Anda di halaman 1dari 3

BAB 6

Research Design

Studi Eksploratif
Dilakukan jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada
informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip diselesaikan di masa
lalu
Studi Deskriptif
Dilakukan untuk mengetahui dan mampu menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu
situasi.

A. Strategi Penelitian
Dalam pembahasan ini, akan menjelaskan strategi penelitian yang berupa eksperimen, survei,
observasi, studi kasus, teori dasar, dan penelitian tindakan.

1. Eksperimen
Eksperimen biasanya berhubungan dengan penelitian deduktif dan pendekatan ilmiah atau
hipotesis-deduktif untuk penelitian. Desain eksperimen sering kali digunakan untuk menemukan hubungan
kausal. Seperti yang diperkirakan, desain eksperimen kurang berguna untuk banyak – studi eksploratif atau
deskriptif – pertanyaan bisnis dan manajemen lainnya.

2. Penelitian Survei
Survei adalah sebuah sistem untuk mengumpulkan informasi dari atau tentang orang-orang untuk
mendeskripsikan, membandingkan, atau menjelaskan pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka
(Fink,2003). Strategi survei membuat peneliti dapat mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif untuk
banyak jenis pertanyaan penelitian. Tentu, survei digunakan dalam penelitian eksploratif, deskriptif, dan
kausal untuk mengumpulkan data tentang orang, kejadian, atau situasi. Sebagai contoh, dalam konteks
bisnis, survei sering kali dilakukan pada subjek pengambilan keputusan konsumen, kepuasan konsumen,
kepuasan kerja, penggunaan layanan kesehatan, sistem informasi, dan lainnya.

3. Observasi
Strategi yang berguna untuk mengumpulkan data pada tindakan dan perilaku orang-orang adalah
observasi. Observasi termasuk datang ke lingkungan alami dari orang-orang, melihat apa yang mereka
kerjakan, menganalisis, dan menginterpretasikan apa yang seseorang lihat. Observasi didefinisikan sebagai
pengamatan; pencatatan; analisis; dan interpretasi perilaku, tindakan, atau kejadian yang terencana.
Terkadang observasi diberi label yang lebih luas untuk melibatkan penggunaan metode lain seperti
wawancara.

4. Studi Kasus
Studi kasus berfokus pada pengumpulan informasi terkait objek tertentu, acara, atau kegiatan,
seperti unit atau organisasi bisnis tertentu. Dalam studi kasus, kasus adalah individu, organisasi, acara, atau
situasi yang diminati oleh peneliti.

5. Teori Dasar
Teori dasar (grounded theory) merupakan serangkaian prosedur sistematis utuk mengembangkan
teori yang dibuat secara induktif dari data (Strauss & Corbin, 1990). Alat penting dari teori dasar adalah
pengambilan sampel teoretis, pengkodean, dan perbandingan konstan. Pengambilan sampel teoretis
merupakan “proses pengumpulan data untuk membuat teori di mana analis secara bersamaan
mengumpulkan, membuat kode, dan menganalisis data, serta memutuskan apakah data yang akan
dikumpulkan selanjutnya dan di mana menemukannya, dengan tujuan untuk mengembangkan teori ketika
teori tersebut muncul” (Glase & Strauss, hlm.45).

6. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) terkadang dilakukan oleh konsultan yang ingin memprakarsai
proses perubahan dalam organisasi. Dengan kata lain, penelitian tindakan adalah metodologi paling tepat
ketika berkenaan dengan perubahan yang direncanakan. Di sini, peneliti memulai dengan sebuah masalah
yang telah diidentifikasi dan mengumpulkan data yang relevan untuk memberikan solusi sementara pada
masalah. Solusi tersebut kemudian dilaksanakan, dengan kesadaran bahwa mungkin terdapat konsekuensi
yang tidak diinginkan yang mengikuti pelaksanaan tersebut. Pengaruh tersebut kemudian dievaluasi,
didefinisikan, didiagnosis, dan penelitian berlanjut hingga masalah tersebut sepenuhnya terselesaikan.
Dengan demikan, penelitian tindakan merupakan proyek yang berkembang secara terus-menerus dengan
saling memengaruhi antara masalah, solusi, pengaruh, atau konsekuensi, dan solusi baru.

B. Tingkat Intervensi Peneliti Terhadap Studi


Tingkat intervensi oleh peneliti memiliki keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan
adalah korelasional atau kasual. Studi korelasional dilakukan dalam lingkungan alami (misalnya,
supermarket atau ruang karyawan produksi – factory floor) dengan intervensi minimum dari peneliti dan
arus kejadian yang normal. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mempelajari faktor yang memengaruhi
efektivitas pelatihan (studi korelasional), semua yang harus dilakukan oleh individu adalah menjelaskan
dengan tepat variabel-variabel yang relevan, mengumpulkan data yang relevan, dan menganalisisnya untuk
menghasilkan temuan.
Dalam studi yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat, peneliti mencoba
memanipulasi variabel tertentu untuk mempelajari akibat manipulasi terseut pada variabel terikat yang
diteliti.

C. Situasi Studi : Diatur dan Tidak Diatur


Seperti yang telah kita lihat, penelitian bisnis dapat dilakukan dalam lingkungan alam di mana
kejadian berlangsung secara normal (yaitu, dalam situasi tidak diatur – noncontrived setting) atau dalam
keadaan artifisial dan situasi yang diatur (contrived setting). Studi korelasional yang selalu dilakukan
dalam situasi tidak diatur, sedangkan penelitian kausal dilakukan dalam situasi laboratorium yang diatur.
Studi korelasional yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan (field study). Studi
yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat menggunakan lingkungan alami yang sama,
dimana karyawan berfungsi secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment). Disini,
peneliti melakukan intervensi terhadap peristiwa alami karena variabel bebas dimanipulasi. Eksperimen
yang dilakukan untuk mentukan hubungan sebab-akibat yang melampaui kemungkinan dari setidaknya
keraguan memerlukan pembuatan sebuah lingkungan yang artifisial dan teratur, dimana semua faktor asing
dikontrol dengan ketat. Subjek yang sama dipilih secara seksama untuk merespon stimulan tertentu yang
dimanipulasi. Studi terseebut dianggap sebagai eksperimen lab (lab experiment).

D. Unit Analisis (Populasi yang akan Diteliti: Individu, Dua, Kelompok, Organisasi, Budaya
Unit analisis merujuk pada tingkat agregasi data yang dikumpulkan selama tahap analisis data
selanjutnya. Pertanyaan penelitian kami menentukan unit analisis. sebagai pertanyaan penelitian kami
membahas masalah-masalah yang menjauh dari individu menjadi dua, kelompok, organisasi, dan negara-
negara, begitu juga halnya unit pergeseran analisis dari individu ke dua, kelompok, organisasi, dan bangsa.
Karakteristik tingkat analisis ini adalah bahwa tingkat yang lebih rendah yang dimasukkan dalam tingkat
yang lebih tinggi. Perlu untuk memutuskan dalam unit analisis bahkan ketika kita merumuskan pertanyaan
penelitian, karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variabel termasuk dalam
kerangka kerja kadang-kadang dapat ditentukan atau dipandu oleh tingkat di mana data yang dikumpulkan
untuk analisis.
 Individu sebagai unit analisis : Misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana meningkatkan
motivasi karyawan secara umum, maka kita memperhatikan individu karyawan dan harus menemukan
apa yang bisa kita lakukan untuk memotivasi mereka.
 Pasangan sebagai unit analisis : Jila peneliti berminat mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa
kelompok dua orang, atau disebut pasangan (dyads), akan menjadi unit analisis.
 Kelompok sebagai unit analisis : Jika pernyataan masalah terkait dengan ekeftifias kelompok, maka unit
analisis adalah pada tingkat kelompok.
 Divisi sebagai unit analisis : Ketika unit analisis adalah divisi, pada tingkat di mana data akan
dikumpulkan.
 Industri sebagai unit analisis : Data dari subunit yang termasuk dalam setiap industri dan melaporkan
proporsi tenaga kerja yang dipekerjakan pada tingkat industri, harus dikumpulkan untuk melihat
seberapa banyak karyawan yang diperjakan oleh industri. Hal tersebut harus dilakukan untuk setiap
industri lainnya.
 Negara sebagai unit analisis : Data yang harus dikumpulkan pada tingkat negara. Seperti yang
dapatdilihat dengan mudah, pengumpulan data dan proses pengambilan sampel menjadi semakin sulit
pada tingkat unit analisis yang lebih tinggi (industri, negara) dibandingkan pada tingkat yang lebih
rendah (individu dan pasangan). Jelas bahwa unit analisis harus diidentifikasi dengan jelas sebagaimana
ditunjukkan dengan pertanyaan penelitian. Keputusan rencana pengambilan sampel juga akan
dipengaruhi oleh unit analisis.

E. Horison Waktu : Studi Cross-Sectional versus Longitudinal


1) Studi Cross-Sectional
Setiap studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode
harian, mingguan atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian, Studi semacam itu disebut
studi one-shot atau cross-sectional. Pengumpulan data pada satu batas waktu tertentu sudah memadai.
Keduanya merupakan cross-sectional.
2) Studi Longitudinal
Peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena pada lebih dar satu batas waktu dalam
rangka menjaawab pertanyaan penelitian. Misalnya, peneliti mungkin ingin mempelajari perilaku karyawan
sebelum atau sesudah pergantian manajemen puncak, untuk mengetahui pengaruh pergantian tersebut.
Dalam hal ini, karena data dikumpulkan pada dua batas waktu berbeda, studi bukan termasuk studi cross-
sectional, namun membujur (longitudinal) melintasi suatu perode waktu. Studi semacam itu, jika data
variabel terikat dikumpulkan pada dua atau lebih batas waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian,
disebut studi longitudinal.
Studi longitudinal membutuhkan lebih banyak waktu, usaha, dan biaya dibandingkan studi cross-
sectional tapi studi longitundinal yang direncanakan dengan baik, di antaranya, membantu
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat

Anda mungkin juga menyukai