Anda di halaman 1dari 25

PENGUKURAN DAN PENYUSUNAN SKALA

A. PENGERTIAN ALAT UKUR DAN SKALA


1. Alat Ukur

Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya


memahami masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan
manusia, keterbatasan manusia untuk memahami permasalahan
tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari hari
secara sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi
dasar yang kuat bagi pemahaman terhadap satu permasalahan
(Uhar, 2012:94).
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variable yang diteliti. Dengan demikian imliah instrument yang
akan digunakan untuk penelitian tergangung pada jumlah
variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka instrumennya
lima.
Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument harus
mempunyai skala (Sugiyono, 2012:92).
2. Skala pengukuran
Skala merupakan perbandingan antar kategori dimana masing- masing
ketegori diberi bobot nilai yang berbeda. Sedangkan Pengukuran merupakan
cabang ilmu statistika terapan yang bertujuan untuk membangun dasar- dasar
pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang
berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Reynolds, et al. (2010:3)
mendefinisikan pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu
bilangan yang mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut atau tingkah laku.
Azwar (2010:3) mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian
angka (kuantifikasi) terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum.
Dengan demikian secara sederhana pengukuran dapat dikatakan sebagai suatu
prosedur membandingkan antara atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya.
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan
data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagi instrumen
untuk mengukur berat emas, disebut dengan skala miligram (mg) dan kan
menghasilkan data kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila digunakan untuk
mengukur; meteran dibuat untuk mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan
akan menghasilkan data kuantitatif panjang dengan satuan mm.
B. PERANAN DAN PENGUKURAN

Dengan pengukuran dapat dihitung pengaruh variabe satu terhadap


yang lain
1. Memberikan data kuantitatif yang dapat diolah dengan statistik,
pengumpulan data dapat melalui observasi, angket ( kuesioner ),
wawancara
dituangkan dalam bentuk angka
diolah
dengan statistik
2. Dapat diuji hipotesis-hipotesis serta teori yang mendasari
dengan mencari korelari ( cara ampuh ).
3. Dapat diketahuiperbedaan hingga manakah suatu sifat, nilai,
sikap dimiliki oleh individu atau kelompok.

C. BERBAGAI ALAT UKUR DAN SKALA YANG DIGUNAKAN


ALAT UKUR
1. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan pada orang
lain dengan tujuan agar orang yang diberi bersedia memberikan
respon yang sesuai. Angket dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Angket terbuka, adalah angket yang disajikan dalam bentuk
isian. Tentunya disertai dengan pertanyaan.
b. Angket tertutup, adalah angket yang disajikan dalam bentuk
sederhana, yang mana responden tinggal membri tanda
centang pada kolom yang disediakan terhadapa jawaban yang
sesuai dengannya. Biasanya dalam bentuk multipelchoise.
c. Campuran, Disamping dari kedua ini ada combinasi dari dua
jenis angket di atas.
2. Daftar cocok (Checlist)
Ini hampir sama dengan angket tertutp, karena hanya tinggal
member tanda pada tes yang diberikan terhadap jawaban
keadaan kita. Bedanya dengan angket, checklist dibuat sedikit
lebih sederhana.
3. Skala
Skala menunjuk pada sebuah instrument pengumpul data yang
bentuknya seperti daftar cocok tapi alternative yang disediakan
merupakan sesuatu yang berjenjang. Skala banyak digunakan
untuk mengukur aspek-aspek kpribadian atau kejiwaan.
Jenis Instrument Penelitian
1. Tes
Tes yaitu suatu alat ukur yang diberikan kepada individu untuk
mendapatkan jawaban-jawaban, baik secara tertulis maupun
lisan. Sehingga dapat mengetahui kemampuan individu yang
bersangkutan.
2. Kuesioner

Instrument penelitian dalam bentuk pertanyaan yang biasanya


dimaksudkan untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan
pendapat, aspirasi, prespsi, keinginan, keyakinan, dll secara
tertulis. Dan apabila dilakuakan dengan menggunakan lisan
maka disebut wawancara. Untuk lebik baiknya ini digabungkan,
antara liasan dan tilisan untuk memperkuat data.
3. Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai/keyakinan, sikap dan
hal-hal yang berkaitan dengan personological.

Cara Menyusun Instrumen


Cara menyusun instrumen yaitu bertolak dari variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel tersebut
diberikan definisi operasionalnya, selanjutnya ditentukan indikator
yang akan diukur. Indikator ini dijabarkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan
instrumrn, maka perlu digunakan matrik pengembangan instrumen
atau kisi-kisi instrumen.
Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang Dikembangkan
Contoh judul penelitian dan instrumen yang dikembangkan yaitu:
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH
Instrumennya yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur variabel situasi kepemimpinan
3. Istrumen untuk mengukur variabel iklim kerja organisasi.

SKALA
a. Skala Nominal
Skala Nominal yaitu skala yang paling sederhana disusun
menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya
sebagai simbol untuk membedakan sebuah karakteristk
dengan karakteristik lainnya. Skala nominal memberikan
suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang atau
objek ke dalam kategori, kelas atau klasifikasi.
Adapun ciri-ciri dari sekala nominal adalah:
a)
Kategori
data
bersifat mutually
exclusive (saling
memisah).
b)
Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa
sembarang), Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan

pecahan, Angka yang tertera hanya lebel semata.Tidak


mempunyai ukuran baru, Dan tidak mempunyai nol mutlak.
Contoh : - Jenis Kulit : 1. Hitam, 2. Putih, 3.Kuning. Agka 1,2,3
hanya sebagai label saja.
b. Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah angka yang diberikan dimana angkaangka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Skala
nominal digunakan untuk mengurutkan objek dari yang
terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Skala ini tidak
memberikan nilai absolute terhadap objek, tetapi hanya
memberikan urutan (rangking) saja.[4]
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data
saling memisah, kategori data memiliki aturan yang logis,
kategori
data
ditentukan
skala
berdasarkan
jumlah
karakteristik khusus yang dimilikinya. Contoh, urutan siswa di
dalam kelas berdasarkan tinggi badan, mulai dari paling tinggi
ke rendah, siswa dengan badan tertinggi diberi urutan ke- 1,
kemudian di bawahnya diberi urutan ke- 2 dan seterusnya.
c. Skala Interval
Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih
dibandingkan dengan skala nominal dan skala ordinal. Skala
interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh
skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain,
yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian
peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik
antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Skala
pengukuran interval benar-benar merupakan angka. Angkaangka yang dapat dipergunakan dalam operasi aritmatika,
misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk melakukan
analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistic
parametric.
Contoh :
Jawaban pertanyaan menyangkut frekuensi dalam pertanyaan,
misalnya: Berapa kali Anda melakukan kunjungan ke Jakarta
dalam satu bulan? Jawaban: 1 kali, 3 kali, dan 5 kali. Maka
angka-angka 1,3, dan 5 merupakan angka sebenarnya dengan
menggunakan interval 2.
d. Skala Rasio
Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala
interval, tetapi skala ini memiliki nol mutlak yang dapat
menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang,
kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui
skala ini kita dapat menginterpretasikan perbandingan antar
skor.
Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi
dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m,
kendaraan yang melaju denagn kecepatan 60 km/ jam adalah

dua kali lebih cepat dibanding kendaraan dengan kecepatan


30 km/ jam. Contoh lain, Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya
70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama
dengan 1 dibanding 2.
Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian
Administrasi, Pendidikan dan Sosial antara lain adalah :
a. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena
sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutmya disebut sebagai variable penelitian. Dengan skala
Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel.[5] Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang
dapat berupa pernyataan atau pertanyaan, baik bersifat
favorable (positif) bersifat bersifat unfavorable (negatif).
Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan
oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa
pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta
memberikan pilihan jawaban atau respons dalam skala ukur
yang
telah
disediakan.
Jawaban setiap item instrumen yang mengunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif,
yang berupa kata-kata antara lain :
a. Sangat Setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
Sistem penilaian dalam skala Likert adalah sebagai berikut:
Item Favorable: sangat setuju/baik (5), setuju/baik (4), raguragu (3), tidak setuju/baik (2), sangat tidak setuju/baik (1)
Item Unfavorable: sangat setuju/ baik (1), setuju/ baik (2),
ragu-ragu (3), tidak setuju/ baik (4), sangat tidak setuju/ baik
(5).
Insrtumen penelitian yang menggunakan skala Likert dapat
dibuat
dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
Contoh Bentuk Cheklist
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan pendapat
Anda, dengan cara memberi tanda (X) pada kolom yang
tersedia

SS
S
RG
TS
STS

: Sangat setuju
: Setuju
: Ragu- Ragu
: Tidak Setuju
: Sangat Tidak Setuju

contoh soal pilihan ganda


Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut
sesuai dengan pendapat anda, dengan cara memberi tanda
lingkaran pada nomor jawaban yang tersedia.
1. Pelibatan masyarakat bukan hanya memotivasi, tetapi aktif
dalam menghimpun dana, tenaga, dan materi guna
menunjang mutu pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
2. Masyararakat melakukan fungsi control dalam pelaksanaan
pendidikan.
a. Sangat Setuju,
b. Setuju,
c. Ragu-ragu,
d. Tidak Setuju,
e. Sangat Tidak setuju
Dengan bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat
diletakkan pada tempat yang berbeda- beda. Untuk jawaban
diatas Sangat Tidak Setuju diletakkan pada jawaban nomor
pertama. Untuk item selanjutnya jawaban Sangat Tidak
Setujudapat diletakkan pada jawaban nomor akhir.
b. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Jika
seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih
berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang

berbobot lainnya. SkalaGuttman mengukur suatu dimensi


saja dari suatu yang variable yang multidimensi.
SkalaGuttman disebut juga skala Scalogram yang sangat
baik untuk meyakinkan. Peneliti tentang kesatuan dimensi
dari sifat atau sikap yang teliti yang sering disebut dengan
atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa
pertanyaan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat
sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak
terhadap pernyataan sikap tertentu dari sederetan
pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak
terhadap pernyataan berikutnya. Jadi skala Guttman ialah
skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
(tegas) dan konsisten.
Misalnya : Yakin Tidak Yakin, Ya- Tidak, Benar- Salah ;
Positif Negatif, pernah Belum pernah ; Setuju- Tidak
Setuju dan lain sebagainya.
Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau
ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda). Oerbedaan
skala likert dengan
skala guttman ialah
kalau
skala likert terdapat jarak (interval); 3, 4, 5, 6 atau 7 yaitu
dari sangat benar (SB) sampai denagn Sangat Tidak Benar
(STB), sedangkan dalam skala Guttma hanya ada dua
interval, yaitu : Benar (B) dan Salah (S).
Contoh :
1. Yakin atau tidakkah anda, pergantian Presiden akan
dapat mengatasi persoalan bangsa :
a.
Yakin
b.
Tidak
2. Apakah komentar saudara, jika GUsdur turun dari
kepresidenan ?
a.
Setuju
b.
Tidak Setuju
3. Pernahkah direktur saudara mengajak makan bersama ?
a.
Pernah
b.
Tidak Pernah
Skala Guttman disamping dapat dibuat bentuk
pilihan ganda dan juga bisa dibuat dalam bentuk checklist.
Jawaban responden dapat berupa skor tertinggi bernilai (1)
dan skor terendah (0). Misalnya : untuk jawaban benar (1)
dan salah (0). Analisis dilakukan seperti pada skala Likert.
Contoh :
1. Saudara punya orang tua ?
a. Ya
b. Tidak
2. Saudara sudah menikah ?
a. Sudah
b. Belum
c.
3 Anda punya Kartu Pokok Wajib Pajak ?

a. Punya
b. Tidak
c. Skala Penilaian (Rating scale)
Skala rating umumnya melibatkan penilaian tingkah
laku atau performa seseorang yang hendak diteliti. Dalam
skala rating ini, seolah- olah penilai diminta oleh peneliti
untuk menempatkan seseorang yang dinilai pada beberapa
titik yang telah disusun secara berurutan atau dalam
kategori yang menggambarkan tingkah laku seseorang
tersebut.
Pada skala rating ini, penilai atau reater diasumsikan
bahwa mereka adalah orang- orang yang mengetahui
benar tentang tingkah laku individual tersebut. Ada
beberapa tipe skala rating yang banyak digunakan sebagai
skala pengukuran dalam penelitian. Mereka dapat
dikelompokkan sebagai skala rating individual dan skala
rating kelompok. Dilihat dari cara menggambarkannya,
skala rating juga dapat dibedakan menjadi skala grafik dan
skala kategori. Berikut contoh dari skala grafik :
Skala
grafik
merupakan
skala
rating
yang
memberikan kesempatan kepada para penilai dengan
secara mudah memberikan tanda check () pada titik- titik
yang tepat pada garis yang menunjukkan tentang tingkah
laku.
Aspek
Tingkah Rendah
Laku
Penampilan Pribadi
Ketrampilan
Berkomunikasi
Adaptasi
dengan
Lingkungan sosial
Bekerja
secara
Kelompok
Bekerja
secara
Mandiri

Sedang

Tinggi

Untuk skala kategori, peneliti hendak melakukan


penilaian kreativitas seorang siswa. Item kategorinya
mungkin dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Untuk item pertanyaan, sebagai contohnya :
1. Bagamanakah kreativitas siswa dalam proses belajar di
kelas ?
-

Sangat kreatif
Kreatif
Tidak kreatif
Sangat tidak kreatif

Jika item kategorinya adalah pernyataan, maka bentuk


item kategori dapat seperti berikut :
2. Kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di
kelas dapat dikelompokkan sebagai siswa,
- Sangat kreatif
- Kreatif
- Tidak kreatif
- Sangat tidak kreatif .
4. Skala perbedaan Semantik (Semantic Defential)
Skala
pengukuran
yang
berbentuk
semantic
defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga
digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist,tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak
dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat
negatif terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data
yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu
yang dipunyai seseorang.
Contoh :
Mohon
diberi
nilai
gaya
kepemimpinan kepala sekolah
Bersahabat 5
4
3
2
1
Tidak
Bersahabat
Tepat
janji
5
4
3
2
1
Lupa
Janji
Bersaudara 5
4
3
2
1
Memus
uhi
Mmpercayai 5
4
3
2
1
Mendo
minasi
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang
jawaban yang positif samapai dengan negative. Hal ini
tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai.
Responden yang memberi penilaian dengan angka 5,
berarti persepsi responden terhadap Kepala Sekolah itu
sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban pada
angka 3, berarti netral, dan bila memberi jawaban pada
angka 1, maka persepsi responden terhadap kepala
Sekolah sangat negative.
D. STRATEGI
PENGUKURAN
KEPERAWATAN

YANG

DIGUNAKAN

DALAM

RISET

Penelitian dalam keperawatan menguji jenis fenomena yang


luas dan membutuhkan ketersediaan alat alat ukur yang luas pula.

Validitas dan reabilitas alat untuk mengukur fenomena sudah


berkembang sejak 1980.
Ilmu pengetahuan tentang metode pengukuran sangat
penting dalam pengembangan riset keperawatan, karena suatu
penelitian membutuhkan kritikan dari orang lain yang tidak hanya
mempunyai ilmu tentang teori pengukuran tapi juga pernyataan
dalam pengembangan pengukuran untuk menguji fenomena.
Pendekatan pengukuran yang umum digunakan dalam riset
keperawatan adalah pengukuran secara fisiologis, observasi,
wawancara, kuisioner, dan skala. Metode lainnya adalah Q
methodology, skala analog visual, teknik delphi, teknik proyeksi dan
diary.
I.

Pengukuran secara fisiologis


Penelitian keperawatan fisiologis sudah mengalami
kemunduran karena untuk melakukan penelitian membutuhkan
waktu dan biaya yang banyak, serta kurangnya informasi yang
adekuat untuk masalah praktek keperawatan dasar yang
merupakan studi keperawatan fisiologis. Untuk menentukan
pengukuran dalam penelitian keperawatan fisiologis pun sulit
seperti bagaimana mengukur perubahan dekubitus, apa criteria
untuk menentukan cara perawatan mulut yang efektif. Kreatifitas
dan perhatian yang teliti dibutuhkan untuk pengembangan
strategi pengukuran fisiologis. Beberapa pengukuran secara
fisiologis diperoleh melalui self-report, paper, dan skala pensil.
Data pada parameter fisiologis diperoleh menggunakan
observasi koleksi data dan rekaman skala atau indeks.
Pengukuran variable fisiologis dapat langsung maupun tidak
langsung, pengukuran langsung lebih valid. Seperti pengukuran
tekanan darah dengan spigmomanometer dan penggunaan
monitoring elektronik yang menggunakan sensor sebagai alat
ukur yang ditempatkan pada tubuh subjek.
Hal-hal
yang
harus
diperhatikan
dalam
memilih
pengukuran secara fisiologis untuk melakukan penelitian adalah:
Identifikasi variable yang relevan terhadap penelitian, apakah
variable membutuhkan pengukuran yang continue atau hanya
pada waktu itu saja, apakah pengukuran ulang diperlukan?
Membedakan bagaimana pengukuran variable pada penelitian
sebelumnya.

Tidak
ada
buku/artikel
yang
menyediakan
daftar pengukuran fisiologis. Sumber yang paling umum
digunakan adalah penelitian sebelumnya yang menggunakan
variable tersebut. Review literature atau meta-analisis
menyediakan daftar referensi untuk penelitian yang relevan.
Validitas dan reabilitas pengukuran secara fisiologis harus
dievaluasi.
Peneliti harus mempertimbangkan masalah yang
mungkin
dialami
dalam
menggunakan
pendekatan
pengukuran secara fisiologis. Factor yang penting adalah
sensitivitas pengukuran. Misalnya untuk mendapatkan data
perbandingan dari suatu subjek dengan subjek lainnya,
peneliti harus membedakan apakah aturan yang digunakan
relevan untuk populasi penelitian , apakah aturan untuk
kesehatan dewasa relevan pada anak-anak dengan penyakit
kronis, bagaimana pengukurannya?. Beberapa pengukuran
berbeda pada tiap individu dari waktu ke waktu walaupun
pada kondisi yang sama.
Aktivitas, emosi, intake makanan, atau postur bisa
mempengaruhi pengukuran secara fisiologis.
Beberapa strategi pengukuran membutuhkan peralatan
khusus yang mungkin telah tersedia ataupun dibeli oleh
peneliti, dan hal ini membutuhkan keahlian dalam
mengoperasikannya.
II.

Pengukuran secara observasi


Pengukuran secara observasi tidak sesederhana seperti
kedengarannya. Langkah pertama harus menentukan apa
yang akan diobservasi dan kemudian menentukan bagaimana
membedakan variable yang diobservasi pada sifat yang sama
dalam setiap kejadian. Observasi bertujuan agar lebih
subjektif
daripada
pengukuran
lain
dan merupakan
pendekatan yang banyak digunakan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dalam keperawatan untuk memperoleh
data.
Observasi yang tidak terstruktur
Berupa observasi secara spontan dan merekam apa
yang dilihat dengan prioritas perencanaan yang minim.
Walaupun observasi yang tidak terstruktur memberikan
kebebasan pada observer, ada resiko kehilangan
objektivitas dan adanya kemungkinan observer tidak bisa
mengingat semua peristiwa yang diobservasi secara detail.
Jika mungkin catatan diperlukan selama observasi
dilakukan, jika tidak peneliti perlu merekam kegiatan
observasi atau divideokan yang dapat digunakan untuk
pengujian secara ekstensive di kesempatan lanjut.

III.

Tipe observasi yang tidak terstruktur adalah


kronology., yaitu menggambarkan secara detail tingkah
laku individu dalam lingkungan hidupnya. Prosedur
observasi dirancang dalam suatu kronologi untuk
mengurangi efek keberadaan observer dilingkungan yang
sedang diobservasi.
Observasi terstruktur
Langkah pertama dalam pengukuran observasi
terstruktur adalah menentukan apa yang akan diobservasi;
bagaimana observasi dibuat, direkam, dan diberi kode.
1. System kategori
Kategori
observasi
seharusnyaSALING
menguntungkan, jika kategori overlap observer akan
dihadapkan dengan pembuatan keputusan sebagaimana
kategori seharusnya mengandung setiap tingkah laku
yang diobservasi dan koleksi data mungkin tidak
konsisten. Dalam beberapa system kategori hanya
tingkah laku yang menarik untuk direkam. Kebanyakan
system kategori menghendaki kesimpulan oleh observer
dari kejadian yang diobservasi sesuai kategori. Semakin
besar derajat kesimpulan yang diperlukan, semakin sulit
system kategori yang digunakan. Jumlah kategori yang
digunakan disesuaikan dengan penelitian, jumlah yang
optimal
untuk
memudahkan
penggunaan
dan
keefektifan dari observasi adalah 15-20 kategori.
2. Checklist
Merupakan suatu teknik indikasi apakah tingkah
laku terjadi atau tidak. Tanda checklist biasanya
diberikan pada pengumpulan data dimana setiap saat
tingkah laku diobservasi. Tingkah laku selain dari yang
telah ditandai diabaikan. Dalam beberapa penelitian
banyak tanda checklist diberikan pada kategori yang
berbeda disaat seseorang sedang melakukan observasi
pada kejadian tertentu.
3. Rating skala
Lebih cocok digunakan untuk observasi self report.

Wawancara
Wawancara adalah komunikasi verbal antara peneliti
dan subjek, dimana informasi disediakan oleh peneliti.
Wawancara banyak digunakan sebagai strategi pengukuran
pada setiap penelitian. Pertanyaan wawancara harus
dirancang secara hati-hati dan memerlukan keahlian. Banyak

buku yang dapat dijadikan referensi untuk petunjuk


wawancara.
1. Wawancara tidak terstruktur
Secara umum digunakan dalam penelitian kualitatif
dan deskriptif. Peneliti harus memahami bagaimana
mengatur rencana dan mengidentifikasi tingkah laku
subjek pada topic khusus. Dalam beberapa kasus tipe
wawancara seperti ini banyak digunakan sebagai langkah
pengembangan alat ukur yang lebih tepat pada penelitian
khusus. Wawancara dilakukan tanpa panduan khusus,
pertanyaan yang diajukan peneliti terhadap subjek mulai
dari yang bersifat umum dan isu-isu yang berkembang
dalam proses.
2. Wawancara terstruktur
Tipe wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman wawancara spesifik dan ada
sturkturnya. Pertanyaan wawancara harus sesuai dengan
pertanyaan yang telah dirancang dan pewawancaraBOLEH
mengulang pertanyaan jika subjek tidak mengerti atau
menerangkan dengan lebih detail pada subjek.
Pedoman wawancara terstruktur :
Merancang pertanyaan wawancara
- Hampir sama dengan merancang kuisioner
- Pertanyaan dikelompokkan berdasarkan topic.
- Data seperti umur, tingkat pendidikan, pendapatan,
dan informasi demografi lainnya dapat diperoleh dari
status
- Pertanyaan tergantung tingkat pendidikan subjek
- Pertanyaan yang diberikan mungkin ditafsirkan
berbeda pada tiap subjek, maka peneliti harus dapat
mengantisipasinya
- Setelah wawancara harus ada feedback
Pretesting protocol wawancara
Ketika protocol yang telah dikembangkan dengan
memuaskan, harus dilakukan test pilot pada subjek, sama
untuk setiap subjek yang akan diteliti. Peneliti diizinkan
untuk
mengidentifikasi
masalah
dalam
rancangan
pertanyaan atau prosedur perekaman respon, juga menilai
reliability dan validiti instrument wawancara.
Training wawancara
Pewawancara butuh keahlian untuk mengantisipasi situasi
dan pengembangan strategi wawancara yang baik.

Pendekatan yang baik utnuk melatih keahlian tersebut


ialah roleplay. Pewawancara harus belajar menciptakan
suasana yang nyaman sehingga menimbulkan respon
subjek
terhadap
topic
yang
diberikan.
Kosakata
pertanyaan, nada suara, kontak mata, dan posisi tubuh
mempengaruhi komunikasi.
Persiapan untuk wawancara
- Jika wawancara diperpanjang harus berdasarkan
persetujuan.
- Peneliti harus menepati persetujuan
- Pemilihan tempat untuk wawancara harus yang tenang,
privasi terjaga dan suasana lingkunagnnya nyaman
- Instruksi pada subjek disampaikan secara hati-hati

Probing
- Probing
digunakan
oleh
pewawancara
untuk
memperoleh
informasi
yang
lebih
spesifik.
Pewawancara
Perekaman data wawancara
Data
wawancara
bisaditulis
tangan
atau
menggunakan tape recorder
Jika menggunakan tape recorder harus seizin
subjek
- Jika ditulis tangan pewawancara harus ahli dalam
meringkas informasi
- Pencatatan data harus dilakukan tanpa gangguan yang
dapat mempengaruhi data
Keuntungan wawancara :
- Lebih fleksibel daripada teknik lainnya
- Keterampilan interpersonal dapat diterapkan dalam teknik
wawancara
- Respon yang diharapkan lebih tinggi daripada kuesioner
Kerugian wawancara :
Wawancara membutuhkan banyak waktu dan biaya
Ukuran sample yang digunakan biasanya terbatas
Wawancara pada anak-anak memerlukan pengertian
khusus untuk menyampaikan pertanyaan
IV.

Kuesioner

Kuesioner atau angket paling umum digunakan dalam


metode penelitian survey, saat peneliti mengajukan
pertanyaan atau pernyataan tertulis pada sekelompok subjek.
Pertanyaan yang diberikan dibuat secara konsisten dan dapat
mengurangi bias. Ukuran sample biasanya bisa lebih besar
daripada wawancara. Pada sebuah kuesioner peneliti
menyajikan alternatif pilihan atau kategori jawaban dengan
tidak menentukan mana yang salah atau benar. Kuesioner
sebagai alat pengumpul data penelitian dirumuskan dengan
criteria tertentu, jika tidak dirumuskan dengan jelas maka
tidak banyak manfaat penelitian dilihat dari tujuan dan
hipotesa yang akan diuji
Kuesioner sebagai alat pengumpul data disusun oleh
peneliti dengan keragaman tertentu.
1)
Jenis pertanyaan dalam kuesioner
Pertanyaan tentang fakta
Pertanyaan tentang pendapat
Pertanyaan persepsi
Pertanyaan informative
2)
Pola sajian kuesioner
- Dalam bentuk pernyataan
- Dalam bentuk pertanyaan atau tidak berstruktur
3)
Urutan pertanyaan
Tujuannya
adalah
agar
memungkinkan
peneliti
memperoleh data/keterangan objektif, memudahkan
pengolahan data, memudahkan responden mengisinya
4)
Mengatur pokok-pokok kuesioner
Criteria kuesioner yang baik secara umum adalah :
Dirumuskan secara singkat
Dapat dicerna isinya
Ditata dengan urutan yang logis
Jawaban yang diminta tidak bermakna ganda
Jawaban yang diminta tidak membingungkan
Tidak memuat unsur prasangka atau bias
Hanya untuk tujuan data penelitian
Mencakup semua variable penelitian
V.

Skala
Skala lebih cocok digunakan untuk mengukur suatu
fenomena dalam suatu penelitian. Pada umumnya skala
digunakan untuk mengukur variabel variabel psikososial.
Selain itu skala juga bisa digunakan untuk mengukur variabel
variabel fisiologis seperti nyeri, mual, kapasitas fungsional
dengan menggunakan teknik teknik tertentu.

Ada beberapa tipe skala yang akan dijelaskan disini antara


lain :
1.

2.

Rating skala
- Merupakan suatu daftar dari kategori-kategori suatu
variabel
- Nilai numerik ditetapkan untuk setiap kategori
- Rating skala ini biasanya digunakan oleh publik
( umum )
- Bisa digunakan untuk mengukur derajat/tingkat
kooperatif pasien
- Penilaian suatu subjek seperti interaksi antara
perawat dan klien
- Tipe skala ini digunakan dalam observasi dalam
pengumpulan data
Likert skala
- Dibuat untuk menunjukkan suatu opini atau sikap
subjek dan juga pernyataan-pernyataan yang akan
dimasukkan dalam skala.
- Versi dari skala ini terdiri dari 5 kategori. Nilai
ditempatkan pada tiap respon. Nilai 1 untuk respon
positif dan nilai 5 untuk respon negatif
- Respon
dalam
likert
skala
biasanya
berisi
persetujuan, evaluasi dan frekuensi.
- Persetujuan meliputi : pernyataan sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
- Respon evaluasi menanyakan kepada responden
apakah tingkat evaluasi meliputi baik atau buruk :
positif negatif atau sempurna buruk sekali
- Frekuensi : termasuk pernyataan kadang-kadang,
jarang, setiap waktu, biasanya
- Kadang- kadang pernyataan tidak tahu atau
netral
dari
responden
sering
menimbulkan
kontroversi apakah respon responden positif atau
negatif, karena penilaian mengarah pada respon
tersebut. Sehingga peneliti kadang kadang sering
menggunakan 4 option saja untuk menghilangkan
respon tidak tahu tersebut.
- Responden terkadang juga sering mengosongkan
option karena memang tidak mengetahui dan peneliti
biasanya membuat forced choice yaitu

3.

VI.

menyediakan jawaban khusus bagi responden di


sebelah kiri bagian yang kosong sebagai pengganti
respon :tidak tahu ini.
- Frekuensi bisa berupa kepercayaan, kegiatan yang
dijawab atau dilakukan responden untuk mengetahui
seberapa sering terjadi.
- Sebuah instrumen yang menggunakan skala likert ini
biasanya menggunakan 10-20 item.
- Nilai pada tiap item dijumlahkan menjadi skor
tunggal untuk tiap subjek.
Semantic differential
- Digunakan untuk mengukur sikap dan kepercayaan.
Terdiri dari 2 sifat yangSALING berlawanan
- Teknik ini bisa digunakan untuk membedakan tingkat
variasi sikap positif atau negatif dari suatu konsep
- Contoh;
- Panas . . . . . . dingin
- Manis . . . . . . pahit
- Pasif . . . . . . aktif
- Lemah . . . . . . kuat
- Pada semantik differensial nilai diberikan untuk tiap
jarak dari 1-7 dengan 1 untuk respon negatif dan 7
untuk respon positif
- Penempatan respon positif atau negatif di sebelah
kiri atau kanan sebaiknya diletakkan secara random
atau acak.
- Tiap baris terdiri dari satu skala dan nilai-nilai pada
skala dijumlahkan untuk mendapatkan 1 skor untuk
tiap subjek.
- Skor yang didapat menggambarkan respon subjek
untuk dasar analisa selanjutnya.

Metodologi Q
Metodologi Q adalah suatu teknik penilaian komparatif
( perbandingan ) yang dilihat secara subjektif. Penggunaannya
dengan menggunakan kartu-kartu pada tiap kategori yang
akan dinilai. Jumlah kartu sebaiknya berkisar antara 40-100
subjek yang dibuat dan disusun secara berkelompok. Biasanya
terdiri dari 7-10 kelompok. Kategori diurutkan dari yang
terpenting sampai yang tidak terlalu penting.
Metode Q ini biasanya digunakan untuk menentukan
prioritas yang terpenting termasuk dalam mengembangkan

skala. Biasanya digunakan untuk analisis data dan faktor.


Dapat juga digunakan untuk penelitian kebudayaan dan
menggunakan gambar.
Subjek dibatasi pada jumlah kartu yang ditempatkan
pada tiap kelompok. Sesuai tingkatannya akan didapatkan
suatu pola pada kurva normal. Subjek biasanya diberitahu
untuk memilih kartu yang diinginkan untuk diletakkan pada
kategori yang berbeda. Akan terlihat jumlah kartu terbanyak
biasanya pada kategori pertengahan sehingga akan tercapai
kepuasan.
VII.

Visual Analoque Scale


Skala ini digunakan untuk mengukur stimulus dalam
penelitian, untuk mengukur mood, kecemasan, perhatian,
kualitas tidur, kemampuan fungsional dan gejala-gejala klinis.
Stimulus yang akan diukur harus benar-benar dapat
dipahami sejelas-jelasnya oleh subjek. Skala dibuat dan
digunakan ketika subjek dalam posisi yang diinginkan dan
sama untuk tiap subjek misalnya duduk. Ini akan berpengaruh
pada skala misal jika pasien dalam posisi supine maka
persepsi yang diberikan tidak akan sama jika pasien duduk.
Contoh : pada pengukuran skala nyeri, mulai dari nyeri
sampai tidak nyeri sama sekali ( ada rentang nyeri dalam
skala itu )

VIII.

Penyeleksian Instrumen
Seleksi suatu instrumen dalam suatu penelitian untuk
mengukur variabel merupakan proses kritis dalam penelitian
tersebut. Metode penelitian harus tertutup sesuai definisi
variabel konseptual. Suatu penelitian dengan literatur yang
luas dapat mengidentifikasi suatu instrumen penelitian.
Reaksi awal dimulai ketika peneliti tidak memiliki
metode pengukuran yang cocok dan harus mengembangkan
peralatan yang ada untuk penelitian. Proses pengembangan
peralatan dengan menggunakan instrumen baru dalam suatu
penelitian tanpa evaluasi awal untuk validitas dan reabilitas
suatu penelitian tidak akan tercapai.
- Locating Existing Instrumen
Banyak referensi dari buku-buku tentang peralatan
pengukuran tentang beberapa instrumen khusus yang
digunakan dalam riset keperawatan. Sumber informasi
lainnya didapatkan dari mulut ke mulut para peneliti itu
sendiri, di mana sering informasi itu didapat sebelum

penelitian itu dipublikasikan, beberapa peneliti menjaga


akses
penelitiannya
baik
melalui
surat
kabar,
korespondensi, telepon, email dan buletin-buletin yang
terdapat di komputer. Peneliti dapat dengan mudah
mengakses data dengan cepat melalui media komunikasi
tersebut untuk validitas informasi yang disediakan oleh
Sigma Teta Tau Directory Of Nurse sehingga alamat dan
informasi keperawatan secara lengkap disimpan dalam
daftar peneliti keperawatan.
- Evaluating Existing Instrument
Diperlukan untuk memeriksa instrumen apa yang
paling cocok dan tepat dalam penelitian. Dalam
menyeleksi suatu instrumen perlu pertimbangan yang hatihati
bagaimana
instrumen
dikembangkan,
cara
mengukur dan bagaimana menggunakannya.
Pertanyaan yang diperlukan ketika memeriksa suatu
instrumen :
1. Apakah instrumen ini yang kita inginkan untuk
mengukur variabel penelitian Anda?
2. Instrumen inikah yang dapat merefleksikan variabel
dalam definisi konseptual penelitian Anda?
3. Apakah
populasi
sebelumnya
pada
penelitian
menggunakan instrumen yang sama?
4. Instrumen ini dibuat dengan baik?
5. Apakah tingkat reabilitasnya cocok dengan penelitian
Anda?
6. Bagaimana tingkat kesensitifan instrumen dalam
mengukur perbedaan yang kecil dalam suatu fenomena
yang diukur?
7. Proses apa saja yang dilakukan untuk mendapatkan,
mengelola dan menilai suatu instrumen?
8. Apa kemampuan yang Anda miliki untuk menggunakan
instrumen ini?
9. Bagaimana intrepretasi penilaian?
10.
Bagaimana waktu yang digunakan dan ditetapkan
untuk mengelola instrumen ini?
11.
Apa keterangan yang dihubungkan untuk validitas
suatu instrumen?
- Mengkaji Readibilitas Instrumen

Bagaimanapun suatu instrumen tidak akan dapat


digunakan dengan efektif jika subjek tidak dapat mengerti
item yang digunakan.
Menghitung reabilitas relatif mudah dan cepat dan bisa
dilihat dalam 20 menit. Banyak program untuk memproses
kata dan grammar dengan komputerisasi.
IX.

Constructing Scales
Untuk membentuk skala merupakan prosedur yang
kompleks. Ini memungkinkan perawat peneliti untuk
membawa prosedur pengembangan instrumen sebagai skala
prioritas untuk dikembangkan di dalam studi.
Ada beberapa teori dalam membentuk skala :
1)
Classical test theory
Proses yang digunakan dalam membentuk skala:
1.
Definisikan konsep
Suatu skala tidak bisa dibentuk untuk
mengukur konsep sehingga diperlukan definisi
konsep yang jelas sehingga item-item yang dibuat
dalam skala lebih mudah ditulis.
2.
Designe the Scale
Tiap item memerlukan penetapan yang jelas
dan ringkas dan memperlihatkan satu ide saja.
Jumlah item yang dibuat perlu menjadi pertimbangan
yang lebih luas daripada direncanakan untuk
pelengkap instrumen.
3.
Seek Item Review
Item yang dibuat harus dapat dikualifikasikan
untuk direview kembali. umpan balik dalam melihat
akurasi atau relevansi untuk tes yang spesifik akan
memperlihatkan bias dan reabilitas. Merevisi item
didasarkan juga pada kritik.
4.
Conduct Preliminary Item Tryouts
Hal ini dapat membantu menguji item dalam
jumlah subjek yang dibatasi secara representetatif
dalam populasi target. Melihat reaksi responden
selama dites, tidak ada sikap, merubah jawaban lain
yang kebingungan dengan item tertentu. Kemudian
dilanjutkan dengan wawancara untuk melihat sejauh
mana respon responden dan saran-saran untuk
perbaikan item.

5.

2)

Perform a field test


Pengaturan seluruh item dalam bentuk konsep
terakhir ke subjek sampel yang luas. Ukuran sampel
diperlukan untuk analisa statistik mengikuti jumlah
item. Biasanya digunakan 10 subjek untuk tiap item
6. Conduct Item Analysis
Tujuan analisa ini untuk mengidentifikasi
mana item yang secara internal sesuai dengan
skala dan membuang item-item yang tidak sesuai
dengan kriteria. Menganalisa item dengan program
komputer secara statistik menggunakan analisa
SPSS dan SPSS/PC
7.
Select Item to Retain
Berdasarkan jumlah item yang diinginkan
pada skala akhir maka item dengan nilai koefisien
yang tinggi dapat dipertahankan. Nilai kriteria untuk
setiap item bisa diset dan nilainya tetap dipakai.
8.
Conduct Validity Studies
Studi ini mengumpulkan data tambahan dari
sampel
yang
luas.
Hipotesa
perlu
untuk
menyamakan variasi-variasi pada kelompok yang
berbeda di nilai skala
9.
Evaluate the Reability of the Scale
Prosedur
statistik
perlu
dilihat
dalam
menentukan reabilitas skala. Analisa ini dapat
dilihat menggunakan pengumpulan data untuk
evaluasi validitas.
10. Compile Norms the Scale
Penentuan norma untuk mengatur skala untuk
sampel yang lebih luas diperoleh untuk macammacam kelompok yang mungkin. Banyak peneliti
meminta izin pada peneliti lainnya untuk
menggunakan skala mereka sesuai dengan kondisi
data
11. Publish the result of the Scale Development
Skala sering tidak dipublikasikan jumlah tahun
setelah pengembangan awal karena diperlukan
waktu yang panjang untuk validasi suatu instrumen.
Item Response Theory

3)

4)

X.

Teori ini diharapkan mendefenisikan konsep


dengan baik untuk operasional. Dengan memulai
menganalisis item, proses bertukar. Prosedur statistik
digunakan lebih teliti dan kompleks dibandingkan dengan
teori klasik. Setelah menyeleksi model yang cocok
didasarkan pada informasi yang didapat dari analisis
parameter item dihitung. Parameter ini digunakan untuk
menyeleksi item pada skala. Ini digunakan untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terselesaikan
dengan teori klasik.
Item bias terjadi ketika responden dari sub
populasi yang berbeda mempunyai jumlah ciri sedikii
yang sama , mempunyai probabilitas respon yang
berbeda terhadap item secara positif.
Multi dimentional scaling
Teori ini digunakan jika konsep operasional
bersifat abstrak dan terdiri dari dimensi yang beraneka
ragam
jenisnya.
Teknik
skala
yang
digunakan
memungkinkan
peneliti
untuk
menutupi
hidden
Struktur dalam pembuatannya. Prosedur ini digunakan
untuk memeriksa perbedaan stimulus yang berbeda pada
tiap orang, contoh perbedaan dalm persepsi cahaya atau
nyeri dapat ditentukan dalam skala ini.
Unfolding theory
Dalam teori ini subjek diminta untuk merespon item
dengan skala rating, kemudian mereka diminta untuk
membuat tingkat variasi respon yang berhubungan
dengan pilihan mereka.
Contoh :
Subjek diminta untuk memilih respon untuk item yang
diberikan kemudian mereka akan mengurutkan item
sesuai pilihan mereka dan pilihan subjek akan berbeda
hasilnya.

Translating Skala Pada Bahasa Lain


4 tipe translate yang bisa digunakan :
1. Pragmatic translation
Tujuan
pragmatic
translation
adalah
untuk
mengkomunikasikan secara akurat bahasa target dan
bahasa asal. Biasanya menggunakan instruksi translate
dari komputer.
2. Aestetik-poetik translation
Tujuan dari aestetic-poetic translation untuk menimbulkan
mood, perasaan dan sikap dari bahasa identik target
untuk ditimbulkan oleh materi asli.

3. Etnografic translation
Tujuan untuk mempertahankan arti dan kepuasan dari
suatu budaya. Translator harus familiar dengan 2 bahasa
dan budaya. Tipe ini lebih umum digunakan
4. Linguistik translation
Linguistik translation berusaha untuk menyediakan bentuk
gramatikal dengan pengertian yang sama.
Salah satu strategi untuk mentranslate skala adalah
translate dari bahasa original ke bahasa target kemudian
kembali diterjemahkan ke bahasa asli. Menggunakan
translater tidak sesulit menstranlet secara original. Mengikuti
prosedur ini pengaturan subjek 2 bahasa dan skor
menggunakan prosedur standar ICCS . Untuk sebuah item
dengan 2 bahasa bisa dibandingkan. Prosedur ini digunakan
untuk sampel dengan 2 bahasa. Ini juga ditujukan untuk 2
populasi yang ekuivalen .
XI.

Delphi Technique
Digunakan untuk mengukur pertimbangan/ keputusan
kelompok ahli, mengkaji prioritas dan membuat ramalan.
Menyajikan pengertian untuk mendapatkan opini dari suatu
varietas yang luas dari suatu negara untuk mendapatkan
feedback tanpa bertemu secara langsung.
Untuk mengimplementasikan teknik ini panel harus
diidentifikasi. Kuisioner dikembangkan pada topik perhatian.
Meskipun banyak respon terjadi dengan pertanyaan yang
bersifat tertutup biasanya kesempatan kuisioner untuk respon
terbuka oleh panelis. Kuisioner kembali ke peneliti dan
hasilnya diringkaskan.

XII.

Projektif Teknik
Cara ini didasarkan pada asumsi bahwa respon
individual tidak terstruktur oleh ambiguous situasi ,
merefleksikan sikap, karakteristik personal dan motif
individual. Teknik ini lebih banyak digunakan dalam psikologi
dan termasuk juga seperti teknik Rosshock inkblot tes,
machover draw a person test, role play dan teknik bermain.
Teknik merupakan pengukuran data secara tidak
langsung data tidak disukai terjadi secara langsung. Analisa
data dibuat tentang pengertian secara subjektif. Dengan
meningkatnya frekuensi penelitian interdisipliner mereka
menggunakan studi keperawatan bisa meningkat. Teknik ini
digunakan perawat dalam penelitian.

XIII.

DIARY

Topik yang penting untuk pengumpulan diary termasuk


hubungan pelayanan kesehatan , aktivitas perawatan diri
( frekuensi dan waktu), cara makan, latihan, perawatan
anggota keluarga di rumah. Meskipun diary dapat digunakan
untuk dewasa dapat juga digunakan untuk anak-anak. Diary
merupakan instrumen pengumpulan data secara tertutup.
Masalah yang berhubungan dengan metode diary adalah
biaya, kerjasama subjek, kualitas data dan kompleksitas
analisis data. Biaya termasuk waktu wawancara, surat dan
telepon.

DAFTAR PUSTAKA
Churchill, Gilbert A. 2005. Dasar-Dasar Riset Pemasaran, Edisi 4, Jilid I,
Alih Bahasa Oleh Andriani, Dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Kusaeri Suprananto, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta
:GRAHA ILMU, 2012), Hlm.4
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, (Bandung :CV. ALFABETA, 2009),
Hlm. 134
Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, (Bandung: ALVABETA,
2009), Hlm. 6

Moh, Nazir, Metode Penelitian, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), Hlm. 130
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, Hlm. 134- 135
Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitiani, Hlm.15-16
Riduwan, Skala Pengukuran Dalam Penelitian, Hlm. 17- 18
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta :PT. Bumi Aksara, 2011)
, Hlm. 152- 153
Sugiyono, Metode Penelitan Pendidikan, Hlm. 140- 141

Anda mungkin juga menyukai