a. Elemen Dimensi 1
Kita dapat menjelaskan seseorang yang digerakkan oleh pekerjaan. Orang semacam itu akan
(1)bekerja sepanjang waktu, (2) enggan untuk tidak masuk kerja, dan (3) tekun, bahkan dalam
menghadapi sejumlah kemunduran. Tipe perilaku tersebut bisa diukur.
b. Elemen Dimensi 2
Tingkat ketidak inginan untuk bersantai dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan seperti
(1)berapa sering Anda memikirkan pekerjaan ketika tidak sedang berda di tempat kerja? (2) apa
hobi Anda? dan (3) bagaimana Anda menghabiskan waktu ketika tidak ditempat kerja?
Jadi, kita bisa menempatkan karyawan pada sebuah kontinum dari mereka yang sangat dapat
bersantai ke yang sedikit bersantai.
c. Elemen Dimensi 3
Individu dengan motivasi pencapaian tinggi tidak sabar terhadap orang yang tidak efektif dan
enggan bekerja dengan orang lain. Sementara orang bermotivasi pencapaian dalam organisasi
mungkin sangat tinggi dalam kecenderungan perilaku tersebut, tetapi begitu juga sebaliknya,
ada orang yang tidak seperti itu. Jadi , ketidaksabaran orang terhadap ketidak efektifan juga bisa
diukur dengan mengamati perilaku.
d. Elemen Dimensi 4
Ukuran seberapa senang orang mencari pekerjaan yang menantang bisa diperoleh
dengan bertanya mengenai jenis pekerjaan yang mereka pilih. Preferensi karyawan terhadap
jenis pekerjaan yang berbeda kemudian dapat ditempatkan pada suatu kontinum yang
membentang dari yang memilih pekerjaan cukup rutin ke yang memilih pekerjaan dengan
tantangan yang kian sulit.
e. Elemen Dimensi 5
Mereka yang menginginkan umpan balik akan mencarinya dari atasan, rekan kerja, dan bahkan
terkadang dari bawahan. Mereka ingin mengetahui pendapat orang lain mengenain seberapa
baik kinerja mereka. Jadi, daripada benar-benar mengobservasi perilaku individu, kita bisa
meminta mereka menceritakan polaperilaku mereka sendiri dangan mengajukan pertanyaan
tepat yang bisa direspons pada skala tertentuyang telah disusun.
Mendefinisikan sebuah konsep secara operasional tidak meliputi penguraian alasan, latar
belakang, konsekuensi, atau korelasi konsep. Jika kita mengoperasionalkan konsep secara tidak
tepat atau mengacaukannya dengan konsep lain, kita tidak akan memperoleh ukuran yang valid dan
penelitian akan menjadi tidak ilmiah.
Mengoperasionalkan Konsep Pembelajaran
Pembelajaran merupakan konsep penting dalam konteks pendidikan. Kita dapat
mengukur konsep abstrak yang disebut pembelajaran dengan mendefinisikan konsep secara
operasional dan mengubahnya menjadi perilaku yang bisa diamati dan diukur. Dengan kata lain, kita
harus menguraikan dimensi dan elemen dari konsep pembelajaran.
SKALA
Skala (scale) adalah suatu instrument atau mekanisme untuk membedakan individu dalam hal
terkait variabel minat yang kita pelajari. Skala atau instrument bisa menjadi sesuatu yang mentah
(gross) dalam pengertian bahwa hal tersebut hanya akan mengategorikan individu secara luas pada
variable tertentu, atau menjadi instrumen yang disetel dengan baik yang akan membedakan individu
pada variable dengan tingkat kerumitan yang bervariasi.
Ada empat tipe skala dasar :
1. Skala Nominal
Penggunaan Skala Nominal digunakan untuk memperoleh data pribadi seperti gender atatu
departemen tempat seseorang bekerja, dimana pengelompokkan individu atau objek adalah
berguna.
2. Skala Ordinal
Penggunaan Skala Ordinal untuk memeringkat prefrensi atau kegunaan beragam jenis
produk olehkonsumen dan untuk mengurutkan tingkatan individu, objek atau peristiwa.
3. Skala Interval
Penggunaan Skala Interval jika respons untuk beragam item yang mengukur suatu variabel
bisadihasilkan dengan skala lima poin (tujuh poin atau lainnya), yang kemudian dapat
diterapkan pada seluruh item.
4. Skala Rasio
Penggunaan Skala Rasio dalam penelitian organisasi ketika angka pasti dari faktor-
faktorobjektif (sebagai lawan dari subjektif) diperlukan.
Tinjauan Skala
Empat skala yang dapat diterapkan pada pengukuran variabel adalah skala nominal, ordinal,interval
dan rasio. Skala nominal menyoroti perbedaan dengan mengklasifikasikan objek atau orang kedalam
kelompok dan menyediakan informasi yang paling sedikit mengenai variabel. Skala ordinal
memberikan beberapa informasi tambahan dengan mengurutkan tingkatan kategori skala nominal.
Skala interval tidak hanya mengurutkan, namun juga memberi kita informasi besaran perbedaan
dalam variabel.Skala rasio tidak hanya menunjukkan besaran perbedaan, tetapi juga proporsinya.
Penyusunan Skala
Sebagai bagian dari kepekaan terhadap definisi operasional konsep dalam kebudayaan
lain,persoalan penyusunan skala juga perlu mendapat perhatian dalam penelitian lintas budaya.
BAB 7
PENGUKURAN: PENSKALAAN, KEANDALAN, VALIDITAS
Terdapat dua kategori utama skala sikap yaitu skala peringkat dan skala ranking. Skala
peringkat memiliki beberapa kategori respons dan digunakan untuk mendapatkan respons yang
terkait dengan objek,peristiwa atau orang yang dipelajari. Skala ranking membuat perbandingan
antar objek, peristiwa, atau orang dan mengungkap pilihan yang lebih disukai dan merankingnya
Skala Ranking digunakan untuk mengungkap preferensi antara dua atau lebih objek atau item.
Metode alternatif yang dipakai adalah:
o Perbandingan berpasangan
Digunakan ketika diantara sejumlah kecil objek, responden diminta untuk memilih
antara dua objek pada satu waktu. Hal ini membantu untuk menilai preferensi.
o Pilihan yang Diharuskan: Memungkinkan responden untuk merangking objek secara
relative satu sama lain, di antara alternative yang disedikan.
o Skala Komparatif :Memberikan standar (benchmark) atau poin referensi untuk menilai
sikap terhadap objek, kejadian, atau situasi saat ini yang diteliti.
Ketepatan pengukuran
Dapat dilakukan dengan menggunakan analisis item terhadap respons atas pertanyaan yang
mengungkap variabel dam kemudian keandalan dan validitas ukuran.
Analisis Item
Analisis item dilakukan untuk melihat apakah item dalam instrument memang sudah seharusnya
berada dalam instrument atau tidak untuk membedakan subjek yang total skornya tinggi dan yang
rendah.
KEANDALAN
Keandalan memperlihatkan penelitian bebas dari kesalahan sehingga menjamin pengukuran
yang konsisten. Keandalan merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi di mana
instrument mengurup konsep dengan menekankan pada:
1. Stabilitas pengukuran, yakni kemampuan suatu pengukuran untuk tetap sama sepanjang
waktu meskipun terdapat kondisi yang tidak dapat dikontrol.
2. Keandalan tes ulang, yakni diperoleh dengan pengulangan ukuran yang sama pada
kesempatan kedua.
3. Keandalan bentuk pararel, yakni diperoleh jika respons terhadap dua tes serupa yang
mengungkap ide yang sama menunjukkan korelasi yang tinggi.
4. Konsistensi ukuran internal, merupakan indikasi homogenitas item dalam ukuran yang
mengungkap ide.
5. Keandalan Konsistensi Antar-Item, merupakan pengujian konsistensi jawaban responden
atas semua item yan diukur.
6. Keandalan Belah Dua, mencerminkan korelasi antara dua bagian instrument.
VALIDITAS
Adalah pendalaman persoalan otentisitas hubungan sebab dan akibat dan generalisasinya
untuk lingkungan eksternal. Ada beberapa jenis uji validitas yang digunakan untuk menguji
ketepatan yakni:
a. validitas isi yaitu memastikan bahwa pengukuran memasukkan sekumpulan item yang
memadai dan mewakili dalam mengungkap konsep;
b. validitas berdasarkan kriteria yaitu terpenuhi jika pengukuran membedakan individu
menurut suatu kriteria yang diharapkan diprediksi;
c. validitas konsep yaitu menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan
ukuran cocok dengan teori yang mendasari desain tes. Hal tersebut dapat dinilai melalui
validitas konvergen dan validitas diskriminan.
JURNAL 1
Tujuan Penelitian:
1. Menguji pengaruh pembangunan manusia dan faktor politik terhadapa opini audit.
2. Ingin mengetahui apakah mekanisme politik mempengaruhi kulitas audit pemerintah daerah,
yaitu tingkat tingkat pembangunan masyarakat, proses politik dan demokrasi, serta akuntabilitas
pelaporan keuangan.
3. Igin mengetahui apakah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang diaudit oleh BPK
merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintahan.
4. Ingin mengetahui masyarakat sebagai principal apakah melakukan pengawasan terhadap kinerja
pengelolaan keuangan di pemerintah daerahnya.
Kerangka Hipotesis:
Masyarakat Madani
H1
H2
Akuntabilitas
Faktor Politik
Pemeriksaan BPK H3
Hipotesis Penelitian:
No Hipotesis
H1a Tingkat IPM berpengaruh positif terhadap opini audit
H1b Peningkatan IPM berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit
H2a Tingkat pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit
H2b Peningkatan pengetahuan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini
audit
H3a Tingkat kesehatan berpengaruh positif terhadap opini audit
H3b Peningkatan kesehatan berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit BPK
H4a Tingkat pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap opini audit
H4b Peningkatan pendapatan masyarakat berpengaruh positif terhadap peningkatan opini
audit
H5a Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap opini audit
H5b Jangka waktu dengan Pemilu berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit
H6a Politik dinasti berpengaruh positif terhadap opini audit
H6b Politik dinasti berpengaruh positif terhadap peningkatan opini audit
Penelutian Sebelumnya:
Landasan Teori:
1. Hubungan keagenan terjadi akibat pemilik (principal) memberikan sebagian wewenang dalam
pengambilan keputusan pihak lain atau agen. Kedua pihak tersebut sama-sama berusaha
memaksimalkan kepentingannya masing-masing dalam hal ini terdapat asumsi bahwa pihak
tersebut merupakan homo economicus yang oportunis dan mementingkan diri sendiri (Davis,
Scoorman, dan Donalson, 1997)
2. Salah satu kurangnya pengawasan terhadap praktek akuntansi di pemerintahan akan menjadi
kurangnya insentif bagi pemilih untuk memonitor wakil-wakilnya, sehingga menimbulkan
pengawasan yang kurang terhadap praktek akuntansi yang berlaku (Zimmerman, 1977).
3. NPM mentransformasi administrasi public dan birokrasi yang memiliki struktur tradisional
menjadi lebih berorentasi terhadap tingkat ekonomi (huges, 1998).
4. Perkembangan penerapan goog public governance di pemerintah daeraha beragam, yang
dipengaruhi oleh sumberdaya dan karakter tiap daerah masing-masing (Nuraeni, 2011).
5. Negara-negara yang memiliki IPM yang baik cenderung memiliki tata kelola pemerintahan yang
lebih baik, semakin baik pertumbuhan IPM maka semakin baik pula kualitas kehidupan
masyarakat sehingga semakinbaik pula pemerintahan yang dihasilkan (Ramachandran, 2002)
6. Tingginya tingkat pendidikan akan meningkatkan fungsi pengawasan masyarakat terhadap tata
kelola pemerintahan, sehingga menjadikan pengelolaan pemerintahan lebih akuntabel (Swaroop
& Rajkumar, 2002).
Kesimpulan:
1. Peran masyarakat madani berpengaruh terhadap opini audit dan peningkatan opini audit.
2. Jangka waktu pemilu dan politik dinasti memiliki kemungkinan pengaruh terhadap opini audit
yang diterima pemerintah daerah.
Saran:
1. Mempertimbangkan penggunaan data primer dan sekunder dalam mencari faktor-faktor politik
yang mempengaruhi opini audit pemerintah;
2. Faktor peningkatan akuntabilitas daerah sebaiknya dimasukkan dalam model sehingga dapat
dilihat upaya daerah dalam memperbaiki akuntabilitas berdasarkan rekomendasi audit.
JURNAL 2
Judul : Determinants of Audit Quality in the Public Sector (Fakto-faktor yang Menentukan
Kualitas Audit pada Sektor Publik)
Penulis : Donald R. Deis, Jr dan Gary A. Giroux (1992)
Publisher : The Accounting Review Vol.57 no. 3
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ukuran kualitas audit.
Kerangka penelitian
Jumlah Klien
Kulitas Audit
Variabel Lain
Laporan
Waktu audit
Konflik Kepentingan
Peer Review
Ukuran klien
Hipotesis penelitian
H1 : Terdapat hubungan negatif antara kualitas audit dengan lama hubungan kantor akuntan
yang terjalin.
H2 : Terdapat hubungan positif antara kualitas audit dengan jumlah klien yang ISD
H3 : Terdapat hubungan negatif antara ukuran dan kemampuan keuangan Klien
H4 : Terdapat hubungan positif antara kualiat audit dengan pelaksaan reviu dan pemberian
sanksi yang dilakukan oleh pihak ketiga
Variabel penelitian
Independen: Kualitas Audit
Dependen: Tenure, Jumlah Klien, Peer Review, Tahun Pelaksanaan Audit, Ukuran Klien, Kemampuan
keuangan Klien, Laporan, Waktu dilaksanakan Audit, dan JamPelaksaan audit.
Penelitian sebelumnya