Pertemuan 3
OLEH
KELOMPOK
1. Mengidentifikasi Partisipan
Dalam penelitian bisnis kualitatif, umum untuk menggunakan kontak sebelumnya
atau beberapa prosedur pengambilan sampel lainnya daripada teknik sampling yang
lebih sistematis, yang umum untuk penelitian kuantitatif. Sementara tujuan penelitian
kualitatif tidak untuk membuat generalisasi statistik, metode sampling sistematis
biasanya tidak diperlukan. Aksesibilitas dan kesesuaian peserta penelitian untuk
penelitian adalah masalah yang lebih penting. Sebagian besar proyek riset bisnis
kualitatif menggunakan organisasi dan orang sebagai sumber informasi. Melakukan
penelitian dalam sebuah organisasi dan dengan orang-orang yang dikenal atau memiliki
koneksi memberikan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan bahan penelitian. Bila
tidak ada koneksi atau orang yang dikenal, peneliti dapat menggunakan teknik
pengambilan sampel misalnya snowball sampling.
2. Mengakses Organisasi
Masalah umum penelitian pada organisasi adalah akses, kerahasiaan informasi,
dan keterbatasan waktu informan. Organisasi terkadang enggan berpartisipasi jika tidak
ada hal yang menguntungkan baginya. Untuk dapat melakukan penelitian pada sebuah
organisasi, sementara tidak memiliki akses ke dalam organisasi tersebut, maka
memperkenalkan proyek penelitian melalui pengiriman proposal penelitian sangat
penting untuk dilakukan. Perwakilan perusahaan bisnis sering ingin mengetahui dengan
cepat dan efisien tentang masalah seperti:
a. Apa relevansi riset dari sudut pandang praktis?
b. Sumber daya apa yang dibutuhkan dari para peserta?
c. Apa manfaat langsung bagi perusahaan?
d. Apa yang bisa dilakukan untuk memastikan kerahasiaan?
3. Mengakses Individu
Partisipasi individu dalam penelitian harus bersifat sukarela. Penting bagi peneliti
untuk melakukan negosiasi kepada individu calon partisipan untuk meminta izin akan
dilibatkan dalam penelitian. Partisipan juga memiliki hak untuk mendapat informasi
seperti tujuan penelitian, perannya dalam penelitian, dan manfaat yang bisa diperoleh
dengan ikut berpartisipasi.
Peserta penelitian memiliki hak untuk menerima informasi yang memadai tentang
apa partisipasi mereka dalam praktek. Penting untuk memberi tahu orang-orang apakah
anda meminta satu wawancara yang berlangsung sekitar 60 menit, atau apakah Anda
meminta izin untuk mengamati seseorang selama seminggu. Jika memberikan informasi
mendetail tentang riset mengarah pada penolakan, akan lebih baik untuk mendengarkan
sebelum penelitian dimulai daripada pada tahap akhir proyek.
2. Wawancara Kualitatif
Wawancara terdiri dari pembicaraan antara dua orang atau lebih yang disusun
menjadi serangkaian pertanyaan dan jawaban. Wawancara bisa dilakukan dengan tatap
muka melalui telepon, atau online. Wawancara kualitatif bertujuan menghasilkan bahan
empiris untuk penelitian yang dilakukan. Hal yang harus dingat adalah mengembangkan
pertanyaan wawancara yang terkait, namun tidak sama dengan pertanyaan penelitian.
Ide dasarnya adalah pertanyaan wawancara memberikan materi yang akan membantu
menjawab penelitian melalui analisis yang cermat. Silverman memberikan tipologi studi
wawancara yang meliputi: 1) Positivist (naturalis atau realis) yang tertarik terhadap
fakta, 2) Emosionalis (subjektivitas), dan 3) Konstruksionis. Beberapa jenis pertanyaan
yang dapat digunakan dalam wawancara kualitatif:
a. Terbuka dan tertutup, pertanyaan terbuka yang mendorong lebih banyak
pembicaraan.
b. Sederhana dan kompleks, pertanyaan sederhana lebih mudah dipahami dan
dijawab.
c. Netral dan terkemuka, pertanyaan netral memberi lebih banyak pilihan bagi
peserta.
d. Langsung dan tidak langsung, pertanyaan langsung lebih sesuai untuk isu sensitif.
e. Primer dan sekunder, kombinasi keduanya bisa digunakan untuk mendapatkan
data yang lebih lengkap.
3. Melakukan Observasi
Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data empiris. Peneliti dapat
melakukan kontak langsung maupun tidak langsung dengan yang di observasi. Terdapat
empat dimensi metode observasi, yaitu:
a. Observasi partisipasi dan non partisipasi, dilakukan bergantung pada apakah
peneliti menjadi bagian dari situasi yang dipelajari atau tidak.
b. Observasi obtrusive dan non-obtrusive, dilakukan bergantung pada apakah
partisipan mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau tidak.
c. Observasi alami dan buatan, bergantung pada apakah suatu tindakan yang
diobservasi terjadi secara alami atau disengaja.
d. Observasi terstruktur dan tidak terstruktur, bergantung pada apakah observasi
dilakukan menggunakan checklist atau tidak.
Keuntungan menggunakan metode observasi adalah dapat merekam suatu
tindakan sesuai dengan yang terjadi, tetapi observasi tidak menjelaskan apa yang
dipikirkan orang lain atas tindakan yang ia lakukan.
4. Data Tekstual
Saat ini berbagai jenis teks bacaan memberikan data penelitian yang semakin
relevan. Materi tekstual yang digunakan untuk tujuan penelitian mencakup dua teks
yaitu jenis teks primer dan teks sekunder. Teks sekunder dapat menjadi peluang bagus
untuk penelitian bisnis kualitaif seperti studi akuntansi yang berorientasi pada teks yang
diterbitkan dan dipelajari sebagai “artefak” (laporan formal, pernyataan notulen dan
lainnya).
5. Materi Visual
Dalam penelitian, materi visual mengacu pada data yang berbentuk lisan seperti
gambar, video, CD-ROM, dan lainnya. Namun dalam ilmu sosial, materi visual tidak
begitu umum dan penggunaannya yang sistematis, khususnya tetap agak terbatas.
Materi visual dapat digunakan dalam dua cara utama dalam proyek penelitian kualitatif.
Pertama, digunakan sebagai data empiris, yang berarti menganalisis banyak hal dengan
cara yang sama seperti wawancara, dokumen, dan data kualitatif lainnya. Kedua, materi
visual dapat digunakan untuk menganalisis makna budaya visual dalam masyarakat.
Electronic Research