Anda di halaman 1dari 7

Unregulated Corporate Reporting Decisions: Considerations Of Systems-Oriented Theories’

NAMA : NUPIANA

NIM :A1C016118

KELAS : C/AKUNTANSI

MATKUL : TEORI AKUNTANSI

Resume Financial Accounting Theory Craig Deegan Chapter 8

Keputusan Pelaporan Perusahaan Yang Tidak Diatur: Pertimbangan Teori


Berorientasi Sistem

System oriented theories:

- Teori legitimasi
- Teori pemangku kepentingan
- Teori institusional

Menurut Gray, Owen dan Adam (1996, hal 45):

Pandangan berorientasi sistem atas organisasi dan masyarakat memungkinkan kita


untuk fokus pada peran informasi dan pengungkapan dalam relasi antara organisasi, negara,
individu dan kelompok.

Dalam perspektif berbasis sistem, entitas diasumsikan dipengaruhi dan mempengaruhi


masyarakat di tempat dia beroperasi.

Teori pemangku kepentingan dan teori legistimasi digunakan untuk :

1. Menjelaskan mengapa organisasi membuat pengungkapan tanggungjawab social


dalam laporan tahunan
2. Menjelaskan mengapa perusahaan mengadopsi teknik akuntansi keuangan tertentu

Political economy theory

Menurut Gray, Owen dan Adam (1996) teori legistimasi dan teori pemangku kepentingan
diturunkan dari teori yang lebih luas yang dinamakan Political economy theory.

Political economy theory adalah kerangka kerja sosial, politik dan ekonomi dimana
kehidupan manusia berlangsung.
Menurut guthrie dan parker (1990):

1. Pandangan ekonomi politiis menganggap laporan akuntansi sebagai dokumen sosial,


politik dan ekonomi. Laporan ini menyediakan alat untuk membangun, menjaga dan
melegitimasi kesepakatan, institusi dan ideologi ekonomi dan politik yang
berkontribusi kepada kepentingan pribadi perusahaan. Pengungkapan memppunyai
kapasitas untuk menyalurkanarti social, politik dan ekonomi bagi penerima laporan
yang majemuk.
2. Laporan perusahaan tidak bisa dikatakan netral dan tanpa bias namun merupakan
produk pertukaran antara perusahaan dan lingkungannnyadan usaha untuk
mengakomodasi berbagai jenis kepentingan.

Political economy theory:

1. Classical political economy. Adanya kepentingan kelompok, konflik structural,


ketidakadilan dan peran negara sebagai pusat pengendali
2. Bourgeois political economy mengabaikan elemen dalam classical political economy,
memandang dunia sebagai keadaan yang plural.

TEORI LEGISTIMASI

Organisasi senantiasa memastikan bahwa mereka beroperasi dalam norma dan


ketentuan di dalam masyarakatnya.

Legistimasi, ekspektasi public dan kontrak social

Kontrak sosial. Konsep yang digunakan untuk mempresentasikan beragam ekspektasi


implisit dan eksplisit yang dimiliki masyarakat tentang bagaimana suatu organisasi harus
beroperasi.

Teori legistimasi menjelaskan bahwa organisasi harus terlihat memperhatikan hak


publik dalam luas, bukan hanya kepentingan investor.

Overview konsep kontrak sosial:

Institusi sosial termasuk bisnis, beroperasi dalam masyarakat melalui kontrak sosial sehingga
keberlangsungan dan pertumbuhannya berdasarkan pada :

1. Pemenuhan keinginan-keinginan sosial pada masyarakat umum


2. Distribusi keuntungan ekonomi, sosial dan politik kepada kelompok-kelompok yang
menjadi basis kekuatannya

Deegan dan rankin (1996) menyatakan bahwa organisasi tidak dapat membenarkan
operasinya karena masyarakat dapat menolak ‘kontrak’ untuk melanjutkan operasinya.

Legitimasi dan ekspektasi sosial yang berubah

Apabila ekspektasi masyarakat berubah, organisasi harus menunjukkan bahwa apa


yang dillakukannya juga berubah atau mungkin mengkomunikasikan secara gamblang
dan menjelaskan mengapa operasinya tidak berubah.

Proses menjaga keseimbangan antara ekspektasi publik dan persepsi bagaimana


penyelenggaraan organisasi disebut organizational legitimacy (dowling and pleffer,
1975).

dowling dan pleffer menjelaskan bagaimana organisasi dapat melegitimasi aktivitasnya:

1. Organisais dapat menyesuaikan output, tujuan dan metode operasinya terhadap


definisi legitimasi yang berlaku
2. Organisasi dapat mencoba, melalui komunikasi, untuk menggeser definisi legitimasi
sehingga menyesuaikan dengan praktek, output dan nilai perusahaan
3. Organisasi dapat mencoba, melalui komunikasi, untuk dapat diidentifikasi dengan
symbol, nilai dan institusi yang mempunyai basis legitimasi yang kuat

Kegunaan laporan akuntansi dalam strategi legitimasi. Salah satu fungsi akuntansi dan
laporan akuntansi adalah untuk melegitimasi eksistensi perusahaan.

Pandangan perusahaan terhadap petingnya kontrak sosial. Organisasi akan


mendapatkan penalty apabila mereka tidak beroperasi dalam sikap yang konsisten dengan
ekspektasi masyarakat.

Legitimasi dan manajemen risiko reputasi

manajemen risiko reputasi :

1. Kebutuhan manajemen untuk terlihat memenuhi ekspektasi masyarakat


2. Ancaman terhadap legitimasi perusahaan dapat merusak nilai reputasi perusahaan,
risiko tersebut harus ditekan melalui manajemen aktif.

Uji empiris teori legitimasi


Hogner(1982) meneliti corporate social reporting dalam laporan tahunan US Steel
Corporation selama 8 tahun. Hogner menunjukkan bahwa luasnya social disclosure dari tahun
ketahun bervariasi dan variasi tersebut mungkin karena ekspektasi masyarakat yang berubah.

Deegan dan goldon (1996) menyatakan bahwa:

1. Peningkatan pengungkapan environmental perusahaan berbanding lurus dengan


peningkatan keanggotaan kelompok environmental.
2. Pengungkapan environmental perusahaan sangat memuji diri sendiri
3. Terdapat korelasi positif antara sensitivitas lingkungan terhadap level pengungkapan
environmental

Perusahaan dapat menentukan ekspektasi masyarakat dengan meneliti melalui media massa.
Media biasanya membentuk opini ekspektasi masyarakat. Brown dan deegan mmenyatakan
bahwa liputan media terhadap isu tertentu merupakan proxy hal-hal yang menjadi perhatian
masyarakat.

Argumen brown dan deegan:

1. Manajemen menggunakan laporan tahunan sebagai alat legitimasi operasi organisasi


yang sedang berjalan
2. Keprihatinan masyarakat terhadap penyelenggaraan lingkungan suatu perusahaan
dalam sebuah industry akan berdampak pada strategi pengungkapan perusahaan
dalam industry tersebut
3. Media mampu mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu seperti
environmental

Media agenda setting theory. Semakin tinggi liputan media berkorelasi dengan
tingginya pengungkapan dalam laporan tahunan.

Beberapa orang berpendapat bahwa teori legitimasi sangat mirip dengan hipotesis biaya
politik dalam teori akuntansi positif. Perbedaannnya adalah teori legitimasi tidak berdasarkan
pada asumsi ekonomi bahwa semua tindakan didorong oleh kepentingan pribadi
(memaksimalisasi kesejahteraan) dan tidak menggunakan asumsi pasar efisien.

TEORI STAKEHOLDER

Teor ini mempunyai cabang etis atau normative (preskriptif) dan positif (manajerial)

Teori atakeholder etis


Teori ini menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk diberlakukan secara
fair oleh perusahaan. Setiap stakeholder harus diperlakukan dengan baik. Stakeholder
mempunyai hak intrinsic yang tidak boleh dilangar seperti gaji yang wajar.

Freeman dan reed mendefinisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi tujuan perusahaan.

Clarkson membagi stakeholder menjadi 2:

1. Stakeholder primer. Pihak yag mempunyai kontribusi nyata terhadap perusahaan,


tanpa pihak ini perusahaan tidak dapat hidup
2. Stakeholder sekunder. Pihak yang tidak akan mempengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan secara langsung.

Menurut clarkson, stakeholder primer harus diperhatikan oleh manajemen agar


perusahaan bisa hisup. Namun pernyataan ini ditentang oleh teori stakeholder cabang etika
yang berargumentasi bahwa semua stakeholder mempunyai hak yang sama untuk
diperhatikan oleh manajemen. Semua stakeholder mempunyai hak untuk mendapatkan
informaasi mengenai bagaimana dampak perusahaan bagi mereka.

Dalam kaitannya dengan hak informasi, gray menyarankan untuk menggunakan


perspektif model akuntabilitas.

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyediakan laporan atas tindakan mereka


sebagai wujud pertanggungjawabannya. Akuntabilitas mempunyai dua kewajiban:

1. Kewajiban/tanggungjawab melakukan tindakan tertentu


2. Tanggung jawab menyediakan akibkat tindakan tersebut

Dengan model akuntabilitas tersebut , maka pelaporan dianggap dipicu oleh tanggungjawab,
bukan dipicu oleh permintaan.

Teori stakeholder manajerial

Teori ini lebih condong terhadap kepentingan organisasi (organization centered).


Perusahaan harus mengidentifikasi perhatian para stakeholder. Semakin penting stakeholder
bagi perusahaan, semakin banyak usaha yang harus dikeluarkan untuk mengelola
hubungannya dengan stakeholder ini.
Informasi adalah elemen penting yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk
mengelola stakeholder agar terus mendapatkan dukungan.

Perusahaan tidak akan memperhatikan semua kepentingan stakeholder secara sama


namun hanya kepada yang sangat kuat saja. Power stakeholder (kreditor, pemilik, dll)
dipandang sebagai fungsi tingkkat control stakeholder terhadap sumber daya perusahaan.
Semakin tinggi tingkat control stakeholder terhadap sumber daya perusahaan. Semakin tinggi
tingkat control stakeholder terhadap sumber daya perusahaan, semakin tinggi perhatian
perusahaan terhadap stakeholder ini. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat
memuaskan permintaan berbagai stakeholder.

Uji empiris terhadap teori stakeholder

Penggunaan teori ini digunakann untuk menguji kemampuan stakeholder dalam


mempengaruhi pengungkapan CSR (corporate social responsibility)

Neu, warsama dan padwell (1998) juga mendukung temuan bahwa sekelompok
stakeholder tertentu dapat menjadi lebih efektif daripada kelompok yang lain dalam meminta
pengungkapan CSR.

Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan menjadi lebih responsive terhadap


permintaan stakeholder finansial dan regulator (pemerintah) dibanding stakeholder pemerhati
lingkungan. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder
saling bersaing kepentingannya, maka perusahaan akan memilih stakeholder yang paling
penting.

Teori stakeholder manajerial tidak secara langsung memberi anjuran mengenai


informasi apa yang harus diungkapkan. Hal ini akan menimbulkan masalah siapa stakeholder
yang paling penting (powerful) dan informasi apa yang dibutuhkan.

Pada umumnya, perusahaan didorong baik oleh aspek etis maupun manajemen, tidak
hanya oleh satu aspek saja.

Wicks (1996) menyatakan bahwa memisahkan antara aspek ethical dengan manajerial
tidak realistis karena orang tidak dapat hanya memasukkan aspek moral saja ketika dia
bertindak di pasar yang riil.

TEORI INSTITUSIONAL
Teori institusional berkembang dalam literature akademik manajemen sejak akhir 1970an
oleh peneliti seperti Meyer dan Rowan (1977), di Maggio dan Powell (1983), Powell dan di
Magio (1991) dan Zucker (1977-1987). Teri ini bersifat komplementer terhadap teori
stakeholder dan teori legitimasi dalam hal bagaimana sebuah organisasi tersebut mengerti dan
merespon terhadap perubahan sosial serta tekanan institusi dan ekspektasi institusi.

Dillard, rigsby dan goodman menjelaskan teori institusi sebagai berikut ‘… nilai-nilai
yang mendasari karakteristik organisasi menunjukkan pentingnya budaya sosial dan
lingkungan pada praktek akuntansi sebagai rasionalisasi untuk menjaga apropriasi legitimasi
dan kemungkinan memisahkan praktik akuntansi rasionalisasi dari oroses teknis dan
administrative yang sebenarnya’

Dua dimensi utama teori institusional:

1. Termed isomorphism
a. Isomorphism paksaan
b. Mimetic isomorphism
c. Isomorphism normatif
2. Termed decoupling

Anda mungkin juga menyukai