1711040016
A2/PENDIDIKAN MATEMATIKA 2017
HOTS atau higher order thinking skill adalah proses berpikir tingkat tinggi. Dalam taksonomi
bloom yang direvisi Anderson menduduki level C4, C5 dan C6, analisis, evaluasi. dan kreasi.
HOTS adalah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi
Guru dituntut untuk melakukan proses pembelajaran yang HOTS sehingga muaranya peserta didik
mampu menyelesaikan soal HOTS. Soal HOTS harus mampu mengukur transfer of knowledge,
Problem solving dan Critical thinking. Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang
digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang
tidak sekadar mengingat (remember), memahami (undestand), atau menerapkan (apply).
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang
hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam
konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan
ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh
karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan
situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.Berikut dipaparkan langkah-langkah
penyusunan soal-soal HOTS.
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD
dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP
dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal
HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD
yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan
diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual.
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk membaca
stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik.
Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah,
guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.Kaidah penulisan
butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relative
sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci
jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat
untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
Contoh soal
Seorang peneliti menetapkan tingkat signifikansi 0,05. Berapakah nilai uji signifikansi yang dapat
dapat diterima untuk menolak hipotesis penelitian?
Seorang peneliti membandingkan berat badan dua kelompok untuk meneliti efektivitas obat
pelangsing. Peneliti tersebut menetapkan taraf signifikansi 0,05. Hasil uji signifikansi memperoleh
nilai 0,017. Apakah yang dapat disimpulkan oleh peneliti tersebut?
Contoh soal
Soal B.1
Soal B.2
Seorang ilmuwan berhasil menemukan pestisida ampuh pembasmi ulat sehingga jumlah ulat
menurun dengan drastis. Apakah yang akan terjadi kepada Elang?
Penjelasan: Melalui analisa visual bagan yang kompleks, maka tingkat berfikir ordenya lebih
tinggi
Abad ke-21 adalah abad digital dan abad informasi. Arus informasi yang begitu deras berdampak
negatif terhadap disintegrasi bangsa. Misalnya kejadian SARA di suatu sekolah yang belum
terverifikasi kebenarannya, diunggah seorang pelajar di media sosial. Berita tersebut akan cepat
tersebar ke masyarakat luas sehingga memicu konflik antar kelompok. Oleh karena itu,
pembatasan penggunaan media sosial harus diterapkan kepada semua pelajar.
Kompetensi Dasar:
3.8 Memprediksi pola barisan dan deret aritmetika dan geometri atau barisan lainnya melalui
pengamatan dan memberikan alasannya.
Indikator: Diberikan data barisan tempat duduk dalam suatu ruangan pertunjukan yang terdiri dari
6 baris dan harga tiket:
(1) menentukan banyaknya tempat duduk yang tersedia, jika diketahui banyaknya kursi pada
empat baris pertama, di mana selisih banyaknya tempat duduk antara 2 baris yang berurutan adalah
berbeda-beda
(2) menentukan harga tiket untuk suatu baris tertentu, jika diketahui pemasukan total yang
diinginkan dari penjualan seluruh tiket.
Soal:
OSIS suatu sekolah mengadakan pentas seni untuk amal yang terbuka untuk masyarakat umum.
Hasil penjualan tiket acara tersebut akan disumbangkan untuk korban bencana alam. Panitia
memilih tempat berupa gedung pertunjukan yang tempat duduk penontonnya berbentuk sektor
lingkaran terdiri dari enam baris.
Banyaknya kursi penonton pada masing-masing baris membentuk pola barisan tertentu.
1) Jika pada baris pertama terdapat 25 kursi, baris kedua 35 kursi, baris ketiga 50 kursi, baris
keempat 70 kursi, dan seterusnya. Tentukanlah banyaknya seluruh tempat duduk pada gedung
pertunjukan itu.
2) Apabila harga tiket baris pertama adalah paling mahal dan selisih harga tiket antara dua baris
yang berdekatan adalah Rp10.000,00, dengan asumsi seluruh kursi penonton terisi
penuh,tentukanlah harga tiket yang paling murah agar panitia memperoleh pemasukan sebesar
Rp22.500.000,00
Jawab:
Baris: 1 2 3 4 5 6
Kursi: 25____35____50____70___95____125
Selisih: 10 15 20 25 30
(2) Misal:
400x = 16.000
x = 40
Penskoran:
Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah menggunakan acuan
kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria
paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) harus ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai.
Seberapapun besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak
mengubah keputusan pendidik dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan
kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik penilaian. Pada acuan norma, kurva
normal sering digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil
rata-rata kurang memuaskan. Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan
sejumlah peserta didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan
pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah melampaui kriteria
ketuntasan minimal.
Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah
guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki
karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis
menjadi pertimbangan utama penetapan KKM.
sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata
pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasardapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM
yang ditetapkan.Pendidik harus memberikan respon yang tepat terhadap pencapaian kompetensi
dasar dalam bentuk pemberian layanan remedial atau layananpengayaan;
sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaianmata pelajaran. Setiap
kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKMyang harus dicapai dan dikuasai oleh peserta
didik. Peserta didik diharapkandapat mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar
mencapai nilaimelebihi KKM. Apabila hal tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus
mengetahui KD-KD yang belum tuntas dan perlu perbaikan;
dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah. Evaluasiketerlaksanaan dan hasil program kurikulum dapat dilihat
dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur. Oleh karena itu hasil pencapaian KD
berdasarkan KKM yang ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang peta KD-
KD tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses pembelajaran
maupun pemenuhan sarana prasarana belajar di sekolah;
merupakan kontrak pedagogik antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan
dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan
bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua. Pendidik
melakukan upaya pencapaian KKM dengan memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian.
Peserta didik melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti kegiatan
pembelajaran serta mengerjakan tugas-tugas yang telah didesain pendidik. Orang tua dapat
membantu dengan memberikan motivasi dan dukungan penuh bagi putra-putrinya dalam
mengikuti pembelajaran. Sedangkan pimpinan satuan pendidikan berupaya memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di
sekolah;
merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi tiapmata pelajaran. Satuan
pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui KKM yang ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian KKM merupakan salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan. Satuan pendidikan dengan KKM yang tinggi dan
dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolok ukur kualitas mutu pendidikan bagi
masyarakat.
Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan melalui
metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan melalui professional
judgement oleh pendidik dengan mempertimbangkan kemampuan akademik dan pengalaman
pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria yang ditentukan;
Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal
pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik
untuk mencapai ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi
Kriteria ketuntasan minimal setiap Kompetensi Dasar (KD) merupakan rata-rata dari indikator
yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik dinyatakan telah mencapai
ketuntasan belajar untuk KD tertentu apabila yang bersangkutan telah mencapai ketuntasan belajar
minimal yang telah ditetapkan untuk seluruh indikator pada KD tersebut;
Kriteria ketuntasan minimal setiap Standar Kompetensi (SK) merupakan rata-rata KKM
Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam SK tersebut;
Kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran merupakan rata-rata dari semua KKM-SK yang
terdapat dalam satu semester atau satu tahun pembelajaran, dan dicantumkan dalam Laporan Hasil
Belajar (LHB/Rapor)peserta didik;
Indikator merupakan acuan/rujukan bagi pendidik untuk membuat soal-soal ulangan, baik Ulangan
Harian (UH), Ulangan Tengah Semester (UTS) maupun Ulangan Akhir Semester (UAS). Soal
ulangan ataupun tugas-tugasharus mampu mencerminkan/menampilkan pencapaian indikator
yang diujikan. Dengan demikian pendidik tidak perlu melakukan pembobotan seluruh hasil
ulangan, karena semuanya memiliki hasil yang setara;
Pada setiap indikator atau kompetensi dasar dimungkinkan adanya perbedaan nilai ketuntasan
minimal.
D. Langkah-Langkah Penetapan KKM
Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran. Langkah penetapan
KKM adalah sebagai berikut:
Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran dengan mempertimbangkan tiga
aspek kriteria, yaitu kompleksitas. Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga
KKM mata pelajaran;
Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala sekolah
untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian;
KKM yang ditetapkan disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu peserta
didik, orang tua, dan dinas pendidikan;
KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang tua/wali peserta
didik.
DAFTAR PUSTAKA
“Langkah langkah penyusunan HOTS.” Kusmedi. Juli 15 2018. Diperoleh: 24 April 2019
https://www.cahayapendidikan.com/langkah-langkah-penyusunan-soal-hots
DAFTAR PUSTAKA
“Prinsip penyusunan HOTS.” Minngu 11 agustus 2013. Nurjaya. Diperoleh 24 April 2019.
https://sang-aktor.blogspot.com/2013/08/kkm-pengertian-fungsi-dan-tahapan_11.html?m=1