Anda di halaman 1dari 12

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN 4
SKALA PENGUKURAN DATA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi pertemuan 4 ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dengan baik dari konsep dari skala pengukuran data, jenis data dan
mampu menerapkannya dalam ruang lingkup statistik.

B. URAIAN MATERI
1. Skala dan Pengukuran
Secara garis besar, skala bisa diartikan suatu titik atau garis, yang berderet
dan mempunyai jarak sama, dan dapat digunakan dalam mengukur tingkatan
tertentu. Skala menjadi suatu prosedur dalam memberikan angka dan simbol
pada beberapa ciri dari suatu objek tertentu. Skala menjadi suatu alat dalam
membandingkan individu terkait dengan variabel minat yang dipelajari.
Sedangkan pengukuran sendiri artinya suatu proses yang bersifat deduktif,
dimana seorang peneliti awalnya bersifat konstruk, ide maupun konsep,
kemudian mampu menyusun alat ukur dengan mengamati secara empiris.
Proses pengukuran dibagi menjadi dua tahap, antara lain konseptualisasi dan
operasionalisasi. Tahapan pertama yang merupakan konsep dari variabel yang
ada di dalam hipotesis suatu penelitian.
Konseptualisasi merupakan suatu proses sebagai pemilihan konsep yang
memberi definisi secara teoritis. Definisi yang baik, memang harus memiliki
makna yang jelas dan khusus. Tahapan berikutnya adalah operasionalisasi,
sebagai upaya menyusun definisi secara operasional dari konsep yang
diharapkan. Bisa dijelaskan bahwa definisi operasional merupakan batasan atas
makna tertentu dalam bentuk cara, prosedur maupun instrumen pengukuran.
Operasionalisasi ini dapat dilakukan karena sebuah teori, dimana menjadi
salah satu sumber untuk menyusun hipotesis, yang notabenya bersifat abstrak,
dari rangkaian asumsi dan sebab akibat. Dalam hal ini, peneliti membutuhkan
beberapa aturan sebagai prosedur dalam mengamati suatu variabel yang akan di
teliti secara empiris. Empiris disini artinya peneliti harus secara nyata mengukur
variabel, dan mengacu pada indikator yang digunakan dalam mengamati variabel
suatu penelitian.
Prinsip pengukuran itu sendiri dibagi menjadi dua prinsip, yaitu prinsip
eksklusif dan prinsip ekshaustif. Prinsip eksklusif artinya kasus tidak bisa memiliki
nilai dalam kategori tertentu lebih dari satu variabel yang sama. Sedangkan
ekshaustif artinya nilai atau kategori dapat tersedia dalam variabel yang
mencakup dari setiap kasus.
Ada 3 kata kunci utama yang dibutuhkan dalam memberikan suatu definisi
terhadap konsep pengukuran, yaitu ada angka, aturan dan penetapan. Dalam hal
ini dikatakan pengukuran itu baik, jika pengukuran tersebut memiliki sifat

Statistik Deskriptif P a g e | 28
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

isomorphism secara nyata. Artinya ada kesamaan yang erat antara realitas sosial
yang akan diteliti terhadap nilai yang diperoleh setelah dilakukan pengukuran.
Oleh karena itu, dalam instrumen pengukur, akan dipandang baik apabila hasil
dair pengukuran tersebut bisa di reflesikan dengan tepat secara realitas terhadap
fenoma yang akan di ukur.

2. Skala Pengukuran
Dalam skala pengukuran, tidak terlepas dari yang namanya kuantifikasi.
Umumnya dengan membedakan antara kuantifikasi dalam kategori yaitu data
nominal, dan kuantifikasi dalam pengukuran, dalam hal ini adalah data ordinal,
data interval, serta data rasio. Skala-skala pengukuran tersebut adalah berbeda,
dalam hal derajat kuantifikasi, terhadap variabelnya.
Oleh karena itu, materi ini akan terfokus pada skala pengukuran nominal,
skala ordinal, skala interval ataupun skala rasio. Setelah menetapkan skala
pengukuran, kemudian bisa dilanjutkan dengan teknik atau prosedur statistik
selanjutnya. Skala pengukuran adalah suatu aturan yang digunakan dalam
mengkuantifikasikan jenis data dalam suatu pengamatan variabel. Ini menjadi
penting, karena perbedaan jenis data berpengaruh dalam memilih uji dan alat
dalam statistik. Jika ada hasil yang tidak sesuai, yaitu antara skala pengukuran
terhadap alat uji statistik yang digunakan dalam penelitian, maka akan dihasilkan
kesimpulan yang bias.

a) Skala Nominal
Pertama dijelaskan bahwa skala nominal adalah memungkinkan untuk
peneliti dapat menempatkan subjek, dari beberapa kategori atau kelompok
tertentu. Dalam hal ini, skala nominal biasanya digunakan untuk
mengklasifikasikan sesuatu hal tetapi tidak memiliki arti, seperti profesi, jenis
kelamin, agama, dan lain-lain. Skala pengukuran ini adalah skala
pengukuran yang paling rendah. Variabel berskala nominal adalah variabel
kualitatif yang kategorinya taidak memiliki urutan implisit. Walaupun kadang-
kadang kita memberikan nilai numerik, nilai itu tidak ada artinya.
Satu-satunya cara menarik kesimpulan dari variabel nominal adalah
dengan menghitung angka observasi dari setiap kategorinya yang disajikan
ke bentuk tabel frekuensi absolut maupun relatif dan diagram batang.
Sebagai contoh yaitu jenis kelamin merupakan variabel yang terdiri dari dua
kategori, yaitu perempuan dan laki-laki. Bisa dinyatakan dengan angka yaitu
1 untuk perempuan, dan 2 untuk laki-laki, artinya bukan berarti laki-laki lebih
baik atau lebih besar dari perempuan.

b) Skala Ordinal
Kedua adalah skala ordinal atau ordinal scale. Disini yang dimaksud
dengan skala ordinal adalah suatu pengukuran yang tidak hanya
mengkategorikan variabel dengan menunjukkan perbedaan, antara berbagai
kategori, tetapi harus mengurutkan ke beberapa cara. Skala ordinal ini
mampu memberikan informasi mengenai jumlah yang relatif karakteristik
berbeda, baik dimiliki oleh objek maupun individu tertentu.
Skala ordinal pada umumnya banyak menggunakan skala likert. Skala

Statistik Deskriptif P a g e | 29
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

likert sendiri adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur


sikap tertentu, baik pendapat maupun persepsi seseroang maupun
kelompok dalam fenomena sosial untuk penelitian.
Sebagai contoh adalah pada sebuah penelitian mengenai tingkat
kepuasan kepemilikan mobil merek ABCD, peneliti memberikan pernyataan
sebagai berikut: “Saya merasa puas dengan fasilitas mobil ini.” Pilihan
jawaban ada 4, yaitu bisa sangat puas, bisa puas saja, tidak puas atau
bahkan sangat tidak puas.
Contoh yang lain adalah dalam pemilihan terhadap masing-masing
jawaban untuk tanggapan responden atas dimensi kualitas layanan (variabel
X) dan kepuasan tamu (variabel Y) diberi skor sebagai berikut:

Sangat setuju dengan bobot nilai 5


Setuju dengan bobot nilai 4
Kurang setuju dengan bobot nilai 3
Tidak setuju dengan bobot nilai 2
Sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1

Kemudian, setelah mendapatkan jumlah bobot yang ideal (kreterium)


pada semua item, maka penelitian pada umumnya membuat kategori dari
hasil skala likert sebagai berikut ini :

Sangat setuju untuk tingkat sangat tinggi


Setuju untuk tingkat tinggi
Kurang setuju untuk tingkat sedang
Tidak setuju untuk tingkat rendah
Sangat tidak setuju untuk tingkat sangat rendah

c) Skala Interval
Skala interval (interval scale) dalam hal ini merupakan skala yang
mempunyai karakteristik yang sama, yang dimiliki oleh skala nominal dan
skala ordinal, dengan tambahan dimana dengan interval yang tetap, akan
memungkinkan untuk melakukan operasi aritmatika tertentu, terhadap data
yang dikumpulkan dari responden tersebut. Dalam hal ini, skala interval
dapat menentukan suatu perbedaan, urutan maupun suatu kesamaan
besaran perbedaan dalam variabel tertentu.
Dalam skala interval, peneliti bisa menunjukkan bahwa suatu kasus
tersebut kurang atau lebih dibandingkan dengan kasus yang lain. Peneliti
juga bisa menentukan seberapa besar kekurangan dan kelebihan tersebut.
Skala interval juga dapat menunjukkan jarak antar kategori yang terdapat
dalam beberapa alternatif jawaban.
Sebagai contoh dalam skala interval yaitu pada suhu udara, artinya
apabila suhu udaranya adalah tinggi yaitu 30 oC, tetapi hari sebelumnya
hanya 24 oC, maka bisa dinyatakan bahwa hari ini lebih panas daripada hari
sebelumnya. Dapat juga mengatakan bahwa hari ini lebih panas 6 oC
daripada hari sebelumnya.
Dengan demikian, peneliti dapat menggunakan simbol angka, jika
mempunyai arti, oleh karena itu angka bisa mencerminkan adanya kejadian
Statistik Deskriptif P a g e | 30
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

atau peristiwa yang bisa di ukur. Disamping itu, skala interval mempunyai
keterbatasan, karena pada titik awal pada skala pengukuran tidak diketahui.
Disini berarti peneliti tidak bisa menentukan dimana titik 0 berada.
Jika ada kasus suhu udara, yaitu 0 oC maka bisa diartikan bahwa suhu
tersebut kondisi airnya adalah membeku, namun lain halnya, tidak bisa
diartikan sebagai kondisi yang tidak ada panas. Dan tidak bisa diketahui
dimana titik awal skala pengukuran, yang akhirnya peneliti tidak bisa
membandingkan rasio dalam beberapa pengamatan.

d) Skala Rasio
Seperti dipaparkan di atas, bahwa skala interval dibatasi dengan tidak
adanya nilai 0 yang bermakna, sebaliknya skala rasio memiliki nilai 0 yang
bermakna. Dalam hal ini, karena skala rasio memiliki nilai 0 yang bisa
menyatakan bahwa tidak adanya suatu jumlah yang bisa di amati dalam
suatu variabel.
Adanya titik 0 mutlak, memungkinkan peneliti melakukan perbandingan
antar kategori dalam variabel yang akan di teliti. Sebagai contoh adalah jika
ingin membandingkan berat badan manusia misalnya 50 kg, dengan satunya
adalah 35 kg. Artinya berat badan manusia pertama lebh berat 15 kg dari
yang kedua. Contoh kasus lain adalah angka kelahiran menurut usia, dan
angka melek uruf dan sebagainya.
Skala rasio memang mempunyai semua sifat skala interval ditambah
satu sifat yaitu memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang
diukur. Skala rasio adalah suatu skala pengukuran yang ditujukan pada hasil
pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, dan mempunyai jarak tertentu,
serta dapat dibandingkan.

Dari penjelasan di atas mengenai ke empat skala pengukuran, semuanya bisa


digunakan dalam ilmu sosial. Sebagai sebuah pemahaman mengenai perbedaan ke
empat skala tersebut harus mutlak dibutuhkan. Ada beberapa yang perlu diperhatikan
mengenai keempat skala pengukuran di atas adalah sebagai berikut :
a. Untuk variabel yang bersifat kualitatif, semestinya harus selalu dikur
menggunakan skala nominal. Hal ini karena interpretasi kuantitatif tidak bisa
dilakukan pada skala jenis ini.
b. Untuk skala ordinal, skala interval maupun skala rasio merupakan skala yang
sesuai untuk variabel kuantitatif. Tetapi setiap skala tersebut mempunyai variasi
dalam derajat penggambaran besaran suatu variabel tersebut.
c. Untuk skala ordinal sendiri memiliki paling sedikit informasi, hal ini karena ordinal
hanya menunjukan suatu peringkat dari kategori tertentu.
d. Untuk skala interval yang bisa digunakan untuk menetapkan jarak antara dua
kategori, namu letak titik awal dari skala ini tidak diketahui.
e. Untuk skala rasio merupakan skala yang variabel bersifat kuantitatif yang paling
informatif. Dalam hal ini, titik awal suatu pengukuran sudah diketahui, sehingga
bisa melakukan suatu perbandingan diantara kategori pengukuran.

Statistik Deskriptif P a g e | 31
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Tabel 4.1 Ringkasan skala pengukuran dan operasi matematika yang diizinkan:
Skala Definisi Level Operasi Contoh
Aritmetik
Nominal Data Kategori • Mutually exclusive =, ≠, • Jenis Kelamin
menghitung
• Wana Kulit
• Tipe penggunaan lahan
• Ada atau tidak jalan ke kota

Ordinal Data yang hanya bisa • Mutually exclusive =, ≠ • Status sosial ekonomi
diurutkan dari kecil ke besar <, >
• Urutannya pasti keluarga
atau sebaliknya
• Peringkat Kelas
• Pangkat/Jabatan/Golongan

Interval Selain mencakup • Mutually exclusive =, ≠, • Suhu (Celsius & Fahrenheit)


karakateristik Nomina dan <, >,
• Urutannya Pasti • IQ (tingkat kecerdasan)
Ordinal, juga sudah bisa +, –
dilakukan operasi
• Jarak antara kode
sama
penjumlahan karena jarak
antara datanya sudah jelas.
Tidak mempunyai nilai nol
mutlak
Rasio Mencakup karakteristik • Mutually exclusive =, ≠, • Suhu (Kelvin)
<, >,
Interval dan mempunyai nilai
• Urutannya Pasti • Waktu
nol mutlak +, -,
• Jarak antara kode x, ÷
• Panjang
sama • Berat
• Terdapat nilai nol • Tinggi
mutlak

Sumber: Burt et al (2009) dimodifkasi


Dari penjabaran di atas, maka hubungan antara skala pengukuran terhadap jenis
data yaitu kuantitatif dan kualitatif dapat disimpulkan dalat tabel di bawah ini :

Skala Pengukuran Kualitatif Kuantitatif

Skala Nominal √

Skala Ordinal √

Skala Interval √

Skala Rasio √

Adapun bentuk dari flowchart yang digunakan untuk menentukkan skala


pengukuran variabel, bisa digambarkan berikut ini :

Statistik Deskriptif P a g e | 32
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Gambar 4.1 Bagan Alur Flowchart


Untuk contoh penerapannya, perhatikan tabel berikut ini mengenai skala
pengukuran variabel :

Nama Jenis Perilaku/ Ujian Peringkat Huruf


Kelamin Sikap Mutu
(L-P) (20-80) (0-100) (1-11) (A-F)
Dhani L 50 80 6 A
Cinta L 70 85 5 B
Dodi L 65 72 9 A
Fani P 70 96 1 B
Elsa P 70 89 2 B
Gita P 76 86 4 B
Ariel L 45 67 11 A
Naya P 45 76 8 A
Budi L 67 78 7 B
Rala L 50 88 3 A
Mima P 78 70 10 A
Skala Pengukuran Nominal Interval Rasio Ordinal Ordinal

Statistik Deskriptif P a g e | 33
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Bisa ditarik kesimpulan bahwa skala pengukuran variabel menjadi sangat


penting dalam menentukan statistik uji yang sesuai. Untuk skala nominal dan
skala ordinal hanya bisa digunakan dalam uji statistik yang non parametrik.
Sedangkan untuk skala interval dan skala rasio bisa digunakan dalam statistik
paramterik. Ada beberapa macam skala pengukuran untuk alat instrumen dalam
angket atau kuesioner melalui pendekatan, diantaranya adalah skala likert, skala
guttman, semantic differential dan rating scale. Penjabarannya adalah sebagai
berikut :

1) Skala Likert
Untuk skala likert disini digunakan untuk mengukur persepsi, sikap
maupun pendapat seseorang mengenai fenomena sosial yang akan diteliti.
Dalam skala likert sendiri, variabel yang akan diukur harus dijabarkan melalui
bebrapa indikator variabel. Indikator menjadi sangat penting karena dijadikan
sebagai tolak ukur dalam penyusunan item instrumen, yang berupa
pernyataan atau pertanyaan untuk diteliti. Dari pertanyaan ataupun
pernyataan, bisa memberikan jawaban pada setiap item instrumen, dengan
menggunakan skala likert ini, akan mempunyai gradasi, mulai dri yang sangat
positif sampai dengan sangat negatif, yaitu dijabarkan meliputi:
Sangat Penting (SP)
Penting (P)
Ragu-ragu (R)
Tidak Penting (TP)
Sangat Tidak Penting (STP).

Dalam penilaian ekspektasi pada objek penelitian, maka jawaban dalam skala
likert dapat diberi skor, antara lain sebagai berikut :

Sangat Penting (SP) dengan skor 5


Penting (P) dengan skor 4
Ragu-ragu (R) dengan skor 3
Tidak Penting (TP) dengan skor 2
Sangat Tidak Penting (STP) dengan skor 1

Kemudian dalam melakukan penilaian pada persepsi objek peneliti, maka


jawaban tersebut bisa diberi skor, diantaranya adalah :

Sangat Baik (SB) dengan skor 5


Baik (B) dengan skor 4
Ragu-ragu (R) dengan skor 3
Tidak Baik (TB) dengan skor 2
Sangat Tidak Baik (STB) dengan skor 1

Berdasarkan pemaparan di atas, maka instrumen penelitian yang


menggunakan skala likert bisa dibuat dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk
cheklist. Ada beberapa keuntungan jika menggunakan skala likert dalam
penelitian, antara lain sebagai berikut :

Statistik Deskriptif P a g e | 34
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

a. Sangat mudah dibuat dan diterapkan dalam penelitian.


b. Mempunyai kebebasan pada pembuatan pertanyaan atau pernyataan,
dengan tetap berpedoman pada indikator.
c. Jawaban dalam suatu item merupakan alternatif, dalam hal ini item
merupakan informasi yang bisa di perjelas.
d. Kemudian pengukuran reliabilitas dapat diperoleh pada skor item di
perjelas.

2) Skala Guttman
Tipe skala kedua adalah skala guttman. Skala pengukuran dengan
guttman ini akan di dapatkan pada jawaban yang tegas, yaitu jawaban “ya”
dan “tidak”, atau “benar” dan “salah”. Dalam hal ini, dengan menggunakan
skala guttman, maka data yang akan diperoleh merupakan data interval atau
data rasio dikhotomi, dalam hal ini adalah dua alternatif.
Jika dalam skala likert ada 1 2 3 4 5 interval, maka untuk skala guttman,
hanya ada 2 interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Hal ini dilakukan apabila
peneliti ingin menghasilkan kesimpulan dari penelitian yang membutuhkan
ketegasan mengenai masalah yang diteliti.
3) Skala Thurstone
Dalam skala thurstone, memang masih belum banyak dilakukan. Dalam
hal ini skala thurstone tidak menyarankan untuk pengajuan pernyataan terlalu
banyak. Untuk skala thurstone diperkirakan butir pernyataan atau
pertanyaannya adalah 5 sampai 10 butir soal. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembuatan skala thurstone adalah sebagai berikut :
a. Dengan mengumpulkan sejumlah pernyataan atau pertanyaan dengan
50-100 tingkatan, yang bisa dipresentasikan secara luas, mengenai
perbedaan tingkat, netral, disenangi dan tidak disenangi terhadap objek
atau subjek yang akan diteliti.
b. Pertanyaan atau pernyataan akan diberikan dalam sejumlah responden,
dengan 50 orang atau lebih, dengan cukup mengenal pada objek, agar
bisa memilih dalam 11 tingkatan kategori. Kategori A terdiri atas
pertanyaan yang disenangi, E F yang netral dan J K yang tidak disenangi.
c. Mengklasifikasikan pertanyaan ke beberapa kategori, dengan asumsi
pertimabnagn adalah penialaian terhadap objek secara psikologis, namun
hanya merefleksi persepsi dengan kategori pertanyaan yang telah
disediakan.
d. Pertanyaan yang nilai menyebar, akan dibuang, dan pertanyaan yang
memiliki nilai yang sama akan digunakan dalam pembuatan skala.

Untuk skor yang tinggi dalam skala artinya mempunyai tingkat


prasangka dengan sifat yang akan diteliti. Sedangkan untuk skor rendah,
artinya responden memiliki sifat yang disenangi dengan sifat yang akan diteliti.
Dalam hal ini, skala thurstone tidak terlalu banyak digunakan sebagal alat
ukur dibidang pendidikan, karena untuk skala ini memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Skala ini membutuhkan banyak waktu dalam membuat alat instrumennya.
b. Untuk nilai pada skala ini yang sudah di buat, akan memungkinkan pada
nilai skor yang sama tetapi mempunyai sikap yang berbeda.
Statistik Deskriptif P a g e | 35
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

c. Untuk nilai yang dibuat, akan dipengaruhi oleh sikap para penilai.
d. Dalam skala ini sangat diperlukan tim penilai yang bersikap objektif.

4) Semantic Differential
Untuk skala keempat ini merupakan salah satu skala faktor yang akan
dikembangkan untuk menganalisis dua permasalahan, diantaranya adalah
pengukuran populasi dan multidimensional serta pengukuran dimensi yang
belum diketahui. Skala semantik ini dikembangkan untuk mengukur
bagaimana arti psikologis dari suatu objek di dalam seseorang yang akan
diteliti. Skala ini didasarkan dalam proporsi dimana suatu objek mempunyai
berbagai dimensi, lebih dari satu pengertian konotatif, yang berada dalam
ruang multidimensi.
Dalam skala ini akan dibuat dua metode dengan menempatkan skala
bipolar artinya penilaian pada titik ekstrim yang berlawanan. Diantara titik
ekstrim ini, biasanya di dapati 5 atau 7 titik butir, dimana responden menilai
sesuatu konsep pada setiap butir skala. Perhatikan contoh dalam
pengaplikasian butir dari skala sematik ini adalah :

“Baik”, ....... , …… , …… , ……. , ……., …… , ….. , “Buruk”


“Lambat” , ....... , …… , …… , ……. , ……., …… , ….. , “Cepat”

Pencetus dari skala semantik ini pertama kali dikembangkan oleh


Osgood. Skala semantik ini digunakan untuk mengukur sikap, tetapi bukan
bentuk checklist maupun pilihan ganda, namun tersusun dalam satu garis
yang kontinu. Penilaian untuk nilai yang positif berada di bagian kanan garis,
dan sebaliknya untuk jawaban yang negatif berada di bagian kiri garis ataupun
sebaliknya, tergantung pernyataan tersebut positif atau negatif.
Data yang diperoleh dalam skala semantik ini adalah berupa data
interval, dan biasanya digunakan untuk mengukur karakteristik atau sikap
yang di miliki oleh seseorang yang akan diteliti.

3. Perbandingan Data
Dalam membandingkan sesuatu biasanya dilakukan dengan pembagian
atau pengurangan, tidak terkecuali dalam membandingkan sebuah data. Dalam
hal ini pengurangan bisa menghasilkan angka yang absolut dengan
menunjukkan perbedaan dari dua angka. Ini bisa diterapkan, dalam skala interval
maupun dalam skala rasio.
Pada perbandingan datanya, akan dibahas mengenai ukuran relatif yaitu
sebagai hasil dari suatu perbandingan dengan dua skala pengukuran.
a) Rasio
Rasio merupakan suatu ukuran, dalam hal ini untuk membandingkan
jenis yang sering kali digunakan dalam perbandingan antara dua kelompok
data. Sebagai contoh jika di tahun 2018, jumlah mahasiswa di Akuntansi
adalah 30.280 mahasiswa, dan jumlah dosen mencapai 950 dosen. Hal ini
berarti beban setiap dosen mampu mendidik 31,87 mahasiswa, yang berarti
beban tiap dosen adalah 32 mahasiswa.

Statistik Deskriptif P a g e | 36
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

b) Proporsi
Lain halnya dengan skala perbandingan rasio, data juga bisa
dibandingkan dengan menghitung proporsi. Proporsi merupakan bentuk
khusus dari suatu skala rasio, karena pada perhitungan proporsi, suatu
pembagi merupakan jumlah elemen yang ada pada data pertama dan data
kedua.
Sebagai contoh adalah proporsi pegawai wanita (umur 17-24 tahun)
dalam perkotaan yaitu 0.534, dibulatkan menjadi 0,53. Hasil ini didapat dari
membagi jumlah pegawai wanita umur 17-24 tahun (120) terhadap jumlah
semua pegawai anak umur 17-24 tahun, berarti pegawai wanita 120 dan
pegawai pria adalah 103 : jumlah pegawai anak : 221. Hal ini artinya bahwa
0.53 dari seluruh pegawai anak yang umurnya 17-24 tahun merupakan
wanita.
c) Persentase
Jika dihadapkan pada angka yang bentuknya adalah pecahan atau
bilangan desimal, terkesan susah dan tidak menarik. Untuk itu, ada solusi
sebagai alternatif lain dalam perhitungan perbandingan data, yaitu
persentase. Apabila proporsi mempunyai rentang nilai yaitu antara 0−1, maka
persentase mempunyai rentang nilai antara 0 −100. Dengan cara perhitungan
persentase, maka sama halnya dengan cara perhitungan proporsi, hanya saja
dalam persentase hasil, untuk perhitungannya harus dikali dengan 100.
Sebagai contoh persentasi pegawai wanita dengan umur 17-24 tahun di
Desa Monopoli untuk tahun 2017 yaitu 39 %. Ini diperoleh dari membagi
jumlah pekerja wanita dengan seluruh pekerja, yaitu 1.423.290 dengan
560.870.

d) Rates (Tingkat/Angka)
Dalam metode perbandingan data, kebalikan dari angka kematian bayi
adalah angka kelahiran, yang sesuai usia. Hal ini menunjukkan bahwa
banyaknya angka kelahiran per 1000 wanita dari golongan usia tertentu.
Untuk perhitungan rates dapat dilakukan dengan cara, membagi jumlah
munculnya peristiwa yang dimaksud terhadap seluruh jumlah yang mungkin
muncul untuk kejadian tersebut.
Terkadang hasil dari perhitungannya akan dikalikan dengan bilangan
tertentu. Hasil perkalian ini, akan menunjukkan jumlah munculnya suatu
peristiwa tertentu untuk setiap peristiwa yang dimaksud. Dengan ini akan lebih
mudah dipahami serta memperkecil kemungkinan terjadinya salah
interpretasi.
Sebagai contoh adalah dari hasil sensus penduduk Tangerang Selatan
pada tahun 2018, memperoleh data dari angka kelahiran total atau (Total
Fertility Rate = TFR) dan angka kematian bayi atau (Infant Mortality Rate =
IMR) yang cenderung menurun. Untuk tahun 2018, TFR adalah 5678 dan
jumlah IMR adalah 35. Angka ini menunjukkan lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2017, dimana jumlah TFR adalah 4312 dan jumlah IMR adalah
44.

Statistik Deskriptif P a g e | 37
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

4. Tingkat Ketelitian
Pada suatu penelitian, banyak sekali perbedaan antara data yang
sesungguhnya dari variabel yang ingin diukur oleh peneliti terhadap data yang
dihasilkan pada instrumen dalam penelitian. Hal ini bisa disebabkan oleh 2 hal,
adalah pertama mengenai keterbatasan instrumen pengukuran, kedua adalah
ketidakakuratan instrumen, dimana instrumen sendiri disusun oleh manusia.
Dengan demikian, mengakibatkan data yang dihasilkan sering kali tidak
seakurat keadaan sebenarnya. Artinya ketidakakuratan instrumen, dimana
instrumen tersebut disusun oleh manusia, mengakibatkan data yang dihasilkan
sering kali tidak seakurat keadaan sebenarnya.
Terdapat dua prinsip dalam pembulatan data untuk ketelitian dalam
penetlian, yaitu dijabarkan berikut ini :
a) Apabila ada angka hasil adalah 90,15 ton, maka sebaiknya dibularkan
menjadi 90 ton.
b) Apabila ada angka hasil yaitu 50,2501 menit, maka sebaiknya dibulatkan
hingga persepuluhan menit terdekat menjadi 50,3.

Prinsip tambahan yang perlu kita perhatikan dalam kaitannya dengan


pembulatan, dengan ketelitian maupun dengan kualitas dari suatu proses
pengukuran adalah :
Pertama yaitu jika pembulatan jelas mempengaruhi tingkat ketelitian dari
data yang telah dikumpulkan. Ini menyebabkan bahwa semakin banyak
pembulatan, maka akan semakin rendah tingkat ketelitian dari pengukuran yang
peneliti lakukan.
Kedua adalah jika peneliti melakukan proses perhitungan, makan
pembulatan hendaknya dilakukan setelah semua proses perhitungan selesai
dilakukan, ini bisa disiasati untuk mengurangi kesalahan yang terjadi (rounded
error).
Ketiga adalah prosedur dalam pembulatan ini tidak bersifat universal,
artinya hasil kesepakatan bisa dibuat meskipun di setiap negara mempunyai
aturan yang berbeda.

C. LATIHAN SOAL
Kerjakan soal berikut ini dengan benar!

1. Jelaskan apa yang dimaksud skala nominal dan berikan contoh kasusnya dalam
ruang lingkup anda!

2. Jelaskan apa yang dimaksud skala rasio! Berikanlah beberapa kasus mengenai
skala rasio dan kenapa data tersebut termasuk dalam skala rasio!

3. Dalam penelitian ruang lingkup akuntansi, jelaskan beberapa kendala dalam


pengambilan data dan menentukkan jenis datanya!

4. Jelaskan yang dimaksud skala interval!

Statistik Deskriptif P a g e | 38
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

5. Kapan kita membutuhkan variabel intervening? Jelaskan disertai dengan contoh


kasus penelitian dalam bidang anda!

D. DAFTAR PUSTAKA

Mangkuatmodjo. (2015). Statistik Deskriptif. Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution Masnidar. (2016). Statistik Deskriptif. Jurnal Vol.12 No.1 ISSN :1829-8419.

Sudjana. (2008). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito Bandung.

Supranto. (2008). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Walpole. (1992). Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Statistik Deskriptif P a g e | 39

Anda mungkin juga menyukai