Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATA KULIAH (RMK)

“Pondasi Teoritis Riset-Riset di Bidang Pengungkapan CSR dan Sustainability


Reporting”
Dosen Pengampu: Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, S.E, M.Si

Oleh
Kelompok 4

Nama anggota Kelompok :


I Putu Gede Bagus Putra Sujana 2007531168 / 17
Arkan Pramana Putra 2007531199 / 21

Program Studi Sarjana Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2022
1. Teori Legitimasi

Dikutip dari Rokhlinasari (2016), teori legitimasi yaitu teori yang menyatakan bahwa
organisasi secara berkelanjutan mencari cara untuk menjamin operasinya itu sesuai dengan
norma dan batasan-batasan yang berlaku di masyarakat di suatu daerah tertentu. Dalam
persepektif teori ini, dipandang bahwa suatu perusahaan akan secara sukarela melaporkan
aktivitasnya jika dipandang manajer bahwa aktivitas itu penting bagi suatu komunitas. Teori
legitimasi juga menganggap bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaa n dengan
masyarakat dimana perusahaan itu beroperasi. Kontrak sosial yaitu cara untuk menjelaskan
sejumlah besar harapan masyarakat bagaimana seharusnya operasi yang dilakukan
perusahaan sehingga menuntut perusahaan untuk lebih responsif terhadap linkungan di mana
mereka beroperasi. Jika perusahaan merasa bahwa legitimasinya dipertanyakan, maka dapat
mengambil beberapa strategi perlawanan sebagai berikut.

1) Perusahaan dapat berupaya untuk mendidik dan menginformasikan kepada


stakeholdernya mengenai perubahan yang terjadi dalam perusahaan.

2) Perusahaan dapat berupaya untuk merubah pandan gan stakeholder tanpa


mengganti perilaku perusahaan.

3) Perusahaan dapat berupaya untuk memanipulasi persepsi stakeholder dengan


cara membelokkan perhatian stakeholder dari isu yang menjadi perhatian kepada
isu lain yang berkaitan dan menarik.

4) Perusahaan dapat berupaya untuk mengganti dan mempengaruhi harapan pihak


eksternal tentang kinerja (performance) perusahaaan.

Dalam teori legitimasi, organisasi harus secara berkelanjutan menunjukkan


telah beroperasi dalam perilaku yang konsisten dengan nilai sosial yang dapat
dibuktikan melalui pengungkapan (disclosure) dalam laporan perusahaan. Organisasi
dapat menggunakan disclosure untuk mendemonstrasikan perhatian manajemen akan
nilai sosial, atau untuk mengarahkan kembali perhatian komunitas akan keberadaan
pengaruh negatif aktivitas organisasi. Sejumlah studi terdahulu melakukan penilaian
atas pengungkapan lingkungan sukarela laporan tahunan dan memandang pelaporan
informasi lingkungan dan sosial sebagai metode yang digunakan organisasi untuk
merespon tekanan publik. Teori legitimasi lebih menempatkan persepsi dan

1
pengakuan publik sebagai dorongan utama dalam melakukan pengungkapan suatu
informasi di dalam laporan keuangan.

2. Teori Stakeholder

Teori stakeholder menyatakan bahwa stakeholder merupakan sistem yang


secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu organisasi dan
lingkungannya, mengenai sifat saling mempengaruhi antara keduanya yang
kompleks dan dinamis. Stekeholder dan organisasi saling mempengaruhi yang dapat
diihat dari adanya responsibilitas dan akuntabilitas. Menurut Ghazali dan Chairi
(2007:409), teori stakeholder yaitu teori yang menyatakan bahwa perusahaan tidak
bisa beroperasi untuk kepentingan sendiri saja, melainkan harus memberikan
manfaat juga kepada seluruh stakeholdernya seperti pemegang saham, kreditor,
konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, dll. Dengan demikian, keberadaan
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh adanya stakeholder berupa dukungan yang
diberikan. Tujuan dari teori stakeholder ini yaitu membantu manajemen perusahaan
dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dan meminimalkan kerugian yang muncul bagi stakeholder.

Hubungan dasar dari teori stakeholder ini yaitu semakin baik hubungan
korporasi, maka akan semakin baik bisnis korporasi dan sebaliknya, semakin buruk
hubungan korporasi, maka akan semakin sulit juga bisnis korporasinya. Hubungan
yang kuat dengan pemangku kepentingan bisa ditunjukkan dengan adanya rasa
hormat, kepercayaan, kerjasama, dll. Teori stakeholder juga merupakan sebuah
konsep dimana bertujuan untuk membantu perusahaan dalam memperkuat hubungan
dengan kelompok-kelompok eksternal dan mengembangkan keunggulan
kompetitifnya. Tantangan pertama bagi perusahaan yaitu men gidentifikasi hal- hal
sebagai berikut.

1) Pemegang saham dan inverstor yang ingin hasil yang optimal atas
investasi mereka
2) Karyawan yang ingin tempat kerja yang aman, gaji yang sesuai, dan
keamanan kerja yang bagus.
3) Pelanggan yang menginginkan barang dan jasa berkualitas dengan harga
yang sesuai
4) Aturan-aturan yang berlaku

2
Meskipun teori stakeholder mampu memperluas perspektif pengelolaan
perusahaan dan menjelaskan dengan jelas hubungan antara perusahaan dengan
stakeholder, teori ini memiliki kelemahan. Gray et al (1997) mengatakan bahwa
kelemahan dari teori stakeholder terletak pada fokus teori tersebut yang hanya
tertuju pada cara-cara yang digunakan perusahaan dalam mengatur stakeholder-
nya. Perusahaan hanya diarahkan untuk mengidentifikasi stakeholder yang
dianggap penting dan berpengaruh dan perhatian perusahaan akan diarahkan lebih
pada stakeholder yang dianggap bermanfaat bagi perusahaan sehingga
mengabaikan pengaruh masyarakat luas terhadap penyediaan informasi dalam
pelaporan keuangan.

3. Voluntary Disclosure Theory

Voluntary disclosure atau pengungkapan sukarela yaitu penyampaian informasi


yang diberikan secara sukarela oleh perusahaan di luar pengungkapan wajib.
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan informasi yang melebihi persyaratan
minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku. Perusahaan memiliki keleluasaan
dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan
adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan. Meski pada
kenyataannya pengungkapan secara sukarela tidak benar- benar terjadi karena terdapat
kecenderungan bagi perusahaan untuk menyimpan dengan sengaja informasi yang sifatnya
dapat menurunkan arus kas. Hal tersebut dianggap dapat menyebabkan kerugian pada
perusahaan. Oleh karena itu, manajer suatu perusahaan han ya akan mengungkapkan
informasi yang baik (good news) yang dapat menguntungkan perusahaan.

Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan kredibilitas


pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami strategi
bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993 dalam Sotomo, 2004). Dalam konteks
pengungkapan sukarela manajemen perusahaan bebas memilih untuk memberikan
informasi akuntansi lainnya yang dianggap relevan dalam mendukung pengambilan
keputusan oleh pemakai laporan tahunan (Meek, Gary K, Clare B. Robert dan Sidney J.
Gray, 1995 dalam Sutomo, 2004).

Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara sukarela


dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi

3
secara sukarela jika manfaat yang diperoleh lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama
yang diperoleh perusahaan dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah
(Elliot, Robert K. dan Jacobson, Peter D, 1994 dalam Sutomo, 1994). Pengungkapan
informasi oleh perusahaan diharapkan akan membantu investor dan kreditor memahami
risiko investasi.

4. Teori-Teori Lainnya

4.1 Teori Agensi

Teori agensi menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu antara pemilik
perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling menyatakan
bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak yang terjadi antara manajer (agent)
dengan pemilik perusahaan (principal). Wewenang dan tanggung jawab agent maupun
principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Dalam sebuah hubungan keagenan, dapat terjadi konflik kepentingan . Terjadinya


konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak
sesuai dengan kepentingan prinsipal, sehingga memicu biaya keagenan (agency cost).
Teori agensi mampu menjelaskan potensi konflik kepentingan diantara berbagai pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan tersebut. Konflik kepentingan ini terjadi
dikarenakan perbedaan tujuan dari masing-masing pihak berdasarkan posisi kepentingan
terhadap perusahaan. Sebagai agen, manajer bertanggungjawab secara moral untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun demikian manajer juga
menginginkan untuk selalu memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan
demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana masing-
masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang
dikehendaki.

Pada teori agensi juga dijelaskan mengenai masalah asimetri informasi


(information asymmetry). Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan tindakan
oportunis seperti manajemen laba (earnings management) mengenai kinerja ekonomi
perusahaan sehingga dapat merugikan pemilik (pemegang saham). Dengan adanya masalah
agensi yang disebabkan karena konflik kepentingan dan asimetri informasi ini, maka

4
perusahaan harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Agency cost merupakan
biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk biaya pengawasan terhadap agen, pengelua ran
yang mengikat oleh agen, dan adanya residual loss. Adanya penyimpangan antara
keputusan yang diambil agen dan keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan
prinsipal akan menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai uang
yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss.

Perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi tanggung jawab sosial dalam


hal ini adalah corporate environmental disclosure memiliki tujuan untuk membangun
image positif terhadap perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Dalam
rangka memberikan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan memerlukan biaya,
sehingga laba yang dilaporkan dalam tahun berjalan menjadi lebih rendah. Ketika
perusahaan menghadapi biaya pengawasan dan biaya kontrak yang rendah dan visibilitas
politis yang tinggi akan cenderung untuk mengungkapkan informasi pertanggungjawaban
sosial. Jadi pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial berhubungan positif
dengan kinerja sosial, kinerja ekonomi dan visibilitas politis dan berhubungan negatif
dengan biaya pengawasan dan biaya kontrak (biaya keagenan).

Berdasarkan teori agensi, perusahaan yang menghadapi biaya pengawasan dan


biaya kontrak yang rendah cenderung akan melaporkan laba bersih rendah atau dengan
kata lain akan mengeluarkan biaya-biaya untuk kepentingan manajemen salah satunya
biaya yang dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat. Kemudian
sebagai wujud pertanggungjawaban, manajer sebagai agen akan berusa ha memenuhi
seluruh keinginan pihak prinsipal dengan melakukan corporate environmental disclosure
sebagai tindakan CSR. Corporate environmental disclosure merupakan sinyal yang dapat
mengalihkan perhatian pemegang saham dari pengawasan manipulasi laba atau isu-isu
lainnya dan sebagai hasilnya harga saham di pasar modal akan meningkat seiring
meningkatnya kepercayaan pemegang saham terhadap transparansi informasi yang
diungkapkan oleh perusahaan.

4.2 Teori Sinyal

Teori Sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan


perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi.
Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal adalah pengungkapan yang dilakukan
oleh suatu emiten. Pengungkapan informasi ini nantinya dapat me mpengaruhi naik

5
turunnya harga sekuritas perusahaan emiten tersebut. Pengungkapan informasi akuntansi
dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik ( good news)
atau sebaliknya sinyal buruk (bad news) di masa mendatang.

Pengumuman informasi akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan


mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik
untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang
tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian
hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun
sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi
pasar.

Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal


bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman
tersebut diterima oleh pasar. Teori sinyal dapat menjelaskan hubungan antara corporate
environmental disclosure dengan manajemen laba. Manajer memiliki insentif yang besar
untuk secara sukarela mengungkapkan informasi akuntansi tambahan misalnya, corporate
environmental disclosure sebagai sinyal agar dapat menarik investor yang sudah ada
dan/atau investor potensial untuk dapat meningkatkan reputasi positif dan nilai perusahaan,
terutama ketika mereka mencoba terlibat dalam manajemen laba.

Corporate environmental disclosure sebagai salah satu kegiatan CSR merupakan


sinyal yang terkait dengan kualitas manajemen. Perusahaan yang memiliki kualitas yang
tinggi cenderung menggunakan akuntansi sosial dan lingkungan perusahaan sebagai
pengalihan dari pelaporan keuangan tradisional. Di sisi lain, perusahaan dengan kualita s
rendah memilih konsisten dengan membatasi pengungkapan informasi akuntansi kepada
pihak eksternal. Kualitas pelaporan keuangan merupakan sinyal untuk pelaku pasar
keuangan dan stakeholder lainnya yang memperlihatkan bahwa manajemen mampu
mengontrol risiko sosial dan lingkungan dalam perusahaan.

Selain itu, corporate environmental disclosure juga merupakan sinyal kepada


investor dan stakeholder lainnya di mana perusahaan secara aktif ikut serta dalam praktik-
praktik CSR dan menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan dalam posisi yang baik.
Kinerja sosial perusahaan yang baik membantu perusahaan untuk mendapatkan keandalan
reputasi dari pasar modal dan utang

6
4.3 Teori Ekonomi Politik

Roberts (1992) dan Williams (1999) seperti yang dikutip oleh Farook (2011)
menyebutkan bahwa konteks politik dan sosial dianggap merupakan faktor penting dalam
penentuan keputusan untuk melakukan pengungkapan informasi CSR informasi CSR
perusahaan. Konsep teori ekonomi politik ini diterjemahkan sebagai kerangka ekonomi,
sosial, dan politik dimana kehidupan manusia berlangsung (Gray, 1996). Menurut Guthrie
& Parker (1990) dalam Cunningham yang dikutip oleh Purwitasari (2011) : “Perspektif
ekonomi politik memandang laporan akuntansi sebagai dokumen sosial, politik, dan
ekonomi. Dokumen-dokumen ini berfungsi sebagai alat untuk membangun,
mempertahankan, dan melegitimasi pengaturan ekonomi dan politik, lembaga, dan tema -
tema ideologis yang berkontribusi untuk kepentingan pribadi korporasi. Pengungkapan
memiliki kapasitas untuk mengirimkan sosial, politik, dan ekonomi pengertian untuk satu
set pluralistik penerima laporan”.

Oleh karena itu, political economy theory dikatakan dapat meluaskan level analisa
seorang peneliti karena mempertimbangkan isu sosio-politik yang lebih luas yang akan
berimplikasi pada bagaimana perusahaan beroperasi dan informasi apa saja yang terpilih
untuk diungkapkan (Deegan, 2003 dalam Purwitasari, 2011).

4.4 Teori Kontrak Sosial

Teori Kontrak Sosial menyatakan bahwa keberadaan perusahaan dalam suatu area
karena didukung secara politis dan dijamin oleh regulasi pemerintah serta parlemen yang
juga merupakan representasi dari masyarakat. Dengan demikian, ada kontrak secara tidak
langsung antara perusahaan dan masyarakat dimana masyarakat memberi cost dan bene fits
untuk keberlanjutan suatu koorperasi (Lako, 2011:6). Adanya interelasi dalam kehidupan
sosial masyarakat agar terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan termasuk dalam
lingkungan. Perusahaan yang merupakan kelompok orang yang memiliki kesamaan tujuan
dan berusaha mencapai tujuan secara bersama adalah bagian dari masyarakat dalam
lingkungan yang lebih besar. Keberadaannya sangat ditentukan oleh masyarakat, di mana
antara keduanya saling mempengaruhi. Untuk itu, agar terjadi 13 keseimbangan (equality),
maka perlu kontrak sosial baik secara tersusun baik secara tersurat maupun tersirat,
sehingga terjadi kesepakatan-kesepakatan yang saling melindungi kepentingan masing-
masing (Nor Hadi, 2011:96).

7
Social Contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk menjelaskan
hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat (society). Di sini, perusahaan atau
organisasi memiliki kewajiban pada masyarakat untuk memberi manfaat bagi masyarakat.
Interaksi perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi dan
mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat, sehingga kegiatan
perusahaan dapat dipandang legitimate (Deegan dalam Nor Hadi 2011:96). Dalam
perspektif manajemen kontemporer, teori kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan
individu dan kelompok, termasuk masyarakat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan -
kesepakatan yang saling menguntungkan anggotanya (Rawl dalam Nor Hadi 2011).

Hal ini sejalan dengan konsep legitimacy theory bahwa legitimasi dapat diperoleh
manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan yang tidak menganggu atau
sesuai (congruence) dengan eksitensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan
lingkungan (Deegan, Robin, dan Tobin dalam Nor Hadi 2011:97). Shocker dan Sethi
dalam Nor Hadi (2011:98) menjelaskan konsep kontrak sosial (social contract) bahwa
untuk menjamin kelangsungan hidup dan kebutuhan masyarakat, kontrak sosial didasarkan
pada :

1) Hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada masyarakat luas.

2) Distribusi manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada kelompok sesuai dengan
kekuatan yang dimiliki.

Mengingat output perusahaan bermuara pada masyarakat, serta tidak adanya power
institusi yang bersifat permanen, maka perusahaan membutuhkan legitimasi. Perusahaan
harus memastikan bahwa kegiatannya tidak melanggar dan bertanggungjawab kepada
pemerintah yang dicerminkan dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(legal responsibility). Disamping itu, perusahaan juga tidak dapat mengesampingkan
tanggung jawab kepada masyarakat yang dicerminkan lewat tanggung jawab dan
keberpihakan pada berbagai persoalan sosial dan lingkungan yang timbul (Nor Hadi
2011:98).

8
DAFTAR PUSTAKA

Accounting Media. 2015. Teori Stakeholder. http://www.skripsi.id/2015/03/teori-


stakeholder.html. Diakses tanggal 25 September 2022.

Rokhlinasari, S. 2015. Teori –Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate Social


Responbility Perbankan. syekhnurjati.ac.id, 7, 1-10

Indah. BAB II. http://eprints.ums.ac.id/43382/4/BAB%20II%20Indah.pdf. Diakses tanggal


25 September 2022

Gunawan, M & Lubis, A. 2016. PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY BIDANG PENDIDIKAN DALAM LAPORAN TAHUNAN
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam
Vol. 4, No.1 (2016), 67-84.

Anda mungkin juga menyukai