Anda di halaman 1dari 9

BAB 3

Pencarian Prinsip Akuntansi

A. Deskripsi Singkat:
Upaya awal pencarian prinsip akuntansi berterima umum bermula pada saat akhir Perang
Dunia ke II di sekitar tahun 1930 dimana terjadi stock market crash di Amerika Serikat,
yang menimbulkan ketidakpercayaan atas informasi yang dikeluarkan oleh akuntansi.
Upaya pencarian prinsip bertitik tolak pada kebangkitan bursa saham yang menuntut
laporan keuangan yang sehat. Pada akhir 1960 disadari bahwa prinsip akuntansi sulit
untuk didefinisikan sehingga pencarian berubah arah menjadi pencarian standar
akuntansi. Teori akuntansi menjadi kompleks karena adanya konsekuensi ekonomis dari
informasi akuntansi.

B. Relevansi:
Sebelumnya mahasiswa diharapkan sudah memahami akuntansi dasar, berbagai metode
atau perlakuan akuntansi yang tersedia, mengetahui adanya badan yang menyusun
standar akuntansi.

C. Standar kompetensi/tujuan pembelajaran:


Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan ide yang
ditelurkan para pakar akuntansi pada saat awal masa pencarian prinsip akuntansi, mampu
menjelaskan bagaimana ide-ide pakar teori akuntansi pada masa pencarian prinsip berkembang
menjadi teori yang sekarang dipraktikkan.

Pendahuluan
Perlu tidaknya suatu prinsip untuk akuntansi, apa yang dimaksud dengan prinsip akuntansi, dan
bagaimana bisa dikatakan prinsip tersebut berterima umum (PABU, Prinsip Akuntansi Berterima
Umum), merupakan bahan perdebatan sampai saat ini di negara tempat asal-usul akuntansi.
Untuk negara-negara seperti Indonesia, yang hanya sekedar mengadopsi apa yang ada, mungkin
hal tersebut tidak terlalu diperhatikan. Namun ada perlunya kita menyimak permasalahan
berkaitan dengan pembentukan prinsip akuntansi tersebut untuk membuka wawasan serta
memunculkan kemungkinan-kemungkinan baru yang bisa menyumbang untuk perkembangan
teori akuntansi.

AWAL PENCARIAN PRINSIP AKUNTANSI


Kata “prinsip” (principle = Ing) diturunkan dari kata Latin “principe”, yang berarti
“pertama” dengan makna “mendasar”. Pencarian prinsip akuntansi mengalami banyak kesulitan
karena makna dari “prinsip” menyebabkan harus adanya satu kesamaan yang sangat mendasar,
yang pada akhirnya diakui tidak dapat diterapkan dalam akuntansi.
Upaya pertama pencarian prinsip akuntansi dilakukan oleh William Paton, profesor yang
memimpin American Accounting Association (AAA) di tahun 1936. Saat itu AAA
mempublikasikan “Pernyataan Tentatif atas Prinsip Akuntansi yang Melandasi Laporan
Keuangan Perusahaan.” Di dalamnya tersirat harapan agar adanya satu landasan yang akan
menghapuskan keberagaman prosedur akuntansi akibat beragamnya pemikiran para eksekutif
perusahaan dan orang-orang keuangan, bukan akibat keunikan masing-masing perusahaan. Hal
ini menunjukkan ketidakpercayaan kalangan akademik atas pertimbangan subyektif pada
manajer yang menjadi praktisi akuntansi di perusahaan.
Empat tahun kemudian, Paton bersama AC Littleton, profesor yang juga anggota Komite
Eksekutif AAA, menerbitkan “Pendahuluan untuk Standar Akuntansi Perusahaan.” Dengan
maksud mempertegas harapan yang ada pada pernyataan sebelumnya. Namun kali ini
kata”prinsip” telah berganti menjadi kata “standar”, karena disadari bahwa kata “prinsip”
mengacu pada “satu kesamaan”, yang jelas-jelas tidak dimungkinkan dalam akuntansi. Standar
tersebut dianggap klasik dan banyak dipakai, bahkan salah satunya digunakan sampai sekarang,
yakni konsep “matching costs with revenues.”
Selanjutnya AAA terus berperan aktif dalam upaya-upaya menyamakan pandangan dalam
prantik akuntansi, tetapi berpedoman pada “finite uniformity” dan bukan pada “rigid
uniformity”. Finite uniformity masih menyisakan tempat bagi perlakuan akuntansi yang berbeda,
namun dengan dasar pemikiran yang tetap sama. Rigid uniformity tidak memungkinkan untuk
diterapkan dalam akuntansi. Ini disebabkan oleh lingkungan ekonomi yang menggunakan
akuntansi sangat beragam, yang kemudian menyebabkan dibutuhkannya fleksibilitas dalam
perlakuan akuntansi untuk mencatat beragam jenis transaksi yang ada. Banyak perubahan terjadi
mengikuti perkembangan kelompok pengguna akuntansi yang semakin lama semakin luas.
Namun juga ada beberapa ide yang dipertahankan, seperti rekomendasi untuk diterapkannya
pemikiran “all-inclusive concept of income.”
Profesor Paton juga terus mengembangkan masalah ini. Paton menulis buku yang
menyatakan betapa pentingnya akuntan menyajikan data paling aktual per tanggal laporan
keuangan (current), juga mempertanyakan bagaimana bisa pembayaran bunga dianggap beban
operasi, sedangkan pembayaran dividen disebut sebagai “distribusi pendapatan bersih”, dengan
perlakuan akuntansi yang berbeda.
Pergeseran terpenting pada dasar akuntansi diperkirakan akibat adanya pemikiran bahwa
tujuan akuntansi bukan hanya menyajikan informasi kepada manajemen dan kreditur, melainkan
juga untuk calon investor dan para pemegang saham. Perubahan ini akibat pesatnya pertumbuhan
di bursa saham, yang kemudian menggiring pada hal-hal berikut:
1. Penekanan kembali neraca sebagai laporan nilai.
2. Penekanan ditingkatkan atas incone statemtn dan keseragaman konsep income
3. Perlunya full disclosure atas informasi keuangan yang relevan dengan menyajikan laporan
keuangan yang lengkap dan meningkatkan penggunaan catatan kaki.
4. Penekanan pada konsistensi pelaporan, terutama dalam income statement.

Upaya lain yang patut diperhatikan datang dari Profesor Henry Rand Hatfield dan
Profesor Underhill Moore, yang menerbitkan “Pernyataan atas Prinsip Akuntansi”. Pernyataan
tersebut isisnya seolah-olah mendikte apa yang seharusnya muncul dalam Balance Sheet dan
Income Statement, juga menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung menerima praktik-praktik
yang ada pada masa itu, yang sekarang tampak radikal. Misalnya memperbolehkan
menangguhkan kerugian dengan menempatkannya sebagai aset di Balance Sheet untuk
kemudian diamortisasi berangsur-angsur, atau mencatat bond discount sebagai aset. Justru
praktik-prakti semacam itu yang membuat Financial Accounting Standard Board (FASB) –
Badan Penyususn Standar Akuntansi di Amerika Serikat - melarang adanya aset dan liabilitas
tangguhan.
Sejak pergeseran penekanan dari Balance Sheet ke Income Statement, Stephen Gilman
yang pertama kali membahas teori akuntansi secara menyeluruh dan terpadu, kemudian
mengakhiri periode perkembangan akuntansi saat itu, karena ternyata permasalahannya lebih
jauh dari sekedar masalah semantis, bukan sekedar definisi “prinsip” atau bagaimana
mendefinisikan PABU, melainkan siapa yang punya kekuasaan atau smestinya menetapkan
pengungkapan atas laporan keuangan dan dengan cara bagaimana?

BANGKITNYA PROFESI AKUNTANSI


Badan yang menyusun standar akuntansi di Amerika Serikat sejaka awal pencarian
prinsip akuntansi sampai dengan sekarang tercatat ada 3 badan resmi, yakni:

Committee on Accounting Principles Financial Accounting


Accounting Procedure Board Standards Board
(CAP) (APB) (FASB)
Lahir: 1939 Lahir: 1959 Lahir: 1973
Bubar: 1959 Bubar: 1973
Pronouncement: Pronouncement: Pronouncement:
Accounting Research APB Opinions  Statements of Financial
Bulletins Accounting Standards
 Statements of Financial
Accounting Concept

Saat ini pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan standar di Amerika Serikat:
1. Securities and Exchange Commission
2. American Institue of Certified Public Accountangt
3. Financial Accounting Standards Board
4. Governmental Accounting Standards Board
5. Organisasi lain yang berpengaruh, seperti: American Accounting Association, Institute of
Management Accountants, Financial Executives Institute.

Berbagai standar dan pernyataan yang pernah dikeluarkan sepanjang sejarah pencarian prinsip
akuntansi di Amerika Serikat telah menghasilkan klasifikasi prinsip akuntansi berterima umum,
yang digambarkan sebagai berikut:

House of US GAAP
Category d AICPA’ FASB Widely recognized
(least Accounting Implementation and prevalent
authoritative Interpretations Guides industry practice

Category c FASB Emerging Issues Task AICPA AcSEC Practice


Force Bulletins

Category b FASB Technical AICPA Industry Audit AICPA Statement


Bulletins & Accounting Guides of Position

Category a FASB Standards & APB Opinion AICPA Accounting


Interpretations Research Bulletins

Pada tahun 1959 di Amerika Serikat dibentuk Special Commiittee on Research Program,
yang menreorganisasi PABU untuk dijadikan sebagai pedoman. JB Canning sebagai
pimpinannya saat itu menelurkan Accounting Research Study (ARS) no. 1, yang berisi postulat
dasar dalam akuntansi. Dalam ARS No.1 tersebut, postulat dianggap sebagai asumsi dasar atau
proposisi mendasar mengenai lingkungan ekonomi, politik dan sosial di tempat akuntansi berada.
Postulat akuntansi adalah pernyataan yang dapat membuktikan kebenarannya sendiri atau disebut
juga aksioma yang sudah diterima karena kesesuaiannya dengan (untuk menopang dan
mewujudkan) tujuan laporan keuangan, yang menggambarkan sepek ekonomi, politik,
sosiologis, hukum dan lingkungan tempat akuntansi tersebut dibuat.
Kemudian diterbitkan ARS No.3 yang isinya berkenaan dengan prinsip akuntansi. Kedua
riset tersebut menuai banyak kontroversi, sehingga dibuatlah review atas prinsip akuntansi yang
ada dan menghsilkan ARS No. 7 yang bertujuan meringkas prinsip-prinsip dan praktik-praktik
yang berterima umum dan meringkat pernyataan-pernyataan dari Accounting Principles Board
(APB) dan komite-komite sebelumnya. ARS 7 menolak satu sistem akuntansi yang seragam dan
menekankan pada keragaman dalam akuntansi sebagai konsep dasarnya. Perbedaan utama
dengan ARS 1 dan 3 adalah penekanan atas metode induktif dan pragmatis, bukan deduktif.
Profesor William Vatter menyatakan bahwa sebelum seseorang bisa bicara tentang
akuntansi, harus ada dulu tujuannya. Artinya tujuanlah yang jadi bahan utama dalam membangun
teori akuntansi, bukan postulat. Sedangkan prinsip merupakan alat untuk mencapai tujuan
tersebut.
Pendekatan baru tersebut diterbitkan oleh AAA tahun 1966 dengan nama ASOBAT (A
Statement of Basic Accounting Theory) yang untuk pertama kalinya beroriantasi pada pengguna
akuntansi. Pernyataannya diawali dengan definisi akuntansi sebagai suatu proses
mengidentifikasi, mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomis yang berguna untuk
pertimbangan dan pengambilan keputusan oleh para pengguna informasi tersebut.” Pada tahun
1922 sebenarnya Paton juga pernah mengatakan bahwa fungsi akuntansi dan penjelasan prinsip
dan prosedur auntansi harus dinyatakan langsung dalam bentuk kebutuhan dan tujuan para
pemilik perusahaan. Namun ASOBAT-lah yang pertama menekankan pentingnya mendahulukan
kebutuhan pemakai daripada pandangan dan pendapat para pakar atau akuntan yang menyiapkan
laporan keuangan.
Sejak itu banyak tujuan akuntansi dibuat, tetapi tetap menghadapi permasalahan yang
sama, yakni bagaimana menghubungkan tujuan-tujuan pengguna dengan perkembangan
akuntansi, akrena jelas sulit, apalagi dengan pengguna yang sangat heterogen. ASOBAT
mencoba mengkondisikan tujuan-tujuan pengguna yang beragam tersebut dengan menyarankan
agar laporan keuangan memenuhi 4 standar (atau kriteria) ang dibarengi dengan 5 pedoman
(FASB di kemudian hari menyebutnya sebagai karakteristik kualitatif), dengan maksud agar
informasi akuntansi tersebut bisa memenuhi kebutuhan yang ragamnya luas tersebut. Upaya
yang dilakukan adalah dengan mewajibkan digunakannya historical cost maupun current cost
untuk 1 informasi keuangan yang sama. Tetapi hal tersebut mengakibatkan terjadinya
“information overload”, sehingga pembaca bingung karena terlalu banyak data.

APB Statement No.4


American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) meminta Accounting
Principle Board (APB), sebagai badan resmi penyusun standar pada waktu itu, untuk menetapkan
tujuan akuntansi dan menjelaskan konsep dasar dan prinsip akuntansi, juga untuk mendefinisikan
kata-kata dan frasa-frasa yang digunakan dalam akuntansim seperti: present fairly, dan GAAP
(Generaly Accepted Acounting Principles).
Dihasilkanlah APB Statement No.4 dengan judul “ Basic Concept and Accounting
Principles Underlying financial Statements of Business Enterprises.” Hal baru terkait dengan
pendekatan pengguna sebagaimana yang didengungkan oleh ASOBAT, menghasilkan definisi
akuntansi pada paragraf 9 sebagai berikut:
“akuntansi adalah suatu aktivitas jasa… yang berfungsi menyediakan informasi
kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai suatu entitas ekonomi, yang bertujuan
agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.”
Setelah menekankan bahwa tujuan akuntansi adalah untuk menyediakan “informasi
keuangan yang berguna bagi pengambilan keputusan”, dinyatakan pula bahwa untuk mencapai
tujuan tersebut harus dipenuhi “tujuan kualitatif”, seperti: informasi yang disajikan harus
relevan, dapat dimengerti, tepat waktu, dll. Hal-hal tersebut diadopsi oleh FASB dalam
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2 dengan nama “karakteristik kualitatif”
APB tersebut juga menyebutkan tentang “entitas”, asumsi “going concern”. Sedangkan
GAAP didefinisikan sebagai suatu “konvensi, peraturan, dan prosedur yang diperlukan untuk
menetapkan praktik akuntansi pada suatu saat tertentu.”
Isi APB Statement No. 4 ini banyak digunakan untuk membuat Conceptual Framework
oleh FASB. Meskipun demikian banyak kritik dilontarkan terutama karena APB Statement No.4
bersifat deskriptif (is) dan bukannya preskriptif (should), juga karena kurangnya makna
semantis. Contohnya APB Statement No 4 mendefinisikan aset sebagai berikut:
“sumber-sumber ekonomis perusahaan … dan beberapa biaya ditangguhkan yang bukan
merupakan sumber ekonomis perusahaan …. Yang diakui dan diukur sesuai dengan generally
accepted accounting principles.”
Definisi tersebut tidak mencerminkan obyek maupun kejadian nyata, semata-mata hanya
bersifat sintaksis. Jika diperhatikan, awalnya disebutkan bahwa “aset adalah sumber ekonomis di
perusahaan”, tetapi kemudian dikatakan pula “aset bisa juga bukan sumber ekonomis
perusahaan”, yakni “beberapa biaya ditangguhkan” (bukan semua, jadi yang mana?), “yang
diakui oleh GAAP.” Sedangkan yang disebut GAAP saat itu bisa saja ARS, bisa juga pernyataan-
pernyataan yang sebelumnya pernah dikeluarkan oleh para pakar: Littleton, Paton, Cannings,
juga yang radikal seperti Hatfield dan Moore, bahkan APB sendiri juga merupakan GAAP. Ini
pernyataan yang tidak bisa dijadikan pedoman, bukan normatif/preskriptif.
APB juga mengeluarkan hal lain yang dianggap banyak kekurangannya. APB statement
No.4 bukanlah suatu teori atas praktik akuntansi, bukan pula pernyataan yang jelas mengenai apa
yang dimaksud dengan GAAP. Namun sampai saat inipun teori akuntansi memang tidak bisa
dirumuskan dalam 1 teori utama. Dengan banyaknya kritik ditujukan kepada APB, akhirnya
badan tersebut dibubarkan dan kemudian dibentuklah Financial Accounting Standard Board
(FASB) yang bertahan samapi saat ini.
FASB dibentuk tahun 1973, namun baru mengeluarkan kerangka kerja konseptualnya
pada tahun 1976 dalam Statement of Financial Accounting Standard Concept (SFAC). Dalam
pernyataannya FASB mengatakan bahwa prinsip akuntansi terbukti merupakan sesuatu yang
sangat sulit didefinisikan dengan tepat.

Rumitnya Teori Akuntansi


Dari penuturan di atas ternyata pencarian prinsip akuntansi tidak berhasil, sehingga yang
dimaksud dengan GAAP hanya sekedar alat untuk melaksanakan praktik akuntansi, dengan
sanksi-sanksi dari AICPA. Ini merupakan definisi prosedural (sintaksis) bukan bermakna
(semantis).
Ketiadaan konsensu tentang prinsip akuntansi dilaporkan oleh AAA dalam Statement on
Accounting Theory and Theory Acceptance (SATTA), bahwa “tidak terdapat satu dasar akuntansi
yang diterima secara universal untuk saat ini.”
Teori akuntansi menjadi rumit karena tidak adanya kesepakatan yang tepat mengenai
tujuan akuntansi dan sifat lingkungan ekonomi tempatnya beroperasi. Selain itu juga karena
alasan pragmatis: akuntansi ada karena dianggap ada gunanya. Pendekatan postulat/prinsip
hanya merupakan sebagian dari aspek teori akuntansi karena pendekatan tersebut cenderung
mengabaikan konsekuensi ekonomis yang diakibatkannya terhadap pengguna informasi tersebut.
Misalnya dampak laporan keuangan yang buruk terhadap para shareholders, selain itu untuk
menyiapkan laporan keuangan diperlukan cost, sehingga cost versus benefit menjadi sesuatu
yang harus diperhatikan.
FASB melontarkan ide bahwa standar akuntansi harus diukur bukan dengan dampak
langsungnya terhadap suatu individu, melainkan dengan nilainya terhadap lingkungan sosial
yang mengandalkan pada sistem informasi keuangan. Jadi pebuatan standar akuntansi
mendahulukan keterandalan informasi keuangan yang dihasilkannya daripada sekedar mengikuti
kepentingan ekonomi tertentu, sehingga pada akhirnya akuntansi akan tetap membutuhkan
judgement dan tanggung jawab profesional dalam pelaksanaannya.

* * *
Buku Sumber:
 Accounting Theory, Eldon S. Hendriksen, Michael F. van Breda, 5th Edition, Irwin-
Homewood, 1992.
 Intermediate Accounting, Smith and Skoussen, 11Th Edition, Wiley.

Anda mungkin juga menyukai