Persediaan dan
Anggaran Piutang
Kelompok 3
Anggota Kelompok:
● Githa Nurul Nabilah B1C120127
● Muh. Rizki R. B1C120150
● Nur Since Syaputri B1C120166
● Nurhasanah B1C120167
● Silfiani B1C120178
● St. Nuraeni B1C120184
● Winda Oktavianti B1C120196
01. 02. 03.
Pengertian Penyusunan Anggaran Penyusunan Anggaran
Sediaan Produk Sediaan Barang
Dagang
04. 05.
Jenis dan Manfaat Penyusunan Anggaran
Anggaran Piutang Piutang
Pengertian
Sediaan produk jadi yang terdapat pada perusahaan manufaktur sama tujuannya dengan
sediaan barang dagangan pada perusahaan dagang, yaitu dengan tujuan untuk dijual Sediaan
produk dalam proses adalah sediaan produk yang belum selesai diproduksi sehingga
memerlukan proses lebih lanjut. Sediaan produk jadi ada yang termasuk kelompok aset
lancar dan ada juga yang termasuk kelompok aset tak lancar.
Anggaran sediaan adalah anggaran yang dibuat untok sediaan. Pada perusahaan manufaktur
terdapat sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses sediaan bahan baku, sediaan
bahan pembantu, sediaan pernik (supplies).
Penyusunan
Anggaran
Sediaan
Produk
Pada perusahaan manufaktur, terdapat sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses, dan
sediaan bahan baku. Anggaran sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses pada
perusahaan manufaktur dapat dihitung dengan dua cara, yaitu cara menetapkan tingkat putaran
sediaan dan dengan cara membuat anggaran produk.
Contoh :
Diketahui :
Sediaan produk dalam proses awal PT SIP :
BBB = 65 Unit x 100% x Rp.20 = Rp.1.300
BTKL = 65 Unit x 60% x Rp.15 = Rp.585
BOP = 65 Unit x 40% x Rp.5 = Rp.130 +
Rp.2015
Sediaan produk jadi awal 60 Unit @ Rp.40
Harga pokok standar produk perunit :
BBB = Rp.20, BTKL = Rp.15, BOP = Rp.5 Total Rp.40
Jualan dianggarkan 1.000 Unit x Rp.60 = Rp.60.000
Tingkat putaran sediaan produk jadi = 20 kali
Tingkat putaran sediaan produk dalam proses = 19,55 kali
Sediaan produk dalam proses akhir 70 unit dengan BBB = 90%, BTKL = 50%, BOP = 60%
Ditanya :
Rincikan anggaran rugi laba!
Jawab:
Tahap 1
Sediaan produk jadi akhir = (Jualan/tingkat putaran produk jadi) x 2 – sediaan produk
dalam proses awal
Sediaan produk jadi akhir = (1.000 Unit/20 kali) x 2 – 60 Unit
Sediaan produk jadi akhir = 40 Unit
Jadi, sediaan produk jadi akhir yang dianggrakan adalah 40 Unit x Rp.40 = Rp.1600
Tahap 2
Sediaan produk dalam proses akhir = (Harga pokok produk jadi/Tingkat sediaan produk dalam proses)
x 2 – sediaan produk dalam proses awal
Sediaan produk dalam proses akhir = (39.200/19,55) x 2 – Rp.2015
Sediaan produk dalam proses akhir = Rp.1.995
Jadi, sediaan produk jadi akhir = Rp.1.995, 70 Unit
Tahap 3
Ekuivalen dengan FIFO
BBB = 980 Unit + (70 x 90%) – (65 x 10%) = 978 Unit
BTKL = 980 Unit + (70 x 50%) – (65 x 60%) = 976 Unit
BOP = 980 Unit + (70 x 60 %) – (65 x 40%) = 996 Unit
Contoh :
Jan = 1.000 Unit, Feb = 2.000 Unit, Mar = 3.000 Unit, Total = 6.000 Unit
Perusahaan mengutamakan stabilitas produk, dengan anggaran produk jadi selama 3 bulan 6.060
Unit. Susun Anggaran produk jadi!
Anggaran sediaan produk dalam proses Akhir
Contoh :
Total = Rp.540.
Tingkat penyelesaian sediaan produk dalam proses akhir BBB = 100%, BTKL = 50%, BOP = 50%. Sediaan
produk jadi akhir maret 160 Unit dan sediaan produk dalam proses akhir maret 75 Unit.
Maret:
BBB = 75 x 100% x 2 = 150
BTKL = 75 x 50% x 4 = 150
BOP = 75 x 50% x 4 = 150 +
Total = 450
Penyusunan
Anggaran Sediaan
Barang Dagang
Anggaran sediaan pada perusahaan dagang adalah anggaran sediaan
barang dagangan. Cara menyusun anggaran sediaan barang dagangan
pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan sediaan bahan baku yang
terdapat pada perusahaan manufaktur. Cara menyusun sediaan bahan
baku pada perusahaan manufaktur ada tiga cara, yaitu
1. Menentukan kuantitas pesanan ekonomi
2. Menetapkan tingkat putaran sediaan
3. Membuat anggaran belian
Berbagai komponen rencana jenis anggaran barang dagangan adalah sebagai
berikut:
Anggaran Kebijakan
Anggaran Nilai Persediaan
Penentuan nilai
Awal
persediaan akhir
Jenis dan Manfaat
Anggaran Piutang
Jenis Piutang
Ada beberapa jenis piutang, yaitu:
piutang surat berharga (contoh: bilyet giro belum jatuh tempo, bilyet giro kosong, cek kosong, dan
cek mundur),
beban bayar di muka (contoh: sewa dibayar di muka, iklan bayar di muka, dan bunga bayar di
muka),
setoran jaminan (contoh: untuk keperluan garansi (jaminan) bank dan untuk keperluan menjalin
hubungan bisnis lainnya),
piutang pajak (contoh: angsuran pajak, pajak masukan, kelebihan bayar pajak, dan lain-lain),
pinjaman pekerja, piutang uang muka, piutang wesel, piutang usaha, dan piutang lainnya.
Piutang Usaha
Piutang Wesel
(account
(notes receivable)
receivable)
Manfaat Anggaran Piutang
Piutang usaha sebagai investasi yang biasanya terdapat pada harta
lancar mempunyai beberapa manfaat, antara lain dapat memperlancar
dan memperbesar omzet barang yang dijual, mampu bersaing,
memperluas pelanggan, dan meningkatkan kemampulabaan
perusahaan.
Pemberian piutang usaha dimaksudkan agar dapat memperlancar dan
memperbesar omzet barang yang dijual karena kegiatan penjualan
merupakan ujung tombak maju mundurnya perusahaan. Keberhasilan
perusahaan dimulai dari kemampuan perusahaan menjual barang atau
jasa dari usaha pokoknya.
Penyusunan
Anggaran
Piutang
Penyusunan anggaran piutang usaha merupakan tanggung
jawab Divisi Kredit. Divisi Kredit dalam menyusun
anggaran piutang harus bekerja sama dengan Divisi
Penjualan. Divisi Penjualan biasanya di bawah manajer
pemasaran, sedangkan Divisi Kredit biasanya di bawah
manajer keuangan. Penyusunan anggaran piutang dalam
bahasan pokok ini berupa anggaran piutang usaha.
Sebagai ilustrasi, data realisasi dan anggaran jualan PT Waja Sampai
Kaputing selama triwulan pertama tahun 2010 adalah sebagai berikut:
=Rp 1.850
Anggaran piutang usaha juga dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
9% + 1% = 10 %
49% + 1% = 50%