Anda di halaman 1dari 7

SKALA PENGUKURAN DALAM PENELITIAN

I.PENDAHULUAN
Penelitian memiliki peran yang sangat penting dalam menyikapi berbagai keilmuan,
penelitian merupakan petunjuk utama penyelesain masalah. Awal dari sebuah penelitian adalah
adanya sebuah problem (masalah). Masalah ilmu social dan ilmu pendidkan sangat kompleks,
semenjak adanya dunia sampai sekarang tidak pernah lepas dari yang namanya masalah, untuk
mencari solusi (jalan keluar) masalah, dengan demikian diperlukan penelitian secara logis,
sistimatis, dan empiris, sebagai pencerahan untuk mengetahui kebenaran ilmiah.
Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur
(instrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel- variabel penelitian. Alat
ukur tersebut harus valid dan reliabel. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan
instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan untuk
meneliti variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian tergantung
pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen-instrumen penelitian sudah ada yang dibekukan,
tapi ada yang harus dibuat peneliti sendiri. Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap
instrument harus mempunyai skala.

II.RUMUSAN MASALAH
A. Apa Pengertian Skala Pengukuran ?
B. Apa Macam- macam Skala Pengukuran Dalam Penelitian ?

III.PEMBAHASAN
A. Pengertian Skala Pengukuran
Skala merupakan perbandingan antar kategori dimana masing- masing ketegori diberi
bobot nilai yang berbeda. Sedangkan Pengukuran merupakan cabang ilmu statistika terapan
yang bertujuan untuk membangun dasar- dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga
dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Reynolds, et al.
(2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu
bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut atau tingkah laku. Azwar
(2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi)
terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum. Dengan demikian secara sederhana
pengukuran dapat dikatakan sebagai suatu prosedur membandingkan antara atribut yang
hendak diukur dengan alat ukurnya.[1]
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya
timbangan emas sebagi instrumen untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala miligram
(mg) dan kan menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk
mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan
menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.[2]

B. Macam- Macam Skala Penelitian Dalam Penelitian


Maksud dari skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variable yang akan diukur
supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan langkah penelitian
selanjutnya.[3] Macam- macam skala pengukuran dapat berupa : Skala nominal, Skala
Ordinal, Skala interval, dan Skala rasio.Kemudian dijabarkan sebagai berikut :
a. Skala Nominal
Skala Nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun menurut jenis (kategorinya) atau
fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristk dengan
karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk
mengkategorikan orang atau objek ke dalam kategori, kelas atau klasifikasi.
Adapun ciri-ciri dari sekala nominal adalah:
a) Kategori data bersifat mutually exclusive (saling memisah).
b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang), Hasil perhitungan dan
tidak ditemui bilangan pecahan, Angka yang tertera hanya lebel semata.Tidak mempunyai
ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.
Contoh : - Jenis Kulit : 1. Hitam, 2. Putih, 3.Kuning. Agka 1,2,3 hanya sebagai label saja.
b. Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah angka yang diberikan dimana angka- angka tersebut mengandung
pengertian tingkatan. Skala nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah
ke tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidak memberikan nilai absolute terhadap objek, tetapi
hanya memberikan urutan (rangking) saja.[4]
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling memisah, kategori data
memiliki aturan yang logis, kategori data ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik
khusus yang dimilikinya. Contoh, urutan siswa di dalam kelas berdasarkan tinggi badan, mulai
dari paling tinggi ke rendah, siswa dengan badan tertinggi diberi urutan ke- 1, kemudian di
bawahnya diberi urutan ke- 2 dan seterusnya.
c. Skala Interval
Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal dan
skala ordinal. Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal
dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap.
Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu
atau obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angka-
angka yang dapat dipergunakan dalam operasi aritmatika, misalnya dijumlahkan atau
dikalikan. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistic parametric.
Contoh :
Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan, misalnya: Berapa kali Anda
melakukan kunjungan ke Jakarta dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka
angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan menggunakan interval 2.
d. Skala Rasio
Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini memiliki nol
mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang, kecepatan dan
berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita dapat menginterpretasikan
perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m, kendaraan yang melaju denagn kecepatan
60 km/ jam adalah dua kali lebih cepat dibanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam.
Contoh lain, Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan
berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, Pendidikan
dan Sosial antara lain adalah :
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutmya disebut sebagai variable penelitian.
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel.[5] Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat favorable (positif)
bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta
memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan.

Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai sangat negatif, yag beupa kata-kata antara lain :
a. Sangat Setuju, b. Setuju, c. Ragu-ragu, d. Tidak Setuju, e. Sangat Tidak setuju
b.Sangat Baik, b. Baik, c. Ragu-ragu, d. Tidak Baik, e. Sangat Tidak Baik
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), ragu-ragu (3), tidak setuju/baik (2),
sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2), ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik
(4), sangat tidak setuju/ baik (5).

Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat


dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh Bentuk Cheklist
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat Anda, dengan cara
memberi tanda (X) pada kolom yang tersedia

SS : Sangat setuju
S : Setuju
RG : Ragu- Ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh Soal Pilihan Ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut sesuai dengan pendapat anda, dengan
cara memberi tanda lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
1. Pelibatan masyarakat bukan hanya memotivasi, tetapi aktif dalam menghimpun dana,
tenaga, dan materi guna menunjang mutu pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju

2. Masyararakat melakukan fungsi control dalam pelaksanaan pendidikan.


a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
3. Masyarakat bersifat proaktif dalam mengembangkan pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju[6]
Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang
berbeda- beda. Untuk jawaban diatas “Sangat Tidak Setuju” diletakkan pada jawaban nomor
pertama. Untuk item selanjutnya jawaban “Sangat Tidak Setuju”dapat diletakkan pada jawaban
nomor akhir.
2. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang
berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya.
SkalaGuttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu yang variable yang multidimensi.
SkalaGuttman disebut juga skala Scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan. Peneliti
tentang kesatuan dimensi dari sifat atau sikap yang teliti yang sering disebut dengan atribut
universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis
untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan
sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap
pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten.
Misalnya : Yakin – Tidak Yakin, Ya- Tidak, Benar- Salah ; Positif – Negatif, pernah – Belum pernah ;
Setuju- Tidak Setuju dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang
berbeda). Oerbedaan skala likert dengan skala guttman ialah kalau skala likert terdapat jarak
(interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu dari sangat benar (SB) sampai denagn Sangat Tidak Benar
(STB), sedangkan dalam skala Guttma hanya ada dua interval, yaitu : Benar (B) dan Salah (S).
Contoh :
Yakin atau tidakkah anda, pergantian Presiden akan dapat mengatasi persoalan bangsa :
a. Yakin
b. Tidak
Apakah komentar saudara, jika GUsdur turun dari kepresidenan ?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
Pernahkah direktur saudara mengajak makan bersama ?
a. Pernah
b. Tidak Pernah
Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk pilihan ganda dan juga bisa dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1) dan skor terendah
(0). Misalnya : untuk jawaban benar (1) dan salah (0). Analisis dilakukan seperti pada
skala Likert.
Contoh :
Saudara punya orang tua ?
a. Ya
b. Tidak
Saudara sudah menikah ?
c. Sudah
d. Belum
Anda punya Kartu Pokok Wajib Pajak ?
a. Punya
b. Tidak[7]

3. Skala Penilaian (Rating scale)


Skala rating umumnya melibatkan penilaian tingkah laku atau performa seseorang yang
hendak diteliti. Dalam skala rating ini, seolah- olah penilai diminta oleh peneliti untuk
menempatkan seseorang yang dinilai pada beberapa titik yang telah disusun secara berurutan
atau dalam kategori yang menggambarkan tingkah laku seseorang tersebut.
Pada skala rating ini, penilai atau reater diasumsikan bahwa mereka adalah orang- orang
yang mengetahui benar tentang tingkah laku individual tersebut. Ada beberapa tipe skala rating
yang banyak digunakan sebagai skala pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat
dikelompokkan sebagai skala rating individual dan skala rating kelompok. Dilihat dari cara
menggambarkannya, skala rating juga dapat dibedakan menjadi skala grafik dan skala kategori.
Berikut contoh dari skala grafik :
Skala grafik merupakan skala rating yang memberikan kesempatan kepada para penilai
dengan secara mudah memberikan tanda check ( ) pada titik- titik yang tepat pada garis yang
menunjukkan tentang tingkah laku.

Aspek Tingkah Laku Rendah Sedang Tinggi


Penampilan Pribadi
Ketrampilan
Berkomunikasi
Adaptasi dengan
Lingkungan sosial
Bekerja secara
Kelompok
Bekerja secara
Mandiri

Untuk skala kategori, peneliti hendak melakukan penilaian kreativitas seorang siswa.
Item kategorinya mungkin dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Untuk item pertanyaan, sebagai contohnya :
Bagamanakah kreativitas siswa dalam proses belajar di kelas ?
Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sangat tidak kreatif
Jika item kategorinya adalah pernyataan, maka bentuk item kategori dapat seperti berikut :
Kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas dapat dikelompokkan sebagai
siswa,
Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sangat tidak kreatif .[8]

4. Skala perbedaan Semantik (Semantic Defential)


Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini
juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda
maupunchecklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat
positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di
bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala
ini digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

Contoh :
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan
kepala sekolah

Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak Bersahabat


Tepat janji 5 4 3 2 1 Lupa Janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Mmpercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif samapai dengan
negative. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai. Responden yang
memberi penilaian dengan angka 5, berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu
sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada angka 3, berarti netral, dan bila memberi
jawaban pada angka 1, maka persepsi responden terhadap kepala Sekolah sangat negative.[9]
IV.ANALISIS
Data kualitatif yang biasanya berupa masalah sosial dan psikologis sering memerlukan
semacam pengukuran variable- variable. Karena tidak dapat dipungkiri hasil penelitian
dianggap lebih mantap bila melalui proses penelitian yang melibatkan perhitungan secara
kuantitatif. Untuk itu aspek- aspek sosial dan psikologis seperti sifat, sikap, nilai- nilai
diusahakan dinyatakan denagn angka- angka, sehingga dapat dioalah dengan statistik.
Menggunakan metode kualitatif yang mana menggunakan wawancara sebagai
instrument, karena metode kualitatif lebih menekankan pada analisis yang mendalam tentang
suatu masalah, akan tetapi apabila dirasa kurang mantap dan kurang terpercaya, si peneliti juga
bisa mengukur data yaitu dengan menggunakan skala pengukuran. Karena tidak dapat
dipungkiri akhir- akhir ini hasil penelitian dianggap benar apabila sudah dibuktikan secara
empiris, yaitu dengan menggunakan perhitungan statistika. Datanya akan lebih akurat, dan kita
bisa lebih tahu antara variabel satu dengan variabel satunya saling berhubungan ataukah
tidak.
Dapat digunakan istilah “mengkualitatifkan kuantitatif”, data kuantitatif yang berupa
penghitungan statistic pun lebih mudah dan lebih valid. Dalam pengaplikasian skala
pengukuran dalam penelitian itu sendiri, kita tidak mungkin hanya membuat instrument
penelitiannya saja tanpa tahu hasil dari penelitian tersebut. Contohnya, kita telah menyebar
angket, dalam menyebar angket tersebut kita menggunakan skala pengukuran misalnya skala
likert, skala gutmaan tergantung dari si peneliti cenderung ingin menggunakan skala yang
mana. Pernyataan Nazir, 2009 serta Good dan Hatt, 1952 bahwa Teknik membuat skala, adalah
cara mengubah fakta- fakta kualitatif tyang melekat pada objek atau subjek penelitian menjadi
kuantitatif.

V.KESIMPULAN
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yanga digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut
jika digunakan akan menghasilkan data kuantitatif. Maksud dari skala pengukuran ini untuk
mengklasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam
menentukan analisis data dan langkah penelitian selanjutnya.
Macam- macam skala pengukuran dapat berupa : Skala nominal, Skala Ordinal, Skala
interval, dan Skala rasio. Juga terdapat skala yang diterapkan dalam penelitian pendidikan
khususnya maupun pendidikan tingkah laku khususnya yaitu Skala Likert, skala Guttman,
Rating Scale dan Semantic Different.
VI.PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga
makalah ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya dan pemakalah
pada khususnya, Amin.

DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Moh, Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia, 2005
Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian. Bandung: ALFABETA. 2009
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan. Bandung :CV. ALFABETA. 2009
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :PT. Bumi Aksara. 2011
Suprananto,Kusaeri, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta:GRAHA ILMU. 2012.
http://nadhirin.blogspot.com/2010/01/membuat-skala-pengukuran-instrumen.html
(16- 04- 2013), 14.30

[1] Kusaeri Suprananto, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta


:GRAHA ILMU, 2012), Hlm.4
[2] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, (Bandung :CV. ALFABETA, 2009),
Hlm. 134
[3] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, (Bandung: ALVABETA, 2009),
Hlm. 6
[4] Moh, Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), Hlm. 130
[5] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, Hlm. 134- 135
[6] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitiani, Hlm.15-16
[7] Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, Hlm. 17- 18
[8]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2011) ,
Hlm. 152- 153
[9] Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, Hlm. 140- 141

Anda mungkin juga menyukai