Anda di halaman 1dari 17

TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM :

KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUSAHAAN (PROFIT AND


LOSS SHARING) DALAM PERSPEKTIF EKONOMI SYARIAH
(Theory of The Firm : Study on The Theory of Profit and Loss Sharing in Syariah
Economic Perspective)
Benny Agus Setiono
Jurusan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga, Program Diploma Pelayaran,
Universitas Hang Tuah Surabaya
Abstrak: Model ekonomi syariah dibangun atas dasar filosofi religiusitas, dan institusi keadilan, serta
instrumen kemaslahatan (Q.S. at-Takaatsur:1–2, al-Munaafiquun: 9, an-Nuur:37, al-Hasyr:7, al-
Baqarah: 188, 273 – 281, al-Maidah:38, 90-91, al-Muthaffifin:1-6). Filosofi religiusitas melahirkan
basis ekonomi dengan atribut pelarangan riba/bunga. Institusi keadilan melahirkan basis teori profit and
loss sharing (PLS) dengan atribut nisbah bagi hasil. Instrumen kemaslahatan melahirkan kebijakan
pelembagaan zakat, pelarangan israf, dan pembiayaan (bisnis) halal, yang semuanya itu dituntun oleh
nilai falah (bukan utilitarianisme dan rasionalisme). Ketiga dasar di atas, yakni filosofi relijiusitas,
institusi keadilan, dan instrumen kemaslahatan merupakan aspek dasar yang membedakan dengan
mainstream ekonomi konvensional. Tulisan ini khusus akan membahas faktor bagi hasil dengan dasar
teori proit and loss sharing dalam kaitannya dengan permintaan tabungan di perbankan syariah. Tulisan
ini mencoba mengkaji tentang teori perusahaan/theory of the firm khususnya faktor bagi hasil dengan
dasar teori profit and loss sharing dalam kaitannya dengan permintaan tabungan di perbankan syariah.
Ekonomi syariah memandang bahwa uang adalah uang. Dalam arti ia hanya memerankan fungsinya
sebagai alat tukar. Karena itulah uang merupakan public good yang harus selalu dalam keadaan
mengalir atau beredar/flow (Chapra, 2001). Sehingga praktek-praktek yang menghambat peredaran
uang seperti money hoarding sangat ditentang. Bila dibandingkan dengan konsep ekonomi
konvensional, maka ekonomi syariah menolak demand for holding money, sebagaimana dalam stock
concept. Sedangkan dengan paradigma flow concept terdapat persamaan persepsi. Teori bagi hasil
(profit and loss sharing) bila dianalisis menggunakan teori keuangan/moneter lebih mencerminkan
kesesuaian dengan teori flow concept. Sedangkan munculnya bunga bank lebih didasari pemikiran teori
stock concept. Penerapan instrumen bagi hasil lebih mencerminkan keadilan dibandingkan dengan
instrument bunga. Bagi hasil melihat kemungkinan profit (untung) dan resiko sebagai fakta yang
mungkin terjadi di kemudian hari. Sedangkan bunga hanya mengakui kepastian profit (untung) pada
penggunaan uang. Bagi hasil merupakan penggerak dasar operasionalisasi perbankan syariah,
sedangkan bunga merupakan penggerak dasar operasionalisasi perbankan konvensional.
Kata kunci: Theory of the firm, profit and loss sharing, perbankan syariah.

Abstract: The Islamic economic model is built on the philosophy of religiosity, and justice institutions,
as well as the benefit of the instrument (Surat at-Takaatsur: 1-2, al-Munaafiquun: 9, An-Nuur: 37 al-
Hashr: 7, al-Baqarah: 188, 273- 281, al-Maidah: 38, 90-91, al-Muthaffifin: 1-6). Religiosity
philosophy gave birth to the economic basis of the attributes of the prohibition of usury / interest.
Institutions of justice gave birth to the theoretical basis of profit and loss sharing (PLS) to attribute the
profit sharing ratio. Institutionalization policy instruments childbirth benefit charity, banning israf,
and financing (business) kosher, all of which are led by Falah value (instead of utilitarianism and
rationalism). The third basis of the above, namely the philosophy of religiosity, justice institutions, and
instruments benefit is a fundamental aspect that differentiates it from the conventional economic
mainstream. This article will specifically address the factors for the results of the theoretical basis
proit and loss sharing in relation to demand savings in Islamic banking. This paper attempts to
examine the theory company / theory of the firm, especially a factor for the results of the theoretical
basis of profit and loss sharing in relation to demand savings in Islamic banking. Islamic economic
view that money is money. In a sense he was just playing its function as a medium of exchange.
Because that money is a public good which should always be in a state of flow or circulation / flow
(Chapra, 2001). So that practices which impede the circulation of money as money hoarding is
strongly opposed. When compared with conventional economic concept, the Islamic economics rejects
demand for holding money, as in a stock concept. While the concept of flow paradigm there is
perception. Theories for the results (profit and loss sharing) when analyzed using the theory of
financial / monetary better reflect compliance with the concept of flow theory. While the emergence of
bank interest more stock concept is based on the theory of thought. The application of instruments for
better results than the instrument reflects the interest of justice. For results see the possibility of profit

153
154 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

(profit) and risk as a fact that may occur in the future. While interest only recognizes the certainty of
profit (profit) on the use of money. For the results of the basic driving operation of Islamic banking,
while interest is the fundamental drive operation of conventional banking.
Keywords: Theory of the firm, profit and loss sharing, Islamic banking.
Alamat korespondensi:
Benny Agus Setiono, Program Diploma Pelayaran, Universitas Hang Tuah, Jalan A. R. Hakim 150,
Surabaya. e-mail: jurnal_pdp@yahoo.co.id

PENDAHULUAN indikator nilai pasar saham sangat


Nilai perusahaan (Value Of The dipengaruhi oleh peluang-peluang
Firm) merupakan kondisi tertentu yang investasi. Adanya peluang investasi
telah dicapai oleh suatu perusahaan dapat memberikan sinyal positif
sebagai gambaran dari kepercayaan tentang pertumbuhan perusahaan di
masyarakat terhadap perusahaan masa yang akan datang, sehingga akan
setelah melalui suatu proses kegiatan meningkatkan harga saham, dengan
selama beberapa tahun, yaitu sejak meningkatnya harga saham maka nilai
perusahaan tersebut didirikan sampai perusahaan pun akan meningkat. Free
dengan saat ini. Meningkatnya nilai cash flow menyatakan bahwa tekanan
perusahaan adalah sebuah prestasi, pasar akan mendorong manajer untuk
yang sesuai dengan keinginan para mendistribusikan free cash flow
pemiliknya, karena dengan kepada pemegang saham atau resiko
meningkatnya nilai perusahaan, maka akan kehilangan kendali terhadap
kesejahteraan para pemilik juga akan perusahaan. Menurut Jensen
meningkat. Nilai Perusahaan sangat (1986:137), free cash flow adalah
penting karena dengan nilai kelebihan kas yang diperlukan untuk
perusahaan yang tinggi akan diikuti mendanai semua proyek yang memiliki
oleh tingginya kemakmuran pemegang net present value positif setelah
saham (Bringham Gapensi, 1996). membagi dividen.
Semakin tinggi harga saham semakin Implementasi tata kelola
tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan secara efektif dalam
perusahaan yang tinggi menjadi perbankan syariah memerlukan adanya
keinginan para pemilik perusahaan, pemahaman mengenai:
sebab dengan nilai yang tinggi 1. Akuntabilitas berarti tuntutan agar
menunjukkan kemakmuran pemegang manajemen perusahaan memiliki
saham juga tinggi. Kekayaan kemampuan answerability yaitu
pemegang saham dan perusahaan kemampuan untuk merespon
dipresentasikan oleh harga pasar dari pertanyaan dari stakeholders atas
saham yang merupakan cerminan dari berbagai corporate action yang mereka
keputusan investasi, pendanaan lakukan.
(financing), dan manajemen asset. 2. Transparansi berarti ketersediaan
Menurut Fama (1978) dalam informasi yang akurat, relevan, dan
Untung Wahyudi et.al, nilai mudah dimengerti yang dapat
perusahaan akan tercermin dari harga diperoleh secara low-cost sehingga
sahamnya. Harga pasar dari saham stakeholders dapat mengambil
perusahaan yang terbentuk antara keputusan yang tepat. Karena itu,
pembeli dan penjual di saat terjadi perusahaan perlu meningkatkan
transaksi disebut nilai pasar kualitas, kuantitas, dan frekuensi dari
perusahaan, karena harga pasar saham laporan kegiatan perusahaan.
dianggap cerminan dari nilai asset 3. Responsibility memastikan bahwa
perusahaan sesungguhnya. Nilai bank dikelola secara hati-hati sesuai
perusahaan yang dibentuk melalui dengan hukum dan peraturan
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 155

perundang-undangan yang berlaku, Maidah:38, 90-91, al-Muthaffifin:1-6).


termasuk menetapkan manajemen Filosofi religiusitas melahirkan basis
risiko dan pengendaliaan yang sesuai. ekonomi dengan atribut pelarangan
4. Independency bertindak hanya riba/bunga. Institusi keadilan
untuk kepentingan bank dan tidak melahirkan basis teori profit and loss
dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas sharing (PLS) dengan atribut nisbah
yang mengarah pada timbulnya bagi hasil. Instrumen kemaslahatan
conflict of interest. melahirkan kebijakan pelembagaan
5. Fairness menjamin perlindungan zakat, pelarangan israf, dan
hak-hak para pemegang saham, pembiayaan (bisnis) halal, yang
manajemen dan karyawan bank, semuanya itu dituntun oleh nilai falah
nasabah serta stakeholder lainnya. (bukan utilitarianisme dan
Dalam ajaran Islam, kelima rasionalisme). Ketiga dasar di atas,
prinsip pokok di atas sesuai dengan yakni filosofi relijiusitas, institusi
norma dan nilai Islami dalam aktivitas keadilan, dan instrumen kemaslahatan
dan kehidupan seorang muslim. Islam merupakan aspek dasar yang
sangat intens mengajarkan membedakan dengan mainstream
diterapkannya prinsip adalah ekonomi konvensional. Tulisan ini
(keadilan), tawazun (keseimbangan), khusus akan membahas faktor bagi
mas'uliyah (akuntabilitas), akhlaq hasil dengan dasar teori profit and loss
(moral), shiddiq (kejujuran), amanah sharing dalam kaitannya dengan
(pemenuhan kepercayaan), fathanah permintaan tabungan di perbankan
(kecerdasan), tabligh (transparansi, syariah.
keterbukaan), hurriyah (independensi Permasalahan
dan kebebasan yang bertanggung Tulisan ini mencoba mengkaji
jawab), ihsan (profesional), wasathan tentang teori perusahaan/theory of the
(kewajaran), ghirah (militansi syariah, firm khususnya faktor bagi hasil
militansi syari'ah, idarah (pengelolaan), dengan dasar teori profit and loss
khilafah (kepemimpinan), aqidah sharing dalam kaitannya dengan
(keimanan), ijabiyah (berfikir positif), permintaan tabungan di perbankan
raqabah (pengawasan), qira'ah dan syariah.
ishlah (organisasi yang terus belajar
dan selalu melakukan perbaikan). Pengertian Teori Perusahaan
Berdasarkan uraian di atas dapat (Theory of the firm)
dipastikan bahwa Islam telah Teori Perusahaan (Theory of the
menjalankan tata kelola perusahaan firm) adalah suatu organisasi yang
yang baik di dunia. Prinsip-prinsip itu menggabungkan dan
diharapkan dapat menjaga pengelolaan mengorganisasikan berbagai sumber
institusi ekonomi dan keuangan daya dengan tujuan untuk
syari'ah secara profesional dan memproduksi barang / jasa untuk
menjaga interaksi ekonomi, bisnis, dan dijual. Firm adalah organisasi yang
sosial berjalan sesuai dengan aturan menggabungkan dan mengatur semua
permainan dan best practice yang sumberdaya yang tersedia untuk
berlaku. menghasilkan barang dan jasa yang
Model ekonomi syariah dibangun siap dijual. Perusahaan itu ada di
atas dasar filosofi religiusitas, dan tengah-tengah masyarakat karena
institusi keadilan, serta instrumen kemaslahatannya dalam proses
kemaslahatan (Q.S. at-Takaatsur:1–2, pendistribusian akan barang dan jasa
al-Munaafiquun: 9, an-Nuur:37, al- yang sulit untuk dilakukan oleh
Hasyr:7, al-Baqarah: 188, 273-281, al- individu-individu secara terpisah.
156 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

Dalam jangka panjang keberadaan meningkatnya nilai perusahaan, maka


mereka tidak saja menguntungkan bagi kesejahteraan para pemilik juga akan
pemilik / pemegang saham, namun meningkat.
juga akan membawa manfaat bagi Nilai Perusahaan sangat penting
masyarakat luas dan pemerintah karena dengan nilai perusahaan yang
melalui suatu proses yang disebut arus tinggi akan diikuti oleh tingginya
kegiatan ekonomi (The Circular Flow kemakmuran pemegang saham
of Economic Activity). Teori (Bringham Gapensi, 1996). Semakin
perusahaan adalah konsep dasar yang tinggi harga saham semakin tinggi nilai
digunakan dalam kebanyakan studi perusahaan. Nilai perusahaan yang
ekonomi manajerial. tinggi menjadi keinginan para pemilik
Perusahaan bisnis adalah perusahaan, sebab dengan nilai yang
kombinasi antara antara: orang, asset tinggi menunjukkan kemakmuran
fisik dan keuangan, serta sistem dan pemegang saham juga tinggi.
informasi-informasi. Orang yang Kekayaan pemegang saham dan
terlibat langsung langsung: perusahaan dipresentasikan oleh harga
shareholders, management, employee, pasar dari saham yang merupakan
supplier, customers mereka cerminan dari keputusan investasi,
dipengaruhi secara langsung oleh pendanaan (financing), dan manajemen
operasional perusahaan. Society asset.
(stakeholders) kegiatan firm yaitu : (1) Menurut Fama (1978) dalam
Bisnis stakeholders dipengaruhi oleh Untung Wahyudi, et.al, nilai
karena gunakan sumberdaya yang perusahaan akan tercermin dari harga
langka; (2) Bisnis membayar pajak; (3) sahamnya. Harga pasar dari saham
Bisnis menyediakan pekerjaan; dan (4) perusahaan yang terbentuk antara
Bisnis memproduksi barang dan jasa pembeli dan penjual di saat terjadi
untuk masyarakat. Oleh karena itu, transaksi disebut nilai pasar
perusahaan harus beroperasi secara perusahaan, karena harga pasar saham
optimal. Teori Perusahaan mengakui dianggap cerminan dari nilai asset
maksimisasi laba sebagai sasaran perusahaan sesungguhnya. Nilai
utama perusahaan. Pertama perusahaan yang dibentuk melalui
maksimisasi laba jangka pendek. indikator nilai pasar saham sangat
Untuk jangka panjang, maksimisasi dipengaruhi oleh peluang-peluang
nilai yang diharapkan (expected value investasi. Adanya peluang investasi
value). dapat memberikan sinyal positif
tentang pertumbuhan perusahaan di
Nilai Perusahaan (Value Of The masa yang akan datang, sehingga akan
Firm) meningkatkan harga saham, dengan
Nilai perusahaan (Value Of The meningkatnya harga saham maka nilai
Firm) merupakan kondisi tertentu yang perusahaan pun akan meningkat.
telah dicapai oleh suatu perusahaan Indikator - indikator yang
sebagai gambaran dari kepercayaan mempengaruhi nilai perusahaan
masyarakat terhadap perusahaan Pertama, PER (Price Earning
setelah melalui suatu proses kegiatan Ratio) yaitu rasio yang mengukur
selama beberapa tahun, yaitu sejak seberapa besar perbandingan antara
perusahaan tersebut didirikan sampai harga saham perusahaan dengan
dengan saat ini. Meningkatnya nilai keuntungan yang diperoleh para
perusahaan adalah sebuah prestasi, pemegang saham. (Sutrisno, 2000
yang sesuai dengan keinginan para dalam Mohammad Usman, 2001 dalam
pemiliknya, karena dengan Malla Bahagia, 2008). Sedangkan
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 157

faktor-faktor yang mempengaruhi PER dianggap layak bagi investasi saham,


adalah : Tingkat pertumbuhan laba, atau disebut juga sebagai tingkat
Dividend Payout Ratio dan Tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika
keuntungan yang disyaratkan oleh keuntungan yang diperoleh dari
pemodal. Menurut Basuku Yusuf, investasi tersebut ternyata lebih kecil
(2005) dalam Malla Bahagia (2008), dari tingkat keuntungan yang
hubungan faktor-faktor tersebut disyaratkan, berarti hal ini
terhadap PER dapat dijelaskan sebagai menunjukkan investasi tersebut kurang
berikut : menarik, sehingga dapat menyebabkan
1. Semakin tinggi Pertumbuhan laba turunnya harga saham tersebut dan
semakin tinggi PER nya, dengan kata sebaliknya. Dengan begitu r memiliki
lain hubungan antara pertumbuhan hubungan yang negatif dengan PER,
laba dengan PER nya bersifat positif. semakin tinggi tingkat keuntungan
Hal ini dikarenakan bahwa prospek yang diisyaratkan semakin rendah nilai
perusahaan di masa yang akan datang PER-nya. PER adalah fungsi dari
dilihat dari pertumbuhan laba, dengan perubahan kemampuan laba yang
laba perusahaan yang tinggi diharapkan di masa yang akan datang.
menunjukkan kemampuan perusahaan Semakin besar PER, maka semakin
dalam mengelola biaya yang besar pula kemungkinan perusahaan
dikeluarkan secara efisien. Laba bersih untuk tumbuh sehingga dapat
yang tinggi menunjukkan earning per meningkatkan nilai perusahaan.
share yang tinggi, yang berarti Kedua, PBV (Price Book Value),
perusahaan mempunyai tingkat Rasio ini mengukur nilai yang
profitabilitas yang baik, dengan tingkat diberikan pasar keuangan kepada
profitabilitas yang tinggi dapat manajemen dan organisasi perusahaan
meningkatkan kepercayaan pemodal sebagai sebuah perusahaan yang terus
untuk berinvestasi pada perusahaan tumbuh (Brigham, 1999: 92).
tersebut sehingga saham-saham dari
perusahaan yang memiliki tingkat Pengertian Arus Kas Bebas
profitabilitas dan pertumbuhan laba Arti sederhana dan singkat Arus
yang tinggi akan memiliki PER yang Kas Bebas adalah sisa perhitungan arus
tinggi pula, karena saham-saham akan kas yang dihasilkan oleh suatu
lebih diminati di bursa sehingga perusahaan di akhir suatu periode
kecenderungan harganya meningkat keuangan (kuartalan atau tahunan)
lebih besar. setelah membayar gaji, biaya produksi,
2. Semakin tinggi Dividend Payout tagihan, cicilan hutang berikut
Ratio (DPR), semakin tinggi PER nya. bunganya, pajak, dan juga belanja
DPR memiliki hubungan positif modal (capital expenditure) untuk
dengan PER, dimana DPR menentukan pengembangan usaha. Sisa uang inilah
besarnya dividen yang diterima oleh yang disebut Arus Kas Bebas. Meski
pemilik saham dan besarnya dividen dinamakan bebas tapi manajemen tidak
ini secara positif dapat mempengaruhi bisa sebebasnya menggunakan uang ini
harga saham terutama pada pasar karena uang sisa inilah yang bisa
modal didominasi yang mempunyai digunakan untuk mengembangkan
strategi mangejar dividen sebagai usaha, kalau tidak mengambil dana
target utama, maka semakin tinggi dari hutang dan sumber dana lainnya.
dividen semakin tinggi PER. Berbeda dengan pendekatan arus
3. Semakin tinggi Required Rate of deviden yang menghitung nilai per
Return (r) semakin rendah PER, r lembar saham (atau secara agregat)
merupakan tingkat keuntungan yang nilai seluruh modal sendiri, metode
158 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

free cash flow ini bisa berkembang sehingga harga yang terjadi lebih
dari sekedar penilaian saham biasa rendah dari nilai pasar; (4) Pada
sampai kepada penilaian perusahaan penjualan properti untuk pelunasan
secara keseluruhan. Apabila dalam hutang biasanya harga yang terjadi
pendekatan arus deviden kita lebih rendah dari nilai pasar. Hali ini
memfokuskan pada besarnya giliran disebabkan oleh keterbatasan waktu
deviden per tahunnya, dalam dalam pemasaran (menemukan calon
pendekatan ini kita memfokuskan pada pembeli); (5) Transaksi pada
besarnya hasil kegiatan operasi pembebasan tanah untuk kepentingan
perusahaan yang diukur dengan net umum, biasanya harga yang terjadi
operating income-nya (NOI). lebih rendah dari nilai pasar.

Market Value PEMBAHASAN


Perlu diingat bahwa istilah nilai Teori Uang Al-Ghazali
tidaklah berdiri sendiri, karena ia harus Secara konvensional teori
diikuti dengan kata lain sehingga keuangan (moneter) dapat
menjadi sebuah frasa, misalnya nilai disederhanakan menjadi dua jenis,
pasar, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), yakni teori stock concept dan teori
nilai likuidasi dan lain-lain. Penyusun flow concept. Teori pertama diwakili
berpesan, jangan sampai menyebut oleh kelompok Chambridge School,
istilah nilai saja, tetapi harus diikuti kelompok Keynesian dan Marshall
dengan istilah yang lain. MAPPI (Alfred Marshall)-Pigou. Sedangkan
(2007) mendefinisikan Nilai Pasar teori kedua dipelopori oleh Irving
sebagai “Estimasi jumlah uang pada Fisher, Friedman dan kaum monetaris
tanggal penilaian yang dapat diperoleh (Michael G. Rukhstad, 1992).
dari transaksi jual beli atau hasil Perbedaan kedua teori terletak
penukaran suatu aset antara pembeli pada asumsi yang dipakai serta cara
yang berminat membeli dan penjual pandang dan model analisis yang
yang berminat menjual dalam suatu diterapkan (Ahmad Dimyati, 2007).
transaksi bebas ikatan, yang Dalam flow concept uang dianggap
pemasarannya dilakukan secara layak, sebagai public good, sedangkan
dimana kedua pihak masing-masing paradigma stock concept melihat uang
mengetahui, bertindak hati-hati dan sebagai private good. Flow concept
tanpa paksaan.” memisahkan antara uang dan modal
Berikut ini adalah contoh-contoh (capital), dimana uang diasumsikan
situasi yang tidak memenuhi selalu dalam keadaan flow (mengalir)
persyaratan nilai pasar yaitu (1) sedangkan modal dianggap sebagai
Penjual dan pembeli yang memiliki stock. Akan tetapi dalam pandangan
hubungan persaudaraan, sehingga stock concept, baik uang maupun
harga transaksi lebih rendah dari nilai modal sama-sama dianggap stock.
pasar; (2) Penjual dan pembeli adalah Irving Fisher dari kelompok Flow
tetangga yang posisi rumah concept menyatakan bahwa besarnya
bersebelahan (berhimpitan), akibatnya, tingkat pendapatan masyarakat dapat
pihak pembeli berani membayar lebih diukur oleh tingkat kecepatan
tinggi dari nilai yang sewajarnya peredaran uang. Pertanyaan mendasar
dengan pertimbangan bahwa tambahan dalam teori ini adalah berapa kali uang
perluasan arah horisontal lebih disukai yang berada dalam masyarakat
daripada arah vertikal; (3) Hubungan berpindah tangan dalam suatu periode
antara penjual dan pembeli adalah tertentu. Pertanyaan dasar ini
antara anak dengan induk perusahaan, kemudian membangun suatu hipotesis
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 159

bahwa “pada hakekatnya perubahan tukar. Nilai “peran” dalam benda yang
dalam uang beredar (velositas) akan berfungsi sebagai uang adalah nilai
menimbulkan perubahan yang sama tukar dan nilai nominalnya. Karena itu
cepatnya terhadap harga-harga”. Teori ia mengibaratkan uang sebagai cermin
yang dibangun Fisher ini kemudian yang tidak mempunyai warna sendiri,
dikenal dengan teori kuantitas uang. tetapi mampu merefleksikan semua
Selanjutnya Fisher mengatakan tidak jenis warna (Al-Ghazali, 1963).
ada korelasi sama sekali antara Ketika uang dimaknai dalam
kebutuhan memegang uang (demand kerangka flow concept, maka
for holding money) dengan tingkat sebenarnya sebuah mata uang hanya
suku bunga (Sadono Sukirno, 2000). akan berfungsi sebagai uang apabila ia
Sedangkan Marshall-Pigou dari beredar atau mengalir dalam
kelompok stock concept menyatakan masyarakat. Dalam pandangan teori
bahwa tingkat demand for holding flow concept tingkat pendapatan
money merupakan indikator bagi masyarakat tidak semata-mata
tingkat pendapatan masyarakat. ditunjukkan oleh jumlah uang yang
Pertanyaan dasar dalam konsep ini dipegang, tetapi benar-benar produktif.
adalah berapa besarkah uang yang Kriteria uang produktif dapat
dipegang atau disimpan oleh ditunjukkan oleh keterkaitannya
masyarakat dalam bentuk tunai dalam dengan sektor riil berupa perdagangan
suatu periode waktu tertentu. Konsep (trade) atas barang-barang komoditas
ini kemudian disebut teori sisa tunai dan tingkat harga barang-barang itu
(Adiwarman Karim, 2003). sendiri (Adiwarman A. Karim, 2007).
Ekonomi syariah memandang Uang dalam pengertian flow
bahwa uang adalah uang. Dalam arti ia concept dipisahkan dengan pengertian
hanya memerankan fungsinya sebagai capital. Hal ini bertolak belakang
alat tukar. Karena itulah uang dengan pengertian uang dalam stock
merupakan public good yang harus concept. Dalam pengertian yang
selalu dalam keadaan mengalir atau kedua, uang diartikan secara bolak-
beredar/flow (Chapra, 2001). Sehingga balik (interchengeability), antara uang
praktek-praktek yang menghambat sebagai uang dan uang sebagai capital
peredaran uang seperti money (Fuad Mohd. Fachruddin, 1961).
hoarding sangat ditentang. Bila Kesesuaian pemikiran al-Gazali
dibandingkan dengan konsep ekonomi dengan konsep pertama, yakni flow
konvensional, maka ekonomi syariah concept berimplikasi terhadap
menolak demand for holding money, penjelasan mengenai fungsi dan motif
sebagaimana dalam stock concept. permintaan uang. Motif transaksi
Sedangkan dengan paradigma flow dalam permintaan uang merupakan
concept terdapat persamaan persepsi. permintaan yang timbul karena adanya
Di antara pakar terkemuka ekonomi kebutuhan untuk membayar transaksi
syariah adalah al-Ghazali. Al-Ghazali biasa/wajar. Motif ini timbul dalam
mendefinisikan uang sebagai: Barang kaitannya dengan fungsi uang sebagai
atau benda yang berfungsi sebagai medium of exchange. Sedangkan motif
sarana mendapatkan barang lain. Uang berjaga-jaga (precautionary motive)
adalah barang yang disepakati merupakan permintaan uang yang
fungsinya sebagai media pertukaran timbul untuk memenuhi kebutuhan
(medium of exchange). Benda tersebut akan kemungkinan yang muncul tidak
dianggap tidak mempunyai nilai terduga. Motif spekulatif (speculative
sebagai barang (nilai intrinsic). Nilai motive) adalah motif permintaan
benda yang berfungsi sebagai alat terhadap uang yang sifatnya untuk
160 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

mendapatkan keuntungan dari adanya syariah membawa implikasi bahwa


peluang dalam pasar komoditi, stock uang tidak bisa memberikan kepuasan
market, financial market dan foreign secara langsung (direct utility).
exchange. Menurut Keynes money Sebaliknya uang hanya memberikan
demand for transactions ditentukan indirect utility karena uang hanya
oleh tingkat pendapatan, money intermediary form (Syafi’i Antonio,
demand for precaution juga ditentukan 1999).
oleh tingkat pendapatan. Sedangkan Teori Bagi Hasil (Profit and Loss
money demand for speculation Sharing)
ditentukan oleh tingkat suku bunga. Keharaman bunga dalam syariah
Secara matematis dapat dirumuskan membawa konsekuensi adanya
sebagai berikut: penghapusan bunga secara mutlak.
Mdtr = f (y) ............................................. (1)
Teori PLS dibangun sebagai tawaran
Mdpr = f (y) .............................................(2)
Mdsp = f (i) ............................................. (3)
baru di luar sistem bunga yang
Dimana Mdtr adalah money cenderung tidak mencerminkan
demand for transactions, Mdpr adalah keadilan (injustice/dzalim) karena
money demand for precaution dan memberikan diskriminasi terhadap
Mdsp adalah money demand for pembagian resiko maupun untung bagi
speculation. Sedangkan f (y) para pelaku ekonomi (Sadeq, 1992).
merupakan fungsi dari pendapatan dan Principles of Islamic finance dibangun
f(i) adalah fungsi interest (bunga). atas dasar larangan riba, larangan
Menurut al-Ghazali (1963), gharar, tuntunan bisnis halal, resiko
permintaan terhadap uang dengan bisnis ditanggung bersama, dan
motif spekulasi (dalam bentuk kanz transaksi ekonomi berlandaskan pada
Muchlis, Teori Bagi Hasil (Profit And pertimbangan memenuhi rasa keadilan
Loss Sharing) dan Perbankan Syariah (Alsadek, et al., 2006). Profit-loss
Dalam Ekonomi Syariah al-mal) tidak sharing berarti keuntungan dan atau
diakui bahkan dilarang. Hal ini berkait kerugian yang mungkin timbul dari
dengan fungsi uang yang menurutnya kegiatan ekonomi/bisnis ditanggung
tidak untuk alat penimbun kekayaan bersama-sama. Dalam atribut nisbah
(store of value). Secara tegas al- bagi hasil tidak terdapat suatu fixed
Ghazali menentang praktek riba yang and certain return sebagaimana bunga,
salah satunya dalam bentuk interest tetapi dilakukan profit and loss sharing
atau bunga yang menjadi motif dalam berdasarkan produktifitas nyata dari
permintaan uang untuk spekulasi produk tersebut (Adiwarman Karim,
(Muhammad Akram Khan, 1981). 2001).
Karena permintaan uang dalam Sebenarnya dalam perekonomian
pandangan al-Ghazali hanya untuk dua modern pembiayaan dengan sistem
tujuan, yaitu tujuan transaksi dan PLS sudah biasa terjadi dalam berbagai
tujuan berjaga-jaga, maka permintaan kegiatan penyertaan modal (equity
uang menurut syariah adalah sebagai financing) bisnis. Kepemilikan saham
berikut: dalam suatu perseroan merupakan
Md = Mdtr + Mdpr ................................. (4) contoh populer dalam penyertaan
Md adalah jumlah permintaan modal. Pemegang saham akan
uang secara keseluruhan, Mdtr = menerima keuntungan berupa deviden
permintaan uang untuk tujuan transaksi sekaligus menanggung resiko jika
dan Mdpr = permintaan uang untuk perusahaan mengalami kerugian
tujuan berjaga-jaga. Fungsi uang yang (Hendri Anto, 2003).
hanya sebagai alat tukar dan satuan Dalam sistem Profit Loss Sharing
hitung dalam pandangan ekonomi harga modal ditentukan secara bersama
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 161

dengan peran dari kewirausahaan. kerjasama yang berlandaskan PLS


Price of capital dan entrepreneurship mutlak dibutuhkan, terutama pada
merupakan kesatuan integratif yang aspek kemungkinan resiko. Hal ini
secara bersama-sama harus karena, pertama, resiko memiliki efek
diperhitungkan dalam menentukan negatif bagi usaha. Semakin besar
harga faktor produksi. Dalam resiko semakin mengurangi nilai
pandangan syariah uang dapat keuntungan usaha. Kedua, resiko
dikembangkan hanya dengan suatu memiliki sumber, cakupan dan sifat
produktifitas nyata. Tidak ada yang seringkali tidak
tambahan atas pokok uang yang tidak memperhitungkan data secara cermat.
menghasilkan produktifitas. Ketiga, perkiraan atas keuntungan
Dalam perjanjian bagi hasil yang biasanya memasukkan perhitungan
disepakati adalah proporsi pembagian variabel resiko.
hasil (disebut nisbah bagi hasil) dalam Pada dasarnya suatu resiko
ukuran persentase atas kemungkinan muncul karena ada ketidakpastian
hasil produktifitas nyata. Nilai nominal (uncertainty) di masa depan. Van Deer
bagi hasil yang nyata-nyata diterima, Heidjen (1996) membagi
baru dapat diketahui setelah hasil ketidakpastian menjadi 3 kategori
pemanfaatan dana tersebut benar-benar yaitu, (1). Risk, Kemunculannya
telah ada (ex post phenomenon, bukan berkemungkinan memiliki preseden
ex ente). Nisbah bagi hasil ditentukan historis dan dapat dilakukan estimasi
berdasarkan kesepakatan pihak-pihak probabilitas untuk tiap hasil yang
yang bekerja sama. Besarnya nisbah mungkin muncul. (2). Structural
biasanya akan dipengaruhi oleh uncertainties, Kemungkinan terjadinya
pertimbangan kontribusi masing- suatu hasil bersifat unik, tidak
masing pihak dalam bekerja sama memiliki preseden di masa lalu. Akan
(share and partnership) dan prospek tetapi tetap berkemungkinan terjadi
perolehan keuntungan (expected dalam logika kausalitas. (3)
return) serta tingkat resiko yang Unknowables, Kemunculan kejadian
mungkin terjadi (expected risk) secara ekstrim tidak terbayangkan
(Hendri Anto, 2003). Secara matematis sebelumnya. Dalam kategori ini resiko
dapat diformulasikan menjadi : merupakan sebutan bagi kemungkinan
BH = f (S, p, 0) ................................ (5) kejadian yang ada preseden historisnya
Keterangan: dan mengikuti suatu distribusi
BH = bagi hasil probabilitas. Karenanya, resiko
S = share on partnership sesungguhnya dapat diperkirakan
p = exspected return setidaknya secara teoritis. Sedangkan
0 = expected risk Al Sultan (1999) menggunakan kata
Kesepakatan suatu tingkat nisbah resiko untuk segala sesuatu yang
terlebih dahulu harus memperhatikan terjadi secara tidak pasti di masa
ketiga faktor tersebut. Faktor pertama, depan.
share on partnership merupakan Resiko dibagi menjadi 2 aspek,
sesuatu yang telah nyata dan terukur. yakni: Pasive risk, yaitu sebuah resiko
Oleh karenanya tidak memerlukan yang terjadi dan benar-benar tidak ada
perhatian khusus. Dua faktor terakhir, perkiraan dan perhitungan yang dapat
expected return, dan expected risk dipakai, dan tidak diketahui
memerlukan perhatian khusus. Oleh jawabannya. Perkiraan atas resiko ini
karenanya kemampuan untuk hanya mengandalkan keberuntungan
memperkirakan keuntungan maupun (game of chance), karena seseorang
resiko yang mungkin terjadi dalam hanya dapat bersifat pasif. Responsive
162 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

risk, yaitu resiko yang kemunculannya (Zainul Arifin, 2000). Model


memiliki penjelasan kausalitas dan musyarakah adalah akad kerjasama.
distribusi probabilitas. Resiko ini dapat Tabel 1. Perbedaan Bunga dengan Bagi
diperkirakan dengan menggunakan Hasil
Bunga Bagi Hasil (BH)
cara-cara tertentu. Memperkirakan
resiko responsif ini sering disebut Tidak terdapat risk and Berdasarkan risk and
game of skill, karena perkiraannya return sharing. return sharing.
Besarnya bunga Besarnya nisbah bagi
didasarkan atas skill tertentu. ditentukan pada saat hasil
Dalam batas-batas tertentu resiko akad. Jadi, terdapat disepakati pada saat
dapat diperkirakan, sehingga asumsi pemakaian akad dibuat dengan
dana pasti berpedoman pada
penerimaan seseorang atas nisbah bagi mendatangkan kemungkinan adanya
hasil tidak selalu bersifat spekulatif. keuntungan resiko untung-rugi
Resiko adalah sebuah konsekuensi dari Berdasarkan risk and
return sharing.
aktifitas produktif. Resiko yang perlu Besarnya bunga Besaran nisbah bagi
dihindari adalah yang tidak dapat berdasarkan persentase hasil berdasarkan
diperkirakan, seperti pasive risk atau atas modal (pokok persentase atas
pinjaman). Besaran keuntungan
unknowables. Resiko seperti ini dalam bunga biasanya lebih yang diperoleh.
terminologi fiqh mu’amalah disebut ditentukan Besaran nisbah bagi
gharar yang benar-benar bersifat berdasarkan hasil disepakati
tingkat bunga pasar lebih didasarkan atas
spekulatif. Gharar terjadi karena (market interest rate) konstribusi masing-
seseorang sama sekali tidak (dapat) masing pihak, prospek
mengetahui kemungkinan terjadinya perolehan keuntungan,
dan tingkat resiko
sesuatu, sehingga bersifat perjudian yang mungkin terjadi
atau game of chance. Jika satu pihak Pembayaran bunga Jumlah nominal bagi
menerima keuntungan, maka pihak lain tetap sebagai mana hasil akan berfluktuasi
dalam perjanjian, tidak sesuai dengan
pasti mengalami kerugian. Hal ini terpengaruh pada hasil keuntungan
berarti telah terjadi win lose solution. riil dari pemanfaatan riil dari pemanfaatan
Transaksi syariah adalah dana dana
Eksistensi bunga eksistensinya
mencerminkan positive sum game atau diragukan oleh hampir berdasarkan nilai-nilai
win-win solution sebagaimana dalam semua agama samawi, keadilan yang
ajaran teori profit loss sharing. para pemikir besar, bersumber
bahkan ekonom dari syariah Islam
Dengan berlandaskan kerangka
Sumber: Syafi’i Antonio (2001).
teori fiqh mu’amalah (syariah) maka
dapat dinyatakan, bahwa sistem bunga Muchlis, Teori Bagi Hasil (Profit And
masuk dalam kategori ruang lingkup Loss Sharing) dan Perbankan Syariah
gharar. Hal ini karena dalam prosesnya Dalam Ekonomi Syariah antara dua
mempunyai sifat game of chance. pihak atau lebih untuk menjalankan
Secara operasional perbedaan bunga suatu usaha tertentu. Masing-masing
dan NBH (nisbah bagi hasil) dapat pihak memberikan kontribusi dana
dijabarkan melalui kerangka dengan kesepakatan keuntungan dan
penjelasan Tabel 1. resiko ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan (Zainul Arifin,
Teori PLS dikembangkan dalam 2000).
dua model, yakni model mudharabah Sharing Model mudharabah (Trust
dan musyarakah. Model Mudharabah financing)
merujuk pada bentuk kerjasama usaha Model ini disebut mudharabah
antara dua belah pihak. Pihak pertama karena pada saat akad kerjasama usaha
(shahibul maal) menyediakan seluruh satu pihak memberikan kontribusi
modal, sedangkan pihak lainnya permodalan sedangkan pihak lain
menjadi pengelola dana (mudharib) memberikan kontribusi kewirausahaan
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 163

dalam bentuk tenaga, pikiran atau mengurangi permintaan modal dari


manajemen. Pihak pertama disebut para mudharib.
sahib al maal (financier), sedangkan Tingkat nisbah bagi hasil yang
pihak kedua disebut mudharib terjadi dihasilkan dari perpotongan
(enterpreneur). Dalam skema ini kurva penawaran S dan permintaan D.
permodalan 100 % menjadi Dalam gambar di atas perpotongan ini
tanggungan sahib al maal. Sedangkan menghasilkan nisbah bagi hasil 40 : 60,
manajemen sepenuhnya menjadi yaitu 40 persen untuk shahib al maal
tanggungjawab mudharib. dan 60 persen untuk mudharib.
Analisis seperti ini akan berlaku dalam
100% OM
kasus terdapat keuntungan (positive
S return) dari kerjasama tersebut. Dalam
kasus terjadi kerugian (negative
PBHS PBHM return), maka shahib al maal akan
40% 60% menanggung seluruh kerugian
permodalan, sedangkan mudharib tidak
mendapat bagian pendapatan apapun.
Mudharib menanggung kerugian
D
tenaga, pikiran, dan manajemen yang
telah dicurahkan untuk menjalankan
kegiatan bisnis. Dalam kasus tidak
Gambar 1. Scarcity adjusted demand
terdapat keuntungan dan kerugian
(zero return), maka tidak ada
Sementara itu pertimbangan pembagian apapun di antara keduanya.
adanya keterbatasan dalam penyediaan Dengan demikian, dalam mudharabah
modal mendorong digunakannya harga modal (price of capital) akan
istilah scarcity adjusted demand ditentukan bersama-sama dengan harga
Sumbu horisontal bawah menunjukkan dari kewirausahaan (price
porsi permodalan dari shahibul maal. enterpreneurship).
Sedangkan sumbu horisontal atas Model Musyarakah (partnership)
menunjukkan porsi kontribusi Skema model musyarakah
kewirausahaan dari mudharib. Sumbu menunjukkan masing-masing pihak
vertikal sebelah kiri mununjukkan memberikan kontribusi dalam
nisbah bagi hasil yang diterima oleh pemodalan. Mereka sepakat untuk
shahibul maal. Sedangkan sumbu melakukan profit loss sharing. Formula
sebelah kanan menunjukkan nisbah menentukan nisbah bagi hasil dapat
yang diterima oleh mudharib. Kurva dijelaskan sebagai berikut: Nisbah bagi
penawaran S memiliki lereng positif, hasil di antara partner ditentukan
yang berarti semakin tinggi porsi bagi berdasarkan porsi masing-masing
hasil yang diterima oleh shahibul maal, dalam permodalan. Bila ada dua orang
maka akan semakin meningkat melakukan musyarakah dengan
kesediaannya untuk menawarkan menyetor modal masing-masing 50%,
modal. Di sisi sebaliknya, kenaikan maka nisbah bagi hasilnya juga 50:50.
porsi bagi hasil yang diterima oleh Pendapat ini banyak dianut kalangan
shahib al maal ini berarti menurunnya madzhab Syafi’i dan Maliki. Nisbah
porsi yang diterima oleh mudharib. bagi hasil di antara partner ditentukan
Karenanya kurva permintaan D atas pertimbangan kontribusi dalam
berlereng negatif, yang berarti organisasi dan kewirausahaan. Dalam
meningkatnya porsi bagi hasil yang skema ini memungkinkan seseorang
diterima shahib al maal berdampak mendapatkan porsi bagi hasil lebih
164 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

besar atau lebih kecil dari porsi permodalan. Pembagian kerugian


kontribusinya dalam permodalan. Hal seperti ini lebih banyak diterima oleh
ini karena memiliki kontribusi lebih pendapat mayoritas (jumhur al ulama),
besar atau lebih kecil dalam organisasi baik ketika nisbah bagi hasil
dan kewirausahaan. Pendapat ini didasarkan pada porsi kontribusi
banyak dianut kalangan madzhab permodalan (pendapat utama) atau
Hambali dan Hanafi. pada organisasi dan kewirausahaan
Gambar 2 menunjukkan sumbu (pendapat kedua). Dengan demikian
horisontal sisi bawah menunjukkan garis OAROB sekaligus merupakan
porsi kontribusi permodalan dari pihak titik-titik nisbah bagi kerugian.
A, sedangkan sumbu atas adalah Terdapat berbagai hasil
kontribusi pihak B. Dalam gambar penelitian yang telah dilakukan sebagai
tersebut mengilustrasikan porsi upaya pengujian teori PLS sekaligus
permodalan A adalah 25%, sedang dalam rangka pengembangan. Gerrard
sisanya (75%) merupakan kontribusi dan Cunningham (1997) melakukan
dari B. Sumbu vertikal sebelah kiri penelitian terhadap 190 responden
menunjukkan porsi bagi hasil yang muslim dan non-muslim di Singapura
diterima oleh A (PHBA), sedangkan dengan kesimpulan bahwa nasabah
yang sebelah kanan adalah porsi bagi non muslim meletakkan faktor tingkat
hasil yang diterima oleh B (PBHB). NBH sebagai variabel utama
Bilamana ketentuan pendapat pertama memanfaatkan bank syariah. Secara
yang digunakan dalam nisbah bagi lebih luas Gerrard menyimpulkan
hasil, maka keduanya akan bahwa sikap dan pandangan Muslim
mendapatkan sesuai kontribusi dan non Muslim mengenai motivasi
permodalannya. Oleh karena itu posisi religious dan profitabilitas adalah
nisbah bagi hasil untuk berbagai berbeda. Layanan yang cepat dan
tingkat kontribusi modal akan efisien serta kerahasiaan merupakan
mengikuti sepanjang garis OA R OB. faktor-faktor utama dalam memilih
Penetapan pendapat kedua akan layanan bank. Nasabah non-muslim
menghasilkan pola atau titik-titik memberi peringkat tertinggi pada
nisbah bagi hasil yang berbeda. Karena return berupa NBH yang bersaing
nisbah bagi hasil tidak paralel dengan dengan pendapatan karena bunga.
kontribusi permodalannya, maka Sedangkan bagi nasabah muslim
nisbah ini akan mengikuti pola garis di profitabilitas NBH bukan faktor utama
luar OAROB, yaitu OANOB atau pemanfaatan bank syariah.
OAMOB. Misalnya jika kedua pihak, Jalaluddin dan Metwally (1999)
A dan B menyepakati nisbah bagi hasil meneliti 385 perusahaan kecil di
50 : 50, maka titik nisbah ini adalah Sydney Australia dengan kesimpulan
titik N. Dalam hal ini A akan bahwa, pendapatan NBH dijadikan
mendapatkan porsi 50%, meskipun faktor paling dominan dalam
kontribusi permodalannya hanya 25%. memanfaatkan bank syariah karena
Si A mendapatkan porsi hasil lebih tingginya bunga pinjaman. Jalaluddin
besar dari kontribusi permodalannya, (1999a) melakukan riset terhadap 80
sedangkan B menerima lebih kecil. lembaga keuangan di Sydney
Seandainya tidak terdapat Australia. Teknik analisis data
keuntungan, maka tidak terjadi bagi penelitian menggunakan analisis faktor
hasil. Akan tetapi bila terjadi kerugian, dan diskriminan berganda. Hasil
maka kerugian akan dibagi di antara penelitian menunjukkan 41,2%
para partner berdasarkan porsi lembaga keuangan mengindikasikan
kontribusi masing-masing dalam kesiapan mereka memberikan kredit
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 165

berdasarkan bagi hasil. Dukungan mendorong penerapan model PLS pada


bisnis merupakan motivasi utama perbankan syariah; Praktek
kepada lembaga keuangan untuk penyembunyian informasi berpengaruh
menerapkan metode pembiayaan bagi negatif terhadap penerapan model PLS
hasil. Para responden menyatakan pada perbankan syariah; Sistem yang
bahwa pembayaran bunga kadang- tidak memungkinkan berkembangnya
kadang menciptakan kesulitan bagi instrumen-instrumen bagi hasil yang
bisnis. Ketidakbiasaan untuk bagi terbuka dan efisien berpengaruh
resiko dengan kreditur merupakan negatif terhadap penerapan model PLS
alasan-alasan utama terhadap pada perbankan syariah.
ketidaksiapan lembaga keuangan untuk Tarek dan Hassan (2001)
memberi kredit berdasarkan bagi melakukan penelitian tentang “survei
hasil. Pertumbuhan permintaan dana literatur pembiayaan dan perbankan
merupakan faktor yang paling Islam (a comparative literature survey
signifikan dalam membedakan antara of Islamic finance and banking).
perusahaan-perusahaan keuangan yang Penelitian ini melibatkan variable
siap memberikan kredit berdasarkan dependen pertumbuhan pembiayaan
bagi hasil. Pada tahun yang sama dan perbankan Islam, dan variabel
dengan teknik dan metode yang persis, independen reformasi struktural sistem
tetapi dengan responden berbeda keuangan konvensional, liberalisasi
Jalaluddin (1999b) melakukan pergerakan modal, privatisasi, dan
penelitian terhadap 385 bisnis kecil di integrasi pasar-pasar keuangan global,
Sydney Australia. Hasil penelitian serta inovasi produk-produk perbankan
menunjukkan, bahwa 59,5% Islam. Dasar pemikiran yang
perusahaan bisnis kecil tertarik digunakan dalam survei literatur ini
menggunakan metode pembiayaan adalah, bahwa pembiayaan Islami
bagi hasil. Dukungan bisnis merupakan adalah sistem keuangan yang bertujuan
motivasi utama di dalam menerapkan membantu mencapai kemakmuran
metode pembiayaan bagi hasil. yang berkeadilan sosial sesuai dengan
Humayon dan Presley (2001) ajaran al-Qur’an. Pembiayaan syariah
melakukan penelitian tentang Lack of tidak dibenarkan untuk meraup return
Profit Loss Sharing in Islamic maksimal dari aset-aset keuangan
Banking: Management and Control berdasar kontrak eksploitatif ribawi
Imbalances. Variabel dependen adalah (bunga/usury), tetapi harus dijalankan
penerapan PLS pada perbankan syariah dengan landasan PLS. Penelitian ini
dan variabel independen terdiri dari dilakukan di Amerika Serikat, dan
aplikasi manajemen dan fungsi kontrol. merupakan penelitian/survei literature
Teori dasar yang digunakan dalam terhadap penelitian-penelitian
penelitian ini adalah PLS (Profit Loss terdahulu. Oleh karenanya data yang
Sharing) atau sharing resiko/bagi rugi- digunakan adalah data sekunder. Data
laba dengan dua model utama, yaitu dianalisis dengan logit dan probit.
Mudharabah dan Musyarakah. Kesimpulan yang muncul dari
Penelitian ini dilakukan di Inggris. penelitian ini adalah: Kontrak bagi
Data dianalisis dengan teknik analisis laba, return on capital akan tergantung
deskriptif. Penelitian ini melahirkan pada produktivitas, dan alokasi dana
kesimpulan: Penerapan manajemen terutama didasarkan pada fisibilitas
dan kontrol menjadi titik penting bagi proyek. Ini akan meningkatkan
penerapan model PLS pada perbankan efisiensi alokasi modal. Sistem PLS
syariah. Penghindaran intensif dari memastikan distribusi kemakmuran
melakukan kecurangan akan yang lebih setara dan penciptaan
166 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

kemakmuran tambahan bagi para bahwa faktor religiusitas dan


pemiliknya. Sistem ini tidak diragukan profitabilitas (ditunjukkan dengan
dalam mengurangi distribusi pendapatan bagi hasil) merupakan dua
kemakmuran yang tidak adil seperti di faktor yang secara bersama-sama
bawah sistem bunga. Model PLS penting.
mungkin meningkatkan volume Tahun 2005, Okumus melakukan
investasi dan karenanya dapat penelitian terhadap 161 nasabah bank
menciptakan lebih banyak pekerjaan. Islam di Turki dengan analisis
Rezim bunga hanya menerima proyek- deskriptif. Hasilnya menunjukkan,
proyek yang perkiraan returnnya lebih bahwa motivasi sekunder pemanfaatan
tinggi dibandingkan biaya hutang, oleh bank Islam adalah dilandasi oleh
karena itu akan menyaring proyek- prinsip bebas bunga yang diterapkan
proyek yang sebenarnya bisa diterima dengan model nisbah bagi hasil.
di bawah model nisbah bagi hasil. Sebagian besar nasabah mengetahui
Sistem pembiayaan Islami akan produk dan jasa Islam, tetapi tidak
mengurangi ukuran spekulasi di pasar- mengetahui teknik-teknik pembiayaan
pasar keuangan, tetapi masih Islam. Lebih dari 90% responden
memungkinkan pasar sekunder untuk merasa puas dengan jasa dan produk
memperdagangkan saham dan yang ditawarkan bank Islam. Mehboob
sertifikat investasi berdasarkan prinsip ul Hassan (2007) melakukan penelitian
nisbah bagi hasil. Penawaran uang di Pakistan dengan kesimpulan antara
dalam model NBH tidak diijinkan lain bahwa kekuatan visi keislaman
untuk melebihi penawaran barang, (relijiusitas) mendorong persepsi
karena akan berdampak mencegah masyarakat, bahwa tingkat bunga
tekanan inflasi di dalam ekonomi. tabungan tidak menjadi persoalan bagi
Bila berbagai kesimpulan sebagian besar umat muslim. Mereka
penelitian di atas menunjukkan bahwa lebih memilih return investasi yang sah
faktor NBH dipilih karena latar atau dibolehkan. Tidak menjadi soal
ekonomi (profitabilitas ekonomi), bagaimana tinggi rendahnya NBH jika
maka penelitian-penelitian berikut dibandingkan dengan tingkat bunga.
karena didasarkan pada latar belakang Dalam kesimpulannya juga menemukan
diperbolehkan oleh agama. Studi bahwa masyarakat muslim yang
empiris Ahmad dan Haron (2002) menabung di bank konvensional karena
kurangnya pengetahuan bahwa Islam
terhadap 45 direktur keuangan dan
melarang pembayaran dan penerimaan
umum di Malaysia menyimpulkan bunga.
bahwa faktor ekonomi dan agama Penelitian Muchlis Yahya (2011)
adalah faktor-faktor yang penting menyimpulkan bahwa bagi hasil
untuk memilih jasa bank. Meskipun merupakan variabel paling signifikan dan
sebagian besar responden adalah non memiliki koefisien paling tinggi dibanding
Muslim, tetapi mengetahui tentang variable-variabel lainnya untuk semua
bank Islam sebagai suatu alternatif kelompok nasabah. Hanya saja bagi
bagi bank konvensional. Kebanyakan kelompok nasabah muslim yang hanya
responden memiliki tingkat menabung di bank syariah memahami bagi
pengetahuan yang rendah mengenai hasil yang diterimanya bukan semata-mata
karena faktor ekonomi, tetapi karena lebih
produk-produk perbankan Islam,
dibenarkan agama dan lebih adil. Akan
khususnya pembiayaan. Tujuh puluh tetapi bagi kelompok nasabah muslim
lima persen responden setuju bank yang menabung bersama-sama di bank
Islam perlu mempromosikan produk syariah dan bank konvensional, dan
dan jasanya secara lebih baik. Secara kelompok nasabah non muslim memahami
ringkas Ahmad dan Haron melihat bagi hasil yang diterima karena lebih
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 167

kompetitif disbanding dengan pendapatan Alsadek H. Gait, Andrew C.


bunga dari bank konvensional. Worthington. (2006). “An
Empirical Survey of Individual
KESIMPULAN Consumer, Busness Firm and
Teori bagi hasil (profit and loss Financial Institution Attitudes
sharing) bila dianalisis menggunakan towards Islamic Methods”.
teori keuangan/moneter lebih School of Accounting &
mencerminkan kesesuaian dengan teori Finance University of
flow concept. Sedangkan munculnya Wollongong, Wollongong
bunga bank lebih didasari pemikiran NSW 2522 Australia, JEL
teori stock concept. Penerapan Classification: D12; G20; Z12.
instrumen bagi hasil lebih Al-Sultan, W. (1999). “Financial
mencerminkan keadilan dibandingkan Characteristics of Interest Free
dengan instrument bunga. Bagi hasil Banks and Conventional Bank
melihat kemungkinan profit (untung) Accounting and finance”.
dan resiko sebagai fakta yang mungkin Wollongong, The University of
terjadi di kemudian hari. Sedangkan Wollongong. Chapter8 in Ph.D.
bunga hanya mengakui kepastian profit Dissertation. Chapra, M.U.
(untung) pada penggunaan uang. Bagi (2001), “Why has Islam
hasil merupakan penggerak dasar prohibited interest: rationale
operasionalisasi perbankan syariah, behind the prohibition of
sedangkan bunga merupakan interest”. Review of Islamic
penggerak dasar operasionalisasi Economics, Vol. 9, pp. 5 -20.
perbankan konvensional. Erol, C., Kaynak, E. and E1-Bdour, R.
(1990). “Conventional and
DAFTAR PUSTAKA Islamic Bank: Patronage
Adiwarman Karim Azwar. (2001). Behaviour of Jordanian
Ekonomi Islam: Suatu Kajian Customers”. International
Kontemporer. Jakarta: Bina Journal of Bank Marketing,
Insani. Sejarah Pemikiran Vol. 8 No. 5, pp. 25-35.
Ekonomi Islam. Jakarta: Fuad Mohd. Fachruddin. (1991). Riba
International Institute of dalam Bank, Koperasi,
Islamic Thought. (2007), Perseroan dan Asuransi. cet. 1,
Ekonomi Mikro Islam I (Edisi Bandung: Al-Maarif, 1991.
ketiga), Jakarta: PT Gerrard, P and Cunningham J. (1997).
RajaGrafindo Persada “Islamic Banking: A Study in
Ahmad, N and Haron S. (2002). Singapore.” International
“Perceptions of Malaysian Journal of Bank Marketing
Corporate Customers Towards 15(6): 204-216.
Islamic Banking Products and Hegazy, I. (1995). “An Empirical
Services.” International Comparative Study between
Journal of Islamic Financial Islamic and Commercial Banks
Services 3(4). Selection Criteria in Egypt.”
Ahmad Dimyati. (2007). Teori International Journal of
Keuangan Islam: Rekonstruksi Commerce and Management
Metodologis terhadap Konsep 5(3): 46-61.
Keuangan al-Ghazali. Hendrie Anto. (2003). Pengantar
Yogyakarta: UII Press. Ekonomi Mikro Islami.
Al-Ghazali. (1963). Ihya al Ulum ad Yogyakarta: Penerbit Ekonosia.
Din. Bairut: Daar al- Fiqr Humayon A. Dar and John R.
168 Jurnal Aplikasi Pelayaran dan Kepelabuhanan, Volume 5, Nomor 2, Maret 2015

Presley. (2001). “Lack of Profit Okumus, H. (2005). “Interest-Free


Loss Sharing in Islamic Banking in Turkey: A Study of
Banking: Management and Customer Satisfactin and Bank
Control Imbalances”. Selection Criteria.” Journal of
Economic Research Paper No. Economic Cooperation 26(4):
00/24, Centre for International, 51-86.
Financial and Economic Omer, H.S.H. (1992). “The
Research, implications of Islamic beliefs
Jalaluddin, A and Metwally M. (1999). and practice on the Islamic
“Profit/Loss Sharing: an financial institutions in the UK:
Alternative Method of case study of Albaraka
Financing Small Businesses in International Bank UK”.
Australia.” The Middle East unpublished PhD thesis,
Business and Economic Economics Department.
Review 11(1): 8-14. Loughborough University,
Jalaluddin, A. (1999a). “Attitudes of Loughborough.
Australian Financial Sadono Sukirno. (2000). Makro
Institutions towards Lending on Ekonomi Modern:
the Profit/Loss Sharing Method Perkembangan Pemikiran dari
of Finance”. Chapter in Klasik Hingga Keynesian
Attitudes of Australian Small Baru. Jakarta: PT Rajawali
Business Firms and Financial Grafindo Persada.
Institutions towards the Safi’i Antonio, Muhammad. (2000).
Profit/Loss Sharing Method of Bank Syariah dari Teori ke
Finance. Phd Dissertation, Praktik. Penerbit Gema Insani,
University of Wollongong. Jakarta.
Jalaludin Rahmat. (1986). Islam Safi’i Antonio, Muhammad. (2007).
Aletrnatif. Bandung, Mizan. Bank Syariah dari Teori ke
Mehboob ul Hassan. (2007). “People’s Praktik. Penerbit Gema Insani,
Perceptions towards the Islamic Jakarta.
Banking: A Fieldwork Study Tarek S. Zaher & M. Kabir Hassan.
on Bank Account Holders’ (2001). “A Comparative
Behaviour in Pakistan”. School Literature Survey of Islamic
of Economics, Nagoya City Finance and Banking”.
University Japan 467- 8501 Financial Markets, Insti-
Japan. tutions & Intruments, V. 10,
Michael G. Rukhstad. (1992). No. 4 November 2001,
Macroeconomic Decission University Salomon New York.
Making in the World Economy; Van Deer Heidjen. (1996) dalam
Text and Cases. ed. 3 (The Achsien, Iggi H. (2000),
Dryden Press, 1992), hlm. 108. Investasi Syariah di Pasar
Muchlis Yahya. (2011). “Perilaku Modal : Menggagas Konsep
Menabung di Perbankan dan Praktek Manajemen
Syariah di Jawa Tengah”. Portofolio Syariah. Jakarta:
Disertasi, UNDIP Semarang Gramedia
Indonesia
Muhammad Akram Khan. (1981). Zainul Arifin. (2000). Memahami
Issues in Islamic Economics. Bank Syariah : Lingkup,
ed. 1. Lahore: Islamic Peluang, Tantangan dan
Publications Ltd. Prospek. Jakarta, AlvaBet.
Benny A.S.: Teori Perusahaan – Kajian Tentang Teori Bagi Hasil Perusahaan … 169

Zeldes, S.P. (1989). Optimal


consumption with stochastic
income: Deviations from
certainty equivalence.
Quarterly Journal of
Economics, 104, 275-298.
Ziauddin Ahmed, Munawar Iqbal and
Fahim Khan (Eds). (1996).
“Money and Banking In
Islam”. International Center for
Research in Islamic
Economics, King Abdul Aziz
University Jeddah and Institute
of Policy Studies Islamabad,
Pakistan.

Anda mungkin juga menyukai