TEORI AKUNTANSI
Socio Economic Accounting (SEA)
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering
ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan
National Income Accounting .
Para ahli juga telah banyak memberikan defenisi dan dalam tulisan ini
saya akan kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang
Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan sebagai berikut:
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini
menyangkut peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan
pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan pemerintah dan pengusaha.
Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat
makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan
ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting
peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro
bertujuan untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan
perusahaan terhadap lingkungannya, mencakupfinancial dan
managerial social accounting, social auditing”.
Ada juga yang menyebutkan Socio Economic Accounting sebagai Social
Responsibility. SEA ini tidak sama dengan Social Accounting yang
pengertiannya adalah pengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu
sistem ekonomi berfungsi dan memberikan data periodik yang menyangkut
indikaksi posisi suatu negara menyangkut ukuran externalities itu. Social
Accounting ini sering juga disebut National Income Accounting atau Macro
Socio Economic Accounting.
SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem ekonomi yang bercirikan sintese,
dari sistem ekonomi antara Social Economy dan Institusional Economy. Social
Economy mempunyai komitmen yang dalam terhadap kesejahteraan
manusia dan keadilan, sedangkan institusionalis mempunyai komitmen yang
besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis sosial ekonomi
masyarakat.
Negara kita adalah negara yang memperjuangkan kesejahteraan
rakyatnya,karen itu SEA ini penting diterapkan bahkan harus diharuskan
untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di negara kita.
Pendorong Munculnya SEA
3. Perspektif Ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi,
profit maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh
perhatian para ahli sehingga muncul kelompok-kelompok yang
menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga
konsumen, dan lain-lain.
4. Ekonomi vs Sosialisasi
Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual
sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa
memperhatikan kepentingan masyarakat.
Sebaliknya, sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial
dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.
Konsep Socio Economic Accounting (SEA)
Pendapat ini timbul sekitar 1930, setelah muncul tantangan baru dari perusahaan
yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya yang
diwarnai oleh pemikiran model klasik.
Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang
dianggap hidup dan punya tujuan tesendiri. Manager sebagai orangyang dipercayai
oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk kepentingan bukan saja pemilik
modal, tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya perusahaan
seperti karyawan, langgana, supplier, dan pihak lain yang ada kaitannya dengan
perusahaan yang semata-mata tidak didasarkan atas adanya hubungan kontrak
perjanjian.
Dengan demikian, manager sebagai tim yang bertangguangjawab atas
kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus
mempertimbangkan tanggungjawab sosial perusahaan mengingat ketergantungannya
dengan pihak lain (masyarakat) yang juga punya andil dalam pencapaian tujuan
perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.
3. Model Lingkungan Sosial
Alasan para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial,
yaitu :
Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat
terhadap peranan perusahaan.
Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat,
yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati
karyawan, investor, dan lain-lain.
Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.
Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang
suatu kegiatan yang dibenci masyarakt tidak dapat dihindari.
Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni
budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lain-lain.
Pro – Kontra Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab sosial
perusahaan, yaitu :
Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba.
Ini akan menimbulkan pemborosan.
Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan perusahaan atau
politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
Dapat menimbulkan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistik
Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang
tidak dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat
menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan
tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia
1. Tahap pertama(1960-1966)
Awal perkembangan akuntansi sumber daya manusia bemula dari semakin
berkembangnya teori akuntasi itu sendiri selain itu juga dipengarui model
organisasi, model dan gaya manajerial di dalam organisasi, keperluan atas informasi
sumberdaya manusia dan perkembangan teori ekonomi mengani modal, manusia,
perhatian ahli jiwa organisasional terhadap efekivitas kepemimpinan, perspektif
sumber daya manusia serta perhatian terhadap sumber daya manusia sebagai
komponen dan goodwill bagi perusahaan.
Model Likert-Bowers
Model terakhir ini berupaya mengukur variabel yang menentukan efektivitas
SDM suatu organisasi. Kuesioner berdasarkan model teori survey organization didesain
untuk mengukur iklim organisai. Hasil kuesioner ini dapat dijadikan sebagai dasar
dalam membantu mengukur nilai sumber daya manusia dengan menggambarkan
persepsi karyawan tentang atmosfir kerja di suatu perusahaan. Kemudian digabungkan
pendekatan perilaku dan ekonomi maka lahirlah nilai SDM.
Pelaporan Akuntasi Sumber Daya Manusia
Pada tahun 1966 R.G Barry Company menerapkan ASDM dengan model Historical
Cost. Barry adalah perusahaan TBK di American Stock Exchange memiliki 1700 karyawan
omzet pada tahun 1971 mencapai $43 juta. Adapun motivasi merekan untuk menerapkan
ASDM adalah karena mereka ini adalah perusahaan labor intensive, sesuai dengan filosofi
manajemennya. Barry memiliki lima variabel untuk menilai prestasi, yaitu laba, slovensi,
reorsis fisik, SDm da kesetiaan langganan. Untuk yang kedua terakhir manajemen tidak
memiliki indikator objektif. Mulanya penerapan ASDM ini hanya atas 100 orang tetapi
kemudian melibatkan semua karyawan.
Beberapa data yang muncul adalah biaya investasi atas SDM dapat dilihat sebagai
berikut: Rata-rata investasi per individu
Supervisor first line $ 3.000
Engineer $10.000
Middle manager $15.000
Top manager $35.000
Sementara itu, kerugian moneter karena adanya pegawai yang berhenti:
Biaya akuisisi $110.000
Biaya on the job trainning $120.000
Orientasi/Familiarisasi $155.000
Pengembangan $ 50.000
Laba bersih lebih rendah dalam ASDM dibandingkan dengan laba konvensional.
Perbedaanya dapat dilihat sebagai berikut.
Metode Akuntansi Laba Bersih Total Aktiva ROI
Konvensional $1.274.000 $17.654.000 7,2%
ASDM $1.343.000 $19.215.000 6,9%
Perbedaan $ 69.000 $1.561.000
Contoh Neraca RG Bary yang memakai ASDM
Setelah mengadakan evaluasi krisis tentang metode historical cost dalam ASDM
ini, diperoleh beberapa keuntungan dan kekurangannya.
Keuntungannya sebagai berikut :
Karena historical cost sudah lama digunakan, lebih mudah diterapkan
Lebih mudah menerapkan karena konsisten dengan konsep akuntansi
konvensional
Akumulasi biaya historis lebih gampang dan tidak berdampak pada
perilaku individual
Sesuai dengan pencatatan aktiva lainnya
Lebih fair dalam menentukan matching antara benefit dan biaya pada
periode tertentu
Sementara itu, kekurangannya sebagai berikut :
Data masa lalu dinilai tidak relevan dengan pengambilan keputusan saat ini dan
masa depan
Tampatknya kurang pantas dipakai untuk maksud penilaian prestasi karena:
- Harga aktiva berubah terus
- Benar bahwa pengeluaran untuk SDM akan bermanfaat bagi perusahaan nanti
tetapi bisakah dipastikan kapan manfaat itu diterima perusahaan?
Permasalahan pengukuran:
- Perlu didefinisikan dan diidentifikasi biaya SDM itu
- Perbedaan antara pengeluara yang dikapitalisasi dan dibiayakan
- Pemilihan metode amortisasi Aktiva SDM
Model ini hanya mencatat biaya akuisisi dan mengabaikan biaya lain di masa depan
yang berkaitan dengan SDM.
Apakah biaya penyusutan itu deductible atau tidak masih menjadi masalah
TERIMAKASIH