Anda di halaman 1dari 43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Definisi Tanggung Jawab Sosial

Undang-undang no 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang telah

disahkan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Agustus 2007. Beberapa perubahan dan

pembaharuan telah dilakukan dan salah satunya adalah ketentuan baru menyangkut

pasal 74 yaitu tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social

Responsibility). Pasal 74 tersebut terdiri dari 4 ayat sebagai berikut :

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)

merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan

sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud ayat

(1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur

dengan peraturan pemerintah.

Universitas Sumatera Utara


Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang diakomodasikan dalam

Undang-undang Perseroan Terbatas (UPT) adalah merupakan langkah maju bagi

Indonesia, karena hal ini merupakan wujud keberpihakan pemerintah pada

masyarakat luas. Menurut The World Bussines Council for Sustainable Development

(WBCSD). CSR adalah keterpanggilan dunia bisnis untuk bertindak dan

berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bersamaan dengan

meningkatkan kualitas hidup para karyawan beserta keluarganya, sekaligus juga

peningkatan kualitas komunitas setempat dan masyarakat luas. Estes (2001),

mendefinisikan akuntansi sosial sebagai pengukuran dan pelaporan internal, atau

eksternal dari informasi tentang pengaruh suatu entitas (perusahaan) dan aktivitas

aktivitasnya terhadap masyarakat.

Sedangkan Harahap (2003) Menggunakan istilah Socio-Economics

Accounting, yaitu merupakan bidang ilmu akuntansi yang berfungsi dan mencoba

mengidentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek social benefit dan

social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya akan

diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan

keputusan untuk meningkatkan peran lembaga, baik perusahaan atau yang lain demi

meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.

Tidak ada cetak biru tentang Corporate Social Responsibility, namun ada

beberapa hal umum yang biasanya terkait dengan tanggung jawab dari perusahaan

yakni :

Universitas Sumatera Utara


1. Board of Director mempunyai komitmen dan mendorong kegiatan Corporate

Social Responsibility.

2. UU setempat dan peraturan pepajakan juga mendukung Corporate Social

Responsibility. Serta pendapat dari stakeholders harus dipertimbangkan dalam

lingkungan internal maupun eksternal.

3. Kegiatan ekonomi sosial dan kinerja lingkungan serta akibatnya diawasi dan

dilaporkan ke publik. Terdapat standar yang tinggi untuk pelatihan pekerja

yang ditujukan dalam meningkatkan kewaspadaan tanggung jawab

perusahaan.

Ada beberapa teori yang sering digunakan peneliti menurut Gray, et., al

(1996) dalam Yuliani (2003) untuk menjelaskan kecenderungan pengungkapan sosial

yaitu : 1. Teori Agensi, 2. Teori Stakeholders, 3. Teori Legitimasi dan 4. Teori

Ekonomi Politik.

1. Agency Theory (Teori Agensi)

Teori ini menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu principal dan

pada umumnya prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users

lain. Namun pengertian principal tersebut meluas menjadi seluruh interest group

perusahaan yang bersangkutan. Teori ini menjelaskan agen (manajemen) bekerja

untuk stakeholder, dan salah satu pekerjaan mereka adalah memberikan informasi

yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

Universitas Sumatera Utara


2. Stakeholders Theory (Teori Stakeholders)

Stakeholder merupakan pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan

yang dapat mempengaruhi atau dapat dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.

Organisasi memiliki banyak stakeholder seperti karyawan, masyarakat, negara,

supplier, pasar modal, pesaing, badan industri, pemerintah asing dan lain-lain. Hal

pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa ia adalah sistem yang secara

eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan lingkungannya yang

mengakui sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang kompleks dan dinamis.

Teori stakeholder berhubungan langsung dengan model akuntabilitas.

Stakeholder dan organisasi saling mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan

sosial keduanya yang berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu

organisasi memiliki akuntabilitas terhadap stakeholdernya. Sifat dari akuntabilitas itu

ditentukan oleh hubungan antara stakeholder dan organisasi. Robert (1992)

menyatakan bahwa pengungkapan sosial perusahaan merupakan sarana yang penting

bagi perusahaan untuk menegosiasikan hubungan dengan stakeholdernya.

3. Legitimasi Theory (Teori Legitimasi)

Teori Legitimasi menyatakan bahwa suatu organisasi hanya bisa bertahan jika

masyarakat merasa bahwa organisasi beroperasi berdasarkan sistem nilai yang

sepadan dengan sistem nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Teori legitimasi dalam

bentuk umum memberikan pandangan yang penting terhadap praktek pengungkapan

sosial perusahaan. Kecenderungan umum perusahan melakukan pengungkapan sosial

Universitas Sumatera Utara


perusahaan hanya menekankan pada poin positif dari organisasi dibandingkan dengan

elemen yang negatif, hal ini merupakan bagian dari legitimasi organisasi.

Berdasarkan Lindblom (1994) dalam Deegan (2003:253) legitimacy adalah :

”... a condition or status which exits when an entity’s value system is congruent with

the value system of the larger social system of which the entity is a part. When a

disparity, actual or potential, exits between the two value systems, there is threat to

the entity’s legitimacy”.

Berarti adanya sosial contract dalam teori legitimasi antara perusahaan dan

masyarakat sekitar perusahaan. Teori legitimasi harus menekankan bahwa perusahaan

harus memunculkan informasi ke permukaan dengan mempertimbangkan hak-hak

publik secara meluas tidak hanya bagi investor saja.

4. Political Economy Theory (Teori Ekonomi Politik)

Ada dua pandangan teori ekonomi politik yaitu pandangan klasik (biasanya

sebagian besar berhubungan dengan Karl Max) dan pandangan Bourgeois (biasanya

sebagian besar berhubungan dengan John Stuart Mill dan ahli ekonomi pada masa

berikutnya) perbedaan penting antara keduanya terletak pada tingkat analisis

pemecahan yaitu konflik struktural dalam masyarakat. Ekonomi politik klasik

meletakan konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara pada analisis pokok.

Sedangkan ekonomi politik Bourgeois cenderung menganggap hal-hal tersebut

merupakan suatu yang tersedia (given) dan oleh karena itu, hal-hal tersebut tidak

dimasukkan dalam analisis. Hasilnya, ekonom politik Bourgeois cenderung

Universitas Sumatera Utara


memperhatikan interaksi antar kelompok dalam suatu dunia pluralistik misalnya,

negosiasi antara perusahaan dan kelompok penekan masalah lingkungan, atau dengan

pihak yang berwenang.

Ekonomi politik Bourgeois bisa digunakan dengan baik untuk menjelaskan

tentang praktek pengungkapan sosial. Sedangkan ekonomi politik klasik hanya

sedikit menjelaskan praktek pengungkapan sosial perusahaan, mempertahankan

bahwa pengungkapan sosial perusahaan dihasilkan secara sukarela. Teori ekonomi

politik klasik memiliki pengetahuan tentang aturan pengungkapan wajib, dalam hal

ini biasanya negara telah memilih untuk menentukan beberapa pembatasan terhadap

organisasi. Ekonom politik klasik akan menginterpretasikan hal ini sebagai bukti

bahwa negara bertindak ”seakan-akan” atas kepentingan kelompok yang tidak

diuntungkan misalnya, orang yang tidak mampu, ras minoritas untuk menjaga

legitimasi sistem kapitalis secara keseluruhan.

2.1.2 Pembentukan Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep yang lebih luas berkenaan

dengan dampak dari aktivitas-aktivitas bisnis secara keseluruhan terhadap

masyarakat. Dari pengertian tersebut terdapat tiga pendekatan dalam pembentukan

tanggung jawab :

1. Pendekatan Moral. Kebijakan atau tindakan yang didasarkan pada prinsip

kesantunan dengan pengertian bahwa apa yang dilakukan tidak melanggar

atau merugikan pihak-pihak lain secara sengaja.

Universitas Sumatera Utara


2. Pendekatan Kepentingan Bersama Bahwa kebijakan-kebijakan moral harus

didasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan yang

bertanggung jawab.

3. Pendekatan Manfaat. Konsep tanggung jawab sosial yang didasarkan pada

nilai-nilai bahwa apa yang dilakukan oleh perusahaan menghasilkan manfaat

besar bagi pihak-pihak berkepentingan secara adil.

Bradshaw dalam Harahap (2003) mengemukakan tiga pembentukan tanggung

jawab sosial perusahaan, yaitu :

1. Corporate Philanthrophy. Disini tanggung jawab perusahaan itu berada

sebatas kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya.

Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau

kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan

perusahaan.

2. Corporate Responsibility. Disini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah

merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan dikarenakan ketentuan

undang-undang atau bagian dari kemauan atau ketersediaan perusahaan.

3. Corporate Policy. Disini tanggung jawab sosial perusahaan itu merupakan

bagian dari kebijakan perusahaan.

2.1.3. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Menurut Tanaya (2005) dalam Nurmansyah (2007) terdapat sedikitnya tujuh

manfaat Corporate Social Responsibility, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Daya Saing Berkelanjutan (Sustainable Competitiveness). Pengaruh Corporate

Social Responsibility terhadap daya saing perusahaan dapat dilihat dari lima

elemen :

a. Memperkuat Reputasi dan Merek. Globalisasi mengakibatkan lingkungan

bisnis menjadi semakin sensitif terhadap kinerja perusahaan dalam hal sosial,

etika, dan lingkungan. Kesehatan pelanggan menjadi hal penting dalam

ekonomi global. Dalam abad informasi, reputasi dan kesetiaan terhadap merek

adalah hal sentral dalam berbisnis dan merupakan asset yang penting.

Reputasi perusahaan di depan stakeholders dapat menjadi hal yang lebih

bernilai daripada merek, karena reputasi lebih sulit untuk dibangun serta

memakan waktu. Oleh karena itu reputasi perusahaan lebih tahan lama dan

pesaing tidak dapat dengan mudah meniru hal tersebut.

b. Operasional yang Lebih Efisien. Efisiensi dicapai melalui efisiensi

penggunaan energi dan sumber daya alam, mengurangi limbah, dan menjual

material daur ulang. Manfaat lainnya adalah sumber daya manusia yang lebih

baik akibat pengurangan ketidakhadiran. Dilain pihak, karyawan yang setia

dapat menghemat dana perusahaan melalui peningkatan produktivitas dan

pengurangan biaya-biaya perekrutan dan pelatihan.

c. Meningkatkan Kinerja Keuangan. Masyarakat bisnis dan investor telah sejak

lama memperdebatkan apakah ada korelasi positif antara praktek bisnis yang

bertanggung jawab dan kinerja keuangan yang lebih baik. Walaupun mustahil

Universitas Sumatera Utara


untuk memberi jawaban terhadap dilema ini, berbagai survei dan penelitian

akademis telah membuktikan korelasi positif.

d. Meningkatkan Penjualan dan Kesetiaan Konsumen Sejumlah survei dan

penelitian telah menyimpulkan adanya pasar yang membesar dan tumbuh bagi

produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan yang menjalankan tanggung

jawab sosial.

e. Meningkatkan Kemampuan untuk Menarik dan Mempertahankan Pekerja

Berkualitas Dalam kondisi dimana mobilitas pekerja meningkat, maka

menarik dan mempertahankan pekerja yang berkomitmen dan terlatih adalah

hal yang vital dalam keberhasilan bisnis.

2. Menciptakan Peluang Bisnis Komunikasi dua arah dengan stakeholder yang

terbuka dan produktif tidak hanya meningkatkan reputasi perusahaan tetapi juga

membuka peluang-peluang usaha baru. Komunikasi yang produktif dengan

stakeholder akan memudahkan pengembangan lebih lanjut dari kekuatan inovatif

dan kreatif.

3. Menarik dan Mempertahankan Investor dan Mitra Bisnis yang Berkualitas.

Banyak Negara yang berusaha untuk menarik investasi asing dengan menawarkan

buruh murah. Meskipun terjadi penghematan biaya (melalui buruh anak, kaum

miskin dan buruh harian) namun penghematan tersebut dapat menjadi sangat

beresiko dan merusak reputasi karena justru dapat menyebabkan biaya yang

tinggi. Melakukan bisnis dengan rekan yang tidak bertanggung jawab sosial

maupun lingkungan dapat menimbulkan resiko bagi perusahaan. Maka sekarang

Universitas Sumatera Utara


ini perusahaan kelas dunia telah mulai membantu pemasok mereka untuk

mengadaptasi praktek Corporate Social Responsibility dan mengurangi resiko

terhadap perusahaan.

4. Kerjasama dengan Komunitas Lokal Dalam kondisi pasar yang menjadi semakin

dinamis, keberhasilan perusahaan tergantung pada kemampuannya dalam

menanggapi kebutuhan atau budaya komunitas dimana perusahaan tersebut

beroperasi. Kerjasama dengan komunitas lokal akan membantu perusahaan dalam

menyesuaikan produk dan jasa dengan pasar lokal serta mempermudah

pengunaan pemberdayaan tenaga ahli setempat, jalur distribusi, dan fasilitas

produksi.

5. Menghindari Krisis Akibat Mala Praktek CSR. Mengacuhkan CSR dapat

berakibat pada produk, perusahaan itu sendiri maupun seluruh industri yang

bersangkutan. Sebuah temuan penelitian dari Bussiness and Society (1999) dalam

Nurmansyah (2007) menunjukkan bahwa tindakan yang secara sosial tidak

bertanggung jawab dapat menimbulkan efek negatif pada profitabilitas

perusahaan.

6. Dukungan Pemerintah. Banyak pemerintahan yang menyediakan insentif

keuangan terhadap inisiatif keuangan CSR yang baik, termasuk didalamnya

adalah inovasi yang ramah lingkungan. Perusahaan yang menunjukkan bahwa

mereka terlihat dalam praktek-praktek yang memenuhi bahkan melebihi tuntutan

regulasi, mengalami inspeksi yang lebih sedikit dan pengawasan yang lebih bebas

baik oleh pemerintah nasional maupun lokal.

Universitas Sumatera Utara


7. Membangun Modal Politik. Modal politik adalah hubungan baik dengan

pemerintah dan tokoh politik, mempengaruhi peraturan, menata ulang institusi

publik dimana perusahaan bergantung dengan meningkatkan citra publik

perusahaan.

Menurut Rogovsky (2000) dalam Wibisono (2007) menunjukkan bahwa

manfaat dari tanggung jawab perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi individu karyawan

a. Mendapatkan pembelajaran mengenai metode alternatif dalam berbisnis.

b. Menghadapi tantangan pengembangan dan berprestasi dalam lingkungan baru.

c. Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan yang terbaru.

d. Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan memberikan

kontribusi bagi komunitas lokal.

e. Mendapatkan persepsi baru dalam berbisnis.

2. Manfaat bagi penerima program

a. Mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tidak dimiliki

organisasi atau tidak memiliki dana untuk pengadaannya.

b. Mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan yang

segar dan kreatif dalam memecahkan masalah.

c. Memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan

pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis.

Universitas Sumatera Utara


3. Manfaat bagi perusahaan

a. Memperkaya kemampuan karyawan yang telah menyelesaikan tugas bersama

komunitas.

b. Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas.

c. Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal.

d. Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan menjadi duta

besar bagi perusahaan.

Menurut Goni (2008), terdapat enam program pilihan bagi perusahaan untuk

melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial

sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam

inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah :

1. Cause promotions dalam bentuk memberikan kontrbusi dana atau

penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah

sosial tertentu.

2. Cause-realted marketing dalam bentuk kontribusi perusahaan dengan

menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan sebagai donasi bagi masalah

sosial tertentu, untuk periode waktu tertentu atau produk tertentu.

3. Corporate social marketing adalah perusahaan membantu pengembangan

maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk merubah perilaku

tertentu yang mempunyai pengaruh negatif.

Universitas Sumatera Utara


4. Corporate philantrophy adalah inisiatif perusahaan dengan memberikan

kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal atau lebih sering dalam

bentuk donasi ataupun sumbangan tunai.

5. Community volunteering dalam aktivitas ini perusahaan memberikan bantuan

dan mendorong karyawan, serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat

dan membantu masyarakat setempat.

6. Social responsible bussines practices adalah sebuah inisiatif dimana

perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi

yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi

lingkungan.

Secara garis besar manfaat CSR adalah :

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial

3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan

5. Membuka peluang pasar yang lebih besar

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dengan pembuangan limbah

7. Memperbaiki hubungan dengan Stakeholders

8. Memperbailki hubungan dengan Regulator

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan

10. Peluang mendapatkan penghargaan

Universitas Sumatera Utara


Uraian tersebut menunjukkan bahwa manfaat CSR yang dibangun berdasarkan

visi tanggung jawab sosial perusahaan itu memang bisa dipetik oleh kedua-belah

pihak. Hal ini sejalan dengan prinsip kemasyarakatan bersama yang dikembangkan

melalui berbagai program kegiatan Corporate Social Responsibility.

2.1.4 Klasifikasi Tipe Tanggung Jawab Sosial

Pengklasifikasian dalam tanggung jawab sosial adalah membantu

memformulasikan Risk Empiris, dalam menganalisis literatur yang telah ada dan

mengembangkan model-model pengajaran, Dauman dan Hargreaves seperti yang

disajikan Januarti dan Apriyanti (2006) membagi areal tanggung jawab perusahaan

dalam tiga level, yaitu :

1. Basic Responsibility. Tanggung jawab yang muncul karena keberadaan

perusahaan seperti memenuhi standar kerja, mematuhi hukum, kewajiban dalam

membayar pajak serta memuaskan para pemegang saham.

2. Organizational Responsibility. Tanggung jawab ini menunjukkan perusahaan

untuk memenuhi perubahan kebutuhan stakeholders seperti : konsumen,

karyawan, pemegang saham dan masyarakat sekitar.

3. Social Responsibility . Tanggung jawab yang menjelaskan tahapan ketika

interaksi antara bisnis dan kekuatan lain dalam masyarakat dapat tumbuh dan

berkembang secara berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara


Carrol (1994) dalam Poerwanto (2007) telah mengembangkan satu model

Carrol. Model Carrol menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dapat

dibagi ke dalam empat klasifikasi, yaitu :

1. Tanggung Jawab Ekonomi (Economic Responsibility). Institusi adalah diatas

semuanya, karena bisnis adalah unit ekonomi dasar masyarakat. Pandangan

ini mengatakan bahwa perusahaan harus dioperasikan dengan dasar laba,

dengan misi tunggalnya yaitu meningkatnya keuntungan selama berada dalam

batas-batas peraturan pemerintah. Sehingga keuntungan ekonomi harus

didasarkan pada tanggung jawab sosial perusahaan yang berasaskan etika

sebagai titik sentral perusahaan.

2. Tanggung Jawab Legal (Legal Responsibility). Merupakan kegiatan bisnis

yang diharapkan untuk memenuhi tujuan ekonomi para pelaku yang

berlandaskan legalitas maupun nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat

secara bertanggung jawab.

3. Tanggung Jawab Etika (Ethical Responsibility). Adalah kebijakan dan

keputusan perusahaan yang didasarkan kepada keadilan bebas dan tidak

memihak serta menghormati hak-hak individu, dan dapat memberikan

perlakuan yang berbeda terkait dengan tujuan perusahaan.

4. Tanggung Jawab Sukarela (Voluntary Responsibility). Merupakan kebijakan

perusahaan dalam tindakan sosial yang murni sukarela dan didasarkan pada

keinginan perusahaan dalam kegiatan sosial, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Model Klasik. Pada abad 19 pendapat ini berkembang bahwa model ini

bertitik tolak pada konsep persaingan sempurna, dimana perilaku ekonomi

terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Tujuan

perusahaan hanya untuk mencari keuntungan yang dilakukan oleh

perusahaan semata-mata untuk memenuhi permintaan pasar, dan yang

akan diberikan kepada para pemilik modal.

b. Model Manajemen. Pendapat ini muncul sekitar tahun 1930, setelah

muncul tantangan baru dari perusahaan yang mempunyai sifat-sifat

berbeda dengan keadaan sebelumnya yang diwarnai oleh pemikiran model

klasik. Manajer sebagai orang yang dipercayakan oleh pemilik modal

dalam menjalankan perusahaan bukan saja untuk pemilik modal, tetapi

juga bagi mereka yang terlibat secara langsung dengan siklus hidup

perusahaan, seperti pelanggan, karyawan, pemasok dan pihak lain yang

berkaitan dengan perusahaan yang tidak semata-mata didasarkan atas

adanya hubungan kontrak perjanjian (Frank X, Suttin dkk. 1956 dalam

Harahap, 2007)

c. Model Lingkungan Sosial Pada model ini perusahaan ditekan untuk

menyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan politik yang dimiliki

perusahaan mempunyai hubungan dengan kepentingan dari lingkungan

sosial dan tidak hanya dari pasar yang sesuai dengan model klasik. Dalam

hal ini perusahaan dapat berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah

sosial yang ada di lingkungan sekitarnya seperti polusi, pengganguran,

Universitas Sumatera Utara


sistem pendidikan yang jauh dari standar, perumahan kumuh, transportasi

yang tidak tertib, keamanan, dan sebagainya. Untuk itu dalam memilih

proyek yang akan dibangun, selain memperhatikan persentase laba yang

akan didapat serta juga dapat memperhatikan keuntungan maupun

kerugian yang akan diderita oleh masyarakat.

Belkaoui dalam Harahap (2007), menyajikan pengelompokan sikap

perusahaan terhadap etika dan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu sebagai

berikut :

1. Tanggung jawab perusahaan hanya terbatas pada usaha untuk mencari laba secara

maksimal. Jika perusahaan dapat mengumpulkan laba yang sebesar-besarnya

tanpa memperhatikan efek sosial, berarti perusahaan sudah memenuhi panggilan

tugasnya sebagai badan usaha, sejalan dengan model klasik.

2. Disamping tujuan mencari keuntungan, perusahaan juga harus memperhatikan

pihak-pihak tertentu dengan siapa perusahaan bekerjasama. Contohnya dengan

perbaikan kesejahteraan karyawan, manajemen, dan menjalin hubungan baik

dengan kelompok masyarakat tertentu.

3. Perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya untuk mencari laba dengan

memperluas tanggung jawab manajemen. Ide tanggung jawab sosial ini

dimaksudkan perusahaan tidak hanya memenuhi kewajiban utamanya.

Perusahaan juga harus mempunyai perhatian terhadap kebijakan politik dalam

mensejahterakan karyawan, dan hal lain yang terkait. Oleh karena itu perusahaan

Universitas Sumatera Utara


harus berperilaku sebagaimana seorang warga Negara yang baik dengan

memperhatikan etika sosialnya.

4. Tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal yang bersifat ekonomi dan non

ekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat lingkaran (Jacobi,2002) yaitu :

a. Lingkaran Dalam : mencakup tanggung jawab dasar dalam pelaksanaan fungsi

dengan efisien, seperti fungsi produksi, pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi.

b. Lingkaran Tengah : mencakup tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi

ekonomisnya dengan penuh kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang

berlaku dalam masyarakat, seperti konservasi lingkungan, perbaikan kualitas

hidup, hubungan dengan karyawan dan lingkungan perusahaan.

c. Lingkaran Luar : mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih

berkembang, dimana perusahaan harus secara luas terlibat aktif dalam

memperbaiki lingkungan sosial.

5. Tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakupi

keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Preakash Sethi, merumuskan bentuk

ini dalam tiga dimensi :

a. Social Obligation : merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap

permintaan pasar sesuai dengan ketentuan umum.

b. Social Responsibility : menggerakkan perusahaan dan segala tindakannya

sesuai dengan nilai dan harapan masyarakat yang berlaku.

c. Social Responsiveness : merupakan respon perusahaan untuk menjawab isu

yang akan timbul dimasa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini adalah beberapa contoh keterlibatan sosial yang biasa diungkapkan

(Harahap 2007) :

a. Lingkungan Hidup

- Pengelolaan sampah dan air limbah

- Perbaikan pengerusakan alam, konvervasi alam

- Pengurangan suara bising

- Pengawasan terhadap efek polusi

- Penggunaan tanah

- Kerjasama dengan pemerintah dan universitas

b. Energi

- Penghematan energi

- Konservasi energi yang dilakukan

c. Sumber Daya Manusia dan Pendidikan

- Pendanaan sekolah

- Riset dan pengembangan

- Pendidikan karyawan

Universitas Sumatera Utara


- Keamanan dan kesehatan karyawan

- Pengangkatan karir karyawan

d. Praktek Bisnis yang Jujur

- Selalu mengontrol kualitas produk

- Memperbaiki hak karyawan

- Jujur dalam periklanan

- Jaminan garansi

e. Masyarakat Lingkungan

- Perbaikan sarana pengangkutan

- Bantuan dana

- Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial

lingkungannya

- Tidak campur tangan dalam mengatasi masalah sosial lingkungannya

- Rumah ibadah

f. Kegiatan Seni dan Kebudayaan

Universitas Sumatera Utara


- Membantu lembaga seni dan budaya

- Merekrut tenaga yang berbakat dalam seni dan olahraga

- Penggunaan seni dan budaya dalam periklanan

g. Hubungan dengan Pemegang Saham

- Pengungkapan keterelibatan perusahaan dalam kegiatan sosial

- Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

h. Hubungan dengan Pemerintah

- Membantu proyek dan kebijakan pemerintah

- Meningkatkan produktivitas sistem informal

- Pengembangan inovasi manajemen

- Menaati peraturan pemerintah

- Membatasi kegiatan lobbying

Selain contoh keterlibatan sosial diatas masih banyak contoh-contoh lain yang

dapat dikemukakan sesuai dengan keadaan, baik yang dialami masyarakat sekitar

Universitas Sumatera Utara


maupun potensi yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi hal yang perlu ditekankan

adalah bahwa kegiatan ini menyangkut keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.

Sedangkan contoh lain dari lingkup keterlibatan sosial yang diungkapkan oleh

Wibisono (2007) yaitu :

a. Bidang Sosial

- Kesejahteraan sosial

- Pendidikan atau pelatihan

- Kesehatan

- Keagamaan dan kebudayaan

b. Bidang Ekonomi

- Pembukaan lapangan pekerjaan

- Agribisnis

- Pembinaan usaha kecil menengah

- Sarana dan prasarana ekonomi

c. Bidang lingkungan

- Pengendalian polusi

- Pengembangan ekosistem

Universitas Sumatera Utara


- Penggunaan energi secara efisien

- Pengelolaan air

- Pelestarian alam

2.2 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

2.2.1 Definisi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut juga sebagai social

disclosure (pengungkapan sosial). Pengungkapan (Disclosure) yaitu sebagai

penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal

pasar modal efisien (Hendriksen, 1998 dalam Hasibuan, 2001). Pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut Corporate Social

Responsibility (Hackston dan Milne, 1998) merupakan proses pengkomunikasian

dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi secara khusus

terhadap kelompok yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara

keseluruhan.

Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan),

diluar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik

modal, khususnya pemegang saham dan lingkungan sekitar. Sementara itu, Perwanto

(2007) mengatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah pengakuan

bahwa kegiatan bisnis mempunyai dampak pada masyarakat dan dampak tersebut

Universitas Sumatera Utara


menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Menurut Chairi dan Hozali

(2005), pengungkapan (disclosure) dalam laporan keuangan mengandung arti bahwa

laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai

kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha

tersebut.

Banyak teori yang menjelaskan mengapa perusahaan cenderung untuk

mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang

ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray et. al ., (1996) dalam Putra (2009)

menyebutkan terdapat tiga studi, yaitu :

1. Decision usefulness studies. Sebagian dari studi yang dilakukan oleh para peneliti

yang mengemukakan teori ini menemukan bukti informasi sosial dibutuhkan oleh

para pemakai laporan keuangan. Para analisis, banker dan pihak lain yang

dilibatkan terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak

terbatas pada informasi akntansi tradisional yang telah dikenal selama ini, namum

aktivitas sosial perusahaan pada posisi moderately important.

2. Economic theory studies. Studi ini menggunakan agency theory yang

menganalogikan manajemen sebagai agen dari suatu principal. Agency

relationship (hubungan keagenan) muncul apabila satu atau lebih individu yang

bekerja dengan individu lainnya atau organisasi lainnya. Lazimnya principal

diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional users lain. Principal akan

menyediakan fasilitas dan mendelegasikan kebijakan pembuatan keputusan

kepada agen. Namun, pengertian principal tersebut meluas menjadi seluruh

Universitas Sumatera Utara


interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan

berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik.

3. Social and political theory studies. Studi ini menggunakan teori stakeholders,

teori legitimasi organisasi dan teori ekonomi politik. Teori ini menjelaskan

hubungan antara organisasi dengan masyarakat, termasuk pengungkapan sosial

dan lingkungan. Perusahaan membuat pengungkapan informasi aktivitas sosial

dan lingkungan bukan hanya untuk kepentingan ekonominya tetapi karena mereka

ditekan supaya menjelaskan tanggungjawab sosial dan lingkungannya baik oleh

karyawan, pelanggan, pemasok, masyarakat umum maupun oleh kelompok

aktivitas sosial (LSM). Pengungkapan seperti itu dipandang sebagai media

manajemen untuk bernegosiasi atau memanipulasi stakeholders, karena tanpa

dukungannnya perusahaan tidak akan mampu bertahan. Pengungkapan ini juga

dipandang sebagai usaha mencari legitimasi organisasi dari pengaruh opini publik

dan dalam proses kebijakan publik.

Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan tergantung kepada standar

yang diberlakukan di negara maju dengan regulasi yang lebih ketat, relatif tinggi, jika

dibandingkan dengan perusahaan di negara berkembang (Hendriksen dan Breda,

1993 dalam Putra, 2009). Kualitas pengungkapan mempunyai bentuk seperti keluasan

pengungkapan. Menurut Imhoff (1992) dalam Putra (2009), kualitas tampak sebagai

atribut yang penting dari suatu informasi akuntansi.

Meskipun kualitas akuntansi masih memiliki makna ganda, banyak penelitian

yang menggunakan index of disclosure methodology mengemukakan bahwa kualitas

Universitas Sumatera Utara


pengungkapan dapat diukur dengan menilai manfaat potensial dari isi suatu laporan

tahunan. Dengan kata lain Imhoff menyatakan bahwa tingginya kualitas informasi

akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan pengungkapan.

2.2.2 Tujuan Pengungkapan

Menurut Riahi dan Belkaoui (2002) terdapat enam tujuan pengungkapan yaitu :

1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang

relevan bagi item-item tersebut, selain ukuran dalam laporan keuangan.

2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan ukuran yang bermanfaat

bagi item-item tersebut.

3. Untuk menyediakan informasi bagi investor dan kreditur dalam menentukan

resiko dan item-item yang potensial untuk diakui dan tidak diakui.

4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna

laporan keuangan dalam membandingkan antar perusahaan dan antar tahun.

5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar dimasa

yang akan datang.

6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya.

2.2.3 Luas Pengungkapan

Menurut Hendriksen (1997) dalam Hasibuan 2001 ada tiga konsep luas

pengungkapan yang umumnya diusulkan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Adequate disclosure (pengungkapan cukup). Konsep pengungkapan minimum

yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-angka yang

disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor. Konsep ini yang

sering digunakan para pelaku keuangan.

2. Fair disclosure (pengungkapan wajar). Pengungkapan wajar secara tidak

langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang sama kepada

semua pemakai laporan dengan menyediakan informasi yang layak bagi pembaca

potensial.

3. Full disclosure (pengungkapan penuh). Pengungkapan ini memiliki kesan

penyajian informasi secara melimpah, sehingga beberapa pihak menganggapnya

tidak baik (Ainun dan Fuad:2001). Pengungkapan penuh menyangkut

kelengkapan penyajian informasi yang diungkapkan secara relevan tetapi

sebagian pihak menganggap bahwa pengungkapan ini menyajikan informasi yang

berlebihan sehingga kurang layak digunakan. Terlalu banyak informasi yang akan

membahayakan, karena penyajian secara rinci dan tidak penting justru akan

membiaskan informasi yang ada sehingga sulit untuk ditafsirkan (Hendriksen

1999 dalam Hasibuan 2001). Dampak negatif lainnya adalah kompetisi yang

dinamis dalam produk. Healy dan Pelepu (1993) dalam Putra (2009)

mengemukakan tersebarnya informasi penting strategi bisnis dan rencana

perusahaan merugikan posisi kompetitif perusahaan sendiri.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Jenis Pengungkapan

Menurut Darrough (1998) dalam Ainun dan Fuad (2003) mengemukakan ada

dua jenis pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan standar, yaitu :

1. Mandated disclosure (Pengungkapan wajib). Merupakan pengungkapan

minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Pengungkapan

wajib akan memaksa perusahaan apabila perusahaan tidak mau mengungkapkan

informasinya secara sukarela. Menurut Chahiri dan Ghozali (2005), ada beberapa

alasan mengapa perusahaan menolak meningkatkan peningkatan laporan

keuangan kecuali terdapat tekanan dari pemerintah dan pihak terkait, antara lain :

a. Pengungkapan akan memberikan manfaat bagi pesaing dan merugikan

pemegang saham.

b. Serikat kerja akan mendapat manfaat dari adanya pengungkapan sebagai dasar

tawar menawar upah karyawan.

c. Banyak diyakini bahwa investor tidak dapat memahami kebijakan laporan

keuangan dan prosedur pengungkapan penuh hanya akan menyesatkan.

d. Informasi keuangan dapat diperoleh dari sumber lain dengan biaya yang lebih

rendah dibandingkan apabila harus disediakan oleh perusahaan secara

langsung.

e. Kurangnya pengetahuan yang cukup. Akibat dari kegagalan pasar inilah yang

menjadi pembenaran adanya intervensi pemerintah untuk memaksa

perusahaan melakukan pengungkapan yang cukup.

Universitas Sumatera Utara


2. Merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan sukarela oleh perusahaan

tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Menurut Wild et. Al (2005)

mengemukakan bahwa pengungkapan sukarela manajer merupakan informasi

yang semakin penting. Katalisator penting bagi pengungkapan sukarela adalah

Safe Harbor Rules. Aturan ini memberikan proteksi hukum atas kesalahan

manajer yang tidak sengaja dalam memberikan pengungkapan sukarela.

Menurut Wild et. al terdapat beberapa informasi yang mendasari

pengungkapan sukarela :

1. Tuntutan hukum. Manajer perusahaan diwajibkan mengungkapkan berita penting

terutama yang sifatnya merugikan untuk mengurangi tuntutan investor.

2. Adanya penyesuaian prediksi. Manajer memiliki insentif untuk melaporkan

informasi saat mereka percaya bahwa prediksi pasar sangat berbeda dengan

prediksi mereka.

3. Memberikan sinyal (tanda). Manajer akan dianggap akan mengungkapkan berita

baik untuk meningkatkan harga saham perusahaan mereka.

4. Keinginan untuk mengubah prediksi pasar atas kinerja perusahaan sehingga

mereka dapat secara teratur mengalahkan atau melebihi prediksi pasar.

Alasan-alasan perusahaan dalam mengungkapkan kinerja sosial secara

sukarela menurut Henderson dan Person (2000), yaitu :

1. Internal Decision Making. Manajemen membutuhkan informasi untuk

menentukan efektifitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial

perusahaan. Data harus tersedia agar biaya dan pengungkapannya dapat

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan dengan manfaatnya bagi perusahaan. Meskipun hal ini sulit untuk

diidentifikasi dan diukur namun analisis secara sederhana lebih baik daripada

tidak sama sekali.

2. Product Differentiation. Manajemen sebagai pihak internal perusahaan

mempunyai pengetahuan dan informasi dasar yang lebih komprehensif dibanding

dengan pihak eksternal perusahaan. Laporan keuangan merupakan rangkuman

dari banyaknya transaksi sehingga dapat menyembunyikan informasi penting yang

dapat mempengaruhi keputusan pemegang saham dan pihak lainnya. Manajer dari

perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial memiliki intensif untuk

membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada

masyarakat.

3. Enlightened Self Interest. Perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga

keselarasan sosial dengan para stakeholders yang terdiri dari pemegang saham,

kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah serta masyarakat, karena

mereka semua dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham.

2.3 Pelaporan Tanggung Jawab

Menurut Fredman (Henny dan Murtanto, 2002) terdapat tiga pendekatan

pelaporan kinerja sosial, diantaranya adalah :

1. Social Auditing. Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi,

sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari

berbagai operasi perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat

Universitas Sumatera Utara


suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki konsekuensi sosial, lalu

analisis sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak yang

ditimbulkan oleh aktivitas kinerja perusahaan.

2. Social Report. Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial

telah diajukan oleh para akademis dan praktisi. Beberapa pendekatan yang dapat

dipaki perusahaan dalam melaporkan aktivitas pertangungjawaban sosial

perusahaan. Dilley dan Weygant (1996) dalam Putra (2009) mengelompokkan

empat pendekatan tersebut, yaitu :

a. Inventory Approach. Perusahaan mengkomplikasikan dan mengungkapkan

sebuah daftar yang komprehensif dari aktivitas-aktivitas sosial perusahaan.

Daftar ini harus memuat semuya aktivitas sosial perusahaan baik sisi positif

dan sisi negatif. Keterbatasan pendekatan ini adalah terdapat kesulitan

membuat daftar yang sesuai dengan batasan realistis karena hampir semua

aktivitas perusahaan dapat diinterpretasikan sebagai aktivitas yang relevan

serta sulitnya membandingkan pertanggungjwaban sosial antar perusahaan

karena tidak ada standar untuk mengukur pertangungjawaban tersebut..

Walaupun pendekatan iuni mempunyai keterbatasan tetapi pendekatan ini

sering digunakan oleh perusahaan.

b. Cost Approach. Perusahaan membuat daftar aktivitas sosial perusahaan dan

mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing-masing aktivitas tersebut.

Biaya dan aktivitas tersebut berhubungan dengan periode pelaporan yang

dibebankan dalam pengeluaran pada periode berikutnya.

Universitas Sumatera Utara


c. Management Approach. Program dimana perusahaan tidak hanya

mengungkapkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosial tetapi juga

tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian

para pemakai laporan keuangan dengan mudah untuk menilai tingkat

keberhasilan akitivitas sosial perusahaan sehingga tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan dapat tercapai. Pendekatan ini mempunyai keterbatasan

yaitu manfaat sosial yang diperoleh dari pencapaian tujuan tersebut.

d. Cost Benefit Approach. Pengungkapan aktivitas perusahaan terhadap dampak

sosial serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Pendekatan ini

mempunyai kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang

diakibatkan oleh perusahaan terhadap masyarakat.

2.4 Elemen-elemen Pengungkapan

Standar dalam pelaporan keuangan publik mengharuskan manajemen untuk

memberikan pengungkapan informatif yang memadai atas hal yang material dalam

laporan keuangan diantaranya bentuk, susunan, dan isi dari laporan keuangan serta

catatan atas laporan keuangan yang meliputi istilah yang digunakan, rincian yang

dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan dan dasar-dasar yang digunakan

untuk mengahasilkan jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan.

Pengungkapan informatif harus disajikan secara memadai. Dalam hal ini

memadai berarti tidak berlebihan namun juga tidak kurang sehingga tidak

Universitas Sumatera Utara


menyesatkan bagi pembacanya. Menurut Belkoui (2002) elemen-elemen yang

diungkapkan dalam laporan keuangan adalah :

1. Data Keuangan dan Non Keuangan

a. Laporan keuangan dan ungkapan-ungkapan yang terkait.

b. Data operasi dan pengukuran kinerja yang digunakan oleh manajemen untuk

mengelola perusahaan.

2. Analisa Manajemen Mengenai Data Keuangan dan Non Keuangan

Terjadinya perubahan dalam data yang berkaitan dengan keuangan, operasi

dan kinerja serta identifikasi dan dampak tren pada masa lalu. Menurut APB Opinion

No. 20, seperti yang dikutip dari Harahap (2003) terdapat tiga jenis perubahan yaitu ;

a. Perubahan prinsip akuntansi.

b. Perubahan taksiran akuntansi.

c. Perubahan laporan entitas.

3. Informasi Mengenai Keadaan dimasa Mendatang

a. Kesempatan dan resiko, termasuk hasilnya dari tren.

b. Rencana manajemen, termasuk faktor-faktor kesuksesan.

4. Informasi Mengenai Manjemen dan Pemegang Saham

Direktur, manajemen serta pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan

perusahaan dan transaksi serta hubungan dengan pihak yang terkait.

5. Latar Belakang Perusahaan

a. Tujuan dan strategi secara luas

Universitas Sumatera Utara


b. Cakupan dan gambaran bisnis dan kepemilikan

c. Dampak struktur industri pada perusahaan

6. Metode Pengungkapan (Disclosure)

Pedoman umum yang dipakai untuk memilih dan menentukan metode

pengungkapan adalah informasi yang seharusnya disajikan dalam bentuk yang mudah

dipahami oleh seseorang dengan pengetahuan rata-rata relevan (Porwal, 2003).

Hendriksen (1998) dalam Hasibuan (2001) menyatakan tujuh klasifikasi metode

pengungkapan yaitu :

1. Bentuk dan susunan formal. Bentuk dan susunan formal mencakup laporan

utama yaitu : laporan posisi (position statement); perhitungan laba rugi (income

statement); dan laporan arus kas dan laporan perubahan posisi keuangan (fund

statement).

2. Terminologi dan penyajian terperinci. Dalam laporan keuangan harus digunakan

istilah-istilah yang jelas dan umum yang digunakan oleh analisis keuangan

(standar), serta informasi yang terperinci.

3. Informasi selipan. Informasi yang penting seharusnya disajikan langsung dalam

ikhtisiar keuangan, bukan dalam catatan kaki. Apabila nama pos neraca terlalu

panjang maka dapat disajikan sebagi catatan dalam tanda kurung, informasi

selipan.

4. Catatan kaki. Merupakan sarana penyajian disclosure yang tidak ditempatkan

dalam ikhtisiar keuangan itu sendiri. Footnotes tidak boleh digunakan sebagai

Universitas Sumatera Utara


pengganti dari klasifikasi atau deskrpisi yang seharusnya dimasukkan kedalam

ikhtisiar keuangan.

5. Ikhtisiar dan pelengkap. Merupakan informasi tambahan atau informasi yang

disajikan dalam bentuk agak berbeda dari ikhtisiar keuangan dasar ; suplementary

schedules biasanya merupakan perinci dari pos-pos tertentu dalam ikhtisiar

keuangan dasar.

6. Sertifikasi Auditor. Sertifikasi auditor bukan merupakan tempat yang tepat untuk

mengungkapkan informasi keuangan yang signifikan mengenai perusahaan

namun yang berperan sebagai suatu metode dalam pengungkapan informasi.

7. Surat Direktur Utama. Untuk jenis informasi tertentu dapat disajikan secara

langsung oleh manajemen dalam bentuk surat direktur utama. Informasi tambahan

ini mencakup:

a. Kejadian-kejadian non keuangan dan perubahan selama tahun tersebut yang

mempengaruhi operasi perusahaan.

b. Harapan dan perkiraan dimasa yang akan datang dari industri yang

bersangkutan dan ekonomi serta peran dari perusahaan.

c. Rencana pertumbuhan dan perubahan dalam operasi pada periode saat ini atau

berikutnya.

d. Jumlah dan pengaruh yang diharapkan dengan adanya pengeluaran untuk

barang-barang modal saat ini dan yang dapat diantisipasi melalui usaha

penelitian.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Investasi

2.5.1. Pengertian Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki

dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa

yang akan datang. Menurut Sunariyah (2000), investasi dalam arti luas terdiri dari 2

bagian utama yaitu investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam

bentuk surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets).

Pemilihan aktiva finansial dalam finansial dalam rangka investasi pada

seluruh institusi atau perusahaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu investasi

langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Investasi

langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat berharga secara langsung dalam

suatu perusahaan atau institusi yang secara resmi telah go public dengan harapan

akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gain.

Sedangkan investasi tidak langsung terjadi bila surat¬surat berharga yang dimiliki

diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang

berfungsi sebagai perantara.

2.5.2. Tujuan Investasi

Eduardus (2001) menjelaskan mengapa seseorang melakukan investasi adalah

sebagai berikut

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang Iebih layak di masa datang Seseorang yang

bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf kehidupannya dari waktu

ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat

Universitas Sumatera Utara


pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan

datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi, dengan melakukan investasi dalam pemilikan

perusahaan atau objek lain seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko

penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak. Bebarapa negara di dunia banyak melakukan

kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui

pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada

bidang-bidang tertentu.

2.5.3. Risiko dalam Investasi

Dalam aktivitas investasi di bidang apapun, investor akan dihadapkan kepada

dua sisi kemungkinan atas investasi yang dilakukannya. Pertama adalah investasi

yang berisiko kecil pada umumnya akan menghasilkan return yang kecil pula, dan

investasi yang berisiko besar mempunyai peluang memperoleh return yang besar

pula, sehingga yang dapat dilakukan oleh para investor adalah nnemperkirakan

berapa return yang diharapkan dari investasi yang dilakukan, seberapa jauh

kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang

diharapkan. Menurut Suad (2002) risiko dapat diartikan sebagai: kemungkinan

tingkat keuntungan yang diperoleh menyimpang dari tingkat keuntungan yang

diharapkan.

Pada setiap saham terdapat dua risiko yang harus diperhatikan. Pertama

adalah risiko spesifik saham tersebut yang merefleksikan risiko perusahaan (emiten),

Universitas Sumatera Utara


dan kedua adalah risiko pasar, hal tersebut sebagai mana dikemukakan oleh Bodie,

Kane, dan Marcus (2002) yang menyatakan bahwa : "The risk that remains even after

extensive diversification is called market risk, risk that is attributable to market wide

risk sources. Such risk is also called systematic risk or non diversifiable risk. In

contrast, the risk that can be eliminated by diversification is called unique risk. Firm

specific risk, nonsystematic risk, or diversifiable risk."

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun dilakukan

diversifikasi atas saham-saham yang dipilih dalam suatu portofolio yang paling

efisien sekalipun, tidak akan dapat menghasilkan risiko dari investasi tersebut,

sebagaimana dinyatakan oleh Bodie, Kane, dan Marcus di atas, risiko tersebut disebut

risiko pasar atau systematic risk. Risiko pasar ini adalah risiko yang tidak dapat

dihindarkan oleh para investor yang melakukan investasi di pasar modal, termasuk di

dalam kerangka risiko ini adalah risiko politik (politic risk) yang terjadi pada suatu

negara.

2.5.4. Sikap Investor Terhadap Risiko

Setiap investasi selalu dihadapkan dengan risiko ketidaksesuaian dengan yang

diharapkan oleh investor. Perlu untuk mengetahui berbagai preferensi risiko dasar

menurut Ridwan dan Inge (2003) adalah sebagai berikut :

1. Perilaku terhadap risiko di mana tidak ada perubahan pengembalian yang

diperlukan untuk peningkatan risiko.

2. Menghindari risiko. Perilaku terhadap risiko di mana peningkatan

pengembalian akan diperlukan untuk peningkatan risiko

Universitas Sumatera Utara


3. Mencari risiko Perilaku terhadap risiko di mana penurunan pengembalian

dapat diterima untuk peningkatan risiko

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah :

Penelitian yang menguji hubungan potensial antara luasnya pengungkapan

tanggung jawab sosial dan kinerja sosial dilakukan oleh Ulman (1987) yang berjudul

Data In Search Of Theory: A Critical Examination Of The Realationship Among

Social Performance, Social Disclosure And Economic Performance Of U.S Firms

dengan memakai referensi penelitian dari Abbot dan Monsen, 1981; Fredman dan

Jaggi, 1984; Ingram dan Fraizer, 1982; dan Wiseman, 1984 dengan memakai variabel

pengungkapan tanggung jawab sosial diukur menggunakan ; (1) skala pengungkapan

tanggung jawab sosial, (2) persentase uraian dalam laporan tahunan, (3) kualitas

pengungkapan dalam laporan keuangan, dan (4) jumlah pengungkapan dalam laporan

tahunan. Penelitian ini menghasilkan jumlah dan kualitas pengungkapan tanggung

jawab sosial berhubungan positif dengan kinerja sosial perusahaan, pengungkapan

tanggung jawab sosial menurunkan ketidakpastian informasi yang diperoleh investor,

pengungkapan tanggung jawab sosial berkorelasi (positif) dengan kinerja keuangan.

Hasibuan (2001) dalam penelitian berjudul Pengaruh Karakteristik Perusahaan

terhadap Pengungkapan Sosial (social disclosure) dalam Laporan Tahunan Emitmen

di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Penelitian pengungkapan sosial

dengan fokus pertanggungjawaban sosial ini dilandasi teori agensi yang tujuan

Universitas Sumatera Utara


utamanya menguji apakah karakteristik perusahaan (besaran perusahaan, rasio

kepemilikan publik, profile perusahaan, basis perusahaan, dan jenis industri) sebagai

variabel independen mempengaruhi pengungkapan sosial laporan tahunan perusahaan

emiten yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sampel yang

digunakan sebanyak 76 perusahaan yang menyampaikan laporan tahunan pada tahun

2000, kuantitas pengungkapan sosial diukur dengan 47 item ungkapan dalam aspek

kemasyarakatan, konsumen, ketenagakerjaan dan lingkungan. Analisis data

menggunakan regresi berganda (multiple regression) dengan program SPSS,

penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan karakteristik perusahaan dengan

pengungkapan sosial perusahaan secara parsial. Hasil tidak signifikan ditunjukkan

oleh variabel rasio kepemilikan publik, basis perusahaan dan jenis industri.

Penelitian ini juga menemukan tidak terdapat perbedaan pengungkapan sosial antara

perusahaan berbasis asing dan non asing, perusahaan manufaktur dengan non

manufaktur serta perbedaan kuantitas pengungkapan perusahaan single listing dengan

dual listing yang dilakukan dengan uji t-test. Sebagai analisis tambahan, proksi untuk

tema kemasyarakatan terlihat signifikan mempengaruhi pengungkapan sosial, hasil

yang sama tidak ditemukan pada tema konsumen, ketenagakerjaan, dan lingkungan.

Utomo (2002) dalam penelitian berjudul Praktek Pengungkapan Sosial Pada

Laporan Tahunan Perusahaaan Di Indonesia, penelitian ini bertujuan untuk melihat

perbedaan praktek pengungkapan sosial antara industri high-profile dan industri low-

profile dari laporan tahunan perusahaan tahun 1998, dengan menggunakan suatu

daftar (check list) pada tema produk / konsumen, tema kemasyarakatan dan tema

Universitas Sumatera Utara


ketenagakerjaan, pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik parametrik

dwivariat, uji-Z pada 81 perusahaan go publik di BEJ dan BES. Penelitian

menemukan bahwa prakterk pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan –

perusahaan di Indonesia lebih banyak pada tema ketenagakerjaan 29,87% dari seluruh

tema yang diungkap, dan perusahaan-perusahaan high profile melakukan

pengungkapan sosial secara signifikan lebih tinggi daripada perusahaan-perusahaan

low profile.

Rosmita (2007) dalam penelitian berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi

Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui apakah faktor faktor dalam perusahaan yang dproksi dalam Kepemilikan

Manajemen, Leverage, Ukuran Perusahaan¸ Profitabilitas mempengaruhi

pengungkapan sosial suatu perusahaan. Sampel yang digunakan 113 perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek jakarta. Penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa: (1) Pengujian secara simultan menemukan adanya pengaruh yang signifikan

antara faktor faktor perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan (2)

variabel kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pengungkapan sosial.

Putra (2009) dalam penelitian berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Serta Hubungan

Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dengan Reaksi Investor, tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari pengungkapan tanggung

Universitas Sumatera Utara


jawab sosial terhadap volume saham perdagangan diluar normal. Untuk mengetahui

apakah adanya hubungan atau tidak, terlebih dahulu meneliti pengaruh pengungkapan

tanggung sosial terhadap faktor-faktor tanggung jawab sosialnya, yaitu sebagai

variable independennya seperti : Profitabilitas, Umur, Earning per Share, Ukuran

Perusahaan/Size, Profile, Kepemilikan Publik, Ketergantungan Terhadap Hutang, dan

Ukuran Dewan Komisaris. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan perusahaan-

perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 sampai

dengan 2008. Pengujian yang digunakan dalam perhitungan adalah pengujian regresi

berganda dan hipotesis. Dari hasil pengujian simultan ini ternyata tidak ada pengaruh

pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap volume saham perdagangan diluar

normal dimana pengungkapan tanggung jawab sosialnya terdapat pengaruh tiga

variable independen dari delapan variable independen.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil
1 Ulman Data In Search Of -Skala pengungkapan jumlah dan kualitas
(1987) Theory: A Critical tanggung jawab sosial pengungkapan tanggung jawab
Examination Of The - persentase uraian sosial berhubungan positif dengan
Realationship dalam laporan tahunan kinerja sosial perusahaan,
Among Social - kualitas pengungkapan tanggung jawab
Performance, Social pengungkapan dalam sosial menurunkan ketidakpastian
Disclosure And laporan keuangan informasi yang diperoleh investor,
Economic - jumlah pengungkapan pengungkapan tanggung jawab
Performance Of U.S dalam laporan tahunan. sosial berkorelasi (positif) dengan
Firms. - kinerja social kinerja keuangan

2 Hasibuan Pengaruh - EPS EPS, Size, Profil, dan saham


(2001) Karakteristik - Size mempengaruhi pengungkapan
Perusahaan Terhadap - Profil sosial.
Pengungkapan Sosial - Saham.

3 Utomo, Praktek - umur Variabel variabel penelitian


(2002), Pengungkapan - EPS memiliki pengaruh terhadap
Sosial Pada Laporan - Size pengungkapan sosial
Tahunan - Profil
Perusahaaan Di - kepemilikan
Indonesia. - Hutang
- Ukuran dewan
komisaris

4 Rosmita Faktor-faktor yang - Kepemilikan Pengujian secara simultan


(2007) mempengaruhi Manajemen menemukan adanya pengaruh
Pengungkapan Sosial - Leverage yang signifikan antara faktor
(Social Disclosure) - Ukuran faktor perusahaan terhadap
dalam Laporan Perusahaan¸ pengungkapan sosial perusahaan
Keuangan Tahunan - Profitabilitas Variabel kepemilikan manajemen
Perusahaan - pengungkapan mempunyai pengaruh yang
Manufaktur di Bursa sosial signifikan terhadap pengungkapan
Efek Jakarta sosial.

5 Putra Pengaruh - Profitabilitas Pengungkapan CSR tidak


(2009) Pengungkapan CSR - Umur berpengaruh terhadap investor
terhadap reaksi - Earning per Share, pengungkapan tanggung jawab
Investor - Ukuran sosialnya, dan terdapat pengaruh
- Profile tiga variable independen dari
- Kepemilikan Publik delapan variable independen
- Ketergantungan
Terhadap Hutang
- Ukuran Dewan
Komisaris

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai