Anda di halaman 1dari 8

SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan atau


tolak ukur untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur
sehinga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data. (Ramli : 2011).

Menurut Wikipedia, Skala pengukuran atau aras pengukuran memiliki


empat tipe, sebagaimana dikembangkan konsepnya oleh seorang psikolog
bernama Stanley Smith Stevens pada artikel di majalah Science berkepala On the
theory of scales of measurements. Pada artikel ini, Stevens mengemukakan bahwa
dalam sains dikenal empat tipe skala pengukuran yang masing-masing disebutnya
sebagai skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

Jenis-Jenis Pengukuran

1. Skala Nominal

Skala nominal adalah skala pengukuran paling sederhana. skala yang


memungkinkan peneliti mengelompokkan objek, individual atau kelompok
kedalam kategori tertentu dan disimbolkan dengan label atau kode tertentu, selain
itu angka yang diberikan kepada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja
dan tidak menunjukan tingkatan.
Skala nominal bersifat mutually excusive atau setiap objek hanya memiliki
satu kategori (Lababa : 2008)

2. Skala Ordinal

Skala nominal tidak hanya menyatakan kategori tetapi juga menyatakan


peringkat kategori tersebut (Septyanto : 2008). hasil pengukuran skala ini dapat
menggambarkan posisi atau peringkat tetapi tidak mnegukur jarak antar peringkat.
Tingkat pendidikan atau kekayaan, dalam pengukuran yang mengelompakan
status sosial, hasil pengukuran tidak dapat memberikan informasi mengenai
perbedaan antara status sosial (tinggi ke rendah, rendah ke sedang dan tinggi ke
sedang) belum tentu sama.
 Tingkat keparahan penyakit
 Tingkat kesembuhan
 Derajat keganasan kanker

3. Skala Interval

Skala interval adalah suatu skala pemberian angka pada klasifikasi atau
kategori dari objek yang mempunyai sifat ukuran ordinal, ditambah satu sifat lain
yaitu jarak atau interval yang sama dan merupakan ciri dari objek yang diukur.
Sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan.
Skala interval bisa dikatakan tingkatan skala ini berada diatas skala ordinal
dan nominal. Selanjutnya skala ini tidak mempunyai nilai nol mutlak sehingga
tidak dapat diinterpretasikan secara penuh besarnya skor dari rasio tertentu.

4. Skala Rasio (Skala Nisbah)

Skala rasio mempunyai semua sifat skala interval ditambah satu sifat yaitu
memebrikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur. Skala rasio
merupakan skala pengukuran yang ditujukan pada hasil pengukuran yang bisa
dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu, dan bisa dibandingkan (paling
lengkap, mencakup semuanya dibanding skala-skala dibawahanya).

Bentuk skala pengukuran

Macam-macam Skala Pengukuran Untuk Instrument


Keempat skala diatas jika akan digunakan dalam kuisioner dapat dilakukan
dengan pendekatan, misalnya Skala Likert , Skala Guttman, dan Semantic
Differential, Rating Scale

1 . Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena pendidikan. ada dua bentuk pertanyaan
yang menggunakan skala likert yaitu
1. bentuk pernyataan positif untuk mengukur sikap positif
2. bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif
Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata
antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P), Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP),
Sangat Tidak Penting (STP). Untuk penilaian ekspektasi pelanggan, maka
jawaban itu dapat diberi skor, misalnya: Sangat Penting (SP) = 5, Penting (P)= 4,
Ragu-ragu (R) : 3, Tidak Penting (TP) : 2 , Sangat Tidak Penting (STP) : 1.
sedangkan untuk penilaian persepsi pelanggan, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya: Sangat Baik (SB) : 5, Baik (B) : 4, Ragu-ragu (R): 3, Tidak Baik
(TB) : 2 Sangat Tidak Baik (STB) : 1

beberapa petunjuk untuk menyusun skala likert yaitu:


1. tentukan obejek yang dituju kemudian tetapkan variabel yang akan diukur
dengan skala tersebut
2. lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau
dimensi variabel lalu kembangkan indikator setiap dimensi tersebut
3. dari setiap indikator, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang
berkenaan dengan aspek kognisi, efeksi, dan koneksi terhadap objek sikap.
4. susunlah pernyaataan untuk masing masing aspek tersebut dalam dua
kategori yaitu pernyataan positf dan pernyataan negatif.

Instrumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk
checklist ataupun pilihan ganda. Keuntungan skala Likert adalah :
a. Mudah dibuat dan diterapkan
b. Terdapat kebebasan dalam memasukkan pertanyaan-pertanyaan, asalkan mesih
sesuai dengan konteks permasalahan
c. Jawaban suatu item dapat berupa alternative, sehingga informasi mengenai item
tersebut diperjelas.
d. Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah item tersebut diperjelas

2) Skala Guttman
skala Guttman adalah skala yang menginginkan tipe jawaban tegas seperti
jawaban benar – salah , ya- tidak, pernah - tidk pernah, positif- negatif, tinggi –
rendah, baik- buruk dan seterusnya.
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua
alternatif). Jadi, kalau pada Skala Likert terdapat 1,2,3,4,5 interval, dari kata
‘sangat setuju’ sampai ‘sangat tidak setuju’, maka pada Skala Guttman hanya ada
dua interval yaitu ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’. Penelitian menggunakan Skala
Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan.

3) Skala Thurstone
kala Thurstone adalah skala yang disusun dengan memilh butir yang berbentuk
skala interval dimana setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut kunci skor
menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan oleh Thurstone untuk
tidak terlalu b-anyak, diperkirakan antara 5 sampai 10 butir pertanyaan atau
pernyataan. Pembuatan skala Thurstone dapat dilakukan dengan langkah-langkah
seperti berikut.
1) Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang
merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral, dan tidak
disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti.
2) Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau lebih
yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat memilih ke dalam 11
tingkatan kategori tersebut. Kategori A terdiri atas pernyataan yang dianggap
disenangi atau favorit, E F netral, dan J K merupakan kategori tidak disenangi
atau tidak favorit.
3) Klasifikasi pernyataan ke dalam kategori, dengan pertimbangan penilaian
terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya merefleksikan persepsi
mereka terhadap kategori pernyataan yang disediakan.
4) Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang, dan pernyataan yang mempunyai
nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.

Skor tinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkat prasangka terhadap sifat
yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden mempunyai sifat favorit
terhadap sifat yang ingin diteliti.

Skala Thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagai instrumen di bidang


pendidikan karena model ini mempunyai beberapa kelemahan yang di antaranya
seperti berikut.
a) Memerlukan terlalu banyak pekerjaan untuk membuat skala.
b) Nilai pada skala yang telah dibuat memungkinkan pada skor sama mempunyai
sikap berbeda.
c) Nilai yang dibuat dipengaruhi oleh sikap para juri atau penilai. d. Memerlukan
tim penilai yang objektif.

4). Skala diferensial yakni Semantic Differential


yaitu skala untuk mengukur sikap tetapi bentuknya bukan pilihan ganda atau chek
list tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban yang sangat positif
terletak dibagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian
kiri garis atau sebaliknya.
Skala ini merupakan salah satu dari skala factor yang dikembangkan untuk
menganalisis dua masalah :
Pengukuran populasi dan multidimensional
Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui

Metode skala ini dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari
suatu objek di mata seseorang. Metode ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu
objek memiliki berbagai dimensi pengertian konotatif yang berada dalam ruang
cirri multidimensi yang disebut ruang semantic.

Metode ini dibuat dengan menempatkan dua (dua) skala penilaian dalam titik
ekstrim yang berlawanan yang biasa disebut bipolar. Biasanya di antara titik
ekstrim di dadapati 5 atau 7 tititk-titik butir skala dimana responden menilai suatu
konsep atau lebih pada setiap butir skala.

Untuk lebih jelasnya tampilan butir-butir skala semantic diffrensial sebagai


berikut :
Baik —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Buruk
Lambat —–, ——, ——, ——, ——, ——-, —— Cepat

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh


Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinu yang
jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah
data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
Tipe Skala Pengukuran

Dari ke empat jenis skala, ternyata skala interval lah yang sering di gunakan
untuk mengukur fenomena/gejala social. Para ahli sosiologi membedakan dua tipe
skala menurut fenmena social yang di ukur yaitu :
1) Skala pengukuran untuk mengukur prilaku susila dan kepribadian
a. Skala sikap
b. Skala moral
c. Test karakter
d. Skala partisipasi social

2) Skala pengukuran untuk mengukur berbagai aspek budaya dan lingkungan social.
a. Skala untuk mengukur status social ekonomi
b. Lembaga-lembaga social kemasyarakatan
c. Kondisi kerumahtanggaaan

Ciri-Ciri Pengukurang Yang Baik

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa suatu tes dikatakan sebagai alat


pengukur yang baik jika memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas,
praktikabilitas, dan ekonomis.
1. Validitas

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Artinya, tes yang diberikan kepada peserta didik harus dapat
menjadi alat ukur terhadap tujuan yang sudah ditentukan sebelum tes
dilaksanakan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability, reliable yang artinya dapat dipercaya,
berketetapan. Sebuah tes dikatakan memilki reliabilitas apabila hasil-hasil tes
tersebut menunjukkan ketetapan. Artinya, jika peserta didik diberikan tes yang
sama pada waktu yang berlainan maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan
yang sama dalam kelompoknya.

3. Objektivitas

Objektivitas dalam pengertian sehari-hari berarti tidak mengandung unsur pribadi.


Kebalikannya adalah subjektivitas, yang berarti terdapat unsur pribadi. Jadi,
sebuah tes dikatan objektif apabila tes itu dilaksanakan dengan tidak ada faktor
pribadi yang mempengaruhi, terutama pada sistem scoring.

4. Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memilki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis. Artinya, tes itu mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan
dilengkapi dengan petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali oleh
orang lain dan juga mudah dalam membuat administrasinya.

5. Ekonomis

Tes memilki sebutan ekonomis apabila pelaksanaan tes itu tidak membutuhkan
ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Ali, (2014). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT


RAJAGRAFINDO PERSADA

Syinen.”__”. skala pengukuan,jenis pegukuran,tipe skala


pengukuran,ciripengukuran yg baik. Diperoleh 21 Maret 2019
https://azharnasri.blogspot.com/2015/04/skala-pengukuranjenis-pengukurantipe.html

“Pengertian dan fungsi skala pengukuran menurut para ahli.”___”. ”____”.


21 Maret 2019 http://xerma.blogspot.com/2014/01/pengertian-dan-fungsi-skala-
pengukuran.html

Anda mungkin juga menyukai