Anda di halaman 1dari 15

RMK RPS 11 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Perlakuan Akuntansi pada Akuisisi Antarperusahaan dan Investasi pada Entitas Lain

Disusun oleh:
Kelompok 10

Putu Angel Shinta Lestari (08/2107531066)

Ni Luh Gabriella Yulia Alexandra (09/2107531067)

Ni Ketut Febriyani (15/2107531089)

Dosen Pengampu:
Ni Gusti Putu Wirawati, S.E., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
PEMBAHASAN

1. PERKEMBANGAN STRUKTUR USAHA KOMPLEKS


Lingkungan usaha yang kompleks muncul dari adanya transaksi usaha lintas kota
maupun negara, di mana tiap daerah memiliki risiko dan hukum yang berbeda, aturan pajak
yang khusus, dan faktor lainnya. Semakin berkembangnya ukuran perusahaan, dan sebagai
respons atas lingkungan usaha yang kompleks, perusahaan lalu mengembangkan struktur
organisasi dan struktur kepemilikan yang kompleks.
a. Perluasan Usaha
Sebagian besar perusahaan berusaha untuk memperluas usahanya sebagai cara
untuk bertahan dan mendapatkan keuntungan. Pemilik dan manajer perusahaan
memiliki kepentingan untuk meningkatkan ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan ini
menimbulkan skala ekonomis terkait dengan proses produksi maupun distribusi.
Melalui perluasan ke pasar baru atau melalui akuisisi perusahaan lain yang sudah ada
di pasar tersebut, perusahaan dapat mengembangkan potensi perolehan laba baru dan
bagi industri yang memiliki siklus usaha dapat meningkatkan laba melalui
diversifikasi. Sebagai contoh, Bank Danamon, salah satu bank komersial terbesar,
mengakuisisi Adira Finance, sebuah perusahaan pembiayaan yang kuat dalam
portofolio pembiayaan konsumen.
b. Struktur Organisasi dan Tujuan Usaha
Struktur perusahaan yang kompleks dapat membantu pencapaian tujuan
perusahaan, seperti meningkatkan profitabilitas atau mengurangi resiko. Sebagai
contoh, banyak perusahaan membentuk anak perusahaan untuk melaksanakan
aktivitas tertentu. Anak perusahaan adalah perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan lain, yaitu induk perusahaan. Biasanya anak perusahaan melalui
kepemilikan mayoritas (kepentingan pengendali) saham perusahaan. Karena anak
perusahaan merupakan entitas legal yang terpisah, resiko induk perusahaan terkait
dengan aktivitas anak perusahaan dibatasi.
c. Struktur Organisasi, Akuisisi, dan Pertimbangan Etika
Dalam beberapa kasus, manajer menggunakan struktur organisasi yang
kompleks untuk memanipulasi pelaporan keuntungan demi kepentingan pribadi.
Banyak perusahaan yang mengambil keuntungan dari kekurangan dalam aturan
pelaporan keuangan menggunakan anak perusahaan atau entitas lain untuk meminjam
uang dalam jumlah besar tanpa
menyajikan laporan utang pada laporan posisi keuangannya. Beberapa perusahaan
telah mendirikan entitas bertujuan khusus untuk memanipulasi laba.

2. PERLUASAN USAHA DAN BENTUK STRUKTUR ORGANISASI


Perusahaan melakukan ekspansi berdasarkan pertumbuhan internal melalui
pengembangan produk baru dan melakukan perluasan lini produk yang ada ke target pasar
baru. Namun belakangan ini, banyak perusahaan memilih melakukan perluasan dengan
bergabung atau mengakuisisi perusahaan lain. Dua pendekatan ini dapat menimbulkan
perubahan dalam struktur organisasi.
a. Perluasan dari Dalam
Sejalan dengan perluasan dari dalam, perusahaan sering menyadari adanya
keuntungan untuk menjalankan usahanya yang semakin berkembang melalui anak
perusahaan baru atau entitas lainnya seperti persekutuan, ventura bersama, atau entitas
khusus. Pada sebagian besar situasi, segmen yang dapat diidentifikasi dari aset
perusahaan yang ada ditransfer ke entitas baru, dan sebagai gantinya perusahaan yang
mentransfer menerima kepemilikan saham.
b. Perluasan Melalui Kombinasi Bisnis
Kombinasi Bisnis (business combination) terjadi ketika dua atau lebih
perusahaan bergabung dalam satu pengendalian yang sama. Konsep pengendalian
berhubungan dengan kemampuan untuk mengarahkan kebijakan dan manajemen.
Secara tradisional, pengendalian atas suatu perusahaan diperoleh melalui kepemilikan
mayoritas (kepentingan pengendali) atas modal saham biasa. Namun, keragaman
penerapan perjanjian operasional dan finansial yang diterapkan dalam beberapa tahun
terakhir juga menimbulkan kemungkinan perolehan pengendalian tanpa kepemilikan
mayoritas (kepentingan pengendali), atau bahkan tanpa kepemilikan sama sekali.
1) Perjanjian Informal
Suatu perjanjian yang sederhana secara personal kadang dibutuhkan untuk
membangun sebuah hubungan baik jangka panjang dalam suatu usaha bersama.
Informalitas dan kebebasan yang membuat perjanjian informal berjalan juga
menjadi faktor kuat dalam proses penggabungan laporan keuangan dan
membuatnya seolah-olah menjadi bagian dari satu entitas tunggal.
Faktor lainnya dalam perjanjian informal adalah kontinuitas pemisahan
kepemilikan dan kemudahan untuk mengakhiri perjanjian informal.
2) Perjanjian Formal
Kombinasi bisnis secara formal biasanya disertai dengan perjanjian secara tertulis.
Perjanjian ini menjelaskan persyaratan kombinasi bisnis, termasuk bentuk
perusahaan yang bergabung, pertukaran, disposisi efek yang beredar, dan hak serta
liabilitas. Pelaksanaan perjanjian tersebut mengharuskan adanya pengakuan pada
pembukuan salah satu atau lebih perusahaan yang tergabung.
a. Frekuensi Kombinasi Bisnis dan Etika yang Kompleks
Hanya sedikit perusahaan besar yang berfungsi sebagai satu entitas legal dalam
lingkungan bisnis modern. Hampir semua perusahaan paling tidak mempunyai
satu anak perusahaan, dengan banyak perusahaan yang terdiversifikasi
mempunyai beratus-ratus anak perusahaan. Anak perusahaan didirikan untuk
melaksanakan secara terpisah aktivitas operasi yang sudah ada di mana
sebelumnya dikerjakan oleh induk perusahaan.
b. Struktur Organisasi yang Kompleks
Selain struktur induk dan anak perusahaan yang telah menjadi struktur standar
bagi banyak perusahaan pada satu dekade ini, struktur lain yang lebih kompleks
mulai dikenal beberapa tahun terkahir. Saat ini, banyak perusahaan yang
melakukan sebagian operasionalnya melalui entitas selain anak perusahaan.
c. Struktur Organisasi dan Pelaporan Keuangan
Ketika sebuah perusahaan mengembangkan atau mengubah struktur organisasi
yang baik melalui pengambil alihan perusaaan lain atau melalui devisi
internal,struktur baru tersebut harus dievaluasi untuk menentukan prosedur
pelaporan keuangan yang tepat. Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa
diterapkan tergantung keadaan.
• Merger. Sebuah kombinasi bisnis dimana aset dan liabilitas dari
perusahaan yang diambil alih digabungkan dengan aset dan liabilitas
perusahaan yang mengambil alih tanpa menambah komponen organisasi.
• Kepemilikan kendali/kepentingan pengendali (controlling ownership).
Suatu kombinasi bisnis dimana perusahaan yang diambil alih tetap
beroperasi sebagi entitas legal yang terpisah dan sebgaian besar saham
biasanya dimiliki oleh perusahaan yang mengambil alih.

• Kepemilikan non-pengendali/kepentingan non-pengendali


(noncontrolling ownership). Pembelian kepemilikan perusahaan lain
kurang dari mayoritas (kurang dari 50%) tidak mengakibatkan timbulnya
kombinasi bisnis atau situasi pengendalian.
• Kepentingan menguntungkan lainnya (other benefical interest). Suatu
perusahaan dapat memiliki kepentingan pada entitas lain walaupun tanpa
ada kepemilikan langsung pada entitas tersebut.

3. PENCIPTAAN ENTITAS USAHA


Ketika sebuah perusahaan memindahkan aset atau operasinya ke entitas lain,
memungkinkan bentuk entitas dan jenis perjanjian antar perusahaan yang melakukan
penciptaan akan muncul. Dalam kasus yang sederhana, suatu perusahaan mentransfer aset
danliabilitasnya ke entitas yang dibentuk dan dikendalikan melalui kepemilikan mayoritas.
Entitas yang dibentuk memulai pencatatan aset dan liabilitas yang ditransfer dengan cara
biasa berdasarkan nilai buku pada saat transfer.
Contoh :
PT Ali menciptakan sebuah anak perusahaan, PT Aisyah dan mentransfer aset dan
liabilitas berikut ke PT. Aisyah serta berbagai pertukaran memperoleh 100.000 lembar
saham biasa PT Aisyah dengan nilai pari Rp2.000.
Item Harga Perolehan Nilai Buku
Kas Rp70.000.000
Persediaan Rp50.000.000 50.000.000
Tanah 75.000.000 75.000.000
Bangunan 100.000.000 80.000.000
Peralatan 250.000.000 160.000.000
Rp435.000.000

Jurnalnya :

1. Investasi pada modal saham biasa PT Aisyah Rp435.000.000


Akumulasi Penyusutan 110.000.000
Kas Rp70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
*(Rp110.000.000 = (Rp100.000.000-80.000.000) + (Rp250.000.000-160.000.000)
PT Aisyah mencatat transfer aset dan penerbitan saham sebesar nilai buku
aset yang ditransfer sebagai berikut :
2. Kas Rp70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp110.000.000
Modal Saham Biasa 200.000.000
Agio Saham Biasa 235.000.000

4. PENGGABUNGAN USAHA
Hal ini berhubungan dengan penggabungan atas pengendalian kepemilikan dua atau
lebih perusahaan yang sebelumnya adalah entitas terpisah. Ada beberapa jenis dari
kombinasi bisnis:
1. Legal Merger
Penggabungan yang hanya ada satu perusahaan saja yang bertahan dari berbagi
perusahaan yang dibubarkan. Aset dan liabilitas perusahaan yang diambil alih,
ditransfer ke perusahaan yang mengambil alih, dan untuk perusahaan yang diambil
alih akan dilikuidasi.
2. Legal Konsolidasi
Penggabungan di mana kedua perusahaan yang melakukan penggabungan bisnis
dibubarkan dan aset serta liabilitas dari kedua perusahaan tersebut ditransfer ke
perusahaan yang baru dibentuk.
3. Akuisisi Saham
Ketika sebuah perusahaan mengakui sisi saham berhak suara perusahaan lain.
Perusahaan yang mengakui sisi saham berhak suara tersebut berlibat dalam aktivitas
Perusahaan yang diakui sisi sebagai entitas legal yang terpisah namun saling
berhubungan.

Metode untuk Melakukan Penggabungan Bisnis


Terdapat dua model penggabungan, penggabungan bersahabat dan penggabungan
tidak bersahabat. Dikatakan penggabungan bersahabat, ketika manajemen perusahaan
yang terlibat melakukan perjanjian dan merekomendasikan adanya persetujuan dari
pemegang saham.
Biasanya penggabungan seperti ini dilakukan dalam satu transaksi yang melibatkan
pertukaran aset atau saham berhak suara. Dikatakan penggabungan tidak bersahabat
(handle takeover), di mana manajemen perusahaan yang terlibat tidak menyetujui
persyaratan penggabungan bisnis, dan salah satu perusahaan lain melakukan tender offer
secara langsung kepada pemegang saham perusahaan lainya.
1. Akuisisi Aset
Terkadang perusahaan mengakui sisi aset melalui negosiasi langsung dengan
manajemen. Perjanjian ini menyebabkan perusahaan pengakuisisi menganggung
liabilitas perusahaan lain.
2. Akuisisi Saham
Penggabungan bisnis yang dilakukan melalui akuisisi saham tidak harus mengakui
sisi semua saham berhak suara yang beredar. Untuk perusahaan bisa mengendalikan
perusahaan lain bisa melalui kepemilikan mayoritas (mengakui sisi saham berhak
suara lebih dari 50%). Akuisisi kurang dari 50% biasanya tidak dianggap sebagai
penggabungan bisnis. Atau disebut sebagai kepentingan non-pengendali.
3. Penilaian Entitas Usaha
Seluruh pihak yang terkait dalam penggabungan bisnis harus meyakini adanya
kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila mereka setuju untuk
berpartisipasi. Untuk mengetahui apakah suatu proposal penggabungan bisnis bisa
menguntungkan merupakan hal yang sulit.
4. Nilai Setiap Aset dan Liabilitas
Nilai dari setiap aset dan liabilitas perusahaan biasanya ditentukan melalui penilaian
(appraisal). Ada beberapa pos yang nilainya dapat diketahui dengan mudah seperti,
investasi yang diperdagangkan aktif, atau utang jangka pendek. Ada juga pos yang
penilaiannya sangat subjektif, seperti nilai tanah yang berada di daerah yang jarang
terjadi penjualan. Liabilitas lancar biasanya diasumsikan memiliki nilai wajar yang
sama dengan nilai bukunya, karena liabilitas lancar dibayarkan pada nilai tercatatnya
dalam jangka pendek. Sedangkan liabilitas jangka panjang harus dinilai berdasarkan
tingkat bunga saat ini, jika berbeda dengan tingkat bunga pada saat dikeluarkan.

5. Nilai Laba Potensial


Pada banyak kasus, aset yang dijalankan sebagai kelompok mempunyai nilai lebih
tinggi dari penjualan nilai individunya. Yang menjadi penyebab hal tersebut adalah
nilai kelangsungan usaha. Kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba sebagai
perusahaan yang berjalan merupakan hal penting dalam penilaian perusahaan.
Ada beberapa pendekatan dalam mengukur nilai laba dari masa depan, misalnya
metode yang dinilai berdasarkan kelipatan dari labanya sekarang. Selain itu, terdapat
metode menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan akan
dihasilkan perusahaan. Pada metode ini mengharuskan adanya penentuan nilai dan
waktu dari arus kas masa depan dan mendiskontokan arus kas tersebut ke nilai
sekarang pada tingkat bunga diskonto yang sesuai dengan perusahaan. Estimasi
potensi laba masa depan membutuhkan berbagi asumsi dan estimasi, sehingga tidak
heran jika pembeli dan penjual sering mengalami kesulitan untuk menyetujui nilai
dari laba perusahaan di masa depan.
6. Penilaian Kepentingan yang Dipertukarkan
Ketika suatu perusahaan hendak mengakuisisi perlu diperhatikan nilai kepentingan
yang akan dipertukarkan. Penilaian perusahaan akan lebih sulit apabila yang
dipertukarkan adalah sekuritas dibandingkan dengan kas yang digunakan dalam
akuisisi. Pendekatan yang diasanya umum digunakan adalah menggunakan nilai dari
sekuritas yang sama yang memiliki nilai pasar dan menyesuaikan nilai estimasi atas
perbedaan fitur dari kedua sekuritas tersebut.

5. AKUNTANSI PEMBELIAN UNTUK PENGGABUNGAN USAHA


Pembelian suatu perusahaan pada dasarnya sama dengan pembelian aset atau
kelompok aset lain. Pada saat suatu perusahaan dibeli, sebagai ganti untuk hak
kepemilikan atas perusahaan yang diserahkan oleh pemilik perusahaan yang diakuisisi
maka diberikan "konsiderasi" (consideration). Pada saat aset dibeli, pembeli mencatat
aset sebesar biaya perolehan yang timbul untuk mengakuisisi aset tersebut. Biaya
perolehan biasanya ditentukan berdasarkan nilai wajar aset yang diakuisisi atau nilai wajar
"konsiderasi" yang diberikan. Jika sekelompok aset dibeli untuk satu harga beli, total
biaya perolehan harus dialokasikan ke masing-masing aset yang diakuisisi berdasarkan
nilai wajarnya. Prinsip yang sama diterapkan untuk pembelian perusahaan. Akuntansi
akuisisi konsisten dengan akuntansi yang mengarah pada pengakuan nilai wajar (fair
value). Jenis penggabungan usaha yaitu akuisisi dan penggabungan usaha melalui
pembelian saham.
a. Akuntansi Penggabungan Usaha Metode Akuisisi
PSAK 22 tentang Metode Akuntansi untuk Penggabungan usaha, mengharuskan
adanya penggunaan metode akuisisi. Berdasarkan metode akuisisi, pihak pengakuisisi
mengakui seluruh aset yang diakuisisi dan liabilitas yang ditanggung dalam
penggabungan usaha serta mengukurnya pada nilai wajar tanggal akuisisi. Apabila
diakuisisi kurang dari 100% dari pihak yang diakuisisi, maka kepentingan non
pengendali juga diukur pada nilai wajar tanggal akuisisinya dengan catatan
penggabungan usaha tidak memengaruhi jumlah penilaian aset dan liabilitas pihak
pengakuisisi. Nilai wajar tanggal akuisisi dari aset bersih teridentifikasi yang
diakuisisi dalam kondisi usaha dianggap sebagai goodwill. Jumlah goodwill yang
muncul dalam kombinasi bisnis tidak terpengaruh oleh presentase akuisisi pihak yang
diakuisisi.
Goodwill merupakan aset yang menunjukkan manfaat ekonomi masa depan
yang berasal dari aset-aset lain yang diperoleh dalam penggabungan usaha yang tidak
teridentifikasi secara individu dan secara terpisah diakui.
Contoh:
Asumsikan bahwa PT X mengakusisi seluruh aset PT Y sebesar Rp400.000.000
ketika nilai wajar aset bersih teridentifikası PT Y adalah Rp380.000.000. Goodwill
diakui senilai Rp20.000.000, yaitu selisih antara total yang dipertimbangkan dan nilai
wajar aset bersih teridentifikasi yang diakuisisi. Apabila sebagai ganti akuisisi aset.
PT X mengakuisisi 75% saham biasa PT Y senilai Rp300.000.000 dan nilai wajar
kepentingan non pengendali adalah Rp100.000.000, maka goodwill dihitung sebagai
berikut.
Nilai wajar yang diberikan oleh PT X Rp 300.000.000

Nilai wajar kepentingan non pengendali 100.000.000


Rp 400.000.000

Nilai wajar aset bersih teridentifikasi yang diakuisisi (380.000.000)


Goodwill Rp 20.000.000

Jumlah goodwill tidak terpengaruh oleh fakta apakah mengakuisisi 100%


pihak yang diakusisi atau kurang dari itu. Akan tetapi, nilai wajar kepentingan
nonpengendali memiliki pengaruh terhadap jumlah goodwill yang diakui.
Berdasarkan contoh, nilai wajar kepentingan pengendali (pemilik entitas induk) dan
non-pengendali mengimplikasikan total nilai wajar dari perusahaan yang diakuisisi
sebesar Rp400.000.000. Adanya kelebihan nilai wajar yang dipertukarkan di atas
nilai wajar aset bersih teridentifikasi dicatat oleh pihak pengakuisisi sebagai
goodwill. Goodwill menunjukkan premi yang dibayarkan untuk memperoleh
kendali.
Contoh akuntansi penggabungan usaha metode akuisisi:
Asumsikan bahwa PT Cerah mengakuisisi seluruh aset dan mengambil alih seluruh
liabilitas PT Suram dalam akuisisi wajib dengan menerbitkan ke PT Suram 10.000
lembar saham senilai Rp10.000 per lembar saham biasa. Saham yang diterbitkan
memiliki total nilai wajar Rp610.000.000. PT Cerah menanggung biaya legal dan
penilaian sebesar Rp40.000.000 dalam hubungannya dengan penggabungan usaha
tersebut dan biaya emisisaham sebesar Rp25.000.000.
Aset, Liabilitas, dan Ekuitas Nilai Buku Nilai Wajar
Kas dan Piutang Rp 45.000.000 Rp 45.000.000
Persediaan 65.000.000 75.000.000
Tanah 40.000.000 70.000.000
Bangunan dan Peralatan 400.000.000 350.000.000
Akumulasi Penyusutan (150.000.000)
Paten 80.000.000
Total aset 400.000.000 620.000.000
Liabilitas Lancar Rp100.000.000 Rp110.000.000
Modal saham Biasa (Nilai Par Rp5.000) 100.000.000
Agio Saham Biasa 50.000.000
Saldo Laba 150.000.000
Total Liabilitas dan Ekuitas Rp400.000.000
Nilai Wajar Aset Bersih Rp510.000.000

Pencatatan Jurnal oleh PT Cerah:


(1) Beban Akuisisi Rp40.000.000,00
Kas Rp40.000.000,00
(Mencatat biaya terkait pembelian PT Suram)

(2) Biaya penerbitan saham tangguhan Rp25.000.000,00


Kas Rp25.000.000,00
(Mencatat biaya terkait penerbitan modal saham biasa)
Pada tanggal penggabungan usaha, PT Cerah mencatat kembali penggabungan usaha
tersebut dengan jurnal:
(3) Kas dan Piutang Rp 45.000.000
Persediaan 75.000.000
Tanah 70.000.000
Bangunan dan Peralatan 350.000.000
Paten 80.000.000
Goodwill 100.000.000
Liabilitas Lancar Rp 110.000.000
Modal Saham Biasa 100.000.000
Agio Saham Biasa 485.000.000
Biaya Penerbitan Saham Tangguhan 25.000.000

Ayat jurnal (3) mencatat masing-masing aset dan liabilitas PT Cerah, baik berwujud
maupun tak berwujud, pada pembukuan PT Suram sebesar nilai wajar pada tanggal
penggabungan usaha. Nilai wajar aset bersih PT Suram dicatat sebesar
Rp510.000.000 (Rp620.000.000 - Rp110.000.000). Perbedaan Rp100.000.000
merupakan selisih antara total nilai wajar saham Rp610.000.000, dan nilai wajar aset
bersih (510.000.000) PT Suram yang dicatat sebagai goodwill. Sementara
Rp485.000,00 didapat dari selisih total kredit dan debit (Rp720.000,00 –
Rp235.000,00) yang dicatat sebagai agio saham biasa.

Pencatatan Jurnal oleh PT Suram:


Pada tanggal kombinasi bismis, PT Suram mencatat jurnal berikut ini untuk
mengakui penerimaan saham PT Cerah dan transfer seluruh aset dan liabilitas
individu kepada PT Cerah.
(1) Investasi pada Saham PT Cerah Rp 610.000.000
Liabilitas Saat Ini Rp 100.000.000
Akumulasi Penyusutan Rp 150.000.000
Kas dan Piutang Rp45.000.000
Persediaan Rp65.000.000
Tanah Rp 40.000.000
Bangunan dan Peralatan Rp400.000.000
Keuntungan Penjualan Aset Bersih Rp310.000.000
(Mencatat transfer aset ke PT Cerah.)
PT Suram mengakui nilai wajar saham PT Cerah pada saat pertukaran dan mencatat
keuntungan sebesar Rp310.000.000. Pembagian saham PT Cerah dan likuidasi PT
Suram dicatat pada pembukuan PT Suram dengan jurnal berikut:
(2) Modal Saham Biasa Rp100.000.000
Agio Saham Biasa Rp50.000.000
Saldo Laba Rp150.000.000
Keuntungan Penjualan Aset Bersih Rp310.000.000
Investasi pada Saham PT Cerah Rp 610.000.000
(Mencatat pembagian saham PT Suram)

b. Akuntansi Penggabungan Usaha melalui Pembelian Saham


Banyak penggabungan usaha dilakukan melalui pembelian saham berhak suara
dari perusahaan lain bukan melalui akuisisi aset bersih. Dalam situasi seperti ini,
perusahaan yang diakuisisi tetap berdiri dan perusahaan pembeli mencatatnya sebagai
investasi pada saham biasa dan perusahaan yang diakuisisi bukan mencatat masing-
masing aset dan liabilitas. Sebagaimana pembelian aset dan liabilitas, biaya perolehan
investasi berdasarkan total nilai "konsiderasi" yang diberikan saat pembelian saham,
ditambah biaya tambahan lain yang terjadi untuk melakukan penggabungan usaha
Sebagai contoh, jika PT Cerah menukarkan 10.000 lembar sahamnya dengan total nilai
pasar Rp610.000.000 untuk semua saham PT Suram dalam transaksi pembelian dan
timbul biaya merger sebesar Rp40.000.000 dan biaya penerbitan saham
Rp25.000.000, yang sebelumnya dicatat dalam akun beban tangguhan. PT Cerah
mencatat ayat jurnal berikut pada saat penerimaan saham PT Suram.
(1) Beban Merger Rp40.000.000
Biaya Penerbitan Saham Tangguhan Rp25.000.000
Kas Rp65.000.000
(Mencatat biaya merger dan penerbitan saham terkait dengan Akuisisi PT Suram.)

(2) Investasi pada Saham PT Suram Rp610.000.000


Modal Saham Biasa Rp100.000.000
Agio Saham Biasa Rp485.000.000
Biaya Penerbitan Saham Tangguhan Rp25.000.000
(Mencatat akusisi PT Suram)
c. Pelaporan Keuangan Setelah Penggabungan Usaha
Laporan keuangan yang disiapkan setelah penggabungan usaha hanya
mencerminkan entitas gabungan dari tanggal penggabungan usaha. Ketika
penggabungan usaha terjadi selama tahun fiskal, laba yang diperoleh perusahaan
akuisisi sebelum tanggal penggabungan tidak dilaporkan dalam laporan laba rugi
perusahaan gabungan. Jika perusahaan gabungan menyajikan laporan keuangan
komparatif yang termasuk laporan keuangan untuk periode sebelum penggabungan
usaha, laporan keuangan tersebut hanya menampilkan aktivitas dan posisi keuangan
dari perusahaan pengakuisisi, bukan perusahaan yang diakuisisi. Untuk
mengilustrasikan pelaporan keuangan setelah penggabungan usaha, asumsikan
terdapat informasi berikut untuk PT Cerah dan PT Suram.
20X0 20X1
PT Cerah:
Laba terpisah (tidak termasuk laba dari Rp300.000.000 Rp300.000.000
PTSuram)
Jumlah saham beredar, 31 Desember 30.000 30.000
PT Suram:
Laba bersih Rp 60.000.000 Rp 60.000.000

PT Cerah mengakuisisi seluruh saham PT Suram pada nilai bukunya 1


Januari 20X1 dengan menerbitkan 10.000 lembar saham biasa. Setelah itu. PT Cerah
menyajikan laporan keuangan komparatif untuk tahun 20X0 dan 20X1. Laba bersih
dan laba per saham yang disajikan PT Cerah dalam laporan keuangan komparatif
untuk dua tahun adalah sebagai berikut.
20X0:
Laba Bersih Rp300.000.000
Laba per Saham (Rp300.000.000 : 30.000 lembar) Rp10.000

20X1:
Laba Bersih (Rp300.000.000+ Rp60.000.000) Rp360.000.000
Laba per Saham (Rp360.000.000 : 40.000 lembar) Rp9.000
Jika PT Cerah membeli saham PT Suram pada pertengahan tahun 20X1, PT
Cerah hanya akan memasukkan laba PT Suram sesudah tanggal akuisisi pada
laporan laba rugi tahun 20X1. Jika PT Suram memperoleh laba sebesar
Rp25.000.000 di tahun 20X1 sebelum akuisisi oleh PT Cerah dan Rp35.000.000
setelah penggabungan usaha, PT Cerah akan melapor sisa laba bersih untuk tahun
20X1 sebesar Rp335.000.000 (Rp300.000.000+ Rp35.000.000).

6. Hal-Hal Lain dalam Akuntansi Penggabungan Usaha


a) Ketidakpastian dalam penggabungan usaha. Salah satu ketidakpastian tersebut
adalah periode pengukuran, di mana persyaratan untuk menentukan nilai wajar
tanggal akuisisi aset dan liabilitas yang diambill alih dalam kombinasi bisnis
seringkali tidak pasti, PSAK 22 memperbolehkan sebagian periode pengukuran
untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Periode pengukuran berakhir setelah
pihak pengakuisisi memperoleh informasi yang diperlukan mengenai fakta-fakta
akuisisi pada tanggal akuisisi, tetapi tidaklebih dari satu tahun.
b) Ganti rugi aset. Penjual dalam penggabungan bisnis dapat menjamin secara kontrak
pengakuisisi dari hasil kontijensi atau ketidakpastian dalam relasi pada semua atau
bagian liabilitas aset tertentu. Contohnya penjual mungkin menjamin bahwa
pengakuisisi berada pada kerugian yang melebihi kerugian yang diperkirakan dari
kontijensi tertentu, atau dalam kata lain, penjual akan menjamin bahwa liabilitas
pengakuisisi tidak akan melebihi jumlahtertentu.
c) Ekuitas nonpengendali dilakukan sebelum kombinasi bisnis. Pada beberapa
kasus, pengakuisisi menahan kepemilikan saham dalam akuisisi awal untuk
pengawasan melalui kombinasi bisnis. Jumlah total dari investasi pengakuisisi sama
dengan nilai wajar tanggal akuisisi dari kepemilikan saham yang dilakukan terlebih
dahulu dan nilai wajar dari konsiderasi yang diberikan dalam kombinasi bisnis.
d) Akuisisi melalui kontrak. Pada beberapa kasus, pihak pengakuisisi mungkin
memperoleh kendali pihak yang diakuisisi tanpa mentransfer nilai wajar atau
menerima kepemilikan saham pada pihak yang diakuisisi. Kas diperoleh melalui
kontrak saja. Pada kasus seperti ini, jumlah aset bersih pihak yang diakui pada
tanggal akuisisi berasal dari kepentingan nonpengendali dan dimaksudkan dalam
kepentingan nonpengendali yang dilaporkan pada laporan keuangan konsolidasi.
DAFTAR PUSTAKA

Christensen, T. E dkk. 2014. Advanced Financial Accounting. 10th Ed. New York: MycGraw-
Hill.

Anda mungkin juga menyukai