Anda di halaman 1dari 22

Ringkasan Materi Kuliah RPS 8

SKALA PENGUKURAN VARIABEL PENELITIAN


Mata Kuliah Metode Penelitian Akuntansi
Kode Mata Kuliah EKA 400
Kelas A3

Disusun oleh:
Kelompok 3

Ni Wayan Mas Lestari (03/2107531058)


Putu Angel Shinta Lestari (05/2107531066)

Ni Luh Gabriella Yulia Alexandra (06/2107531067)


Ni Komang Priyahita (07/2107531074)

Ni Kadek Yunia Sumirta (08/2107531075)

Ni Ketut Febriyani (12/2107531089)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

PETA KONSEP ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

PEMBAHASAN .................................................................................................................... 1

A. Pengertian Skala Pengukuran .................................................................................... 1

B. Macam-macam Skala Pengukuran ............................................................................ 2

C. Definisi Operasional Variabel ................................................................................... 8

D. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian ......................................................... 10

KESIMPULAN ................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18

iii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Skala Pengukuran


Seorang peneliti membutuhkan skala pengukuran yang tepat untuk mengukur variabel
yang digunakan. Pengukuran yang dilakukan berfungsi untuk menggambarkan gejala
sosial dan psikologis, mengubah data sehingga dapat dikontrol melalui manipulasi
instrumen, dan memungkinkan peneliti membedakan antara obyek yang diteliti.
Pengukuran adalah proses yang dilakukan mengikuti langkah – langkah mulai dari
memilih peristiwa empiris yang dapat diamati yang selanjutnya memberi makna dari
angka-angka atau simbul yang mewakili aspek-aspek peristiwa-peristiwa tersebut, dan
menerapkan aturan pemetaan untuk menghubungkan pengamatan kepada simbol.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen
penelitian diperlukan baik dalam penelitian kuantitatif maupun dalam penelitian
kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, instrument akan digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti yang lebih banyak
menjadi instrument. Jumlah iinstrument yang digunakan dalam suatu penelitian
tergantung dari jumlah variabel yang digunakan. Walaupun instrument penelitian sudah
banyak yang dibakukan namun masih banyak juga yang harus dibuat oleh si peneliti oleh
karena kebutuhan dari penelitian yang dilakukan menghendaki hal tersebut. Bila
instrument suatu penelitian dibuat oleh si peneliti maka harus teruji validitas dan
reliabilitasnya. Walaupun iinstrument yang dilakukan oleh orang lain sudah teruji valid
dan instrumen, juga iinstrument yang sama digunakan oleh peneliti lain, pengujian
validitas dan reliabilitas tersebut tetap dilakukan. Setiap instrument yang digunakan
dalam suatu penelitian mempunyai skala tertentu.
Adapun tujuan dilakukannya skala pengukuran adalah sebagai berikut:
1) Mampu menafsirkan variabel penelitian
Mengetahui skala pengukuran yang tepat menjadi hal yang penting karena akan
membantu kita memutuskan bagaimana menafsirkan data dari suatu variabel
penelitian. Adapun variabel penelitian yaitu besaran yang nilainya berubah di
seluruh populasi dan dapat diukur. Misalnya, sampel individu yang dipekerjakan.
Variabel untuk kumpulan populasi tersebut dapat berupa instrumen, lokasi, jenis
kelamin, usia, keterampilan, jenis pekerjaan, dan lain-lain. Nilai variabel dalam
sampel tersebut akan berbeda untuk setiap karyawan.

1
2) Mampu untuk memutuskan uji instrumen
Mengetahui tingkat pengukuran juga akan membantu untuk memutuskan
analisis instrumen apa yang sesuai dengan nilai yang ditetapkan. Oleh karena
itulah skala pengukuran suatu variabel seperti contoh yang telah disebutkan
tersebut menentukan jenis uji instrumen yang akan digunakan. Disini sangatlah
terlihat bahwa sifat matematis suatu variabel atau dengan kata lain bagaimana
suatu variabel diukur dianggap sebagai skala pengukuran.

B. Macam-macam Skala Pengukuran


Ada berbagai macam skala pengukuran (tipe dasar dari skala pengukuran) yang dapat
digunakan oleh peneliti dalam penelitiannya. Ada empat tipe dasar skala pengukuran
yaitu:
1) Skala Nominal
Skala nominal merupakan sebuah skala dimana peneliti memberikan tanda
untuk katagori atau kelompok tertentu. Skala nominal ini dikatakan sebagai skala
yang paling lemah dibandingkan dengan skala lain. Bilamana menggunakan skala
nominal maka akan dibuat suatu partisi dalam suatu himpunan dalam kelompok-
kelompok yang harus mewakili kejadian yang berbeda dan dapat menjelaskan semua
kejadian yang terjadi dalam kelompok tersebut..
Pada skala nominal tidak ada hubungan jarak, dan tidak ada asal mula
hitungan. Skala ini mengabaikan segala informasi mengenai berbagai tingkatan dari
ciri-ciri yang diukurnya. Meskipun skala nominal dianggap lemah , namun skala ini
berguna dan banyak digunakan dalam penelitian. Seperti contoh: jenis
kelamin/gender, responden dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu laki-
laki dan perempuan. Kedua kelompok ini dapat ditandai dengan kode angka 1 dan 2.
Angka ini adalah hanya sebagai label kategori/kelompok dengan tanpa nilai
instrumen. Tanda tersebut tidak over lapping dan bersifat kategori yang mutually
exclusive, dan juga bersifat collectively exhaustive, dengan kata lain tidak ada
kategori yang ketiga.
2) Skala Ordinal
Skala Ordinal ini lebih tinggi daripada skala nominal, dan sering juga disebut
dengan skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, 5nstrum-lambang
bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan
urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Menurut
2
Winarno (2013), salah satu ciri skala ordinal adalah adanya tingkatan, yaitu sebagai
berikut:
­ Sekelompok subjek disusun berturut-turut mulai dari yang paling tinggi
(besar, kuat, baik) sampai kepada yang paling rendah (kecil, lemah, jelek)
dalam hal atribut yang diukur.
­ Angka-angka tidak menunjukkan seberapa besar (kuantitas) dalam arti
absolut (titik nol tidak mutlak).
­ Tidak ada kepastian tentang sama atau tidaknya jarak-jarak (perbedaan-
perbedaan) antara angka-angka yang berurutan.
Contoh : Tingkat kepuasan seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan
5= sangat puas, 4= puas, 3= kurang puas, 2= tidak puas dan 1= sangat tidak puas.
Atau dalam suatu lomba, pemenangnya diberi peringkat 1, 2, 3 dstnya. Dalam skala
ordinal, tidak seperti skala nominal, ketika kita ingin mengganti angka-angkanya,
harus dilakukan secara berurut dari besar ke kecil atau dari kecil ke besar. Yang
boleh adalah 1= sangat puas, 2= puas, 3= kurang puas dstnya. Selain itu, yang perlu
diperhatikan dari karakteristik skala ordinal adalah meskipun nilainya sudah
memiliki batas yang jelas tetapi belum memiliki jarak (selisih).
3) Skala Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala
nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval
yang tetap. Dengan demikian, skala interval sudah memiliki nilai 6nstrumen, sudah
memiliki jarak, tetapi jarak tersebut belum merupakan kelipatan. Pengertian “jarak
belum merupakan kelipatan” ini kadang-kadang diartikan bahwa skala interval tidak
memiliki nilai nol mutlak. Menurut Winarno (2013), ciri-ciri skala interval adalah
sebagai berikut:
­ Angka-angka rangking (rank-order) ditetapkan berdasarkan atribut yang diukur.
­ Jarak atau perbedaan kuantitas antar angka-angka yang berurutan selalu sama.
­ Tidak ada kepastian tentang kuantitas absolut, sehingga tidak diketahui dimana
letak angka nol absolut (angka nol yang menunjukkan kekosongan sama sekali
akan atribut yang diukur).
Contoh : Data ordinal yang diberi skor dengan jarak yang sama (sangat tidak setuju,
tidak setuju, cukup setuju, setuju, sangat setuju).

3
4) Skala Rasio
Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio,
terdapat semua karakteristik skala nominal,ordinal dan skala interval ditambah
dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya
adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain.
Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai
perbandingan/rasio. Skala rasio memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
­ Angka-angka yang menunjukkan rangking (rank-order) telah ditentukan
sebelumnya berdasarkan atribut yang diukur.
­ Interval (jarak) antar angka-angka yang berurutan menunjukkan jarak yang
sama.
­ Mempunyai nilai nol absolut, artinya jarak antara tiap angka dalam skala dengan
titik nol absolut dapat diketahui, secara eksplisit atau secara rasional.
Contoh : Seseorang yang beratnya 60 kg adalah 2 kali lipat dari mereka yang
beratnya 30 kg. Rata-rata aritmatik maupun rata-rata instrument dan pengukuran
instrument dapat digunakan seperti standar deviasi, variasi, atau koefisien variasi,
pada skala rasio ini.

Setelah empat macam skala dipahami, maka perlu memberikan nilai-nilai kepada
variabel sesuai dengan skalanya. Pemberian nilai-nilai ke variabel ini disebut dengan
metode penskalaan. Adapun terdapat dua macam metode penskalaan, yaitu skala rating
(rating scale) dan skala rangking (ranking scale).
1) Skala rating (rating scale) digunakan untuk memberikan nilai (rating) ke suatu
variabel. Beberapa skala rating yang sering digunakan meliputi:
• Skala Dikotomi
Skala dikotomi merupakan skala pengukuran yang tipenya peneliti akan
mendapat jawaban yang tegas. Yaitu jawaban ya atau jawaban tidak, jawaban
benar, atau jawaban salah, jawaban pernah, atau jawaban tidak pernah. Data yang
diperoleh pada skala ini berupa data interval atau rasio dikotomi atau dua
instrument. Perbedaannya dengan skala likert terdapat pada intervalnya. Jika
skala likert intervalnya 1, 2, 3, 4, 5, yakni “sangat setuju” sampai “sangat tidak
setuju”. Sementara itu skala ini yakni hanya ada pada interval “setuju atau tidak
setuju”. Skala ini digunakan pada tipe data nominal.
• Skala Kategori

4
Skala ini memberikan nilai beberapa item untuk dipilih. Tipe data yang
digunakan untuk skala ini adalah tipe nominal. Contohnya:
Pilih 8nstrume dari perusahaan:
 Pabrikan
 Jasa
 Gas
 Lainnya
• Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian,
fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Dari indikator dapat disusun instrument yang berupa pertanyaan-pertanyaan,
dari setiap pertanyaan menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat instrument yang dapat berupa kata-kata sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Instrumen dengan
menggunakan skala likert dapat dibuat juga dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda. Skala ini juga dapat diartikan untuk mengukur respons
subjek ke dalam lima poin skala dengan interval yang sama. Dengan demikian,
tipe data yang digunakan adalah tipe interval . Contohnya:

Jawaban
Pernyataan
1 2 3 4 5
Mata kuliah metode penelitian akuntansi
sangat bermanfaat untuk membantu
mahasiswa dalam menyusun tugas akhir
Skripsi

Keterangan :
1 : Sangat setuju
2 : Setuju

5
3 : Ragu-ragu
4 : Tidak setuju
5 : Sangat tidak setuju
• Skala Perbedaan Semantik
Skala pengukuran yang berbentuk semantic differensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang
“sangat 9nstrume” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang
diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang. Contoh:

• Skala Numerik
Skala ini sama dengan skala perbedaan instrument, tetapi mengganti ruang
instrument yang disediakan dengan angka-angka instrument (misalnya 1 sampai 5
untuk 5 poin skala likert). Tipe data yang digunakan adalah tipe interval.
Contoh:

• Skala Penjumlahan Tetap/Konstan


Subjek diminta untuk mendistribusikan nilai responsnya ke dalam beberapa
item yang sudah disediakan dengan jumlah tetap. Tipe data yang digunakan
adalah tipe rasio. Contoh: Di dalam memilih pendidikan S2, tentukan besarnya
nilai alokasi yang Anda berikan dengan total nilai 100 poin.

6
• Skala Stapel
Skala ini dimaksudkan tidak hanya mengukur intensitas respons dari subjek
tetapi juga arah responsnya. Oleh karena nilai nol tidak disebutkan secara
eksplisit, maka tipe data yang digunakan adalah tipe interval.
Contoh: Tunjukkan bagaimana Anda menilai dosen yang mengajar di kelas
dengan melingkari nilai jawabannya.

• Skala Grafik
Skala ini menggunakan grafik skala dan subjek memberi tanda pada tempat di
grafik untuk responsnya. Tipe data yang digunakan adalah tipe interval. Contoh:

2) Skala ranking (ranking scale) membandingkan dua atau lebih objek untuk memilih
yang lebih baik. Skala rangking dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
• Skala Perbandingan-Berpasangan (paired comparison scale)
Skala ini digunakan untuk memilih satu dari dua objek secara berpasangan.
Jumlah pasangan yang ada adalah sebanyak (n x (n-1)/2), dengan n adalah jumlah
objek. Misalnya, jumlah objek adalah 3, maka jumlah pasangan perbandingannya
adalah (3 x (3-1)/2) = 3. Tipe data yang digunakan adalah ordinal.
Contoh: Di antara kandidat pasangan presiden dan wakil presiden, mana yang
Anda pilih menjadi presiden perusahaan.

7
• Skala Ranking Dipaksakan (forced ranking scale)
Skala ini mengurutkan langsung instrument satu terhadap lainnya. Tipe data
yang digunakan adalah ordinal.
Contoh: Di antara kandidat presiden, mana yang anda pilih menjadi presiden
perusahaan (beri nilai rangking 1 sampai dengan 6):
 Basuki
 Ateng
 Centil
 Didik
• Skala Ranking Komparatif
Skala ini membandingkan dengan standar atau benchmark yang lainnya. Tipe
data yang digunakan adalah ordinal.
Contoh: Dibandingkan dengan kinerja manajer periode kemarin, kinerja manajer
sekarang:

C. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Moh
Nazir, 2005). Definisi operasional dalam variabel penelitian ialah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2015). Variabel penulisan pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018, hal. 61).
Peneliti menggunakan definisi opersional variabel agar menjadi petunjuk dalam
penelitian ini. Definisi operasional variabel tersebut adalah sebagai berikut:

8
Variabel
Definisi Operasional Indikator
Penelitian
Perilaku Tindakan seseorang dalam a. Ketertarikan konsumen dengan produk
Konsumtif membeliatau terbaru di aplikasi e-commerce
mengonsumsi suatu b. Ketertarikan konsumen untuk membeli
barang atau jasa secara produk dikarenakan diskon dan flash
berlebihan tanpa sale
pertimbangan yang masuk c. Ketertarikan konsumen untuk
akal dan tidak didasarkan memenuhi kepuasan terhadap trend
pada faktor kebutuhan. produk yang ditawarkan pada aplikasi
e-commerce
d. Manajemen keuangan konsumenyang
mungkin dilakukan untuk membeli
produk pada aplikasi e-commerce

Kualitas Tingkat dimanainformasi a. Keakuratan informasi pencariandi


Informasi memilikikarakteristik isi, laman apliksasi e-commerce
(X1) bentuk dan waktu yang b. Kesesuaian deskripsi produk dan
memberikannilai bagi perbaruan informasi yang disajikan
pemakai akhir tertentu. oleh seller di aplikasi e-commerce
c. Ketertarikan informasi melalui beranda
feed yang disajikan oleh seller pada
aplikasi e-commerce.

Kemudahan Kemudahan dalam a. Menu pada aplikasi e-commerce dapat


(X2) Penggunaan e-commerce. dengan mudah dioperasikan oleh
Kemudahan penggunaan e- konsumen
commerce akan b. Proses pesan dan bayar pada aplikasi e-
mempengaruhi proses commerce dapatmenghemat biaya
belanja online dan waktu.
Harga (X3) Jumlah nilai yang a. E-commerce menjual produk yang
konsumen pertukarkan berkualitas dengan harga terjangkau
untuk mendapatkan dan bersaing dengan toko offline
manfaat dari memiliki atau b. Tersedianya voucher dan penawaran
menggunakanproduk atau gratis ongkos kirim (ongkir)
jasa
Kualitas Karakter dari produk a. Kualitas produk sesuai dengan katalog
Produk (X4) dalam kemampuan untuk dan memiliki daya tahan lama
memenuhi kebutuhan- b. Memiliki tampilan produk yang
kebutuhan konsumen yang menarik dan bervariasi
bagaimana kualitas produk
mempengaruhi minatbeli
konsumen

Secara khusus, definisi operasional merupakan penjabaran interpretasi dari variabel


yang sudah ditentukan oleh peneliti. Dalam implementasinya definisi operasional dari

9
satu peneliti dengan peneliti lain bisa sangat berbeda. Ini bisa dilihat pada definisi
operasional skripsi ataupun thesis yang berdasar pada daftar pustaka.
Menguraikan definisi operasional variabel pada sebuah penelitian adalah sesuatu yang
esensial. Ini dikarenakan agar ketika pengumpulan data peneliti tidak melakukan
kekeliruan. Kekeliruan yang terjadi biasanya adalah data akan menjadi bias atau berbelok
arah. Kekeliruan bisa dikarenakan dalam penentuan instrument penelitian yang tidak
tepat serta pembuatan pertanyaan penelitian yang tidak konsisten.
Secara terperinci definisi operasional memiliki empat tujuan, yaitu:
­ Menetapkan aturan dan prosedur yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur
variabel.
­ Memberikan arti yang tidak ambigu dan konsisten untuk istilah/variabel yang
jika tidak dilengkapi dengan definisi operasional, maka dapat ditafsirkan dengan
cara yang berbeda.
­ Membuat pengumpulan data serta analisis lebih 13nstr dan efisien.
­ Memandu jenis data dan informasi apa yang dicari oleh peneliti.

D. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian


1) Validitas Instrumen
Validitas instrument menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur
apa yang ingin diukur. Aswar (2003), mengartikan validitas sebagai sejauhmana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Bila
seseorang ingin mengukur berat, maka dia akan menggunakan alat ukur timbangan.
Jika ingin mengur panjang suatu benda maka alat ukur yang digunakan adalah
meteran. Peneliti harus yakin bahwa alat ukur yang digunakan dapat mengukur
fenomena yang ingin diteliti. Validitas ada berbagai macam yaitu:
• Validitas Konstruk (construct validity)
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara. Konstruk, secara instrument, merupakan suatu sifat
yang tidak dapat diobsevasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui
satu atau dua indera kita. Proses melakukan validasi konstruk dapat dilakukan
dengan cara melibatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang
menyangkut dengan konstruk yang relevan.
• Validitas Isi (content validity)

10
Validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi
yang ingin diukur. Validitas isi ditentukan oleh sejauhmana alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
Misalnya seorang peneliti meneliti tentang keterlibatan responden dalam
program asuransi. Kuesioner yang ditanyakan kepada responden harus berisi
tentang program asuransi misalnya macam-macam program asuransi,
persyaratan, jangka waktu, dan sebagainya. Apabila kuesioner tersebut tidak
memuat semua tentang program asuransi tersebut, maka kuesioner tidak
memiliki validitas isi.
• Validitas Eksternal (external validity)
Validitas eksternal insrtumen diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada 14instrument dengan fakta-
fakta empiris yang terjadi di 14nstrume. Instrumen penelitian yang mempunyai
validitas eksternal bila hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan
pada sampel lain dalam populasi yang diteliti. Contoh dalam penelitian
kependudukan misalnya, untuk mengukur kualitas penduduk dapat dikorelasikan
antara angka harapan hidup dengan angka kematian bayi. Bila kedua angka
tersebut berkorelasi secara signifikan, maka kedua jenis pengukuran tersebut
telah memiliki validitas eksternal.
• Validitas Prediktif
Alat pengukur yg dibuat oleh peneliti sering dimaksudkan untuk memprediksi
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Jika alat ukur tersebut mampu
memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang maka dikatakan
alat ukur tersebut memiliki validitas prediktif yang tinggi. Validitas prediktif
adalah kesahihan yang didasarka pada hubungan yang teratur antara tingkah laku
apa yang diramalkan oleh sebuah tes dan tingkah laku sebenarnya yang
ditampilkan oleh individu atau kelompok.
• Validitas Budaya
Validitas ini penting bagi penelitian di negara yang suku bangsanya sangat
bervariasi. Selain itu penelitian yang dilakukan sekaligus di beberapa negara
dengan alat ukur yang sama, juga akan menghadapi problem validitas budaya.
Suatu alat pengukur yang sudah valid untuk penelitian di suatu negara, belum
tentu akan valid bila digunakan di negara lain yang budayanya berbeda.

11
Misalnya, kuesioner pengukur interaksi keluarga yang dikembangkan di negara
barat tidak sesuai bila digunakan di Indonesia, karena konsep Barat mengenai
keluarga selalu didasarkan pada nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak. Sedangkan di Indonesia konsep keluarga biasanya didasarkan pada
extended family, yang tidak hanya terdiri dari bapak, ibu dan anak, tetapi juga
keluarga dekat lainnya.
• Validitas Rupa (face validity)
Validitas rupa, menunjukkan bahwa dari segi rupanya suatu alat pengukur
tampaknya mengukur apa yang ingin diukur. Bentuk dan penampilan suatu alat
pengukur sudah meyakinkan kalau alat pengukur tersebut mengukur apa yang
ingin diukur. Validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur mengukur
apa yang ingin di ukur, tetapi hanya menunjukkan bahwa dari segi “rupanya”
suatu alat ukur tampaknya mengukur apa yang ingin di ukur.

2) Reabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai 2 kali untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh instrument
konsisten, maka alat pengukur tersebut dikatakan instrument. Dengan kata lain
reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala
yang sama. Pada alat pengukuran fenomena fisik, konsistensi ini tidaklah sulit untuk
dicapai, namun pada penelitian sosial, seperti sikap, opini, dan persepsi, pengukuran
yang konsisten agak sulit untuk dicapai oleh peneliti. Jadi reliabilitas adalah istilah
yang digunakan untuk menunjukkan sejauhmana suatu hasil pengukuran instrument
konsisten apabila pengukuran diulangi 2 kali atau lebih.

3) Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen


a) Pengujian Validitas Instrumen
• Pengujian Validitas Kontruksi (Construct Validity)
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara. Konstruk, secara instrument,
merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobsevasi, tetapi kita dapat
merasakan pengaruhnya melalui satu atau dua indera kita. Konstruksi
validitas instrument dapat diuji dengan menggunakan analisis korelasi,

12
yaitu dengan cara mengkorelasikan skor item (butir) instrument dalam suatu
faktor dengan skor total (Y), dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor
total (Y). Bila korelasi tiap faktor atau butir instrument tersebut positif dan
nilainya 0,3 ke atas, maka dikatakan instrument tersebut sudah valid, dan
dapat digunakan dalam penelitian.
• Pengujian Validitas Isi
Yang dimaksud dengan validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes
mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan
validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan valid
samplingnya. Valid isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan
apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang
ingin diukur. Sedangkan validitas sampling pada umumnya berkaitan
dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes merepresentasikan total
cakupan isi. Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting untuk
tes pencapaian. Validitas isi pada umunya ditentukan melalui pertimbangan
para ahli.
• Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal insrtument diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada iinstrument dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di instrumen. Misalnya instrument utuk
mengukur kinerja kelompok pegawai, maka kriteria kinerja pada instrument
itu dibandingkan dengan catatan-catatan di instrument (empiris) tentang
kinerja pegawai yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria di
dalam iinstrument dengan fakta di instrumen, maka dapat dinyatakan
iinstrument tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Instrumen
penelitian yang mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat
digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang
diteliti. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian, selain dengan
meningkatkan validitas eksternal instrument, juga dapat dilakukan dengan
memperbesar jumlah sampel.

13
b) Pengujian Reabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest
(stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal, reliabilitas
istrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butit yang ada pada
instrument dengan teknik tertentu.
• Test-Retest Reliability (Teknik Pengukuran Ulang)
Pada metode ini pengukuran dilakukan dua kali yaitu dengan
menggunakan instrument yang sama, pada responden yang sama, peneliti
yang sama, namun pada waktu yang berbeda. Pengujian cara ini sering juga
disebut stability. Reliabilitas test-retest dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
­ Selenggarakan tes pada suatu grup yang tepat sesuai dengan rencana.
­ Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggaraan tes yang sama dengan grup yang
sama tersebut.
­ Korelasikan hasil kedua tes tersebut.
• Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh (untuk satu butir saja);
“Berapa tahun pengalaman kerja anda di lembaga ini?” Pertanyaan tersebut
dapat ekuivalen dengan pertanyaan berikut: “Tahun berapa anda mulai
bekerja di lembaga ini?”
Pengujian reliabilitas dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu yang sama,
instrument berbeda. Reliabilitas instrument dihitung dengan cara
mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data instrument
yang dijadikan ekuivalen.
• Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrument yang equivalent itu beberapa kali, ke responden yang sama. Jadi
ini merupakan gabungan antara tes-retest dan equivalen. Reliabilitas
instrument dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrument, setelah itu

14
dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang.
• Interitem Consistency Reliability
Alat/tes ini adalah untuk melihat konsistensi jawaban responden untuk
seluruh butir pertanyaan. Pengujian reliabilitas dengan internal consistency,
dilakukan dengan cara mencobakan instrument sekali saja, kemudian yang
data diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrument. Pengujian reliabilitas
instrument dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown,
KR 20, KR 21 dan Anova Hoyt. Berikut diberikan rumus-rumusnya.
1) Rumus Spearman Brown:

2𝑟𝑟
𝑟𝑟 =
Dimana:
𝑟𝑟 = reliabilitas internal seluruh instrumen

𝑟𝑟𝑏𝑏 = korelasi product moment antara


b l h d k d

2) Rumus KR. 20 (Kuder Richardson):

𝑘𝑘 𝑠𝑠 − ∑ 𝑝𝑝𝑞𝑞
=
(𝑘𝑘 − 1)
Dimana :
k = jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada
item1

3) Rumus KR.21:

𝑘𝑘 (𝑘𝑘 − 𝑀𝑀)
𝑟𝑟 = {1 −
𝑘𝑘 − 1

Dimana:
K = jumlah item dalam instrumen.
M = means skor total.

15
4) Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt):

𝑀𝑀𝐾𝐾
𝑟𝑟 = 1 −

Dimana:
MKs = mean kuadrat antara subyek.
MKe = mean kuadrat kesalhan.

16
KESIMPULAN

Suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap peristiwa-peristiwa


empiris yang diteliti ditak terlepas dari pengukuran berdasarkan atas atura-aturan tertentu.
Pengukuran adalah proses yang dilakukan mengikuti langkah-langkah mulai dari memilih
peristiwa empiris yang dapat diamati yang selanjutnya memberi makna dari angka-angka atau
simbul yang mewakili aspek-aspek peristiwa-peristiwa tersebut, dan menerapkan aturan
pemetaan untuk menghubungkan pengamatan kepada simbol.
Seorang peneliti membutuhkan skala pengukuran yang tepat untuk mengukur variabel
yang digunakan dalam penelitian. Pengukuran yang dilakukan berfungsi untuk
menggambarkan gejala sosial dan psikologis, mengubah data sehingga dapat dikontrol
melalui manipulasi statistik, dan memungkinkan peneliti membedakan antara obyek yang
diteliti. Bila obyek peneliti adalah barang atau benda mati, maka dapat dibedakan antara
benda satu dengan benda lainnya, karena alat yang dipakai mengukur berbeda. Pengukuran
mempunyai fungsi klasifikasi artinya dapat mengklasifikasikan benda kelompok tertentu
sehingga akan dapat memilah variabel. Maka dari itu pengukuran dari suatu variabel sangat
penting dilakukan untuk menjelaskan secara pasti instrumen yang digunakan untuk
menjelaskan variabel tersebut sehingga menjadi terukur.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2021). Definisi Operasional : Tujuan, Manfaat dan Cara Membuat. Deepublish
Store. Diakses pada 30 April 2023, dari: https://deepublishstore.com/blog/definisi-
operasional/.

Rahayuda, Ketut. (2016). Metode Penelitian Bisnis. Denpasar. Udayana University Press.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D. Bandung: CV. Alfa Beta.

Yuliarmini, Ni Nym. & Marhaeni, A A I N. (2019). Metode Riset Jilid 2. Denpasar: CV


Sastra Utama.

18

Anda mungkin juga menyukai