Anda di halaman 1dari 14

BAB 7

Design Instrument Penelitian : Pengukuran Variable Penelitian


By : Nuryaman & Veronica.CH
Widyatama University

Tujuan penelitian adalah mencari solusi atas masalah baik yang bersifat terapan maupun yang
bersifat teoritis. Masalah dan solusi masalah akan dikonseptualisasikan dalam bentuk variabel.
Jika variabel penelitian tersebut tidak dapat diukur maka hipotesis yang dibangun tidak dapat
dibuktikan. Pengukuran variabel merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penelitian dan
merupakan aspek penting di dalam penelitian.

Pengukuran
Apakah pengukuran, beberapa ahli mendefinisikan pengukuran sebagai pemberian angka atau
simbol lainnya pada karakteristik atau atribut dari objek, atau peristiwa sesuai dengan aturan
tertentu. Definisi tersebut menunjukkan bahwa pengukuran merupakan tiga bagian proses yaitu:
1) pilih obyek yang dapat diobservasi; b) kembangkan seperangkat aturan pemetaan: suatu
skema untuk memberi angka atau simbol untuk mewakili obyek yang diukur; 3) terapkan aturan
pemetaan tersebut untuk masing-masing observasi. Obyek bisa meliputi orang, perusahaan,
negara, kendaraan, binatang atau mahluk hidup lainnya.
Ada variabel yang mudah diukur dengan menggunakan alat ukur yang tepat misalnya
tekanan darah, temperature, tinggi badan. Ada juga variabel yang sukar untuk diukur, yaitu
variabel yang sifatnya abstrak dan subyektif (samar-samar), misalnya yang berkaitan dengan
perasaan, sikap dan persepsi seseorang. Berkaitan dengan tidak adanya alat ukur yang nyata
untuk mengukur variabel yang samar-samar tersebut, ada suatu cara untuk membuka jenis
variabel ini, dikenal sebagai operasionalisasi variabel.

Operasionalisasi Variabel
Pengurangan keabstrakan konsep-konsep dan mengukurnya dengan cara yang nyata disebut
sebagai operasionalisasi konsep. Sebelum dibahas lebih lanjut tentang operasionalisasi variabel
perlu dipahami apakah yang dimaksud dengan konsep. Konsep adalah sekumpulan arti atau
karakteristik yang berkaitan dengan obyek , atribut, peristiwa atau proses yang diterima secara
umum.. Sedangkan konstruk adalah suatu image atau abstrak yang dikembangkan untuk tujuan
research tertentu atau untuk membangun teori tertentu. Konsep dan konstruk digunakan pada
tingkat teori, sedangkan variabel digunakan pada tingkat empiris.
Operasionalisasi variabel dilakukan dengan cara mengamati demensi, sisi-sisi, ciri-ciri
perilaku dari suatu konsep. Kemudian menterjemahkan dalam elemen-elemen (indikator-
indikator) yang dapat diobservasi dan diukur agar dapat dibuat atau dikembangkan indek
pengukuran dari konsep-konsep tersebut. Diperlukan beberapa tahap untuk
mengopeasionalisasikan konsep yaitu: 1) definisikan konstruk yang akan diukur; 2) pikirkan isi
dari pengukuran tersebut (suatu instrument dengan satu atau lebih item atau pertanyaan); 3)
format respon, misalnya apakah a seven-point rating scale.
Contoh
Sistem informasi akuntansi manajemen (SIAM) adalah suatu konstruk yang terdiri dari berbagai
konsep yaitu konsep sistem, konsep informasi, konsep akuntansi dan konsep manajemen. Agar
konstruk tersebut dapat diukur maka SIAM akan dioperasionalisasikan berdasarkan karakteristik
informasi yang dihasilkan oleh SIAM yaitu broad scope, timeliness, integration dan
aggregation. Informasi akuntansi manajemen memiliki skope yang luas, informasi akuntansi
manajemen bersifat tepat waktu, informasi akuntansi manajemen bersifat terintergrasi dan
informasi akuntansi manajemen bersifat agregat. (Chenhall dan Morris 1986 dan Veronica
Christina, 2010). Empat demensi informasi akuntansi manajemen tersebut kemudian di
breakdown ke dalam pernyataan-pernyataan dengan sekala tujuh.

Perlu diingat bahwa variabel-variabel mempunyai arti dan konotasi yang berbeda jika digunakan
pada budaya yang berbeda. Oleh karena itu para peneliti harus berhati-hati jika melakukan
penelitian yang melingkupi berbagai budaya.

Sekala
Sekala merupakan alat atau mekanisme bagaimana individu-individu dibedakan, bagaimana
mereka berbeda satu dengan yang lain dalam variabel yang menjadi ketertarikan dalam studi.
(Sekaran,2010). Menurut Zigmund (2003) sekala didefinisikan sebagai seperangkat items yang
disusun secara progresif sesuai dengan nilai atau besaran, dimana item-item akan ditempatkan
sesuai dengan kuantifikasinya. Dengan kata lain sekala adalah suatu spectrum yang
berkelanjutan atau serangkaian kategori.
Banyak sekala yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, secara tradisional sekala
pengukuran diklasifikasikan berdasarkan perbandingan perlakuan matematik yang dapat
dilakukan pada sekala tersebut Ada empat jenis sekala yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio
(Zigmund, 2003).

Sekala Nominal
Sekala nominal adalah tipe sekala yang paling sederhana. Angka atau huruf dilekatkan pada
obyek sebagai label untuk identifikasi atau klasifikasi.
Contoh: angka yang terdapat pada punggung kaos pemain bola merupakan identifikasi dari si
pemain. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan merupakan klasifikasi. Pemberian angka
tersebut bukan berarti menunjukkan bahwa laki-laki lebih hebat dari pada wanita. Angka tersebut
hanya sebagai tanda saja.

Sekala Ordinal
Sekala ordinal mengurutkan obyek atau alternatif-alternatif berdasarkan besarnya dalam urutan
hubungan.(Zigmund, 2003). Berarti sekala ordinal bukan hanya sekedar mengelompokkan
variabel-variabel sedemikian rupa untuk menunjukkan perbedaan antara berbagai kelompok.
Sekala ordinal menyiapkan informasi lebih dibandingkan sekala nominal yaitu bisa menunjukkan
posisi di dalam urutan, walaupun tidak bisa menentukan jarak antar urutan.
Contoh: pada sebuah balapan motor dapat dibedakan antara pembalap satu dengan pembalap
yang lain, dan juga bisa diurutkan antara pembalap posisi ke satu dan posisi kedua dan
seterusnya. Posisi kesatu berarti lebih dulu dari pada posisi kedua, tetapi berapa jarak antar posisi
tersebut tidak diketahui. Biasanya dalam penelitian bisnis sekala ordinal digunakan untuk
menanyakan pada responden tentang, kemungkinan jenjang karir, kelayakan sistem yang
diterapkan pada suatu perusahaan. Bisa juga responden diminta mengurutkan dengan cara
memilih dari pilihan yang telah ditetntukan, misalnya; urutkan berdasarkan kesukaan anda jenis-
jenis mobil berikut ini: ( ) BMW
( ) Mercy
( ) Audi

Sekala Interval
Sekala interval tidak hanya mengindikasikan kelompok, dan urutan tetapi juga bisa
menunujukkan jarak antar urutan dalam satuan interval yang sama. Sekala interval ini
memungkinkan untuk menjalankan operasi arithmetical tertentu pada data yang telah
dikumpulkan dari para responden. Sekala interval memiliki posisi titik nol yang arbitrary.
Contoh: temperatur tubuh sebesar 300 celcius bukan berarti panas tubuh dua kali lipat
dibandingkan temperatur tubuh sebesar 150 celcius, mengapa demikian karena pada saat suhu
sebesar 00 bukan berarti tidak ada suhu. Angka 300 hanya menunjukkan bahwa suhunya
mempunyai jarak interval dua kali lipat dibandingkan angka 15 0. Contoh lainnya yang biasa
digunakan dalam penelitian bisnis, Saya menggunakan akuntansi sebagai alat untuk menyajikan
pengalaman saya di dalam organisasi, maka sekala intervalnya ditunjukkan oleh tingkat
persetujuan responden mengenai pernyataan tersebut dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju.

Sekala Rasio
Sekala rasio bukan hanya sekedar mengukur besarnya perbedaan antara titik dalam sekala tetapi
juga menunjukkan proporsi perbedaan (Sekaran,2010). Sekala rasio memiliki nilai nol yang asli
atau absolut. Sekala interval merupakan sekala yang paling kuat diantara sekala yang lain karena
memiliki nilai nol asli yang unik.
Contoh: banyaknya uang, berat badan, umur, tinggi badan. Seseorang yang mempunyai uang
sebanyak Rp10.000 berarti uangnya lebih banyak dua kali lipat dibandingkan yang uangnya
Rp5.000. berat tubuh seseorang 60 kg bearti lebih berat tiga kali lipat dibandingkan yang berat
tubuhnya 20kg. uangnya nol rupiah berarti memang uangnya tidak ada.

Sekala Sikap
Sekala ini merupakan sekala yang digunakan untuk mengukur sikap. Sikap dapat diartikan
sebagai suatu watak yang permanen yang merespon secara konsisten dengan suatu cara tertentu
pada berbagai aspek dunia, termasuk orang, kejadian dan obyek (komponen sikap ini meliputi
affective, cognitive dan behavioral) (Zikmund,2003). Sekala sikap ini berbeda dengan keempat
sekala variabel yang telah dijelaskan sebelumnya. Sekala sikap dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok yaitu sekala rating dan sekala ranking.
Sekala Rating
Sekala rating mempunyai sejumlah kategori respon dan digunakan untuk memilih respon yang
berkaitan dengan obyek, kejadian atau orang. Berikut ini adalah berbagai sekala rating yang
digunakan dalam penelitian organisasional.
Sekala dichotomous
Sekala kategori
Sekala semantic differential
Sekala Numerical
Itemized rating scale
Sekala Likert
Fixed or constant sum rating scale
Staple scale
Graphic rating scale
Consensus scale

Sekala Dichotomous/Simple Attitude Scale


Sekala dikotomi digunakan untuk memilih jawaban ya atau tidak, seseorang harus memberi
pernyataan setuju atau tidak setuju atas suatu pertanyaan atau pernyataan. Sekala ini hanya
mengklasifikasikan responden ke dalam satu atau dua kategori saja, maka ini merupakan ciri dari
sekala nominal
Contoh: apakah saudara punya rumah? Ya Tidak

Sekala Kategori
Sekala kategori lebih memberi keleluasaan bagi responden dalam memberi jawaban
dibandingkan sekala dikotomi. Sekala kategori menggunakan berbagai jawaban untuk dipilih
salah satu. Sekala kategori juga menghasilkan kelompok saja maka sekala kategori juga
memunculkan cirri sekala nominal
Contoh:
Di Bandung sebelah manakah anda tinggal? ----- Bandung Utara
----- Bandung Selatan
----- Bandung Timur
----- Bandung Barat
Sekala Semantic Differential
Beberapa atribut bipolar diidentifikasi pada sekala yang bersifat ekstrem. Respondent diminta
untuk mengidentifikasi sikap mereka pada apa yang dikenal sebagai tempat/jarak semantic
(semantic space) atas individu, obyek atau kejadian pada masing-masing atributnya. (Uma
Sekaran, 2010). Kata sifat bipolar yang digunakan misalnya kotor dan bersih; jahat dan baik;
kuno dan modern. Setiap posisi diberi angka 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1 atau +3, +2, +1, -1, -2, -3. Banyak
peneliti mengatakan bahwa semantic differensial menyediakan data interval (Gozali, 2010).
Contoh:

Cantik ---- ----- ----- ----- ----- Jelek

Sekala Numeric
Sekala numeric menggunakan angka dan bukan semantic space atau diskripsi verbal sebagai
pilihan jawaban untuk mengidentifikasi posisi respon. Jika sekala mempunyai lima posisi respon
maka disebut sebagai 5-point numerical scale jika mempunyai tujuh posisi respon ddisebut
sebagai 7-point numerical scale. Sekala numeric sama seperti sekala semantic differensial
menyediakan sekala interval.
Contoh:

Seberapa puaskah anda dengan mobil yang anda miliki

Sangat puas 7 6 5 4 3 2 1 Sangat Tidak Puas

Itemized Scale
Sekala ini hampir sama dengan sekala numeric akan tetapi pada setiap angka ada diskripsi
verbalnya, bisa menggunakan 5 atupun 7-point scale. Responden diminta untuk memilih angka
yang sesuai dengan sikap mereka. Sekala ini menyediakan sekala interval. Itemized scale ini bisa
berupa balance rating scale maupun unbalance rating scale seperti contoh berikut ini.
Contoh:
Balance rating scale
1 2 3 4 5
Sangat tidak Tidak suka Netral Suka Sangat suka
suka
1 Saya disuruh mengikuti kursus bahasa inggris mulai
minggu depan
2 Akuntansi manajemen merupakan salah satu matakuliah
wajib
3 Setiap mahasiswa harus bekerja dalam kelompok

Unbalance rating scale


1 2 3 4
Tidak tertarik Agak Cukup Sangat
sama sekali tertarik tertarik tertarik
Menjadi seorang akuntan 1 2 3 4

Likert Scale
Sekala likert dirancang agar responden dapat menyatakan sikapnya seberapa kuat ia setuju atau
tidak setuju atas suatu pernyataan tertentu. Sekala likert ini sama seperti itemized rating scale
hanya saja diskripsi adjektifnya selalu berupa persetujuan dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju. Sekala likert ini sering juga disebut sebagai summated scale karena respon dapat
dianalisis untuk setiap point, maupun dijumlahkan terlebih dahulu untuk setiap jawaban
responden. Walaupun masih menjadi perdebatan apakah sekala likert merupakan sekala ordinal
atau interval, tetapi pada umumnya dianggap sebagai sekala interval (Sekaran, 2010, Cooper &
Schindler, 2008, Ghozali, 2010)
Contoh:
Sangat tidak Tidak setuju Netral Setuju Sangat setuju
setuju 2 3 4 5
1
Hidup tanpa bekerja sangatlah membosankan 1 2 3 4 5

Fixed or Constant Sum Scale/ Sekala Jumlah Tetap atau Konstant


Responden diminta untuk mendistribusikan sejumlah angka tertentu pada berbagai diskripsi.
Sekala ini bersifat ordinal (Sekaran, 2010), interval (Zigmund, 2003) atau rasio (Cooper &
Schindler, 2008)
Contoh:
Bagilah angka 100 ke dalam berbagai karakteristik berikut ini jika anda memilih sebuah hand
phone

Ukurannya ---------
Sistem operasinya ---------
Kameranya ---------
Memorynya ---------
----------------------------------------------
Total 100

Staple Scale/Sekala Pokok


Sekala ini dikembangkan untuk mengukur arah dan intensitas suatu sikap yang diteliti.
Karakteristik yang diteliti di tempatakan di tengah dari suatu sekala numeric yang diatur,
misalkan saja dari +3 sampai -3. Sekala ini menunjukkan jarak respon seseorang atas suatu
stimulus. Sekala staple merupakan sekala interval
Contoh:
Nyatakanlah kemampuan anda dalam melakukakan komunikasi
+3
+2
+1
Keahlian berkomunikasi
-1
-2
-3

Graphic Rating Scale


Sekala ini menggunakan grafik untuk menyajikan sikap responden dengan cara meletakkan tanda
atas jawaban pertanyaan pada garis kontinum. Sekala ini merupakan sekala ordinal (Sekaran,
2010), interval (Zigmund, 2003), ordinal, atau interval atau rasio (Cooper & Schindler, 2008).
Contoh:
Pada sekala berapakah anda merasakan perasaan saudara mengenai hidup saudara hari ini.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jawaban tersebut bisa dibuat pada gambar tangga ata bisa juga menggunakan gambar wajah dari
tersenyum hingga cemberut.

Sekala Konsensus/Thurstone Equal-Appearing Interval Scale


Sekala ini dikembangkan secara konsensus yang dilakukan dengan panel oleh juri-juri yang
memilih karakteristik karakteristik tertentu yang dipandang dapat mengukur suatu konsep yang
relevan. Louis Thurstone merupakan pioneer peneliti sikap yang mengembangkan konsep bahwa
sikap itu bervariasi sepanjang kontinum yang harus diukur dengan sesuai. Sekala Thurstone ini
merupakan proses yang komplek dan memerlukan waktu yang panjang.

Sekala Rangking
Sekala rangking membuat perbandingan diantara obyek kejadian atau orang dan menentukan
pilihan yang disukai dan merangking nya. Metode yang digunakan dalam sekala rangking
adalah: paired comparison, forced choice dan comparative scale. Sekala ini menghasilnya sekala
ordinal.

Perbandingan Pasangan/Pair Comparison


Partisipan dapat mengekspresikan sikapnya secara jelas dengan memilih dua obyek yang
berpasangan pada suatu waktu. Banyaknya jumlah pasangan dari n obyek adalah [(n)(n-1))/2].
Semakin banyak obyek maka akan semakin banyak pasangan.
Contoh:
Bila responden disuruh mengurutkan dua mobil sport berdasarkan kesukaannnya seperti berikut
ini:
BMW, MERCY, AUDI (3 X 2)/2 = 3 pasangan

BMW MERCY
BMW AUDI
MERCY AUDI

Forced Choice
Metode ini menyediakan pilihan yang memungkinkan responden untuk mengurutkan obyek.
Contoh:
Urutkanlah jenis-jenis smart phone berikut ini menurut kesukaan saudara
Sony Experia Z
Samsung galaxy 4 s
Iphone 5
Blackberry Z10

Comperative Scale
Sekala ini menyediakan suatu benchmark atau reference untuk menilai sikap terhadap suatu
obyek, peristiwa atau situasi yang dipelajari..
Contoh:
Bandingkan handphone baru saudara dengan handphone lama
Lebih bermanfaat Sama Kurang bermanfaat
1 2 3 4 5

Goodness of Measure
Instrument yang telah dibangun untuk mengukur konsep haruslah diyakini sungguh-sunguh bisa
mengukur apa yang mau diukur dan mampu mengukur secara akurat dan konsisten. Untuk
menguji kedua hal tersebut diperlukan uji validitas dan reliabilitas.

Validitas
Pengujian validitas bertujuan utuk memberi keyakinan bahwa instrument yang digunakan dalam
penelitian mengukur apa yang sesungguhnya ingin diukur. Secara garis besar validitas bisa
dikelompokkan ke dalam validits eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal temuan
penelitian adalah kemampuan data untuk digeneralisir antar orang, setting dan waktu. Validitas
internal merupakan kemampuan instrument penelitian untuk mengukur apa yang mau diukur.
Bagian ini hanya akan membahas validitas internal saja.
Klasifikasi validitas yang telah diterima secara luas terdiri dari tiga bentuk utama yaitu:
1) Face validity 2) content validity (validitas isi), 3) criterion-related validity (validitas criteria
berhubungan), dan 4) construct validity (validitas konstruk).

Face Validity
Face validity mengindikasikan bahwa item-item (kriteria) yang dimaksudkan untuk mengukur
konsep hanya dilihat dari permukaannya saja, yang kelihatannya seperti telah mengukur konsep
tersebut. Face validity ini merupakan penilaian komunitas ilmiah bahwa indikator sungguh-
sungguh mengukur konstruk. Face validity mengacu pada pertanyaan apakah orang yakin bahwa
definisi dan metode pengukurannya pas?

Content Validity
Sekala ini menjamin bahwa pengukuran meliputi kecukupan dan keterwakilan seperangkat
karakteristik dari konsep (apakah seluruh isi definisi telah disajikan dalam ukuran). Semakin
sekala karakteristik mewakili domain dari konsep yang diukur, maka semakin besar validitas
konten. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa validitas isi merupakan fungsi seberapa
baikkah dimensi dan elemen dari suatu konsep digambarkan. Sekala ini bisa merupakan
persetujuan yang bersifat subyektif diantara professional, bahwa suatu sekala secara logis
muncul untuk mencerminkan secara akurat apa yang mau diukur.
Secara ringkas validitas isi mengukur tingkat yang menunjukkan bahwa isi dari suatu
item (criteria) secara layak menyajikan seluruh criteria yang relevan yang diteliti. Metode yang
digunakan berdasarkan penilaian ahli secara panel. Untuk mengevaluasi validitas isi haruslah
terlebih dahulu disetujui elemen-elemen yang merupakan kecakupan yang layak.

Ctiterion-related Validity/Validitas Kriteria Berhubungan


Criterion-related validity menggunakan beberapa standar atau kriteria untuk mengindikasi suatu
konstruk secara akurat. Validitas suatu indikator di verifikasi dengan cara membandingkannya
dengan alat ukur yang lain untuk konstruk yang sama. (Neuman, 2000). Ada dua jenis validitas
ini yaitu concurrent dan predictive.

Concurrent Validity
Dikatakan terdapat concurrent validity jika suatu indikator untuk alat ukur yang baru haruslah
berhubungan dengan indikator yang sudah ada sebelumnya. Artinya jika seseorang diukur
dengan menggunakan alat yang lama memiliki skor yang tinggi, maka jika diukur dengan alat
yang baru juga akan menghasilkan skor yang tinggi juga.
Predictive Validity
Predictive validity akan terjadi jika alat ukur yang baru mampu memprediksi kejadian dimasa
datang. (Zigmud, 2003), yang secara logis berhubungan dengan konstruk. Pengukuran criteria
dan ukuran diprediksi haruslah berbeda dalam waktu. Misalnya seorang calon mahsiswa yang
hasil test TPA nya tinngi diharapkan indek prestesinya kelak juga akan tinggi.

Construct Validity
Construct validity menguji seberapa baik hasil yang diperoleh dengan menggunakan alat ukur
sesuai dengan teori yang dirancang unttuk di tes. Penaksiran dilakukan dengan menggunakan
convergent dan discriminant validity.

Convergent Validity
Validitas konvergen berarti pengguanaan alat ukur yang berbeda untuk mengukur konstruk yang
sama akan berkaitan satu sama lain atau beroperasi dengan cara yang sama (Neuman, 2000).
Dapat juga dikatakan jika skor yang diperoleh dengan menggunakan dua alat yang berbeda untuk
mengukur konsep yang sama mempunyai hubungan yang sangat erat.

Discriminant Validity
Validitas diskiminan sering juga disebut sebagai divergent validity merupakan lawan dari
convergent validity. Hal ini berarti bahwa indikator dari suatu konstruk bergantung satu sama
lain, akan tetapi akan diverge atau negative jika berkaitan denga konstruk yang berlasanan.

Reliability/reliabilitas
Sering dalam keseharian kita mengatakan bahwa seseorang dapat diandalkan ketika ia dapat
diandalkan, stabil dan bertanggungjawab. Suatu alat ukur dikatakan reliability apabila ketika
digunakan menghasilkan ukuran yang sama dari waktu ke waktu dan lintas situasi. Secara lebih
luas dikatakan bahwa reliabilitas merupakan tingkat pengukuran yang bebas dari kesalahan dan
oleh karenanya menghasilkan hasil yang konsisten. Dengan kata lain reliabilitas alat ukur
mengindikasikan stabilitas dan konsistensi ketika alat ukur digunakan mengukur konsep. Ada
dua jenis ukuran stabilitas yaitu test-retest reliability dan parallel-form reliability. Sedangkan
untuk mengukur konsistensi dapat menggunakan internal consistency of measure atau inter-item
consistency reliability.
Test-retest Reliability
Koefisian reliabilitas diperoleh dengan mengulangi pengukuran pada kesempatan kedua. Dapat
juga dikatakan apakah alat ukur menghasilkan hasil yang sama ketika diukur pada waktu yang
berbeda misalnya beberapa minggu kemudian sampai enam bulan yang akan datang.
Parallel-form Relibility
Jika respon dari dua perangkat ukuran yang mengukur konstruk yang sama mempunyai hubngan
yang tinggi maka dapat dikatakan bahwa diperoleh parallel-form reliability. Kedua ukuran
mempunyai karakteristik yang sama yang diubah hanya kata-katanya saja.
Internal Consistency of Measure
Ukuran konsistensi internal mengindikasikan homogenitas karakteristik yang mengukur
konstruk. Karakteristik-karakteristik tersebut harus berkaitan satu sama lain dan mampu
mengukur secara independen konsep yang sama sehingga responden dapat memahami
keseluruhan arti dari masing-masing karakteristik.
Interitem Consistency Reliability
Reliabilitas konsistensi antar karakteristik merupakan test konsistensi jawaban responden atas
semua karakteristik yang diukur. Test yang popular untuk mengukur Interitem Consistency
Reliability adalah Cronbach’s alpha dan Kuder-Richardson formulas.
Split-half Reliability
Reliabiltas belah dua mencerminkan hubungan antara dua bagian dari alat ukur. Estimasinya
akan bervariasi tergantung bagaimana karakteristik dalam ukuran dibelah, misalnya ganjil genap.

Daftar Referensi
Cooper, Donald R. dan Pamela S. Schindler, 2008, Business Research Methods, International
ed., New York: McGraw-Hill/Irwin

Ghozali, I. (ghozali_imam@yahoo.com), 4 November 2010, E-mail kepada statistikindonesia@


yahoogroups.com

Kerlinger, Fred N., 1986, Foundations of Behavioral Research, 3rd ed. Orlando: Harcourt Brace
Jovanovich College Publisher.

Neuman, W. Lawrence, 2000, Social Research methods Qualitative and Quantitative Approach,
4th. Ed.,USA: Allyn & Bacon

Sekaran, Uma, dan Rogers Bougie, 2010, Research Method for Business A Skill Building
Approach, 5th ed., West Sussex U.K.: John Wiley & Sons Ltd.

Zikmund, William G., 2003, Business Research Methods, 7th ed. Mason Ohio: South-Western
Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai