Anda di halaman 1dari 8

METODE PENELITIAN AKUNTANSI (D4)

SKALA PENGUKURAN VARIABEL

Dosen Pengampu :

Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak. CA.

Oleh:

KELOMPOK 1

Putu Ayu Dea Rhizma (2007531037)

Maria M. Virginia De Pazzi (2007531039)

Gusi Putu Pratita Indira (2007531231)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022/2023
1. Macam - Macam Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah suatu kesepakatan acuan menentukan alat ukur yang
menghasilkan data kuantitatif. Macam-macam skala pengukuran data dalam penelitian
diantaranya :

a. Skala Nominal
Digunakan untuk mengklasifikasikan obyek ke dalam kategori tertentu, sebagai contoh
mengklasifikasi jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan area geografis. Dalam
mengidentifikasi hal-hal di atas digunakan angka-angka sebagai symbol. Apabila kita
menggunakan skala pengukuran nominal, maka statistik non-parametrik digunakan untuk
menganalisa datanya. Hasil analisa dipresentasikan dalam bentuk persentase. Sebagai
contoh kita mengklasifikasi variable jenis kelamin menjadi sebagai berikut: laki-laki diberi
simbol angka 1 dan wanita angka 2. Kita tidak dapat melakukan operasi arimatika dengan
angka-angka tersebut, karena angka-angka tersebut hanya menunjukkan keberadaan atau
ketidakadanya karaktersitik tertentu.
b. Skala Ordinal
Memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh
obyek atau individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala nominal
ditambah dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu
obyek memiliki karakteristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berapa banyak
kekurangan dan kelebihannya. Contoh: Jawaban pertanyaan kuesioner berupa peringkat
misalnya: sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju dapat diberi
symbol angka 1, 2, 3, 4 dan 5. Angka-angka ini hanya merupakan simbol peringkat, tidak
mengekspresikan jumlah.
c. Skala Interval
Mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan
ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Untuk melakukan
analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik. Contoh: jawaban
pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda
melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali.
Maka angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan interval 2.
d. Skala Ratio
Mempunyai semua karakteristik yang dipunyai oleh skala nominal, ordinal dan interval
dengan kelebihan skala ini mempunyai nilai 0 (nol) empiris absolut. Nilai absoult nol

1
tersebut terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang diukur.
Pengukuran ratio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau obyek
tertentu dengan lainnya. Contoh: Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat
Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Jenis skala yang dapat digunakan pada penelitian sosial , yaitu :

a. Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif. Untuk keperluan analsisi kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (1 5 atau
disesuaikan dengan kebutuhan).
b. Skala Guttman
Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan
lain-lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala ini dapat pula
dibentuk dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Skör 1 untuk skor tertinggi dan skor 0
untuk terrendah. (Analisa seperti pada skala likert).
c. Semantic Deferential
Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabannya sangat positifnya
terletak dikanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau
sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval dan baisanya skala ini digunakan
untuk mengukur sikap/karakteristik dipunyai oleh seseorang.
d. Rating Scale
Pada rating scale, data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak
setuju adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak menjawab salah
satu dari jawaban kualitatif yang disediakan, tetapi mejawab salah satu dari jawaban
kuantitatif yang telah disediakan.

2
e. Skala Thurstone
Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan
variable yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi
pernyataan itu dengan konten atau konstruk yang hendak diukur.

2. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat dari objek atau
kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi variabel-variabel penelitian harus dirumuskan untuk
menghindari kesesatan dalam mengumpulkan data. Menjelaskan definisi operasional variabel
dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting guna menghindari penyimpangan atau
kesalahpahaman pada saat pengumpulan data. Namun, bukan berarti bahwa semua variabel
perlu diberikan definisi operasional variabel yang sudah jelas, mempunyai pengertian dan
interpretasi yang sama, misalnya jenis kelamin, tidak perlu diberikan definisi operasional.
Semua orang tidak akan membuat kesalahan untuk menentukan apakah seseorang itu
laki-laki atau wanita. Sebaliknya pekerjaan pokok misalnya, justru sangat perlu diberikan
definisi operasional, sebab pekerjaan pokok dapat diartikan pekerjaan yang paling banyak
menghasilkan uang ataupun pekerjaan yang paling banyak menyita waktu dalam satu kurun
waktu tertentu. Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,
maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau “Definisi Operasional
Variabel”. Definisi Operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data (responden) yang satu dengan
responden yang lain. Disamping variabel harus di definisi operasionalkan yang juga perlu
dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran
yang digunakan. Untuk memudahkan, biasanya definisi operasional itu disajikan dalam bentuk
“matriks” yang terdiri dari kolom-kolom.

3
a. Manfaat Definisi Operasional
Dalam melakukan penelitian , definisi dari operasional varibael ini bermanfaat untuk
mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi sehingga memudahkan observasi atau
pengukuran terhadap variabel. Dengan begitu observasi atau penelitian yang dilakukan dapat
berjalan lancar dan efektif.
b. Tipe - Tipe Definisi Operasional
1) Definisi operasional Tipe A
Definisi operasional Tipe A atau Pola I dapat disusun didasarkan pada operasi yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata atau
dapat terjadi. Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi
nyata. Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan
dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang sama,
tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
2) Definisi operasional Tipe B
Definisi operasional Tipe B atau Pola II dapat disusun didasarkan pada bagaimana objek
tertentu yang didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya
atau apa yang menyusun karakteristik karakteristik dinamisnya. Contoh: “Orang pandai” dapat
didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai tinggi di sekolahnya.
3) Definisi Operasional Tipe C
Definisi operasional Tipe C atau Pola III dapat disusun didasarkan pada penampakan
seperti apa objek atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun
karakteristik-karakteristik statisnya. Contoh: Orang pandai dapat didefinisikan sebagai orang
yang mempunyai ingatan kuat, menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik,
sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara cepat.
c. Apakah Semua Variabel Penelitian Harus Dibuat Definisi Operasionalnya ?
Kalau yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah proses penentuan ukuran
suatu variabel, maka tidak semua variabel penelitian harus disusun definisi operasionalnya.
Misalnya penelitian yang tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh iklan terhadap volume
penjualan. Iklan adalah variabel bebas dan volume penjualan adalah variabel tergantung. Dari
dua variabel tersebut yang perlu dilakukan pengukuran
(disusun variabel operasionalnya) adalah volume penjualan. sedangkan variabel “iklan” tidak
perlu. Yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menyusun definisi konseptual variabel
“iklan”. Jika metode penelitian atau rancangan penelitian yang akan diterapkan adalah “pre and
post test design” maka peneliti harus membandingkan volume penjualan sebelum ada iklan
4
dengan volume penjualan setelah ada iklan. Kedudukan “iklan” dalam rancangan penelitian
tersebut adalah sebagai bentuk “perlakuan” (treatment).
d. Proses Operasional Variabel
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan variabel penelitian ke
bentuk awal, yaitu konsep penelitian. Peneliti harus mendefinisikan konsep penelitian sesuai
dengan definisi-definisi yang telah diberikan oleh para ahli yang relevan dengan konsep
penelitiannya. Jika konsep penelitiannya adalah “motivasi kerja”, maka peneliti harus
menemukan definisi “motivasi kerja” yang telah banyak diakui kebenarannya oleh para pakar
di bidang tersebut. Dalam tahapan ini studi kepustakaan menjadi salah satu tahap yang harus
dilalui. Melalui studi kepustakaan yang mendalam dan memadai, peneliti akan mampu
merumuskan definisi konsep penelitiannya dengan benar. Jadi ketika konsep penelitiannya
adalah tentang “motivasi kerja” maka kepustakaan atau literatur tentang konsep tersebut harus
benar-benar dipahami dengan baik oleh peneliti. Langkah berikutnya adalah menemukan cara
mengetahui besaran (ukuran) dari variabel penelitian berdasarkan definisi konseptual, atau
dengan kata lain mulai mengoperasionalisasikan variabel penelitian. Terlebih dahulu
ditentukan definisi konseptualnya, kemudian disusun definisi operasionalnya. Perhatikan
contoh dibawah ini.

Contoh:
Variabel penelitiannya adalah “kepuasan kerja”. Definisi konseptual kepuasan kerja adalah
berdasarkan konsep JDI (Job Descriptive Index) adalah “sikap pekerja terhadap dimensi-
dimensi pekerjaan (gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, atasan dan promosi.”. Berdasarkan
definisi konseptual tersebut disusun definisi operasional, yang sasaran utamanya adalah agar
definisi konseptual bisa diukur sehingga dapat ditetapkan nilai atau skor nya.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Salah satu tahap melakukan suatu penelitian yaitu tahap pengambilan data. Data yang
diharapkan tentunya adalah data yang baik. Data yang baik yaitu data yang sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat ajeg, tetap atau dapat

5
dipercaya.Supaya diperoleh data yang valid dan reliabel, maka instrumen yang digunakan
dalam pengumpulan data baik tes maupun non tes harus mempunyai bukti validitas dan
reliabilitas.
a. Validitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat mengukur apa
yang hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas berhubungan dengan
“ketepatan” dengan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan data yang
valid pula. Tingkat validitas yang tinggi adalah yang terbaik. Secara garis besar validitas
instrumen dibedakan menjadi dua macam yaitu, validitas internal (internal validity) dan
validitas eksternal (eksternal validity).
1) Validitas internal berkaitan dengan kriteria yang berasal dari dalam suatu instrumen
penelitian, seperti tampilan instrumen, isi dan juga kemampuan instrumen dalam
mengukur. Validitas internal dibagi menjadi dua, yaitu validitas isi (Content Validity) dan
Validitas Konstruk (Construct Validity).
2) Validitas eksternal berdasarkan pada kriteria yang ada dari luar instrumen yaitu
berdasarkan pada fakta empiris atau pengalaman. Instrumen yang sesuai dengan kriteria
yang sudah ada dikenal dengan validitas kesejajaran (concurrent validity), sedangkan
instrumen yang sesuai dengan kriteria yang diprediksi akan terjadi disebut dengan validitas
prediksi (predictive validity).
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) bila memberikan hasil yang tetap
atau ajeg (konsisten) bila diteskan berkali-kali. Reliabilitas instrumen merupakan syarat
untuk pengujian validitas instrumen. Oleh karena itu meskipun instrumen yang valid
biasanya pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen tetap perlu dilakukan.
Berdasarakan pada cara pengujian instrumen, maka reliabilitas instrumen dapat dibagi
menjadi dua yaitu, Reliabilitas Internal (Intenal Relability) dan Reliabilitas Eksternal
(External Reliability)
1) Reliabilitas internal diperoleh dari menganalisis data dari satu kali pengumpulan data.
Berdasarkan pada sistem pemberian skor (scoring system) instrumen, ada dua metode
analisis internal yaitu Instrumen Skor Diskrit dan Instrumen Skor Non Diskrit.
2) Reliabialitas eksternal didapatkan bila ukuran atau kriteria tingkat reliabilitasnya berada
di luar instrumen yang bersangkutan. Terdapat dua cara untuk menguji reliabilitas suatu
instrumen yaitu dengan metode bentuk paralel (equivalent method) dan metode tes
berulang (test-retest method).
6
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta, Bandung, 2012

Anda mungkin juga menyukai