Anda di halaman 1dari 16

A.

Timbulnya Social Economic Accounting ( SEA )

Kemajuan industry setelah Perang Dunia II dan munculnya Negara sebagai actor dalam peningkatan
kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak kualitas hisup. Hal ini
menjadi obyek sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu kesulitan yang dihadapi
dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur arithmetic Of Quality. hal ini
tergambar dari pernyataan A.W. Clausen, mantan direktur World Bank sbb :

“ saya sampaikan bahwa salah satu alas an yang paling kuat atas ketiadaan respons kita terhadap isu
penyakit social itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya adalah ketiadaan ukuran
kualitas.”

Ukuran ini penting sehingga setiap unit pemerintah aupun perusahaan mengetahui berapa jauh efek
kegiatan lembaganya mempengaruhi kualitas hidup manusia apakah berdampak positif atau negative.

LATAR BELAKANG SEA

Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi

masyarakat. Seperti memberikan kesempatan kerja,menyediakan barang yang dibutuhkan

masyarakat untuk dikonsumsi, memberikan sumbangan, dan lain sebagainnya. Karenanya

perusahaan mendapatkan legitimasi untuk bergerak secara leluasa dalam melaksanakan

kegiatannya. Tetapi dibalik semua itu, ada hal lain yang lebih dari kegiatan perusahaan-perusahaan

tersebut yaitumencari keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya dalam setiap aktivitas produksi

mereka. Dalam upaya untuk meningkatkan sebuah laba, perusahaan berusaha mencari peluang yang

dapat memberikan nilai tambah, dan pada akhirnya jika hal tersebut tidak dapat terkontrol lagi maka

kemungkinna besar dapat menimbulkan dampak negative untuk lingkungan maupun mansyarakat

itu sendiri.

Dampak-dampak ini seperti: polusi, keracunan, kebisingan, eksploitasi besar-besaran terhadap

sumber daya alam, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan, produksi makanan haram,

sampai ke penipuan-penipuan terhadap konsumen seperti penjualan barang dengan kualitas rendah

atau barang-barang yang sudah tidak layak pakai lagi (kadaluarsa), dan sebagainya. Karena besarnya

dampak externalities / social cost tersebut terhadap kehidupan masyarakat, maka masyarakatpun

menginginkan agar dampak ini dikontrol sehingga dampak negatif yang ditimbulkan tidak semakin

besar. Seiring dengan itu, akuntansi sebagai salah satu disiplin ilmu yang selalu mengikuti
perkembangan lingkungan, harus mampu selalu berkembang danmenjangkau segala aspek yang

ada. Menurut (Harahap, 1992) : “Akuntansi harus peka terhadap perubahan lingkungan yang

terus menerus berlangsung, akuntansi harus waspada terhadap perubahan itu apakah

melaluisistemnya yang dimilikinya maupun atas bantuan sistem informasi regional

daninternasional, untuk menyakinkan agar produknya tetap relevan bagi

pemakainya.”Dari sini berkembanglah ilmu akuntansi yang tidak hanya memberikan informasi tentang

hubungan perusahaan dengan pihak ketigannya, tetapi juga dengan lingkungannya.

B. Definisi Social economic Accounting ( SEA )

SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering ditafsirkan sama dengan Social
Accounting ( SA ) yang dihubungkan dengan National Income Accounting. Para ahli juga telah banyak
memberikan definisi dan dalam tulisan ini saya akan kutip definisi dari Ahmed Belkaoui, satu-satunya
penulis buku tentang Socio Economic Accounting. Beliau menyatakan bahwa :

“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu social, ini menyangkut pengaturan, pengukuran
analisa dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal
ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur
dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan social Negara mencakup social accounting dan reporting,
peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan
melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkunganya, mencakup : financial dan
managerial social accounting, social auditing”.

Ilmu Socio Economic Accounting merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba
mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek sosial benefit dan sosial cost yang
ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan diupayakan sebagai informasi yang
dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan untuk meningkatkaa peran lembaga, baik
perusahaan atau yang lain untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam lingkungan secara
kesaluruhan.

C. Pendorong Munculnya SEA

Literature dalam ilmu social, ilmu sosiologi, dan khusunya kegiatan-kegiatan social merupakan saksi dan
penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap para ahli dan pengambil keputusan
terhadap peranan business dan unit pemerintahan dalam kaitanya dengan efek social yang
ditimbulkanya. Adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan individu kearah
kesejahteraan social. Kecenderungan yang bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar-bsarnya
tanpa melihat efek sampingan kearah mencari laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnua
departemen ( unit ) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan
SEA.
Kecenderungan itu semua dapat kita lihat dari beberapa paradigm berikut ini :

1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial

Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia,kesejahteraan masyarakat yang


sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Negara
tidak bias hidup sendiri tanpa partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa
dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin disadari dan semakin
dibutuhkan pertanggungjawabanya. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan
saling pengaruh mempengaruhi antara Negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan
masyarakatnya, maka SEA ini sangat berperan.

2. Kecenderungan Terhadap Kesadran Lingkungan

Dalam literature paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm menuju the new
environment paradigm. Paradigm yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik
dibumi iniyang memiliki kebudayaan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kepentingan makhluk lain.
Sebaliknya, paradigm yang terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-
macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat dan dibatasi
oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik social, ekonomi dan politik.

3. Perspektif Ekosistem

Orientasi yang terlalu di arahkan kepada pembangunan ekonomi,efisiensi, profit maximization


menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli sehingga muncul kelompok-
kelompok yang menamakan dirinya penyelamat lingkungan seperti Greenpeace, lembaga konsumen, dll.

Salah satu kelompok tingkat dunia yang menaruh perhatian terhadap ekosistem ini adalah club of rome
yang terkenal dengan pendapatnya : “ Limits To Growth, salah satu putra terbaik kita
Alm.Dr.Soedjatmoko, mantan Rektor University PBB di jepang, termasuk salah seorang anggotanya.

4. Ekonomisasi vs Sosialisasi

Ekonomisasi mengarahakan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu
mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya,
sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan social dan selalu mempertimbangkan efek
social yang ditimbulkan oleh kegiatanya. Walaupun sosialisasi ini belum tampak nyata, namun pengaruh
pemerintah dan tekanan social cenderung menguntungkan kepentingan social. Akhirnya perlu alat ukur
sampai berapa jauh pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.

Ø Sikap Mengatasi Penyakit Social

Penyakit social yang ditimbulkan oleh pengaruh kegiatan Negara dan business perlu ditanggulangi
secara tepat dan terah salah satu upaya kearah itu adalah perlunya standar atau ukuran tentang kualitas
pengaruh kegiatan itu. Disamping itu tentunya sikap baru yang muncul belakangan ini yang cenderung
kearah memperhatikan kesejahteraan social perlu didukung dan dimantapkan bahkan perlu diratifikasi
dan diistitusionalisasi. Hubungan perusahaan masyarakat harus diserasikan dengan jalan keterlibatkan
perusahaan untuk memperbaiki ketimpangan social masyarakat. Hal ini sudah banyak dimulai oleh
banyak perusahaan di Indonesia, antara lain keterlibatan perusahaan dalam pembersihan air limbah
akibat industrinya , keterlibatannya dalam kegiatan Olah Raga, Dakwah, Pendidikan, bantuan terhadap
bencana aloam, memberikan beasiswa, dan sebagainya. Dan hal lain telah diatur oleh UU Lingkungan
hidup yang sudah diberlakukan itu.

D. Konsep Social Economic Accounting ( SEA )

Konsep pengukuran , penilaian, dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para ahli. Dan FASB
sendiripun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun SEC khususnya tentang
polusi telah mewajibkan perusahaan untuk mendisclosurenya. Dipihak lain AAA,AICPA telah membentuk
komite dan telah mengeluarkan laporan yang lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan
Ernst & Ernst telah melakukan penelitin sejak tahun 1971 tentang keterlibatan social perusahaan yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah :

1. Lingkungan :

Ø Polusi,

Ø Pencegahan kerusakan lingkungan konservasi sumber-sumber alam dll.

2. Energy :

Ø Konservasi energy,

Ø Penghematan dll.

3. Praktek usaha yang fair :

Ø Merekrut pegawai dari minoritas peningkatan kemampuannya,

Ø Penggunaan tenaga wanita.

Ø Pembukaan unit usaha diluar negeri dll.

4. Sumber tenaga manusia :

Ø Kesehatan dan keamanan pegawai,

Ø Training dll.

5. Keterlibatan terhadap masyarakat :

Ø Kegiatan masyarakat sekitar,

Ø Bantuan kesehatan,

Ø Pendidikan, dan

Ø Seni , dll.

6. Produksi :

Ø Keamanan produk,

Ø Mengurangi polusi,
Ø Keracunan, dll.

Disamping variable diatas penulis lain banyak lagi yang menyinggung antara lain :

“Keterlibatan dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan informasi


mengenai perusahaan dan produk, peningkatan pendidikan masyarakat, menghargai hak asasi,
pembangunan sarana prasarana desa / kota, pembangunan tempat rekreasi, peningkatan perhatian
terhadap kebudayaan dan seni dan lain-lain”.

Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
masyarakat dan tentu dapat ditambahlagi sesuai keadaan kita di Indonesia seperti peningkatan prestasi
Olahraga,kegiatan keagamaan dan Da’wah, pendirian Lembaga Pendidikan, dan sebagainya.

FAKTOR PENDUKUNG MUNCULNYA SEA

Kesadaran masyarakat akan perlunya dijaga kelestarian lingkungan

untuk kelangsunagn hidup manusia dan penekanan pada kelestarian hidup

dan kesejahteraan social semakin tinggi menjadi pendorong munculnya ASE.

Faktor pendorong munculnya ASE adalah:

1. Adanya kesadaran dan komitmen terhadap kesejahteraan social

tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi.

2. Adanya paradigma kesadaran lingkungan tidak seperti selama ini

lingkungan diabdikan untuk perusahaan, untuk mengejar keuntungannya.

3. Munculnya perspektif ecosystem, dimana system global tidak bisa

berjalan sendiri sendiri tanpa memperhatikan system lain. Sistem ekonomi

harus berjalan

4. Munculnya perhatian terhadap perlindungan kepentingan social.

PENGUKURAN DALAM SEA

Dalam pertukaran yang terjadi antara perusahaan dan lingkungan sosialnya terdapat dua dampak

yang timbul yaitu dampak positif atau yang disebut juga dengan manfaat social (Social benefit) dan

dampaknegatif yang disebut dengan pengorbanan sosial (Social Cost). Masalah yang timbul adalah

bagaimana mengukur kedua dampak tersebut. Menurut Harahap (1993), masalah pengukuran
akuntansi sosial memang rumit, karena jika dibandingkan dengan transaksi biasa yang langsung

dapat dicatat dan mempengaruhi posisi keuangan, maka dalam akuntansi sosial terlebih dahulu

harus diukur dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan.

Lebih jauh Harahap (1993) menguraikan beberapa metode yang biasa dipakai dalam

pengukuran Akuntansi sosial yaitu;

1. Menggunakan penilaian dengan menghitung Opportunity cost approach

2. Menggunakan daftar kuesioner

3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang

perorangan dalam menghitung kerugian masyarakat

4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga

TUJUAN AKUNTANSI EKONOMI SOSIAL

Adapun tujuan akuntansi sosial menurut Hendriksen (1994) adalah

untuk memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan

perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi. Hendriksen (1994)

Menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial yaitu :

1. Mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi sosial neto periodik

suatu perusahaan, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang

di internalisasikan keperusahaan, namun juga timbul dari eksternalitas yang

mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berbeda

2. Membantu menentukan apakah strategi dan praktik perusahaan

yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumberdaya dan status

individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan

prioritas sosial yang diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi

individu pada pihak lain,

3. Memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok


sosial, informasi yang relevan tentang tujuan, kebijakan, program, strategi

dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan.

Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas dapat

dipahami bahwa akuntansi sosial berperan dan menjalankan fungsinya

sebagai bahasa bisnis yang mengakomodasi masalah–masalah sosial yang

dihadapi oleh perusahaan, sehingga pos–pos biaya sosial yang dikeluarkan

kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan pencapaian tujuan

jangka panjang perusahaan

Ø Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan

Pertanyaan yang selalu muncul dalam debat ilmiah tentang peran bisnis adalah : Apakah perusahaan
sebagai suatu lembaga unik yang tujuannya mencari laba dan kadang disebut sebagai “ Binatang
Ekonomi”. Wajib memiliki etika dan tanggung jawab social sebagaimana manusia yang beragama?
Bagaimana menurut paham capital? Dan bagaimana pula paham kita sebagai Negara pancasila?
Jawaban atas pertanyaan ini merupakan suatu hal yang akan menentukan kemungkinan eksistensi SEA
dalam lingkungan social masyarakatnya. Dengan kata lain, dalam masyarakat yang berpaham bahwa
perusahaan tidak perlu memiliki etika dan tanggung jawab social, maka SEA relatifi tidak perlu.
Sebaliknya, paham yang menganggap perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab social
berpendapat bahwa SEA mempunyai peranan yang cukup penting. SEA sebagaimana dijelaskan dimuka,
merupakan penerapan akuntansi dalam ilmu social yang menyangkut pengaturan, pengukuran, analisis,
dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan social dari kegiatan pemerintah dan perusahaan.

E. Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan

Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaandalam kegiatan social.
Sepanjang penelitian kepustakaan, ada tiga pandangan atau model yang menggambarkan tentang
keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social. Ketiga model tersebut antara lain :

1. Model Klasik

Pendapat ini,yang berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna
dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan
perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-besarnya. Criteria keberhasilan perusahaan
diukur oleh daya guna dan pertumbuhan. Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan perusahaan
semata-mata hanya untuk memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan
kepada pemilik modal.
2. Model Manajemen

Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya tujuan
tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk
kepentingan bukan saja pemilik modal tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya
perusahaan seperti : karyawan, langganan, supplier, dan pihak lain yang ada kaitannya dengan
perusahaan yang tidak semata-mata didasarkaan atas adanya hubungan kontrak perjanjian.( Frank
X.Suttin et.al,1956). Dengan demikian manajer sebagai team yang bertanggung jawab atas kelangsungan
hidup perusahaan terpaksa memilih kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggung jawab social
perusahaan mengingat ketergantungannya dengan pihak lain yang juga punya andil dalam pencapaian
tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik modal.

3. Model Lingkungan Sosial

Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang
dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan (bersumber) dari lingkungan social dan bukan
hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik. Konsekuensinya perusahaan harus
berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan penyakit social yang berada dilingkungan seperti : system
pendidikan yang tidak bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak
teratur, keamanan dll. Kalau model klasik punya tujuan utama untuk mensejahterakan pemilik modal
dan model manajemen mensejahterakan manajemen, dalam model ini perusahaan harus memperluas
tujuan yang harus dicapainya yaitu yang mencakup kesejahteraan social secara umum ( Ahmed
Belkaoui,1980 ).

Ø Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung Jawab Social Perusahaan

Dalam literature telah banyak dibahas tentang sikap perusahaan terhadap etika dan tanggung jawab
social. Mulai dari tanpa keterlibatan, keterlibatan terbatas, sampai kepada keterlibatan total terhadap
lingkungan sosialnya. Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima
kategoriyang seirama dengan ketiga model yang disajikan diatas ( Ahmed Belkaoui, SEA,1984 ). Berikut
ini kita sajikan berturut sebagai berikut :

1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang maksimal. Jika
perusahaan dapat mengumpulkan laba yang yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan efek
sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan tugasnya sebagai badan usaha.

2. Disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-pihak tertentu
dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini dicontohkan dengan perbaikan kesejahteraan
karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-lain.

3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas tanggung jawab
manajemen. McGuire menggambarkan potret perusahaan sebagai berikut :

“ide tanggungjawab social disini dimaksudkan bahwa perusahaan tidak hanya punya tanggung jawab
ekonomi dan hokum, tetapi juga tanggungjawab tertentu terhadap social diluar kewajiban utamanya.
Perusahaan harus punyaperhatian terhadap politik, dalam mensejahterakan masyarakatnya, dalam
memperbaiki pendidikan, dalam mensejahterakan karyawan, dan lain-lain yang bersangkut paut dengan
itu. Rasanya, hal ini berarti bahwa perusahaan harus berperilaku sebagaimana seorang penduduk yang
baik. (Joseph W.McGuire,Business anf Society, 1963).

4. Dalam kelompok ini, tanggungjawab social perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi dan
nonekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran. Yaitu sbb :

Ø Lingkaran dalam

Ø Lingkaran tengah

Ø Lingkaran luar

5. Tanggung jawab social diperluas melewati batas tanggungjawab dan mencakupi keterlibatan total
terhadap tugas-tugas social. Prakash Sethi merumuskan bentuk ini dalam tiga dimensi yaitu :

Ø Social obligation merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap permintaan pasar sesuai dengan
ketentuan hukum.

Ø Social responsibility menggerakan perusahaan sehingga segala tindakkanya sesuai dengan norma,nilai
dan harapan masyarakat yang berlaku.

Ø Social responsiveness, merupakan respon perusahaan untuk menjawab issu yang akan timbul dimasa
datang. ( S.Prakash sethi,Academiy of Management Review,1979 ).

6. Kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliput oleh literature tentang
bentuk dan batasan tanggung jawab social perusahaan diatas. Kita di Indonesia tentu belum punya
batasan yang jelas tentangtanggungjawab social ini yang mestinya perlu dipikirkan. Namun yang jelas,
nampaknya terlepas apa motifnya, di Indonesia sudah banyak perusahaan yang punya perhatian dan
keterlibatan dengan lingkungan sosialnya.

F. Pro Kontra Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Persoalan apakah perusahahaan perlu mempunyai tanggung jawab social atau tidak masih terus
perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan dukungannya dan mengklaim bahwa
idenyalah yang benar. Berikut ini adalah alas an para pendukung agar perusahaan memiliki etika dan
tanggung jawab social :

1. Keterlibatan social merupakan respons terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap
peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan perusahaan.

2. Keterlibatan social mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat, yang mungkin
akan menurunkan biaya produksi.

3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati karyawan,
investor dan lain-lain.

4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan


pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki tanggung
jawab social mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.

5. Dapat meninjukkan respons positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sehingga mendapat simpati masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini public.

7. Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu kegiatan
yang dibenci masyarakat tidak mungkin dihindari.

8. Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya,
peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dll.

Dipihak lain alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab social perusahaan ini
adalah sbb :

1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini akan
menimbulkan pemborosan.

2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik secara


berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.

3. Dapat menimbulkan lapangan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistic.

4. Keterlibatan social memerlukan dan dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh
dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan kebangkrutan atau menurunkan tingkat
pertumbuhan perusahaan.

5. Keterlibatan pada kegiatan social yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan para ahli yang
belum tentu dimiliki oleh perusahaan ( Ahmed Belkaoui, SEA,, 1984 ).

Ø Bentuk Keterlibatan Sosial

Bentuk kegiatan itu adalah sbb :

1. Lingkungan Hidup

a. Pengawasan terhadap efek polusi

b. Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam,

c. Keindahan lingkungan

d. Pengurangan suara bising

e. Penggunaan tanah

f. Pengelolaan sampah dan air limbah

g. Riset dan pengembangan lingkungan

h. Kerjasama dengan pemerintah dan universitas

i. Pembangunan lokasi rekreasi, dll

2. Energy
a. Konservasi energy yang dilakukan perusahaan

b. Penghematan energy dalam proses produksi, dll

3. SDM dan Pendidikan

a. Keamanan dan kesehatan karyawan.

b. Pendidikan karyawan

c. Beasiswa

d. Bantuan pada sekolah

e. Pendirian sekolah, dll

4. Praktek Bisnis yang jujur

a. Memperhatikan hak-hak karyawan

b. Wanita

c. Jujur dalam iklan

d. Kredit

e. Servis

f. Produk

g. Dan jaminan

h. Selalu mengontrol kualitas produk dll.

5. Membantu Masyarakat Lingkungan

a. Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah social di lingkungan.

b. Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat.

c. Membangun klinik kesehatan.

d. Sekolah

e. Rumah ibadah

f. Perbaikan rumah/kota

g. Sumbangan untuk kegiatan social masyarakat, dll

6. Kegiatan Seni dan Kebudayaan

a. Membantu lembaga seni dan budaya

b. Sponsor kegiatan seni dan budaya


c. Penggunaan seni dan budaya dalam iklan

d. Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga, dll

7. Hubungan dengan Pemegang Saham

a. Sifat keterbukaan direksi pada semua persero

b. Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

c. Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social, dll

8. Hubungan dengan Pemerintah

a. Mentaati peraturan pemerintah

b. Membatasi kegiatan lobbyng

c. Mengontrol kegiatan politik perusahaan

d. Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah, dll

G. Tanggung Jawab Social Perusahaan Di Indonesia

Tanggung jawab social dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak perlu diragukan. Hal ini
terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung maupun melalui jalur pemerintah atau badan-
badan social dalam mengatasi penyakit social dan memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan social,
seperti : mensponsori kegiatan olah raga, pembersihan polusi dan air limbah, membantu korban
bencana alam, mendirikan sarana pendidikan, kesehatan, mendirikan sarana pengangkutan,
membantu/melaksanakan kegiatan keagamaan seperti pengajian, MTQ, beasiswa, pengembangan
karier, dll.

Namun kita juga tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang merugikan
kepentingan social, seperti : pengrusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan palsu, kualitas produk
yang tidak benar, kekurangan informasi tentang produk, penipuan-penipuan lain, kebisingan,
keracunan, dll.

Kutipan dari Drucker sbb :

”tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsure yang
tidak terpisah dari masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali.
Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia hanya dapat dikatakan
baik jika baik untuk masyarakat”. ( Peter F. Drucker, Management : Task, Responsibilities, 1973),
sementra

Kutipan dari Belkaoui :

“perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik”. ( Ahmed Belkaoui, SEA, 1984).

Ø Pengukuran dalam Socio Economic Accounting

Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam SEA ini. Dalam akuntansi konvensional
jelas bahwa setiap transaksi baru dapat dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Dalam SEA kita harus mengukur dampak positif ( social cost ) dan dampak negative ( social negative )
yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat
dihitung karena memang transaksinya bersifat “uncomplete cycles” non reciprocal dan belum
mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.

Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara

Lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal dan
memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung sebagai
komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research Institute ( MRI ) ( Belkaoui,1985 h.197 ).
Melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan, lingkungan, dan makhluk hidup yang
terkena polusi.

Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:

Q=PxNxFxR

Keterangan :

P : Produk dalam dolar

N : Umur ekonomis dari bahan yang dinilai berdasarkan penggunaannya

F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi udara

R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang masih ada.

Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :

L=QxV

Keterangan :

Q : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.

V : Nilai Interaksi tanah pertahun

Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu. Karena semua dampak itu harus dinilai dan
sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir kerugian itu. Para aktivis
lingkungan ternyata telah banyak membantu dalam melakukan penaksiran ini.

Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting dibuat
berbagai metode pengukuran misalnya :

1. Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost Approach”. Misalnya dalam


menghitung social cost dari pembuangan limbah, maka dihitung berapa kerugian manusia dalam
hidupnya, berapa berkurang kekayaanya, berapa kerusakan wilayah rekreasi, dll.
2. Menggunakan daftar kuessioner, survey, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan ditanyai
berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya.

3. Menggunakan hubungan antara kerugian missal dengan permintaan untuk barang perorangan
dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.

4. Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.

Sebagai pedoman berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu kawasan rekreasi.
Calawsen dan Knetsch ( Belkaoui 1985, p. 199 ) misalnya memberikan metode pengukuran untuk
menaksir keuntungan dari suatu kawasan rekreasi sbb :

1. Metode Harga Maksimum ( Maximum price method )

2. Metode Pengeluaran Kotor ( Gross Expenditure Method )

3. Harga Pasar Ikan ( Market Value Of Fish Method )

4. Metode Harga Pokok ( Cost Method )

5. Metode Harga Pasar ( Market Value Method )

6. Metode Interviu Langsung ( Direct Interview Method )

H. Pelaporan

Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif atau negative yang
ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA sbb :

PT Ezly Bazliyah

Socio Economic Operating Report

Per 31 desember 1993

( Dalam Ribuan )

I. Kaitan dengan masyarakat :

A. Perbaikan :

1. Pelatihan orang cacat Rp. 20.000

2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan Rp. 8.000

3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas Rp. 10.000

4. Biaya penitipan bayi Rp. 22.000

Total perbaikan Rp. 60.000


B. Kerusakan :

Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000 _

Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 ) Rp. 38.000

II. Kaitan Dengan Lingkungan

A. Perbaikan :

1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman Rp. 140.000

2. Biaya pemasangan control polusi Rp. 8.000

3. Biaya pematian racun limbah Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 166.000

B. Kerusakan :

1. Biaya yang akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp. 160.000

2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp. 200.000

Total kerusakan Rp.360.000 -_

C. Deficit ( II ) ( Rp.194.000 )

III. Kaitan Dengan Produk

A. Perbaikan :

1. Gaji eksekutif sewaktu melayani Komisi Pengamatan Produk Rp. 50.000

2. Biaya pengganti cat beracun Rp. 18.000

Total perbaikan Rp. 68.000

B. Kerusakan :

1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 _

C. Net perbaikan ( III ) Rp. 24.000

Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III ) ( Rp.138.000 )

Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93 Rp.498.000

Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993 Rp.360.000

Anda mungkin juga menyukai