partial Part

Collinearity
Statistics
Tolerance

VIF

-3,157 ,003

-2441412683287,980

501375731218,654

UP

10946417217,926

13247955858,661

-,621 -4,869 ,000 -,668


,103

,826 ,415

,027

-,652 -,592
,145

,100

,909 1,100
,960 1,042

SKI

712335960973,006

347324072317,130

,259

2,051 ,049

,419

,341

,249

,926 1,080

a. Dependent Variable: DA

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hai ini menjelaskan bahwa
tidak terdapat multikolinieritas.
(2) Uji Autokorelasi
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Change Statistics
R Square
Sig. F
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change F Change df1 df2 Change Durbin-Watson

Model R
1
,527
,482
,726a
a. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA

182707652290,52500

,527

11,865

3 32

,000

1,689

b. Dependent Variable: DA

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa du < DW < 4-du = 1,6539 < 1,689 <
2,3461. Hai ini menjelaskan bahwa tidak terdapat autokorelasi, karena angka D-W
berada diantara du dan 4-du.
(3) Uji Heterokedastisitas
Gambar 3 Hasil Uji Heterokedastisitas

229

Dari hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat bahwa titik titik menyebar pada
gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji heteroskedastisitas tersebut menunjukan
bahwa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Hipotesis
a. Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur
Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Tabel 4 Hasil Uji t
a

Model
1 (Constant)
ROA
UP
SKI

Unstandardized Coefficients
B
Std. Error
-160937043243,381

Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta

Collinearity
Correlations
Statistics
Zero-order
Partial
Part
Tolerance
VIF
Sig.

50978835662,782

-3,157 ,003

-2441412683287,980 501375731218,654

-,621 -4,869 ,000

-,668

-,652 -,592

,909 1,100

,103

,826 ,415

,027

,145 ,100

,960 1,042

,259 2,051 ,049

,419

,341 ,249

,926 1,080

10946417217,926

13247955858,661

712335960973,006 347324072317,130

a. Dependent Variable: DA

(1) Uji Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba


Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara profitabilitas dengan Manajemen Laba
Ha1 : Terdapat pengaruh negatif Profitabilitas terhadap Manajemen Laba.
Ha1 diterima
artinya terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Hal ini
dikarenakan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Laba yang terlalu besar pada suatu periode
digeser keperiode berikutnya untuk berjaga-jaga akan besaran laba/rugi pada periode
berikutnya. Hal ini dikarenakan ketidakpastian akan besaran laba atau rugi yang akan
diterima dalam periode mendatang. Dan jika profitabilitas perusahaan pada tahun
lalu besar maka akan menurunkan motivasi perusahaan untuk melakukan manajemen
laba, karena dari profitabilitas tersebut aset perusahaan dapat meningkat, dan investor
juga merasa tertarik untuk melakukan investasi karena melihat perusahaan dengan
aset yang baik.
(2) Uji Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan dengan Manajemen
Laba
Ha2 : Terdapat pengaruh negatif Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba.
Ha2 ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,415 > 0,05. Hal ini
kemungkinan disebabkan perusahaan yang semakin besar akan menjadi sorotan
publik sehingga cenderung untuk tidak melakukan manajemen laba, selain itu
transaksi pada perusahaan besar juga semakin kompleks sehingga praktik manajemen
laba sulit untuk dilakukan. Ketidaksignifikannya variabel ini juga memungkinkan
dari jenis industri yang dijadikan sampel, karena karakteristik perusahaan otomotif
230

dan komponen kebanyakan memiliki keterkaitan atau memiliki kerjasama dalam


bisnis yang dijalaninya.
(3) Uji Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh antara Struktur Kepemilikan Institusional dengan
Manajemen Laba
Ha3 : Terdapat pengaruh positif Struktur Kepemilikan Institusional terhadap
Manajemen Laba.
Ha3 diterima
artinya terdapat pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,049 < 0,05. Hal ini dikarenakan tindakan
manajemen laba belum tentu dipandang negatif oleh investor. Manajemen laba
dilakukan perusahaan dengan salah satu tujuannya yaitu agar laba tidak fluktuatif.
Pada dasarnya investor lebih menyukai laba yang tidak fluktuatif atau stabil, dengan
harapan mendapatkan keuntungan atas investasinya. Selain itu dari dilihat dari
karakteristik perusahaannya yang kebanyakan kepemilikannya adalah lembaga atau
perusahaan, maka memudahkan perusahaan untuk melakukan praktik manajemen
laba. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kepemilikan lembaga/perusahaan,
maka semakin sedikitnya pihak yang memantau perusahaan tersebut, sehingga
perusahaan semakin leluasa untuk melakukan praktik manajemen laba.
b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Stuktur
Kepemilkan Institusional Terhadap Manajemen Laba
Tabel 5 Hasil Uji F
a

ANOVA
Sum of Squares

Model
1 Regression

1188267123598210000000000,000

df

Mean Square

Sig.

3 396089041199404000000000,000 11,865 ,000b

Residual

1068226758576490000000000,000 32 33382086205515300000000,000

Total

2256493882174700000000000,000 35

a. Dependent Variable: DA
b. Predictors: (Constant), SKI, UP, ROA

Ho4

Ha4

Tidak terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur


Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba
Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan
Institusional secara simultan terhadap Manajemen Laba.

Ha4 diterima
dilihat bahwa nilai signifikannya 0,000 < 0,05 maka dapat dijelaskan bahwa terdapat
pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional
secara simultan terhadap Manajemen Laba.
Bentuk persamaan model regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut :
231

-160.937.043.243,38 2.441.412.683.287,98 X1 + 10.946.417.217,93 X2 +


712.335.960.973,01 X3 + e
Model penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Institusional secara simultan terhadap Manajemen
Laba adalah signifikan dengan melihat nilai sig dari uji anova sebesar 0,00 dibawah 0,05
Y

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, penelitian ini menemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil ini
bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Purnamawati, dan
didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita.
b. Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh dengan manajemen laba. Hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Handayani, dan didukung oleh
penelitian yang dilakukan Nuvita.
c.
Variabel Struktur Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dengan
manajemen laba Hasil ini bertentangan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Andiany, dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Nuvita.
d. Terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Institusional
secara simultan terhadap Manajemen Laba.
2. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan melihat kesimpulan yang diperoleh maka dapat
diajukan saran sebagai berikut :
a. Bagi Investor, agar lebih berhati hati dalam menilai kualitas dari laba yang telah
dilaporkan, karena dari hasil penelitian ini membuktikan seluruh perusahaan yang diuji
melakukan praktik manajemen laba.
b. Bagi Emiten, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan
mengingat laba dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang bersangkutan.
c. Bagi peneliti selanjutnya, dari faktor internal dapat menambahkan jumlah sampel pada
penelitian selanjutnya, dapat menambahkan jumlah variabel dan dapat diluar dari
perusahaan otomotif dan komponen agar hasilnya dapat lebih maksimal, dapat
menggunakan model manajemen laba diluar model Jones. Dari faktor eksternal dapat
menambahkan faktor inflasi, dan perubahan kurs.
DAFTAR PUSTAKA
Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,
2011
Kurniani, Ika. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2009
Indra Pujiningsih, Andiany. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Praktik
Corporate Governance, dan Kopensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba, 2011
232

Muliati, Ni Ketut. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktik
Manajemen Laba di perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek, 2011
Yushita, A. Novi. Earning Management dalam Hubungan Keagenan, 2010
Kurniawan, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham Perusahaan Food and Beverage
yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 Sampai Dengan 2009,
2012
Subramanyam, Analisis Laporan Keuangan, 2010
Purnamawati, Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,
2011
Handayani, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba, 2009
Nuvita, Pengaruh Profitabilitas, Resiko Keuangan, Nilai Perusahaan, Struktur Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba pada Perusahaan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2010, 2012

233

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA JURUSAN


AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)

Akbar Pribadi Nurdin Putra


Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
(akbarpribadinp@yahoo.com)

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi
Terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk
mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Ada tiga hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini (1) motivasi kualitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk), (2) motivasi
ekonomi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk
mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) dan (3) motivasi kualitas dan motivasi ekonomi
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi
untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Penelitian ini menggunakan responden 53 orang mahasiswa fakultas ekonomi jurusan akuntansi
S1 Universitas Esa unggul yang telah lulus mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua sampai
semester ganjil 2012-2013. Sampel diperoleh menggunakan metode purposive sampling. Data
penelitian ini diperoleh menggunakan lembar kuesioner dan selanjutnya dianalisis
menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian adalah (1) hipotesis pertama diterima karena motivasi kualitas mempunyai
pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi
akuntansi (PPAk), (2) hipotesis kedua ditolak karena motivasi ekonomi tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi
(PPAk) dan (3) hipotesis ketiga diterima karena motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara
simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Kata kunci : motivasi kualitas, motivasi ekonomi, minat mahasiswa mengikuti pendidikan profesi
akuntansi (PPAk)

234

PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang masih banyak diminati oleh para
mahasiswa di fakultas ekonomi pada saat ini karena masih banyak pekerjaan yang dapat diisi
oleh para lulusannya. Dari hasil penelitian Basuki (2006) menyebutkan bahwa rata-rata
mahasiswa memilih jurusan akuntansi, didorong oleh keinginan mereka untuk menjadi
profisional dibidang akuntansi. Selain itu mereka juga termotivasi oleh anggapan bahwa akuntan
dimasa mendatang akan sangat dibutuhkan oleh banyak organisasi dan perusahaan, khususnya di
Indonesia.
Menurut Sundem (2006), pendidikan akuntansi harus menghasilkan para akuntan yang
professional sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan jasa akuntansi pada abad mendatang.
Pendidikan tinggi akuntansi yang tidak menghasilkan seorang profesional sebagai akuntan akan
tidak laku dipasaran tenaga kerja. Keraguan atas kualitas pendidikan tinggi akuntansi dalam
menghasilkan tenaga akuntan yang professional telah dikemukakan oleh Foo (2006) yang
mendeteksi pendidikan tinggi di Indonesia dan Singapura tentang proses pendidikan akuntan di
dua Negara tersebut. Di Indonesia menurut Foo (2011) proses pendidikan akuntansi
manghasilkan akuntan yang diskriminatif dan tidak profesional. Pemberian gelar akuntan di
Indonesia didasarkan atas Undang-Undang No. 43 tahun 1945, yang menyatakan bahwa gelar
akuntan diberikan kepada lulusan perguruan tinggi negeri atau swasta yang memenuhi syarat
untuk menghasilkan akuntan atas proses pendidikannya atau perguruan tinggi negeri yang
ditunjuk oleh pemerintah. Dengan adanya Undang-Undang tersebut maka perguruan tinggi
seperti Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjajaran, Universitas Air
langga, STAN, Universitas Brawijaya dan Univeritas Sumatera Utara akan menghasilkan
akuntan secara automatis.
Menurut Machfoed (2004) proses pemberian gelar akuntan yang bersifat deskriminatif
tersebut, akan mempunyai beberapa kelemahan di antaranya adalah tidak meratanya tingkat
profesionalisme para akuntan di pasaran tenaga kerja. Alasan inilah yang menyebabkan
organisasi profesi akuntan (Ikatan Akuntan Indonesia) dan Departemen Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan melalui Dirjen Dikti merasa perlu meninjau kembali peraturan yang berlaku untuk
menghasilkan akuntan yang profesional. Melalui Surat Keputusan Mentri Pendidikan Nasional
Nomor. 179/U/2001 tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi Akutansi (PPAk), dan Surat
Keputusan Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan panitia ahli persamaan ijazah
akuntan, serta dengan ditandatangani Nota Kesepahaman (Mou) pada tanggal 28 Maret 2002,
antara Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan Dirjen Dikti Depdiknas atas pelaksanaan
Pendidikan Profesi Akuntansi, yang pada akhirnya Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) di
Indonesia dapat terealisasi setelah sekian lama ditunggu oleh berbagai kalangan khususnya para
penyelenggara pendidikan akuntansi yang lulusannya tidak secara automatis mendapat gelar
dengan sebutan akuntan.
Dengan dikeluarkannya kedua surat keputusan tersebut, pendidikan akuntansi di
Indonesia secara resmi memiliki pendidikan berbasis profesi. Selama ini pendidikan akuntansi
menitikberatkan pada aspek akademis sehingga aspek pendidikan profesi yang juga sangat
penting terkesan tidak mendapat perhatian dalam Samiaji (2011). Dengan dimulainya
pelaksanaan program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) sejak September 2002, maka gelar
akuntan bukan lagi dimonopoli oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tertentu yang diberikan hak
istimewa oleh Depdiknas, tetapi sudah menjadi hak bersama bagi seluruh perguruan tinggi negeri
maupun perguruan tinggi swasta. Dengan demikian dapat diharapkan para akuntan junior
235

maupun senior di masa akan datang, khususnya dalam era globalisasi ekonomi abad 21, akan
menjadi akuntan yang profesional dan siap menghadapi persaingan di tingkat global dan mampu
bersaing dengan akuntan belahan dunia lainnya. Berikut ini adalah tabel yang mencerminkan
Minat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul secara acak terhadap minat
menempuh PPAk:
Table 1.1
Minat Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Unversitas Esa Unggul Menempuh
PPAk
Mahasiswa yang minta PPAk
9
45%
Mahasiswa yang tidak minat PPak

11

55%

JUMLAH

20

100%

Sumber : Data diolah


Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah
pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas
Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan
yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang
didapat artinya masih banyak mahasiswa fakultas ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak
berminat mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
Banyak penelitian yang dilakukan oleh , Widyastuti, Suryaningrum dan Juliana (2004)
yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi ekonomi dan motivasi
karir terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk),
di enam perguruan tinggi yaitu UPN, STIE YKPN, UII, UAJY, Sanata Dharma dan UGM. Hasil
penelitian tersebut bahwa motivasi karir mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi kualitas dan motivasi ekonomi
tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.
Penelitian Elly Benny dan Yuskar (2006) yang meneliti tentang pengaruh motivasi yaitu
motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa akuntansi
untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) pada perguruan tinggi di Padang. Hasil
penelitian tersebut bahwa motivasi kualitas dan motivasi karir mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Sedangkan motivasi
ekonomi tidak pengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal (2011) yang meneliti pengaruh
motivasi yaitu motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa
akuntansi untuk mengikuti pendidikan profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Diponogoro
Semarang. Dari hasil kuisioner penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Ikbal di Universitas
Diponogoro Semarang diperoleh skor rata-rata dari motivasi kualitas, motivasi karir dan motivasi
ekonomi masuk dalam kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Riani Nurainah Lisnasari dan Fitriani (2006)
yang meneliti tentang faktor-faktor (yaitu motivasi karir, motivasi mencari ilmu, motivasi
ekonomi, motivasi gelar, motivasi mengikuti USAP, biaya pendidikan PPAk dan lama
pendidikan PPAk) yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan
236

profesi akuntansi (PPAk) di Universitas Indonesia. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
motivasi karir dan motivasi mengikuti UAP berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa
akuntansi untuk mengikuti PPAk, sedangkan motivasi mencari ilmu, motivasi ekonomi, motivasi
gelar, biaya pendidikan dan masa studi PPAk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat
mahasiswa akuntansi untuk mengikuti PPAk. Hasil survei sementara dari 20 mahasiswa yang
telah mengambil mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua secara acak di Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi di Universitas Esa Unggul yang berminat dengan Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) adalah 45%, sedangkan yang tidak berminat dengan Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk) adalah 55%, dari hasil yang didapat masih banyak mahasiswa fakultas
ekonomi di Universitas Esa Unggul yang tidak berminat mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk).
2. Untuk mengetahui Motivasi Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Minat Mahasiswa
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul untuk mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk).
3. Untuk mengetahui Motivasi Kualitas dan Motivasi Ekonomi secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul untuk mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk).
KAJIAN TEORI
1. Motivasi Kualitas
Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan motivasi kualitas
adalah Dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk memiliki dan
meningkatkan kualitas atau kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan
benar
Adapun beberapa dimensi dari motivsi kualitas menurut Kusumaningsih (2010), yaitu
sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan tersebut dimaksudkan agar seseorang yang ahli dibidangnya harus
memiliki pengetahuan yang lebih baik, seperti untuk seorang akuntan harus memiliki
pengetahuan yang lebih dibidang akuntansi. Untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih baik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan mengikuti pendidikan
jenjang yang lebih tinggi, membaca, serta masih banyak cara lain untuk dapat
mengeksplorasi diri agar kualitas pengetahuan menjadi lebih baik. Dari dimensi
pengetahuan terdapat beberapa indikator, yaitu:
1) Mendapat pengetahuan tentang isu-isu kebijakan dan peraturan akuntansi terkini.
2) Meningkatkan pengetahuan perpajakan dan pengaruhnya terhadap keputusan
keuangan dan manajerial.
3) Meningkatkan pengetahuan organisasional dan lingkungan bisnis.
4) Meningkatkan pengetahuan dalam bidang keuangan.
237

5) Meningkatkan pengetahuan dalam akuntansi manajemen seperti penganggaran,


penelitian kinerja dan sebagainya.
b.

Kemampuan
Kemampuan yang dimaksudkan dalam operasional variabel disini seperti
kemampuan seseorang dalam menganalisis, menyelesaikan masalah dan mengambil
keputusan yang terbaik. Selain itu, kemampuan interpersonal yang dimilikipun harus
dikembangkan seperti kemampuan bekerja sama dengan kelompok. Adapun beberapa
indikator dalam dimensi kemampuan, yaitu sebagai berikut:
1) Meningkatkan kemampuan analitis, decision making dan problem solving.
2) Meningkatkan keahlian dalam mengaplikasikan pengetahuan akuntansi untuk
memecahkan masalah riil dalam kehidupan sehari-hari.
3) Meningkatkan kemampuan interpersonal, seperti kemampuan bekerja sama dalam
kelompok.
4) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun tertulis.
5) Meningkatkan kemampuan dalam praktek audit.

2. Motivasi Ekonomi
Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan
motivasi ekonomi adalah Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk
meningkatkan kemampuan pribadinya dalam rangka untuk mencapai penghargaan
finansial yang diinginkan
Adapun beberapa dimensi Motivasi Ekonomi menurut Kusumaningsih (2010) yaitu
sebagai berikut:
a. Finansial
Dalam dimensi finansial ini sangat krusial sekali nilainya dimana dengan adanya
dorongan finansial yang tinggi tentu dapat mempengaruhi pola pikir seseorang untuk
mendapatkan finansial. Finansial tersebut dapat diperoleh melalui gaji besar, adanya
kenaikan gaji setiap periode tertentu, adanya bonus yang diberikan di akhir tahun
maupun target yang telah kita capai. Dari dimensi finansial terdapat beberapa
indikator yaitu:
1) Memperoleh pekerjaan dengan gaji jangka panjang yang besar.
2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan tunjangan keluarga.
3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan gaji tambahan (diluar gaji pokok,
seperti honor) yang tinggi.
4) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan kenaikan gaji setiap periode tertentu.
5) Mendapatkan pekerjaan dengan starting salary atau gaji awal tinggi.
6) Mendapatkan pekerjaan yang memiliki kebijakan yang jelas dalam pemberian gaji
yang lembur.
7) Mendapatkan bonus akhir tahun yang besar.
b. Fasilitas
Fasilitas merupakan inventaris yang didapatkan atas hasil kerja atau usaha yang telah
kita lakukan. Fasilitas ini banyak sekali jenisnya seperti opsi saham, rumah dinas,
238

kendaraan dan masih banyak lagi fasilitas yang diberikan oleh perusahaan maupun
instansi tertentu. Selanjutnya dari dimensi fasilitas terdapat beberapa indikator yaitu:
1) Memperoleh pekerjaan dengan fasilitas yang memadai, seperti mobil dan rumah
dinas.
2) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan fasilitas opsi saham.
3) Mendapatkan pekerjaan yang memberikan program dana pensiun.
3. Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008) minat yaitu
kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Selanjutnya
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa mendefinisikan minat sebagai keinginan
untuk memperhatikan atau melakukan sesuatu.
Selanjutnya Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana (2004), mendefinisikan minat
adalah Keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati dan
membandingkan serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya
Sandjaja (2011) mendefinisikan minat adalah Suatu kecenderungan yang
menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas
dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek
lingkungan. Selain itu, minat juga merupakan kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan menikmati suatu aktivitas disertai dengan rasa senang.
Stiggins (2011) mendefinisikan minat adalah Salah satu dimensi dari aspek aktif
yang banyak berperan dalam kehidupan seseorang. Aspek efektif adalah aspek yang
mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi dan kehendak
yang mempengaruhi pikiran dan tindaka seseorang.
Dalam dimensi efektif tersebut ada beberapa hal yaitu :
a. Berhubungan dengan perasaan mengenai obyek yang berbeda.
b. Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke kubu yang
berlawanan, tidak positif dan tidak negative.
c. Berbagai perasaan yang memiliki intensitas yang berbeda, dari kuat ke sedang ke
lemah.
Adapun beberapa dimensi Minat Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)
menurut kusumaningsih (2010), yaitu sebagai berikut:
a. Peningkatan Kualitas Karir
Peningkatan kualitas karir ini berhubungan dengan adanya perkembangan bagi
profesi akuntan. Karena dengan adanya kualitas yang baik dari segi pendidikan
tentunya akan mendapatkan kualitas profesi akuntan yang baik pula. Pendidikan yang
cukup serta kesiapan mental untuk dapat menghadapi isu-isu yang ada didalam dunia
profesi akuntansi. Dari dimensi peningkatan kualitas karir ada bebrapa indikator yaitu:
1) Pendidikan Profesi Akuntansi dapat membantu perkembangan profesi akuntansi.
2) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat meningkatkan kualitas calon
akuntan.
3) Tertarik entuk mengikuti PPAk karena PPAk dapat membantu kesuksesan karir
dalam profesi akuntansi.
239

4) Akan mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi setelah studi selesai.


b. Peningkatan Kualitas Ekonomi
Dengan adanya pendidikan yang lebih tinggi tentunya mempengaruhi finansial
yang diperoleh oleh orang tersebut. Karena pada dasarnya seseorang yang memiliki
pendidikan lebih tinggi, dan mampu menyelesaikan tugasnya sesuai dengan prosedur
yang berlaku tentunya mendapatkan finansial yang besar. Adapun indikator dari
dimensi peningkatan kualitas ekonomi, yaitu:
1) Tertarik untuk mengikuti PPAk karena PPAk merupakan saranan untuk
mendapatkan pekerjaan yang memberikan pembayaran finansial yang besar.
Menurut Muhamad Ikbal (2011) Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) adalah
pendidikan khusus yang diselenggarakan bagi seseorang setelah menempuh strata satu
program studi akuntansi dengan tujuan untuk mendapatkan gelar akuntan (AK). Hal ini
sesuai dengan keputusan Mendiknas Nomer 179/U/2001 menyebutkan pendidikan profesi
akuntansi adalah pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana
Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi. Keputusan Mendiknas ini merupakan awal
kelahiran PPAk di Indonesia.
METODE PENELITIAN
1. Hipotesis Penelitian
Ha1 : Motivasi Kualitas mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa
akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Ha2 : Motivasi Ekonomi mempunya pengaruhi yang signifikan terhadap minat mahasiswa
akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi akuntansi (PPAk).
Ha3 : Motivasi kualitas dan motifasi ekonomi secara simultan mempunya pengaruh yang
signifikan terhadap minat mahasiswa akuntansi untuk mengikut pendidikan profesi
akuntansi (PPAk).
2.

Pengumpulan Data
Teknik penentuan jumlah sampel menggunakan metode slovin method yang
menghasilkan sampel sebanyak 53 responden dari jumlah populasi 109 responden.
Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian ini, karena
sampel penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi yang
berkuliah di Universitas Esa Unggul. Kriteria Responden Mahasiswa sebagai berikut:
a.
Mahasiswa masih aktif di semester ganjil 2012/2013.
b.
Mahasiswa program Reguler Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi di Universitas Esa
Unggul Jakarta.
c.
Mahasiswa Jurusan Akuntansi yang telah lulus Mata Kuliah Pemeriksaaan Akuntansi
Dua.

3. Metode Analisis Data


Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut:
240

a. Uji Kualitas Instrumen (Validitas dan Reliabilitas alat ukur)


1) Uji Validitas
Validitas bersal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Maka Uji Validitas
adalah suatu alat ukur yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini digunakan teknik
korelasi product moment dengan melakukan pengujian terhadap 30 responden pada
saat pra survey, dengan taraf signifikansi 5% (r tabel = 0,361). Maka kuesioner
dinyatakan valid jika r hitung > 0,361.

2) Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah tingkat keandalan suatu indeks yang menunjukkan angka
konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur jawaban responden. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik Cronbach Alpha dengan
melakukan pengujian awal terhadap 30 responden pada saat pra survey, maka
kuesioner disebut reliabel, jika nilai cronbach alpha 0,61-0,80.
b. Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian mengenai subjek
penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari responden. Metode ini
dinyatakan dalam bentuk uraian dari masing-masing variabel yang dilakukan sebelum uji
hipotesis. Analisis deskriptif ini menggunakan rentang skala untuk menetapkan kategori
persepsi dari tiap item pernyataan.
c.

Analisis Regresi Ganda


Analisis regresi digunakan untuk mempresdiksi pengaruh lebih dari satu variabel
bebas terhadap satu variabel terikat, baik secara parsial maupun secara simultan.
Mengingat penelitian ini menggunakan dua variabel bebas, maka persamaan regresinya
sebagai berikut:
Y = + 1X1 + 2X2 +
Keterangan:
Y
= Minat Mengikuti PPAk

= Bilangan konstanta
1...n = Koefisien arah regresi
X1
= Motivasi Kualitas
X2
= Motivasi Ekonomi
e
= Koefisien error

241

Interprestasi dari hasil analisis regresi sebagai berikut:


1) Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara
variabel independen yaitu Motivasi Kualiatas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2)
terhadap variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y).

2) Uji t
Hasil uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel
independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap
variabel dependen yaitu Minat Mengikuti PPAk (Y), dengan menganggap variabel
lainnya konstan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN MASALAH


Pada penelitian ini, sebelumnya dilakukan pra survey sebanyak 30 responden dengan tujuan
untuk menguji kualitas kuesioner, yaitu untuk uji validitas dan reliabilitas. Selanjutnya setelah uji
validitas dan ujii reliabilitas, maka dilakukan survey yang sesungguhnya sebanyak 53 responden.
5) Uji Persyaratan Analisis Regresi
a.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil uji
validitas, Dari hasil uji Validitas tersebut diatas terlihat bahwa dari 10 item pertanyaan
untuk variabel Motivasi Kualitas tiap item pertanyaan dinyatakan valid, 10 item
pertanyaan untuk variabel Motivasi Ekonomi tiap item pertanyaan dinyatakan valid dan 5
item pertanyaan untuk variabel Minat Mengikuti PPAk tiap item pertanyaan valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 responden pada saat pra survey. Berdasarkan hasil
ujii reliabilitas, nilai cronbach alpha pada kuesioner adalah sebesar 0,944. Maka
kuesioner tersebut dinyatakan sangat reliabel.
6) Hasil Analisis Desktiptif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang dilakukan dari tiap variabel, diketahui skor
rata-rata dari variabel Motivasi Kualitas masuk kedalam kategori tinggi, skor rata-rata dari
variabel Motivasi Ekonomi masuk kedalam kategori tinggi dan skor rata-rata dari variabel
Minat Mengikuti PPAk juga masuk kedalam kategori tinggi.
7) Uji Hipotesis
a.
Uji Pengaruh Secara Parsial Antara Motivasi Kualitas dan Motivasi
Ekonomi Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi
Akuntansi (PPAk)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak secara parsial antar variabel independen
yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap variabel dependen
242

yaitu Minat Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Y). Jika hasil
uji t lebih kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen
secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikut ini merupakan tabel hasil
uji statistik pengaruh secara parsial :
Tabel 5.8
Uji t
Coefficients a

Model
1

Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
s
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
(Constant)

1.013

.532

X1

.793

.182

X2

-.103

.151

Correlations
Zeroorder Partial Part

Collinearity
Statistics
Toleranc
e
VIF

t
1.902

Sig.
.063

.663

4.364

.000

.594

.525

.494

.556

1.797

-.103

-.681

.499

.338

-.096

-.077

.556

1.797

a. Dependent Variable: Y

1) Hipotesis 1
Ho1 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi kualitas dengan minat mengikuti
PPAk
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi kualitas terhadap minat mahasiswa
mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha1 diterima artinya
terdapat pengaruh Motivasi Kualitas terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk.
Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05.
2) Hipotesis 2
Ho2 : Tidak terdapat pengaruh antara motivasi ekonomi dengan minat
mahasiswa mengikuti PPAk
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan motivasi ekonomi terhadap minat mahasiswa
mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha2 ditolak artinya tidak
terdapat pengaruh yang signifikan Motivasi Ekonomi terhadap Minat Mahasiswa
Mengikuti PPAk. Hal ini dikarenakan nilai signifikansinya 0,499 > 0,05.
b. Uji Pengaruh Secara Simultan Antara Motivasi Kualitas Dan Motivasi Ekonomi
Terhadap Minat Mahasiswa Mengikuti PPAk
Uji F digunakan untuk menguji apakah ada pengaruh secara simultan antara variabel
independen yaitu Motivasi Kualitas (X1) dan Motivasi Ekonomi (X2) terhadap Minat
Mahasiswa Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) (Y). Jika hasil uji F lebih
kecil nilai signifikannya dari 0,05 maka dinyatakan bahwa variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Berikuti ini merupakan tabel hasil uji
f, pengaruh secara simultan sebagai berikut:

243

Tabel 5.9
Uji F
ANOVAa
Sum of
Squares

Model
1

Mean
Square

df

Regressio
n
Residual

6.982

3.491

12.490

50

.250

Total

19.472

52

F
13.975

Sig.
.000 b

a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1

a. Hipotesis 3
Ho3 : Tidak terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara
simultan terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk
Ha3 : Terdapat pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan
terhadap minat mahasiswa mengikuti PPAk
Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa Ha3 diterima artinya terdapat
pengaruh motivasi kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan terhadap minat
mahasiswa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Hal ini dikarenakan
nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Adapun persamaan regresi yang dapat disajikan
sebagai berikut:
Y = 1,013 + 0,793 X1 0,103 X2 +
Dari hasil uji asumsi diatas, maka pembahasan sebagai berikut:
1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar 1,013.
Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen dalam keadaan tetap atau 0.
Maka minat mahasiswa mengikuti PPAk naik sebesar 1,013.
2. Dengan tingkat koefisien 0,793 untuk motivasi kualitas menunjukan bahwa
apabila motivasi kualitas naik sebesar 1 dan motivasi ekonomi dianggap konstan
maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan naik sebesar 0,793.
3. Dengan tingkat koefisien -0,103 untuk motivasi ekonomi menunjukan bahwa
apabila motivasi ekonomi naik sebesar 1 dan motivasi kualitas dianggap konstan,
maka minat mahasiswa mengikuti PPAk akan turun sebesar 0,103, tetapi tidak
berpengaruh secara signifikan.

4. Keterbatasan Penelitian
Mengingat luasnya aspek pembahasan maka penelitian ini dibatasi oleh motivasi
kualitas dan motivasi ekonomi, selain itu juga penelitian ini dibatasi pada minat dengan
responden mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Esa Unggul yang telah lulus
mata kuliah pemeriksaan akuntansi dua pada semester ganjil 2012-2013.
244

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada Bab
V, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengujian hipotesis pertama (H1) disimpulkan bahwa motivasi kualitas
mempunya pengaruh yang signifikan terhadapa minat mahaiswa mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
0,000 < 0,05.
2. Dari hasil pengujian hipotesis kedua (H2) disimpulkan bahwa motivasi motivasi
ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya
0,499 > 0,05.
3. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga (H3) disimpulkan bahwa motivasi
kualitas dan motivasi ekonomi secara simultan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap minat mahasiswa mengikuti penddikan profesi akuntansi
(PPAk). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi untuk masing-masing variabel
independen 0,000 < 0,05.
6. Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya mahasiswa kelas reguler tetapi
mengikut sertakan mahasiswa kelas karyawan jurusan akuntansi di Universitas Esa
Unggul, sehingga pengungkapan penelitian terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti
pendidikan profesi akuntansi (PPAk) lebih luas dibandingkan penelitian terdahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Oleh Akuntan Publik, Edisi
Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Arens & Loebbecke. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu, Diterjemahkan Oleh Amir Abadi
Jusuf, Edisi Indonesia, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.
Azwar. Repository. Usu. Ac. Id/Bistream/123456789/19289/4/Chapter II. Pdf.
Benny, Elly dan Yuskar. 2006. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk
Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Simposium Nasional Akuntansi IX.
Ikbal, Muhamad. 2011. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk
Mengikuti Pendidikan PPAk. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.
Kusumaningsum, Nana Wulansari. 2010. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa
Akuntansi Universitas Bina Nusantara Angkatan 2006 Untuk Mengikuti Pendidikan
Profesi Akuntansi (PPAk). Skripsi Universita Bina Nusantara.

245

Lisnasari, Riani Nurainah dan Fitriany. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (Ppak). Accounting
Conference, Doctoral Colloqocium dan Accounting Workshop.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi keempat, Penerbit Pt.
Gramedia Pustaka Utama.
Prawita, Purwa Atmaja. 2012. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Cetakan Pertama,
Penerbit AR Ruzz Media.
Rahayu, Sri dan R. Wedi Rusmawan. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat
Untuk Mengikuti Program Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2012. Pengantar Psikologi Umum, Cetakan Keempat, Pt. Raja
Grafindo Persada.
Suartana, I Wayan. 2010. Akuntansi Keprilakuan, Edisi Pertama, Penerbit C.V. Andi.
Widyastuti, Suryaningsum dan Juliana. 2004. Pengaruh Motivasi Terhadap Minat Mahasiswa
Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Simposium Nasional
Akuntansi VII.

246

PENCATATAN SELISIH KURS ATAS PEMBELIAN DAN


PENJUALAN PADA TRANSAKSI VALUTA ASING PADA
LAPORAN KEUANGAN ( STUDI KASUS PT SARANA
REFRIGERATAMA)
Corry Friska Hutagaol
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
cfh_078012@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh atas pencatatan menurut
perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan
transaksi valuta asing pada laporan keuangan. Hasil perbandingan dari pencatatan perusahaan
dan PSAK No.10 menggunakan kurs yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu pada kurs
transaksi dan kurs saat tutup buku. Jenis data yang digunakan menggunakan data secara
kuantitatif, yaitu langsung mengambil data dari perusahaan dan hasil wawancara manager.
Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana Refrigeratama
dengan membandingan metode pencatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan
menurut PSAK No.10 periode selama tahun 2011. Kesimpulan dari hasil penelitian pencatatan
menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas transaksi valuta asing tidak
mempunyai pengaruh pada laporan keuangan.
Kata Kunci : Transaksi Valuta Asing, Kurs Tengah BI, Kurs Pajak, PSAK No.10, PSAK No.11
PENDAHULUAN
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Mata uang fungsional, mata uang yang digunakan oleh suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut adalah mata uang
negara dimana perusahaan itu berlokasi atau mata uang yang berlaku di suatu wilayah negara.
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing dalam 2 (dua) cara
yaitu pertama melakukan transaksi mata uang asing dalam pembelian atau menjual barang atau
jasa, dan kedua adalah melakukan kegiatan usaha diluar negeri. Transaksi dalam mata uang asing
terjadi pada saat perusahaan membeli atau menjual dengan pembayaran yang dilakukan mata
uang asing dimana suatu mata uang asing dapat berdenomasi dalam suatu mata uang asing tetapi
ditukar atau dicatat dalam mata uang yang lain. Pengaruh mata uang dalam berkaitan dengan
transaksi dalam mata uang asing yaitu transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa
terhadap mata uang asing pelaporan yang dihasilkan dari proses tersebut. Mata uang asing
247

adalah mata uang selain mata uang fungsional. Di Indonesia akuntansi untuk transaksi dalam
mata uang asing di atur dalam Standar Akuntasi Keuangan Tahun 2009 yaitu PSAK No10
tentang transaksi dalam mata uang asing dan IFRS (International Financial Reporting
Standards). Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang
meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs
valuta asing dalam laporan keuangan. Kurs adalah perbandingan nilai antara satu mata uang
dengan mata uang lainnya. Dimana terdapat jenis jenis kurs yang digunakan dalam transaksi
valuta asing yaitu : Spot rate, Current rate, Hyitorical rate, Forward rate dan Kurs BI tengah.
Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata
uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda. Mata uang pelaporan
adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
Demikian pula yang dilakukan oleh PT Sarana Refrigeratama yang merupakan perusahaan
dagang dimana sebagai distributor tunggal di Indonesia yang memiliki principle di Negara Italy
dan Thailand. PT Sarana Refrigeratama sebagai perusahaan importir, melakukan kegiatan
pembelian barang dari negara lain dimana menggunakan uang mata uang asing dalam melakukan
pembayaran atas pembelian impor. Dan PT Sarana refrigeratama melakukan penjualan di dalam
negeri dengan menggunakan mata uang fungsional ( IDR) dan mata uang asing asing (USD dan
EURO). Atas transaksi tersebut yang menimbulkan pencatatan tentang kurs pada saat transaksi,
pada akhir periode dan pada saat pembayaran atau penerimaan piutang sehingga mengakibatkan
selisih kurs. Perlakuan atas selisih kurs yang timbul untuk transaksi pembelian dan penjualan
dalam pencatatan laporan keuangan, menjadikan dasar untuk peneliti untuk mengkaji akun
selisih kurs atas laporan keuangan oleh PT Sarana Refrigeratama apakah sesuai dengan PSAK
No. 10 tahun 2009 dan IFRS tahun 2012.
Untuk itu peneliti tertarik untuk mengambil judul Pencatatan Selisih Kurs Atas Pembelian
dan Penjualan Pada Transaksi Valuta Asing dan Pengaruhnya Terhadap Laporan
Keuangan (Studi Kasus PT Sarana Refrigeratama).
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pencatatan menurut perusahaan terhadap selisih kurs atas pembelian
dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?
2. Bagaimana pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian
dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan ?
3. Bagaimana hasil perbandingan pencatatan perusahaan dengan pencatatan sesuai PSAK No.10
terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing pada laporan
keuangan ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan menurut perusahaan terhadap
selisih kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan
keuangan.
2. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh atas pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih
kurs atas pembelian dan penjualan dengan transaksi valuta asing pada laporan keuangan.
248

3. Untuk mengetahui mempunyai pengaruh antara perbandingan menurut pencataan perusahaan


dengan pencatatan sesuai PSAK No.10 pada selisih kurs atas pembelian dan penjualan
valuta asing pada laporan keuangan.

TINJAUAN PUSTAKA
1.

Standar Akuntansi International


Menurut Weirich et.at (Belkaoui, 1985) mendefiniskan akuntansi international
adalah mencakup semua perbedaan prinsip, metode dan standar akuntansi semua negara.
Termasuk di dalamnya prinsip akuntansi (GAAP) yang ditetapkan di tiap negara sehingga
akuntan harus menguasai semua prinsip di semua negara jika mempelajari akuntansi
international, Tidak ada maksud untuk memiliki prinsip yang berlaku umum sedunia.
Perbedaan ini diakui karena adanya perbedaan geografis, social, ekonomi, politik dan
hokum. Perkembangan akuntansi international semakin cepat dan memberikan secara
khusus terhadap masalah profesi akuntan. Terdapat tiga pengertian akuntansi international,
yaitu : Pertama, accounting for foreign subsidiary bahwa akuntansi international hanya
menyangkut proses penyusunan laporan konsolidasi dari perusahaan induk dengan
perusahaan cabang yang berada di berbagai negara. Kedua, international accounting atau
comparative yang menekankan pada upaya mempelajari dan mencoba memahami
perbedaan akuntansi di berbagai negara. Di sini menyangkut pengakuan terhadap
perbedaan akuntansi dan praktik pelaporan, pengakuan terhadap prinsip dan praktik
akuntansi di masing masing negara dan kemampuan mengetahui dampak perbedaan
dalam laporan keuangan. Ketiga, universal atau world accounting merupakan konsep di
mana kita memiliki satu konsep akuntansi dunia termasuk dalam teori dan prinsip
akuntansi yang berlaku di semua negara. Klasifikasi kegiatan usaha luar negeri menurut
PSAK No.11 adalah metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan
bergantung pada cara pendanaan dan operasi perusahaan pelapor. Kegiatan usaha luar
negeri yang hanya menjual barang barang yang diimpor dari perusaahaan pelapor dan
mengirimkan hasilnya ke perusahaan pelapor, maka dalam keadaan tersebut terjadi suatu
perubahaan dalam nilai mata uang pelaporan. Sehingga memiliki dampak langsung pada
arus kas dari operasi perusahaan pelapor. Perubahaan dalam nilai tukar mempengaruhi
masing masing pos moneter pada kegiatan usaha luar negeri daripada neto perusahaan
pelapor dalam operasi tersebut.

2.

Transaksi Mata Uang Asing


Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang
fungsional dari suatu entitas. Pengertian lain, mata uang yang bukan merupakan alat
pembayaran yang syah di suatu negara di sebut mata uang asing atau valuta asing. Di
Indonesia dalam Akuntansi untuk transaksi mata uang asing diatur dalam Standar
Akuntansi Keuangan tahun 2009 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang
asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang
meliputi penentuan kurs. Mata uang dalam suatu negara menyediakan standar nilai, media
pertukaran atau suatu alat tukar menukar dan unit sebagai pengukuran dalam transaksi
249

ekonomi. Sedangkan dalam negara yang berbeda mata uang menyediakan unit
pengukuran untuk aktivitas ekonomi dan sumber daya dari negaranya masing masing.
Setiap transaksi tersebut dalam catatan keuangan, transaksi itu harus diukur dalam mata
uang. Mata uang yang digunakan untuk mencatat transaksi dan yang diperlukan untuk
menyelesaikan transaksi tersebut adalah sama. Jika sebuah perusahaan melakukan
transaksi membeli dan menjual barang dagangan dengan mata uang asing maka
perusahaan tersebut harus mentranslasikan transaksi pembelian dan penjualan kedalam
mata uang yang berlaku di negara tersebut. Contohnya PT X melakukan transaksi
pembelian dan penjualan mengunakan mata uang asing USD dan EURO maka ketika
mentranslasikan mata uang asing ke dalam laporan keuangan haruslah mengunakan mata
uang rupiah karena PT X mendirikan perusahaan di negara Indonesia maka mata uang
yang berlaku adalah rupiah. Apabila timbul piutang atau utang dalam transaksi pembelian
dan penjualan barang dengan mata uang asing, akan terjadi penerimaan dan pengeluaran
mata uang asing tersebut untuk menyelesaikannya. Piutang atau utang
itu
didenominasikan (denominated) dalam suatu mata uang apabila akan dicatat pada laporan
keuangan dalam mata uang fungsional. Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah rasio
antara unit dari satu mata uang dan jumlah mata uang lainnya di mana unit tersebut dapat
ditukarkan pada suatu waktu tertentu.34 Beberapa jenis kurs antara lain :
a. Kurs Spot (Spot Rate) adalah kurs yang disepakati pada saat transaksi atau kurs
tunai yang berlaku pada saat transaksi.
b. Kurs Sekarang (Current Rate) adalah Nilai tukar pada saat di susunnya laporan
keuangan yaitu pada saat neraca atau kurs dimana satu unit mata uang dapat
dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca.
c. Kurs Historis (Hyitorical Rate) adalah Nilai tukar pada nilai tertentu di masa lalu atau
kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
Kurs Masa Depan (Forward Rate) adalah Nilai tukar yang disepakatin pada tanggal tertentu
di masa akan datang atau kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam kontrak
berjangka.
Metode dalam translasi valuta asing dapat digunakan berbagai metode antara lain :
1. Metode Single Rate Menjabarkan semua saldo valuta asing dengan kurs current yang
akan menghasilkan suatu keuntungan maupun kerugian pada setiap perubahaan kurs
pada saat ditranslasikan. Penyesuaian tersebut yang akan mengakibatkan penyimpangan
dari laporan keuangan. Kondisi ini sering terjadi akan mengakibatkan keuntungan dan
kerugian karena tidak direalisasikan secara penuh sebab perubahaan kurs pertukaran
sering berbanding balik arah.
2. Metode Multiple Rate Memiliki 2 (dua) jenis yaitu pertama metode current non current
adalah asset lancar dan kewajiban lancer ditranslasikan dalam laporan keuangan
perusahaan induk dengan menggunakan kurs yang berlaku. Aset dan kewajiban tidak
lancer ditranslasikan dengan kurs historis, ternasuk unsur - unsur dalam laporan
keuangan kecuali beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan memakai kurs rata rata
dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Kedua metode moneter nonmoneter
34

Floyd A. Beams, dkk, Akuntansi Lanjutan (Advanced Accounting) Jilid 2, Erlangga, 2009, Hal 2.

250

merupakan asset dan kewajiban moneter (kas, piutang dan utang ternasuk utang jangka
panjang) ditranslasikan memakai kurs berlaku. Unsur unsur non moneter (asset tetap,
investasi jangka panjang dan persedian) ditranslasikan menggunakan kurs historis.
3. Metode Temporal, Hutang, piutang dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan
ditranslasikan memakai kurs berlaku pada tanggal neraca. Aset dan kewajiban yang dapat
diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada
tanggal yang berkenan dengan harga uang tersebut. Jadi unsur unsur non moneter harus
ditranslasikan sesuai dengan basis pengukuran aslinya, secara khususnya asset yang
tercatat dalam laporan keuangan valuta asing berbasis biaya historis ditranslasikan
memakai kurs historis.
3.

Perlakuan Akuntansi Selisih Kurs Menurut PSAK No.10


Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu
perusahaan:
a. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing.
b. Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu
mata uang asing.
c. Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana.
d. Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak
terselesaikan akibat perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam
mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying
amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang transaksi dalam mata uang asing
PSAK No. 10 telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti
(replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari
penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan
secukupnya. Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia
fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian
akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya
perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis
untuk hedging, contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing, terdapat
penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya
perolehan aktiva termasuk selisih kurs.

4. Pengungkapan
Perusahaan harus mengungkapkan:
a) Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode
tersebut.
251

b) Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang
terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
c) Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu
aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam paragraf 20.
5. Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi.
6. Pelaporan pada tanggal neraca berikutnya pada setiap tanggal neraca:
1) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca.
2) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.
3) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan
dengan
menggunakan
kurs yang berlaku pada
saat nilai
tersebut
ditentukan.
7. Pengakuan selisih kurs
Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal
neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau
dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.
8. Kurs Tengah Bank Indonesia35
BI rate merupakan acuan suku bunga yang berlaku di Indonesia. BI rate adalah suatu
suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang
ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Dimana BI rate memiliki
fungsi sebagai media yang dapat menaikkan BI rate apabila terjadi inflasi yang dikemudian
hari akan terjadi kenaikan melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Bahkan dapat sebaliknya
BI rate dapat diturunkan apabila inflasi mengalami penurunan dari sasaran yang telah
ditetapkan. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubenur Bank Indonesia setiap bulanan dan
diimplementasi pada kegiatan moneter melalui pengelolan likuiditas dipasar uang untuk
mencapai sasaran operasional moneter. Kebijakan sasaran operasional moneter dicerminkan
melalui pergerakan suku bunga pasar uang antar bank, pergerakan ini dapat diikuti oleh
perkembangan suku bunga deposito dan selanjutnya suku bunga kredit perbankan.

35

Bank
Indonesia,
2008,
Penjelasan
BI
Rate
sebagai
Suku
Bunga
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate, diakses tanggal 25 November 2012

Acuan,

252

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian, penulis memilih PT Sarana Refrigeratama yang berkedudukan di Jalan
Tomang Raya No.20C Jakarta Barat sebagai tempat penelitian guna memperoleh data data
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini. Waktu penelitian ini penulis menggunakan
data data perusahaan selama periode tahun 2011, dimana penulis mengobservasi,
mengumpulkan dan menganalisa dari mulai bulan Januari 2012 sampai bulan Januari 2013.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan data secara kuantitatif, yaitu
langsung mengambil data dari perusahaan PT Sarana Refrigeratama atau mengambil data dari
sumber internal dan hasil wawancara manager perusahaan PT Sarana Refrigeratama. Untuk data
kualitatif seperti sejarah perusahaan atau gambaran umum perusahaan hanya digunakan sebagai
bahan pelengkap. Sumber data berasal dari data internal perusahaan, dimana penulis terlibat
langsung dalam perusahaan PT Sarana Refrigeratama sehingga data langsung dari sumbernya
dan laporan keuangan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan
Dilakukan dengan mengumpulkan data teoritis guna menunjang pembahasan masalah,
membaca atau mempelajari buku buku literatur maupan tulisan tulisan ilmiah
berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dan melalui mata kuliah yang telah didapatin
selama perkuliahan guna menambah bahan skripsi ini.
2. Studi Lapangan
Metode pengumpulan data dengan terlibat secara langsung dan menganalisa serta
mendokumentasi data data yang diperlukan guna menunjang penelitian dan melalui
wawancara dalam memberikan informasi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis.
Metode Analisa Data
Metode analisis data dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan PT Sarana
Refrigeratama dengan metode pancatatan selisih kurs yang digunakan dan Laporan keuangan
menurut PSAK No.10 dalam pencatatan selisih kurs dalam periode selama tahun 2011. Penulis
juga menyajikan perbandingan laporan keuangan menurut perusahaan dan PSAK No.10 dalam
pencatatan selisih kurs sehingga terlihat dampak dalam laporan keuangan.
Definisi Operasional Variabel
1) Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang
sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.
2) Pembelian adalah Suatu kegiatan membeli barang dagang atau jasa untuk memenuhi suatu
kebutuhan dapat dilakukan baik secara tunai atau kredit.
3) Penjualan adalah Suatu transaksi yang menghasilkan penerimaan dari hasil pengiriman
barang atau penyertaan jasa baik yang diterima secara tunai atau kredit.
253

4) Transaksi valuta asing adalah transaksi penjualan dan pembelian barang atau jasa atau
pembayaran peminjaman atau penerimaan, dimana proses penjabaran jumlah atau hitungan
menggunakan satu mata uang yang dipilih antara dua mata uang.
5) Laporan keuangan adalah Catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu peiode
akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Selisih kurs menurut pencatatan perusahaan
Pembelian

Perusahaan (RP)

225.246,23

Transaksi
2.725.063.328

Tutup Buku
2.785.699.856

Selisih kurs
(60.636.528)

$ 978.004,70

8.592.169.546

8.619.249.617

(27.080.071)

Total

11.317.232.874

11.404.949.473

(87.716.599)

Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011


Penjualan

Perusahaan (RP)

318.538,64

Transaksi
3.892.161.156

Tutup Buku
3.888.117.535

Selisih kurs
(4.043.621)

$ 1.500.321,68

13.185.257.505

13.172.394.032

(12.863.473)

Total

17.077.418.661

17.060.511.567

(16.907.094)

Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku


Tanggal
01/01 01/1211
01/01 01/1211
01/01 01/1211
01/01 01/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211

Akun
Pembelian
Hutang
Piutang
Penjualan
Rugi selisih kurs
Hutang
Rugi selisih kurs
Piutang

Debet (RP)
11.317.232.874

Kredit (RP)
11.317.232.874

17.077.418.661
17.077.418.661
87.716.599
87.716.599
16.907.094
16.907.094

254

Transaksi Laba / Rugi selisih kurs


Tanggal
31/01 31/1211
31/01 31/1211
Jumlah

Akun
Rugi kurs
Rugi kurs

Debet (RP)
87.716.599
16.907.094
104.623.694

Kredit (RP)

Selisih kurs menurut pencatatan PSAK No.10


Pembelian
225.246,23
$ 978.004,70
Total

Transaksi
2.779.689.395
8.756.459.652
11.536.149.048

PSAK No.10 (RP)


Tutup Buku
2.785.699.856
8.619.249.617
11.404.949.473

Selisih kurs
(6.010.461)
137.210.035
131.199.575

Selisih kurs pada transaksi penjualan tahun 2011


Penjualan
318.538,64
$ 1.500.321,68
Total

Transaksi
3,955,078,613
13.362.856.755
17.317.935.368

PSAK No.10 (RP)


Tutup Buku
3.888.117.535
13.172.394.032
17.060.511.567

Selisih kurs
(66.961.078)
(190.462.722)
(257.423.801)

Jurnal pada saat transaksi dan tutup buku


Tanggal
01/01 01/1211
01/01 01/1211
01/01 01/1211
01/01 01/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211
31/01 31/1211

Akun
Pembelian
Hutang
Piutang
Penjualan
Hutang
Laba selisih
kurs
Rugi selisih
kurs
Piutang

Debet (RP)
11.536.149.048

Kredit (RP)
11.536.149.048

17.317.935.368
17.317.935.368
131.199.575
131.199.575
257.423.80
257.423.801

255

Transaksi Laba / Rugi selisih kurs


Tanggal
31/01 31/1211
31/01 31/1211
Jumlah

Akun
Laba kurs
Rugi kurs

Debet (RP)
257.423.801
126.224.226

Kredit (RP)
131.199.575
-

Hasil Perbandingan Laporan Keuangan Menurut Perusahaan dan PSAK No.10


Laporan
Keuangan
(RP)
Total Penjualan
HPP
Laba Kotor
Penjualan
Total Biaya Usaha
Laba /Rugi Usaha
Laba /Rugi diluar
Usaha
Laba Bersih
Sebelum Pajak
Penghasilan

Perusahaan
(RP)

PSAK No.10
(RP)

Selisihnya
(RP)

16.984.469.376
12.761.176.071
4.223.293.305

17.224.986.083
12.980.092.244
4.244.893.839

240.516.707
218.916.173
21.600.534

2.078.158.808
2.145.134.497
976.317.536

2.078.158.808
2.166.735.031
954.717.004

0
21.600.534
21.600.532

3.121.452.033

3.121.452.035

Transaksi valuta asing atas pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi dan
pelaporan pada waktu tutup buku, menghasilkan selisih kurs mempengaruhi pada laporan
keuangan . Hasil perbandingan laporan keuangan berdasarkan perusahaan dan PSAK No. 10 atas
pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing dapat terlihat laba bersih sebelum pajak
penghasilan menurut pencatatan perusahaan adalah Rp 3.121.452.033. Dan laba bersih sebelum
pajak penghasilan menurut pencatatan PSAK No.10 sebesar Rp 3.121.452.035 maka perbedaan
laba bersih menurut PSAK No.10 beda tipis dibandingkan laba bersih menurut perusahaan,
sehingga terdapat selisihnya Rp 2.
Selisih kurs atas pembelian dan penjualan pada saat transaksi dan pelaporan menghasilkan laba
selisih kurs atau rugi selisih kurs dikelompokkan pada pendapatan dan biaya diluar usaha, yaitu
menurut perusahaan sebesar Rp 976.317.536 sedangkan berdasarkan PSAK No.10 sebesar Rp
954.717.004 sehingga terdapat selisihnya adalah Rp 21.600.532 maka pendapatan dan biaya
diluar usaha menurut perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatan dan biaya diluar usaha
menurut PSAK No.10.
Terakhir dapat dibandingakan hasil laba kotor penjualan menurut pencatatan perusahaan
dengan pencatatan PSAK No.10 yaitu laba kotor penjualan menurut perusahaan sebesar Rp
4.223.293.305 dan laba kotor penjualan menurut PSAK No.10 sebesar Rp 4.244.893.839 maka
256

terdapat selisihnya sebesar Rp 21.600.534. Dapat dilihat bahwa laba kotor penjualan menurut
PSAK No.10 lebih besar dibandingkan laba kotor penjualan menurut perusahaan.
Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 menghasilan laba kotor
penjualan adalah Rp 21.600.534 dan laba rugi diluar usaha menhasilkan Rp 21.600.532. Jadi
dapat terlihat perbedaannya Rp 2 suatu nilai yang sangat kecil terhadap selisih kurs atas
pembelian dan penjualan transaksi valuta asing.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1. Pencatatan menurut perusahaan dimana pada transaksi menggunakan kurs pajak dan pada
pelaporan menggunakan kurs tengah BI sesuai dengan tanggal neraca. Perbedaan selisih kurs
yang terjadi antara kurs yang digunakan saat transaksi dan pelaporan menimbulkan laba
selisih kurs pada transaksi valuta asing. Sehingga pencatatan menurut perusahaan terhadap
selisih kurs atas pembelian dan penjualan valuta asing tidak mempengaruhi laporan keuangan
suatu perusahaan.
2. Pengaruh pencatatan sesuai PSAK No.10 terhadap selisih kurs atas pembelian dan penjualan
pada transaksi valuta asing terhadap laporan keuangan tidak mempengaruhi kinerja laporan
keuangan suatu perusahaan. Pada saat transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
menggunakan kurs BCA dan saat pelaporan menggunakan kurs tengah BI sehingga
menghasilkan rugi selisih kurs, dapat diakui atau ditangguhkan pada laba rugi diluar usaha.
Dan selisih kurs yang terjadi mempengaruhi saldo akhir pada hutang dan piutang.
3. Hasil perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No.10 terhadap selisih kurs
atas pembelian dan penjualan pada transaksi valuta asing, keduanya tidak mempengaruhi
laporan keuangan suatu perusahaan. Nilai tukar atau kurs dapat saja ditetapkan oleh
pemerintah atau dibiarkan fluktuasi (mengambang) mengikuti di pasar mata uang asing atau
valuta asing. Pergerakan mata uang asing di pasar pasti akan selalu mengalami perubahaan
naik (menguat) atau menurun (melemah). Di Negara Indonesia, pemerintah menggunakan
kurs resmi atau kurs tetap (fixed exchange rates) , kurs yang ditetapkan oleh pemerintah dan
tidak akan berubah merskipun terjadi perubahaan di pasar valuta asing. Metode pencatatan
yang digunakan terhadap transaksi valuta asing menggunakan metode Multiple Rate.
Sehingga perbandingan pencatatan menurut perusahaan dan PSAK No. 10 perbedaannya
tidak jauh dan keduanya menggunakan kurs yang sama sama ditetapkan oleh pemerintah
yaitu kurs pajak dan kurs tengah BI.

Saran
Setiap transaksi sebaiknya perusahaan konsisten menggunakan kurs, yaitu kurs pajak dan
kurs tengah BI saat transaksi dan pada waktu pelaporan selama periode berjalan dalam
transaksi pembelian dan penjualan valuta asing, apabila sulit untuk melakukan hedging pada
transaksi tersebut.
257

DAFTAR PUSTAKA
Bank Sentral Republik Indonesia. (2008). Penjelasan BI Rate sebagai Suku
Bunga Acuan. BI Rate. Diperoleh 25 November 2012
Dari http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate/Penjelasan+BI+Rate.
Bragg, S.M., IFRS Made Easy, Indeks, Jakarta, 2012
Choi, F.D.S. dan Meek, G.K., Akuntansi International, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2010
Donald, E.K., Weygandt, J.J., dan Warfield, T.D., Akuntansi Intermediate, Edisi 5,
Erlangga, Jakarta, 2010
Germon, H., dan Meek, G.K., Akuntansi Perspektif International, Jilid 5, Andi,
Yogyakarta, 2007
Mursyidi, Akuntansi Dasar, Edisi 1, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010
Rudianto, Pengantar Akuntansi, Erlangga, Jakarta, 2009
Syafri, S., Teori Akuntansi, Edisi Revisi 2011, PT Rajagrafindo Persada Jakarta, 2011
Syakur, A.S., Intermediate Accounting, Jilid 1, Av Publisher, Jakarta, 2009
Zebua, F., Akuntansi International, Jilid 1, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2008
Website : www.saranarefrigeratama.com

258

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN,


LEVERAGE DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK
PERATAAN LABA (STUDI EMPIRIS : PADA PERUSAHAAN
INDUSTRI FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE TAHUN 2008-2011).
Elis Kartika
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ABSTRAKSI
Penelitian dilakukan pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan farmasi melakukan praktik
perataan laba serta untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel profitabilitas, ukuran
perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba.
Perataan laba (Income Smoothing) dapat dilihat dari income smoothing index dimana jika
coefficients of variation of earnings (CV I CV S), maka perusahaan dikatakan melakukan
perataan laba. Profitabilitas dengan menggunakan ROE yaitu laba atau rugi bersih setelah pajak
tahun sebelumnya dibagi modal sendiri tahun sebelumnya. Perhitungan ukuran perusahaan yaitu
total penjualan tahun sekarang dikurang total penjualan tahun sebelumnya dibagi total
penjualan tahun sebelumnya, varibel leverage dengan menghitung total hutang tahun
sebelumnya dibagi total aktiva tahun sebelumnya, dan untuk perhitungan nilai perusahaan yaitu
harga saham tahun sekarang dibagi nilai buku tahun sebelumnya.
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan Uji Wald (Uji Parsial) dimana hasilnya adalah hanya
variabel nilai perusahaan saja yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan
berdasarkan Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan) variabel profitabilitas,
ukuran perusahaan,leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
praktik perataan laba.
Kata kunci

Perataan laba, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage,


perusahaan

nilai

PENDAHULUAN
Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba yaitu
tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba yang
dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam berinvestasi.
Menurut Belkaoui yang dikutip Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba merupakan normalisasi
laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu. Selain itu
menurut Sri Sulistyanto perataan laba adalah Upaya perusahaan mengatur agar laba relatif sama
selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya
259

periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya
sesungguhnya.
Salah satu perusahaan yang melakukan praktik perataan laba di Indonesia ialah PT. Kimia
farma. Dalam blog David Parsaoran diduga PT. Kimia farma melakukan manipulasi laba bersih
dalam laporan keuangan tahun 2001 dalam laporan keuangan tersebut PT. Kimia farma
menghasilkan laba sebesar Rp. 132 Miliar. Tetapi kecurangan tersebut akhirnya terbongkar juga,
karena setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 dalam laporan keuangan yang baru,
keuntungan PT. Kimia farma yang sebenarnya hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah
sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan Diduga PT. Kimia farma
melakukan kecurangan dengan menaikkan laba itu adalah untuk menarik minat investor agar
menanamkan modalnya di PT. Kimia farma.
Penelitian tentang praktik perataan laba sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti,
diantaranya oleh Nuvita Dwi Cahyani (2012) yang meneliti tentang pengaruh profitabilitas,
resiko keuangan, nilai perusahaan, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan jenis industri
terhadap praktek perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEI, dari hasil penelitiannya
profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemiliikan terbukti terdapat
pengaruh terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan dan jenis industri tidak
berpengaruh terhadap praktek perataan laba.
Hasil penelitian Nuvita Dwi Cahyani tidak konsisten dengan penelitian Yudho Aji dan
Farah Mita (2010) tentang pengaruh profitabilitas, resiko keuangan, nilai perusahaan dan struktur
kepemilikan terhadap praktek perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI,
terbukti resiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktek perataan laba,
sedangkan profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap praktek perataan
laba. hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa nilai perusahaan berpengaruh positif terhadap
praktek perataan laba menurut Aji dan Mita (2010) dengan melakukan perataan laba maka
variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba yang
minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor dan agar
nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan untuk menarik
sumber daya ke dalam perusahaan.
Perusahaan industri farmasi di Indonesia pada saat ini memiliki perhatian lebih oleh
investor, karena berdasarkan pernyataan wakil sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Farmasi
Indonesia yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012) Kendrariadi Suhanda menyatakan pada tahun
2010 total nilai industri farmasi di Indonesia mencapai US$ 3,7 Miliar, tahun 2012 angka itu
diperkirakan meningkat menjadi US$ 4,7 Miliar. Rata rata industri farmasi tumbuh 13,4% per
tahun. Kalangan pengusaha memperkirakan pada tahun 2014 angka tersebut naik menjadi US$
6,1 Miliar.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1.

2.

3.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas terhadap Praktik Perataan Laba
pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun
2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Praktik Perataan
Laba pada perusahaan indutri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan
tahun 2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Leverage terhadap Praktik Perataan Laba pada
perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 20082011.
260

4.

5.

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Praktik Perataan
Laba pada perusahaan industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan
tahun 2008-2011.
Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage,
dan Nilai Perusahaan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba pada perusahaan
industri farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berdasarkan tahun 2008-2011.

KAJIAN TEORI
1. Teori Keagenan (Theory Agency)
Teori keagenan (Theory Agency) merupakan salah satu teori yang sangat erat
hubungannya dengan praktik perataan laba yang merupakan salah satu tindakan dari
manajemen laba. Teori agensi menurut Zulkarnaini yang dikutipoleh Amanza (2012) adalah
hubungan atau kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent). Masalah yang
mendasari teori keagenan (agency theory) adalah konflik kepentingan antara pemilik dan
manajer. Pemilik disebut principal dan manajer disebut agent, merupakan dua pihak yang
masing-masing saling memiliki tujuan yang berbeda dalam mengendalikan perusahaan
terutama menyangkut bagaimana memaksimalkan kepuasan dan kepentingan dari hasil yang
dicapai melalui aktivitas usaha.
Di dalam teori ini, menurut Komalasari yang dikutip oleh Amanza (2012) bahwa salah
satu kunci dari teori agensi adalah adanya perbedaan tujuan antara prinsipal dan agen,
sehingga semua individu berusaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingannya masingmasing. Adanya tujuan dan kepentingan yang berbeda-beda, di mana setiap individu ingin
mengoptimalkan kepentingannya pribadi, menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal
dengan agen. Pihak principal termotivasi untuk melakukan kontrak dalam rangka
mensejahterakan dirinya melalui profitabilitas yang pada umumnya diharapkan selalu
meningkat. Sedangkan menurut Widyaningdyah dalam penelitian Amanza (2012) agen
termotivasi untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Perbedaan tujuan
prinsipal dan agen inilah yang menimbulkan konflik keagenan dalam perusahaan.
2. Manajemen Laba
Menurut Sri Sulistyanto secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya
manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi informasi dalam
laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui
kinerja dan kondisi perusahaan. Menurut Schipper Manajemen laba adalah campur tangan
dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk
memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses
Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham
suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, resiko, dan spekulasi. Oleh sebab
itu perusahaan yang labanya selalu mengalami kenaikan dari periode ke periode secara
konsisten akan mengakibatkan resiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar
dibandingkan prosentase kenaikan laba. Secara umum motivasi yang mendorong manajer
untuk berperilaku oportunis, yaitu motivasi bonus, kontrak, politik, pajak, perubahan CEO,
IPO, atau SEO dan mengkomunikasikan informasi ke investor. Menurut Watts dan
Zimmerman yang dikutip oleh Valentine (2012) pengelompokkan ini sejalan dengan tiga
hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory), yang menjadi
dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu hipotesis
bonus, hipotesis biaya politik, dan hipotesis perjanjian hutang.
3.

Perataan laba
Salah satu fenomena yang menarik dalam akuntansi yang berkaitan dengan laba
yaitu tindakan perataan laba (income smoothing) tindakan ini dilakukan perusahaan agar laba
261

yang dihasilkan setiap tahunnya stabil dengan demikian dapat menarik investor dalam
berinvestasi. Menurut Belkaoui dalam penelitian Ghozali dan Chariri (2007) perataan laba
merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level
laba tertentu. Sedangkan menurut Sri Sulistyanto, perataan laba adalah upaya perusahaan
mengatur agar laba relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan
mempermainkan pendapatan dan biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya. Menurut Heyworth dalam penelitian
Salno dan Baridwan yang dikutip oleh Dhiar Ratnasari (2012) mengungkapkan bahwa
manajer melakukan perataan laba karena ingin mendapatkan berbagai keuntungan ekonomis
dan psikologis, yaitu :
a. Mengurangi total pajak yang terutang.
b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer karena penghasilan yang stabil mendukung
kebijakan dividen yang stabil.
c. Meningkatkan hubungan antar manajer dan karyawan karena pelaporan laba yang
meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
d. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dengan gelombang
optimisme dan pesimisme dapat diperlunak.
Tujuan perataan laba menurut Foster dalam penelitian Suwito dan Herawaty (2005) adalah
sebagai berikut:
a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut memiliki
risiko yang rendah.
b. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa
mendatang.
c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.
d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.
e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
4.

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba


Profitabilitas adalah tingkatan keuntungan bersih yang dicapai perusahaan. Rasio
profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kinerja operasional perusahaan, Zuhro
dalam Syafriont By yang dikutip Dhiar Ratnasari (2012) menyatakan bahwa sebagian besar
investor dan kreditor menggunakan profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menilai seberapa
efektif perusahaan mengelola sumber-sumber yang dimilikinya dan juga merupakan bahan
pertimbangan utama bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan baik dalam
menginvestasikan dana maupun dalam meminjamkan dana pada suatu perusahaan.
Menurut Carlson dan Bathala yang dikutip dalam penelitian Darma Yudho Aji dan
Aria Farah Mita (2010) menyimpulkan bahwa tingkat profitabilitas perusahaan
merupakan faktor yang mempengaruhi tindakan pengelolaan laba yang dilakukan oleh
manajemen, karena sesuai dengan hipotesa biaya politik bahwa tingkat profitabilitas
yang semakin tinggi akan mengakibatkan tingginya harapan dari regulator dan
masyarakat kepada perusahaan tersebut untuk memberikan kompensasi kepada mereka
berupa pembayaran pajak kepada regulator dan program sosial kepada masyarakat.
Kondisi tersebut menyebabkan manajemen untuk melakukan perataan laba yang
merupakan salah satu tindakan manajemen laba terhadap laporan keuangannya, salah
satunya yaitu menurunkan profitabilitas yang tinggi menjadi rendah hal ini bertujuan
agar perusahaan terhindar dari pajak yang terlalu tinggi dan kompensasi untuk karyawan
dan juga masyarakat

5.

Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba


Menurut Machfoeds yang dikutip oleh Eddy Suwito dan Arleen Herawaty
(2005) dalam penelitiannya ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
262

diklasifikasikan besar, kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva,
log size, nilai pasar saham, dan lain lain. Pada dasarnya ukuran hanya perusahaan
terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menengah, dan
perusahaan kecil. Selain itu menurut Moses dalam penelitian Eddy Suwito dan Arleen
Herawaty dalam penelitiannya (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan
perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan
perataan laba dibandingkan dengan perusahaan perusahaan yang lebih kecil karena
perusahaan perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan (pengawasan)
yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. hal tersebut menyebabkan
perusahaan perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba hal tersebut
bertujuan untuk menghindari pajak yang tinggi, karena perusahaan perusahaan besar
biasanya memiliki kekayaan dan sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan
perusahaan perusahaan kecil sehingga perusahaan perusahaan yang lebih besar akan
dikenakan pajak yang tinnggi sehingga banyak perusahaan perusahaan besar
cenderung melakukan perataan laba untuk menghindari terkena pajak yang tinggi.
6.

Leverage
Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang memiliki biayabiaya operasi tetap (misal penyusutan gedung, peralatan kantor dsb). Martono dan Harjito
(dalam Dhiar Ratnasari : 2012) pengaruh yang timbul dengan adanya biaya operasi tetap
yaitu adanya perubahan dalam volume penjualan yang menghasilkan perubahan keuntungan
atau kerugian operasi yang lebih besar dari proporsi yang telah ditetapkan. Leverage operasi
juga memperlihatkan pengaruh penjualan terhadap laba operasi atau laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) yang diperoleh.
Dari hasil penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti empiris
bahwa leverage berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena tingkat leverage yang
tinggi akan mempersulit perusahaan untuk menarik investor dan mendapatkan pinjaman dari
kreditor, sehingga perusahaan akan meratakan tingkat leverage agar menjadi turun atau relatif
samadengan tingkat leverage periode sebelumnya, sehingga mempermudah perusahaan untuk
mendapatkan pinjaman dari kreditor dan menarik investor.

7.

Nilai Perusahaan
Menurut Salvatore yang dikutip oleh Rahmawati (2012) tujuan utama perusahaan
menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan
(value of the firm). Menurut Euis dan Taswan yang dalam penelitian Rahmawati (2012)
memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena
dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.
Dari hasil penelitian Aji dan Mita (2010) menemukan hasil bahwa nilai perusahaan
berpengaruh positif terhadap perataan laba, karena dengan melakukan perataan laba
variabilitas laba dan resiko saham dari perusahaan akan semakin menurun variabilitas laba
yang minim itulah yang berusaha dipertahankan oleh perusahaan agar disukai oleh investor
dan agar nilai pasar perusahaan tetap tinggi atau stabil sehingga mempermudah perusahaan
untuk menarik sumber daya ke dalam perusahaan.

263

METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian

Profitabilitas

Ukuran Perusahaan
Perataan Laba
Leverage
Nilai Perusahaan
Gambar 1 Model Penelitian
2.

Hipotesis Penelitian
Ha1 :
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.
Ha2 :
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Praktik Perataan Laba.
Ha3 :
Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Praktik Perataan Laba
Ha4 :
Nilai Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba.
Ha5 :
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan. Leverage, Nilai Perusahaan berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Praktik Perataan Laba.

3.

Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel secara meneyeluruh dari data yang akan diuji. Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), periodisasi
populasi penelitian ini mencakup data tahun 2008-2011. Jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 36 sampel selama periode 2008-2011.
Tahun 2008 sebanyak 9 perusahaan
Tahun 2009 sebanyak 9 perusahaan.
Tahun 2010 sebanyak 9 perusahaan.
Tahun 2011 sebanyak 9 perusahaan.
Total sebanyak 36 perusahaan.

4.

Metode Analisis Data


Metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Deskriptif
Analisis yang bersifat uraian berdasarkan kondisi datanya. Analisis deskriptif ini
digunakan untuk menguraikan gambaran perataan laba perusahaan farmasi yang terdaftar
di BEI, serta menjelaskan hasil penelitian.
b. Kausalitas
Uji kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh
profitabilitas yang diwakilkan ROE tahun sebelumnya, ukuran perusahaan yang diukur
dari pertumbuhan penjualan tahun sebelumnya, leverage tahun sebelumnya yang diukur
dengan debt to total assets dan nilai perusahaan tahun sebelumnya yang diukur dengan
PBV terhadap variabel dependen yaitu perataan laba. Kemampuan prediksi variabelvariabel tersebut akan dilakukan dengan melihat pengaruh variabel independen tersebut
264

terhadap variabel dependennya.Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis


kausalitas (pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki tahapan
sebagai berikut, antara lain:
(1) Uji kualitas data
Uji kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen
dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan
normal probability plot jika titik mendekati garis diagonal maka data tersebut
dianggap normal.
(2) Uji Asumsi Klasik
(a) Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terdapat
masalah multikolinieritas. Cara mendeteksi multikolinieritas berdasarkan rule of
thumb. Jika VIF >10, maka terjadi multikolinieritas dan jika VIF <10. maka tidak
terjadi multikolinieritas.
(b) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data
yang berdekatan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin
Watson melalui angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson diantara
du < DW < 4-du, maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
(3) Uji Hipotesis
(a) Uji Hosmer dan Lmeshows Goodness of Fit
Dalam penelitian ini uji Hosmer dan Lemeshows Goodness of Fit digunakan
untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan
fit).
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig > 0.05 (5%), maka Ha ditolak
Jika Sig 0.05 (5%), maka Ha diterima
(b) Uji Wald (Uji Parsial)
Uji Wald dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah
masing
masing koefisien regresi logistik signifikan maka digunakan Uji Wald.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig > 0.05 (5%), maka Ha ditolak
Jika Sig 0.05 (5%), maka Ha diterima
(c) Omnibus Tests of Model Coefficients (Uji Simultan)
Uji ini dapat dilihat dibawah nilai Chi-square goodness-of-fit test untuk menguji
apakah dengan memasukkan variabel independen kedalam model akan menambah
kemampuan prediksi model regresi logistik
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig > 0.05 (5%), maka Ha5 ditolak
Jika Sig 0.05 (5%), maka Ha5 diterima
Metode statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis yaitu binary
logistic regression yaitu jika variabel dependen merupakan variabel dummy yang
berskala nominal sementara variabel independennya dapat berskala nominal,
interval, dan rasio. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Ln
P
= 0 + 1x1 + 2x2 + 3x3 + 4 x4
1P
Dimana :
265

probabilitas perusahaan melakukan perataan laba


dengan variabel
bebas profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai
perusahaan.
0
= koonstanta
1 - 4 = koefisien
x1
= Profitabilitas
x2
= Ukuran Perusahaan
x3
= Leverage
x4
= Nilai Perusahaan
(d) Negelkerke R2 Square
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen
menjelaskan variabel dependen digunakan koefisien Negelkerke R2 Square
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Sig > 0.05 (5%), maka Ha ditolak
Jika Sig 0.05 (5%), maka Ha diterima
(4) Pengukuran variabel dependen Perataan Laba
Pengukuran perataan laba dalam penelitian ini sama seperti pengukuran perataan laba
pada penelitian Suwito dan Herawaty (2005) menggunakan rumus Indeks Eckel,
sebagai berikut :
Indeks Eckel = CV I
CV S
Keterangan:
CV : Koefesien variasi variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang
diharapkan, dari laba tahun tertentu.
I : perubahan laba dalam satu periode
S : perubahan penjualan dalam satu periode
Nilai CV I dan CVS dihitung dengan rumus
CV I atau CVS = (xX)2
1
: X
Keterangan:
x : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
X : rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antara
tahun n dengan n-1
n : banyaknya tahun yang diamati
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.

Hasil Pengukuran Perusahaan yang melakukan Perataan Laba dan Yang Tidak
Melakukan Perataan Laba
Tabel 1 Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba dan yang Tidak Melakukan Perataan
Laba
Keterangan
2008
2009
2010
2011 Prosentase
Perata Laba

52,78 %

Bukan Perata Laba

47,22 %

266

Dari hasil perhitungan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 52, 78%
perusahaan sampel mealakukan praktik perataan laba, atau bisa dikatakan rata rata
perusahaan sampel banyak yang melakukan praktik perataan laba.
2.

Statistik Deskriptif
Tabel 2 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N

Mean

Std. Deviation

PROFIT

36

45,0556

114,67792

UP

36

41,7222

173,94492

LEV

36

16,3333

17,09469

NP

36

393,6944

285,85069

PL

36

,5278

,50631

Valid N (listwise)

36

Penelitian ini menggunakan sebanyak 36 sampel dari 9 perusahaan farmasi yang


terdaftar di BEI periode tahun 2008 2011. Dari hasil penelitian rata rata profitabilitas
dari perusahaan sampel sebesar 45%, dan rata rata ukuran perusahaan sampel sebesar
41,7%, sedangkan leverage perusahaan sampel rata rata sebesar 16,3%, dan untuk nilai
perusahaan rata rata perusahaan sampel sebesar 39,36%.
3.

Uji Kausalitas
a. Uji Kualitas Data

Gambar 2 Hasil Uji Normalitas Data


Dari hasil uji normal probability plot dapat dilihat bahwa titik titik berada mendekati
garis diagonal pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji kualitas data tersebut
dengan menggunakan uji normalitas normal probability plot menunjukan bahwa data
tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Asumsi Klasik
(1) Uji Multikolinearitas

267

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas


Coefficientsa

Model

Unstandardiz
ed
Coefficients
B

Standardized
Coefficients
Std. Error

Sig.

Beta

Correlations

Zeroorder

(Constant)

,089

,163

,545

,590

PROFIT
1UP
LEV
NP
a. Dependent Variable: PL

,001
,001
,002
,001

,001
,000
,005
,000

,123
,799
,200 1,285
,076
,491
,507 3,258

,430
,208
,627
,003

,057
,153
,058
,462

Partial

,142
,225
,088
,505

Collinearity
Statistics
Part

Toleranc
e

,122
,196
,075
,498

,983
,967
,971
,966

VIF

1,018
1,034
1,030
1,035

Dari hasil uji tersebut dapat dilihat bahwa VIF < 10. Hal ini menjelaskan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas.
(2) Uji Autokorelasi
Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model

R Square

Adjusted R
Std. Error of the Durbin-Watson
Square
Estimate
a
1
,525
,276
,183
,45774
2,358
a. Predictors: (Constant), Nilai Perusahaan, Leverage, PROFIT, Ukuran Perusahaan

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 2.358 yang
berarti menjauhi angka 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model regeresi
terjadi masalah autokorelasi. Sehingga dalam penelitian ini diperlukan tabel Durbin
Watson yaitu dengan melihat tabel Durbin Watson. Apabila angka DU < DW < 4
DU maka dapat dikatakan aman.
Hasil dari tabel Durbin Watson pada penelitian ini terdapat pada
kategori tidak aman karena angka DU 1.7245 < DW 2.358 < 4 1.7245 =
2,2755, sehingga dapat disimpulkan DU 1,7245 < DW 2,358 > 2,2755,
hasil tersebut menandakan bahwa data terkena gejala autokorelasi. Tetapi
karena data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
nonparametrik , dimana data berskala nominal dan rasio sehingga uji
asumsi klasik dalam penelitian ini tidak wajib dilakukan pada data
nonparametrik. Selain itu terdapat pernyataan dalam buku Statistik
Nonparametrik yang menyatakan bahwa statistik nonparametrik tidak
mensyaratkan bentuk sebaran parameter populasi. Statistik nonparametrik
dapat digunakan pada data yang memiliki sebaran normal atau tidak.
Statistik nonparametrik biasanya digunakan untuk melakukan analisis
pada data nominal atau ordinal. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut
maka penelitian ini dapat dilanjutkan karena data yang digunakan
merupakan data nonparametrik.

268

4.

Uji Hipotesis
a. Uji Hosmer and Lemeshows Goodness of fit
Tabel 5 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step

Chisquare

df

13,172

Sig.
7

,068

Dari hasil tabel diatas Nilai Hosmer and Lemeshows sebesar 13.172 dan
signifikan sebesar 0.068 lebih besar = 0.05, maka hipotesis Ha ditolak berarti model
tidak mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model tidak dapat
diterima karena tidak cocok dengan data observasinya.
b. Uji Wald (Uji Parsial)
Tabel 6 Hasil Uji Wald ( Uji Parsial)
Variables in the Equation
B

Step

PROFIT
UP
a LEV
1
NP
Constant

,002
,004
,012
,004
-1,941

S.E.
,003
,005
,022
,002
,852

Wald

df

,587
,529
,286
7,348
5,191

Sig.
1
1
1
1
1

,444
,467
,593
,007
,023

Exp(B)
1,002
1,004
1,012
1,004
,144

a. Variable(s) entered on step 1: PROFIT, UP, LEV, NP.

a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba secara parsial.


Dari hasil tabel diperoleh hasil Sig 0,444 yang berarti lebih besar dari = 0,05,
sehingga profitabilitas secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan
laba atau Ha1 ditolak.
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi maka akan lebih menjadi sorotan
publik dan mendapat pengawasan serta perhatian lebih keat dari investor dan publik,
sehingga perusahaan tersebut harus memberikan laporan keuangan lebih berhati hati
dan lebih transparan, dengan demikian perusahaan tidak akan melakukan perataan laba
yang akan membahayakan kredibilitas perusahaannya.
b.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial.


Hasil Sig sebesar 0,467 yang berarti lebih besar dari = 0,05 dan berarti ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha2 ditolak.
Perusahaan dengan ukuran besar biasanya mendapat perhatian dan pengawasan
yang lebih ketat dari publik dan investor, sehingga perusahaan tersebut harus
memberikan informasi laporan keuangannya lebih berhati hati dan lebih
menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung didalamnya serta lebih
transparan sehingga perusahaan tidak akan melakukan perataan laba yang akan
membahayakan kredibilitas perusahaannya.

c.

Pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba secara parsial.


269

Hasil Sig menunjukkan sebesar 0.593 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha3 ditolak
atau leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap perataan laba.
Leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba, karena apabila tingkat
leverage tinggi tetapi produktivitas perusahaan baik maka perusahaan tidak perlu
melakukan perataan laba
d.

Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Perataan Laba secara parsial.


Hasil Sig menunjukkan 0,007 lebih kecil dari = 0,05, yang berarti nilai perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap perataan laba atau Ha4 diterima.
Perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang tinggi berarti perusahaan
tersebut menghasilkan produk yang berkualitas. Produk yang berkualitas akan diminati
oleh banyak masyarakat sehingga menyebabkan permintaan produk akan meningkat,
dengan meningkatnya permintaan produk berarti penjualan perusahaan tersebut juga
akan meningkat. Penjualan yang meningkat tersebut akan menghasilkan laba yang
meningkat juga, tingkat laba yang cenderung meningkat ini oleh perusahaan akan
diratakan atau perusahaan akan melakukan perataan laba agar laba yang dihasilkan
relatif sama dengan laba periode sebelumnya, sehingga laba yang dilaporkan akan
stabil setiap periodenya. Dengan demikian nilai perusahaan akan menjadi baik atau
stabil, nilai perusahaan yang baik dan stabil ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan
investor dan kreditor terhadap perusahaan tersebut. Sehingga dengan dengan demikian
perusahaan akan mudah menarik investor ke dalam perusahaan karena investor lebih
menyukai berinvestasi pada perusahaan yang labanya stabil dan juga yang memiliki
nilai perusahaan yang baik karena investor dan kreditor akan merasa aman apabila
menanamkan dananya diperusahaan tersebut.
Dari Uji Wald model regresi logistik biner yang terbentuk adalah :

Ln

= -1,941 + 0,002 x1 + 0.004 x2 + 0.012 x3 + 0.004x4

1P
D
c. Uji Omnibus Test of Model Coefficients (Uji Simultan)
Tabel 7 Hasil Uji Omnibus Test of Model Coefficients
Omnibus Tests of Model Coefficients

Step
1

Chisquare

df

Sig.

Step

10,987

,027

Block

10,987

,027

Model 10,987

,027

Dari hasil tersebut ternyata Sig sebesar 0,027 yang berarti lebih kecil dari pada
= 0,05, maka menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai
perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba atau Ha 5 diterima.
d. Uji Negelkerke R2 Square
Tabel 8 Hasil Uji Negelkerke R2 Square
Model Summary
270

Step
1

-2 Log
likelihood
38,809a

Cox & Snell R Nagelkerke R


Square
Square
,263

,351

a. Estimation terminated at iteration number 5


because parameter estimates changed by less than
,001.

Hasil tabel diatas terdapat -2 Log Likelihood sebesar 38,809 dan hasil perhitungan
koefisien Negelkerke R2 sebesar 0,351 yang menunjukkan bahwa variabel independen
hanya mampu menjelaskan 35,1 % variabilitas variabel dependen sedangkan sisanya 64,9
% menjelaskan oleh variabel lainnya atau faktor lainnya diluar model penelitian ini
seperti struktur kepemilikian, jenis usaha, Devident payout, opini auditor, inventory turn
over, dan lain lain.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik
perataan laba. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh hasil uji Wald ( Uji Parsial) dimana
nilai signifikansi variabel sebesar 0,444 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha1
ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suwito & Herawaty(2005)
dan Yudi Astuti (2012), tetapi tidak konsisten dengan penelitian Budi Asih yang
dikutip dalam penelitian Yudi Astuti (2012).
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba, hal
ini dapat dibuktikan dengan hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi
variabel sebesar 0,467 lebih besar dari = 0,05 yang berarti Ha2 ditolak. Hasil ini
konsisten dengan penelitian Salno Baridwan, Jatingrum dan Suwito & Herawaty yang
dikutip dalam penelitian Suwito & Herawaty (2005), dan sebaliknya penelitian ini
tidak sesuai dengan Budiasih dan Yudi Astuti yang dikutip dalam penelitian Yudi
Astuti (2012)
3. Hasil dari nilai signifikansi leverage tidak berpengaruh terhadap praktik perataan
laba, hasil tersebut dapat dilihat dari hasil uji Wald (uji parsial) sebesar 0,593 yang
berarti lebih besar dari = 0,05 berarti Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian dan Yudi Astuti namun sebaiknya penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian Ni Luh Putu & Gerianti yang dikutip oleh Yudi Astuti (2012)
dalam penelitiannya.
4. Variabel nilai perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan
laba, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji Wald (uji parsial) dimana nilai signifikansi
sebesar 0,007 lebih kecil dari = 0,05 yang berarti Ha4 diterima. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Dhamar Yudho Aji & Aria Farah Mita (2010).
5. Profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai perusahaan berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap praktik perataan laba. Hal ini dapat dibuktikan
dengan melihat hasil Uji Omnibus Test of Model Coeficcient ( Uji Simultan) dimana
nilai signifikansinya sebesar 0,027 lebih kecil dari = 0,05 yang berarti Ha5 diterima.
Kemampuan variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, dan nilai
perusahaan menjelaskan gejala110
praktik perataan laba sebesar 35,1% dan sisanya
64,9% dijelaskan oleh faktor faktor lain diluar model penelitian.
271

2.

Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dari penelitian, maka saran yang diajukan oleh peneliti
sebagai berikut :
1. Perusahaan farmasi pada penelitian ini terdeteksi banyak yang melakukan perataan laba,
untuk perusahaan sebaiknya tidak melakukan praktik perataan laba karena tindakan
perataan laba merupakan tindakan manipulasi data laporan keuangan perusahaan yang
sangat penting bagi para penggunanya, sehingga tindakan tersebut dapat menyesatkan
para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.
2. Bagi investor dan kreditor sebaiknya harus lebih berhati hati dalam melihat laporan
keuangan suatu perusahaan, investor dan kreditor seharusnya bisa belajar menghitung
indeks eckel, agar perusahaan dapat mengetahui perusahaan perusahaan yang
melakukan perataan laba, sehingga investor dan kreditor tidak tersesat dan salah dalam
mengambil keputusan untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman dana kepada suatu
perusahaan. Sehingga informasi yang didapat investor dan kreditor benar benardapat
dipercaya.
3. Sebaiknya pemerintah harus lebih tegas terhadap perusahaan yang melakukan perataan
laba dengan memberikan sanksi dan denda kepada perusahaan yang melakukan perataan
laba. Dan pemerintah membuat aturan aturan yang lebih ketat tentang laporan keuangan
serta pengungkapan setiap laporan keuangan harus lebih luas dalam hal perataan laba.
4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar sampel perusahaan dan jumlah sampel
perusahaan yang digunakan berbeda dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya agar
mengetahui perusahaan apa saja yang melakukan praktik perataan laba selain perusahaan
farmasi dan hasil penelitian yang didapat lebih akurat.
5. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel yang berbeda dan teknik analisis
yang berbeda dari penelitian ini agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dibandingkan .

DAFTAR PUSTAKA
Aji Dhamar Yudho dan Mita Aria Farah, Pengaruh Profitabilitas, Risiko Keuangan, Niliai
Perusahaan, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Praktek Perataan Laba: Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI, SNA XIII, Purwokerto :
2010
Amanza Arya Hagaganta, Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Income Smoothing) (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2012
Astuti Yudi, Analisa Pengaruh Profitabilitas, Total Assets, Inventory Turnover, Financial
Leverage, Dan Opini Auditor Terhadap Praktik Perataan LabaPada Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2007-2010,Jakarta : 2012
Budiasih Igan, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
Davidparsaorans Blog, Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk, 04
November 2009
Dewinnya-ardiksupriyadi. Blog, proposal.scribd, factor-faktor yang berhubungan dengan
perataan laba
Dewi Ratih Kartika, Analisa Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Praktek Perataan Laba
(Income Smoothing) Pada Perusahaan Manufaktur dan Keuangan Yang Terdaftar Di
BEI (2006-2010), Universitas Diponegoro, Semarang : 2011.
Ghozali Iman dan Chariri Anis, Teori Akuntansi Edisi 3, Badan Penerbit Universitas Diponegoro
: 2007
Harahap Sofyan Syafri, Teori Akuntansi. Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007
H. Sri Sulistyanto, Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakart : 2008
272

H. Sri Sulistyanto, Teori dan Model Empiris Manajemen Laba, Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2008
H. Sutrisno, Manajemen Keuangan (Teori dan Aplikasi), PT. Ekonisia Kampus Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta, Yogyakarat : 2007
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juni 2012, Jakarta : 2012
Kurniawan Mukhlas Deddy, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Surabaya : 2012
Kustono Alwan Sri, Pengaruh Ukuran, Devidend Payout, Resiko Spesifik, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006, Jurnal Ekonomi
Bisnis, Tahun 14, Nomor 3, November : 2009
Martani Dwi, PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS 1 Presentatio of Financial
Statement, Departemen Akuntansi FEUI.1
Mursalim, Income Smoothing Dan Motivasi Investor Studi Empiris Pada Investor Di BEJ,
Universitas Muslum Indonesia : 2005
Ningsih Kurnia, Faktor Faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Harga Saham Pada
Perusahaan Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia, Universitas
Pembangunan Nasional, Jakarta : 2011
Rahmawati Apriliana Nuzul, Analisis Kebijakan Hutang Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan ManufakturYang Terdaftar Di BEI Periode 2006-2010,
Universitas Diponegoro : 2012
RR Sri Handayani & Agustono Dwi Rachadi, Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba, Program Magister Ilmu Akuntansi Universitas Diponegoro, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi Vol II No.1, : 2009
Rastilla May Prasetya, Deteksi Perataan Laba Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi (Studi
Kasus PT. Excelcomindo Pratama Tbk Dan PT. Indonesian Satellite Corpooration,
Tbk), Universitas Narotama, Surabaya : 2010
Ratnasari Dhiar, Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007 2010,
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro : 2012
Statistik Nonparametrik ; Aplikasi Dalam Bidang Sosial Ekonomi Pertanian, BAB 1 Statistik
Parametrik dan Nonparametrik.
Sugiono Arief, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan, Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta : 2009
Suranta Eddy dan Merdistusi Pratana Puspita, Income Smoothing, Tobins Q, Agency Problems
dan Kinerja Perusahaan, SNA VII Denpasar, Bali : 2004
Suwito Edy dan Herawaty Arleen, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdafter Di Bursa
Efek Jakarta, SNA 8 Solo : 2005
Taman Abdullah dan Nugroho Bily Agung, Determinan Kualitas Implementasi Corporate
Governance Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode
2004-2008, Universitas Negeri Yogyakarta : 2012.
Valentine, Analisis Pengaruh Perataan Laba (Income Smoothing), Debt Ratio, Total Assets
Terhadap Ekspektasi Laba Masa Depan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri
Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Berdasarkan Tahun 20082009), Jakarta : 2012
Yadiati Winwin, Teori Akuntansi, PT Kencana Prenada Media Group, Jakarata : 2007
Zulkarnaini, Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Jenis Industri Terhadap Praktek Perataan Laba
Pada Perusahaan Go Public Di Indonesia, Journal Ichsan Gorontalo Vol 2 No 1
Februari April, Gorontalo : 2007
273

PENGARUH ASIMETRIS INFORMASI TERHADAP PRAKTIK


MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI OTOMOTIF &
KOMPONENNYA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) PERIODE 2009 2011
Emi Karina
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
(miieonly.oupz@gmail.com)
ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik
Manajemen Laba pada industri otomotif & komponennya yang terdaftar Bursa Efek
Indonesia (BEI) dengan periode selama 3 tahun, (2009-2011). Pengukuran menggunakan
metode analisis data yang terdiri dari: uji kulitas data, uji normalitas data, uji asumsi klasik,
uji statistik deskriptif, dan analisis regeresi sederhana.
Data penelitian ini menggunakan 12 industri otomotif dengan menggunakan metode
sampling jenuh. Asimetris Informasi diukur dengan relative bid-ask spread sebagai variabel
independen, dan Manajemen Laba diukur dengan DACC (discretionary accrual)
menggunakan modified jones model sebagai variabel dependen. Analisis dalam penelitian
ini menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan tingkat signifikansi 5%,
kesimpulan pengujian diambil berdasarkan hasil uji F.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan Asimetris Informasi tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap Manajemen Laba dengan nilai signifikan 0,335 > 0,05. Hal ini
mengidentifikasi bahwa adanya kemungkinan investor tidak bersifat rasional, setra ada
kemungkinan manajemen tidak berupaya dalam memaksimalkan utilitasnya.
Kata Kunci : Asimetris Informasi, Manajemen Laba.

PENDAHULUAN
Masalah agensi telah menjadi bahasan yang sangat menarik untuk diteliti oleh para
peneliti di bidang akuntansi keuangan. Menurut Andika Wisnumurti, yang di kutip dari Jensen
dan Meckling menyatakan bahwa hubungan keagenan sebagai suatu kontrak antara manajer
selaku agent dengan pemilik sebagai principal perusahaan. Principal memberikan
kewenangan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan
principal. Manajer selaku agent mengetahui informasi internal lebih banyak mengenai
perusahaan dibandingkan dengan principal, sehingga manajer harus memberikan informasi
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan oleh manajer
274

terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena manajer cenderung
untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya. Keadaan yang seperti ini dikenal
dengan asimetri informasi yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan praktik manajemen laba (earning management) Richardson, dalam Andika
Wisnumurti .
Asimetri informasi yang terjadi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal)
memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu demi memperoleh
keuntungan pribadi menurut Ujiyanto, yang dikutip oleh Andika Wisnumurti. Asimetri
informasi inilah yang kemudian menjadi pemicu munculnya praktik manajemen laba di
perusahaan. Asimetri informasi ini dapat dikurangi dengan cara transparansi dalam
penyampaian laporan keuangan terhadap principal.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui secara empiris asimetris informasi pada industri otomotif di Bursa
Efek Indonesia tahun 2009-2011.
2. Untuk mengetahui secara empiris praktik Manajemen Laba pada industri otomotif di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
3. Untuk mengetahui secara empiris pengaruh sigifikan antara Asimetris Informasi terhadap
Manajemen Laba pada industri otmotif di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011.
KAJIAN TEORI
1. Teori Keagenan
Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau
lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut
principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada
agent, hal ini dapat pula dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada
agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah
disepakati. Wewenang dan tanggung jawab agent maupun principal diatur dalam kontrak
kerja atas persetujuan bersama. Menurut scoot, yang dikutip oleh Ni Ketut Mualiati
menyatakan bahwa perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja
antara perusahaan dengan para manajernya dankontrak pinjaman antara perusahaan
dengan krediturnya. Dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki
informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal di sisi lain,
sehingga menimbulkan adanya asimetry information. . Informasi yang lebih banyak
dimiliki oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan- tindakan sesuai dengan
keinginan dan kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya.
2. Manajemen Laba
Manajemen Laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal
dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan salah satu
faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, Manajemen Laba
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen laba
275

adalah intervensi manajemn terhadap laporan keuangan, yang berupa pilihan yang
dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan
dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan/maksud tertentu,
sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan.
Faktor- faktor Pendorong Manajemen Laba
Positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya
manajemen laba menurut Watt dan Zimmerman, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati
yaitu:
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metoda akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu
bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan
earnings lebih banyak menggunakan metoda akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
2. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung
memilih metoda akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba menurut
Sweeney , yang dikutip oleh Rahwati. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam
pandangan pihak eksternal.
3.
Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut
memilih metoda akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan
laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan
peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Teknik Manajemen Laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Naim, yang dikutip oleh Ni
Ketut Mulaiti menyatakan bahwa ,dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
1. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi
akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu
depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi,
dan lain-lain.
2. Mengubah metoda akuntansi
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh
: merubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka tahun ke
metoda depresiasi garis lurus.
3. Menggeser perioda biaya atau pendapatan.
Contoh rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada
perioda akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai
periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman produk ke pelanggan,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.
Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba
Menurut Richardso, yang dikutip oleh Ni Ketut Muliati, menunjukkan bukti
hubungan antara ketidakseimbangan informasi dengan manajemen laba. Hipotesis yang
diajukan adalah bahwa tingkat ketidakseimbangan informasi akan mempengaruhi tingkat
276

manajemen laba yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Hasil penelitian Richardson
menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara ukuran ketidakseimbangan
informasi (bid-ask spreads dan analyst forecast dispersion) dan manajemen laba setelah
mengendalikan faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, seperti variabilitas
aliran kas, ukuran, risiko, dan pengungkapan keuangan perusahaan.
Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott yang dikutip oheh Ni Ketut Muliati, menyatakan bahwa
dapat dilakukan dengan cara:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan
melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga
jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan
mengambil laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan
untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola
ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
3. Discretionary Accrual
Model jones dimodifikasi (modified jones model) merupakan modifikasi dari Jones
yang didesain untuk mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang
bisa salah dari model Jones untuk menentukan discreationary accrual ketika discreation
melebihi pendapatan. Model ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi
karena dinilai merupakan model yang balik dalam mendeteksi Manajemen Laba dan
memberikan hasil paling robust.
Sama halnya model Manajemen Laba berbasis aggregate accruals yang lain model
ini menggunakan discreationary accrual sebagai proksi Manajemen Laba. Kelebihannya,
model ini memecah total akrual menjadi empat komponen utama akrual, yaitu
discreationary current accruals, discreationary long-term accruals, nondiscreationary
current accruals, dan nondiscreationary long-term accruals. Discreationary current
accruals dan discretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva
lancar (current assets), sedangkan nondiscreationary current accruals dan
nondiscretionary long-term accruals merupakan akrual yang berasal dari aktiva tidak
lancar (fixed assets).
4. Asimetris Informasi dan Teori Bid-Ask Spread
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses
informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Agency
theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer (agen) dalam hal ini
adalah pihak bank-bank komersial/umum dengan pemilik (prinsipal) yaitu Bank
Indonesia.
277

Menurut Ika Kurnaini yang dikutip dari penelitian Jensen dan Meckling
menambahkan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orangorang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk
meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan
prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tepat bagi agen
dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang.
Ada dua tipe Asimetris Informasi yaitu : adverse selection dan moral hazard
a. Adverse Selection
Adverse selection adalah jenis asimetri informasi dalam mana satu pihak atau lebih
yang melangsungkan/akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain.
b. Moral Hazard
Moral hazard adalah jenis Asimetri Informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha atau transaksi usaha
potensial dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelisaian transaksitransaksi mereka sedangkan pihak-pihak lainnya tidak.
Teori Bid-Ask Spread
Literatur mikrostrukstural mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu
komponen spread yang turut memberikan kontribusi terhadap kerugian yang dialami
dealer ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kos pemrosesan pesanan (order processing cost), terdiri dari biaya yang dibebankan
oleh pedagang sekuritas (efek) atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian
dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas
guna menyelesaikan transaksi.
2) Kos penyimpanan persediaan (inventory holding cost), yaitu kos yang ditanggung oleh
pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan
sesuai dengan permintaan.
3) Adverse selection component, menggambarkan suatu upah (reward) yang diberikan
kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan
investor yang memiliki informasi superior. Komponen ini terkait erat dengan arus
informasi di pasar modal.
Berkaitan dengan bid-ask spread, fokus perhatian akuntan adalah pada komponen
adverse selection karena berhubungan dengan penyediaan informasi ke pasar modal.
Pembahasan lebih lanjut mengenai spreads dikemukakan oleh menurut Cohen
dkk dalam Ika Kurnaini . Menekankan bahwa riset mengenai kos transaksi/kos
kesegeraan (immediacy cost) harus membedakan antara spread dealer dan spread pasar.
Ia menjelaskan bahwa spread dealer untuk suatu saham merupakan perbedaan harga bid
dan ask yang ditentukan oleh dealer secara individual ketika ia hendak
memperdagangkan saham tersebut, sedangkan spread pasar untuk suatu saham
merupakan perbedaan harga bid tertinggi dan ask terendah diantara beberapa dealer yang
sama-sama melakukan transaksi untuk saham tersebut. Berdasarkan perbedaan tersebut,
maka spread pasar dapat lebih kecil dibandingkan dengan spread dealer.
METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Dalam model analitis manajemen laba, Due (1988) dan Trueman & Titman (1988),
278

yakin bahwa asimetri informasi sebagai keadaan untuk manajemen laba. Dye (1988)
berasumsi terdapat tumpang tindih didalam pemilik. Pemegang saham penjualan
menginstruksikan manajemen untuk mengikuti beberapa strategi manajemen laba untuk
menciptakan impress yang menguntungkan dalam grup pembelian. Dalam model ini,
manajer mengetahui sesuatu tentang earnings yang pemegang saham tidak
mengetahuinya. Diasumsikan propietory cost dari pengungkapan, peraturan akuntansi
dan institusi lain dan pemaksaan kontrak mengusulkan terdapat hambatan komunikasi
antara manajemen dan pemegang saham. Asimetri informasi tidak terhambur sepanjang
waktu karena bentuk informasi yang terhalang tidak dapat dieliminasi oleh perubahan
perjanjian kontrak (Schipper, 1989).
Gambar 1 Model Penelitian
SPREAD
D

DACC

2. Hipotesis Penelitian
Ho1: Asimetris Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap praktik
Manajemen Laba
3. Pengumpulan Data
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan teknik sampling jenuh, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut atau teknik sampel bila semua anggota dijadikan sebagai sampel.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), periodisasi populasi penelitian ini mencakup data tahun 2009-2011.
4. Metode Analisis Data
Langkah-langkah metode analisis data adalah sebagai berikut :
a. Uji Kualitas Data
Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang
diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat
dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan
persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji
kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen
dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan
pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai
signifikan diatas 5% atau >0,05.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas untuk mengatahui apakah dalam model regresi ada
kesamaan atau ketidaksamaan varian antara satu pengamatan dengan pengamatan
yang lain. Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku
koefisien regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang
salah dan koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu
279

besar. Cara mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik


yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data
yang berdekatan. Autokorelasi adalah korelasi antara serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross sectional). Cara
mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui angka D-W
adalah apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka 2, maka dapat
dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi dan
sebaliknya.
3) Uji Hipotesis
Menggunakan regresi linier sederhana digunakan untuk menguji apakah ada
pengaruh secara simultan antara variabel independen yaitu Asimetris Informasi
terhadap variabel dependen yaitu Manajemen Laba (Y) . Dasar pengambilan
keputusan :
a) Jika sig < 0,05 maka Ha diterima.
b) Jika Sig > 0,05 maka Ha ditolak.
Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan regresi sederhana persamaan
regresinya adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1+e

Dimana :
Y
= Manajemen Laba
a
= Konstanta/ Intercept Persamaan Regresi
b1
= Koefisien regresi variabel independent
= Asimetris Informasi
e
= Koefisien error
Besarnya proporsi variasi dependen yang dijelaskan oleh variabel independen
dapat dilihat dari koefisien determinasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan perhitungan Manajemen Laba dengan Model jones
dimodifikasi (modified jones model), yaitu discreationary current accruals, discreationary
long-term accruals, nondiscreationary current accruals, dan nondiscreationary long-term
accruals. Lalu mencari Asimetris Informasi yaitu selisih antara harga tertinggi saham dan
terendah saham, lalu diregresikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
price,trans, var,depth lalu hasil yang didapatkan ADJSPREAD.
280

1. Uji Persyaratan Analisis Regresi


a. Uji Kualitas Data
Tujuan dari uji kualitas data adalah agar besaran atau koefisien statistik yang
diperoleh benar-benar merupakan penduga parameter yang memang dapat
dipertanggung jawabkan atau akurat. Sehingga, koefisien statistik tidak bias dan
persamaan regresinya dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi. Uji
kualitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi variabel dependen
dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak dengan menggunakan
pendekatan kolmogorov-smirnov. Data berdistribusi normal apabila mempunyai
signifikan diatas 5% atau >0,05.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Heteroskedastisitas
Dari hasil uji heteroskedastisitas yang sudah di outlier dapat dilihat bahwa titik
titik tidak menyebar pada gambar. Hal ini menjelaskan bahwa hasil uji
heteroskedastisitas tersebut menunjukan bahwa data tersebut tidak terjadi
heteroskedastisitas. Karena menurut Wolfowitz merupakan orang yang pertama
kali menggunakan uji nonparametrik, menggungkapkan metode statistik
nonparametrik merupakan metode statistik yang dapat digunakan dengan
mengabaikan asumsi-asumsi yang melandasi penggunaan metode statistik
parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.

2) Uji Autokorelasi
Dari hasil uji autokorelasi yang sudah dioutlier tersebut dapat terlihat, nilai
Durbin-Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,753. Nilai tersebut
terletak diantara dU (1,5136) dan 4-d U = 2,4864 , maka persamaan dari
uji Durbin-Watson ini yaitu 1,5136 < 1,753 < 2,4864. Dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian ini.
2. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini, Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Serta Pengujian ini
digunakan untuk membuktikan apakah koefisien regresi tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan atau apakah terdapat pengaruh secara simultan antar
variabel independen yaitu Asimetris Informasi (X1), terhadap variabel dependen
yaitu Manajemen Laba (Y).
a) Jika Sig < 0,05, maka Ha diterima
b) Jika Sig > 0.05, maka Ha ditolak
a. Pengaruh Secara Simultan Antara Asimetris Informasi Terhadap Manajemen
Laba
281

Adapun hasil output pengujian secara simultan dari aspek-aspek variabel


independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:
Tabel 1Hasil Uji Regresi
Model

Unstandardized Coefficients

B
Std. Error
-13309127172,998
2009597542,601
(Constant)
1
ADJSPREAD
-31569148290,914 32277929808,935
a. Dependent Variable: DACC

Standardized
Coefficients
Beta
-,170

Coefficients
t

Sig.

-6,623

,000

-,978

,335

1) Hipotesis
Ho1 :Tidak terdapat pengaruh positif signifikan antara Asimetris
Informasi terhadap Manajemen Laba.
Ha1 :Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Asimetris
Informasi terhadap Manajemen Laba.
Maka :
Ho1 ditolak
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikann Asimetris Informasi
terhadap Manajemen Laba. Hal ini dikarenakan nilai signifikan 0,335 >
0,05.
Adapun Persamaan Regresi linier sederhana dapat disajikan sebagai berikut:
Y = -13.309.127.172,998 - 31.569.148.290,914 + e
Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Dari persamaan regresi berganda tersebut diketahui nilai konstanta sebesar
-13.309.127.172,998. Hal ini menunjukan bahwa jika variabel independen
dalam keadaan tetap atau bernilai 0 , maka perusahaan melakukan
manajemen
laba
dengan
cara
menurunkan
laba
sebesar
13.309.127.172,998.
2. Koefisien regresi b1, adalah negatif sebesar - 31.569.148.290,914 untuk
Asimetris Informasi, yang berarti apabila variabel Asimetris Informasi
naik sebesar 1 atau setiap penambahan 1 maka akan menurunkan
Manajemen Laba sebesar - 31.569.148.290,914.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya meneliti pengaruh Asimetris Informasi terhadap praktik
Manajemen Laba, ini merupakan salah satu dari dampak Manajemen Laba.
Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel independ
lainnya seperti ukuran perusahaa, corporate governance, kinerja masa datang, dan
lain-lain, sehingga untuk dapat mengetahui lebih banyak lagi faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi Manajemen Laba itu sendiri. Disamping itu penelitian ini
juga mengandung kelemahan seperti, jumlah sampel yang sedikit.
4. Implikasi Bagi Penelitian Berikutnya

282

Karena beberapa kelemahan penelitian ini, maka diharapkan pada penelitian


selanjutnya perlu dimasukkan faktor-faktor atau variabel-variabel lain serta
menambah jumlah sampel penelitian. Serta untuk menghitung Manajemen Laba
menggunakan Modified Jones Model, sebenarnya masih banyak cara untuk
mendeteksi Manajemen Laba, seperti model Healy.model De Angelo, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Andika Wisnumurti, Analisis Pengaruh Corporate Goverance terhadap hubungan
Asimetris Informasi dengan praktik Manajemen Laba, Skripsi, 2010.
Aprillia Yunita Sari, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba di Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di BEI, Skripsi ,
2010.
Dwi Retno Wahyuningsih, Hubungan Praktik Manajemen Laba Dengan Reaksi pasar Pasar
Pengumumuman Informasi Laba Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Jakarta,

Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi, 2007.


Eva Andriani, Pengaruh Rasio Probabilitas, Rasio Solvabilitas, dan Risiko Sistematis
terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Mnaufaktur yang Terdaftar di BEI,
Skripsi,2011.
Ika Kunaini, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufkatur yang Terdapat di BEI, Skripsi, 2009.
Ikatan

Akuntansi

Indonesia,

Standar

Akuntansi

Keuangan,

Salemba

Empat,

Jakarta,2002.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan ,Cetaka Pertama, Ikatan Akuntan
Indonesia, 2012
J. Supranto,M.A, Statistik, Erlangga, Jakarta,2001.
Ni Ketut Muliati, Pengaruh Asimetris Informasi dan Ukuran Perusahaan pada Praktek
Manajemen Laba di Perusahaan Perbangkan yang ada di BEI, Tesis, 1998.
Rahmawati dkk, Pengaruh Asimetris Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba
Pada Perusahaan Perbangkan Publik Yang Terdaftar di BEJ, Jurnal Simponsium
Nasional Akuntansi XII ,2006.
Sulistyanto Sri, Manajemen Laba, Grasindo , Jakarta, 2008.
______________,2007. Statistik Nonparametrik Aplikasi Dalam Bidang Sosial

Ekonomi

Pertanian. http//www.google.co.id
283

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENDAPATAN ( STUDI KASUS PADA PT. PURNA
BAJA HARSCO )

Gumarang Ade Himawan


Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
gugum_240391@yahoo.com

ABSTRAK
PT.Purna Baja Harsco sebagai satu perusahaan joint venture antara perusahaan local (PT.Purna
Sentana Baja) dengan Harsco (Amerika) yang berada dikawasan Industri Cilegon sebagai
perusahaan jasa pendaur ulang limbah baja dari proses peleburan besi baja PT. Krakatau Steel,
tidak luput dari pengaruh dunia usaha sehingga tingkat pendapatan, rentabilitas dan net profit
margin berfluaktif.
Dari hasil analisa, Pendapatan dan Biaya PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 pendapatan
sebesar -11,02% dan biaya operasional sebesar 44,08%, tahun 2009 pendapatan sebesar 16,91% dan
biaya operasional sebesar 14,22%, tahun 2010 pendapatan sebesar 11,31% dan biaya operasional
sebesar 13,43%, tahun 2011 pendapatan sebesar -2,20% dan biaya operasional sebesar 7,53%, tahun
2012 pendapatan sebesar 0,85% dan biaya operasional sebesar 10,37%, dapat disimpulkan bahwa
pendapatan dan biaya perusahaan kecenderungan berfluaktif
Dari hasil analisa, Rentabilitas PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun
2009 sebesar 46,89%, tahun 2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar
9,06%, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas perusahaan kecenderungan fluktuatif dan menurun.
Dari hasil analisa, Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco untuk tahun 2008 sebesar 22,09%,
tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010 sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012
sebesar 7,35%, dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin perusahaan kecenderungan fluktuatif
dan menurun.
Atas kecenderungan menurunya rentabilitas dan net profit margin tersebut, sebaiknya perusahaan
menambah atau mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan dengan menekan biaya
produksi seminimal mungkin dan mencari alternative untuk tidak bergantung pada PT. Krakatau
Steel.
Kata kunci : Pendapatan dan Biaya, Rentabilitas, Net Profit Margin,

PENDAHULUAN
Dalam persaingan bisnis yang ketat, inovasi teknologi yang semakin maju dan era globalisasi
pada abad ini, memaksa perusahaan-perusahaan untuk mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya.
Perubahan strategi bisnis diperlukan agar perusahaan-perusahaan dapat terus bertahan. Perusahaan
tidak hanya berfokus pada aset dan finansial yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based
business), inovasi teknologi juga perlu dikembangkan.
Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap. Secara umum, dibutuhkan aset lancar yang teratur
dan permanen untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Begitu pula dengan aset tetap,
284

aset ini juga begitu penting bagi kegiatan produksi karena tanpa adanya peralatan, mesin, bangunan,
kendaraan dan tanah, tidak akan ada kegiatan produksi dalam industri manufaktur.
Tidak hanya aset yang berperan dalam penciptaan nilai dalam perusahaan. Finansial sebagai
sumber pendanaan perusahaan juga memiliki peran yang penting bagi kehidupan perusahaan. Dari
sudut pandang kreditor, finansial adalah jumlah pinjaman yang tertanam diperusahaan. Semakin baik
kinerja perusahaan di mata kreditor maka semakin tinggi tingkat kepercayaan kreditor untuk
meminjamkan dananya kepada perusahaan. Selain dari sudut pandang kreditor, finansial juga dapat
dilihat dari sudut pandang pemegang saham. Para pemegang saham akan menanamkan investasinya
pada perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Bagi pihak manajemen, penilaian kinerja keuangan
perusahaan akan mempengaruhi dalam penyusunan rencana perusahaan yang akan diambil untuk
masa depan demi kelangsungan hidup perusahaan
Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap
prestasi yang dapat dicapai atas tujuan perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola aset, dan
finansial diyakini mampu menciptakan menciptakan keunggulan bersaing dengan melakukan inovasi,
penelitian dan pengembangan yang akan bermuara terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan yang baik dapat dinilai dari sejauh mana perusahaan mengelola modal
sendiri secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal
atau pemegang saham perusahaan. Dan seberapa baik atau mampu perusahaan dalam mengoptimalkan
modal untuk menghasilkan pendapatan. Kinerja pasar juga menggambarkan kinerja perusahaan yang
menunjukan keefektifan, presentasi atau keatraktifan pasar suatu produk perusahaan.
PT. Purna Baja Harsco merupakan salah satu industri Join Venture yang berada di kawasan
industri Cilegon sebagai perusahaan jasa penampung limbah yang dihasilkan oleh PT. Krakatau Steel,
belakangan ini tingkat pendapatan mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Penurunan tingkat pendapatan perusahaan ini harus segera diatasi agar dapat kembali ditingkatkan
guna menunjang kelangsungan hidup perusahaan. Penurunan pendapatan ini berdampak pada kinerja
perusahaan, sehingga tidak ada investor yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Faktor eksternal juga bisa mempengaruhi perubahan pendapatan seperti kalah saingnya
penjualan baja di pasar dikarenakan perdagangan bebas sudah masuk di Indonesia sehingga baja dari
luar harganya lebih murah dibandingkan harga didalam negeri.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dibuatlah penelitian tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan pendapatan terhadap kinerja perusahaan ( Studi kasus terhadap
PT. Purna Baja Harsco )

Identifikasi dan Pembatasan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang dia atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Perubahan pendapatan pada perusahaan dengan akibat yang dipengaruhinya.
b. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan itu sendiri seperti menambah atau
mengganti peralatan untuk meningkatkan pendapatan.

2. Pembatasan Masalah
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mecoba membatasi permasalahan mencakup terjadinya
perubahan pendapatan periode 2007 - 2012 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
faktor internal dan faktor eksternal.

Rumusan Masalah
Seperti yang telah di uraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor internal?
2. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal?
3. Seberapa besar pengaruh pendapatan terhadap faktor eksternal dan faktor internal ?
285

Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor internal.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan pendapatan terhadap faktor eksternal
dan faktor internal.

2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak
diantaranya :
a. Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi penting sebagai
bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan.
b. Penulis
Pelaksanaan penelitian dan hasilnya diharapkan berguna bagi penulis sebagai wahana
pengembangan teori, kelengkapan wawasan dan pengetahuan intelektual serta
bertambahnya pengalaman dibidang kajian ilmiah.
c. Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan dan kajian
lebih lanjut dibidang keuangan dimasa yang akan datang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pendapatan
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha dapat merupakan bagian dari perwujudan
prestasi yang dicapai sesuai dengan didirikannya perusahaan yaitu memperoleh laba. Laba
dapat diperoleh jika pendapatan lebih besar dibanding dengan biaya operasi yang
dikeluarkan. Dengan demikian pendapatan adalah salah satu faktor yang teramat penting
dalam menjalankan usaha. Tanpa adanya pendapatan, perusahaan mustahil dapat tumbuh dan
berkembang.
Mengenai pendapatan dapatlah diberikan pengertian menurut sumber sebagai berikut:
Menurut Sofyan Syafri Harahap, pendapatan didefinisikan sebagai berikut:
suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan kegiatan utama
yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan lebih lanjut bahwa pendapatan
sebagai nilai pendapatan yang diterima baik dengan cara tunai maupun kredit sebagai akibat
adanya transaksi dari pihak penjual dan pembeli.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan
Pendapatan suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor
tersebut sebagai berikut:
a. Skala Produksi Yang dicapai
b. Besar kecilnya perusahaan
c. Harga
d. Tingkat Bunga
286

e. Resiko usaha

Laporan keuangan
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
sebagai alat komunikasi yang berkaitan erat dengan bidang akuntansi secara umum, dalam
arti kata bahwa laporan keuangan disajikan untuk semua pihak yang memiliki kebutuhan dan
kepentingan dalam suatu transaksi ekonomi. Pihak pihak yang berkepentingan tersebut
adalah pemilik, kreditur, investor, calon investor, karyawan, lembaga pemerintah, dan
masyarakat umum.
Menurut Efraim Ferdinan Giri, laporan keuangan didefinisikan sebagai berikut:
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur mengenai posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi
Ada tiga laporan keuangan dasar yang biasa digunakan untuk menggambarkan
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan yaitu neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.
Neraca memberikan gambaran mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik
perusahaan untuk periode tertentu. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan bersih
dari kegiatan operasi perusahaan selam periode tertentu. Laporan arus kas menggabungkan
informasi dari neraca dan laporan laba rugi utnuk menggambarkan sumber penggunaan kas
selama periode tertentu dalam sejarah hidup perusahaan.
1. Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
Sedangkan berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan, laporan keuangan
disusun dengan maksud :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahaan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pemakai. Akan tetapi, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan
untuk menyediakan informasi non keuangan.
Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip
akuntansi pada umumnya, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi
keuangan.
Para pengguna laporan keuangan memerlukan informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang hubungan dan ketergantungan bank terhadap berbagai pihak seperti
pihak lain, pelaku pasar uang lainya dan penyimpanan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan konsep biaya perolehan dan akrual, kecuali
untuk efek-efek diperdagangkan, obligasi rekapitilasi diperdagangkan dan tersedia untuk
dijual dan tagihan.
287

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan cirri yang membuat informasi
dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi para pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan,
karakteristik kualitatif laporan keuangan meliputi:
a. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami. Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan
memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi
serta kemauan untuk mempelajari informasi yang dibutuhkan dengan ketekunan yang
wajar.
b. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengkoreksi hassil evaluasi mereka dimasa lalu.
c. Dapat Diperbandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasikan kecendrungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus
dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan serta perubahan posisi keuangan secara relative. Untuk memenuhi kualitas
tersebut, maka pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar
periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dijelaskan melalui arti masing-masing kata. Analisis yaitu
menguraikan suatu unit menjadi berbagai unit yang lebih kecil. Sedangkan laporan keuangan
adalah neraca, laporan laba, arus kas, dan dana. Dengan menggabungkan dua pengertian ini,
maka analis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan mejadi unit
informas yang lebih kecil dan melihat hubungannya bersifat signifikan atau mempunyai
makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam
proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Ada dua metode analisis yang dapat digunakan yaitu:
1. Analisis Horizontal
Analisis horizontal yaitu analsis dengan mengadakan perbandingan laporan
untuk beberapa periode sehinggga dapat diketahui perkembangannya.

keuangan

2. Analisis Vertical
Analisis Vertical dilakukan apabila laporan keuangan yang dianalsis hanya meliputi satu
periode, yaitu dengan cara membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya
dalam laporan keuangan tersebut sehuingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau
hasil operasi pada periode itu saja.
288

Metode analisis horizontal adalah metode analsis yang dilakukan dengan cara
membadingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui
perkembangan dan kecenderungannya. Disebut analisis horizontal karena anlisis ini
membandingkan pos yang sama untuk periode berbeda. Teknik analsis yang termasuk pada
metode ini antara lain analsis perbandingan analis trend (index), analisis sumber dan
penggunaan dana.
Metode anasisli vertical adalah metode analiss yang dilakukan denga cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan
antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun
(periode) yang sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara lain
analsis prosentase per komponen (Common Size), analisis rasio dan analisis impas.
Kondisi Keuangan Perusahaan
Hasil akhir dari analisa laporan keuangan yaitu mengetahui bagaimana kondisi keuangan
suatu perusahaan. Secara umum kondisi keuangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
apakah perusahaan dalam kondisi yang baik dimana perusahaan akan terus beroprasi dan
mempertahankan kelangsungan aktivitasnya (going concern) atau perusahaan dalam kondisi
yang tidak sehat (sedang menuju kebangkrutan).
Asumsi going concern
Going concern merupakan kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern
maka suatu entitas dianggap mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka
panjang atau tidak akan diliquidasi dalam jangka pendek.
Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan
operasinya dan memenuhi kewajibanya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan
memenuhi kewajibanya dengan menjual asset dalam jumlah besar, perbaikan operasi yang
dipaksakan dari luar, merestrukturasi hutang, atau dengan kegiatan serupa lain, hal demikian
akan menimbulkan keruguan besar terhadap going concern perusahaan.
Rasio Keuangan
Sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi perusahaan yang
disajikan melalui pengukuran laba dan komponennya. Laba perusahaan diperlukan untuk
kepentingan kelangsungan hidup perusahaan dan ketidakmampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba akan menyebabkan tersingkirnya perusahaan dari perekonomian. Untuk
memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional
ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan
tercantum di dalam neraca. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat
ditunjukkan oleh rasio keuangan.
Selain menilai kondisi kinerja perusahaan dengan melakukan analisis rasio keuangan
serta pengolahan yang baik, maka ada satu alat pengukur untuk mengetahui profitabilitas
perusahaan serta nilai perusahaan dimata pemegang saham, berapa besar perusahaan
memberikan keuntungan dalam bentuk deviden kepada pemegang saham. Pengukuran
profitabilitas perusahaan diukur dari kinerja perusahaan dalam satu periode waktu.
Profitabilitas ini diukur oleh satu alat yang sudah digunakan secara universal, yakni Return
On Investemnt (ROI).
ROI mengaitkan pendapatan dengan modal modal yang ditanam (Total Asset). ROI
memberikan standard untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dalam hal ini efisiensi dari
perusahaan dalam mengelola setiap rupiah yang ditanamkan dalam aset perusahaan dananya
dari pemilik saham atau dari kreditur.
289

Perhitungan ROI diukur dengan menggunakan rumus:

ROI

Laba Operasi
= ------------------ x 100% = . %
Jumlah harta yang tertanam
Dalam perusahaan

Penilaian ini masih kurang komprehensif, karena hanya memberikan nilai keuntungan yang
dapat dicapai oleh perusahaan dari total assetnya. Masalahnya kita ingin mengetahui tiap
rupiah yang ditanamkan dalam perusahaan, berapa keuntungan yang dicapai, selain itu kita
juga menginginkan penjelasan mengenai apa saja yang terkait didalamnya.
Dalam rasio diatas, kita tidak mengetahui bagaimana perputaran aset dan profitabilitas
yang dapat dihasilkan atas aset itu. Penanaman dana yang berlebihan pada aset yang tidak
sebanding dengan peningkatan laba merupakan pemborosan dana.

Rasio diatas mengkombinasikan laporan Laba Rugi dan neraca kedalam suatu ukuran
guna pengukuran kinerja perusahaan. Rasio Laba Penjualan menggambarkan profitabilitas
perusahaan atau efisiensi operasi yang lebih jauh lagi menggambarkan berapa rupiah
keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Sebaliknya Perputaran harta
menggambarkan bagaimana perusahaan mengelola asetnya dalam menghasilkan penjualan.
Faktor internal dan eksternal
Faktor internal adalah faktor yang terjadi didalam perusahaan seperti kurangnya
kendaraan, kurangnya orang dilapangan, kurang baiknya manajemen di perusahaan.
Faktor eksternal adalah faktor yang terjadi diluar perusahaan sehingga bisa
menyebabkan konflik didalam perusahaan, seperti adanya persaingan globalisasi sehingga
menyebabkan harga dan kualitas dalam negeri tidak bisa bersaing dengan produk dari luar
sehingga barang dalam negeri tidak bisa terkendalikan karena kalah saing dengan produk
dari luar dengan kualitas dan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk dalam
negeri.
290

Optimalisasi Produksi
Optimalisasi merupakan pendekatan alternatif dengan mengidentifikasi penyelesaian
terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu
fungsi tujuan. Secara umum, optimalisasi merupakan pencapaian suatu keadaan yang terbaik.
Apabila dikaitkan dengan produksi, maka pengertian optimalisasi produksi berarti pencapaian
suatu keadaan terbaik dalam kegiatan produksi. Optimalisasi produksi diperlukan oleh
perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumber daya yang digunakan agar suatu produksi
dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan sehingga
perusahaan dapat mencapai tujuan. Optimalisasi produksi juga bisa diartikan sebagai
penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi
tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku utama, bahan baku penolong, dan tenaga
kerja.
Optimalisasi yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuanya yaitu memperoleh
keuuntungan maksimum, dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
1. Maksimisasi, yaitu optimalisasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasikan
masukan ( biaya ) yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuuntungan maksimum.
2. Minimisasi, yaitu optimalisasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu
dengan menggunakan masukan ( biaya ) yang paling minimal.
Kerangka pikir penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan PT. Purna Baja
Harsco. Untuk mendapatkan data keuangan tahun 2007 - 2012 (laba/rugi). Kerangka pikir
dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

291

METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat : PT. Purna Baja Harsco, yang berlokasi di Jl N2, Cigading, kawasan PT
Krakatau Steel Cilegon, Banten.
2. Waktu
Waktu : bulan april 2012 sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif dan data
kuantitatif. Berikut sumber data tersebut yaitu :
a. Data kualitatif
Secara kualitatif, maksudnya yaitu informasi yang dikumpulkan dari suatu penelitian
yang tidak dapat di uji dengan variabel, seperti : sejarah perusahaan, struktur
organisasi perusahaan, dengan wewenang dan tanggung jawab, serta visi dan misi
perusahaan.
b. Data kuantitatif
Secara kuantitatif, maksudnya informasi dari suatu penelitian adalah berupa data-data
keuangan perusahaan, seperti laporan keuangan, rasio keuangan.
2. Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder (data penelitian yag diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara atau data tersebut sebelumnya telah diperoleh dan
dicatat, oleh pihak lain). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data laporan keuangan
b. Refrensi buku
c. Jurnal-jurnal ekonomi sebagai gambaran penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Riset keperpustakaan
Pengumpulan data melalui riset keperpustakaan dilakukan dengan cara membaca bukubuku literature yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.
2. Riset Lapangan
Riset ini dilakukan untuk memperoleh data yang menyangkut dengan penelitian yang
dilakukan, penelitian dilakukan di PT. Purna Baja Harsco dengan mengambil data yang
diperlukan.
3. Wawancara
Melakukan wawancara pada personalia yang banyak kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan data penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini diperlukan data yang
mendukung penelitian. Dalam menganalisa data tersebut penulis menggunakan beberapa
metode yaitu:
292

1. Deskriptif Kuantitatif
Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu
sehingga hubungan antara suatu variable
dengan variable lainya dapat dinilai
berdasarkan kuantitasnya. Tujuanya adalah agar pembaca dapat memahami permasalahan
dan mengintepretasikan dengan akurat. Analisa kuantitatif dilakukan dengan perhitungan
rasio-rasio yang dibandingkan selama 5 tahun.
2. Metode DuPont
Metode DuPont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia memiliki
cara sendiri dalam menganalisis laporan keuanganya.caranya sebenarnya hampir sama
dengan analisis laporan keuangan biasa, namun pendekatanya lebih integrative dan
menggunakan komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya
Definisi Operasional Variabel
Variable adalah suatu objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti
dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Variablevariabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan
perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen
dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data
keuangan perusahaan.
2. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti
kurangnya kendaraan pada saat dibutuhkan atau kendaraan tersebut sudah tidak layak
jalan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
3. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi kinerja keuagan dari luar perusahaan,
seperti di jaman perdagangan bebas ini Krakatau Steel sudah tidak mampu lagi
memproduksi baja sendiri dikarenakan kalah saing harga, harga baja dari luar lebih murah
dari Krakatau Steel namun kualitas hampir sama sehingga Krakatau Steel harus membeli
baja dari luar negeri otomatis ini berdampak untuk perusahaan Purna Baja Harsco, limbah
yang yang dihasilkan oleh Krakatau Steel tidak lah sebanyak memproduksi sendiri
sehingga mempengaruhi kinerja keuangan dilihat dari sisi factor eksternal.
4. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya,
kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan
kurang penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima
setelah dikurangi pengeluaran.
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk
dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dan juga
pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi perusahaan yang dijual ke publik
melalui saham untuk menarik investor.
293

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


Sejarah Perusahaan
Pada awalnya PT. Krakatau Steel dalam upaya pengadaan bahan berupa Scrap dan
pembersihan sisa-sisa hasil produksinya yang berupa limbah baja itu dikelola oleh
perusahaan itu sendiri, namun karena dalam pengelolaannya dirasakan mengalami kendalakendala atau kesulitan-kesulitan, maka pada tanggal 12 agustus 1983 PT. Krakatau Steel
mendirikan PT. Purna Baja Heckett yang mengkhususkan bergerak pada bidang pengelolaan
dan pembuangan limbah baja tersebut. Yang kemudian diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia yaitu Bapak Soeharto pada tanggal 02 Nopember 1983 dimana perusahaan itu
kepemimpinannya dijabat oleh Bapak Soejoto Sadino dari Indonesia dan kantor pusatnya
berkedudukan di Amerika.
Perusahaan ini merupakan joint venture antara dua negara yaitu antara Negara
Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja (PT. PSB) yang bertempat di Cilegon dengan Harsco
Corporation Amerika Serikat (Harsco). Perusahaan Amerika yaitu Harsco Corporation
memegang sahm sebesar 40% dan perusahaan Indonesia yaitu PT. Purna Sentana Baja
memegang saham sebesar 60%. PT. Purna Sentana Baja adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang perdagangan dan Service yang merupakan badan usaha dari Yayasan Dana
Pensiun PT. Kraktau Steel.. Sedangkan Harsco adalah sebuah perusahaan Internasional yang
bergerak di berbagai bidang yang berpusat di Butler, Pensylvania USA.
Bidang usaha terbesar dari Harsco adalah pelayanan di bidang peleburan baja melalui
anak perusahaannya yakni Hecket Multiserv. Hecket Multiserv beroperasi di 30 negara yang
meliputi 120 lokasi dan merupakan perusahaan terbesar yang beroperasi dalam pelayanan
pabrik peleburan baja di seluruh dunia.
PT. Purna Baja Heckett bekerja berdasarkan Kontrak perjanjian Kerja dengan PT.
Krakatau Steel. Adapun Tujuan didirikannya PT. Purna Baja Heckett ini untuk membantu
PT. Krakatau Steel dalam pengelolaan limbah baja khususnya pada masalah pembersihan
sisa-sisa hasil produksi dan pengadaan bahan scrap yang telah terbuang, yaitu dengan cara
mengambil sisa-sisa hasil produksi dari PT. Krakatau Steel yang berupa Slag, Tundish dan
Scrap yang sudah tidak terpakai lagi, yang kemudian bahan-bahan tersebut diproses oleh PT.
Purna Baja Heckett menjadi produk yang menjadi bahan baku tambahan yang dapat
dipergunakan lagi oleh PT. Krakatau Steel dalam membantu proses produksinya.
Sedangkan lingkup kegiatan PT. Purna Baja Heckett adalah merupakan perusahaan yang
bergerak dalam pengelolaan limbah baja yang berasal dari PT. Krakatau Steel dan kemudian
diolah melalui beberapa aktivitas pemerosesan sehingga menghasilkan produk bahan baku
PT. Krakatau Steel.
Hasil pemerosesan bahan-bahan limbah tersebut menjadi beberapa jenis barang
produksi diantaranya Scrap yang berupa scull yang berasal dari limbah besi, Scullpit yang
berupa limbah baja, sedangkan Tundish berupa balokan besi serta Slag yang berupa batuan
kecil (berupa batu split) yang dapat digunakan untuk pengerasan pada jalan raya, pengurugan
rawa-rawa dan masih banyak lagi kegunaan-kegunaan lainnya
PERUBAHAN NAMA :
HARSCO adalah perusahaan dunia yang bergerak dibeberapa bidang. HECKETT
adalah anak perusahaan HARSCO yg bergerak dalam bidang MILL SERVICE (perawatan
pabrik peleburan baja). PT. PURNA BAJA HECKETT dengan komposisi saham mayoritas
dipegang oleh YAYASAN DANA PENSIUN PT. KRAKATAU STEEL Indonesia dan
minoritas dipegang HARSCO Amerika, untuk tujuan komersial, PT.PURNA BAJA
HECKETT dirubah kepada induk HECKETT menjadi PT.PURNA BAJA HARSCO.
Komersial yang dituju adalah salah satunya pabrik baja KRAKATAU-POSCO yang akan
294

segera dibangun pada saat itu, untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian selama
ini. Nama baru tersebut secara resmi diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2013.
Visi dan Misi Perusahaan
Visi : Memberi Nilai Tambah
Misi
: Memberikan pelayanan secara professional dan aman kepada pelanggan, serta
menghasilkan produk ramah lingkungan dengan mematuhi peraturan dan standar
Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi PT. Purna Baja Harsco merupakan struktur yang membentuk garis
dan staff dasar dari bentuk organisasi ini adalah organisasi yang dilengkapi dengan hubungan
vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal yaitu hubungan wewenang yang
mengalir dari atas ke bawah, selanjutnya membentuk garis dari tingkat yang paling atas
sampai tingkatan yang paling bawah dalam struktur organisainya, sedangkan hubungan
horizontal yaitu hubung mendatar yang bersifat penyelenggaraan bantuan bagi unsure
pimpinan yang disebut staff.

PT. Purna Baja Harsco mempunyai 139 orang karyawan yang dibagi dalam 3 (tiga )
departemen yaitu :
1. Departemen Keuangan dan Administrasi.
2. Departemen Operasi.
3. Departemen Komersial.

295

Masing-masing departemen dipimpin oleh seorang Manager Departemen, dan setiap


Manager Departemen bertanggung jawab pada Presiden Direktur.
1. Manager Keuangan dan Administrasi
membawahi antara lain :
a. Akuntansi
b. Keuangan
c. IT
2. Manager Operasi membawahi antara lain :
a. Operasi
b. Perawatan pabrik dan alat
c. Keteknikan
3. Manager Komersial membawahi antara
lain :
a. Pengembangan SDM
b. Pemasaran dan pengadaan barang

Tugas Pokok Masing-Masing Departemen :


1. Departemen Keuangan dan Adminsitrasi
Tugas utama departemen ini adalah mengurusi semua masalah administrasi, personalia
serta semua urusan keuangan.
2. Departemen Operasi
Departemen ini bertanggung jawab terhadap tugas-tugas operasional sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas pelayanan seharihari terhadap PT. Krakatau Steel.
b. Mengoperasikan semua peralatan
untuk mendukung pelayan maupun
tugas produksi.
c. Melakukan pemerosesan Limbah PT.
Krakatau Steel sesuai ruang lingkup
pekerjaan diatas.
3. Departemen komersial
Departemen ini mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. Melakukan pengembangan sumber
daya manusia di perusahaan.
b.
Memasarkan barang sesuai
kebutuhan yang ada pada PT.
Krakatau Stell atau pada yang
membutuhkanya.
c. Menyediakan barang dan jasa sesuai
dengan kebutuhan.
Ruang Lingkup Pekerjaan
Kegiatan Operasi PT. Purna Baja Harsco yang dilakukan dalam pengolahan limbah
dari proses peleburan PT. Krakatau Steel menggunakan alat yang spesifik antara lain adalah :
296

1. Wheel Loader
berfungsi untuk memuat bahan material sisa-sisa proses peleburan yang akan diolah
kembali di area PT.Purna Baja Heckett.
2. Slag Pot Carrier (Kress)
Berfungsi untuk mengangkut slag pot dari dapur peleburan ke area pemrosesan slag di
site PT.Purna Baja Heckett.
3. Ladle Wrecker
Berfungsi untuk membantu proses desculling yaitu membersihkan di dalam ladle.
4. Excavator
Berfungsi untuk membantu proses Scrap Recovery material sisa peleburan dan memuat
ke Dump Truck dalam kegiatan Scrap Handling.

5. Processing Plant
Berfungsi untuk memproses slag dari slag fresh (bongkahan) menjadi beberapa ukuran
(size distribusi) serta menaikkan kandungan metal (recovery proses).
6. Cutting Equipment
Berfungsi untuk memotong material (Tundish, Skull, Hob) menjadi ukuran yang sesuai
dengan yang diinginkan dan siap dikirimkan ke dapur peleburan.
7. Lowbed
Berfungsi untuk mengankut material (Spill, Skull atau Tundish) yang belum diproses dari
pabrik peleburan ke area site PT.Purna Baja Heckett.
8. Grader
Berfungsi untuk merawat dan merapikan jalan diarea operasi sekitar PT.Purna Baja
Heckett
9. Magnetic Crane
Berfungsi untuk mengolah Spill atau Skull dengan cara mengangkat dan menumbukkan
bola besi keatas material tersebut.
10. Dump Trailer
Berfungsi untuk mengangkut Scrap Recovery dan Scrap Import dari area penumpukan ke
dapur peleburan PT.Karakatau Steel.
11. Dump Truck
Walau sama-sama sebagai alat angkut namun Dump Truck berbeda dengan Dump Trailer
dilihat dari segi pisiknya, Dump Truck antara kepala dan ekor tidak terpisahkan,
sedangkan Dump Trailer antara kepala dan ekor terpisah.
Berfungsi untuk alat angkut dalam proses slag, scrap recovery dan angkutan scrap pada
kegiatan scrap handling.
12. Tangki Penyiraman
Berfungsi untuk melakukan penyiraman secara rutin jalan-jalan di lingkungan operasi
PT.Purna Baja Heckett untuk mengurangi emisi debu.
Sedangkan kaitannya dengan pelayanan terhadap PT. Krakatau Steel adalah sebagai
berikut :
1. Slag Handling
2. Slag Processing
3. Scrap Recovery
4. Scrap Handling
5. Ladle Deskulling
297

Penjelasan secara garis besar pekerjaan-pekerjaan diatas yaitu :


1. Slag Handling
Slag adalah salah satu limbah peleburan baja, yang sering disebut juga kerak baja.
Didalam proses peleburan baja, kotoran-kotoran yang terkumpul dibagian atas tungku
peleburan dapur
PT. Krakatau Steel, kemudian dialirkan ketempat penampungan yang berada dibawah
tungku peleburan. Tempat penampungan slag tersebut dinamakan Slag Pot. Slag yang
ditampung didalam slag pot tersebut masih berupa cairan slag panas dengan temperatur
kira-kira 600 C. Pekerjaan slag handling yang dilakukan olh PT. Purna Baja Harsco
adalah mengangkut slag cair tersebut dari pabrik peleburan ketempat areal pembuangan
yang berlokasi di PT. Purna Baja Harsco. Pengankutan ini dilakukan dengan alat transport
khusus yang dinamakan Slag Pot Carrier.

2. Slag Processing
Slag Processing adalah kegiatan memproses Slag cair setelah dituang dan didinginkan
Kegiatan ini dilakukan pada fasilistas Metal Recovery Plant. Tujuan dari kegiatan ini
adalah memisahkan antara bahan-bahan yang masih mengandung besi (disebut Scrap).
Scrap yang telah diproses dan dipisahkan tadi dikirim ke PT. Krakatau Steel sebagai
bahan baku besi.
Sedangkan Slag (berbentuk menyerupai batu split) yang sudah tidak mengandung besi
dapat dijual keluar PT. Krakatau Steel untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembuat jalan,
pengurugan pantai, tempat parkir dan lain sebagainya.
3. Scrap Recovery
Scrap Recovery adalah proses yang dilakukan terhadap material limbah padat ex
proses peleburan (Spill, Skull, Hob, Tundish) untuk menaikan kandungan metal material
tersebut. Proses recovery dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Magnetic Balling Crane
b. Lancing System
Pada system Balling (penumbukan) material diproses menggunakan alat Magnetic
Crane yaitu dengan menjatuhkan / menumbukan bola besi (10 15 ton) ke atas material
yang diproses sehingga diharapkan kotoran akan terpisah dari material tersebut dan
menghasilkan produk dengan kandungan metal yang tinggi (80 90%) untuk dapat
dikirim kembali ke dapur peleburan.
Sedang lancing system, material diproses menggunakan Cutting Equipment yaitu alat
potong dengan memakai oksigen bertekanan tinggi. Sistem ini digunakan untuk
memproses material dengan kandungan metal yang tinggi (Tundish) sehingga hanya
memerlukan proses pengecilan ukuran. Material dipotong dengan ukuran maksimum 100
cm kemudian diangkut ke area pabrik peleburan sebagai salah satu bahan baku dapur
peleburan. Jadi pada dasarnya jenis pengelolaan limbah PT. Krakatau Steel yang dikelola
oleh PT. Purna baja Harsco adalah pengumpulan, penumpukan dan penyimpanan
sementara. Jenis dan spesifikasi bahan yang diolah PT.Purna Baja Heckett yaitu :
a. Spill
Baja cair yang tercecer ke lantai kerja (casting bay) pada proses peleburan, system
pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.
b. Skull
298

Baja yang melekat pada dinding dan pada bibir ladle, system pengolahan dengan
sizing Magnet balling dan lancing.
c. Hob
Sisa baja dari Ladle yang ditampung dalam Pot, system pengolahan dengan sizing
Magnet balling dan lancing.
d. Tundish
Sisa baja yang terperangkap dan menempel pada saat proses casting, system
pengolahan dengan sizing Magnet balling dan lancing.
4. Scrap Handling
Scrap handling adalah aktivitas penataan, penyimpanan serta pengangkutan Scrap dari
area PT. Purna Baja Harsco ke Scrap Yard pabrik PT. Krakatau Steel. Scrap yang
diangkut adalah besi scrap yang berasal dari luar negeri (imported scrap). Scrap tersebut
merupakan sebagian bahan baku pembuatan baja, sedangkan bagian terbesar bahan baku
adalah besi sponge yang diolah oleh PT. Krakatau Steel sendiri.

5. Ladle Deskulling
Ladle adalah tempat menampung baja cair dari tungku peleburan untuk dibawa ke
tempat pencetakan baja. Sedangkan Ladle deskulling adalah pekerjaan pembersihan ladle
dari sisa-sisa baja yang menempel pada dasar dinding ataupun bibir ladle. Pekerjaan ini
dilakukan pada saat ladle dalam kondisi panas maupun kondisi dingin.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Laporan
keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan.
Untuk dapat menilai kondisi dan prestasi suatu perusahaan, penganalisa keuangan
memerlukan beberapa tolak ukur yang biasa digunakan. Alat tolak ukur tersebut yang biasa
digunakan adalah analisa rasio, yang menghubungkan dua data keuangan yang dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan serta prestasi perusahaan.
Perusahaan PT. Purna Baja Harsco menyediakan laporan yang merupakan hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dengan pihak yang
berkepentingan dengan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan, yang disajikan dalam
neraca dan laporan laba rugi.
Neraca adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.
Neraca terdiri dari tiga unsur yaitu aktiva, kewajiban, dan modal.
Laporan laba rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba atau rugi bersih.

299

Tabel 5.1 Perkembangan Pendapatan Dan Biaya PT. Purna Baja Harsco Periode 2008
2012

Sumber DataRugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012, Dalam Rupiah

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dikatakan bahwa selama tahun 2009 pertumbuhan
pendapatan sebesar 3,26% sedangkan biaya operasional sebesar 2.52% dibanding tahun 2008,
tahun 2010 pertumbuhan pendapatan sebesar 2,47% sedangkan biaya operasional sebesar
2.73% dibandingkan tahun 2009, tahun 2011 mengalami penurunan pendapatan sebesar
0,47% sedangkan biaya operasional mengalami kenaikan sebesar 1.67% dibanding tahun
2010.
Pada tahun 2012 mengalami kenaikan pendapatan sebesar 0.18% sedangkan biaya
operasionalnya terus naik sebesar 2,55% dibanding tahun 2011.
Pada tahun 2009 pendapatan PT. Purna Baja Harsco mengalami kenaikan
dibandingkan ditahun 2008 yang menyebabkan pendapatan meningkat 3,26% dikarenakan
PT. Krakatau Steel memproduksi baja lumayan banyak sehingga limbahnya juga lumayan
banyak, ditahun 2009 dan 2010 pendapatan mengalami kenaikan dikarenakan PT. Krakatau
Steel produksinya stabil sehingga pendapatan masih merangkak naik, ditahun 2011
pendapatan sedikit menurun -0,47% dikarenakan sudah dimulainya perdagangan bebas di
ASEAN sehingga banyak baja dengan kualitas yang lebih bagus dibandingkan dalam negeri,
dan juga harga jual yang tidak stabil sehingga menyebabkan PT. Krakatau Steel menjual baja
mejadi tidak menentu sehingga produksi PT. Krakatau Steel mulai dikurangin sehingga
limbah yang di terima oleh PT. Purna Baja Harsco mengalami penurunan, di tahun 2012
pendapatan mulai kembali naik 0,18% sedangkan biaya operasional tiap tahun mengalami
kenaikan.
Analisa Metode Deskriptif Kuantitatif, Metode Optimalisasi dan Metode DuPont.
1. Deskriptif Kuantitatif
Metode deskriptif kuantitatif adalah metode analisa yang menggunakan perhitunganperhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu
300

sehingga hubungan antara suatu variable


berdasarkan kuantitasnya.

dengan variable lainya dapat dinilai

2. Optimalisasi
Optimalisasi dapat diartikan sebagai menjalankan bisnis untuk memaksimalkan
keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya atau resiko. Keinginan
untuk memecahkan masalah dalam model optimalisasi secara umum dapat digunakan
pada hampir semua bidang aplikasi.
Model optimalisasi telah pada masa sekarang ini menjadi sangat mencolok jika ingin
mengembangkan bisnis menjadi sangat besar dan rumit. Para insinyur pun menjadi makin
ambisius. Dalam banyak keadaan, tidak lagi mungkin untuk membuat keputusan tanpa
model optimalisasi.
Untuk model yang besar, dengan segala kerumitan yang ada, akan sedikit bermasalah
jika tidak dapat diselesaikan, persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk
membuat suatu nilai fugsi beberapa variable menjadi maksimum atau minimum dengan
memperhatikan pembatasan-pemabatasan yang ada. Biasanya pembatasan-pembatasan
tersebut meliputi tenaga kerja, uang dan material yang merupakan input serta waktu dan
ruang.
Saat ini, ada banyak masalah optimalisasi dimana tidak terdapat metode yang pasti atau
metode komputerisasi deterministic terlalu rumit untuk diterapkan.
3. Du Pont
Du Pont merupakan analisi yang mencakup rasio aktivitas dan margin keuntungan atas
penjualan untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Dari analisis ini juga
dapat diketahui efisiensi atas penggunaan aktiva perusahaan.
Yang dapat di uraikan dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROI (Rate of
Return on Investment) yang merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang
diperoleh perusahaan dengan besarnya total aktiva perusahaan.
Analisis ini biasanya digunakan oleh perusahaan perusahaan besar. Diharapkan
melalui Du Pont, perusahaan dapat menilai kinerja keuangan, departemen perusahaan.
a. Keunggulan dan kelemahan analisis Du Pont.
Adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain :
1) Sebagai salah satu teknis analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen
bisa mengetahui tingkat efisiensi pendayagunaan aktiva.
2) Dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas masing masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan sehingga diketahui produk mana yang potensial.
3) Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan pendekatan yang lebih
integrative dan menggunakan laporan keungan sebagai elemen analisisnya.
Kelemahan dari analisis Du Pont antara lain :
1) ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan dengan ROI perusahaan lain yang sejenis,
karena adanya perbedaan praktek akuntansi yang digunakan.
2) Dengan menggunakan ROI saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan
perbandingan antara 2 perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang
memuaskan.
Pada tahun 2009 kenaikan rentabilitas sebesar 18.38% dibanding tahun 2008 ini
disebabkan karna harga masih stabil dan tingkat produksi Krakatau Steel masih banyak,
tahun 2010 mengalami penurunan yang tajam sebesar 14.35% dibandingkan tahun 2009
301

disebabkan karena pemasukan laba operasi lebih sedikit dibandingkan total aset yang
bertambah dan perawatan untuk kendaraan dilakukan sehingga memakan biaya yang
lumayan banyak, tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 14.43% dibanding tahun 2010 ini
disebabkan sudah mulainya perdagangan bebas di Indonesia sehingga pendapatanya pun
menurun sementara perawatan untuk kendaraan trus dilakukan dan di cek secara berkala
karena sudah harus diremajakan tetapi belum ada dana yang mencukupi untuk membeli
kendaraan, Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 9.05% dibanding tahun 2011 ini
juga disebabkan harga yang sudah tidak stabil dan order pun berkurang sehingga mengalami
penurunan yang tajam. Dengan adanya rentabilitas perusahaan maka bisa diukur tingkat
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan dari penjualan, apabila faktor ini
melemah maka akan memberikan indikator yang paling dominan terhadap kebangkrutan
perusahaan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung pada laba yang diperoleh oleh
perusahaan.

Tabel 5.3 Perhitungan Net Profit Margin PT. Purna Baja Harsco

Sumber Data : Rugi Laba PT. Purna Baja Harsco Periode 2008 s/d 2012
Berdasarkan tabel 5.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2008 persentase
keuntungan bersih sebesar 22,09%, pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar 45,58%
dengan begitu pada tahun 2009 mengalami kenaikan net profit margin sebesar 23.49%,
kenaikan net profit margin tersebut disebabkan karena penjualan yang masih relative stabil,
dan harga pun masih stabil sehingga net profit margin atau keuntungan bersih , di tahun 2010
persentase keuntungan sebesar 29,67% pada tahun 2009 persentase keuntungan sebesar
45.58% dengan begitu pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 15.91% dibandingkan
tahun 2009 hal ini disebabkan laba operasi yang menurun dibandingkan pendapatan yang
mengalami kenaikan, tahun 2011 persentase keuntungan yang didapat sebesar 15,69% pada
tahun 2010 persentase keuntungan sebesar 29,67% dengan begitu mengalami penurunan
sebesar 13.98% dibanding tahun 2010 hal ini disebabkan laba operasi dan pendapatan yang
berkurang karena adanya perdagangan bebas di indonesia, Pada tahun 2012 persentase
keuntungan sebesar 7,35% pada tahun 2011 persentase keuntungan sebesar 15,69% dengan
begitu mengalami penurunan sebesar 8.34% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan
302

karena adanya perdagangan bebas yang menyebabkan terjadinya penurunan laba operasi
selama 2 tahun.
Beberapa Faktor Penyebab Perubahan Pendapatan dan Biaya Perusahaan
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan pendapatan yang dialami
PT. Purna Baja Harsco selama ini sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Penjualan/pendapatan
Perusahaan bergantung pada pertumbuhan kegiatan PT. Krakatau Steel. Selama
kondisi perekonomian mengalami penurunan, menyebabkan melesunya kegiatan
operasional PT. Krakatau Steel yang ditandai dengan berkurangnya Order selama
kurun waktu 2 tahun terahir ini pada PT. Purna Baja Harsco, sehingga menyebabkan
pula penjualan perusahaan ikut mengalami perubahan yang menurun. Seharusnya
perusahaan mencari alternative lain jangan tergantung dari PT. Krakatau Steel
sehingga apabila perusahaan tersebut mengalami penurunan produksi PT. Purna Baja
Harsco masih bisa stabil pendapatanya, apabila PT. Purna Baja Harsco ini masih
tergantung pada PT. Krakatau Steel seandainya terjadi kebangkrutan maka PT. Purna
Baja Harsco pun ikut bangkrut.
b. Biaya Produksi Tinggi
Efisiensi dan peningkatan produktifitas yang diperbaiki dan dapat diraih belum
mampu mengatasi tingginya kenaikan biaya suku cadang (dampak depresiasi rupiah
yang berkelanjutan), kenaikan harga bahan bakar dan energi telah mendorong
kenaikan harga bahan-bahan pembantu lainnya dan dilanjutkan juga dengan
peningkatan upah minimum regional (UMR) yang cukup tinggi. Kondisi peralatan
yang semangkin menuntut perawatan yang lebih intensif, sementara rencana
peremajaan belum memungkinkan direalisasi sejak lima tahun terakhir berhubung
usaha saat ini masih belum dapat memberikan prospek pertimbangan investasi yang
dapat dipertanggung jawabkan sehingga peralatan yang ada saat ini sudah tidak
bekerja dengan maksimal karena banyak yang harus diperbaiki.
c. Kendaraan
Kendaraan di PT. Purna Baja Harsco berumur lebih dari 5 tahun, ini menyebabkan
terhambatnya pekerjaan dikarenakan perlu dilakukanya perawatan berkala yang bisa
memakan waktu yang lama dan biaya yang besar belum lagi kendaraan yang tidak
bisa diperbaiki, seharusnya PT. Purna Baja Harsco melakukan peremajaan agar
pekerjaan tersebut bisa maksimal dan juga meningkatkan pendapatan.
d. Manajemen perusahaan.
Dengan menurunya pendapatan 2 tahun belakanga ini seharusnya perusahaan mencari
alternative yang bisa menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan, apabila
perusahaan mengalami kebangkrutan banyak karyawan yang di PHK dan belum tentu
karyawan di yang di PHK tersebut bisa mendapatkan pekerjaan kembali karna
dijaman sekarang tidak mudah untuk mencari pekerjaan bagi yang sudah berumur
lebih dari 30 tahun, apabila manajemen tidak punya alternative lain maka perusahaan
PT. Purna Baja Harsco akan mengalami kebangkrutan, banyak karyawan yang di
PHK dan juga pengangguran akan bertambah.
303

Faktor Eksternal
a. Seiring dengan adanya perdagangan bebas di indonesia yang menyebabkan masuknya
baja dari luar ke Indonesia yang kualitasnya sama bagusnya dari baja Krakatau Steel dan
harganya pun lebih murah maka Krakatau Steel kalah saing dari baja luar sehingga
Krakatau Steel pun terpaksa membeli baja dari luar sehingga produksinya dibatasi, hal ini
menyebabkan menurunya pendapatan PT. Purna Baja Harsco yang mendapatkan limbah
sedikit dari Krakatau Steel yang membeli baja yang sudah jadi.
b. UMR ( Upah Minimum Regional)
UMR di banten pada tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000, hal ini menyebabkan
beban perusahaan bertambah, dengan adanya kenaikan UMR ini tidak seimbang dengan
pendapatan perusahaan yang menurun sehingga beberapa karyawan harus di berhentikan
untuk kelangsungan hidup perusahaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan berdasarkan hasil analisa, dapatlah disimpulkan bahwa selama kurun waktu 5
tahun terakhir ini perkembangan pendapatan PT. Purna Baja Harsco sebagai berikut:
1. Perkembangan pendapatan dan biaya PT. Purna Baja Harsco selama ini memiliki
kecenderungan yang semakin meningkat, dimana pertumbuhan pendapatan untuk tahun
2008 sebesar 16,06% dan biaya operasional sebesar 15,17%, untuk tahun 2009
pendapatan meningkat sebesar 19,32% dan biaya operasional sebesar 17,69%, tahun 2010
pendapatan sebesar 21,79% dan biaya operasional sebesar 20,42%, tahun 2011
pendapatan sebesar 21,32% dan biaya operasional sebesar 22,09%, ditahun 2012
pendapatan sebesar 21,50% dan biaya operasional sebesar 24,64%.
2. Perkembangan rentabilitas PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,
dimana rentabilitas untuk tahun 2008 sebesar 28,51%, tahun 2009 sebesar 46,89%, tahun
2010 sebesar 32,54%, tahun 2011 sebesar 18,11%, tahun 2012 sebesar 9,06%.
3. Perkembangan laba bersih PT. Purna Baja Harsco selama 5 tahun berfluaktif menurun,
dimana laba bersih tahun 2008 sebesar 22,09%, tahun 2009 sebesar 45,58%, tahun 2010
sebesar 29,67%, tahun 2011 sebesar 15,69%, tahun 2012 sebesar 7,35%.
Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan saran yang mudahmudahan dapat berarti untuk pertimbangan jangka panjang perusahaan, dimana saran yang
dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi PT. Purna Baja Harsco
a. Dengan hasil perkembangan pendapatan yang semakin naik disarankan perusahaan
menambah daya produksi yang tidak hanya terbatas pada kinerja PT. Krakatau Steel saja,
melainkan merambah pada industri lain disekitar kawasan industri berat cilegon agar
pendapatanya lebih maksimal.
b. Atas dasar kecenderungan menurunnya rentabilitas tersebut, sebaiknya perusahaan
menambah aktiva tetap yang dalam hal ini mesin pengolahan agar dapat meningkatkan
luas produksi normal yang dapat meningkatkan pendapatan.
c. Sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan penekanan biaya produksi terutama biaya
maintenance dan subkontraktor yang selama ini dirasakan cenderung meningkat.
304

2. Penelitian Selanjutnya
a. Untuk penelitian selanjutnya ditambahkan variabel-variabel untuk bisa lebih spesifik
lagi agar bisa dilihat kecenderungan menurun atau naiknya pendapatan, rentabilitas dan
laba bersih tersebut.
b. Diharapkan menambahkan uji metode, karena metode yang sudah ada kurang
spesifik.

DAFTAR PUSTAKA
Choi, F. D. S., dan Meek G. K., International Accounting, Edisi Keenam,Cetakan Kedua,
Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Darsono, Manajemen Keuangan Pendekatan Praktis, Cetakan Pertama, Diadit Media,
Jakarta, 2006.
Efraim Ferdinan Giri, Akuntansi keuangan menengah 1, Edisi pertama, Bumi Askara, Jakarta,
2012.
Fraser, L., dan Ormiston A., Memahami Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Cetakan
Pertama, Indeks, Jakarta, 2008.
Harahap, S. S., Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Rajawali pers, Jakarta,
2010.
Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorcard Pendekatan Teori, Kasus, dan
Riset Bisnis, Cetakan Kedua, Bumi Askara, Jakarta, 2011.
Priatna, R. B., Abdillah, J,. dan Suryana, Akuntansi Keuangan, Cetakan Pertama, Ghalia
Indonesia, Bandung, 2010.
Anugrahani, E., 2007, Analisis DuPont System Dalam Mengukur Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi Pada PT. Aqua Golden Mississipi Tbk, PT. Mayora Indah Tbk,.
PT. Ultra Jaya Milk Tbk), Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Loanda, R., 2011, Analisa kesehatan Keuangan PT. Timah, Tbk tahun 2005-2009,
Universitas Esa Unggul Fakultas Ekonomi, Jakarta.
Tardin A., 2007, Analisa Perubahan Pendapatan Terhadap Perkembangan Rentabilitas
Perusahaan, Skripsi Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.
Tri Nurindah yanti Yulian, Analisis Pengaruh Earning Per Share, Book Value dan Debt
Equity Ratio Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi Vol.1 No.1, Jakarta, 2004.

305

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN


PERSEDIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE ECONOMICAL
ORDER QUANTITY (EOQ) PADA
PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk, JAKARTA
Herman Sugianto
Fakultas Ekonomi/Manajemen
Universitas Esa Unggul
Jakarta
rman_ice@yahoo.o.id

ABSTRAKSI
Studi ini bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan
perusahaan dalam mendukung efisiensi proses produksi. Hasilnya menunjukkan bahwa
variabel demand, lead time dan reorder level secara parsial mempengaruhi efisiensi proses
produksi. Variabel safety stock dan variabel stock out secara parsial tidak mempengaruhi
efisiensi proses produksi.
Pandangan responden terhadap penerapan pengendalian persediaan bahan baku terutama
pada variabel safety stock dan variabel stock out belum secara jelas ditetapkan dan
dikomunikasikan pada seluruh karyawan. Dengan melakukan sosialisasi secara rutin
penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan koordinasi
yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses produksi serta kegiatan
produksi harus dilakukan sesuai perencanaan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi
proses produksi.
Kata Kunci : Sistem Pengendalian Bahan Baku
PENDAHULUAN
Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat,
mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja
secara efektif dan efisien. Agar suatu perusahaan dapat mempertahankan kontinuitas
perusahaan dan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan harus dapat menentukan
kebijakan persediaan dan menjadikan sebuah senjata kompetitif.
Hampir semua jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Suatu perusahaan
menyimpan persediaan untuk berbagai alasan penting. Dengan adanya pengendalian terhadap
persediaan bahan baku, diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan.
Karena dengan adanya pengendalian terhadap persediaan bahan baku yang secara optimal
dapat menentukan besarnya persediaan. Untuk itu persediaan menjadi hal yang penting,
306

sebab sukses tidaknya perencanaan dan pengawasan persediaan akan berpengaruh besar
terhadap kelancaran proses produksi, salah satunya pada penentuan keuntungan perusahaan.
Siklus berjalannya inventory dalam suatu perusahaan tergantung dari bagaimana bisnis
perusahaan tersebut berjalan. Semakin tinggi tingkat transaksi yang dilakukan perusahaan,
semakin tinggi tingkat pergerakan inventory-nya. Dalam hal ini, walaupun prosedur dan
sistem yang kita miliki sangat hebat tetapi jika kontrol dari pergerakan inventory tersebut
tidak baik, akan tetap merugikan perusahaan. Untuk itu ada beberapa tools inventory (alat
bantu) untuk mengontrol status, mengukur, perencanaan dan pengambilan keputusan berupa
model seperti EOQ, ROP, Periodic preview, Min Max analysis, ABC analysis, DRP dan
MRP.36
Model kuantitas pesanan ekonomis (economic order quantity-EOQ) adalah salah satu
teknik kontrol persediaan yang tertua dan paling dikenal. Teknik ini relatif mudah digunakan,
tetapi berdasarkan pada beberapa asumsi.37
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan dan independen.
2.
Waktu tunggu-yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan-diketahui dan
konstan.
3.
Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,
persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4.
Tidak tersedia diskon kuantitas.
5.
Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya
penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya penyimpanan
atau membawa). Biaya-biaya ini telah dibahas pada bagian sebelumnya.
6.
Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan baku
dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan PT Pelangi Indah
Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi ?
2. Bagaimana pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi proses
produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk ?
3. Bagaimana pengaruh dari ke lima indikator : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level dan Stock Out. terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo
Tbk ?
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai berdasarkan perumusan masalah di atas
adalah :
1. Untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kebijakan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode Economical Order Quantity (EOQ) yang dilakukan perusahaan PT
Pelangi Indah Canindo Tbk dalam mendukung efisiensi proses produksi.
2. Untuk menganalisis pengaruh pengendalian persediaan bahan baku terhadap efisiensi
proses produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
3. Untuk mengetahui dari ke lima indikator yang akan diteliti, yaitu : Permintaan Demand,
Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out., indikator apa yang paling
berpengaruh terhadap Efisiensi Proses Produksi pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
36

Holy Icun Yunarto & Martinus Getty Santika, Business Concepts Implementation Series in Inventory
Management, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2005, p.31
37
Jay Heizer and Barry Render, Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2006, p.92

307

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi manajemen
perusahaan yang menjadi objek penelitian dalam menentukan kebijakan mengenai masalah
perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor yang
berjudul Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan Baku Terhadap Proses Produksi
Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam. Berdasarkan uji pengaruh dan uji
regeresi dari kelima variabel yang diteliti yaitu Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder
Level, dan Stock Out, maka ke lima indikator dinyatakan berpengaruh terhadap Efisiensi
Proses Produksi dan indikator Demand yang paling berpengaruh terhadap Efisiensi Proses
Produksi pada PT Hantong Precision Manufacturing.38

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian yang merupakan langkahlangkah kegiatan penelitian untuk mempermudah menganalisis data yang digambarkan
melalui kerangka pemecahan masalah berikut :

Mulai

Data Kuesioner

Analisis SPSS

Kesimpulan

Selesai

Gambar Kerangka Pikir Penelitian


Obyek penelitian ini adalah PT Pelangi Indah Canindo Tbk dengan waktu penelitian
periode Agustus 2013 sampai dengan selesai. Jenis data yang diperlukan penulis dalam
penelitian ini yaitu data kuantitatif. Sumber data yang digunakan oleh penulis berasal dari
data primer dan data sekunder. Data primer biasanya diperoleh dengan survei lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original. Metode pengumpulan data
penelitian ini dilakukan dengan penelitian kepustakaan (Library research) dan penelitian
lapangan (Field research).
Populasi dan Sampel

38

Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, 2012, Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT. Hantong Precision Manufacturing Batam,
www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013, p.4

308

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 277 orang
karyawan tetap dan masih bekerja pada PT Pelangi Indah Canindo Tbk, yang berkedudukan
di Jl. Daan Mogot Km.14 No.700, Jakarta 11840 Indonesia.
Dalam kesempatan ini peneliti menggunakan populasi sebagai sampel, yaitu 60 orang
karyawan tetap di Divisi Operation, dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel Sampel Penelitian Pada PT Pelangi Indah Canindo Tahun 2013
No.
Divisi Operation
Jumlah
Persentase
1

LOGISTIC

10 %

PRODUCTION

44

73 %

QA & QC

7 %

WAREHOUSE

7 %

DELIVERY

3 %

60

100 %

Total Responden
Sumber : PT Pelangi Indah Canindo

Metode pengambilan sampel (sampling) yang akan digunakan dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik judgment sampling atau purposive sampling. Adapun
pertimbangan atau kriteria calon responden pada penelitian ini, yaitu : Karyawan Divisi
Operation yang mengetahui dan menjalankan SOP penerapan pengendalian persediaan bahan
baku yang dilakukan PT Pelangi Indah Canindo Tbk.
Operasional Variabel
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (terikat) yaitu
efisiensi proses produksi dan variabel independen (bebas) yaitu pengendalian persediaan
bahan baku.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Efisiensi Proses Produksi.
Variabel Independen
Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah pengendalian
persediaan bahan baku yang menggunakan analisis metode EOQ (Economic Order Quantity).
Variabel independen terdiri dari sub variabel, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock,
Reorder Level dan Stock Out.
Teknik Analisis Data
1.

Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur sah tidaknya suatu pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
satu pertanyaan dianggap sah jika pertanyaan tersebut mengukur indikator/dimensi setiap
variabel yang akan diukur. Secara statistik satu pertanyaan dianggap sah jika memiliki
nilai tertentu. Uji terhadap kualitas pertanyaan harus dilakukan sebelum pertanyaan

309

disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas data primer
dilakukan dalam bentuk pra penelitian.39
2.

Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah suatu bentuk pengujian terhadap kualitas data primer, dengan
tujuan untuk mengukur konsistensi seluruh pertanyaan dalam penelitian. Secara konsep,
pertanyaan dianggap konsisten jika menghasilkan jawaban yang sama atau hampir sama
dari kelompok responden yang berbeda. Secara statistik konsistensi pertanyaan jika
memiliki nilai tertentu. Uji terhadap konsistensi pertanyaan harus dilakukan sebelum
pertanyaan disebarkan kepada responden sebenarnya atau dengan kata lain uji kualitas
data primer dilakukan dalam bentuk pra penelitian.40

3.

Analisis Deskriptif
Menjawab rumusan masalah deskriptif merupakan hal yang sangat mendasar dan
penting dalam penelitian, karena data utama dari penelitian akan dapat diketahui dengan
jelas dari hasil analisis deskriptif ini. Hasil penelitian ini akan dapat dideskripsikan lebih
rinci apabila setiap pertanyaan dalam setiap instrumen dihitung nilainya. Dengan
demikian setiap pertanyaan dari setiap instrumen untuk seluruh responden dapat diketahui
mana yang mendapat nilai rendah, nilai tinggi atau nilai rata-rata.41

4.

Analisis Regresi Berganda


Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti bila peneliti bermaksud
meramalkan keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis
regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independen minimal dua.42
Persamaan garis regresi untuk regresi berganda dalam analisis ini adalah :43
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + Ei
Dimana :
Y
=
Efisiensi Proses produksi
X1 =
Demand
X2 =
Lead Time
X3 =
Safety Stock
X4 =
Reorder Level
X5 =
Stock Out
bo, b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi
Ei =
Error
Analisa Regresi Berganda dalam penelitian ini dianalisa meliputi : Uji koefisiensi
determinan (R2), uji statistik F dan uji statistik t.
Kerangka Pemikiran

39

Hasyim & Rina Anindita, Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi Pertama, UIEU University Press, Jakarta, 2009, p.92
40
Ibid, p.99
41
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &D, Alfabeta, Bandung, 2012, p.177
42
Ibid, p.211
43
Deta Novian Wulandari dan Haposan Banjarnahor, op.cit., p.25

310

Dengan menggunakan salah satu teknik pengendalian persediaan bahan baku, yaitu :
metode Economical Order Quantity (EOQ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kebijakan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan dalam
mendukung efisiensi proses produksi, mengetahui pengaruh dari ke lima faktor yang akan
diteliti, yaitu : Demand, Lead Time, Safety Stock, Reorder Level dan Stock Out terhadap
efisiensi proses produksi dan mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap
efisiensi proses produksi.

Hipotesis
H1
H2
H3
H4
H5
H6

:
:
:
:
:
:

Diduga ada pengaruh antara Demand terhadap Efisiensi Proses Produksi


Diduga ada pengaruh antara Lead Time terhadap Efisiensi Proses Produksi
Diduga ada pengaruh antara Safety Stock terhadap Efisiensi Proses Produksi
Diduga ada pengaruh antara Reorder Level terhadap Efisiensi Proses Produksi
Diduga ada pengaruh antara Stock Out terhadap Efisiensi Proses Produksi
Diduga faktor yang paling berpengaruh Efisiensi Proses Produksi adalah Demand

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas menunjukkan nilai probabilitas korelasi (signifikan) < dari taraf
signifikan () sebesar 0,05 dan memiliki nilai korelasi minimal 0,361. Berikut ini hasil uji
validitas, pada pengujian validitas dengan 60 responden, sebagai berikut :
1. Y_1 Pearson Correlation adalah 0,853 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Y_2 Pearson Correllation adalah 0,756 dan signifikan 0,000 < 0,05.
311

3. Y_3 Pearson Correllation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
4. Y_4 Pearson Correlation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
5. X1_5 Pearson Correllation adalah 0,892 dan signifikan 0,000 < 0,05
6. X1_6 Pearson Correlation adalah 0,781 dan signifikan 0,000 < 0,05.
7. X1_7 Pearson Correllation adalah 0,900 dan signifikan 0,000 < 0,05.
8. X1_8 Pearson Correllation adalah 0,883 dan signifikan 0,000 < 0,05.
9. X2_9 Pearson Correlation adalah 0,786 dan signifikan 0,000 < 0,05.
10. X2_10 Pearson Correllation adalah 0,562 dan signifikan 0,000 < 0,05
11. X2_11 Pearson Correlation adalah 0,635 dan signifikan 0,000 < 0,05.
12. X2_12 Pearson Correllation adalah 0,815 dan signifikan 0,000 < 0,05.
13. X3_13 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05.
14. X3_14 Pearson Correlation adalah 0,715 dan signifikan 0,000 < 0,05.
15. X3_15 Pearson Correllation adalah 0,734 dan signifikan 0,000 < 0,05
16. X3_16 Pearson Correlation adalah 0,702 dan signifikan 0,000 < 0,05.
17. X4_17 Pearson Correllation adalah 0,868 dan signifikan 0,000 < 0,05.
18. X4_18 Pearson Correllation adalah 0,881 dan signifikan 0,000 < 0,05.
19. X4_19 Pearson Correlation adalah 0,884 dan signifikan 0,000 < 0,05.
20. X5_20 Pearson Correllation adalah 0,782 dan signifikan 0,000 < 0,05
21. X5_21 Pearson Correlation adalah 0,828 dan signifikan 0,000 < 0,05.
22. X5_22 Pearson Correllation adalah 0,808 dan signifikan 0,000 < 0,05.
23. X5_23 Pearson Correllation adalah 0,783 dan signifikan 0,000 < 0,05.
24. X5_24 Pearson Correlation adalah 0,834 dan signifikan 0,000 < 0,05.
25. X5_25 Pearson Correllation adalah 0,939 dan signifikan 0,000 < 0,05.
26. X5_26 Pearson Correlation adalah 0,800 dan signifikan 0,000 < 0,05.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai alpha yang rata rata lebih besar dari 0,6 maka
pada tingkat reliabilitas yang baik. Berikut ini hasil uji reliabilitas, pada pengujian
reliabilitas dengan 60 responden, diperoleh nilai Cronbachs Alpha dari masing masing
variabel, sebagai berikut :
HASIL UJI RELIABILITAS
Dimensi
Efisiensi Proses Produksi
Demand
Lead Time
Safety Stock Reorder
Level
Stock Out

Jumlah

Jumlah Butir Pertanyaan Cronbachs Alpha


4
4
4
4
3
7

0,834
0,888
0,640
0,691
0,851
0,922

Kesimpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel

26

3. Hasil Penelitian Analisis Deskriptif


Hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap penerapan
pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan sangat sesuai atau sesuai
dalam mendukung Efisiensi Proses Produksi.
Berikut ini hasil pengujian deskriptif dengan 60 responden, sebagai berikut :
312

Tanggapan Responden
No.

Butir Pertanyaan

P11
P12
P13
P14

Penerapan pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan


perusahaan
Kemampuan Perusahaan
Peranan Departemen PPC
Kelancaran proses produksi
Kesesuaian prosedur SOP terhadap permintaan pelanggan
Kemampuan perusahaan memenuhi permintaan
Kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan
Perencanaan jumlah kebutuhan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap pengaturan tenggat waktu
Kemampuan Perusahaan untuk menentukan tenggat waktu agar
tepat waktu
Jadwal tenggat waktu persediaan bahan baku
Perencanaan tenggat waktu persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap persediaan pengaman
Perusahaan memiliki persediaan pengaman bahan baku

P15

Perencanaan persediaan pengaman

P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10

P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26

Kesesuaian perencanaan persediaan pengaman dengan sistem


pengendalian persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap tingkat pemesanan kembali
bahan baku
Perencanaan tingkat pemesanan kembali bahan baku
Kesesuaian tingkat pemesanan kembali bahan baku dengan
sistem pengendalian persediaan bahan baku
Kesesuaian prosedur SOP terhadap mengantisipasi kehabisan
persediaan bahan baku
Perencanaan kehabisan persediaan bahan baku di perusahaan
Kinerja Departemen PPC di perusahaan untuk mengantisipasi
stock out (kehabisan bahan baku)
Tanggung jawab departemen PPC untuk mengantisipasi stock
out
Kehabisan persediaan bahan baku merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi
Kinerja seluruh departemen di perusahaan untuk
mengantisipasi stock out
Tanggung jawab pimpinan perusahaan untuk mengantisipasi
stock out

Jumlah
Skor

Kesimpulan

272

Sangat Setuju

275
277
271
286
283
279
283
259

Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju

255

Sangat Setuju

245
260
285
278

Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju
Sangat Setuju

276

Sangat Setuju

283

Sangat Setuju

277

Sangat Setuju

273

Sangat Setuju

276

Sangat Setuju

222

Setuju

231

Setuju

237

Setuju

222

Setuju

230

Setuju

227

Setuju

233

Setuju

4. Hasil Penelitian Analisis Regresi Berganda


1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji R Square menunjukkan bahwa nilai R2 (R Square) sebesar 0,941 yang
mendekati nilai satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Efisiensi
Proses Produksi). Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan sebesar 94 % variasi variabel dependen (Efisiensi Proses
Produksi). Sedangkan sisanya sebesar 6 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
2. Uji F
Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time, Safety
Stock, Reorder Level dan Stock Out secara serempak mempengaruhi Efisiensi Proses
Produksi dengan Nilai Fhitung sebesar 172,140 terhadap Ftabel sebesar 2,386, jadi Fhitung
> Ftabel.
313

3. Uji t
Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel Demand, Lead Time dan
Reorder Level signifikan terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi
secara signifikan terhadap Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden
memandang bahwa setiap kenaikan variabel Demand, Lead Time dan Reorder Level
maka efisiensi proses produksi akan meningkat.
Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak
terbukti secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap
Efisiensi Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan
bahwa setiap kenaikan variabel Safety Stock dan Stock Out maka efisiensi proses
produksi akan menurun. Perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya
modal yang akibat barang modal menganggur dan tidak berputar dan kerugian
kehilangan penjualan atau kehilangan pelanggan, tetapi biaya ini akan sulit
diperkirakan karena berhubungan dengan good will perusahaan.
Dengan hasil nilai thitung maka dapat dilakukan pengurutan variabel bebas, ternyata
yang lebih dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah variabel Demand.
Nomor Urut
1
2
3
4
5

Variabel
Demand
Reorder Level
Lead Time
Stock Out
Safety Stock

T hitung
4,901
4,199
3,815
1,934
0,104

Sig.
0,000
0,000
0,000
0,058
0,918

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Safety Stock dan variabel Stock Out berdasarkan hasil Uji t tidak terbukti
secara parsial atau sendiri-sendiri mempengaruhi secara signifikan terhadap Efisiensi
Proses Produksi. Hal ini menunjukkan responden mempunyai pandangan terhadap
variabel Safety Stock dan variabel Stock Out tidak mempengaruhi Efisiensi Proses
Produksi. Oleh karena itu pandangan responden terhadap penerapan pengendalian
persediaan bahan baku terutama pada variabel Safety Stock dan variabel Stock Out
belum secara jelas ditetapkan dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan oleh
manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan perlu melakukan sosialisasi secara
rutin penerapan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dan menyediakan
koordinasi yang dekat antara karyawan perusahaan yang terlibat dalam proses
produksi serta kegiatan produksi harus dilakukan sesuai perencanaan untuk
meningkatkan efisiensi proses produksi.
2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi Efisiensi Proses Produksi adalah
variabel Demand.
B. Keterbatasan
Hasil penelitian ini mempertimbangkan beberapa keterbatasan setelah di evaluasi
oleh peneliti. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
314

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu perusahaan sehingga penelitian ini tidak dapat
digeneralisasikan pada semua perusahaan.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui kuesioner yang
memungkinkan terjadinya bias oleh tanggapan responden dimungkinkan tidak sesuai
dengan maksud pertanyaan dalam kuesioner, dan responden juga dimungkinkan
mengisi kuesioner secara asal dan tidak lengkap. Dengan demikian kesimpulan yang
diambil hanya berdasarkan pada data yang dikumpulkan melalui penggunaan
instrumen secara tertulis.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan kepada perusahaan untuk :
1. Melakukan sosialisasi secara rutin penerapan pengendalian persediaan bahan baku
untuk mendukung efisiensi proses produksi agar tetap bisa menjaga serta
mempertahankan kelancaran proses produksi.
2. Meningkatkan pengendalian mutu, pemeliharaan dan pencegahan untuk
meningkatkan komitmen kerja karyawan dalam peningkatan kualitas dan
produktivitas.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian ini hendaknya dilakukan
memberikan informasi awal mengenai variabel yang akan diuji atas kuesioner untuk
keseragaman makna dan maksud dari setiap butir pertanyaan, agar dapat di adaptasi
dengan baik dan sesuai maksud dari pertanyaan yang mewakili dimensi setiap
variabel yang hendak diukur. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya pertanyaanpertanyaan yang diajukan dapat fokus dan dimengerti oleh responden, serta dapat
dilakukan perbaikan apabila ada pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S., Auditing (Pemeriksaan Akuntansi) oleh Kantor Akuntan Publik, Jilid I, Edisi
Ketiga, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2004
Assauri, S., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 2008
Baridwan, Z., Intermediate Accounting, Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 2004
Handoko, T.H., Dasar Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan
13, BPFE, Yogyakarta, 2000
Hansen, D.R. dan Mowen M.M., Akuntansi Manajerial, Edisi 8, Buku 2, Salemba Empat,
Jakarta, 2009
Hasyim & Anindita R., Prinsip-Prinsip Dasar Metode Riset Bidang Pemasaran, Edisi
Pertama, UIEU - University Press, Jakarta, 2009
Heizer, J. and Render, B., Manajemen Operasi, Edisi 9, Buku 2, Salemba Empat, Jakarta,
2006
Herjanto, E., Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Ketiga, PT Grasindo, Jakarta, 2008
Keown, A.J., Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Buku 13, Salemba Empat, Jakarta, 2004
Kuncoro, M., Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003
Nasution, A.H., & Prasetyawan Y., Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2008
Prihasdi, R. D. dan Rahardjo S.N., 2012, Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 1,
Nomor 1, Efisiensi Metode Economical Order Quantity (EOQ) Dalam Pengambilan
Keputusan Pembelian Bahan Baku Dan Pengaruhnya Terhadap Total Biaya
315

Pembelian Pada PT Amitex (Amanah Mitra Industri) Buaran Kabupaten Pekalongan,


www.google.com, diunduh pada tanggal 17 Februari 2013
Riyanto, B., DasarDasar Pembelanjaan Perusahaan, Buku 7, BPFE, Yogyakarta, 2001
Siregar, S., Statistika Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif, Bumi Aksara, 2013
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2012
Sukanto & Indriyo, Manajemen Produksi, BPFE, Jakarta, 2000
Supriyono RA.A., Manajemen Biaya, Buku Satu, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2000
Suswardji, E., Eman S., dan Ratnaningsih R., 2012, Journal Manajemen, Vol.1, No.1 Oktober
2012, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT NT Piston Ring
Indonesia di Karawang, www.google.com / jurnal.feunsika.ac.id, diunduh pada
tanggal 31 Juli 2013
Taylor III B.W., Introduction to management Science-Sains Manajemen, Edisi 8, Salemba
Empat, Jakarta, 2008, p.387
Weston, J.F., Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku 1 ,PT Gelora Aksara, Jakarta, 2001
Wulandari, D.N. dan Banjarnahor H., Analisis Pengaruh Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Terhadap Proses Produksi Pada PT Hantong Precision Manufacturing Batam,
www.google.com/http://share.pdfonline.com, diunduh pada tanggal 29 Mei 2013

316

PENGARUH CURRENT RATIO, NET PROFIT MARGIN, DEBT TO


EQUITY RATIO DAN TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP
PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN
2007 2011
Agustina Cyntia
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Ag.cynz@gmail.com
ABSTRAKSI
Laba menjadi indikator untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang mengalami kenaikan
atau penurunan melalui perbandingan secara horizontal. Perubahan ini memberikan dampak
terhadap kebijakan keuangan untuk kegiatan selanjutnya. Bagi pihak eksternal, laba sering
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Rasio keuangan bisa digunakan untuk memberikan
gambaran kondisi perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba.
Objek penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Data yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2007 2011. Perubahan laba merupakan
variable dependen yang digunakan, sedangkan Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity
Ratio dan Total Asset Turnover adalah variable independennya. Pengujian statistic menggunakan
pendekatan analisa regresi berganda dengan tingkat signifikansi 5%, kesimpulan pengujian diambil
berdasarkan uji F dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio, Debt to Equity Ratio
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Net Profit Margin, dan Total
Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
Kata Kunci : Perubahan Laba, Rasio Keuangan, Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity
Ratio, Total Asset Turnover.

PENDAHULUAN
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba yang maksimal. Oleh
sebab itu laba dinilai sebagai salah satu bukti hasil kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan. Namun dalam prakteknya, laba yang dihasilkan oleh perusahaan belum tentu
sama ataupun naik dari laba yang dihasilkan di periode sebelumnya.
Perusahaan food and beverages merupakan tipe usaha yang mudah untuk dimasuki,
dan hal itu menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Menurut Ketua Umum Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia Adhi S. Lukman, mengatakan
konsumen Indonesia dikenal lebih mudah dan terbuka untuk mencoba produk-produk
317

baru.44 Dengan iklim persaingan yang begitu ketat, manajemen perusahaan perlu menarik
minat investor untuk melakukan investasi di perusahaan yang mereka kelola agar bisa
menambah modal yang dapat mengembangkan kegiatan operasional perusahaan. Umumnya
investor mengukur kinerja dari tingkat pertumbuhan laba. Namun pada faktanya, terjadi
fluktasi pertumbuhan laba rata rata perusahaan food and beverages pada tahun 2007
2011.
Ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi menurunnya kondisi keuangan suatu
perusahaan, baik dari sisi eksternal maupun dari sisi eksternal. Menurut Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) ada beberapa hal yang terkait yang menjadi
suatu tantangan bagi industri makanan dan minuman, diantaranya : belum sinerginya
peraturan perpajakan dan retribusi, tingginya harga bahan baku dan kemasan, kebijakan
energi nasional, keterbatasan infrastruktur, dan tingginya suku bunga kredit / pinjaman di
Indonesia.3 Dari sisi internal, bisa disebabkan karena adanya efektif dan efisiennya strategi
yang ditetapkan oleh manajemen. Agar bisa tetap bertahan di tingkat persaingan yang ketat,
manajemen perusahaan food and beverages harus bisa menarik minat para investor dengan
memberikan informasi keuangan yang baik.
Masa yang akan datang selalu penuh dengan ketidakpastian, sehingga pihak eksternal
terutama para investor perlu membuat prediksi. Untuk dapat membuat prediksi dimasa yang
akan datang diperlukan pengetahuan tertentu untuk menganalisis informasi keuangan dimasa
sekarang dan masa yang akan datang. Hal itu yang memotivasi peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Salah satu cara yang bisa digunakan dalam menganalisa laporan keuangan
adalah menggunakan analisa rasio.

LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Laporan Keuangan
Menurut PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu pengajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
pembuatan keputusan investasi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi asset, liabilites, ekutias serta pendapatan dan beban termasuk
keuntungan dan kerugian berserta arus kas.
Laba
Menurut SFAC No 6, laba adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha selama satu
periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
Perubahan Laba
44

Investasi Asing Di Industri Makanan Diyakini Bisa Naik Lebih Dari 100%,

http://www.gapmmi.or.id/index.php?pilih=lihat&id=97, diakses 10 September 2013, jam 14.00 WIB.

318

Pengertian perubahan laba adalah kenaikan atau penurunan laba per tahun. Penilaian
tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan oleh kinerja keuangan perusahaan,
dapat dilihat dari tingkat perubahan laba dari tahun ke tahun. Para investor dalam menilai
perusahaan tidak hanya melihat laba dalam satu periode melainkan terus memantau
perubahan laba dari tahun ke tahun.45
Rumus untuk menghitung perubahan laba adalah :

Keterangan:
Y = Perubahan Laba
Y t = Laba perusahaan tertentu pada periode tertentu
Y t-1= Laba perusahaan tertentu pada periode sebelumnya
Current Ratio
Current ratio mengambarkan sejauh mana aktiva lancar, menutupi kewajiban
kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rumus untuk menghitung current ratio adalah :

Net Profit Margin


Dari segi rasio profitabilitas, akan menjadi perhatian utama para analis dan investor.
Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan tersebut
menjadi tolok ukur bagaimana perusahan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan
memperoleh return yang memadai dibanding dengan risikonya. Net profit margin mengukur
kemampuan perusahaan dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham.

Debt to Equity Ratio


Dari segi rasio solvabilitas, penggunaan utang jangka pendek akan mempengaruhi
likuiditas. Penggunaan utang jangka panjang akan mempengaruhi solvabilitas. Pada akhirnya
utang jangka panjang yang jatuh tempo akan mempengaruhi likuiditas juga. Salah satu
karakteristik utang jangka panjang adalah
menimbulkan bunga. Bunga menjadi beban tetap perusahaan, sementara laba berfluktuasi
sesuai dengan kinerja perusahaan. Salah satu cara menghitung solvabilitas adalah
membandingkan utang dengan equity saja.
45

Andriyani, Lusiana Noor, Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI).
Semarang: Universitas Diponegoro, 2008

319

Total Asset Turnover


Total asset turnover merupakan ukuran keseluruhan perputaran seluruh asset. Rasio
ini cukup sering digunakan karena cangkupannya yang menyeluruh. Tanpa memandang jenis
usaha, rasio ini dapat menggambarkan sampai seberapa baik dukungan seluruh aset untuk
memperoleh pendapatan. Rumus untuk menghitung total asset turnover :

Perumusan Hipotesis
H1 Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba
H2 Net profit margin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H3 Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H4 Total asset turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba.
H5 Current ratio, net profit margin, debt to equity ratio dan total asset turnover memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sedangkan sumber data
laporan keuangan food and beverages yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diperoleh
dari laporan keuangan perusahaan food and beverages yang ada di BEI pada tahun 20072011 yang diperoleh dari ICMD (Indonesian Capital Market Directory) 2008 - 2012.

Definisi Operasional Variabel


Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu perubahan laba merupakan
variabel dependen dan beberapa variabel independen yang terdiri dari current ratio, net profit
margin, debt to equity ratio dan total asset turnover.
Analisis Statistik Deskriptif

320

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah objek yang diteliti (N) adalah 70
sampel untuk tahun 2007 - 2011. Sebelum data diolah, terlebih dahulu variabel CR (Current
Ratio), NPM (Net Profit Margin), DER (Debt to Equity), dan LABA (Perubahan Laba)
ditransformasikan ke bentuk Logaritma Natural untuk mendapatkan satuan yang sama, yaitu
kali.
Berikut ini adalah deskripsi hasil analisis :
a. LnLaba (Logaritma Natural Laba) Mean sebesar 3.0134 dan LnLaba Standard Deviation
sebesar 1.58164 64
b. LnCR (Logaritma Natural Current Ratio ) Mean sebesar 5.1405 dan LnCR Standard
Deviation sebesar 0.50325
c. LnNPM (Logaritma Natural Net Profit Margin) Mean sebesar 5.1405 dan LnNPM
Standard Deviation sebesar 1.05186
d. LnDER (Logaritma Natural Debt to Equity Ratio) Mean sebesar 4.7377 dan LnDER
Standard Deviation sebesar 0.93421
e. TATO (Total Asset Turonver) Mean sebesar 1.3690 dan TATO Standard Deviation sebesar
.061697

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Singkat Objek Penelitian
Perusahaan yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan food and
beverages yang listing di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2011, dan mempunyai
data yang lengkap. Diperoleh data dalam penelitian ini sebanyak 70 (14x5) perusahaan.
Uji Kualitas Data
1. Pengujian Normalitas Data
Menggunakan Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov, jika nilai signifikasi > 0.05
maka data tersebut berdistribusi normal.Dan jika signifikasi < 0.05 maka data tidak
berdistribusi normal.

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas

321

Dapat dijelaskan bahwa model regresi linear berganda tersebut layak dan baik
digunakan dalam penelitian ini, karena semua variabel memiliki Asymp.Sig > 0.05 yang
berarti residual data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Model regresi yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas, yaitu
dimana keadaan antara dua variable independen atau lebih pada suatu model regresi terjadi
hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna. Salah satu cara untuk
medeteksi ada tidaknya multikolineritas dengan cara melihat nilai Tolerance dan VIF.
Hasil output uji multikolineritas sebagai berikut :
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolineritas

Berdasarkan table 5.4 di atas, terlihat bahwa masing masing variabel independen
memiliki nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance diatas 0.1.
3. Uji Autokolerasi
Autokolerasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual untuk
pengamatan satu dengan pengamatan yang lain yang disusun menurut runtun waktu. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokolerasi dengan menggunakan uji Durbin
Watson. Hasil output uji autokolerasi menujukan nilai Durbin Watson sebesar 1.777.
Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi, adalah :
1) Nilai Durbin-Watson yang didapat dari hasil regresi adalah 1.777.
2) Nilai dL dan dU setelah dilihat pada tabel Durbin-Watson dengan tingkat
signifikansi 0.05, n=70, dan k=4, adalah dL = 1.4943, dU = 1.7351 dan 4-dU
adalah 2.2649
3) Dari hasil yang diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.777 terletak pada
daerah dL < DW < 4-dU (1.4943< 1.777 < 2.2649) maka dapat disimpulkan bahwa
model regresi tidak terjadi autokolerasi.

322

4. Uji Heterokesdasitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskesdatisitas.

Pada gambar hasil pengujian dapat terlihat bahwa titik titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedasititas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

Uji Hipotesis
1.

Uji Adjusted R2
Tabel Hasil Uji Adjusted R2

Dari output tabel model summary dapat diketahui nilai R2 adalah 0,132. Jadi
pengaruh dari Variabel Independen (Current Ratio, Net Profit Margin, Debt to Equity
Ratio, Total Asset Turnover) yaitu 13,2%, sedangkan sisanya sebesar 86,8% dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Uji Statistik F
Uji anova dilakukan dengan melihat hasil uji signifikansi F test yaitu apakah hasil
uji signifikansi tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar
323

0.05. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Ha5 menyatakan Net Profit
Margin, Debt to Equity Ratio dan Total asset turnover memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan laba secara simultan.

Tabel Hasil Uji F

Dari tabel diatas terlihat angka F sebesar 3.624 dan kolom sig terlihat angka
0.010 < a (0.05) artinya koefisien regresi tersebut signifikan. Maka Ha5 dalam
penelitian ini diterima artinya Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to
Equity Ratio (DER), dan Total Asset Turnover (TATO) secara simultan memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba.

3. Uji t
Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter yaitu apakah variabel bebas
ln Current Ratio, ln Net Profit Margin, ln Debt to Equity Ratio, dan Total Asset
Turnonver dapat dipakai sebagai penduga yang signifikan terhadap variabel terikat ln
Laba dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05.
Tabel Hasil Uji t

1) Pengujian Hipotesis 1

324

Ha1 menyatakan bahwa Current Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik, besar nilai t hitung 2.254 lebih
besar dari t table, pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha1 diterima dan
menolak Ho. Artinya current ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2) Pengujian Hipotesis 2
Ha2 menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 1.065 lebih kecil dari t tabel pada
tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha2. Artinya
net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3) Pengujian Hipotesis 3
Ha3 menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung 3.631 lebih besar dari t
tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ha3 diterima dan menolak Ho.
Artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
4) Pengujian Hipotesis 4
Ha4 menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh signifikan terhadap
perubahan laba. Berdasarkan hasil parameter statistik t hitung -0.888 lebih kecil dari t
tabel pada tingkat signifikansi 0.05. Dengan demikian Ho diterima dan menolak Ha4.
Artinya total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Analisa Persamaan Model Regresi Berganda


Bentuk persamaan linear berganda penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Nilai konstanta (a) sebesar -6.922 artinya apabila tidak ada pengaruh Current Ratio
(CR) X1, Net Profit Margin (NPM) X2, Debt to Equity Ratio (DER) X3, dan Total
Asset Turnover (TATO) X4, maka perusahaan mengalami penurunan sebesar -6.922
%
2. Nilai koefisien b1 (CR) sebesar 1.021 artinya setiap kenaikan 1% (CR) X1 sementara
variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan labasebesar 1.021 %.
3. Nilai koefisien b2 (NPM) X2 sebesar 0.207 artinya setiap kenaikan 1% (NPM) X2
sementara variabel independent lainnya konstan, maka terjadinya kenaikan laba
sebesar 0.207 %.

325

4. Nilai koefisien b3 (DER) X3 sebesar 0.933 artinya setiap kenaikan 1 satuan (NPM)
X3 sementara variabel lainnya konstan, maka perusahaan akan mengalami perubahan
laba sebesar 0.933 %.
5. Nilai koefisien b4 (TATO) X4 sebesar -0.31 artinya setiap kenaikan 1% (TATO) X4
sementara variabel independen lainnya konstan, maka terjadi penurunan laba sebesar
0.31%.
Pembahasan
1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan
perubahan laba karena current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Adanya
peningkatakan kinerja perusahaan juga menambah peluang meningkatnya pertumbuhan
laba. Hal ini membuktikan bahwa tingkat likuiditas perusahaan cukup baik dan
memberikan pengaruh yang positif terhadap perubahan laba. Artinya, semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala utang jangka pendeknya. Hasil penelitian
ini mendukung penelitian yang dilakukan Tumurin (2004) membuktikan bahwa CR
berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
2. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit
margin dengan perubahan laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food
and bevarages mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang
besar. Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan
dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua
biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya. Hal tersebut mendukung penelitian Syamsudin (2008) yang membuktikan
bahwa net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.
3. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio
dengan perubahan laba, karena perusahaan mampu memutarkan modal yang berupa
pinjaman secara efektif. Walaupun bunga dan angsuran yang dibayar menambah beban
perusahaan, tetapi perusahaan mampu memaksimalkannya sehingga bisa menambah
potensi bertambahnya laba. Hal ini tidak sama dengan penelitian Syamsudin (2008) yang
membuktikan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan
laba.
4. Berdasarkan hasil penelitian tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara total asset
turnover terhadap perubahan laba, perusahaan food and beverages kurang memaksimalkan
penggunaan aktiva yang dimiliki, agar bisa lebih efektif dalam meningkatkan pendapatan
perusahaan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa walau perusahaan memiliki asset
yang besar, bukan berarti akanmenghasilkan pendapatan yang meningkat. Hal ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Juliana dan Sulardi (2003), serta Meythi
(2005).
Kesimpulan dan Saran
1.

Kesimpulan
1) Secara simultan, Current Ratio (CR), Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio
(DER), dan Total Asset Turnover (TATO) memiliki pengaruh yang signifikan
326

2)

3)

4)
5)

2.

terhadap perubahan laba perusahaan. Dilihat dari pengaruh variabel independent


terhadap perubahan laba yang siginifikan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara current ratio dengan perubahan laba karena
current ratio digunakan sebagai tolak ukur dalam menilai kemampuan perusahaan
dalam membayar semua utang jangka pendeknya. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
likuiditas perusahaan cukup baik dan memberikan pengaruh yang positif terhadap
perubahan laba. Artinya, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk memenuhi.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara net profit margin dengan perubahan
laba karena Net Profit Margin yang dimiliki perusahaan food and bevarages
mempunyai angka yang kecil disebabkan oleh harga pokok produksi yang besar.
Efisiensi pengeluaran biaya untuk kedepannya disarankan agar lebih menekan dalam
segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat menutup semua
biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya.
Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan laba.
Total Asset Turnover (TATO) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan laba.

Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1) Bagi Perusahaan food and beverages, current ratio dalam perusahaan menunjukan
angka tinggi dan berarti banyak dana yang menganggur disarankan agar dipergunakan
untuk berinvestasi guna meningkatkan laba perusahaan. Net Profit Margin yang
dimiliki perusahaan food and beverages mempunyai angka yang kecil disebabkan
oleh harga pokok produksi yang besar, untuk kedepannya disarankan agar lebih
menekan dalam segi harga pokok produksi agar laba bersih yang dihasilkan dapat
menutup semua biaya lain sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya. Terhadap penggunaan assets, perusahaan food
and beverages harus lebih memaksimalkan seluruh assets yang dimiliki agar
penjualan yang dihasilkan oleh perusahaan mampu menutupi semua beban yang
dikeluarkan oleh perusahaan, dan meminimalisir terjadinya kerugian.
2) Bagi investor dalam menentukan keputusan investasi dalam perusahaan food and
beverages sebaiknya tidak hanya didasari oleh informasi keuangan. Jika ingin
melakukan investasi, bisa menggunakan perbandingan harta lancar dengan utang
lancar, dengan melihat tingkat likuiditas dari perusahaan yang bersangkutan.
3) Untuk penelitian yang lebih lanjut diharapkan agar memperluas sampel penelitian
bukan hanya dari perusahaan food and beverages tetapi juga perusahaan lainnya
sebagai contoh manufaktur, perbankan, trading, dan lain lainya serta menambahkan
variabel yang lain dari penelitian yang telah teruji kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Lusiana Noor. 2008. Analisis Kegunaan Rasio-Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba (Studi Empiris: Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI). Semarang: Universitas Diponegoro.
327

Ang, Robert. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia.Jakarta : Mediasoft Indonesia,


1997.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke
IV,Semarang : Badan Penerbit UNDIP, 2009.
Harahap, Sofyan Syafri. Analisis Kritis atas laporan keuangan keuangan.Jakarta :
Raja Grafindo Persada, 2007.
http:// junaidichaniago.wordpress.com
Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan .Jakata : Salemba Empat,
2009
Kuswandi.Memahami Rasio Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta : Elex
Media Komputindo, 2006.
Mardiyanto, Handono. Inti Sari Manajemen.Jakata :Grasindo, 2009
Meythi. 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan
Laba, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Volume XI Nomor 2.
Parawiyati.2000.Penggunaan Informasi Keuangan untuk memprediksi keuntungan
investasi bagi investor di Pasar Modal.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol
3 No 2, 215.
Prihadi, Toto. Mudah Memahami Laporan Keuangan, Toto Prihadi. Jakarta : PPM,
2007
Priyatno, Duwi. Mandiri Belajar SPSS (saistical Product and service solution) Untuk
Analisis Data Dan Uji Statistik. Jakarta : MediaKom, 2008.
PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2007
PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2008
PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2009
PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2010
PT. BEJ, Indonesian Capital Market Directory 2011
Sugiono, Arief. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan.Jakarta :Grasindo,
2009.
Soemarso S. R. Akuntansi Suatu Pengantar . Buku satu. Edisi lima. Jakata : SalembaEmpat,
2004.
Stella. 2009.Pengaruh PER, DER, ROA dan PBV terhadap harga pasar saham,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi.
Suwardjono.Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Yogyakarta: BPFE, 2008.
Wild, John J. Analisis LaporanKeuangan 1.Jakarta : Salemba 4, 2005.
www.gapmmi.or.id
328

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO JANGKA WAKTU 1


BULAN TERHADAP ROA, LDR, DAN NPL PADA BANK UMUM YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009 2012
Pipit Tri Puspita
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
pipit_puspita26@yahoo.co.id

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka
waktu 1 bulan terhadap Return on Assets (ROA),Loan to Deposit Ratio (LDR) Non
Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.
Desain penelitian menggunakan kausalitas-komparatif dimana sumber data adalah data
sekunder.Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 perusahaan perbankan
yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling.Unit analisis adalah perusahaan.Analisis data
menggunakan regresi linear sederhana dengan alat bantu Statistical Package for the Social
Science(SPSS)
Hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan
terhadap ROA, ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset bank
tersebut. Semakin besar nilai ROA maka semakin baik besar pula kinerja perusahaan, karena
return yang didapat perusahaan semakin besar. danSukubungaberpengaruh
secarapositiftidak signifikan terhadap LDR artinyaSemakin kecil tingkat suku bunga LDR,
maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh. KinerjaLDR yang
sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya pinjaman yang tinggi
pada
titik
tertentu
bank
akan
mengalami
kerugian.Sebaliknya,
Semakinbesaratautinggitingkatsukubunga
LDR,
makaakansemakinkuranglaba
yang
akandiperoleh.sedangkanvariabel
Suku
bunga
berpengaruh
negatif
tidak
signifikanterhadapNon Perfoming Loan (NPL)artinyaNPL yang tinggi menyebabkan
timbulnya masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang
tidak bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang).
Kata kunci : Kinerja perusahaan, Good Corporate Governance, profitabilitas, ukuran
perusahaan.
PENDAHULUAN
Awal tahun 2012, perekonomian di Indonesia menghadapi situasi dimana suku bunga
deposito berjangka mengalami gejolak. Karena Indonesia saat ini masih memiliki tingkat
kesejahteaan penduduk yang relatif rendah. Trend rendahnya tingkat inflasi dan penurunan
329

suku bunga induk (BI-rate) hingga level 5,75% pada awal maret 2012 (terendah sejak
pemberlakuan suku bunga induk) oleh Bank Indonesia, seharusnya dapat menjadi berita
gembira untuk semua kalangan seperti pengusaha, debitur kredit pemilikan rumah (KPR) dan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) karena diharapkan kebijakan bank sentral ini akan diikuti
dengan penurunan bunga kredit bank. Dalam 1 tahun terakhir ini suku bunga deposito
berjangka terus mengalami penurunan dan cenderung stabil. Keadaan ini mengakibatkan
penurunan suku bunga kredit dan pinjaman pada bank umum di Indonesia.
Suku bunga deposito sebagai daya tarik utama penduduk Indonesia untuk
merencanakan dan menyimpan uang mereka pada bank-bank umum di Indonesia. Dan dalam
mengelola dananya, setiap masyarakat harus benar-benar mengetahui resiko yang akan
diperoleh. Dan untuk bank harus pintar serta cermat melihat peluang bisnis dana segar seperti
deposito atau dana pihak ketiga. Tingkat bunga yang terlalu rendah akan membuat
masyarakat sulit atau ragu-ragu menabung atau ikut menginvestasikan dana mereka. Dan
apabila suku bunga yang diberikan kepada masyarakat terlalu tinggi, itu akan berpengaruh
terhadap suku bunga kredit yang ada di bank tersebut.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan suku bunga deposito dan kredit industri
perbankan terus menunjukkan penurunan. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan pada April
2012 turun hingga 24 bps. Sedangkan suku bunga kredit turun tipis 8 bps. Demikian hasil
Laporan Tinjauan Kebijakan Moneter BI bulan Juni 2012 penurunan suku bunga perbankan
masih terus berlanjut. Penurunan suku bunga kredit yang lebih terbatas dibandingkan dengan
suku bunga deposito menyebabkan selisih (spread) di antara kedua suku bunga mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan selisih pada bulan sebelumnya
Selisih yang masih relatif lebar tersebut masih memberikan ruang bagi penurunan suku
bunga kredit lebih lanjut sejalan dengan efisiensi penyaluran dana perbankan serta perbaikan
efisiensi operasional perbankan. Berdasarkan kelompok bank, BI mengungkapkan penurunan
terbesar suku bunga deposito 1 bulan tercatat pada kelompok BPD yang memiliki level suku
bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Penurunan suku bunga
deposito 1 bulan pada kelompok BPD tercatat sebesar 40 bps, sedangkan kelompok bank
asing, bank swasta dan bank persero masing-masing tercatat sebesar 20, 25 bps, dan 20 bps.
Untuk suku bunga kredit, penurunan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang juga
memiliki level suku bunga paling tinggi dibandingkan dengan kelompok bank lainnya. Pada
April 2012, kelompok bank asing menurunkan suku bunga KMK dan KK masing-masing
sebesar 21 dan 37 bps. Sementara itu, kelompok bank swasta, BPD dan bank persero
menurunkan suku bunga kreditnya masing-masing sebesar 5, 6, dan 10 bps.
Pada dasarnya tingkat suku bunga yang tinggi belum tentu bagus bagi kinerja
perbankan meskipun mendapatkan dana segar dari masyarakat yang besar, perbankan tidak
bisa dan mampu bertahan selama modal mereka terus menerus keluar karena pengaruh
negative spread 9 selisih bunga deposito dengan kredit ). Umumnya perusahaan didirikan
untuk mencapai tujuan tertentu yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan
yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam
setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus.Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mencari tahu seberapa besar pengaruh kinerja utama keuangan perbankan berupaROA
(Return on Assets), LDR (Loan on Deposi Ratio)dan NPL(Non Perfoming Loan),yang
dipengaruhi tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan pada Bank Umum di
Indonesia.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :
330

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Return on Assets (ROA) Pada Bank Umum.
2. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Loan to Deposit Ratio (LDR) Pada Bank Umum.
3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito jangka waktu 1 bulan terhadap
Non Perfoming Loan (NPL) Pada Bank Umum.
LANDASAN TEORI
A. Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara, yang pertama laba dalam ilmu
ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil
penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman
modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).
1. Pengertian Laba Optimal
Pergerakan seluruh sumber daya untuk menghasilkan laba. Laba usaha atau laba
optimal merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara pemasukan dengan
biaya serta pengeluaran dalam kegiatan normal perusahaan.
2. Pengertian Optimalisasi Laba
Ukuran yang lain menyangkut profitabilitas, yaitu angka laba harta atau laba
investasi, yang berasal dari perbandingan angka laba (dipetik dari laporan laba rugi)
dan total harta atau total asset.
B. BANK
Kata bank berasal dari bahasa Itali banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan untung
dari biaya transaksi atau jasa yang diberikan dan bunga pinjaman. Menurut UndangUndang No.10 tahun 1998, bank adalah badan usaha menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan definisi definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah
lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan pada jasa penghimpunan dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut untuk digunakan sebagai pemberian
kredit kepada nasabah bank tersebut.
1. Sumber Dana Bank
a. Dana Sendiri
Meskipun untuk suatu usaha bank, porporasi dana sendiri relatif kecil apabila
dibandingkan dengan total dana yang dihimpun ataupun total aktivanya, dana sendiri
ini tetap merupakan hal yang penting bagi kelangsungan usahanya.
b. Sumber Dana Pihak Pertama
Sumber Dana Pihak Pertama adalah modal, yaitu sejumlah dana yang diinvestasikan
untuk mendirikan suatu bank oleh pemegang saham. Modal merupakan factor yang
sangat penting bagi bank yaitu sebagai alat penampung resiko kerugian (Riyadi,
2006).
Pengertian modal bagi bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
menurut Paket Kebijakan 29 Mei 1993 terdiri atas modal inti dan modal pelengkap dengan
penjelasan sebagai berikut :
331

a. Modal inti
1) Modal disetor
Modal disetor adalah sejumlah dana yang disetorkan secara berkala oleh pemilik saat
pendirian bank, dan biasa digunakan untuk menyediakan tanah, gedung, peralatan
kantor dan kegiatan promosi untuk kepentingan perusahaan.
2) Agio saham
Nilai selisih jumlah uang yang dibayarkan oleh pemilik baru dibandingkan dengan
nilai nominal saham.
3) Modal sumbangan
Modal sumbangan yaitu modal yang didapat dari sumbangan saham, termasuk selisih
antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut terjual.
4) Cadangan cadangan
Sebagian keuntungan bank yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan
cadangan lain yang digunakan untuk menampung risiko yang dapat terjadi di masa
yang akan datang.
5) Laba ditahan
Laba ditahan merupakan laba bersih yang didistribusikan kepada para pemegang
saham.
6) Cadangan Umum
Cadangan umum yaitu cadangan dan penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat pesetujuan rapat umum pemegang
saham atau rapat angota.
7) Cadangan tujuan
Cadangan tujuan yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk
tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota.
8) Laba tahun lalu
Laba tahun lalu yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak dan
belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umu pemegang saham atau rapat
anggota.
9) Laba tahun berjalan
Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi.
b. Modal Pelengkap
1) Cadangan revaluasi aktiva tetap
Cadangan revaluasi aktiva tetap yaitu cadangan yang dibentuk dan selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat
Jenderal Pajak.
2) Penyisihan penghapusan aktiva produktif
Penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu cadangan yang dibentuk dengan
cara membebani laba rugi tahun berjalan.
3) Modal pinjaman
Modal pinjaman yaitu hutang yang didukung oleh isntrumen atau warkat yang
memliki sifat seperti modal.
4) Pinjaman subordinasi
Pinjaman subordinasi yang mempunyai ciri cirri adanya perjanjian tertulis antara
bank dengan pemberi pinjaman.
332

c. Return on Assets ( ROA )


Return on Assets ( ROA ) keuangan perusahaan yang berkaitan dengan profitabilitas.
ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin besar
ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan,semakin efisien penggunaan aktiva
sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor karena
perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.Return On Asset
menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan
dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total aset-aset.(Keown, Martin, Petty,
dan Scott JR, 2004:77). Nilai Return on Assets dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :

Analisis ROA dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan menggunakan seluruh total kekayaan yang
dimilikinya, dengan menyesuaikan beban beban yang digunakan untuk membiayai
assetnya.
d. Loan to Deposit Ratio ( LDR )
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (2005:116) menyatakan bahwa
loan to deposit ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian
likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang


dilakukan nasabah deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
LDR suatu bank adalah sekitar 85%. Akan tetapi, batas toleransi berkisar antara 85% 100%. Tetapi menurut kasmir (2003 : 272 ), batas aman untuk LDR menurut peraturan
pemerintah adalah maksimum 110%.
e. Non Perfoming Loan (NPL)
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang
diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet (Almilia
dan Herdiningtyas, 2005). Menurut Riyadi (2006), risiko kredit yaitu risiko yang timbul
apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang
harus dibayarnya.
Menurut Kuncoro dan Suharjono (2001) :Kredit bermasalah adalah suatu keadaan
dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya
kepada bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank
333

Indonesia merupakan kredit yang digolongkan kedalam kolektibilitas kurang lancar,


diragukan dan macet. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Total NPL
NPL =

X 100%
Total Kredit

f. Suku Bunga
Menurut Budiono (1996 : 76), suku bunga adalah harga yang harus dibayar
apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang dan satu rupiah nanti.
Adanya kenaikan suku bunga yang tidak wajar akan menyulitkan dunia usaha
untuk membayar beban bunga dan kewajiban, karena suku bunga yang tinggi akan
menambah beban bagi perusahaan sehingga secara langsung akan mengurangi
profit perusahaan. Jadi suku bunga adalah harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam
perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang
luas. Bunga mempengaruhi secara langsung hehidupan masyarakat keseharain dan
mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian mulai dari segi
konsumsi, kredit, obligasi, serta tabungan. Edmister mengemukakan tiga istilah
yang berkaitan dengan suku bunga yaitu
g. Kerangka Pikir Penelitian
ROA (Y1)

Suku Bunga
Deposito (X)

LDR (Y2)

NPL (Y3)

h. Hipotesis Penelitian
Ha1: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga
terhadap Return on Assets ( ROA )
ROA berfungsi untuk megukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin
besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan
aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan menarik investor
karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi.
Ha2: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga
terhadap Loan to Deposit Ratio ( LDR )
334

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali


penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan
indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari deposito nasabah maka sektor
formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan baik dan tidak
menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat suku
bunga, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan diperoleh.
Ha3: Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat suku bunga
terhadap Non Perfoming Loan ( NPL )
Non Perfoming Loan adalah salah satu cara untuk menilai kinerja fungsi bank
dalam mengelola bisnisnya. NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan.
Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan
dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva
produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan
(income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh
buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai tempat penelitian
untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, yaitu pada perusahaan Perbankn umum
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2012. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 - 2012.
Diketahui bahwa pada tahun 2009 ada 32 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI
pada tahun 2010 ada 34 Perusahaan Perbankan umum yang terdaftar di BEI, dan tahun 2011
ada 31 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI, sedangkan untuk tahun 2012 ada
32 perusahaan perbankan umum yang terdaftar di BEI. Berdasarkan kreteria tersebut maka
diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 14 sampel, yang terdiri dari sampel tahun
2009 sampai dengan 2012.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana
analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1
variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk
membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan
(prediction). Namun sebelumnya harus dilakukan Uji Kausalitas data dengan pengujian
Normalitas dan Uji Asumsi Klasik dengan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service
Solution) yang berguna untuk membantu pengujian secara statistik.
1. Uji Kualitas data
Uji Kualitas data dilakukan dengan menggunakan Uji Normalitas. Uji Normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan variabel
bebas keduanya mempunyai berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini Uji
Normalitas menggunakan grafik normal probability plot.
2. Uji Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana adalah pengaruh antara 2 variabel saja, dimana terdiri dari 1
variabel independent (bebas), dan variable dependent (terikat) dan juga digunakan untuk
membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut umtuk membuat perkiraan
(prediction).
3. Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji-t)
335

Uji-t merupakan pengujian masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri yang


dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel independen lain konstan (cateris paribus). Dasar
pengambilan keputusannya adalah, Jika nilai signifikan < 0,05, maka Ha diterima, Jika
nilai signifikan > 0,05, maka Ha ditolak.
Adapun model regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y1 = a + bx
+e
Y2 = a + bx
+
Y3e= a + bx
+e
Ket:
Y 1,2,3 = Kinerja Return on assets (ROA) Loan to Deposit Ratio (LDR)
dan Non Perfoming Loan (NPL) yang dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga deposito Berjangka.
a

= konstanta

= koefisien regresi, merupakan besarnya perubahan variabel


terikat akibat perubahan tiap-tiap unit variabel bebas.

x
e

= Tingkat suku bunga deposito berjangka


= Kesalahan residual (error)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Uji Regresi Sederhana Y1
Coefficientsa
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

Std. Error

.673

.188

-7.672

3.006

Sig.

Beta
3.578

.001

-2.552

.013

1
SUKU_BUNGA

-.311

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil olah data SPSS, 2013


Penelitian ini menggunakan industri perbankan berjumlah 16 bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 - 2012 sebagai sampel penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan tahunan, laporan keuangan perusahaan.
jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 64. dari kedua variabel yang
dimasukkan kedalam model yaitu (ROA dan Suku Bunga) mendapatkan hasil uji regresi
sederhana yang signifikan pada = 5%. Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana
sebagai berikut :
336

ROA = 0,673-7,672x +
Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tersebar di sepanjang garis
diagonal dan grafik memberikan pola distribusi normal yang mendekati normal, artinya
model regresi memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan tabel hasil pengujian menunjukan
bahwa tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%).
Adapun hasil output pengujian secara parsial dari aspek-aspek variabel independen terhadap
variabel dependen adalah sebagai berikut:

Coefficientsa
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

Std. Error

.673

.188

-7.672

3.006

Sig.

Beta
3.578

.001

-2.552

.013

1
SUKU_BUNGA

-.311

a. Dependent Variable: ROA

a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap ROA ( Return On Asset )
Ha1:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA (
Return On Asset )
H01:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap ROA
( Return On Asset )
Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -2.552 dengan nilai p-value (Sig) sebesar
0.013 berada lebih kecil dari level of significance 0.05 (5%), sehingga hipotesis pertama
berhasil menolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat suku bunga secara
satistik berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA ( Return On Asset ). Artinya Hal ini
menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh negative signifikan terhadap ROA. Return
on assets merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset
yang dimilikinya.
Uji Regresi Sederhana Y2
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

Coefficients
B

Std. Error

(Constant)

.792

.086

SUKU_BUNGA

.060

1.361

Beta
9.261

.000

.044

.965

1
.006

a. Dependent Variable: LDR

337

Dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (LDR dan Suku Bunga
Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > = 5% (0,05).Maka
dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :
LDR = 0,792 + 0,60x +
Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic non-parametik
Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi data mempunyai
perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika terdapat perbedaan
yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data berbeda dengan standar
baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data tidak berbeda dengan standar
baku atau terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
SUKU_BUNGA
N
Normal Parametersa,b

Most Extreme Differences

LDR

64

64

.061525

.796195

.0130621

.1399758

Absolute

.153

.059

Positive

.153

.042

Negative

-.069

-.059

1.224

.468

.100

.981

Mean
Std. Deviation

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari data
diatas untuk LDR dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas karena nilainya di atas dari 0,05.
Coefficientsa
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

Coefficients
B
(Constant)

Std. Error
.792

.086

.060

1.361

Beta
9.261

.000

.044

.965

1
SUKU_BUNGA
a. Dependent Variable: LDR

.006

a. Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio )
Ha2:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap LDR(
Loan to Deposite Ratio )
H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap
LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar 0.044
dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.965 berada lebih besar dari level of significance
0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat
338

disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap LDR (Loan to Deposite Ratio ).LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Dengan banyaknya dana bank yang berasal dari
deposito nasabah maka sektor formal dalam kegiatan perbankan akan berjalan dengan
baik dan tidak menimbulkan kelesuan kegiatan operasional bank. Semakin kecil tingkat
suku bunga LDR, maka akan semakin bagus untuk pencetakan laba yang akan
diperoleh. Kinerja LDR yang sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak
tertagihnya pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian.
Sebaliknya, Semakin besar atau tinggi tingkat suku bunga LDR, maka akan semakin
kurang laba yang akan diperoleh.

Uji Regresi Sederhana Y3


Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

-3.682

.001

-1.381

.172

Coefficients
B
(Constant)

Std. Error
-3.347

.909

-19.987

14.471

Beta

1
SUKU_BUNGA

-.177

a. Dependent Variable: LN_NPL

dari kedua variabel yang dimasukkan kedalam model yaitu (NPL dan Suku Bunga
Deposito Bank) mendapatkan hasil yang tidak signifikan karena > = 5% (0,05).
Maka dapat diperoleh persamaan regresi sederhana sebagai berikut :
NPL = 0,54-0,020x +
Berdasarkan hasil Uji normalitas data yang dilakukan dengan uji statistic nonparametik Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan melihat apakah distribusi
data mempunyai perbedaan yang signifikan atau tidak dengan nilai standar baku. Jika
terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi < 0,05) maka distribusi data
berbeda dengan standar baku atau dinyatakan tidak normal. Sedangkan jika tidak
terdapat perbedaan yang signifikan (taraf signifikansi > 0,05) maka distribusi data
tidak berbeda dengan standar baku atau terdistribusi secara normal.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LN_NPL
N
Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

SUKU_BUNGA

61

61

Mean

-4.5755

.061461

Std. Deviation

1.47978

.0131030

.153

.157

Absolute

339

Positive

.153

.157

Negative

-.147

-.068

1.193

1.227

.116

.098

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas diatas maka dinyatakan data tersebut tidak normal, jadi dari
data diatas untuk NPL dan Suku Bunga Deposito Bank dinyatakan memenuhi asumsi
normalitas karena nilainya di diatas dari 0,05.

Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Sig.

Coefficients
B
(Constant)

Std. Error
-3.347

.909

-19.987

14.471

Beta
-3.682

.001

-1.381

.172

1
SUKU_BUNGA

-.177

a. Dependent Variable: LN_NPL

Pengujian Hipotesis antara tingkat suku bunga terhadap NPL (Non Performing Loan )
Ha3:Terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap NPL
(Non Performing Loan )
H02:Tidak terdapat pengaruh negative signifikan antara tingkat suku bunga terhadap
LDR (Loan to Deposite Ratio ).Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -1,381
dengan nilai p-value (Sig) sebesar 0.172 berada lebih besar dari level of significance
0.05 (5%), sehingga hipotesis kedua menolak Ha dan menerima H0.Sehingga dapat
disimpulkan tingkat suku bunga secara satistik berpengaruh negatif tidak signifikan
terhadap NPL (Non Performing Loan ).NPL yang tinggi menyebabkan timbulnya
masalah likuiditas (ketidakmampuan membayar pihak ketiga), rentabilitas (utang tidak
bisa ditagih), ataupun solvabilitas (modal berkurang). Semakin tinggi suku bunga maka
resiko tingkat terjadinya kredit macet akan rendah, karena nasabh tidak tertarik untuk
mengajukan kredit sehingga akan menurunkan kinerja perbankandan profitabilitas
perbankan dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan
aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan
(income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk
pada rentabilitas (profitabilitas) bank. Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank
harus menjaga NPL-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank
Indonesia.

340

KESIMPULAN
1. Secara Statistik diketahui Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Suku bunga
terhadap ROA (Return On Asset). Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga berpengaruh
negative signifikan terhadap ROA
2. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau Suku Bunga terbukti berpengaruh secara
positif tidak signifikan terhadap LDR (Loan to Deposit Ratio).
3. Secara Statistik penelitian dihasilkan kalau variabel Suku bunga berpengaruh negatif tidak
signifikan NPL (Non Performing Loan)

SARAN
Beberapa keterbatasan mempengaruhi hasil penelitian dan perlu menjadi
bahan pengembangan pada penelitian selanjutnya. Adapun saran dalam penelitian
ini
adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya menambah jumlah periode penelitian.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambahkan objek penelitian tidak
hanya pada lembaga keuangan bank, melainkan mencakup pula lembaga keuangan
lainnya, misalnya lembaga keuangan pembiayaan kredit (finance) di Indonesia sehingga
hasilnya dapat digunakan untuk menggeneralisasi seluruh industri keuangan. Serta
menambahkan sumber pendapatan bank yang lain. Contoh : DPK ( Dana Pihak Ketiga),
Biaya admin, dll.
3. Jika perusahaan perbankan ingin mengoptimalisasikan labanya bisa menggunakan variabel
lain dan semoga penelitian ini bisa menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Anton Wahyu Utomo, 2006, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia, Jurnal Ekonomi
dan
Bisnis ANTISIPASI, Vol.10, No. 1.
Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Eko, Yohannes Yuni, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia 2006-2008, SKRIPSI Manajemen
UNDIP
Hardono Mardiyanto,2008,Intisari Manajemen Keuangan,Jakarta:Granindo.
Hasibuan, H. Malayu S.P., 2007, Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Herdaru Purnomo detik finance Rabu,13/06/2012, http://finance.detik.com/read/2012/06/13
J.Supranto.2001,Statistik,Jakarta:Erlangga.
Kasmir. 2006. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
341

Kasmir, SE, MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT.RajaGrafindo
Persada, 2008)
Keown J Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen
Keown J
Arthur, John D Martin, J William Petty & David F Scoot,Jr.2004, Manajemen Keuangan
(prinsip dan penerapan). Cetakan Pertama.Edisi10. Jilid 1.PT Indeks.
Mia Lasmi Wardiah.2013,Dasar-Dasar Perbankan,Bandung:PustakaSetia.
Prof.Dr.Husaini Usman,M.Pd.,M.T dan R Purnomo Setiady Akbar,M.Pd,.2006,Edisi
Kedua,Jakarta:PT Bumi Aksara.
Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Badan Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Sova Sandrawati.2012,8 Mei 2012 http://www.sinarpaginews.com
Yohanes Yuni Eko Nugroho,2010,Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia Tahun 2006
2008,Semarang.

342

PENGARUH KARAKTERISTIK SASARAN ANGGARAN TERHADAP


KINERJA MANAJERIAL (Studi Kasus di Universitas Swasta X)
Rudy Setiawan
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
(rudysetiawan.rudy@yahoo.com)
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan pada salah satu Universitas Swasta yang ada berlokasi di Jakarta
Barat, Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
karakteristik sasaran anggaran yang terdiri atas partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan
sasaran anggaran, evaluasi sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran, dan kesulitan
sasaran anggaran berpengaruh secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap
kinerja manajerial.
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode survey, Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data
primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh para pemegang
anggaran di setiap departemen dan fakultas di Universitas Swasta X. Pengujian dalam
penelitian ini menggunakan uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik, Uji-t dan Uji-F.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Karakteristik Sasaran Anggaran secara parsial
hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik sasaran anggaran yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, sedangkan partisipasi
penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan karakteristik sasaran anggaran
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial di Universitas Swasta X.
Kata kunci: Karakteristik Sasaran Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Kesulitan
Sasaran Anggaran, Evaluasi Sasaran Anggaran, Umpan Balik Sasaran
Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, dan Kinerja Manajerial
PENDAHULUAN
Sistem perencanaan/penganggaran merupakan komponen yang sangat penting dalam
sebuah organisasi yang berdasarkan pada fungsi perencanaan keuangan. Menurut Rudianto
dalam bukunya menjelaskan bahwa di dalam suatu organisasi terdapat empat fungsi pokok
anggaran, yaitu Planning (perencanaan), Organising (pengorganisasian), Actuating
(menggerakkan), dan Controlling (pengendalian). Dengan adanya empat fungsi pokok
anggaran diharapkan organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien dari waktu kewaktu
baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Selain fungsi anggaran terdapat
Budgetary Goal Characteristics BGC yang menjelaskan secara langsung hubungan antara
anggaran dengan manajemen. Menurut Kenis (1979) ada lima Budgetary Goal Characteristics
(BGC)/ Karateristik Sasaran Anggaran (KSA), yaitu partisipasi penyusunan anggaran
343

(budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clearity), umpan balik
anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetary evaluation) dan kesulitan
sasaran anggaran (budget goal difficulty).
Dalam beberapa penelitian sebelumnya, pembahasan mengenai karakteristik sasaran
anggran terhadap kinerja manajerial pernah dilakukan dan hasil penelitian menunjukkan
ketidak konsistenan. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ida dan
Ketut (2008) menyatakan bahwa Budgetary Goal Characteristic tidak berpengaruh terhadap
kinerja manajerial pada rumah sakit pemerintah di Kota Denpasar.
Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kornelius (2008)
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan partisipasi manajer dalam penganggaran
berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial dan komuniaksi. Kemudian dalam penelitian
yang dilakukan oleh Renny (2008) menunjukkan bahwa partisipasi manajer dalam
penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajeril. Selanjutnya penelitian yang
pernah dilakukan oleh Andy (2009) menyatakan bahwa keadilan procedural berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial dan melalui budgetary goal characteristics menunjukkan
pengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
Dengan temuan ketidak konsistenan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan
masih belum banyaknya penelitian mengenai ke kelima kompenen karateristik sasaran
anggaran yang saling berkaitan satu sama lain. Maka dapat dirumuskan pernyataan penelitian
: apakah Kejelasan Sasaran Anggaran yang terdiri dari partisipasi penyusutan, kejelasan
sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran dan kesulitan anggaran
berpengaruh terhadap kinerja manajerial Universitas Swasta X?
Dengan demikian maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Karakteristik Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial studi kasus
pada Universitas Swasta X.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan diatas, makan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengkaji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
manajerial.
2. Untuk mengkaji pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial
3. Untuk mengkaji pegaruh evaluasi anggaran terhadap kinerja manajerial.
4. Untuk mengkaji umpan balik anggaran terhadap kinerja manajerial.
5. Untuk mengetahui pengaruh kesulitan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial..
KAJIAN TEORI
1. Landasan Teori
Teori yang akan di uji dalam penelitian ini ada Goal Setting Theory. Yang mana
teori ini digunakan oleh Kenis sebagai dasar teori penelitiannya. Menurut Edwin Locke
dalam sebuah situs online mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni:
344

1.
2.
3.
4.

Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian.


Tujuan-tujuan mengatur upaya.
Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi.
Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

2. Karakteristik Anggaran
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai anggaran, berikut ini diuraikan
karateristik anggaran menurut Mulyadi (1997) sebagai berikut:
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berisis komitmen atau kesanggupan manajemen, yang berarti bahwa para
manajer setuju untuk menerima tanggung jawab untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dengan anggaran.
4. Usulan anggaran ditelaah dan diisesuaikan oleh pihak yang berwenang lebih tinggi
dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dibawah kondisi tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran dan
selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
3. Kinerja Manajerial
Mahoney, Jerdee dan Carol (1965) dalam Badriah dkk (2013) mendefinisikan kinerja
manajerial berdasarkan fungsi-fingsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik,
yaitu seberapa jauh manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam
meliputi:
1. Perencanaan yaitu menentukan kebijakan dan sekumpulan kegiatan untuk selanjutnya
dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi waktu sekarang dan yang akan
datang.
2. Investigasi merupakan kegiatan untuk melakukan pemeriksaan melalui pengumpulan
dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuat laporan, sehingga
mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang
telah dilakukan.
3. Koordinasi, menyelenggarakan tindakan yang meliputi pertukaran informasi dengan
orang-orang dalam unit organisasi lainnya, guna dapat berhubungan dean
menyesuaikan program yang akan dijalankan.
4. Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan olah pimpinan terhadapat rencana yang telah
dibuat, dan ditujunka untuk menilai pegawai dan cacatan hasil kerja sehingga dari hasil
penilaian tersebut dapat diambil keputusan yang diperlukan.
5. Supervisi, yaitu penilaian atas usulan kinerja yang diamati dan dilaporkan.
6. Staffing, yaitu memelihara dan mempertahankan bawahan dalam suatu unit kerja,
meyeleksi pekerjaan baru, menetapkan dan mempromosikan pekerjaan tersebut dalam
unitnya atau unit kerja lainnya.
7. Negoisasi, yaitu usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan
atau kontrak untuk barang-barang dan jasa.
8. Perwakilan, yaitu menyampaikan informasi tentang visi, misi dan kegiatan-kegiatan
organisasi dengan menghadiri pertemuan kelompok bisnis dan konsultasi dengan
kantor-kantor lain.

345

METODE PENELITIAN
1. Hipotesis
H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial
H2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H3 : Evaluasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H4 : Umpan balik anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H5 : Kesulitan sasaran anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
H6 : Partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi
sasaran anggaran, umpan balik sasaran anggaran dan kesulitan sasaran
anggaran terhadap kinerja manajerial
2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Survei, Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang terdiri dari data primer. Data
primer pada penelitian ini, berasal dari hasil kuisioner yang telah diisi oleh karyawan
disetiap departemen Universitas Swasta X

3. Metode Analisis Data


a) Uji Kualitas Data
Menurut (Huck dan Cormier 1996), kualitas data dalam sebuah penelitian
dapat dievaluasi dengan melakukan uji reliabilitas dan validitas.
1) Uji Validitas
Uji validitas, digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Uji ini maksudkan untuk menjawab pertanyaan apakah instrument penelitian yang
telah disusun benar-benar akurat sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya
diukur didalam kuesioner. Menurut (Ghozali, 2002), jika r hitung untuk tiap butir
dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari r table
dan nilai pisitif, maka butir atau pertanyaan tersebut dikatakan valid.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas, merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten jika diulangi beberapa kali (Supramono dan Utami
2004). Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Menurut
Uma Sekaran, pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas sebagai berikut
(Sekaran 2003):
1) Cronbachs alpha < 0,6 = reliabilitas buruk
2) Cronbachs alpha 0,6 0,79 = reliabilitas diterima
3) Cronbachs alpha 0,8 = reliabilitas baik
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik.
b) Uji Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji Asumsi Klasik dengan Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah
berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas bertujuan
untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal.
2) Uji Multikolinieritas
346

Uji Asumsi Klasik dengan Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji


apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
di antara viriabel bebas, karena jika hal tersebut terjadi maka variabel-variabel
tersebut tidak ortogonal atau terjadi kemiripan.
3) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara
variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode
sebelumya. Autokorelasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana terjadi ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Dalam hal ini penulis akan
menggunakan metode grafik regresi sebagai alat uji untuk mengetahui apakah
terjadi masalah heteroskedastisitas.
c) Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini, terdapat 5 variable independen (X) dan 1 variable
dependen (Y) maka untuk menguji hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dengan menggunakan bantuan Statistical Product and Service Solution
(SPSS). Regresi ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variable dengan
variable lain.
Budgetary Goal Characteristic (BGC) terdiri dari 5 karakteristik, pengujian
dilakukan dengan menguji karakteristik BGC dengan variable Kinerja Manajerial
dengan persamaan regresinya adalah:
Y = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + . bkXk + e
Dimana:
Y
= Kinerja Manajerial
a
= Konstanta
X1
= Partisipasi Penyusunan Anggaran
X2
= Kejelasan Sasaran Anggaran
X3
= Evaluasi Anggaran
X4
= Umpan Balik Anggaran
X5
= Kesulitan Sasaran Anggaran
X6
= Secara Simultan
b1,..b6 = Koefisien Regresi
e
= Eror
1) Uji T Test (Uji Parsial)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (bi) sama dengan nol, atau :
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
347

Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol,
atau:
HA : bi 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen
2) Uji Analysis of Variance (Anova) / Uji F Test (Uji Simultan/Uji Global)
Uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari
variable bebas (X1, X2, Xk) dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau
keragaman variable terkait (Y). Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
semua variable bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.
Hipotesis nol (H0) yang hendak di uji adalah apakah semua parameter dalam
model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = bk = 0
Artinya, apakah semua variable independen bukan merupakan penjelasan yang
signifikan terhadap variable independen.
Hipotesis alternatif (H1) tidak semua parameter secara simulan sama dengan
nol, atau
H1 : b1 b2 bk 0

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


1. Data Kuesioner
Hasil survei dari 39 kuesioner yang diberikan kepada responden di Universitas
Swasta X, hanya 33 kuesioner yang kembali dan diolah dalam penelitian ini sehingga
dalam penelitian ini memperoleh respon rate sebesar 84,6%, hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Data Hasil Kuesioner
Keterangan
Jumah
Kuesioner yang dikirim
39
Kuesioner yang kembali
33
Kuesioner yang tidak kembali
6
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian
33
Tingkat pengembalian (Respon rate)
84,6%
2. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguaraikan, data sehingga
mudah dipahami. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif dilihat dari nilai rata-rata
(mean), maksimum, minimum dan standar deviasi suatu variabel. Hasil statistik
deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

348

Tabel 2. Statistik Deskriptif


a

Model

(Constant)
PPA
KSA
UBA
ESA
KESA

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
11.932
4.808
.005
1.438
.803
-.042
-.028

Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta

.337
.473
.386
.182
.284

.004
.530
.377
-.052
-.021

Sig.

Collinearity Statistics
Tolerance

2.482

.020

.016
3.038
2.078
-.230
-.099

.988
.006
.049
.820
.922

.406
.753
.695
.449
.505

VIF
2.464
1.329
1.439
2.228
1.980

a. Dependent Variabel: KM

Pada table 2 di atas menggambarkan variabel-variabel yang diteliti baik independen


maupun variabel dependen. Di bawah ini merupakan penjelasan dari tabel 5.2 statistik
deskriptif.
a. N dalam tabel menunjukkan banyaknya data. Data dalam penelitian ini berjumlah 30
sampel, yang berarti semua data mengenai partisipasi penyusunan anggaran (PPA),
kejelasan sasaran anggaran (KSA), umpan balik sasaran (UBA), evaluasi sasaran
anggaran (ESA), kesulitan sasaran anggaran (KESA) dan kinerja manajerial (KM) .
b. Maximum adalah nilai tertinggi dari setiap pengamatan. Data maximum dari PPA (21),
KSA (12), UBA (143), ESA (36), KESA (23) , dan KM (6,52).
a. Mean (rata-rata) merupakan jumlah seluruh angka pada data dibagi dengan
jumlah data yang ada. Mean dari PPA (14,87), KSA (9,13), UBA (9,17), ESA
(27,63), KESA (17,10) dan KM (1,3862).
Standar deviasi dalam tabel menggambarkan variasi dari variabel-variabel tersebut.
3. Hasil Pengujian Hipotesis
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
a

Model

(Constant)

PPA
KSA
UBA
ESA
KESA

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
11.932
4.808
.005
1.438
.803
-.042
-.028

Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta

.337
.473
.386
.182
.284

.004
.530
.377
-.052
-.021

Sig.

Collinearity Statistics
Tolerance

2.482

.020

.016
3.038
2.078
-.230
-.099

.988
.006
.049
.820
.922

.406
.753
.695
.449
.505

VIF
2.464
1.329
1.439
2.228
1.980

a. Dependent Variabel: KM

Sumber : Lampiran Uji Regresi


Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Anova Secara Simultan (F)
a

Model
Regression
1

Residual
Total

Sum of Squares
289.491
353.976
643.467

ANOVA
df

5
24

Mean Square
57.898
14.749

F
3.926

Sig.
b
.010

29

a. Dependent Variabel: KM
b. Predictors: (Constant), KESA, UBA, KSA, ESA, PPA

349

4. Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)


Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis
determinasi dapat dilihat pada tabel 5.10.
Berdasarkan output diperoleh angka R Square sebesar 0,450 atau 45%. Hal ini
menunjukkan bahwa persentase sumbangan pengaruh Variabel independen, yaitu
Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Umpan Balik Anggaran,
Evaluasi Sasaran Anggran dan Kesulitan Sasaran Anggaran terhadap Variabel Kinerja
Manajerial sebesar 45%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan sebesar 45% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya 55%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
a. Model Summary
Hasil analisi regresi pada tabel 5 menunjukkan R sebesar 0.671 yang berarti bahwa
korelasi atau hubungan antara karakteristik sasaran anggaran dengan kinerja
manajerial mempunyai hubungan yang kuat sebesar 67,1%, dikatakan kuat karena
angaka tersebut berada di atas 0,5 atau diatas 50%. Untuk nilai R Square atau nilai
koefisien determinasi sebesar 0,450 yang berarti bahwa Variabel dependen (kinerja
manajerial) mempu menjelaskan Variabel independen (partisipasi penyusunan
anggran, kejelasan sasaaran anggran, umpan balik sasaran anggran, evaluasi sasaran
anggaran dan kesulitan sasaran anggaran) sebesar 45%. Dan selebihnya 55% (100% 45%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak diikutkan dalam
penelitian ini.
b. Uji t Test
Untuk hasil penelitian secara parsial pada tabel 3 hasil penelitian menunjukkan
bahwa Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan adalah Variabel
partisipasi penyusunan anggaran (X1), evaluasi anggaran (X4) dan kesulitan sasaran
anggaran (X5) Sedangkan untuk Variabel yang mempunyai pengaruh signifikan
adalah Variabel kejelasan sasaran anggaran (X2) dan umpan balik anggaran (X3).
1) Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Partisipasi Penyusunan
Anggaran (X1) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung sebesar 0,016 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa
dalam partisipasi penyusunan anggaran di Universitas Swasta X kepala
departemen tidak mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan sasaran
anggaran di departemennya (tidak adanya feedback antara kepala departemen
dengan bawahan). Penetapan sasaran anggaran oleh kepala departemen tidak
berada di bawah kendali kepala departemen.
2) Kejelasan Sasaran Anggaran (X2)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kejelasan Sasaran
Anggaran (X2) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung
sebesar 3,038 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam
penentuan sasaran anggaran di Universitas X kepala departemen mengetahui
dengan jelas dan spesifik sasaran anggaran yang ingin dicapai, kepala departemen
memiliki pemahaman yang jelas atas sasaran anggaran yang prioritas dan bukan
prioritas dan sasaran anggaran disetiap departemen jelas dan tidak mendua.
3) Umpan Balik Anggaran (X3)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Umpan Balik
Anggaran (X3) berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t hitung
350

sebesar 2,078 lebih besar dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa dalam
Universitas Swasta X, Kepala departemen menerima cukup banyak umpan balik
mengenai pencapaian sasaran di setiap departemen, serta pengarahan atas
penyimpangan anggaran yang terjadi.
4) Evaluasi Sasaran Anggaran (X4)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Evaluasi Sasaran
Anggaran (X4) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung sebesar -0,230 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa
tidak ada evaluasi anggaran yang dilakukan oleh kepala departemen dalam
Universitas Swasta X. Hal ini bisa terjadi karena tidak adanya penjelasan
mengenai penyimpangan anggaran didalam evaluasi kerja, kepala departemen
tidak menjelaskan atas item-item yang melampaui anggaran yang berada diluar
kendali. Tidak ada feedback antara atasan dengan bawahan atas ketidakpuasan
hasil yang dicapai didalam departemen masing-masing.
5) Kesulitan Sasaran Anggaran (X5)
Hasil penelitian secara parsial menjelaskan bahwa variabel Kesulitan Sasaran
Anggaran (X5) tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai t
hitung sebesar -0,099 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,703. Ini menjelaskan bahwa
tidak ada kesulitan dalam sasaran anggaran di Universitas Swasta X. hal ini bisa
terjadi jika didukung dengan tidak adanya kesulit dalam mencapai sasaran
anggaran, tidak ada keahlihan kusus atau pengetahuan yang tinggi dalam
pencapaian sasaran anggaran, serta sangat longgarnya sasaran di setiap
departemen.
c. Uji F Test
Untuk hasil penelitian secara simultan pada tabel 4 menunjukkan bahwa
Karakteristik Sasaran Anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Kinerja Manajerial di Universitas Swasta X. Secara keseluruhan fakultas dan
departemen-departemen yang memegang anggaran direfleksikan dalam Karakteristik
Sasaran Anggaran dan memiliki persepsi yang dapat diterima terhadap partisipasi
penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik
anggaran dan kesulitan sasaran sasaran anggaran dalam mengkomunikasikan kinerja
di Universitas Swasta X.
SARAN DAN KESIMPULAN
1. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan, landasan teori, hasil analisis data, pengujian
hipotesis, dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Karakteristik Sasaran
Anggaran secara parsial hanya variable kejelasan sasaran anggaran dan umpan balik
sasaran anggaran yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial,
sedangkan partisipasi penyusunan anggaran, evaluasi dan kesulitan sasaran anggaran
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Secara simultan
karakteristik sasaran anggaran mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
manajerial di Universitas Swasta X.

2. Saran Penelitian
1. Menambah jumlah sampel atau objek dalam penelitian sehingga hasil penelitian lebih
dapat terwakili.
351

2. Diharapkan penelitian berikutnya juga tidak hanya melakukan metode survei tetapi
juga melakukan wawancara secara langsung sehingga salah persepsi dalam
pertanyaan dikuesioner dapat dihindari
3. Penelitian selanjutnya menambahkan beberapa variable lain seperti variable
komunikasi, goal commitment, keadilan prosedural dan variable intervening. Karena
kinerja manajerial tidak hanya diukur dengan karakteristik sasaran anggaran saja.

DAFTAR PUSTAKA
Analisis Regresi Linier Berganda
http://duwiconsultant.blogspot.com/2011/11/analisis-regresi-linier- berganda.html
pada 30 Agustus 2013, pukul 16.
Apa Itu Uji Asumsi Klasik?
http://olahdatainstan.com/apa-itu-uji-asumi-klasik/
Badriah, Nurul., Pengaruh Partisipaso Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran
Anggaran, Kesulitan Sasaran Anggaran, Evaluasi Anggaran dan Umpan
Balik Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial, Jurnal Skripsi, Universitas
Riau, January, 2013.
Bawono, Andy Dwi Bayu., Peran Budgetary Peran Budgetary Goal Characteristics
Sebagai Variable Intervening Dalam Hubungan Antara Keadilan Prosedural
dan Kinerja Manajerial (Studi pada Pejabat Eselon III dan IV pada
Pemerintah Daerah se-Eks Keresidenan Surakarta), Megister Sains
Akuntansi, Universitas Diponogoro, Semarang, 2009.
Damarik, Ayu Zulaini, 2011. Pengaruh Budgetary Goal Characteristics dan
Keadilan
Prosedural Terhadap Kinerja Manajerial (Studi Kasus Pada Eselon
III dan IV Pada Pemerintah Kota Tebing Tinggi), Tesis Magister, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Darsono & Purwati. A., Penganggaran Perusahaan, Teknik Mengetahui dan
Memahami
Penyajian sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian Aktivitas Bisnis. Jakarta, 2008.
Dickey, T., Dasar-Dasar Anggaran, Menyusun Perencanaan Keuangan Usaha.
PPM. Jakarta, 2004.

Penerbit

Ghozali I. 2007, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. BP


Diponogoro Semarang.

Universitas

,2009., Ekonometrika : Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. BP


Universitas Diponogoro Semarang.
Harefa, Kornelius., Analisis Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran
Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Komunikasi Sebagai Variable
Moderating Pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Di Medan, Tesis,
Universitas Sumatera Utara, Medan, 2008.
Kenis I., Effects of Budgetary Goal Characteristics on Managerial Attitudes and
Performance. The Accounting Review Vol. LIV, No. 4. October. 1979.
352

Nurdini, Allis. (2008). Cross-Section Vs Longitudinal : Pilihan Rancangan Waktu


Dalam Penelitian Perumahan Permukiman. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.
No 1, Juli 2008: 52 59.

34,

Maisyarah, Renny., Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja


Manajerial Dengan Komunikasi dan Komitmen Sebagai Variable Moderating
Pada PDAM Propinsi Sumatera Utara, Tesis, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2008.
Mulyadi., Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat dan Rekayasa. Bagian Penerbit
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. January. 1997.
Munandar. M., Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoordinasian Kerja Pengawasan
Kerja. Yogyakarta.
Murthi, Ida Ayu Mas M. dan Sujana, I Ketut. (2008). Pengaruh Budgetary Goal
Characteristics Terhadap Kinerja Manajerial Pada Rumah Sakit Pemerintah
Di Kota Denpasar. Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana Bali.
Dipublikasikan.
Pendidikan Ekonomi, Konsep Dasar Penganggaran Pengertian Anggaran.
http://www.pendidikanekonomi.com/2012/11/konsep-dasar-penganggaranpengertian.html.
Pengertian Statistik, Uji Hipotesis, Regresi Linier Berganda
http://andiwijayanto.blog.undip.ac.id/ pukul 16.42 pada 06 Agustus 2013.
Pengertian Statistik
http://definisipengertian.com/2011/pengertian-statistik
Ramandei, Philipus., Karakteristik Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Internal
dan
Kinerja Manajerial Aparat Pemerintah Daerah, Jurnal Maksi, Vol. 10.
January, 2010.
Populasi dan Sample
http://asropi.wordpress.com/tag/cluster-sampling/ diakses pada 20 juli 2013, pukul
01.00.
Rudianto., Penganggaran, Konsep dan Teknis Penyusunan Anggaran. Penerbit Erlangga.
Ciracas, Jakarta.
Shim

J.K dan Siegel J.G., Budgeting, Pedoman Lengkap


Penganggaran. Penerbil Erlangga. Jakarta. Februari 2000.

Langkah-langkah

Suharyadi dan Purwanto., Statistik untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Penerbit
Salemba Empat. Jagakrsa, Jakarta. 2009.
Teknik Pengujian Validitas dan Reliabilitas
http://marsonobejosuwito.files.wordpress.com/2011/04/spss_3.pdf
31 Juli 2013. pukul.10.32.
Tunggal. A.W., Pokok-Pokok Budgeting. Penerbit Harvarindo, 2008.
Uji Kualitas Data : Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu Konstruk Atau Konsep
kk.mercubuana.ac.id/files/99022-11-157641443672.doc
353

Uji Validitas dan Realibilitas Item Pernyataan Penelitian dilengkapi dengan contoh
Pengerjaan dengan SPSS 16 wajibstat.blogspot.com/2013/04/uji-validitas- danrealibilitas-item.html pada 23 Agustus 2013, pukul 16.31.
Welsch. G.A dkk., Anggaran, Perencanaan dan Pengendalian Laba. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta, 2000.

354

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP TINGKAT


MATERIALITAS DALAM PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
( Study Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta )

Tika Permata
Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
Kha_permata@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat
materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan baik secara parsial maupun simultan.
Jenis penelitian ini adalah kausalitas menggunakan data primer melalui penyebaran
kuesioner pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Responden adalah auditor, pengambilan
sample dilakukan dengan metode Simple Random Sampling. Unit analisis adalah individu.
Data analisis dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan Dengan Sesama Profesi
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan variabel
Kemandirian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat materialitas. R Square
menunjukan 67,9 % sedangkan sisanya 32,1 % dipengaruhi oleh variabel lain.
Kata kunci : Pengabdian pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Sosial, Kemandirian,
Keyakinan Terhadap Profesi, Hubungan Sesama Profesi dan Materialitas.
PENDAHULUAN
Penelitian ini mengangkat isu bahwa auditor eksternal yang memiliki pandangan
profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para
pengambil keputusan. Pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak luar diperlukan,
khususnya untuk perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh
manajemen profesional yang ditunjuk oleh para pemegang saham. Biasanya satu tahun sekali
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), para pemegang saham akan meminta
pertanggung jawaban perusahaan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan dan perlu diaudit oleh auditor
eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009 hingga kini
telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada delapan akuntan publik
(AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen Keuangan dalam pengumuman yang
diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan, penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Salah satu
dari Akuntan Publik (AP) yang terkena sanksi adalah Drs. Hans Burhanuddin Makarao. Yang
bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya
mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
355

pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun buku 2008, yang dinilai
berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen.
Contoh kasus yang terjadi adalah kasus yang menimpa Bank Century, kasus yang
terjadia dalah penyimpangan yang dilakukan oleh Bank Century terhadap Laporan Keuangan
yang dikeluarkan. Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Century yang dianggap
menyesatkan ternyata berisi banyak sekali kesalahan material. Disini peran auditor sangat
dibutuhkan untuk memeriksa laporan keuangan tersebut. Hasil audit BPK tentang Century
dianggap menyesatkan antara lain dikarenakan audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan
memuat "dosa" LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) yang belum secara resmi menetapkan
perhitungan perkiraan biaya penanganan Bank Century secara keseluruhan. Hal tersebut
dapat muncul karena adanya penghilangan informasi fakta material, atau adanya pernyataan
fakta material yang salah harus dikumpulkan.
Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji
minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan
keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bias diakibatkan oleh penerapan prinsip
akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta, atau karena hilangnya informasi penting
(Haryono, 2001). Sebagai contoh, jika auditor berkeyakinan bahwa salah saji secara
keseluruhan yang berjumlah kurang lebih Rp 100.000.000,00 akan memberi pengaruh
material terhadap pos pendapatan, namun baru akan mempengaruhi neraca secara material
apabila mencapai angka Rp200.000.000,00 adalah tidak memadai baginya untuk merancang
prosedur audit yang diharapkan dapat untuk mendeteksi salah saji yang berjumlah Rp
200.000.000,00 saja (Hastuti et al., 2003).
Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Auditing
Konrath mendefinisikan auditing sebagai Suatu proses sistematis untuk secara objektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut
dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Jenis-jenis Audit
Audit Laporan Keuangan
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan, yaitu informasi-informasi kuantitatif yang diaudit, telah disusun
sesuai dengan kriteria yang digunakan adalah Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
(PABU).Audit ini dilakukan oleh auditor independen.
Audit Ketaatan
Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah
mengikuti prosedur atau peraturan dan kebijakan tertentu yang ditetapkan oleh pihak
yang berwenang baik dari pihak intern maupun pihak ekstern. Pemeriksaan dapat
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dapat dilakukan oleh
Kantor Akuntan Publik, bagian internal audit dalam perusahaan, kreditor, maupun
pemerintah.
Audit Operasional
Audit operasional merupakan pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan
metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi
dan efektivitas.Audit operasional juga sering disebut sebagai audit manajemen
(management audit) atau audit kinerja (performance audit).
356

Audit Forensik
Audit forensik merupakan jenis audit yang terspesialisasi penugasannya karena
tujuannya adalah untuk menilai bukti terjadinya fraud atau kecurangan.

3. Pengertian Materialitas
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, dilihat dari keadaan ynag melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan
perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas
informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas
informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang
berkaitan dengan bukti. Konsep mateialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi
keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam
laporan keuangan, hanya informasi yang materialitas yang seharusnya disajikan.
Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas
seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik hanya berdasarkan tipe
informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan. Beberapa penelitian tentang
pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten
yang ada diantara para profesional dalam membuat pertimbangan tingkat materialitas.
Ada juga penelitian yang dilakukan, yang berkaitan dengan materialitas memeriksa
pengaruh satu variabel (ukuran suatu item seperti presentase pendapatan) dalam
pertimbangan materialitas.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah KAP yang terdaftar di IAPI,
sedangkan sampel penelitian adalah para auditor yang bekerja di KAP yang terdaftar di IAPI.
Analisis data yang diguakan yaitu menggunakan analisis:
1. Regresi yang menggunakan analisis regresi berganda, perhitungan yang diunakan yaitu :
Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + b5X5
dimana :
Y
=
Tingkat Materialitas.
a
=
Konstanta.
b1
=
Koefisien Regresi.
X1
=
Pengabdian Pada Profesi.
b2
=
Koefisien Regresi.
X2
=
Kewajiban Sosial.
b3
=
Koefisien Regresi.
X3
=
Kemandirian.
b4
=
Koefisien Regresi.
X4
=
Keyakinan Profesi.
b5
=
Koefisien Regresi.
X5
=
Hubungan Dengan Rekan Seprofesi.
2. Uji Asumsi Klasik yang terdiri dari Uji Normalitas, Uji Multkolineritas, Uji
Heteroskedastisitas, dan Uji Autokorelasi.
3. Uji Hipotesis yang telah ditetapkan, maka perlu diadakan pengujian hipotesis dengan
menggunakan Uji t yang merupakan uji yang dilakukan secara parsial untuk menguji
357

hubungan variabel secara individu, dan Uji F yang merupakan uji yang dilakukan secara
simultan untuk menguji hubungan variabel secara bersama-sama. Adapun ketentuan yang
digunakan untuk pengujian di atas yaitu:
Uji t = Jika thitung< ttabel maka Ho diterima
Uji F = Jika thitung> ttabel maka Ho ditolak
HASIL
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan P-P Plot, dengan criteria apabila titik-titik padaPP Plot berada pada garis lurus, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal
dari poplasi yang terdistribusi normal.

Gambar 5.1 Uji Normalitas Data


Berdasarkan hasl diagram P-P Plot dapat diketahui bahwa titik-titik berada pada garis
lurus, seperti tampak pada gambar diatas. Hal ini berarti bahwa data penelitian ini
telah diambil dari poulasi yang terdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Tabel 5
Hasil Uji Multikolenieritas
Variabel
Pengabdian Pada Profesi
Pengabdian Kewajiban Soaial
Kemandirian
Keyakinan Terhadap Pofesi

colinearity
tolerance
0,324
0,508
0,739
0,766

VIF
3,091
1.970
1.353
1.306

358

Hubungan Dengan Sesama Profesi


Materialitas

0,443
0,324

2.257
3.091

Tabel diatas menggambarkan bahwa tidak ada problem multikolinieritas. Hal


ini dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIP)< 10 dan nilai
tolenrance(TOL) yang lebih besar dari 0,10 yaitu pada variabel Pengabdian pada
Profsesi nilai tolenrance sebesar 0324 > 0,10 sedangkan nilai VIF 3,091 < 0,10.
Variabel Pengabdian Kewajiban Sosial nilai tolenrance sebesar 0,508 > 0,10
sedangkan nilai VIF 1,970 < 10. Variabel Kemandirian nilai tolenrance sebesar
0739 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,353 < 0,10. Variabel Keyakinan terhadap
Profesi nilai tolenrance sebesar 0,766 > 0,10 sedangkan nilai VIF 1,306 < 0,10.
Variabel Materialitas nilai tolenrance sebesar 0,324 > 0,10 sedangkan nilai VIF
3,091 < 0,10.
c. Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar scatterplot terlihat bahwa titik menyebar secara acak serta
tersebar dengan baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini
dpat disimpilkan tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi berganda.
d. Uji Autokorelasi
Table 5.16
Model

.815a

R Square
.664

Adjusted R
Square
.639

Std. Error of
the Estimate
4.975

DurbinWatson
1.356
359

a. Predictors: (Constant), VAR00005, VAR00003, VAR00004,


VAR00002, VAR00001
a. Dependent Variable: VAR00006
Dari hasil pengujian tersebut nilai Durbin-Watson sebesar 1,356 dan angka
tersebut berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi pada
model regresi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji t
Table 5.18
Hasil uji regresi secara parsial ( uji t )

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
21.646 6.302

1 (Constant)

t
3.435

Sig.
0.001

Pengabdian

0.53

0.213

0.308

2.491

0.015

Pks
Kemandirian

0.687
-0.13

0.323
0.526

0.21
-0.02

0.037
0.806

Keyakinan
Hubungan

1.181
0.558

0.342
0.237

0.277
0.249

2.126
0.247
3.452
2.358

0.001
0.021

Sumber : data primer yang diolah


Hasil uji t diatas menunjukan, bahwa Keyakinan terhadap profesi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat materialitas, sebab nilai thitung lebih
besar dari ttabel dan taraf signifikan berada dibawah nilai signifikan yaitu 0,05
b. Uji F
ANOVAb
Sum of
Squares

Model
1

df

Mean Square

Regression

3253.539

650.708

Residual

1540.433

65

23.699

Total

4793.972

70

F
27.457

Sig.
.000a

a. Predictors: (Constant), Hubungan, Kemandirian, Keyakinan, Pks, Pengabdian


360

b. Dependent Variable: Materialitas


Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel atas menunjukkan bahwa nilai
signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0,05
(0,000 < 0,05). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Pengabdian Pada Profesi,
Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi dan
Hubungan Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama (simultan) mempunyai
pengaruh signifikan terhadap Tingkat Materialitas.
Dengan demikian persamaan regresi yang dapat dibuat adalah sebagai berikut:
Y = 21.646 + 0.530 Pengabdian Pada Profesi + 0.687 Pengabdian
Kewajiban Sosial + (-0,130) Kemandirian + 1.181 Keyakinan Terhadap
Pofesi + 0.558 Hubungan Dengan Sesama Profesi
Dimana:

Y
a
b
X1
X2
X3
X4
X5

: Tingkat Meterialitas
: konstanta
: koefisien regresi
: Pengabdian Pada Profesi
: Pengabdian Kewajiban Sosial
: Kemandirian
: Keyakinan Terhadap Pofesi
: Hubungan Dengan Sesama Profesi

Disini yang memiliki tanda positif yaitu Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiba Sosial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi, dan
yang memiliki tanda negative hanya Kemandirian saja.
PEMBAHASAN
Pembahasan Hipotesis 1
Variabel Pengabdian Pada Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.015 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho1 diterima.
Pembahasan Hipotesis 2
Variabel Pengabdian Kewajiban Soaial adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.037 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho2 diterima.
Pembahasan Hipotesis 3
Variabel Kemandirian adalah tidak signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas signifikannya
sebesar 0.806 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho3 ditolak.
Pembahasan Hipotesis 4
Variabel Keyakinan Terhadap Pofesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat probabilitas
signifikannya sebesar 0.001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho4 diterima.
Pembahasan Hipotesis 5
Variabel Hubungan Dengan Sesama Profesi adalah signifikan, hal ini dapat dilihat
probabilitas signifikannya sebesar 0.021 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho5 diterima.
Dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat materialitas dipengaruhi oleh variabel Pengabdian
Pada Profesi, Pengabdian Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan
Dengan Sesama Profesi.
361

KESIMPULAN
Berdasarkan atas hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa (1) pada uji regresi secara parsial, Pengabdian Pada Profesi, Pengabdian
Kewajiban Soaial, Keyakinan Terhadap Pofesi, Hubungan Dengan Sesama Profesi yang
berpengaruh secara parsial terhadap materialitas. Sedangkan variabel lainnya seperti
Kemandirian, tidak berpengaruh terhadap materialitas. (2) pada uji regresi secara simultan,
dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu Pengabdian Pada Profesi,
Pengabdian Kewajiban Soaial, Kemandirian, Keyakinan Terhadap Pofesi, dan Hubungan
Dengan Sesama Profesi secara bersama-sama berpengaruh terhadap materialitas.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. (2008). Auditing, Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Publik. Jakarta: LPFE-UI.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder & Mark S. Beasley.Auditing & Assurance Services An
Integrated Approach. 10th edition.Prentice Education International. 2010.
Boynton, William C., and Raymond N. Johnson., 2006, Modern Auditing, United States of
America:John Wiley & Sons, Inc.
Dendawijaya. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia,Bogor.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Ikhsan, Arfan. (2007). Profesionalisme Auditor pada Kantor Akuntan Publik dilihat dari
Perbedaan Gender, Kantor Akuntan Publik dan Hirarki Jabatnnya. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol.9, No.3., Desember, hlm.199-222
Jusuf, Amir Abadi., 2011, Jasa Audit dan Assurance, Jakarta:Salemba Empat.
Kieso, D.E., & Weygandt, J.J. 2001.Intermediate Accounting (10th ed.). Toronto: John Wiley
&Sons, Inc.
Mulyadi. 2008. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Wahyudi, Hendro & Aida Ainul Mardaniyah. 2006.Pengaruh Profesionalisme
Auditor
Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Laporan Keuangan. Jurnal Simposium
Nasional Akuntansi. Padang: 23-26 Agustus.
Lawrence P, Kalbers dan Timothi J, Fogart., 1995, Profesionalism and its Consequences: A
study Of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice and Theory .

362

PENGARUH GENDER, TEKANAN ANGGARAN WAKTU,


KOMPLEKSITAS TUGAS DAN PENGALAMAN AUDITOR
TERHADAP AUDIT JUDGMENT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK
DI JAKARTA.

Ussy Annisa Darusman


Fakultas Ekonomi/Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
ussyad@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dan simultan
antara gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor
terhadap audit judgment.
Subyek penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode
pengumpulan data, kuesioner dibagikan langsung kepada responden dan sebagian dibagikan
melalui mail survey. Dari 92 kuesioner yang di kirim ke responden hanya 50 kuesioner yang
dapat digunakan untuk menganalisis data. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis
regresi linier beganda. Yang diolah menggunakan software SPSS 21.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap
audit judgment, tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh terhadap audit judgment,
kompleksitas tugas tidak berpengaruh terhadap audit judgment, pengalaman auditor
berpengaruh terhadap audit judgment dan secara simultan gender, tekanan anggaran waktu,
kompleksitas tugas dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap audit judgment.
Kata kunci : Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengalaman Auditor,
Audit Judgment.

PENDAHULUAN
Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan
judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,
sekarang, dan masa yang akan datang. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada
seksi 341 menyebutkan bahwa audit judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian
dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan audit.
Aspek perilaku individu, sebagai salah satu faktor yang banyak mempengaruhi pembuatan
audit judgment, sekarang ini semakin banyak menerima perhatian dari para praktisi akuntansi
363

ataupun dari akademisi. Namun demikian meningkatnya perhatian tersebut tidak diimbangi
dengan pertumbuhan penelitian di bidang akuntansi perilaku di mana dalam banyak
penelitian tidak menjadi fokus utama. (Meyer, 2001).
Gender menjadi salah satu faktor individu yang dapat berpengaruh terhadap kinerja
yang memerlukan judgment dalam berbagai kompleksitas tugas. Wanita lebih efisien dan
efektif dalam memproses informasi pada saat ada kompleksitas tugas dalam pengambilan
keputusan dibandingkan dengan pria. Isu mengenai pengaruh gender meningkat di
lingkungan kerja ketika terjadi perubahan komposisi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin di
perusahaan, tetapi sampai sekarang wanita belum menunjukan keberhasilannya dalam
menempati jabatan puncak dalam perusahaan hal ini disebabkan karena masih terdapat
diskriminasi perlakuan yang berbeda terhadap hasil kerja atau kinerja auditor wanita
dibandingkan dengan auditor pria. Beberapa penelitian sebelumnya mengatakan bahwa
gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment karena perbedaan karakter dan
sifat auditor tersebut tidak berpengaruh terhadap audt judgment.
Anggaran waktu yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada auditor adalah
untuk mengurangi biaya auditnya. Tekanan Anggaran waktu ini dapat menyebabkan perilaku
menyimpang auditor, yang dapat memberikan implikasi yang serius bagi kualitas audit, etika
dan kesejahteraan auditor. (Liyanarachichi dan McNamara, 2007). Beberapa penelitian
sebelumnya manyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berdampak negatif terhadap kinerja
auditor. Terkadang waktu yang dianggarkan seorang auditor untuk menyelesaikan tugasnya
sangat sedikit, tidak sebanding dengan tugas yang harus ditanganinya. Semakin kompleks
tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit baginya untuk
memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Dengan adanya kompleksitas tugas yang tinggi
dapat mempengaruhi judgment yang dibuat oleh auditor. Pengalaman auditor juga dapat
mempengaruhi kemampuan seorang auditor dalam memprediksi kecurangan yang terjadi
dalam sebuah perusahaan. Dari pengalaman, auditor dapat belajar bagaimana cara yang tepat
dalam melakukan suatu penilaian atau judgment. Auditor yang berpengalaman dalam membuat
suatu judgment tidak mudah dipengaruhi oleh kehadiran informasi yang tidak relevan. Pada
kasus Perusahaan Enron Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson sudah melanggar
kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalankan tugasnya. Pelanggaran
tersebut awalnya bagi Perusahaan Enron sangat menguntungkan, tetapi akhirnya pelanggaran
ini dapat menjatuhkan kredibilitas Enron dan profesionalisme Kantor Akuntan Publik (KAP)
Arthur Anderson. Akibat dari kasus tersebut Enron mengalami kebangkrutan dan memiliki
banyak utang kepada para pemegang sahamnya, sedangkan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Arthur Anderson kehilangan kepercayaan dan keindependensiannya dari klien dan
masyarakat terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan opini (judgment).
Motivasi penulis melakukan penelitian ini dikarenakan terdapat hasil penelitian yang
berbeda beda oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah gender, tekanan anggaran
waktu, kompleksitas tugas dan pengalaman auditor dapat mempengaruhi audit judgment.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini mengambil judul
Pengaruh Gender, Tekanan Anggaran Waktu, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment Pada Kantor Akuntan Publik Di Jakarta.
TINJAUAN PUSTAKA
a. Teori Auditing
Menurut Sekar Mayangsari dan Puspa Wandanarum (2013) auditing adalah suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang
berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi
untuk menentutukan tingkatan kesesuaian antara asersi-asersi tersebut. dengan kriteria
364

yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang


berkepentingan.
Menurut Alvins A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley dan Amir Abadi Jusuf
(2011) auditing merupakan pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi
untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang
kompeten dan independen.
Menurut Sukrisno Agoes (2012) auditing merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan
bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Audit Judgment
Menurut Jamilah (2007) Audit Judgment adalah kebijakan auditor dalam
menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu
gagasan, pendapat atau perkiraan tentang suatu objek, peristiwa, status atau jenis
peristiwa lainnya. Audit judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap
seluruh bukti-bukti. Bukti inilah yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan audit, jadi dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari
pemeriksaan audit. Auditor membuat judgment dengan kesadaran bahwa penilaiannya
akan ditinjau dan akan dimintai keterangan.
c. Gender
Gender dapat diartikan sebagai pembedaan peran antara pria dan wanita yang juga
mengacu pada sistem hubungan sosial dan masyarakat kemudian menjadikannya budaya.
Gender juga diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgment terlihat
dari bagaimana klien lebih percaya pada auditor wanita karena akan lebih teliti dalam
menginvestigasi bukti-bukti audit, sedangkan kepada auditor pria klien kurang percaya
karena cenderung berpikir logis dalam menanggapi keterangan klien tanpa
memperhatikan isyarat nonverbal maupun bahasa tubuh dari kliennya.
d. Tekanan Anggran Waktu
Seorang auditor yang bekerja dalam tekanan anggaran waktu sangat mempengaruhi
kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas. Jangka waktu audit yang
terlalu lama akan menyebabkan cost audit yang semakin besar, akibatnya klien yang akan
menanggung fee audit yang besar juga. Hal tersebut akan dapat merugikan auditor atau
KAP.
e. Kompleksitas Tugas
Tingkat kesulitan tugas selalu dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang tugas
tersebut. Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan yang semakin
tinggi. Dengan adanya tugas yang semakin kompleks akan mendorong seorang auditor
untuk melakukan tugasnya tidak semudah yang dibayangkan.Semakin kompleks tugas
seorang auditor maka, dapat mempengaruhi judgment yang akan diberikan.
f. Pengalaman Auditor
Semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan. Pengalaman audit
365

dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun
pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman, keahlian yang
dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah
diikuti oleh auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.(Gusnardi, 2003).
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan adalah Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang
terdaftar pada direktori IAPI 2012 dan waktu peniitan dilakukan dari bulan Desember 2012
sampai dengan selesai.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh
langsung dari responden dan sumber data diperoleh langsung dari sumber yang berupa
jawaban kuesioner dari responden.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi di dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jakarta dan sampel pada penelitian ini dilakukan secara random
sampling, yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut : (1) auditor yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik di Jakarta yang terdaftar pada direktorat Kantor Akuntan Publik, (2)
level auditor senior. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 50 responden.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan cara
disampaikan langsung dan sebagian melalui mail survey ke Kantor Akuntan Publik yang ada
di Jakarta. kuesioner berisi persyaratan untuk mendapatkan informasi tentang gender, tekanan
anggaran waktu auditor, kompleksitas tugas, pengalaman auditor, dan juga audit judgment.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
linier berganda. Model fungsi persamaan dalam penelitian ini adalah:
Y=

Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Dependen (Audit Judgment)
Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil
auditnya yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, pendapat atau perkiraan. Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala likert lima poin yaitu 1 = rendah sekali, 2 =
rendah, 3 = netral, 4 = tinggi, dan 5 = sangat tinggi.
2. Variabel Independen
a. Gender (X1)
Di dalam penelitian ini gender dibedakan dalam 2 kategori yaitu pria dan wanita.
Gender merupakan variabel dummy dimana 1 = pria dan 0 = wanita. Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala nominal.
366

b. Tekanan Anggran Waktu (X2)


Tekanan anggaran waktu merupakan situasi yang muncul dari keterbatasan sumber
daya yang ditunjukkan untuk auditor dalam melakukan efisiensi terhadap waktu.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert yaitu 1 = sangat tidak setuju, 2 =
tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 = sangat setuju.
c. Kompleksitas Tugas
Kompleksitas tugas adalah tingkat kesulitan tugas yang selalu dikaitkan dengan
banyaknya informasi tentang tugas tersebut. Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 = setuju, dan 5 =
sangat setuju.
d. Pengalaman Auditor
Pengalaman auditor merupakan pengalaman yang dimiliki oleh seorang auditor dalam
melakukan audit atas laporan keuangan suatu entitas. Variabel ini diukur dengan
menggunakan skala likert, 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = netral, 4 =
setuju, dan 5 = sangat setuju.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tekanan anggaran waktu,
kompleksitas tugas, pengalaman auditor dan audit judgment, yang akan diuji secara statistik
deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 5
Tabel 5 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tekanan Anggaran Waktu 1


Tekanan Anggaran Waktu 2
Tekanan Anggaran Waktu 3
Tekanan Anggaran Waktu 4
Tekanan Anggaran Waktu 5
Tekanan Anggaran Waktu 6
Kompleksitas Tugas 1
Kompleksitas Tugas 2
Kompleksitas Tugas 3
Kompleksitas Tugas 4
Kompleksitas Tugas 5
Kompleksitas Tugas 6
Pengalaman Auditor 1
Pengalaman Auditor 2
Pengalaman Auditor 3
Pengalaman Auditor 4
Pengalaman Auditor 5
Pengalaman Auditor 6
Audit Judgment 1

Minimum

Maximum

Mean

Std.
Deviation

50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50

1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1

5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5

3.36
3.38
3.28
3.24
3.06
3.10
3.02
3.24
3.24
3.16
3.26
3.24
3.18
3.04
2.92
3.38
3.06
2.88
3.16

0.851
0.878
0.927
0.822
0.935
1.015
1.000
0.894
0.870
0.817
0.922
0.847
0.896
1.009
0.922
0.855
0.890
0.849
0.949

367

Audit Judgment 2
Audit Judgment 3
Audit Judgment 4
Audit Judgment 5
Audit Judgment 6
Valid N (listwise)

50
50
50
50
50
50

1
2
1
1
2

4
5
5
5
5

3.18
3.26
3.12
3.22
3.42

0.748
0.723
0.849
0.790
0.731

Pada tabel 5 menjelaskan bahwa pada variabel tekanan anggaran waktu rata-rata
total jawaban responden sedang, dapat diartikan bahwa auditor yang bekerja dalam tekanan
anggaran waktu sangat mempengaruhi kinerjanya untuk memperoleh hasil audit yang
berkualitas tetapi jika tekanan anggaran waktu digunakan secara tepat dapat memberikan
metode yang lebih efisien dalam mengaudit, auditor kadang merasa mendapat tekanan untuk
memenuhi anggaran waktu yang menunjukan efisiensinya sebagai auditor.
Untuk variabel kompleksitas tugas rata-rata total jawaban responden sedang, dapat
diartikan bahwa semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan semakin
sulit untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat tetapi dengan adanya kompleksitas
tugas auditor dapat mengetahui tingkat kesulitan tugas tersebut sehingga auditor dapat
menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
Dan pada variabel pengalaman auditor rata-rata total jawaban responden sedang,
dapat diartikan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka ia akan semakin mampu
menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam melakukan pemeriksaan dan mampu mencari
penyebab yang terkait dengan kekeliruan dan pelanggaran yang terjadi didalam laporan
keuangan.
Sedangkan pada variabel audit judgment rata-rata total jawaban responden sedang,
dapat diartikan bahwa auditor yang mempunyai tekanan anggaran waktu yang efisien,
tugas audit yang bemacam-macam dan pengalaman yang baik dapat memberikan
judgment (opini) dengan lebih hati-hati, teliti dan kompeten.
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Corelation. Suatu model
dikatan valid jika tingkat signifikannya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut
dapat dikatakan valid. Berikut ini akan disajikan hasil uji validitas dari empat variabel
yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tekanan anggaran waktu dengan pertanyaan
sebanak 6 item, kompleksitas tugas dengan pertanyaan sebanyak 6 item, pengalaman
auditor dengan pertanyaan sebanyak 6 item dan audit judgment dengan pertanyaan
sebanyak 6 item.
Tabel 5-2-1 Hasil Uji Validitas Variabel Tekanan Anggaran Waktu
Pertanyaan

Pearson
Corelation

Sig
(2Keteranagan
Tailed)

Tekanan Anggaran Waktu 1

0,753**

0,000

Valid

Tekanan Anggaran Waktu 2

0,829**

0,000

Valid

Tekanan Anggaran Waktu 3

0,765**

0,000

Valid
368

Tekanan Anngaran Waktu 4

0,765**

0,000

Valid

Tekanan Anggaran Waktu 5

0,834**

0,000

Valid

Tekanan Anggaran Waktu 6

0,809**

0,000

Valid

Tabel 5-2-2 Hasil Uji Validitas Variabel Kompleksitas Tugas


Pertanyaan

Pearson
Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Kompleksitas Tugas 1

0,787**

0,000

Valid

Kompleksitas Tugas 2

0,805**

0,000

Valid

Kompleksitas Tugas 3

0,843**

0,000

Valid

Kompleksitas Tugas 4

0,733**

0,000

Valid

Kompleksitas Tugas 5

0,678**

0,000

Valid

Komplekstas Tugas 6

0,808**

0,000

Valid

Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman Auditor


U
j
i
Pengalaman Auditor 1
Pertanyaan

V
Pengalaman Auditor
a 2
l
i 3
Pengalaman Auditor
d
i 4
Pengalaman Auditor
t
a
Pengalaman Auditor
s 5
Pengalaman Auditor
V 6
\

Pearson
Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

0,662**

0,000

Valid

0,794**

0,000

Valid

0,688**

0,000

Valid

0,697**

0,000

Valid

0,787**

0,000

Valid

0,735**

0,000

Valid

369

Tabel 5-2-3 Hasil Uji Validitas Variabel Audit Judgment


Pertanyaan

Pearson
Corelation

Sig (2-Tailed) Keterangan

Audit Judgment 1

0,715**

0,000

Valid

Audit Judgment 2

0,688**

0,000

Valid

Audit Judgment 3

0,793**

0,000

Valid

Audit Judgment 4

0,811**

0,000

Valid

B Judgment 5
Audit

0,816**

0,000

Valid

Audit Judgment 6
B

0,755**

0,000

Valid

Berdasarkan tabel uji validitas di atas dapat diketahui bahwa nilai


signifikansi dibawah 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua
indikator pada penelitian ini valid.
2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel jika nilai conbranchs alpha
berada diatas 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam tabel 5.3 berikut ini.
Variabel

Conbranch's
Alpha

Keterangan

Tekanan Anggaran Waktu

0,909

Reliabel

Kompleksitas Tugas

0,925

Reliabel

Pengalaman auditor

0,922

Reliabel

0,934

Reliabel

T
Audit Judgment

Tabel 5.3 menunjukan nilai cobranchs alpha atas tekanan anggaran


waktu sebesar 0,909, kompleksitas tugas sebesar 0,925, pengalaman auditor
sebesar 0,922 dan audit judgment sebsar 0,934. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai
nilai conbranchs alpha lebih besar dari 0,6.
370

A. Uji Regresi Linier Berganda


Coefficients
Model

P
e

Standardized
Coefficients
Beta

(Constant)

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
4.480
1.555

Gender
Tekangwkt
Komp_Tugas
Peng_Auditor

-.291
.183
.246
.365

-.040
.208
.280
.396

.624
.174
.143
.150

Sig.

2.882

.006

-.466
1.054
1.720
2.426

.643
.298
.092
.019

Persamaan regresi pada penelitian ini adalah:


Y= 4,480 - 0,291X + 0,183X + 0,246X + 0,365X + e
1

Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Nilai konstanta (constant) sebesar 4,480 dengan signifikasi 0,006 atau 0,6 > 5%
berarti jika nilai gender, tekanan anggaran waktu, kompleksitas tugas dan
pengalaman auditor 0 maka nilai konstantaya sebesar 4,480.
2. Nilai koefisien regresi gender sebesar -0,291 dengan signifikansi 0,643 atau
64,3% > 5% berarti gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit
judgment.
3. Nilai koefisien regresi tekanan anggaran waktu sebesar 0,183 dengan
signifikansi 0,298 atau 29,8% > 5% berarti tekanan anggran waktu tidak
berpengaruh sgnifikan terhadap audit judgment.
4. Nilai koefisien regresi kompleksitas tugas sebesar 0,246 dengan signifikansi
0,092 atau 0,92% > 5% berarti kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan
terhadap audit judgment.
5. Nilai koefisien pengalaman auditor sebesar 0,365 dengan signifikasi 0,19 atau
19% < 5% berati pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit
judgment.
B. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji peruh secara simultan antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut:
a

ANOVA
Model
1

Sum of Squares
Regression 445.909
203.611
Residual
Total

649.520

df
4
45

Mean Square
111.477
4.525

F
24.637

Sig.
b
.000

49

a. Dependent Variable: Audit_Judgment


b. Predictors: (Constant), Peng_Auditor, Gender, Komp_Tugas, Tekangwkt

Dari hasil uji ANOVA pada table 5.6 diatas menunjukan bahwa nilai signifikan
untuk uji F adalah 0,000 < 0,05 yang berarti bahwa gender, tekanan angaran waktu,
kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor secara bersama sama berpengaruh
signifikan terhadap audit judgment.

371

C. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel berikut:
Coefficients
Model

(Constant)

Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
4.480
1.555

Gender
-.291
.624
Tekangwkt
.183
.174
Komp_Tugas .246
.143
Peng_Auditor .365
.150
a. Dependent Variable: Audit_Judgment
1

Standardized
Coefficients
Beta
-.040
.208
.280
.396

Sig.

2.882

.006

-.466
1.054
1.720
2.426

.643
.298
.092
.019

1.

Uji hipotesis Ha1


Hasil uji t pada gender dengan audit judgment mempunyai nilai signifikansi
0,643 > 0,05. berarti bahwa gender tidak berpengaruh signifikan terhadap
audit judgment.

2.

Uji hipotesis Ha2


Hasil uji t pada tekanan anggaran waktu dengan audit judgment mempunyai
nilai signifikansi 0,298 > 0,05 berarti bahwa tekanan anggaran waktu tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

3.

Uji hipotesis Ha3


Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai
signifikansi 0,298
> 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

4.

Uji hipotesis Ha4


Hasil uji t pada kompleksitas tugas dengan audit judgment mempunyai nilai
signifikansi 0,298
> 0,05 berarti bahwa kompleksitas tugas tidak
berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gender tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
2. Tekanan anggaran waktu tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
3. Kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifkan terhadap audit judgment.
4. Pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap audit judgment.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

372

1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan memperluas wilayah sampel penelitian,


menambah jumlah responden yang akan dijadikan sampel, menambah variabelvariabel (tekanan ketaatan,pengetahuan dan situasi audit).
2. Bagi kantor akuntan publik diharapkan memberikan pendidikan bagi auditor ke
jenjang yang lebih tinggi dan sertifikasi untuk auditor yang berpengalaman dan upaya
untuk mengatasi persoalan anggaran waktu bukanlah hal yang tepat karena akan
berdampak pada tingginya cost audit, sehinnga klien akan pindah ke KAP lain.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012 Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh Akuntan
Publik, Jilid 1, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.
Anonim., Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit
Judgment pada Kantor Akuntan Publik di Bali.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, dan Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa
Audit dan Assurance. Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.
Dwiorphen.
2012.
Kasus
Enron
dan
KAP
Arthur
Anderson,
http://dewiorphen.blogspot.com/2012/01/kasus-enron-dan-kap-andersen.html, diakses
Januari 2012.
Idris, F,S,. 2012, Pengaruh Tekanan Ketaatan, Kopleksitas Tugas, Pengetahuan dan
Persepsi Etis terhadap Audit Judgment. Universitas Diponegoro, Semarang.
Iramustika.
2008.
Skandal
Enron
dan
KAP
Arthur
Anderson,
http://iramustika.wordpress.com/2008/04/24/skandal-enron-dan-arthur-andersen/,
diakses tanggal 24 april 2008.
Jamilah. S., Zaenal Fanani dan Grahita Chandrarin, 2007, Pengaruh Gender Tekanan
Ketaatan dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment SNA X, Makasar, 2628 Juli 2007.
Mayangsari S. dan Puspa Wandanarum, 2013. Pendekatan Sektor Publik dan Privat, buku
1, Jakarta: Media Bangsa.
Pengaruh independensi terhadap kinerja auditor eksternal pada tujuh kap di
Bandung,http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/444/jbptunikompp-gdl-sellyandit22198-1-unikom_s-i.pdf
Praditaningrum. A.S., 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit
Judgment Universitas Diponegoro Semarang.
Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit Terhadap Pertimbangan Auditor
Dengan Kredibilitas Klie Sebagai Variable Moderating. Tesis, Magister Sains
Akuntansi Universitas Diponegoro Semarang.
Tielman, E.M.A,. dan Pamudji. S.H,. Pengaruh Tekanan Ketaatan, Tekanan Anggaran
Waktu, Kompleksitas Tugas, Pengertahuan Dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit
Judgment.
Zulaikha. 2006. Prngaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor
Terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang,

373

ANALISIS PROFITABILITAS, KEPUTUSAN INVESTASI, DAN


KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PERIODE 2008-2012
Linawati
Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi
Universitas Esa Unggul
Jakarta
lina_yiumy@yahoo.co.id
ABSTRAKSI
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh profitabilitas, keputusan investasi dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Untuk mengukur profitabilitas diukur
menggunakan Return On Equity, sementara untuk keputusan investasi menggunakan Market
Book Value of Equity Ratio, kebijakan dividen dengan menggunakan variabel dummy.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 perusahaan food and beverages yang
sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2012, dengan
menggunakan regresi berganda untuk mengetahui profitabilitas, keputusan investasi dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian regresi berganda dapat diperoleh dengan melihat dari tabel
Coefficients dengan nilai Beta dan Sig dengan tingkat Signifikansi 5%. Profitabilitas
berpengaruh positif signifikan. Keputusan investasi berpengaruh positif signifikan. Dan
kebijakan dividen berpengaruh negatif tidak signifikan.
Kata Kunci

: Profitabilitas, Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan

PENDAHULUAN
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai saham. Nilai pemegang saham akan
meningkat apabila nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi kepada pemegang saham. Bagi perusahaan yang masih bersifat private
atau belum go public, nilai perusahaan ditetapkan oleh lembaga penilai atau apprisial
company. Bagi perusahaan yang akan go public nilai perusahaan dapat diindikasikan atau
tersirat dari jumlah variabel yang melekat pada perusahaan tersebut. Misalnya saja asset yang
dimiliki perusahaan, keahlian manajemen mengelola perusahaan.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Menurut signaling theory, pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang,
sehingga dapat meningkatkan harga saham yang digunakan sebagai indikator nilai
perusahaan.
Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan
dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan
sebagai proksi nilai perusahaan. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil
akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan.
374

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 - 2012.
2. Mengetahui secara simultan pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan 2008 2012.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Pada
dasarnya, akuntansi merupakan proses pencatatan, penggolongan, pelaporan dan
penganalisaan data keuangan suatu organisasi yang aktivitasnya berhubungan dengan
produksi dan pertukaran barang atau jasa. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan
sumber informasi bagi para pemakainya dan juga sebagai pertanggungjawaban
(accountability) manajemen. Laporan keuangan juga menjadi indikator kesuksesan
perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak keuangan
yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya.
Dimana Komponen Laporan Keuangan antara lain : Laba Rugi Komperensif, Laporan
Perubahan Modal, Posisi Keuangan, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan
Keuangan.
Dan pengguna laporan keuangan itu sendiri ialah : Manajer atau pimpinan
perusahaan, Pemegang sahm atau pemilik pemilik perusahaan, Pemerintah, Kreditor,
Karyawan serta masyarakat luas.
2. Signaling Theory
Menurut teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk
pasar modal. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan..
Menurut Jamaan Signaling Theory adalah tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk mewujudkan
keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk
mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan
bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba
yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan
menaikkan laba secara tidak wajar dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.
3. Nilai Perusahaan
Menurut Fakhrudin dan Hadianto, Nilai Perusahaan merupakan persepsi investor
terhadap perusahan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
375

membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga yang terjadi saat
saham diperdagangkan di pasar.
Menurut Soliha dan Taswan (2002), nilai perusahaan sering diindikasikan dengan
price to book value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga
tinggi.
Longbrake (1972) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai harapan investor atas
investasi yang dilakukan dan kebijakan keuangan perusahaan. Teori ini menjelaskan
bahwa nilai perusahaan adalah fungsi dari dividen dan tingkat return dari suatu ekuitas.
Teori ini pula memberikan pemahaman bahwa besaran perusahaan yang
direpresentasikan melalui total asset akan mempengaruhi kebijakan keuangan perusahaan
dan mempengaruhi nilai perusahaan
4. Profitabilitas
Menurut Copeland dan Weston, Profitabilitas atau kemampulabaan merupakan hasil
akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan. Sedangkan Menurut Brigham dan
Weston Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
Menurut Sujoko dan Soebintoro (2007), Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Profitabilitas yang tinggi menunjukan prospek perusahaan yang baik, sehingga investor
akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan meningkat.
Profitabilitas perusahaan yang
tinggi
dapat
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajibannya. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian
prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan
selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang
menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Bentuk paling mudah
dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih)
yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
5. Keputusan Investasi
Menurut Martono dan Agus, (2005) merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh
suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan
dimasa yang akan datang.
Menurut Darminto (2008), keputusan investasi merupakan keseluruhan proses
perencanaan dan pengambilan keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu
kembalinya modal lebih dari satu tahun.
Menurut Murtini (2008), investasi merupakan suatu tindakan mengeluarkan dana saat
sekarang yang diharapkan untuk memperoleh arus kas masuk pada waktu-waktu yang
akan datang selama umur proyek itu.
Keputusan investasi merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan
keputusan berbagai bentuk investasi yang jangka waktu kembalinya modal lebih dari satu
tahun (Sutrisno, 2003). Investasi sebagai penanaman modal dalam aktiva dengan harapan
memperoleh pendapatan di masa yang akan datang. Perusahaan dalam melakukan
aktivitas operasional membutuhkan investasi barang modal (capital investment) yaitu
376

berupa aset nyata seperti pabrik, mesin, peralatan, persediaan dan aset berwujud lainnya
untuk menghasilkan setiap unit penjualan dalam jangka panjang Elmasry (2004).
6. Kebijakan Dividen
Hermuningsih dan Wardani (2009) menyatakan kebijakan dividen adalah kebijakan
yang dikaitkan dengan penentuan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan. Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat
penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak
kedua perusahaan itu sendiri.
Stice et al. (2005) mengartikan dividen sebagai pembagian laba kepada para
pemegang saham perusahaan secara proporsional dengan jumlah saham yang dipegang
oleh para pemegang saham. Arifin (2005) menyatakan bahwa kebijakan dividen
merupakan keputusan perusahaan mengenai berapa besar dividen kas yang harus
dibayarkan dalam satu tahun. Sedangkan Ahmad (2004) menyebutkan, kebijakan dividen
diartikan secara umum sebagai pembayaran laba kepada pemegang sahamnya.
Mahadwartha dan Hartono (2002) dalam Mursalim (2011) juga menyatakan
manajemen menggunakan dividen sebagai sinyal prospek perusahaan. Demikian pula
Hatta (2002) menyatakan bahwa kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi
investor dalam menilai baik buruknya perusahaan. Hal ini disebabkan kebijakan dividen
dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

METODE PENELITIAN
1. Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian adalah berdasarkan gagasan yang disampaikan
oleh beberapa pakar marketing. Model penelitian disusun berdasarkan hipotesis-hipotesis
yang menyatakan adanya hubungan di antara elemen-elemen penelitian. Elemen-elemen
yang dikaji dalam penelitian ini adalah Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan
Dividen. Secara skematis, model dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1 Model Penelitian
Profitabilitas

Keputusan Investasi

Nilai
Perusahaan

KebijakanDividen

2. Hipotesis

377

Ha1 :
Ha2 :

Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara


parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012.
Variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI perode 2008-2012.

3. Pengumpulan Data
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan disesuaikan dengan tujuan
penelitian ini, adapun kriteria pengambilan sampel sebagai berikut:
a. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2008 sampai tahun
2012.
b. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang masuk
kategori industri manufaktur sektor makanan dan minuman.
c. Perusahaan tidak mengalami kerugian dalam kurun waktu penelitian
4. Metode Analisis Data
a. Deskriptif
Metode analisis Deskriptif merupakan analisis yang bersifat uraian berdasarkan
kondisi datanya. Analisis deskriptif ini digunakan untuk menguraikan gambaran umum
perusahaan food and beverages yang terdaftar di BEI, serta menjelaskan hasil
penelitian.
b. Kausalitas
Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dalam memprediksi pengaruh manajeman laba terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Metode analisis kausalitas merupakan analisis yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel
dependen.
1) Uji kuasalitas data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau
dengan menggunakan P-plot, dengan melihat gambar terlihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal dan ini menunjukkan indikasi data itu normal.
2) Uji asumsi klasik
(1) Uji Autokorelasi
Cara mendeteksi adanya autokorelasi berdasarkan Durbin Watson melalui
angka D-W adalah apabila nilai statistik Durbin Watson
diantara
maka dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tidak
memiliki autokorelasi dan sebaliknya.
(2) Uji Heteroskedastisitas
Dampak dari adanya heteroskedastisitas adalah kesalahan baku koefisien
regresi akan berpengaruh sehingga akan memberikan indikasi yang salah dan
koefisien determinasi memperhatikan daya penjelasan yang terlalu besar. Cara
mendeteksi adanya heteroskedastisitas apabila pada gambar titik-titik yang ada
menyebar maka berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Teknik Analisis
378

1) Analisis Regresi Berganda


Metode regresi digunakan dalam penelitian ini adalah melelui persamaan regresi
sederhana yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 +
Dimana:
Y
= Nilai Perusahaan
a
= Konstanta
B1 B2 B3 B4 = Koefisien regresi
X1
= Profitabilitas
X2
= Keputusan Investasi
X3
= Kebijakan Dividen

= Error
.
d. Definisi Variabel
Variabel dalam penelitian initerdiri atas dua variabel yaitu variabel independen
dan dependen. Identifikasi dan pengukuran dari masing-masing variabel dijelaskan
sebagai berikut :
1) Variabel dependen, yaitu Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan
melalui Price Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga
pasar per lembar saham dengan nilai buku per lembar saham.
2) Variabel independen (X)
Dalam penelitian ada tiga variabel independen yang akan diuji yaitu :
a. Profitabilitas (X1) dengan menggunakan Return On Equity (ROE),
merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan
pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih
setelah pajak dengan total ekuitas.
b. Keputusan Investasi (X2) dengan menggunakan Market to Book Value of
Equity Ratio (MVE/BVE), mencerminkan bahwa pasar menilai return dari
investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari
ekuitasnya.
c. Kebijakan Dividen (X3) dengan menggunakan variabel dummy, dimana jika
perusahaan melakukan pembagian dividen maka mendapat nilai 1,
sedangkan yang tidak melakukan pembagian dividen mendapat nilai 0.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan Profitabilitas, Keputusan Investasi dam
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan food and beverages sebanyak 9 perusahaan
selama periode 2008-2012. Selanjutnya setelah dihitung dan didapatkan hasilnya, maka hasil
dari kelima variabel tersebut akan diregresikan.
1. Statistik Diskripsi Hasil Penelitian
Tabel 5.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Des criptive Statis tics
N
Nilai Perusahaan
Prof itabilitas
Keputusan Inv es tasi
Kebijakam Deviden
Valid N (lis tw ise)

45
45
45
45
45

Minimum
.62
5.22
.05
.00

Max imum
39.47
449.09
47.28
1.00

Mean
4.0327
41.8220
4.2349
.4444

Std. Deviation
7.80139
71.21453
8.63310
.50252

379

Dari tabel 5.1 menunjukan hasil uji statistik deskriptif dengan jumlah sampel yang
diteliti adalah sebanyak 45.
1. N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 45 sampel penelitian.
Berarti semua data tentang Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Keputusan Investasi dan
Kebijakan Dividen.
2. Minimun adalah nilai terendah dari seluruh sampel penelitian. Nilai minimum dari
indeks Nilai Perusahaan sebesar 0.62, Profitabilitas sebesar 5.22, Keputusan
Investasi sebesar 0.05, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.00.
3. Maximum adalah nilai tertinggi dari seluruh sampel penelitian. Nilai maximum dari
ikdeks Nilai Perusahaan sebesar 39.47, Profitabilitas sebesar 449.09, Keputusan
Investasi sebesar 47.28, dan Kebijakan Dividen sebesar 1.00.
4. Mean adalah nilai rata-rata dari seluruh sampel penelitian. Nilai mean dari indeks
Nilai Perusahaan sebesar 4.0327, Profitabilitas sebesar 41.8220, Keputusan
Investasi sebesar 4.2349, dan Kebijakan Dividen sebesar 0.4444.
2. Uji Kausalitas
Kausalitas dalam penelitian ini menjelaskan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh
Manajemen Laba terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan.
a. Uji Kausalitas Data
Uji kuasalitas data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas. Uji
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak
dengan menggunakan metode grafik. Berdasarkan hasil uji normalitas residual
dengan menggunakan metode grafik pada gambar di atas terlihat titik-titik
menyebar disekitas garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi akan terjadi jika terdapat hubungan yang signifikan antara
dua data yang berdekatan. Cara mendeteksinya dengan Durbin Watson melalui
angka D-W, apabila nilai statistik Durbin Watson mendekati angka D-W
adalah jika nilai statistik Durbin Watson diantara
, maka
dapat dinyatakan bahwa pada pengamatan tersebut tidak memiliki autokorelasi
dan sebaliknya.
2) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas untuk mengetahui apakah model regresi ada
kesamaan atau tidak kesamaan varian antara satu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Cara untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas
apabila pada gambar titik-titik yang ada menyebar maka berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi Kebijakan
Dividen Secara Parsial.
Coefficientsa
Model

Unstandardized
Coefficients

Standardized
Coefficients

Sig.

Collinearity
Statistics

380

B
1 (Constant)
Profitabilitas
Kp. Investasi
Keb. Dividen

..022
..017
..781
.-.054

Std.
Error
.090
.002
.014
138

Beta

Tolerance

.245 .808
.159 10.476 .000
.864 57.450 .000
-.003
-.392 .697

.308
.314
898

VIF
3.243
3.187
1.114

a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan


Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic

1) hasil pengujian menunjukkan bahwa Profitabilitas memiliki tingkat signifikan


sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka kesimpulan
Ha1.1 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
Profitabilitals dengan Nilai Perusahaan.
2) hasil pengujian menunjukkan bahwa Keputusan Investasi memiliki tingkat
signifikan sebesar 0.000 karena lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05 maka
kesimpulan Ha1.2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
Keputusan Investasi dengan Nilai Perusahaan.
3) hasil pengujian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen memiliki tingkat
signifikan sebesar 0.697 karena lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 maka
kesimpulan Ha1.3 ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara Kebijakan Dividen dengan Nilai Perusahaan.
b. Analisis Regresi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi dan
Kebijakan Dividen Secara Simultan.
ANNOVAb
Model
Sum Of
Df
Mean Of
F
Sig.
Squares
1 Reggresion 2670.118
Residual
Total

7.793
2677.911

3
41
44

square
890.039

4682.616

.000 (a)

.190

a. Predictor (s): Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen


b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Hasil uji pengolahan data statistic

Berdasarkan tabel Annova di atas, maka hasil uji F menunjukkan bahwa nilai
signifikan sebesar 0.000 karena nilai signifikan lebih kecil dari 0.05,
kesimpulannya Ha2 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara
Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan secara simultan.
c. Uji Keberartian Persamaan Regresi (Uji Determinasi)
Koefisien determinan ( ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai
yang kecil berarti
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Jika
bernilai satu (1) menandakan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh
variabel dependen.
Tabel Koefisien Determinan
Model

Model Summaryb
R Square
Adjusted R

Std. Error of the

381

Square
1

Estimate

.999
.997
.997
.43597
a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Kep. Investasi, Kebijakan Dividen
b. Dependent Variable: Nilai Perusahaan
Sumber: Hasil Uji Pengolahan Data Statistik

Dari tabel koefisien, menunjukkan bahwa R square sebesar 0.997 artinya


99.7% variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel
independen yaitu Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijakan Dividen.
Sedangkan sisanya sebesar 0.3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang digunakan
diluar variabel yang digunakan.
4. Analisis dan Pembahasan Variabel dari Hasil Penelitian
Hasil pengujian terhadap perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Profitabilitas yang tinggi pada perusahaan mempunyai arti bahwa perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan yang tinggi akibat operasionalnya. Hal ini memberikan hal
yang positif terhadap pasar modal dan investor karena profitabilitas yang dihasilkan
tinggi ini memberikan kabar baik untuk pasar modal dan investor. Dari kabar baik yang
dihasilkan ini maka secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan akan saham
perusahaan yang berdampak pada naiknya harga saham sehingga nilai perusahaan akan
naik juga. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan, Hasil penelitian ini konsisten dengan
Signaling theory yang menyatakan bahwa kabar baik dari perusahaan akan berpengaruh
baik terhadap permintaan, Profitabilitas yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap
Harga Saham karena semakin tinggi Profitabilitas maka permintaan terhadap saham akan
meningkat dan akan meningkatkan Nilai Perusahaan.
Keputusan Investasi ialah proses prencanaan dan pengembalian berbagai bentuk
investasi yang jangka waktu pengembalian modalnya lebih dari satu tahun. Keputusan
investasi ini pada perusahaan sangat berpengaruh dikarnakan jika perusahaan salah
melakukan investasi maka hasil dari investasi ini tidak dapat dinikamati. Keputusan
investasi yang baik merupakan suatu hal yang baik juga karna bagi pihak perusahaan
ataupun investor melihat perusahaan yang melakukan investasi dengan baik ini
mempunyai arti bahwa perusahaan akan terus berkembang dengan baik akibat dari
investasi-investasi yang dimilikinya. Dari keputusan investasi yang baik ini memberikan
suatu sinyal yang baik untuk pasar modal dan investor, sehingga para investor tertarik
untuk membeli saham perusahaan. Akibat dari permintaan yang naik maka harga saham
juga akan naik sehingga meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini
menunjukan Keputusan Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Dari data tahun 2008 sampai 2012, menunjukkan bahwa perbandingan antara Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berbanding terbalik, dimana jika Nilai Perusahaan
mengalami peningkatan maka Kebijakan Dividen mengalami penurunan. Karna itulah
antara Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen berpengaruh negatif tidak seperti
berdasarkan Signaling Theory.
Secara simultan variabel Profitabilitas, Keputusan Investasi, dan Kebijiakan Dividen
berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
5. Keterbatasan Penelitian
382

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dengan hanya menggunakan Profitabilitas,


Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen. Dengan peride waktu penelitian 5 tahun.
6. Implikasi Penelitian
Untuk Profitabilitas yang diproyeksikan dengan ROE menunjukkan hasil yang
signifikan, maka diharapkan perusahaan tetap mempertahankan profitabilitas seperti 5
tahun kebelakang ini supaya tetap memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
Untuk Keputusan Investasi yang diproyeksikan dengan MVE/BVE menunjukkan
hasil yang signifikan, maka diharapkan supaya perusahaan melakukan investasi yang baik
agar pasar tetap meresponnya sebagai suatu sinyal yang baik serta mempengaruhi
permintaan dan menaikan harga saham sehingga nilai perusahaan ikut naik.
Untuk Kebijakan Dividen agar dapat mempunyai pengaruh secara signifikan,
perusahaan harus peka terhadap apa yang ada dilapangan. Jika Nilai Perusahaan
mengalami peningkatan usahakan agar pembagian dividen tetap terjadi agar pasar
meerespon dengan positif, sehingga Signaling Theory pada hakikatnya akan terjadi tidak
seperti pada 5tahun belakangan ini dimana jika Nilai Perusahaan mengalami peningkatan
Kebijakan Dividen mengalami penurunan ataupun sebaliknya.
Terima Kasih
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan yang dilimpahkanNya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Alm. suami saya,
dan anak saya tersayang, yang menjadi pendorong dan semangat bagi saya untuk terus
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Bapak Rudianto, SE, MM,
Ak. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dan seluruh
dosen Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul serta teman-teman saya
yang selalu mendukung saya.
DAFTAR PUSTAKA
Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan
Deviden terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009). Universitas Diponogoro, Semarang.
Budi Rahardjo, Keuangan Dan Akuntansi Untuk Manajer Keuangan, Graha Ilmu, 2007.
Brigham dan Weston. Dasar-Dasar Menejemen Keuangan. Edisi kesembilan.
Darminto. 2010. Pengaruh faktor eksternal dan berbagai keputusan keuangan terhadap nilai
perusahaan. Jurnal Akuntansi Manajemen, Vol. 8, No. 1, Febuari 2010.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi
Kelima. Semarang; Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadri Mulya, Memahami Akuntansi Dasar, Edisi Pertama, Mitra Wacana Media Jakarta,
2008.
Harjito, A., dan Martono,.2005. Manajemen Keuangan. Yogyakarta. Hasnawati, Sri. 2005.
Dampak set peluang investasi terhadap nilai perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia, vol. 9, no. 2, hlm: 117 126.
Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma. Wardani. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No.1, hlm 173-183.
http://ekonomi.kabo.biz/2011/07/teori-sinyal.html
Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuanga, Jakarta: Salemba Empat.
383

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis: Edisi Pertama.
Yogyakarta; BPFE-Yogyakarta.
Murtini, Umi. 2008. Pengaruh kebijakan manajemen keuangan terhadap nilai perusahaan.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, hlm 32-47.
Purnamasari, Linda, Sri Lestari Kurniawati dan Melliza Silvi. 2009. Interpendensi antara
keputusan investasi, keputusan pendanan dan keputusan dividen. Jurnal Keuangan
dan Perbankan, Vol. 13, No. 1, hlm 106-119.
Rahmawati Aprilia Nuzul, Analisis Faktor Kebijakan Hutang yang Mempengaruhi Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar tahun 2006-2010)
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba
Empat.
Sjahrial, Dermawan. 2008. Manajemen Keuangan: Edisi Kedua. Mitra Wacana Media.
Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2007. Teori Akuntansi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Sofyaningsih, Sri, dan Dewi Kusuma Wardani. 2009. Struktur kepemilikan, kebijakan
dividen, kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan,
Vol. 3, No. 1, hlm 68-87.
Sujoko dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh struktur kepemilikan saham, leverage, faktor
intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Hlm 41-48.
Susanti, Rika. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Universitas Diponogoro, Semarang.
Weston dan Copeland. 1999. Menejemen Keuangan. Edisi ke delapan. Jilid 1.
Wijaya, Lihan Rini Puspo, Bandi dan Anas Wibawa. 2010. Pengaruh keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi, XIII, Purwerkerto.
Zaki Baridwan, 2004, Intermediate Accounting, Edisi kedelapan, Cetakan Pertama, BPFE,
Yogyakarta.

384

Anda mungkin juga menyukai