Anda di halaman 1dari 28

Analisis Common-Size (Persentase Per-Komponen)

Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung tiap-tiap


rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan
(untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk neraca).
Laporan keuangan dalam persentase per-komponen ( Common-size statement)
menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya,
cara penyusunan laporan keuangan ini disebut teknik analisis common-size dan
termasuk metode analisis vertikal.
Suatu neraca yang disusun dalam persentase per-komponen ( Common-size statement)
dapat memberikan informasi sebagai berikut:
1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran
tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai
posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara komparatif (misalnya
dua tahun berturut-turut), dapat memberikan informasi mengenai perubahan
komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen ( Common-size
percentage) dapat menggambarkan distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
masing-masing elemen biaya dan laba. Apabila disusun secara komparatif, dapat
menggambarkan perubahan distribusi tersebut.
Contoh Analisis Common-Size:
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Neraca Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
31 Desember
Common-Size (%)
NERACA
2009
2010
2009
2010
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas
Piutang Dagang
Persediaan
Total Aktiva Lancar
Aktiva Tetap

Rp 1.300
Rp 1.200

Rp 1.200
Rp 1.000

9,29
8,57

7,50
6,25

Rp 2.200
Rp 4.700

Rp 2.600
Rp 4.800

15,71
33,57

16,25
30,00

Tanah
Gedung
Mesin
Akumulasi Depresiasi
Total Aktiva Tetap
Total Aktiva
PASIVA (UTANG & MODAL)
Utang Lancar
Utang Jangka Panjang
Modal
Total Utang & Modal

Rp 2.300
Rp 4.000
Rp 4.000

Rp 3.700
Rp 4.000
Rp 5.000

16,43
28,57
28,57

23,13
25,00
31,25

Rp(1.000)
Rp 9.300
Rp14.000

Rp(1.500)
Rp11.200
Rp16.000

(7,14)
66,43
100%

(9,38)
70,00
100%

Rp 2.500
Rp 4.500
Rp 7.000
Rp14.000

Rp 2.200
Rp 6.000
Rp 7.800
Rp16.000

17,86
32,14
50,00
100%

13,75
37,50
48,75
100%

Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos di dalam neraca


dikategorikan menjadi dua, yaitu aktiva dan pasiva. Masing-masing kategori ini (total
aktiva dan total pasiva) dinyatakan sebesar 100%, sedangkan masing-masing pos yang
termasuk pada masing-masing kategori dinyatakan dalam persentase atas dasar total
aktiva
atau
pasiva
(kategori).
% Kas = (Saldo Kas/Total Aktiva) x 100% = (Rp 1.300/Rp 14.000) x 100% = 9,92%

Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.


Dari neraca yang disusun dalam persentase per-komponen tersebut, tampak bahwa
selama dua tahun, telah terjadi perubahan pada komposisi, baik aktiva (misalnya kas,
persediaan) maupun pasiva (misalnya utang jangka panjang).
PT. BAGAS PERKASA JAYA
Laporan Laba-Rugi Komparatif dalam Persentase Per-Komponen
Per 31 Desember 2009 dan 2010
(Dalam Ribuan Rupiah)
Tahun
Common-Size (%)
LABA-RUGI
2009
2010
2009
2010
Penghasilan
Rp 150.000
Rp 200.000
100%
100%
Harga Pokok Penjualan
Rp (50.000)
Rp (60.000)
(33,33)
(30,00)
Laba Kotor
Rp 100.000
Rp 140.000
66,67
70,00
Biaya Pemasaran
Rp (25.000)
Rp (34.000)
(16,67)
(17,00)
Biaya Administrasi
Rp (20.000)
Rp (28.000)
(13,33)
(14,00)
Biaya Bunga
Rp (10.000)
Rp (14.000)
(6,67)
(7,00)
Laba Sebelum Pajak
Rp 45.000
Rp 64.000
30,00
32,00
Pajak (15%)
Rp (6.750)
Rp (9.600)
(4,50)
(4,80)
Laba Bersih
Rp 38.250
Rp 54.400
25,50
27,20
Cara perhitungan persentase per-komponen adalah: Pos-pos dalam perhitungan labarugi yang dinyatakan dalam persentase per-komponen atas dasar total penghasilan
(total penghasilan dinyatakan sebesar 100%).

% Harga Pokok Penjualan = (Saldo Harga Pokok Penjualan/Total Penghasilan) x 100%


= Rp 60.000/Rp 200.000 x 100%
= 30%

Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama.


Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan, meskipun distribusi untuk
biaya lainnya (pemasaran, administrasi, dan bunga), secara total mengalami kenaikan.

Penelitian Komparatif

A. Perumusan Masalah
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan
dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih
mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu yang
berbeda.
Menurut Nazir (2005: 58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebabakibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun
munculnya suatu fenomena tertentu.
Jadi peneitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel
tertentu
B. Tujuan Penelitian Komparatif
Untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih faktafakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran
tertentu.
Untuk membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara
pandang atau kerangka berpikir tentu.

Untuk bisa menentukan mana yang lebih baik atau mana yang sebaiknya
dipilih.
Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara
berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari
kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.
C.

Rumusan Masalah Penelitian Komparatif

Rumusan masalah yang digunakan adalah rumusan masalah komparatif.


Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih
sampel yang berbeda atau waktu yang berbeda.
D.

Kerangka Teori Penelitian Komparatif

Pada kerangka teori penelitian komparatif menggunakan kerangka teori


yang besifat deduktif. Dimana, kerangka tersebut memberikan keterangan
yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah
data yang akan diterangkan.
E.

Hipotesis Penelitian Komparatif

Hipotesis pada penelitian komparatif menggunakan hipotesis komparatif.


Hipotesis komparatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah komparatif, pada rumusan ini variabelnya sama tapi
populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada
waktu yang berbeda.
F.

Sifat Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif bersifat expost facto, artinya data yang


dikumpulkan setelah peristiwa yang dipermasalahkan terjadi. Expost
fackto merupakan suatu penelitian emperis yang sistematis dimana
peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena
perwujudann variabel tersebut telah terjadi atau karena variabel tersebut
pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Peneliti tidak
melakukan perlakuan dalam membandingkan dan mencari hubungan
sebab-akibat dari variabelnya. Peneliti hanya mencari satu atau lebih
akibat-akibat yang ditimbulkan dan mengujinya dengan menelusuri
kembali masa lalu untuk mencari sebab-sebab, kemungkinan hubungan,
dan maknanya. Penelitian ini cenderung menggunakan data kuantitatif.

G.

Syarat Penggunaan Penelitian Komparatif

Penelitian komparatif dapat digunakan jika :


Metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan
untuk dilakukan
Penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor
faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara
langsung
Pengontrolan terhadap seluruh variabel ( kecuali variabel bebas ) sangat
tidak realistis dan terlalu dibuat buat, serta mencegah interaksi secara
normal dengan variabel variabel lain yang berpengaruh
Pengontrolan di laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap
tidak praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan
Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Komparatif

Ritz mengidentifikasikan beberapa kelebihan dan kelemahan penelitian


komparatif.
Kelebihan penelitian kausal komparatif sebagai berikut:
a.

Metode komparatif adalah suatu penelitian yang layak dalam banyak hal
bila metode eksperimental tidak memungkinkan untuk dilakukan.

b.

Penelitian komparatif akan menghasilkan informasi yang bermanfaat


mengenai hakikat fenomena : apa sesuai dengan apa, dibawah kondisi
apa, dalam urutan dan pola apa, dan seterusnya.

c.

Memperbaiki teknik, metode statistik, dan desain dengan pengontrolan


fitur-fitur secara parsial, dalam beberapa tahun belakangan, studi ini lebih
banyak dipertahankan.

Disamping kelebihan diatas, penelitian kausal komparatif juga memiliki


beberapa kelemahan sebagai berikut:
a.

Kelemahan utama desain penelitian komparatif adalah tidak adanya


kontrol terhadap variabel bebas.

b. Kesulitan dalam menentukan faktor penyebab yang relevan yang secara


aktual termasuk diantara banyak faktor dibawah penelitian.
c.

Kesulitan bahwa tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan suatu hasil,
tapi merupakan kombinasi dan interaksi dari berbagai faktor yang
berkaitan dibawah kondisi tertentu untuk menghasilkan hasil yang
ditentukan.

d.

Suatu fenomena tidak hanya dihasilkan dari berbagai penyebab, tetapi


juga dari satu penyebab dalam suatu kejadian dan dari penyebab lain dari
kejadian yang lain.

e. Apabila hubungan antara dua variabel telah terungkap, penentuan mana


penyebab dan mana akibat mungkin sulit
f.

Terdapat fakta bahwa dua atau lebih faktor yang berhubungan tidak
harus mempunyai implikasi hubungan sebab-akibat.

g.

Pengklasifikasian subyek kedalam kelompok dikotomi (seperti kelompok


berprestasi dan kelompok tidak berprestasi) untuk tujuan perbandingan,
penuh dengan masalah karena kategori ini adalah samar, berubah-ubah,
dan bersifat sementara

h.

Studi perbandingan dalam suatu situasi yang alamiah


memungkinkan pemilihan subyek penelitian yang terkontrol.

tidak

Prosedur Penelitian Komparatif


Penelitian Komparatif, sebagaimana penelitian lainnya dilakukan dalam
lima tahap :
1.

2.

Penentuan masalah penelitian, dalam perumusan masalah penelitian


atau pertanyaan penelitian, kita berspekulasi dengan penyebab fenomena
berdasarkan penelitian sebelumnya, teori, atau pengamatan.
Penentuan kelompok yang memiliki karakteristik yang ingin diteliti.

3.

Pemilihan kelompok pembanding, dengan mempertimbangkan


karakteristik atau pengalaman yang membedakan kelompok harus jelas
dan didefinisikan secara operasional (masing-masing kelompok mewakili
populasi yang berbeda). Mengontrol variabel ekstra untuk membantu
menjamin kesamaan kedua kelompok.

4.

Pengumpulan data, dilakukan dengan menggunakan instrumen


penelitian yang memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas.

5.

Analisis data, dimulai dengan analisis statistik deskriptif menghitung


rata-rata dan simpangan baku. Selanjutnya dilakukan analisis yang
mendalam dengan statistik inferensial.

Desain Penelitian Komparatif


Menurut Gay desain dasar penelitian komparatif adalah sangat sederhana
dan
Teknik Analisis Data
Apabila datanya berbentuk nominal, maka digunakan teknik statistic :
binomial dan chi kuadrat satu sampel.
Apabila datanya berbentuk ordinal, maka digunakan teknik statistik : run
test.
Apabila datanya berbentuk interval atau ratio maka digunakan tes satu
sampel.

Contoh Kasus dan Judul Penelitian Komparatif


Permasalahan

Kompetensi yang dimiliki oleh awak kapal sangat mempengaruhi kinerja


yang dilakukan. Apabila kompetensi yang dimiliki awak kapal rendah atau
kurang baik maka hasil kerja dari kegiatan latihan/ Drill dikapal MT. Oracle
perlu dibuktikan kembali keefektifannya.
Untuk meningkatkan kualitas pelaut Indonesia maka Pemerintah harus
meningkatkan fasilitas baik Dosen yang berpengalaman dan fasilitas
pendidikan
Pokok Masalah
1.

Program Latihan/ Drill di kapal MT. Oracle belum maximal dalam


meningkatkan kinerja Crew kapal

2.

Sedikit Crew kapal yang serius mau mengikuti Latihan/ Drill dikapal
sehingga pemahaman menjadi kurang

ANALISIS KOMPARATIF & COMMON-SIZE


28 Agu
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KASUS II
ANALISIS KOMPARATIF & COMMON-SIZE
DownloadANALISIS KOMPARATIF & COMMON-SIZE
ANALISIS KOMPARATIF
Analisis komparatif adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antar elemen (laporan keuangan) yang sama untuk beberapa
periode yang berurutan.
Tujuan analisis komparatif adalah untuk mempe-roleh gambaran tentang arah
dan kecenderungan (tendensi) tentang perubahan yang mungkin akan terjadi
pada setiap elemen laporan keuangan di masa yang akan datang.
Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk memperediksi tentang
kemungkinan yang akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di masa
yang akan datang.
ANALISIS KOMPARATIF
Perbandingan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Year-to-year
Changes Analysis dan Index-Number Trend Series Analysis.
Dalam pendekatan year-to-year changes analysis, per-bandingan dibuat dengan
cara menghitung perubahan absolut dan perubahan relatif (persentase) dari
tahun ke tahun setiap elemen laporan keuangan.
Perubahan absolut diperlukan untuk memperoleh perspektif yang tepat dan
kesimpulan yang valid tentang perubahan yang terjadi.

Perubahan relatif (persentase) diperlukan untuk menentukan berarti tidaknya


(signifikansi) dari setiap perubahan yang terjadi.

Kesimpulan (komparatif)
Dari sisi neraca, pada tahun 2009 aktiva perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 33%. Kenaikan itu disebabkan oleh adanya kenaikan baik pada aktiva
lancar maupun aktiva tetap. Hal itu mengindikasikan bahwa pada tahun 2010
perusahaan telah melakukan perluasan usaha untuk meningkatkan aktiva
lancarnya untuk mendukung peningkatan penjualan.
Dari sisi neraca, pada tahun 2010 utang dan modal perusahaan juga mengalami
peningkatan dalam jumlah yang sama dengan peningkatan aktiva (33%). Hal itu
bisa disebabkan karena perusahaan mendanai kegiatan perluasan usahanya.
Kesimpulan
Dari sisi laba-rugi, pada tahun 2010 penjualan dan laba komprehensif juga
mengalami peningkatan masing-masing sebesar 30% dan 32%. Hal itu
menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan perluasan usaha yang
telah dilakukan.
Dari sisi laba-rugi juga nampak bahwa sebagai akibat adanya perluasan usaha
perusahaan meningkatkan efisiensi kegiatan produksinya. Hal itu tercermin pada
peningkatan HPP (25%) yang diperlukan untuk mendukung peningkatan
penjualan yang lebih kecil daripada peningkatan penjualannya (30%), sehingga
peningkatan laba komprehensif yang terjadi (32%) jauh lebih besar daripada
peningkatan penjualan (30%).
Kesimpulan
Dengan kata lain, berbagai keputusan yang diambil oleh perusahaan pada
tahun 2010 untuk melakukan perluasan uasaha nampaknya cukup tepat karena
perusahaan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan perolehan laba.
Namun demikian, karena perluasan usaha tersebut didanai dengan
menggunakan tambahan utang dan tambahan modal, maka di masa yang akan
datang perusahaan harus dapat lebih efektif dan efisien lagi operasinya. Hal itu
disebabkan karena beban keuangan (bunga) yang harus ditanggung oleh
perusahaan di masa yang akan datang juga semakin berat.
ANALISIS COMMON-SIZE

Analisis common-size adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara


membuat perbandingan antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu
sebagai komponen dari elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama.
Tujuan analisis common-size adalah untuk mempe-roleh gambaran tentang:

1. Komposisi dan proporsi investasi pada setiap


jenis aktiva.
2. Struktur modal dan pendanaan.
3. Distribusi hasil penjualan pada biaya dan laba.
ANALISIS COMMON-SIZE
Informasi hasil analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan
(operasi, investasi, dan pendanaa) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu,
serta kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan
perusahaan di masa yang akan datang.
Persentase per komponen setiap elemen laporan keuangan dapat dihitung
dengan rumus sbb:

1. Elemen2 Aktiva = Elemen ybs / Total Aktiva


2. Elemen2 Pasiva = Elemen ybs / Total Pasiva
3. Elemen2 Laba/Rugi = Elemen ybs / Penjualan

Kesimpulan (common-size)
dari sisi laporan posisi keuangan pada tahun 2010 komposisi aset lancar
sebagian besar berupa persediaan (15% dari total aktiva atau 42,25% dari total
aset lancar). Hal itu mengindikasikan adanya kemungkinan kesulitan perusahaan
dalam melakukan penjualan barang dagangan.
dari sisi laporan laba rugi, secara absolut maupun relatif peusahaan mengalami
peningkatan laba dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar Rp 27.000.000 atau
0,11%.

Analisis Perbandingan, Common Size, dan Trend (Analisis Laporan


Keuangan)

Metode dan Teknik Analisis


Analisa-analisa
mempelajari

laporan

keuangan

terdiri

dari

penelaahan

atau

hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan

(trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi

serta

perkembangan perusahaan yang bersangkutan.


Ada 2 metode analisa :

Analisa horizontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan


laporan

keuangan

untuk

beberapa

perode

sehingga

diketahui

perkembangannya.
Analisa vertikal dimana laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi
satu periode saja. Yaitu dengan membandingkan pos yang satu dengan
pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut sehingga hanya
diketahui keadaan keuangan saat itu.
Teknik analisa
Untuk kali ini, kami akan memaparkan mengenai 3 teknik analisa laporan
keuangan, yakni : teknik analisis perbandingan, common size, dan trend.
1. Analisis Perbandingan
Pengertian Analisis Perbandingan
Analisis Perbandingan adalah analisis laporan keuangan yang
bertujuan

untuk

mendapatkan

informasi

perkembangan

keadaan

keuangan perusahaan dengan cara membandingkan laporan keuangan


antara dua periode atau lebih.
Contohnya :
PT MAHARI FAEREL
NERACA
Periode 31 Desember 2012 dan 2013 (dalam jutaan)

Dari Neraca di atas dapat kita lihat bahwa nilai kas dan hutang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Dan ada juga beberapa
akun yang mengalami peningkatan, seperti tanah, gedung, mesin, dan
kendaraan. Ini menunjukan adanya indikasi pembayaran hutang, dan
pembelian tanah, gedung, mesin, dan kendaraan yang menyebabkan
adanya penurunan saldo hutang bank dan kas. Namun, jika dilihat lagi
pada hutang jangka panjang, saldonya naik hingga 97%. Artinya, dalam
perolehan aset - aset di atas tadi, dibiayai melalui pinjaman jangka
panjang.

PT MAHARI FAEREL
Laporan Laba Rugi perbandingan
Periode 31 Desember 2012 dan 2013 (dalam jutaan)

Untuk laporan laba rugi hampir semua komponen mengalami


kenaikan dari tahun sebelumnya. Hanya biaya lain yang mengalami
penurunan. Artinya, manajemen perusahaan belum dapat meminimalkan
beban dengan baik, ini dapat dilihat dari kenaikan penjualan sebesar 20%
dari tahun sebelumnya, namun persentase harga pokok penjualan justru
naik lebih besar dari persentase penjualan yakni senilai 25%.
2. Analisis Common Size
Analisis common-size ialah analisis yang disusun dengan menghitung
tiap-tiap rekening dalam laporan laba-rugi dan neraca menjadi proporsi
dari total penjualan (untuk laporan laba-rugi) atau dari total aktiva (untuk
neraca). Laporan keuangan dalam persentase per-komponen (Commonsize statement) menyatakan masing-masing posnya dalam satuan persen
atas dasar total kelompoknya. Cara penyusunan laporan keuangan ini
disebut teknik analisis common-size dan termasuk metode analisis
vertikal.

Suatu

neraca

yang

disusun

dalam

persentase

per-komponen

(Common-size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut:


1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan
gambaran tentang posisi relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.
2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran
mengenai posisi relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri.
Apabila Neraca dalam persentase per-komponen disusun secara
komparatif (misalnya dua tahun berturut-turut), dapat memberikan
informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi
maupun struktur modal.
Laporan laba-rugi yang disusun dalam persentase per-komponen
(Common-size

percentage)

dapat

menggambarkan

distribusi/alokasi

setiap Rp 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba.


Apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan
distribusi tersebut. Berikut laporan keuangan yang telah dianalisis dengan
analisis common size.
PT MAHARI FAEREL DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN KOMPARATIF
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 DESEMBER 2014 DAN 2013
(Dalam ribuan rupiah, kecuali dinyatakan khusus)

ASET

31 Desember /
December

% total
dari
201 201
4
3

2014

2013

Kas dan setara kas

950.000

609.368

28

20

Piutang usaha

472.275

596.086

14

19

Persediaan

546.977

439.327

16

14

Beban dibayar dimuka

142.247

124.580

Aset lancar lainnya

437.894

381.078

13

12

2.549.393

2.150.439

74

69

Aset Lancar

Total Aset Lancar


Aset Tidak Lancar
Aset tetap, bersih

189.164

187.889

94.733

158.145

604.404

618.730

18

20

888.301

964.764

26

31

3.437.694

3.115.203

100

100

LIABILITAS
Liabilitas Jangka Panjang
Pendek
Pinjaman bank jangka
Pendek

281.472

129.787

Utang Usaha

589.169

689.169

17

22

Utang pajak

166.475

148.816

Beban akrual
Total Liabilitas Jangka
Pendek
Liabilitas Jangka Panjang

294.763

189.163

1.331.879

1.156.935

39

37

326.455

386.301

11

12

122.445

136.496

448.900

522.797

13

17

1.780.779

1.679.732

52

54

Modal saham

762.044

762.044

22

24

Agio saham
Selisih transaksi (pihak
nonpengendali)
Saldo laba
Ekuitas (pemilik entitas
induk)

153.700

153.700

(13.109)
518.907

(13.109)
380.614

0
15

0
12

41

41

48

46

Aset pajak tangguhan,


bersih
Aset tidak lancar lainnya
Total Aset Tidak
Lancar
TOTAL ASET

Liabilitas imbalan kerja


Liabilitas pajak tangguhan,
bersih
Total Liabilitas Jangka
Panjang
TOTAL LIABILITAS
EKUITAS

Kepentingan nonpengendali
TOTAL EKUITAS

1.421.542

1.283.249

235.373

152.222

1.656.915

1.435.471

TOTAL LIABILITAS DAN


EKUITAS

3.437.694

3.115.203

100

100

Penjelasan:
Dalam analisis analisis common-size atau analisis vertical adalah
teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan
antara suatu elemen (laporan keuangan) tertentu sebagai komponen dari
elemen yang lain pada laporan keuangan yang sama. Informasi hasil
analisis bermanfaat untuk menilai tepat tidaknya kebijakan

(operasi,

investasi, dan pendanaan) yang diambil oleh perusahaan di masa lalu,


serta kemungkinan pengaruhnya terhadap posisi dan kinerja keuangan
perusahaan di masa yang akan datang.
Dari laporan posisi keuangan diatas dapat diambil kesimpulan,
sebagai berikut : Dari sisi laporan posisi keuangan pada tahun 2014
komposisi aset lancar sebagian besar berupa persediaan 16% dari total
aset. Hal itu mengindikasikan masih adanya kemungkinan bahwa
perusahaan mengalami kesulitan dalam melakukan penjualan barang
dagangan, tetapi pada tahun 2014 ini persentase piutang usaha terhadap
total aset mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, ini didukung
dengan akun kas dan setara kas yang meningkat dari tahun 2013.
Jika dilihat dasi segi liabilitas; hutang jangka pendek

mengalami

penurunan baik utang usaha, utang pajak dan pinjaman bank jangka
pendek. Hal ini diindikasikan bahwa perusahaan telah menjalankan
usahanya tanpa adanya pinjaman dan juga kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Dalam hal hutang jangka
panjang,

liabilitas

imbalan

kerja

dan

liabilitas

pajak

tangguhan

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yang berarti bahwa


perusahaan juga memilki kemampuan dalam membayar gaji atau hak-hak
karyawannya dan juga perusahaan telah melunasi kewajiban pajaknya
kepada pemerintah dan kemungkinan perusahaan juga tidak menundanunda dalam pembayawan pajak. Dari segi ekuitas juga perusahaan
mengalami peningkatan laba dari tahun sebelumnya sebesar 15%, hal ini

diindikasikan

kemapuan

perusahaan

dalam

menjaga

kestabilan

produksinya berjalan dengan baik .


PT. MAHARI FAEREL DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KOMPARATIF
Untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 31
Desember 2013
(Dalam Ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan khusus)
2014
2013
2014
2013
AKUN/POS
$
$
%
%
100,00 100,00
PENJUALAN BERSIH
2.178.763 1.942.655
%
%
(1.534.56 (1.595.07
70,43
82,11
HARGA POKOK PENJUALAN
1)
2)
%
%
29,57
17,89
LABA KOTOR
644.202
347.583
%
%
Beban Penjualan
(140.817) (145.950) -6,46% -7,51%
Beban Umum dan
Administrasi
(26.209)
(30.902) -1,20% -1,59%
Beban Keuangan
(898)
(901) -0,04% -0,05%
Penghasilan Keuangan
8.847
7.271
0,41%
0,37%
Lain-lain, bersih
33.722
29.473
1,55%
1,52%
LABA SEBELUM PAJAK
23,81
10,63
PENGHASILAN
518.847
206.574
%
%
Beban Pajak Penghasilan
(61.812)
(90.464) -2,84% -4,66%
Laba Bersih yg Dapat
Diatribusikan kpd Pemilik
20,98
Perusahaan
457.035
116.110
%
5,98%
Pendapatan Komprehensif
Lainnya
Total Laba Komprehensif
yg Dapat Diatribusikan
kpd Pemilik Perusahaan
20,98
(nilai penuh)
457.035
116.110
%
5,98%

LABA BERSIH PER SAHAM


DASAR

0,18

0,18

Penjelasan:
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi setiap Rp 1,00
penjualan kepada harga pokok penjualan misalnya mengalami penurunan,
yang diikuti distribusi untuk biaya lainnya (beban penjualan, beban

administrasi dan umum, dan beban keuangan), secara total mengalami


penurunan juga dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Analisis Trend
Pengertian Analisis Trend
Salah satu teknik dalam menganalisis laporan keuangan suatu
perusahaan adalah dengan menggunakan metode trend analisis. Dimana
menurut S. Munawir (2007:17) menjelaskan Trend atau tendesi posisi dan
kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase
adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari
pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik
atau bahkan turun.
Dengan menggunakan teknik analisis tersebut akan diketahui
perubahan mana yang cukup penting untuk dianalisa lebih lanjut. Teknik
analisa tersebut hanya akan praktis bila digunakan untuk menganalisa
dua atau tiga (periode) laporan keuangan, karena bila laporan keuangan
yang diperbandingkan lebih dari tiga tahun akan ditemui kesulitan.
Cara yang terbaik untuk menganalisa laporan keuangan yang lebih
dari tiga tahun tersebut adalah dengan menggunakan angka index, dan
semua data laporan keuangan yang dianalisa dihubungkan dengan angka
index tersebut yang dinyatakan dalam persentase. Dengan menganalisa
laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui
kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, apakah
menunjukkan arah yang tetap, meningkat atau bahkan menurun.
Teknik analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih. Analisis ini
dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui
tentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memprediksi situasi masa
itu ke masa yang akan datang.
Selanjutnya menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:73)
mendenifisikan,
Suatu analisis yang dilakukan dengan mengunakan data-data masa lalu
perusahaan untuk tujuan komparasi, dengan melihat kecenderungan
(trend) angka-angka ratio tertentu, dapat diperoleh gambaran apakah
ratio-ratio tersebut cenderung naik, turun atau relatif konstan. Dari
gambaran ini akan dapat dideteksi maslah-maslah yang sedang dihadapi
oleh perusahaan dan dapat diobservasi baik buruknya pengelolaan
perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis trend
atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya
dinyatakan dalam persentase tertentu. Analisis ini dilakukan dari periode
ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami

perubahan yaitu naik, turun, ataupun menetap, serta seberapa besar


perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase.
Perhitungan Trend
Hasil perhitungan trend dapat ditunjukkan dalam bentuk persentase atau
indeks.
Menurut S. Munawir (2007:52), ada beberapa langkah untuk melakukan
analisis trend ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tahun dasar. Biasanya data atau laporan keuangan dari
tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa
tersebut dianggap sebagai tahun dasar (base year).
2. Tiap-tiap pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang dipilih sebagai
tahun dasar diberikan angka index 100.
3. Menghitung angka indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan
angka pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut.
Misleading dalam Analisis Kecenderungan (Trend)
Analisis ini penting untuk melihat hubungan angka persentase
dalam trend dengan data absolut (jumlah rupiah) yang dipakai sebagai
dasar perbandingan. Analisa dengan trend ratio akan dapat menunjukkan
suatu pos itu mempunyai kecenderungan atau arah yang menurun,
meningkat atau tetap serta menunjukkan apakah kecenderungan atau
tendensi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. S. Munawir
(2007:56) didalam menggunakan teknik analisa trend dalam presentase
ini harus diingat pula hubungan antara angka-angka dalam trend dengan
data absolutnya, karena adanya beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. Tahun yang telah dipilih sebagai dasar mungkin tidak representative.
2. Suatu pos telah naik dari Rp 10 menjadi Rp 20, dan pos yang lain dan
dari Rp 100.000 menjadi Rp 200.000. kedua pos ini dalam presentase
telah naik dengan 100% meskipun dalam hal yang pertama kenaikan itu
tidak penting artinya.
3. Biasanya di dalam menganalisa suatu perubahan, maka perubahan
dengan jumlah 100% mendapat perhatian yang lebih besar dibandingkan
dengan perubahan yang dalam persentase kecil misalnya hanya 10%,
padahal dalam beberapa hal tertentu hal yang demiian tidaklah tepat.
4.
Trend dalam presentase menunjukkan tendensi yang tidak
menguntungkan, padahal apabila dilihat dalam angka absolutnya tidaklah
demikian.
Oleh karena itu didalam menganalisa dengan menggunakan trend atau
perubahan yang dinyatakan dalam persentase, perlu pula mempelajari
perubahan perubahan yang terjadi dalam angka absolutnya atau jumlah
rupiahnya serta tendensi-tendensi yang ada ataupun hubungan antara
pos-pos yang ada.
Berikut adalah contoh laporan keuangan dengan menggunakan analisis
Trend :

Penjelasan:
Berdasarkan analisis diatas dapat kita lihat bahwa tingkat
pertumbuhan PT MAHARI FAEREL semakin lama semakin menurun.
Tumbuh tidaknya suatu perusahaan dapat dilihat dari nilai aset yang
dimiliki, jika semakin lama semakin bertambah aset yang dimiliki maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan tumbuh. Sementara untuk PT
MAHARI FAEREL terbukti bahwa semakin bertambah tahun malah semakin
berkurang nilai aset nya, ini mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut
mengalami penurunan. Dapat dilihat dari persentase total aset untuk
tahun 2011 (sebagai tahun dasar) sebesar 100%, tahun 2012 sebesar
77%, tahun 2013 sebesar 64%, tahun 2014 sebesar 48%. Terbukti setiap
tahun perusahaan mengalami penurunan nilai total aset, besar
kemungkinan untuk tahun dimasa yang akan datang akan mengalami

penurunan juga, ini berarti manajemen perusahaan tidak berkinerja


secara baik dalam meningkatkan nilai aset.
Selain dilihat dari nilai total aset, tumbuh tidaknya suatu perusahan
juga dapat dilihat dari laba yang dihasilkan setiap periode nya. Terbukti
bahwa PT MAHARI FAEREL juga tidak mampu menghasilkan laba yang
konstan apalagi laba yang tinggi, justru setiap tahunnya perusahaan
mendapatkan laba yang menurun dari tahun-tahun sebelumnya.

Penjelasan:
Di dalam laporan laba rugi, kita dapat melihat laba yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan. Nilai laba yang dihasilkan PT MAHARI FAEREL
setiap tahunnya mengalami penurunan 11% ditahun 2012, 27% di tahun
2013 dan 44% ditahun 2014. Penurunan jumlah laba yang dihasilkan

disebabkan oleh berkurangnya nilai penjualan setiap tahunnya. Ini artinya


kinerja manajemen perusahaan kurang baik (dari segi pemasarannya).

Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan


Analisa rasio keuangan yang biasa digunakan adalah:

1. Rasio Likuiditas
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kemampuan finansialnya dalam jangka pendek.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas antara lain :

a. Current Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan
mengunakan aktiva lancar.

Rumus menghitung Current Ratio:


Current Ratio = Aktiva Lancar / Hutang Lancar X 100%

b. Cash Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas
yang tersedia dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.

Rumus menghitung Cash Ratio:


Cash Ratio = Kas + Efek / Hutang Lancar X 100%

c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio, rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka
pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid
Assets).

Rumus menghitung Quick Ratio:


Quick Ratio = Kas + Efek + Piutang / Hutang Lancar X 100%

Catatan : Nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini ini
adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah semakin
baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.

2. Rasio Profitabilitas atau Rentabilitas


Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan, aktiva,
dan modal sendiri.

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas antara lain :

a. Gross Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba kotor dari penjualan.

Rumus menghitung Gross Profit Margin:


Gross Profit Margin = Penjualan Netto - HPP / Penjualan Netto
X 100%

b. Operating Income Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam mendapatkan laba operasi sebelum bunga dan
pajak dari penjualan.

Rumus menghitung Operating Income Ratio:


Operating Income Ratio = Penjualan Netto - HPP Biaya
Administrasi & Umum (EBIT) / Penjualan Netto X 100%

c. Net Profit Margin, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan


dalam mendapatkan laba bersih dari penjualan.

Rumus menghitung Net Profit Margin:


Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) / Penjualan
Netto X 100%

d. Earning Power of Total Investment, rasio untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam mengelola modal yang dimiliki yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi investor dan pemegang saham.

Rumus menghitung Earning Power of Total Investment:


Earning Power of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva X
100%

e. Rate of Return Investment (ROI) atau Net Earning Power


Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Rate of Return Investment (ROI):


Rate of Return Investment (ROI) = EAT / Jumlah Aktiva X 100%

f. Return on Equity (ROE), rasio untuk mengukur kemampuan equity


untuk menghasilkan pendapatan bersih.

Rumus menghitung Return on Equity (ROE):


Return on Equity (ROE) = EAT / Jumlah Equity X 100%

g. Rate of Return on Net Worth atau Rate of Return for the


Owners, rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri
diinvestasikan dalam menghasilkan pendapatan bagi pemegang
saham.

Rumus menghitung Rate of Return on Net Worth:


Rate of Return on Net Worth = EAT / Jumlah Modal Sendiri X
100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Profitabilitas


ini adalah adalah semakin baik, sebaiknya Anda bisa
membandingkannya dengan nilai rata-rata dari industri sejenis
di pasar.

3. Rasio Solvabilitas atau Leverage Ratio


Rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Debt to Assets Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya dengan sejumlah
aktiva yang dimilikinya.

Rumus menghitung Total Debt to Assets Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Total Aktiva X 100%

b. Total Debt to Equity Ratio, rasio untuk mengukur seberapa besar


perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity.

Rumus menghitung Total Debt to Equity Ratio:


Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X
100%

Catatan : Semakin tinggi nilai persentase Rasio Solvabilitas ini


adalah semakin buruk kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal nilainya
adalah 200%.

4. Rasio Aktifitas atau Activity Ratio


Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Ada beberapa jenis rasio Solvabilitas antara lain :

a. Total Assets Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran


total aktiva terhadap penjualan.

Rumus menghitung Total Assets Turn Over Ratio:


Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%

b. Working Capital Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat


perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-Hutang Lancar) terhadap
penjualan selama suatu periode siklus kas dari perusahaan.

Rumus menghitung Working Capital Turn Over Ratio:


Working Capital Turn Over Ratio = Penjualan / Modal Kerja
Bersih X 100%

c. Fixed Assets Turn Over, rasio untuk mengukur perbandingan


antara aktiva tetap yang dimiliki terhadap penjualan.

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi seberapa besar tingkat


kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivatetap yang
dimiliki secara efisien dalam rangka meningkatkan pendapatan.

Rumus menghitung Fixed Assets Turn Over Ratio:


Fixed Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Aktiva Tetap X
100%

d. Inventory Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat efisiensi


pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan


pengelolaan persediaan yang efisien.

Rumus menghitung Inventory Turn Over Ratio:


Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%

e. Average Collection Period Ratio, rasio untuk mengukur berapa


lama waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam menerima
seluruh tagihan dari konsumen.

Rumus menghitung Average Collection Period Ratio:


Average Collection Period Ratio = Piutang X 365 / Penjualan X
100%

f. Receivable Turn Over, rasio untuk mengukur tingkat perputaran


piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang ratarata.

Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal
kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.

Rumus menghitung Receivable Turn Over Ratio:


Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X
100%

Anda mungkin juga menyukai