Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GASTRO ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
DI RUANG CAMAR RSD IDAMAN BANJARBARU

Tanggal 06 – 11 Mei 2019

Oleh:
SUCI MARTHA APRILIA, S.Kep
NIM. 1830913320044

PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Suci Martha Aprilia, S.Kep

NIM : 1830913320044

JUDUL LP : - Laporan Pendahuluan Gartro Eshopageal Reflux Disease


- Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gartro
Eshopageal Reflux Disease (GERD) di ruang Camar RSD
Idaman Banjarbaru
- Resume Pasien di Ruang Camar RSD Idaman Banjarbaru

Banjarbaru, Mei 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Hasby Pri Choiruna, S.Kep, Ns,M.Kep Agus Setiyawan, S.Kep., Ns


NIK. 19911108 201808 109001 NIP.19740817 199303 1 003
GASTRO ESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)
Definisi Etiologi
Refluks gastroesofagus suatu keadaan patologis 1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
masuknya isi lambung ke esofagus yang terjadi 3. Ketahanan epitel esofagus menurun
secara intermiten. Pada orang normal, refluks ini 4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu pH <2, adanya pepsin, garam empedu, HCL
terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan. 5. Kelainan pada lambung
Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya 6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
kontraksi peristaltik primer, isi lambung yang 7. Non acid reflux (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan
mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke 9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang
lambung. bertentangan dengan fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik (seperti
beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat
10. Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan

Penatalaksanaan
a. Tahap I
Klasifikasi: Bertujuan untuk mengurangi refluks,
1. Kalsifikasi Los Angeles menetralisasi bahan refluks, memperbaiki barier
2. The Genval Workshop anti refluks dan mempercepat proses
Report pembersihan esofagus
b. Tahap II
1. Obat prokinetik yang bersifat mempercepat
peristaltik dan meninggalkan tekanan SEB
2. Obat anti sekretorik untuk mengurangi
keasaman lambung dan menurunkan jumlah
sekresi asam lambung
3. Obat pelindung mukosa seperti Sucralfate
Komplikasi Manifestasi klinis 4. Antasida
Komplikasi GERD antara lain : 1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di
1. Esofagus barret, yaitu perubahan epitel skuamosa daerah retrosternal. Gejala heartburn
menjadi kolumner metaplastik. adalah gejala tersering.
2. Esofagitis ulserati 2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana Pemeriksaan penunjang
material lambung terasa di faring. a. Endoscopi saluran cerna bagian atas
3. Perdarahan
Kemudian mulut terasa asam dan b. Esofagografi dengan barium
4. Striktur esophagus pahit. c. Pemantauan PH 24 jam
5. Aspirasi (Asroel, 2002). 3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena
komplikasi berupa striktur (Yusuf,
2009)
Obat-obatan, hormonal, Pengosongan lambung obesitas
pendeknya LES, infeksi Hernia hiatus lambat, dilatasi lambung
PATHWAY H.Pilori dan corpus
pdominalis gastritis

Bagian dari lambung atas Tekanan intra


yang terhubung dengan Transien LES abdominal
Kekuatan lower esopageal esofagus akan mendorong reluksation meningkat
Spincter (LES) menurun keatas melalui diafragma

Gangguan disfagia Penurunan tekanan


menelan penghambat refluks

Respon peradangan lokal Refluks gastroesofageal Respon Psikologis Kecemasan

Bertambahnya waktu dan Kerusakan Refluks esofagus Sampai mulut


frekuensi kontak mukosa mukosa ke jalan nafas
esofagus dengan asam esofagus

Risiko aspirasi / Rasa asam dan Material lambung


tersedak pahit dimulut terasa di faring
Metaplasia Endotel Sensasi terbakar
didaerah retrosternal
Mual, muntah dan
Bersihan jalan anoreksia
PK : Ulkus esofagus dan nafas tidak efektif
Keganasan esofagus Nyeri Akut

ketidakseimbangan Intake nutrisi tidak


nutrisi kurang dari adekuat, kehilangan Kekurangan
kebutuhan tubuh cairan dan elektrolit volume cairan
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GASTRO
ESOFAGEAL REFLUX DISEASE

Diagnosa Keperawatan
1. Risiko aspirasi dengan faktor risiko hambatan
Pengkajian menelan, penurunan refluks laring dan glotis,
a. Identitas: nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, alamat,
terhadap cairan refluks
nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
medis
pemasukan yang kurang, mual dan muntah /
b. Keluhan utama : awitan, durasi, kualitas dan karakteristik,
pengeluaran yang berlebihan
lokasi, faktor percetus dan manifestasi yang berhubungan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Riwayat penyakit dahulu : penyakit gastrointestinal lain,
tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
obat-obatan yang mempengaruhi asam lambung,
muntah
alergi/reaksi respon imun
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi lapisan
d. Riwayat kesehatan keluarga
esofagus
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Risiko aspirasi dengan faktor NOC NIC
risiko hambatan menelan, Status pernafasan (556) Manajemen jalan nafas (186)
penurunan refluks laring dan - Frekuensi pernafasan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
glotis, terhadap cairan refluks - Irama pernafasan 2. Lakukan terapi dada sebagaimana mestinya
- Kedalaman inspirasi 3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, dan batuk
- Suara auskultasi nafas 4. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
- Kepatenan jalan nafas efektif
- Volume tidal 5. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Status pernafasan ; kepatenan jalan nafas (558) Pencegahan aspirasi (270)
- Kemampuan untuk mengeluarkan sekret 1. Monitor tingkat kesadaran, refleks batuk, gangguan
- Ketakutan refleks, gangguan menelan
- Tersedak 2. Pertehankan kepatenan jalan nafas
- Suara nafas tambahan 3. Monitor status pernafasan
- Batuk 4. Beri makanan dalam jumlah sedikit
- dispniu 5. Potong makanan menjadi potongan kecil-kecil
2 Kekurangan volume cairan NOC: NIC:
berhubungan dengan - Fluid balance Fluid Management:
pemasukan yang kurang, mual Kriteria Hasil: - Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
dan muntah / pengeluaran - Mempertahankan urine output sesusai dengan - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
yang berlebihan usia dan BB, BJ urine normal, HT Normal - Monitor status hidrasi, kelembaban membrane mukosa,
- TD, nadi, suhu, dalam batas normal nadi adekuat, tekanan darah ortostatik jika diperlukan
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas - Monitor vital sign
turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak - Monitor masukkan makanan/ cairan dan hitung intake
ada rasa haus yang berlebihan kalori harian
- Kolaborasi pemberian cairan IV
- Monitor status nutrisi
- Berikan cairan IV pada suhu ruangan
- Dorong masukan oral
- Berikan penggantian nasogastrik sesuai otput
- Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
- Tawarkan snack
- Kolaborasi dengan dokter
- Atur kemungkinan transfuse
- Persiapan untuk transfuse

Hipovolemi Management:
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Pelihara IV line
- Montor tingkat Hb dan hematokrit
- Monitor TTV
- Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
- Monitor BB
- Dorong pasien untuk menambah intake oral.
3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:
kurang dari kebutuhan tubuh - Nutritional status: food and fluid intake Nutrition Management:
- Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil: - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
- Adanya peningkatan BB sesaui dengan tujuan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- BB ideal sesusai dengan TB - Yakinkan diet yang dimakan mengandung banyak serat
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi untuk mencegah konstipasi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
- Menunjukkan pengingkatan fungsi pengecapan harian
dari menelan - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti. - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
Nutrition Monitoring:
- BB dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papilla, lidah
dan cavitas oral
4. Nyeri akut berhubungan NOC: Pain level, pain control, comfort level NIC:
dengan inflamasi lapisan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pain Management
esofagus. (1x60 menit) nyeri klien akan berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian lengkap pada nyeri termasuk
kriteria hasil klien akan: lokasi, sifat, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetusnya.
frekuensi, dan hal yang memperberat 2. Kaji isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
nyeri) pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi dengan
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab efektif
nyeri, mampu menggunakan teknik 3. Pastikan pasien mendapatkan pengobatan analgesik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan respon
dengan menggunakan manajemen nyeri penerimaan pasien terhadap nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 5. Gali kepercayaan dan pengetahuan klien tentang nyeri
berkurang NIC : Pemberian Analgesik
- 1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
2. Tentukan pilihan analgesic dari tipe dan beratnya nyeri.
3. Berikan analgesik sesuai anjuran dokter.
- mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
- Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
- Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
- Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di waktu
luang
- Bantu klien atau keluarga mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktifitas
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
- Bantu pasien mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
5 Bersihan jalan nafas tidak  NOC: NIC:
efektif berhubungan dengan Respiratory Status : Airway Patency Monitor pernafasan
refluks cairan ke laring dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
tenggorokan menit diharapkan mampu mempertahankan respirasi
kebersihan jalan nafas dengan kriteria: 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan
1) Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan
pernafasan rentang normal, tidak ada suara intercostal
nafas abnormal) 3. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes
4. Auskultasi suara nafas
5. Buka jalan nafas dengan menggunakan manuever
chinlift atau jawtrust
Airway management
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilsi
2) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
3) Keluarkan secret dengan suction
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr.Arisman. 2014.Obesitas,Diabetes Melitus,dan Dislipidemia.Jakarta :EGC


2. Ester, Monica. 2005. KlienGangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
3. Dr.M.N.Bustan. 2007 .Epidemiologi Penyaki Tidak Menular- Cet.2. Jakarta
:Rineka Cipta
4. Hardi & Amin. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC
NOC. Yogyakarta: Media Hardi
5. Ningsih, Endang Sri P. 2012. Handout Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus. –
6. Rumahorbo, Hutma. 1997. AsuhanKeperawatan Klien Dengan Sistem Endokrin.
Jakarta: Penerbit Buku KEdokteran EGC.
7. -----------------. 2006. Diebetes Melitus: Gangren, Ulcer, Infeksi, Mengenal
Tanda dan Gejala, Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka
Populer Obor..

Anda mungkin juga menyukai